Gambaran Gaya Hidup (Life Style) di Kalangan Kaum Homoseksual (Gay) Tahun 2015

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Gaya Hidup (Life Style)
Gaya hidup menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pola

tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. Gaya hidup
menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan pibadinya,

kehidupan

masyarakat, perilaku di depan umum, dan upaya membedakan statusnya dari
orang lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya hidup oleh berbagai ahli sering
di sebut merupakan ciri sebuah dunia modern atau modernitas. Artinya, siapa pun
yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya
hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain.


Gaya

hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan satu orang dengan yang lain
(Siti Nurhasana, 2009).
Menurut Minor dan Mowen (2002), gaya hidup adalah menunjukkan
bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana
mengalokasikan waktu. Gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001) adalah
pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari dinyatakan dalam
kegiatan, minat, dan pendapat yang bersangkutan. Istilah gaya hidup baik dari
sudut pandang individual maupun kolektif, mengandung pengertian bahwa gaya
hidup sebagai cara hidup mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan dan polapola respons terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk hidup. Cara
sendiri bukan sesuatu yang alamiah, melainkan hal yang di temukan, diadopsi
atau diciptakan, dikembangkan dan digunakan untuk menampilkan tindakan agar

Universitas Sumatera Utara

10

mencapai tujuan tertentu. Untuk dapat dikuasai, cara harus diketahui, digunakan
dan dibiasakan (Puji Septriyaningsih, 2012).

Gaya hidup adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi
konsep dirinya yang ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan
terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama
menjalani siklus kehidupan
Gaya hidup (Life Style) awalnya diciptakan oleh psikolog Austria Alfred
Adler tahun 1929. Dalam sosiologi, gaya hidup adalah cara seseorang hidup.
Sebuah gaya hidup bundel merupakan karakteristik perilaku yang masuk akal
untuk kedua orang lain dan diri sendiri dalam suatu waktu dan tempat, termasuk
hubungan sosial, konsumsi, hiburan, dan berpakaian. Gaya hidup merupakan
gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya danmenggambarkan seberapa
besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakatdisekitarnya. atau juga, gaya
hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiaporang. Gaya hidup juga
sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman danteknologi. Semakin
bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi, makasemakin
berkembang

luas

pula


penerapan

gaya

hidup

oleh

manusia

dalam

kehidupansehari-hari. Dalam arti lain, gaya hidup dapat memberikan pengaruh
positif ataunegatif bagi yang menjalankannya, tergantung pada bagaimana orang
tersebutmenjalaninya. Dewasa ini, gaya hidup sering disalah gunakan oleh
sebagian besarremaja. Apalagi para remaja yang berada dalam kota Metropolitan.
Merekacenderung bergaya hidup dengan mengikuti mode masa kini. Tentu saja,
mode yangmereka tiru adalah mode dari orang barat. Jika mereka dapat memfilter
dengan baikdan tepat, maka pengaruhnya juga akan positif. Namun sebaliknya,


Universitas Sumatera Utara

11

jika tidak pintardalam memfilter mode dari orang barat tersebut, maka akan
berpengaruh negatif bagimereka sendiri (Siti Nurhasanah, 2009).
Gaya hidup homoseksual adalah pola hidup seseorang yang memiliki
orientasi seksual menyimpang yaitu saling berinteraksi seksual antar sesama jenis,
bahkan sampai melakukan hubungan seksual, seperti kaum homoseksual biasanya
memiliki perkumpulan di tempat-tempat tertentu yang sudah di disepakati mereka,
perkumpulan ini biasa disebut arisan kaum homoseksual. Sedangkan kegiatan lain
yang dilakukakan kaum homoseksual adalah pergi ke tempat olahraga untuk
membentuk tubuh karena homoseksual ini sangat peduli dengan penampilan.
Kaum homoseksual ini juga sangat dekat dengan kegiatan hura-hura dimana
mereka berpesta dengan sesama kaum homoseks, hura-hura ini di sertai dengan
minuman keras sehingga hal ini akhirnya membawa mereka melakukan hubungan
seksual melalui anus, dan hal ini sering mereka lakukan dengan memakai alat
pelumas untuk menghindari pelukaan di daerah anus. Selain memakai pelumas
kaum homoseksual juga selalu memakai kondom untuk menghindari Penyakit
Menular Seksual (PMS) diantaranya HIV, AIDS, Hepatitis, Sifilis, Gonorhae,

