Fungsi Dan Makna Ornamen Rumah Lontiok di Bangkinang Kabupaten Kampar : Kajian Semiotik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan
Penulisanskripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan
judulskripsi ini. Adapun buku-buku yang digunakan dalam memahami dan mendukung
penelitian ini antara lain penulis adalah :
1. Mahyudi Al Mudra (2004) yang berjudul Rumah Melayu: Memangku Adat
Menjemput Zaman, dalam buku ini dipaparkan tentang tahap pembuatan rumah adat Melayu,
pembagian ruangan, simbol-simbol yang digunakan pada rumah Melayu, dan jenis rumah
Melayu.
2. Yanti, skripsi (2003): fungsi dan makna gorga dalam masyarakat Batak Toba.
Skripsi ini membahas tentang ornamen dalam rumah adat Batak Toba, fungsinya dalam
masyarakat Toba dan makna yang terdapat pada setiap ornamen yang ada pada masyarakat
Batak Toba.
3.Buku yang berjudul Mengenal Lukisan dan Ukiran Tradisional Simalungun, yang
ditulis oleh M. D Purba dan S A Lingga Sitopu. Buku ini membahas tentang bentuk, fungsi
dan makna Lukisan-Ukiran dalam ornamen tradisional Simalungun Gorga.
4.Buku karangan Sitepu Sempa, dkk (1996), yang berjudul Pilar Budaya Karo. Di
buku ini membahas tentang cara pembuatan makna dan fungsi ornamen dalam masyarakat
Karo.

5 Gun Faisal : Tesis 2013 : „„ Selembayung Sebagai Identitas Kota Pekanbaru Kajian
Langgam Arsitektur Melayu.

6
Universitas Sumatera Utara

2.2.Teori yang Digunakan
Berdasarkan judul penelitian ini maka teori yang digunakan untuk mendeskripsikan
fungsi dan makna ukiran/ornamen dalam rumah Lontiok masyarakat melayu Kampar,
Kampar, adalah Teori Semiotik.
Kata semiotika (Zoest 1993 : 1)berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda.
Maka semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan
pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda
dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda.
Menurut Piercetanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Sesuatu itu dapat
berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain-lain. Yang dapat menjadi tanda
bukan hanya bahasa, melainkan berbagai hal yang dapat melingkupi kehidupan disekitar kita.
Tanda dapat berupa bentuk tulisan, karya seni, sastra, lukisan dan patung.
Dan menurut Pierce (1839: 77) berdasarkan objeknya tanda di bagi menjadi tiga atas
icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol).

1.

Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan
bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek
atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya, potret dan peta.

2.

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan
petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung
mengacu kepada kenyataan.Contoh yang paling jelas adalah asap sebagai tanda adanya
api.

3.

Simbol adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antar penanda dan
petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan bedasarkan
konvensi atau (perjanjian) masyarakat.

7

Universitas Sumatera Utara

Simbol yang terdapat pada ornamen yang ada pada rumah adat melayu Kampar,
diantaranya tercipta dan diciptakan atas dorongan pengaruh lingkungan seperti alam,
manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Rumah lontiok atau pencalang merupakan nama
salah satu rumah tradisional masyarakat Melayu di Kabupaten Kampar, Provinsi Kampar,
Indonesia. Selain nama rumah lontiok atau pencalang, rumah ini juga dikenal dengan sebutan
rumah lontiok. Disebut lontiok atau pencalang karena bentuk hiasan kaki dinding depannya
mirip perahu, bentuk dinding rumah yang miring keluar seperti miringnya dinding perahu
layar mereka, dan jika dilihat dari jauh bentuk rumah tersebut seperti rumah-rumah perahu
(magon) yang biasa dibuat penduduk. Sedangkan nama lontiok dipakai karena bentuk
perabung (bubungan) atapnya melentik ke atas.
Rumah lontiok merupakan rumah panggung. Tipe konstruksi panggung dipilih untuk
menghindari bahaya serangan binatang buas dan terjangan banjir. Di samping itu, ada
kebiasaan masyarakat untuk menggunakan kolong rumah sebagai kandang ternak, wadah
penyimpanan perahu, tempat bertukang, tempat anak-anak bermain, dan gudang kayu sebagai
persiapan menyambut bulan puasa. Selain itu, pembangunan rumah berbentuk panggung
sehingga untuk memasukinya harus menggunakan tangga yang mempunyai anak tangga
berjumlah ganjil, lima, merupakan bentuk ekspresi keyakinan masyarakat.
Dinding luar rumah lontiok seluruhnya miring keluar, berbeda dengan dinding dalam