Herpes, dan masih banyak lagi penyakit lainnya (Arsanti, 2000).
Teori Homo Juditth Butler mengemukakan pandangannya yang sangat
kuat mengenai identitas sebagai sesuatu yang di konstruksikan dan di jalankan dan
teori yang di kemukakan memberikan dampak besar dalam pemikiran mengenai
identitas dalam disiplin ilmu komunikasi. Teori ini mempertanyakan dan
menentang identifikasi gender dengan mengemukakan argumen bahwa tidak
hanya gender (maskulin dan feminim), tetapi juga jenis kelamin (pria atau wanita)
merupakan konstruksi sosial. Menurut Butler gender tidak mesti harus di pahami
sebagai identitas yang stabil atau tetap atau pusat agen (locus of agency) yang

Universitas Sumatera Utara

12

merupakan dari semua perbuatan, namun gender adalah identitas yang terbentuk
oleh waktu dan di lembagakan melalui tindakan yang berulang-ulang (Morissan,
2009).
Teori homo secara sengaja menentang segala hal yang bersifat
berpasangan (binary) dalam segala bentuknya, misalnya pria atau wanita,
maskulin atau feminim, gay atau lesbian, dan lain-lain, dengan menawarkan

gagasan bahwa identitas adalah lebih dari sekedar kategori kaku yang bersifat
dikotomis (Morissan, 2009).
Sebagian dari kita pasti masih menganggap dan Waria itu sama, padahal
jika kita mau sedikit jeli memperhatikannya ada beberapa perbedaan yang cukup
kentara jika dilihat dari sudut pandang kemasan kedua fenomena manusia ini.
Dari sudut penampilan seorang gay tidak mencolok seperti waria bisa kita lihat
sendiri bahwa waria cenderung meniru wanita contohnya pakaian, gerak-gerik
intonasi berkomunikasi, dan banyak dari mereka yang sangat obsesif secara paten
merubah organ-organ tubuhnya menyerupai seorang wanita. Sedangkan seorang
gay cenderung tetap mempertahankan kondisi phisiknya, mampu menyamarkan
intonasi suara walaupun secara halus masih tetap dapat dibedakan bagi yang jeli
melihat dan mendengarkan intonasinya. Dan sebagian besar waria lebih sering
bergonta-ganti pasangan sedangkan pria gay lebih memilih hubungan tetap
dengan sejenisnya (Morissan, 2009).
2.2.Perbedaan Gaya Hidup Gay dengan Gaya Hidup Waria
Sebagian dari kita pasti masih menganggap dan Waria itu sama, padahal
jika kita mau sedikit jeli memperhatikannya ada beberapa perbedaan yang cukup
kentara jika dilihat dari sudut pandang kemasan kedua fenomena manusia ini.
Dari sudut penampilan seorang gay tidak mencolok seperti waria bisa kita lihat


Universitas Sumatera Utara

13

sendiri bahwa waria cenderung meniru wanita contohnya pakaian, gerak-gerik
intonasi berkomunikasi, dan banyak dari mereka yang sangat obsesif secara paten
merubah organ-organ tubuhnya menyerupai seorang wanita. Sedangkan seorang
gay cenderung tetap mempertahankan kondisi phisiknya, mampu menyamarkan
intonasi suara walaupun secara halus masih tetap dapat dibedakan bagi yang jeli
melihat dan mendengarkan intonasinya. Dan sebagian besar waria lebih sering
bergonta-ganti pasangan sedangkan pria gay lebih memilih hubungan tetap
dengan sejenisnya.
2.2.1

Ciri-ciri seorang Gay

1. Sebagian besar para gay secara phisik merupakan sosok-sosok pria
dengan ketampanan diatas rata-rata pria pada umumnya, bahkan tampilan
cenderung macho dan gagah.
2. Sebagian besar gay menandai dirinya dengan tindik pada bagian kuping

“biasanya” yang sebelah kanan, namun sebagian lagi bahkan ada yang
menindik kedua bagian kupingnya, oleh karena itu baiknya bagi pria yang
berminat untuk melakukan tindik sebaiknya dipertimbangkan kembali
agar jangan sampai salah memberikan simbol.
3. Sebagian dari mereka cenderung menyukai memakai perhiasan seperti
kalung (biasanya kalung emas baik kuning maupun emas putih) layaknya
seorang lelaki metrosexual.
4. Sebagian besar gay, secara sifat adalah jenis lelaki yang sopan santun,
terkesan sangat rapi namun tetap menampilkan kesan feminisme dalam
gerak-geriknya, tapi sebagian lagi sangat tidak kentara ketika berinteraksi.

Universitas Sumatera Utara

14

5. Sebagian besar gay, termasuk jenis pria-pria yang sensitif dan dalam
kehidupan sehari-hari cukup supel dalam pergaulan, namun mereka
sangat perfeksionis dalam bidangnya.
6.


Sebagian besar pria gay biasanya berkarier dibidang seperti artis,
penyanyi, desainer, penata rambut bahkan para model, namun secara garis
besarnya mereka pada umumnya bergiat dibidang yang membutuhkan
detil dengan perasaan dengan tingkat perfeksionisme yang tinggi
(Hartono, 2006).

2.2.2

Ciri-ciri Seorang Waria dan Bedanya dengan Seorang Pria Gay

a. Dari sudut penampilan hampir semua waria cenderung bergaya layaknya
seorangwanita baik dari sisi pakaian maupun aksesoris serta pernak pernik yangdikenakannya, penampilan inilah perbedaan yang paling
mencolok antaraseorang waria dengan seorang pria gay.
b. Sebagian besar waria tidak hanya dari segi penampilannya saja yang
menirusecara pakem seorang wanita, bahkan banyak dari mereka yang
sangat obsesifmerubah secara paten organ-organ tubuhnya menyerupai
seorang wanita. Lihatsaja berapa banyak waria yang operasi payudara
bahkan kelaminnya untukmerubah diri menjadi seorang wanita sejati,
sedang para pria gay cenderung tetapmempertahankan kondisi fisiknya.
c. Gerak-gerik dan intonasi dialeknya ketika berkomunikasi pun sangat

kentarawalau terdengar aneh dan menggelikan dengan getaran volume
antara wanita danpria. Sedang para pria gay mampu agak menyamarkan
intonasi ini walaupunsecara halus masih tetap dapat dibedakan bagi yang
jeli melihat danmendengarkan intonasinya.

Universitas Sumatera Utara

15

d. Sebagian para waria, cenderung lebih sensitif dan posesif dari para wanita
padaumumnya. Sehingga banyak kasus para waria bahkan rela membunuh
pasanganwarianya yang ketahuan berselingkuh.
e. Sebagian besar waria berkarir dibidang hiburan, penata rambut, perias,
penataartistik bahkan sebagian lagi jika malam hari ada yang bergiat
dibidang jasalayanan seks bagi pria-pria gay yang tidak memiliki pasangan
tetap. Ini salah satu yang membedakan gay dengan waria karena biasanya
gay lebih memilihmenjalin hubungan tetap dengan sejenisnya (Hartono,

2006).
2.3


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup (Life Style)
Menurut pendapat Amstrong (2003) dalam Ramadhani (2011) gaya hidup

seseorangdapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan
–kegiatanuntuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa,
termasukdidalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan
kegiatantersebut. Lebih lanjut Amstrong menyatakan bahwa faktor -faktor yang
mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yangberasal dari
dalam diri individu (internal)dan faktor yang berasal dari luar(eksternal). Faktor
internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian,konsep diri, motif,
dan persepsi dengan penjelasannya sebagai berikut
a. Sikap
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan
untukmemberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi
melaluipengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku.
Keadaan jiwatersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan,
kebudayaan dan lingkungansosialnya.

Universitas Sumatera Utara

16

b. Pengalaman dan pengamatan
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah
laku,pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan
dapatdipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman.
Hasil daripengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap
suatu objek.
c. Kepribadian
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku
yangmenentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
d. Konsep diri
Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri.
Konsep dirisudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk
menggambarkanhubungan antara konsep diri konsumen dengan image
merek. Bagaimana individumemandang dirinya akan mempengaruhi minat
terhadap suatu objek. Konsep dirisebagai inti dari pola kepribadian akan
menentukan perilaku individu dalammenghadapi permasalahan hidupnya,
karena konsep diri merupakan frame ofreference yang menjadi awal
perilaku.
e. Motif
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa
aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang
motif. Jika motifseseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar
maka akan membentuk gayahidup yang cenderung mengarah kepada gaya
hidup hedonis.

Universitas Sumatera Utara

17

f. Persepsi
Persepsi

adalah

proses

dimana

seseorang

memilih,

mengatur,

danmenginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang
berartimengenai dunia. Adapun faktor eksternal dijelaskan sebagai berikut:
1. Kelompok referensi
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh
langsung atautidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok
yangmemberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu
tersebutmenjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang
memberipengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak
menjadianggota

didalam

kelompok

tersebut.