yang tegak lurus. Balok tumpuan dinding luar depan melengkung ke atas, dan terkadang
disambung dengan ukiran pada sudut-sudut dinding maka terlihat seperti bentuk perahu.
Balok tutup atas dinding juga melengkung meskipun tidak semelengkung balok tumpuan.
Lengkungannya mengikuti lengkung sisi bawah bidang atap. Kedua ujung perabung diberi
hiasan yang disebut sulo bayung. Sedangkan sayok lalangan merupakan ornamen pada
keempat sudut cucuran atap. Bentuk hiasan beragam, ada yang menyerupai bulan sabit,
tanduk kerbau, taji dan sebagainya.

8
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, Pierce (dalam Budiman, 2005 : 43)
membagi ikon menjadi empat jenis :
1.

Qualisign, yakni kualitas sejauh yang dimiliki tanda. Kata keras menunjukkan kualitas
tanda. Misalnya, suaranya keras yang menandakan orang itu marah atau ada sesuatu yang
diinginkan.

2.


Iconic Sinsign, yakni tanda yang memperlihatkan kemiripan. Contoh : foto, diagram,
peta, dan tanda baca.

3.

Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda yang berdasarkan pengalaman langsung, yang
secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan oleh segala sesuatu.
Contoh: pantai yang sering merenggut nyawa orang yang mandi di situ akan dipasang
bendera bergambar tengkorak yang bermakna berbahaya, dilarang mandi di sini.

4.

Dicent Sinsign, yakni tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu. Misalnya, tanda
larangan yang terdapat di pintu masuk sebuah kantor.
Tanda yang ditunjukkan dicent sinsign dalam ornamen rumah adat melayu

ditunjukkan pada atap yang kedua ujung perabungnya melentik ke atas melambangkan bahwa
pada awal dan akhir hidup manusia akan kembali kepada penciptanya. Sedangkan lekukan
pada pertengahan perabungnya melambangkan lembah kehidupan yang kadang kala penuh

dengan cobaan.
Pierce membagi klasifikasi Indeks menjadi tiga jenis :
1.

Iconic Legisign, yakni tanda yang menginformasikan norma atau hokum, misalnya,
rambu lalu lintas.

2.

Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang mengacu kepada obyek tertentu, misalnya
kata ganti penunjuk seseorang bertanya, “Mana buku itu” dan dijawab “Itu”.

9
Universitas Sumatera Utara

3.

Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang bermakna informasi dan menunjuk subyek
informasi tanda, berupa lampu merah yang berputar-putar di atas mobil ambulans
menandakan ada orang sakit atau orang yang celaka yang dilarikan kerumah sakit.

Pierce membagi klasifikasi Simbol menjadi tiga jenis :

1.

Rhematic Symbol atau Symbolic rheme, yakni tanda yang dihubungkan dengan objeknya
melalui asosiasi nilai umum, misalnya kita melihat gambar harimau, lantas kita katakan
“harimau”. Mengapa kita katakan demikian karena ada asosiasi antara gambar dengan
benda atau hewan yang kita lihat yang namanya harimau.

2.

Dicent Symbol atau proposition (proposisi) adalah tanda yang langsung menghubungkan
dengan objek melalui asosiasi dalam otak. Kalau seseorang berkata “Pergi” penafsiran
kita langsung berasosiasi pada otak dan sertamerta kita pergi. Padahal proposisi yang kita
kenal hanya kata. Kata-kata yang kita gunakan yang membentuk kalimat, semuanya
adalah proposisi yang mengandung makna yang berasosiasi di dalam otak. Otak secara
otomatis dan cepat menafsirkan proposisi itu, dan seseorang segera menetapkan pilihan
atau sikap.

3.


Argument, yakni tanda yang merupakan kesamaan seseorang terhadap sesuatu
berdasarkan alasan tertentu. Seseorang berkata “Gelap”. Orang itu berkata gelap sebab ia
menilai ruang itu cocok dikatakan gelap. Dengan demikian argumen merupakan tanda
yang berisi penilaian atau alasan, mengapa seseorang berkata begitu. Tentu saja penilaian
tersebut berisi kebenaran. Namun yang paling dekat pengkajiannya pada ornamen adalah
Simbol.
Secara etimologis, simbol berasal dari kata yunani “sym-ballein” yang berarti

melemparkan. Bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide. (Hartoko dan
Rahmanto, 1998 : 133). Ada pula yang menyebutkan “symbolos,” yang berarti tanda atau ciri
yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang (Herusatoto dalam Sobur, 2000:10).

10
Universitas Sumatera Utara

Semua simbol melibatkan tiga unsur: Simbol itu sendiri, Satu rujukan atau lebih, dan
hubungan antara simbol dengan rujukan. Ketiga hal ini merupakan dasar bagi semua makna
simbolik. Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta (1991:439) disebutkan
simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya.

Yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu. Misalnya, warna putih
melambangkan kesucian, padi lambang kemakmuran.
Dengan demikian, dalam konsep Pierce (1948:88) simbol diartikan sebagai tanda
yang mengacu pada objek tertentu di luar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol sebagai
penanda dengan sesuatu yang ditandakan (petanda) sifatnya konvensional. Berdasarkan
konvensi itu pula masyarakat pemakainya menafsirkan ciri hubungan antara simbol dengan
objek yang diacu dan menafsirkan maknanya.
Mempelajari ornamen rumah tradisional melayu Kampar, merupakan satu hal yang
menarik karena diciptakan atas dorongan pengaruh lingkungan seperti alam, manusia,
binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang mereka dapat dari hasil buah pikirannya. Hal ini
terlihat sebagai Selembayung juga disebut juga Sulo Bayung dan Tanduk Buangadalah hiasan
yang terletak bersilang pada kedua ujung perabung bangunan belah bubung dan rumah
lontiok. Pada bagian bawah adakalanya diberi pula hiasan tambahan seperti tombak terhunus,
menyambung kedua ujung perabung (tombak-tombak).
Selembayung memiliki beberapa makna, antara lain :
1. Tajuk Rumah : selembayung membangitkan seri dan cahaya rumah.
2. Pekasih Rumah : lambang keserasian dalam kehidupan rumah tangga.
3. Pasak Atap : lambang sikap hidup yang tahu diri.
4. Tangga Dewa : lambang tempat turun para dewa, mambang, akuan, soko, keramat,
dan sisi yang membawa keselamatan bagi manusia.


11
Universitas Sumatera Utara

5. Rumah Beradat : tanda bahwa bangunan itu adalah tempat kediaman orang
berbangsa, balai atau kediaman orang patut-patut.
6. Tuah Rumah : lambang bahwa bangunan itu mendatangkan tuah kepada pemiliknya.
7. Lambang Keperkasaan dan Wibawa : selembayung yang dilengkapi dengan tombaktombak melambangkan keturunan dalam rumah tangga, sekaligus sebagai lambang
keperkasaan dan wibawa pemliknya.
8. Lambang Kasih Sayang : motif ukiran selembayung (daun-daun dan bunga)
melambangkan perwujudan, tahu adat dan tahu diri, berlanjutnya keturunan serta
serasi dalam keluarga.
Seniman pencipta ornamen baik dahulu maupun sekarang menyadari bahwa dibalik
nilai-nilai keindahan masih terdapat nilai-nilai rohaniah lain yang mempunyai arti kekuatan
batin. Untuk itulah penulis memilih teori ini sebagai suatu landasan berpijak dalam meneliti
bentuk fungsidan makna ukiran/ornamen rumah melayu Kampar.

Gambar 2.1 Rumah Adat Lontiok
Sumber : Internet


12
Universitas Sumatera Utara