Pengaruh-pengaruh

tersebut

akanmenghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.
2. Keluarga
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan
sikap danperilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk
kebiasan yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.
3. Kelas sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan
lamadalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan
paranggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku
yangsama.Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam
masyarakat,yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya
tempat seseorangdalam lingkungan pergaulan, prestise hak- haknya serta
kewajibannya. Kedudukansosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha
yang sengaja maupun diperolehkarena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang

Universitas Sumatera Utara

18

dinamis dari kedudukan. Apabilaindividu melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya maka iamenjalankan suatu peranan dalam
kebudayaan. Kebudayaan yang meliputipengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan -kebiasaan yang diperoleh individu
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiridari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputiciri-ciri pola pikir,
merasakan dan bertindak.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yangmempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam (internal) dan
dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan,
kepribadian, konsep diri, motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi
kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.
2.4

Teori Gaya Hidup (Life Style Theor)
Teori Gaya Hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur

di bandingkan kepribadian. Definisi gaya hidup di kembangkan oleh ( Engel,
Blackwell dan Miniard,1995) sebagai pola dimana orang hidup dan menggunakan
uang dan waktunya. Gaya hidup mencerminkan pola konsumsi yang
menggambarkan pilihan seseorang bagaimana ia menggunakan waktu dan uang
(Siti Nurhasana, 2009).
Gaya hidup merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana seseorang
memilih untuk menggunakan waktu, uang, energi dan merefleksikan nilai-nilai ,
rasa, dan kesukaan. Gaya hidup adalah bagaimana sesorang menjalankan apa yang
menjadi konsep dirinya yang di tentukan oleh karakteristik individu yang
terbangun dan terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi
sosial selama mereka menjalani siklus kehidupan.Berbagai faktor dapat

Universitas Sumatera Utara

19

mempengaruhi gaya hidup seseorang diantaranya demografi, kepribadian, kelas
sosial, daur hidup dalam rumah tangga (Siti Nurhasana, 2009).
Kasali (1998) dalam Ramadhani (2011) menyampaikan beberapa
perubahan demografi Indonesia di masa depan, yaitu penduduk demografi akan
lebih terkonsentrasi di perkotaan, usia akan semakin tua, melemahnya
pertumbuhan penduduk, berkurangnya orang muda, jumlah anggota keluarga
berkurang, pria akan lebih banyak,semakin banyak wanita yang bekerja,
penghasilan keluarga meningkat, orang kaya bertambah banyak, dan pulau Jawa
tetap terpadat.
2.5

Sejarah Homoseksual
Homoseksual ada di semua budaya dan lapisan masyarakat serta di

sepanjang sejarah. Homoseksual merupakan istilah yang diciptakan pada tahun
1869 oleh bidang ilmu psikiatri di Eropa untuk mengacu pada suatu fenomena
yang berkonotasi klinis. Pengertian homoseksual kemudian terbagi dalam dua
istilah yaitu Gay dan Lesbi. Hawkin pada tahun 1997 menuliskan bahwa istilah
Gay atau Lesbi dimaksudkan sebagai kombinasi antara identitas diri sendiri dan
identitas sosial yang mencerminkan kenyataan bahwa orang memiliki perasaan
menjadi dari kelompok sosial memiliki label yang sama. Istilah Gay biasanya
mengacu pada jenis kelamin laki-laki dan istilah Lesbi mengacu kepada jenis
kelamin perempuan. Kinsey pada tahun 1948 menemukan bahwa 10% laki-laki
adalah homoseksual, sedangkan wanita sebesar 5% (Hartono, 2006).
Komunitas gay di pandang rentan terhadap penularan PMS dan
HIV/AIDS. Mengingat perilaku seksual komunitas gay yang cenderung bebas dan
berganti-ganti pasangan serta rendahnya informasi tentang kesehatan reproduksi.
PMS menjadi sangat serius, karena dapat meyerang dalam cakupan luas ke

Universitas Sumatera Utara

20

seluruh cakupan dunia. PMS juga dapat menyebar dengan mudah dari satu orang
ke orang lain. PMS yang dapat menularkan pada komunitas homoseksual adalah
Sipilis, Gonorhoe, Harpes kelamin. Tetapi yang paling besar di antaranya adalah
HIV/AIDS, karena mengakibatkan kematian pada penderitanya, karena AIDS
tidak bisa di obati dengan antibiotik (Iswati Erna, 2010).
Perilaku homoseksual sudah di kenal sejak zaman Nabi Luth as, yaitu
kaum sodom dan Gomorah. Hingga kini keberadaannya masih tetap ada, bahkan
Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa seperti Belanda dan Denmark
justru telah mensahkan perkawinan sejenis. Temuan menggemparkan terjadi
dalam riset yang telah di kemukakan Ward dari N.I.H dalam eksperimennya
mereka menggunakan sejumlah lalat yang telah di transplantasi gen tunggal.
Kemudian kumpulan lalat tersebut di masukkan ke dalam botol. Hasilnya
menunjukkan, lalat betina cenderung berada pada bagian atas dan bawah botol.
Sedangkan lalat jantan hanya berada pada bagian tengah dan membentuk ikatan
rantai (bergrombol). Yang menakjubkan, bahwa lalat jantan berperilaku gay,
sedangkan lalat betina tetap normal (Ramadhani, 2011).
Pengertian LGBT adalah singkatan dari Lesbi, Gay, Biseksual,
Transgender. LGBT singkatan yang secara kolektif mengacu pada komunitas
khusus kaum “lesbian, gay, biseksual, dan transgender”. Istilah LGBT marak
sejak tahun 1990-an dan keberadaan kaum LGBT sendiri kerap memicu banyak
perdebatan. Tidak sedikit yang menganggap mereka sejajar dengan kaum
heteroseksual. Namun, banyak yang menduga kaum ini melanggar kodrat alamiah
mereka. Gerakan LGBT di dunia telah merajalela. Mereka berlindung atas nama
“hak asasi” sebagai “tameng” identitasnya. Kemudian, mereka memperjuangkan
kepentingan kelompoknya agar diakui oleh masyarakat. Alhasil, dengan embel-

Universitas Sumatera Utara

21

embel propaganda “kemanusiaan”, gerakan LGBT berhasil memperoleh simpati
dari masyarkat di berbagai belahan dunia. Beberapa negara di dunia. Seperti
negara-negara di Eropa dan Amerika, melegalkan LGBT. Di Belanda, pernikahan
sesama jenis diakui oleh negara sehingga para LGBT bebas mengekspresikan
dirinya layaknya makhluk yang bebas. Begitu juga pengakuan LGBT di beberapa
negara lain, seperti Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, dan lain-lain (Wilcox,
2003).
Dari sisi kesehatan, tentu legalisasi LGBT akan berdampak buruk di
indonesia. Penganut LGBT berpotensi besar mengalami gangguan kesehatan
seksual. Jelas sekali hal itu bisa terjadi. Pasalnya, penganut LGBT pasti
melakukan kegiatan seks yang menyimpang. Sebut saja kaum homoseksual.
Kaum gay yang melakukan aktivitas seksual tidak akan sama seperti kaum
heteroseksual yang normal. Walau terkadang, banyak juga kaum heteroseksual
yang melakukan aktivitas menyimpang. Banyak dari kaum LGBT terkena
penyakit seks, seperti sifilis, gonore dan bahkan HIV/AIDS (Wilcox, 2003).
2.6

Pengertian Homoseksual
Homoseksual adalah rasa ketertarikan romantis dan seksual atau perilaku

antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama.

Sebagai orientasi

seksual, homoseksual mengacu kepada pola berkelanjutan atau disposisi untuk
pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis terutama atau secara
ekskliusif pada orang dari jenis kelamin sama. Istilah umum dalam Homoseksual
yang sering di gunakan adalah (Gay) untuk pria pecinta sesama jenis (Adesla,
2009).
Menurut Kartono (1989) Homoseksual adalah relasi seks dalam jenis
kelamin yang sama atau rasa tertarik dan mencintai jenis seks yang sama.

Universitas Sumatera Utara

22

Banyak teori-teori yang menjelaskan sebab-sebab homoseksualitas di antaranya
adalah :
a. Faktor herediter berupa tidak seimbangnya hormon-hormon seks
b. Pengaruh lingkungan yang tidak baik atau tidak menguntungkan bagi
perkembangan kematangan seksual yang normal
c. Seseorang yang mencari kepuasan relasi homoseks, karena pengalaman
homoseks pada remaja
d. Pengalaman traumatis pada ibunya sehingga timbul kebencian atau
antisipasi terhadap ibunya dan semua wanita.
2.7

Sikap dan Tingkah Laku Homoseksual
Kebanyakan individu berfikir bahwa tingkah laku heteroseksual dan

homoseksual adalah pola yang berbeda dan dapat mudah didefenisikan.
Kenyataannya, kecenderungan akan pasangan seksual dari jenis kelamin yang
sama tidaklah selalu merupakan keputusan yang tetap dapat dibuat sekali dan
mengikat untuk selamanya. Sebagai contoh, tidaklah jarang bagi seorang individu,
terutama laki-laki untuk melakukan eksperimen homoseksual dimasa remaja,
namun tidak melakukan tingkah laku homoseksual dimasa dewasa. Sementara
beberapa individu melakukan tingkah laku heteroseksual dimasa remaja, namun
kemudian melakukan tingkah laku homoseksual di masa dewasa. Sementara,
beberapa individu tingkah laku heteroseksual di masa remaja, namun kemudian
melakukan tingkah laku homoseksual di masa dewasa (Halonen dan
Santrock,1996) dalam (Ramadhani, 2011).
Selama dekade terakhir ini, sikap terhadap homoseksual ini menjadi
permisif sejak tahun 1986, sebuah jejak pendapat yang dilakukan oleh Gallup
mulai mengenal adanya pergeseran konservatif dan oleh kesadaran publik akan

Universitas Sumatera Utara

23

penyakit AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome). Peningkatan jalur keras
terhadap homoseksual ini mungkin saja bersifat sementara. Jejak pendapat tahun
1989 Gallop sekali lagi menunjukkan adanya peningkatan toleransi terhadap hakhak kaum gay. Individu yang memiliki sifat negatif terhadap homoseksual juga
cenderung menyetujui pengawasan AIDS secara ketat, misalnya dengan
mengeluarkan penderita AIDS dalam tempat kerja (Ramadhani, 2011).
Perasaan yang tidak rasional dan negatif terhadap homoseksual disebut
homophobia. Dalam bentuk yang lebih ekstrem, homophobia dapat menyebabkan
munculnya tingkah laku mengolok-olok, memukul atau bahkan membunuh.
Umumnya homophobia berhubungan dengan

tingkah laku menghindari

homoseksual. Walaupun identitas gay telah dipelajari secara meluas peneliti yang
melakukan penelitian terhadap identitas gay ini sering diartikan sebagai proses
pemunculan yang terdiri dari tiga tahap yaitu sensitisasi (kesadaran yang disertai
dengan rasa bingung),penyangkalan, rasa bersalah, malu dan penerimaan
(Hartono, 2006).
Salah satu aspek berbahaya dari ternodanya homoseksualitas adalah
devaluasi diri yang sering dilakukan oleh individu gay. Salah satu bentuk yang
umum dari devaluasi diri disebut dengan passing, proses menyembunyikan
identitas sosial seseorang yang sebenarnya. Yang termasuk dalam strategi passing
antara lain memberikan informasi yang menyembunyikan identitas homoseksual
seseorang atau menghindari identitas seksual seseorang yang sebenarnya.
Pertahanan terhadap pengenalan diri seperti ini sangat berakar dimasyarakat,
tanpa dukungan yang memadai dan rasa takut menjadi tercela, banyak gay yang
menutup diri mereka dan kemudian muncul kembali pada suatu saat yang lebih
aman biasanya ketika merekakuliah (Gruskin, 1994) dalam (Ramadhani 2011).

Universitas Sumatera Utara

24

2.8

Jenis Homoseksual
Menurut Coleman, dkk (1980) dalam Ramadhani (2011) menggolongkan

homoseksualitas ke dalam beberapa jenis yakni :
a. Homoseksual tulen yaitu gambaran streotiptik popular tentang laki -laki
yang keperempuan-perempuanan atau sebaliknya perempuan yang kelelakilakian.
b. Homoseksual malu-malu yaitu kaum lelaki yang suka mendatangi kamar
mandi yang tidak mampu dan tidak berani menjalin hubungan antarpersonal.
c. Homoseksual tersembunyi yaitu kelompok ini biasanya berasal dari kelas
menengah dan memiliki status sosial yang mereka rasa perlu dengan
menyembunyikan homoseksualitas mereka.
d. Homoseksual situasional yaitu kelompok yang dapat mendorong
orangmempraktikkan homoseksualitasnya tanpa disertai komitmen yang
mendalam.
e. Biseksual yaitu orang yang mempraktikkan baik homoseksualitas maupun
heteroseksualitas sekaligus.
f. Homoseksual

mapan

yaitu

kaum

homoseksual

yang

menerima

homoseksualitas mereka, memenuhi aneka peran kemasyarakatan secara
bertanggung jawab dan mengikatkan diri dengan komunitas homoseksual
setempat.
2.9

Perilaku Seksual
Menurut Simkins (1984) dalam Ramadhani (2010), perilaku seksual

adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan
jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk – bentuk tingkah laku ini bisa
bermacam-macam, mulai dari membaca buku porno, nonton film porno, perasaan

Universitas Sumatera Utara

25

tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek
seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri
(Ramadhani, 2011).
Sedangkan menurut Mohammad (1998) dalam Ramadhani (2011),
perilaku seksual dapat di definisikan sebagai „interaksi antara perilaku prokreaktif

dengan situasi fisik serta sosial yang melingkunginya‟. Perilaku seksual meliputi 4
tahap (Kinsey 1965) dalam Ramadhani (2011) yaitu :
a. Bersentuhan

(touching),

mulai

dari

berpegangan

tangan

sampai

berpelukan.
b. Berciuman (kissing), mulai dari ciuman singkat hingga berciuman bibir
dengan mempermainkan lidah (deep kissing)
c. Bercumbuan (petting), menyentuh bagian-bagian yang sensitif dari tubuh
pasangannya dan mengarah pada pembangkitan gairah seksual.
d. Berhubungan kelamin (sexual intercouse)
2.10

Perilaku Seksual Beresiko
Perilaku seksual pada manusia dapat diartikan sebagai aktivitas yang

kompleks dan tidak hanya terbatas pada melepaskan ketegangan melalui orgasme.
Secara garis besar perilaku seks dapat dikelompokkan menjadi perilaku yang
normal dan perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku seksual yang normal
memiliki makna perilaku yang tidak merugikan diri sendiri dan dilakukan kepada
lawan jenis dan diakui masyarakat. Perilaku seksual yang menyimpang menurut
Hawkins (1997) dalam Ramadhani (2011) memiliki makna sebagai perilaku
seksual yang cenderung destruktif bagi diri sendiri maupun orang lain
(Ramadhani, 2011).

Universitas Sumatera Utara

26

Penelitian menunjukkan bahwa perilaku seksual pada gay dapat dibedakan
menjadi 3 kategori yaitu:

1. Perilaku oral genital, memeluk, dan mencium.
2. Seks anal
3. Tindakan alternative seperti fisting (berupa tangan tapi bukan
mengepal, dimasukkan ke dalam rektum ).
2.11

Penyakit Menular Seksual (PMS) yang Beresiko terhadap Kaum Gay
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah suatu gangguan atau penyakit-

penyakit yang di tularakan dari satu orang ke orang lain melalui kontak atau
hubungan seksual. Pengertian lain, Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah
penyakit yang menyerang manusia dan binatang melalui transmisi hubungan
seksual, seks oral, dan seks anal. Beberapa PMS yang sering mrnjangkiti orang,
terutama sering melakukan penyimpangan seksual (Dianawati, 2003).
Beberapa PMS itu sebagai berikut :
1. Sifillis
Sifillis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun
walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tetapi masih merupakan
penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh
termasuk sistem peredaran darah, syaraf, dan dapat ditularkan oleh ibu
hamil kepada bayi yang dikandungnya sehingga menyebabkan kelainan
bawaan pada bayi tersebut. Sifillis sering dikenal sebagai penyakit „Raja
Singa‟.

Universitas Sumatera Utara

27

2. Gonore (GO)
Gonore adalah PMS yang paling sering ditemukan dan paling mudah
ditegakkan diagnosisnya. Penyakit ini menyerang organ selaput lendir,
mucus, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya. Sebutan lain
penyakit ini adalah „kencing nanah‟.
3. AIDS
Sebuah singkatan Acquired Immuno Deficiency Syndrome artinya suatu
gejala menurunnya sistem kekbalan tubuh seseorang. Pada dasarnya setiap
orang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang dapat melindunginya dari
berbagai serangan seperti virus,kuman,dan penyakit lainnya.
4. HIV
Singkatan dari Human Immuno Deviciency Virus, yaitu sejenis virus yang
menyebabkan AIDS. HIV ini menyerang sel darah putih dalam tubuh
sehingga jumlah sel darah putih semakin berkurang dan menyebabkan
sistem kekebalan tubuh menjadi lemah.
Salah satu resiko melakukan hubungan sesksual adalah kemungkinan
untuk terkena PMS. Faktor resiko tersebut meliputi, tanpa pengguna pengaman
dalam berhubungan seksual, perilaku seks pada usia dini dan berganti-ganti
pasangan. Menurut Davison (2004) dalam Hartanto (2006) bahwa perilaku
homoseksual atau gay dapat berawal pada masa kanak-kanak, karena gangguan
perkembangan seksual seseorang di tambah dengan pengaruh orang tua yang tidak
baik.

Universitas Sumatera Utara

28

2.12

Faktor Perilaku Seksual Beresiko
Menurut Kalina (2009) dalam (Ramadhani, 2011) menyatakan bahwa

perilaku seksual yang beresiko mempunyai 2 faktor yaitu :
1. Faktor psikologi
Keadaan kejiwaan seseorang yang dapat mendorong untuk melakukan
perilaku seksual sehingga sebagai variasi dalam berhubungan seksual
misalnya bermabuk-mabukan, merokok yang merupakan suatu bentuk
variasi sebelum melakukan hubungan seksual.
2. Faktor perilaku
Suatu bentuk tindakan yang dipengaruhi oleh faktor psikologi seseorang
yang tidak stabil sehingga dalam berhubungan seksual tanpa memikirkan
keadaan kesehatan. Misalnya melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan kondom/pil kontrasepsi. Beberapa penelitian tentang
perilaku seksual yang beresiko terhadap PMS antara lain :
a. Menurut hasil penelitian Kalina (2009)

dalam Ramadhani (2011)

menyatakan bahwa sebanyak 62% dari siswa Slovak mempunyai
pengalaman dalam berhubungan seksual, selain itu sebanyak 81% dari
wanita dan 71% pada laki-laki tidak menggunakan kondom dalam
berhubungan seksual. Perilaku tersebut sangat berisiko terhadap penularan
penyakit seksual dan tidak ada faktor lain yang berhubungan dalam
penggunaan kondom.
b. Menurut Daili (2003) dalam Ramadhani (2011), menyatakan bahwa
perilaku berisiko tinggi dalam penyebaran PMS ialah perilaku yang
menyebabkan seseorang mempunyai risiko besar terserang penyakit.
Peningkatan insiden PMS tidak terlepas dari kaitannya dengan perilaku

Universitas Sumatera Utara

29

risiko tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang terkena sifilis
melakukan hubungan seks rata-rata sebanyak 5 pasangan seksual yang
tidak diketahui asal-usulnya, sedangkan orang yang terkena gonorhoe
melakukan hubungan seks dengan rata-rata 4 pasangan seksual
c. Menurut hasil penelitian Suswardana (2007) dalam Ramadhani (2011)
menyatakan bahwa sebanyak 24,5% pada komunitas waria di Yogyakarta
positif HIV, 16, 3% menderita Sifilis dan 6,12% menderita Kondiloma
Akuminata. Faktor risiko terhadap prevalensi HIV pada komunitas waria
di Yogyakarta dipengaruhi lebih dari 5 pasangan seks tiap minggu,
rendahnya konsistensi dalam pemakaian kondom serta rata-rata telah
menjadi waria lebih dari 10 tahun.
d. Menurut hasil penelitian Hirshfield

(2003) dalam Ramadhani (2011)

menyatakan bahwa komunitas gay pada kelompok umur 18-39 tahun
memiliki resiko 2 kali lipat terkena kelompok umur lebih dari 40 tahun
serta perilaku anal seks lebih berpengaruh terhadap PMS dibanding
dengan penggunaan obat sebelum atau selama berhubungan seksual.
2.13

Teori Perilaku

2.13.1 Teori Laurence Green
Green mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-behavior
causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor.

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

30

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan

fisik,

tersedianya

fasilitas-fasilitas

atau

sarana-sarana

kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban,
dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010) juga mengemukakan bahwa
perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon. Ia
membedakan dengan dua bentuk yaitu:
a. Perilaku tertutup (Covert Behaviour)
Perilaku ini adalah respons yang masih belum dapat dilihat oleh orang
lain. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,
persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
b. Perilaku terbuka (Overt Behaviour)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar`
Dari penjelasan dapat disebutkan bahwa perilaku tersebut terbentuk di
dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
a. Faktor eksternal yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri
seseorang, faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan non-fisik dalam bentuk social,
budaya, ekonomi, maupun politik.

Universitas Sumatera Utara

31

b. Faktor internal yaitu respon yang merupakan dari diri seseorang. Faktor
internal yang menentukan merespon stimulus dari luar dapat berupa
perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan lainnya.
Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan faktor
yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku
manusia karena dipengaruhi oleh factor social dan budaya dimana mereka
berada (Notoatmodjo, 2010).
2.14

Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian ini di gambarkan sebagai berikut :
Karakteristik :
-

Umur
Pendidikan
Status
perkawinan
Pendapatan

GAYA HIDUP
BERESIKO
HOMOSEKSUAL
(GAY)
Kelompok Beresiko :
-

Lingkungan
Keluarga
Teman sebaya

Kerangka pikir yang tertera diatas menggambarkan bahwa karakteristik
informan (umur, pendidikan, status perkawinan dan pendapatan) dan kelompok
beresiko (lingkungan, keluarga dan teman sebaya) yang

mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

32

timbulnya yaitu gaya hidup (life style) beresiko di kalangan kaum homoseksual
(gay) di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara