Proses Alih Media Naskah Kuno Dalam Bentuk Di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian
Metode

penelitian

pada

dasarnya

merupakan

cara

ilmiah

yang


dipergunakan dalam penelitian sehingga memperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan. Metode penelitian adalah suatu metode ilmiah yang memerlukan
sistematika dan prosedur yang harus ditempuh, unsur dan komponen yang
diperlukan dalam suatu penelitian. Metode penelitian ada dua jenis yaitu
penelitian kualitatif dan kuantitatif, tetapi dalam penelitian ini metode yang
digunakan yaitu metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Moleong (2005, 5) menyatakan bahwa:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
naturalistik untuk menemukan pengertian atau pemahaman tentang
fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus serta menganalisis
dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk
dipahami dan disimpulkan.
Penelitian deskriptif membantu peneliti untuk menjelaskan karakteristik
subjek yang diteliti, mengkaji berbagai aspek dalam fenomena tertentu dan
menawarkan ide masalah untuk pengujian atau penelitian lanjutan. Tujuan dari
penelitian deskriptif yaitu menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan
karakterisktik mengenai populasi atau bidang tertentu. Dalam penelitian ini
peneliti hanya menggambarkan proses transformasi naskah kuno ke dalam bentuk
digital dan perangkat keras untuk mengoperasikan naskah kuno digital tersebut.


31

3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi

Sumatera Barat yang beralamat di Jalan Diponegoro No.4 belakang Tangsi untuk
perpustakaan dan Jalan Pramuka V No.2 Khatib Sulaiman untuk kantor arsip.
Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Desember 2015. Alasan
pemilihan lokasi didasarkan atas adanya proses transformasi naskah kuno ke
dalam bentuk digital dan perangkat keras untuk mengoperasikannya.

3.3

Data dan Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Hasil

penelitian didapatkan melalui dua sumber data, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil observasi dan
wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap
memiliki kompetensi dalam memberikan informasi yang relevan dan
sebenarnya di lapangan. Data primer diperoleh langsung dari pustakawan
yang melakukan proses pengalihan naskah kuno tersebut.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung data primer dari literatur yang terdiri
dari buku, jurnal dan web serta data yang diambil dari organisasi tersebut
yaitu Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat.

32

3.4

Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam

penelitian untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan

informasi yang dapat dipercaya. Menurut Basrowi (2008, 93) “metode
pengumpulan data merupakan strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan
dengan mengunakan teknik-teknik, prosedur-prosedur, alat-alat serta kegiatan
yang nyata.” Peneliti menggunakan tiga pokok pengumpulan data dalam
penelitian ini yaitu:
1. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses memperoleh keterangan dengan cara
tanya jawab untuk memperoleh jawaban yang dibutuhkan oleh seorang
peneliti. Menurut Riduwan (2012, 74) “wawancara adalah suatu cara
pengumpulan data dengan melakukan percakapan untuk memperoleh
informasi langsung dari sumbernya.” Percakapan dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer ) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Wawancara digunakan untuk mengetahui hal-hal dari responden secara
lebih mendalam serta jumlah responden sedikit.
Pemilihan informan didasarkan pada penarikan informan yang
dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik dan
purposive (tujuan). Informan dalam penelitian ini yaitu kepala bidang

deposit, pengamatan dan pelestarian bahan pustaka (kode: I1), staf

pelestarian bahan pustaka (kode: I2) dan pihak ketiga yaitu staf fakultas

33

ilmu budaya universitas andalas (FIB Unand) (kode: I3). Data yang akan
diambil dari informan adalah data mengenai jumlah naskah kuno yang
telah dialih mediakan, prosedur sebelum melakukan digitalisasi naskah
kuno, proses pelaksanaan alih media naskah kuno, kendala yang dihadapi
dalam kegiatan alih media naskah kuno dan perangkat keras untuk
mengoperasikannya.
2. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Sistem yang
digunakan dalam melakukan observasi yaitu memberikan tanda ceklis (V)
apabila kegiatan tersebut dilakukan oleh instansi tersebut. Observasi yang
dilakukan oleh peneliti adalah mengenai proses alih media naskah kuno
dan perangkat keras untuk mengoperasikan naskah kuno digital. Pada
instansi ini memiliki 143 judul naskah yang terdiri dari 363 eksemplar
naskah kuno yang telah dialih mediakan. Ada dua kategori dari naskah
kuno pada perpustakaan ini yaitu kategori naskah asli dan naskah kopian.

Dari 143 judul naskah kuno, ada 28 eksemplar naskah kuno yang termasuk
kategori asli telah dilakukan alih media dan 7 eksemplar belum dilakukan
alih media serta 326 termasuk kategori kopian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan
catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti,
sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan

34

perkiraan. Data yang bisa diambil dari metode ini meliputi buku-buku yang
relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter
dan data yang relevan. Dokumentasi berguna karena dapat memberikan
latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian, dapat dijadikan
bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data dan merupakan bahan
utama dalam penelitian historis. Peneliti akan mengambil data dengan
melihat dokumen-dokumen yang dimiliki oleh perpustakaan yang berupa
laporan alih media.

3.5


Analisis Data
Data dari hasil wawancara berupa jawaban dari informan akan disortir

terlebih dahulu untuk mempermudah dalam analisis data dan dihubungkan serta
dibandingkan satu dengan yang lainnya. Analisis data dalam penelitian kualitatif
terdiri dari beberapa alur kegiatan antara lain adalah:
1. Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
secara kasar yang timbul dalam catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi
data merupakan suatu proses memfokuskan dan mengabstraksikan data
menjadi informasi yang bermakna. Dalam tahap ini peneliti memilih data
mengenai kegiatan alih media naskah kuno dan data mengenai perangkat
keras untuk mengoperasikan naskah kuno digital.

35

2. Penyajian Data
Penyajian data yang akan digunakan dalam penelitian dapat berbentuk teks

naratif, tabel dan sebagainya. Untuk mempermudah pemahaman terhadap
informasi yang besar jumlahnya, maka dalam penyajian data akan
dilakukan penyederhanaan informasi. Penyajian data dalam penelitian ini
menggunakan teks naratif dan gambar.
3. Verifikasi Data
Tahapan selanjutnya adalah verifikasi dari kegiatan sebelumnya dan
dilanjutkan ke penarikan kesimpulan. Pada tahap ini peneliti akan
melakukan proses menginterprestasi data-data yang telah dikumpulkan
dengan metode wawancara serta observasi sambil melakukan pencocokan
terhadap kesimpulan yang akan dibuat.

3.6

Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini, maka penulis

menggunakan beberapa metode triangulasi, yaitu teknik yang dilakukan dengan
meminta penjelasan lebih lanjut. Adapun teknik triangulasi yang digunakan
adalah:
1. Triangulasi Data

Menggunakan berbagai sumber data seperti hasil wawancara, hasil
observasi dan dokumen. Peneliti melakukan wawancara dengan
informan penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap dan relevan
sesuai dengan pedoman wawancara. Peneliti juga melakukan observasi
untuk mengamati proses alih media naskah kuno dan perangkat keras

36

untuk mengoperasikan naskah kuno digital berdasarkan pedoman
observasi yang dilakukan pada Badan Perpustakaan dan Kerasipan
Provinsi Sumatera Barat.
2. Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa
data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini,
berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan
menguji terkumpulnya data tersebut. Teori yang didapatkan oleh
peneliti tidak hanya melalui buku tercetak saja melainkan penulis juga
memasukkan teori berdasarkan jurnal, artikel dan literatur lainnya
mengenai alih media naskah kuno dan perangkat keras untuk
mengoperasikannya.

3. Triangulasi Metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode
wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan metode wawancara langsung dengan informan yang
ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan.

37

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan membahas tentang hasil-hasil peneletian yang
dilakukan pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat, baik
itu dari hasil pengamatan penulis secara langsung (observasi) maupun dari hasil
wawancara dengan pustakawan yang terlibat secara langsung dalam kegiatan alih
media naskah kuno. Hasil penelitian yang diperoleh menjelaskan tentang proses
alih media naskah kuno dalam bentuk digital pada Badan Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini mencakup proses alih media
naskah kuno dalam bentuk tercetak ke bentuk digital yang disimpan dalam CD
dan DVD serta perangkat keras untuk mengoperasikannya.

Informan pada penelitian ini adalah Kabid dan Staf Deposit Pengamatan
dan Pelestarian Bahan Pustaka dan Staf FIB Unand. Berikut daftar karakteristik
informan:
Tabel 4.1 Karakteristik Informan
Kode

Bagian
Kabid Deposit Pengamatan
Pelestarian Bahan Pustaka
Staf Pelestarian Bahan Pustaka

I3

Staf FIB Unand

38

dan

Dalam melakukan wawancara peneliti menetapkan Bapak Izmon Azif,
S.Sos., sebagai informan pertama (

) yang bertugas sebagai Kabid Deposit

Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka, Ibu Linda Evia, Amd., sebagai
informan kedua (I2) yang bertugas sebagai Staf Pelestarian Bahan Pustaka dan
Bapak Pramono sebagai informan ketiga ( ) yang bertugas sebagai Staf FIB
Unand.
Sebelum melakukan wawancara peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
observasi ini. Wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah
dibuat lalu dikembangkan lebih dalam sesuai dengan jawaban informan dan
wawancara berlangsung secara informal. Suasana dan kondisi selama wawancara
bersifat alamiah, tidak dibuat-buat atau tidak diatur sedemikian rupa untuk tujuan
tertentu. Begitu juga dengan bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak
formal (informal). Wawancara dilakukan secara berulang apabila peneliti merasa
kurang mengerti atau ada yang perlu ditambahi dari wawancara sebelumnya.

4.1 Data
Kegiatan alih media naskah kuno mulai dilakukan pada tahun 2008 sampai
tahun 2014. Naskah kuno yang didapatkan pada tahun 2015 belum dilakukan
kegiatan alih media karena anggaran dana pada tahun tersebut ditiadakan oleh
pihak perpustakaan. Dalam melakukan kegiatan alih media ini pihak perpustakaan
bekerja sama dengan staf tim FIB Unand. Jumlah pustakawan yang melakukan
kegiatan alih media ini adalah 5 orang dari Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Sumatera Barat dan 2 orang dari tim FIB Unand. Jumlah naskah kuno
yang tersimpan di perpustakaan 143 judul naskah yang terdiri dari 363 eksemplar

39

naskah kuno yang telah dialih mediakan. Ada dua kategori dari naskah kuno pada
perpustakaan ini yaitu kategori naskah asli dan naskah kopian. Dari 143 judul
naskah kuno, ada 28 eksemplar naskah kuno yang termasuk kategori asli telah
dialih mediakan dan 7 eksemplar belum dilakukan alih media serta 326 termasuk
kategori kopian.

4.1.1 Deskripsi Data
Berikut deskripsi data yang diperoleh dari hasil wawancara adalah sebagai
berikut:
1.

Bagaimanakah proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital pada di
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat dapat terlihat
dari uraian jawaban informan berikut:
I2: “Proses alih media naskah kuno yang paling penting sekali yaitu ahli
waris bersedia koleksi naskahnya dilakukan digitalisasi. Setelah itu
koleksi naskah tersebut dikumpulkan pada suatu ruangan untuk
dilakukan foto terhadap naskah. Pada ruangan tersebut dihitung
jumlah naskah yang telah terkumpul. Jika ada naskah yang kotor dan
rusak maka di bersihkan serta diperbaiki terlebih dahulu. Setelah
dibersihkan dan diperbaiki lakukan pemotretan, setelah dilakukan
pemotretan dengan menggunakan kamera yang langsung terhubung
dengan komputer atau laptop. Selanjutnya dilakukan pengeditan dan
pendigitalisasian lembar demi lembar naskah untuk dikemas ke dalam

bentuk CD atau DVD.”

40

I3: “Proses alih media naskah kuno pada instansi tersebut yaitu
mengumpulkan atau mencari naskah kuno yang tersimpan pada
masyarakat di sekitar Provinsi Sumatera Barat. Untuk mengumpulkan
naskah kuno tersebut tidaklah mudah karena pemilik atau pewaris
naskah tidak mudah memberikan koleksi naskah tersebut kepada
siapa pun. Oleh sebab itu. pihak perpustakaan meminta bantuan
kepada tim FIB Unand dengan menggunakan metode pendekatan
secara kebudayaan. Biasanya jika didekati dengan kebudayaan
masyarakat akan mengeluarkan koleksi yang dimilikinya dan juga
dapat juga diberikan kepada pihak perpustakaan untuk dirawat
sebagaimana mestinya. Tetapi apabila tidak diizinkan mengambil
naskah aslinya pihak perpustakaan hanya melakukan foto setiap
lembar naskah tersebut. Pemotretan dilakukan menggunakan kamera
DSLR canon yang memiliki resolusi minimal 300 dpi dan kepadatan
warna 24 bit. Kualitas foto harus dalam format TIFF atau RAW.
Setelah naskah kuno difoto langkah selanjutnya dilakukan proses
penyuntingan (editing) untuk mengatur fokus kualitas gambar agar
jelas. Setelah itu dibuatkan nama file dari masing-masing naskah
tersebut dan selanjutnya disimpan dalam bentuk CD. Setelah
disimpan dalam bentuk CD dilakukan penamaan berkas berdasarkan

tahun dan lokasi didapatkan naskah tersebut.”
2.

Apakah perangkat keras yang digunakan perpustakaan untuk mengoperasikan
naskah kuno digital terlihat dari uraian jawaban informan berikut:

41

I1: “Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai sarana dan
prasarana jadi pihak perpustakaan belum menyediakan alat atau
perangkat keras untuk membuka naskah kuno digital tersebut. Untuk
saat ini jika ada pengguna yang ingin menggunakannya harus
membawa laptop yang memili driver CD-ROM atau DVD untuk
membukanya.”

I2: “Perangkat keras yang digunakan belum disediakan oleh pihak
perpustakaan. Jika pengguna ingin membuka naskah kuno digital
maka pengguna harus membawa laptop yang memiliki driver CD-

ROM atau DVD.”
3.

Apakah kendala yang dihadapi Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
Sumatera Barat dalam melakukan kegiatan alih media naskah kuno dapat
terlihat dari uraian jawaban informan sebagai berikut:
I1: “Kendala pertama yang dihadapi yaitu dana karena pihak
perpustakaan

tidak memiliki

anggaran

yang

memadai

untuk

melakukan kegiatan alih media naskah kuno. Anggaran untuk alih
media itu terbatas dan setelah itu ditiadakan pada tahun 2015 untuk
hunting naskah kuno. Selain itu kendala lain yang dihadapi adalah
waktu. Untuk melakukan pendekatan dibutuhkan waktu yang sangat
lama. Kendala lainnya yaitu sarana dan prasarana serta sumber daya

manusianya terbatas.”
I2: “Kendala yang dihadapi sangat banyak sekali apalagi kendala di
lapangan. Kendala lainnya adalah dana dan sumber daya manusia

42

kurang. Jika pihak perpustakaan memiliki sumber daya manusia yang
dapat menerjemahkan naskah kuno digital maka pemanfataan koleksi
tersebut juga pasti lebih banyak. Selain itu pihak perpustakaan juga
belum membuatkan bibliografi naskah tersebut.”

I3: “Kendala umum yang sering ditemukan pada lapangan yaitu tidak ada
naskahnya. Jika naskah tidak ada maka kegiatan ini tidak bisa
dilakukan. Hambatan yang sering ditemukan yaitu masyarakat yang
memiliki naskah tidak semuanya ingin memberikan naskah tersebut
untuk dilakukan digitalisasi. Selanjutnya hambatan yang juga
ditemukan yaitu mengenai teknis dalam digitalisasi. Hambatan
lainnya yaitu dana yang cukup besar. Biaya yang dimaksud bukan
mengenai peralatan dalam alih media tetapi mengenai perjalanan
dalam

mencari

naskah

dan

waktunya

sampai

dilakukan

pendigitalan.”
4.1.2 Temuan Penelitian
Temuan hasil penelitian dapat dilihat dari beberapa hasil wawancara yang
telah diinterpretasikan dengan teori yang telah ada pada kajian pustaka dan dapat
dijabarkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

4.1.2.1 Proses Alih Media Naskah Kuno dalam Bentuk Digital
Dalam melakukan alih media naskah kuno dalam bentuk digital Badan
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat merujuk kepada buku

43

pedoman yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional dapat dilihat dari hasil
wawancara dengan informan berikut:
I1: “Pedoman yang digunakan dalam proses alih media naskah kuno pada
perpustakaan ini merujuk kepada pedoman pembuatan e-book dan
standar alih media yang dikeluarkan oleh perpustakaan nasional
Republik Indonesia. Didalam buku pedoman yang dikeluarkan oleh
perpustakaan nasional menjelaskan semua seluk beluk mengenai
tahap awal sampai akhir proses alih media digital.

Menurut Kepala Bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian Bahan
Pustaka dalam buku pedoman pembuatan e-book dan standar alih media
menjelaskan dan menjabarkan secara lebih rinci mengenai proses transformasi
digital bahan pustaka. Tidak hanya itu saja, di dalam buku pedoman tersebut juga
menjelaskan standar yang telah sesuai dalam alih media digital. Kegiatan awal
alih media naskah kuno dilakukan pada tahun 2008.
Proses alih media adalah proses mengubah dokumen tercetak menjadi
dokumen digital. Ada 3 (tiga) tahapan utama dalam melakukan proses digitalisasi
atau alih media menurut Hendrawati (2014, 29) adalah sebagai berikut:
1. Tahapan pra digitalisasi (prosedur awal) merupakan tahap persiapan
sebelum dilaksanakannya proses pengambilan objek digital.
Kegiatan pertama yang dipersiapkan adalah lebih bersifat persiapan
asministrasi, diantaranya: inventarisasi dan seleksi bahan pustaka,
survey kondisi fisik bahan pustaka, evaluasi dan analisis metadata serta
penentuan format file digital dan pemilihan metode pengambilan objek
digital (capture);
2. Tahapan digitalisasi merupakan tindakan pengalihan format suatu
media ke format digital yang dimulai dengan proses pengambilan objek
digital.
Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan kalibrasi peralatan yang
akan digunakan, pengambilan objek digital baik menggunakan kamera

44

digital, scanner atau alat konversi lainnya, editing, konversi, upload dan
menyimpan data dalam cakram padat (CD); dan
3. Tahapan pasca (setelah) digitalisasi. tahapan ini lebih menitik beratkan
pada bagaimana objek digital ini disajikan serta dapat diakses oleh
pengguna.
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah lebih kepada
pengecekkan serta pengontrolan kualitas berkas digital, kelengkapan
serta urutan dari berkas digital.
Proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital yang dilakukan oleh
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Sumatera Barat dan tim FIB Unand
melakukan tahapan yang hampir sama dengan teori di atas dapat dilihat dari hasil
wawancara berikut:
I2: “Proses alih media naskah kuno yang paling penting sekali yaitu ahli
waris bersedia koleksi naskahnya dilakukan digitalisasi. Setelah itu
koleksi naskah tersebut dikumpulkan pada suatu ruangan untuk
dilakukan foto terhadap naskah. Pada ruangan tersebut dihitung
jumlah naskah yang telah terkumpul. Jika ada naskah yang kotor dan
rusak maka di bersihkan serta diperbaiki terlebih dahulu. Setelah
dibersihkan dan diperbaiki lakukan pemotretan, setelah dilakukan
pemotretan dengan menggunakan kamera yang langsung terhubung
dengan komputer atau laptop. Selanjutnya dilakukan pengeditan dan
pendigitalisasian lembar demi lembar naskah untuk dikemas ke dalam

bentuk CD atau DVD.”
I3: “Proses alih media naskah kuno pada instansi tersebut yaitu
mengumpulkan atau mencari naskah kuno yang tersimpan pada
masyarakat di sekitar Provinsi Sumatera Barat. Untuk mengumpulkan
naskah kuno tersebut tidaklah mudah karena pemilik atau pewaris

45

naskah tidak mudah memberikan koleksi naskah tersebut kepada
siapa pun. Oleh sebab itu. pihak perpustakaan meminta bantuan
kepada tim FIB Unand dengan menggunakan metode pendekatan
secara kebudayaan. Biasanya jika didekati dengan kebudayaan
masyarakat akan mengeluarkan koleksi yang dimilikinya dan juga
dapat juga diberikan kepada pihak perpustakaan untuk dirawat
sebagaimana mestinya. Tetapi apabila tidak diizinkan mengambil
naskah aslinya pihak perpustakaan hanya melakukan foto setiap
lembar naskah tersebut. Pemotretan dilakukan menggunakan kamera
DSLR canon yang memiliki resolusi minimal 300 dpi dan kepadatan
warna 24 bit. Kualitas foto harus dalam format TIFF atau RAW.
Setelah naskah kuno difoto langkah selanjutnya dilakukan proses
penyuntingan (editing) untuk mengatur fokus kualitas gambar agar
jelas. Setelah itu dibuatkan nama file dari masing-masing naskah
tersebut dan selanjutnya disimpan dalam bentuk CD. Setelah
disimpan dalam bentuk CD dilakukan penamaan berkas berdasarkan
tahun dan lokasi didapatkan naskah tersebut.”

Dari kutipan wawancara di atas dapat dikatakan hal yang paling utama
sekali sebelum melakukan kegiatan alih media naskah kuno adalah ahli waris
bersedia memberikan koleksi naskahnya kepada tim perpustakaan untuk
dilakukan digitalisasi. Apabila naskahnya tidak ada maka tim perpustakaan akan
kesulitan melakukan kegiatan digitalisasi. Dalam melakukan kegiatan alih media
ini pihak perpustakaan bekerja sama dengan tim dari FIB Unand untuk

46

mendapatkan koleksi naskah yang dimiliki oleh ahli waris dengan cara melakukan
pendekatan secara kebudayaan. Tahapan-tahapan dalam melakukan alih media
naskah kuno adalah sebagai berikut: pemotretan, pengeditan dan penyimpanan
foto naskah dalam bentuk cakram padat (CD). Pihak perpustakaan tidak
melakukan scanning terhadap koleksi naskah yang akan didigitalisasi karena
naskah tersebut sudah rentan mengalami kerusakan. Oleh sebab itu, hanya
dilakukan pemotretan sebagai proses alih media naskah kuno.
Tahapan alih media naskah kuno dalam bentuk digital di Badan
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat dapat dijabarkan sebagai
berikut: (1) pemotretan, dilakukan dengan menggunakan kamera DSLR Canon
dengan standar yang dianjurkan adalah minimum foto naskah memiliki resolusi
minimal 300 dpi dan kepadatan warna 24 bit. Kualitas foto yang disimpan harus
dalam format TIFF atau dari format RAW ke format TIFF dan tidak
diperkenankan dalam format JPEG atau format JPEG ke format TIFF; (2)
Penyuntingan (editing), setelah dilakukan pemotretan selanjutnya dilakukan
proses penyuntingan (editing) foto naskah dengan mengatur fokus gambar agar
kualitas gambar jelas; (3) Pengemasan (packaging), dilakukan dengan pembuatan
file naming yang berisi nama file dan penomorannya agar naskah tersusun dari

halaman pertama sampai halaman akhir. Pembuatan file naming harus sesuai
dengan halaman naskah. Setelah selesai naskah disimpan dalam bentuk digital
dalam format CD yang dibuat dalam dua copy yang pertama untuk disimpan pada
Bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka agar dapat
dilayankan ke pengguna perpustakaan dan yang kedua sebagai back up persiapan

47

apabila terjadi kerusakan pada CD seperti CD tidak dapat terbaca dan; (4)
Penamaan berkas, setelah selesai proses pengemasan (packaging) selanjutnya
proses penamaan berkas atau pemberian label pada CD naskah berdasarkan tahun
dan lokasi naskah kuno.
Proses alih media naskah kuno di Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada flowchart berikut ini:

48

Penelusuran naskah dengan
cara mencari dan survey
langsung ke lapangan

tidak
Pengecekan
Kondisi
Fisik
baik

Pemotretan menggunakan
Kamera DSLR

Dilakukan Konservasi

baik

Kondisi
Fisik

Penyuntingan atau
Pengeditan (editing)

Pengemasan atau disimpan
dalam bentuk CD
(packaging)

Pembuatan File Naming
atau Penamaan Berkas

Selesai

Bidang Deposit,
Pengamatan dan
Pelestarian Bahan
Pustaka

Back up

Gambar 4.1 Flowchart Proses Alih Media Naskah Kuno dalam Bentuk Digital di
BPAD Provinsi Sumatera Barat

49

Keterangan:
Symbol Terminal (simbol untuk permulaan atau akhir dari
suatu program
Symbol Decision (simbol untuk kondisi yang akan
menghasilkan beberapa jawaban/aksi)

Symbol Process (simbol yang menunjukkan pengolahan)

Alur Kerja

Proses Kerja

Proses ahli media naskah kuno dapat dilihat dari gambar berikut ini:
1) Double klik shortcut “EOS Utility”, lalu pilih “camera setting atau Remote
shooting”

Gambar 4.2 Tampilan EOS Utility

50

2) Muncul icon seperti gambar di bawah dan tentukan terminal file gambar

Gambar 4.3 Terminal File Gambar

3) Klik tombol eksekusi maka akan keluar program “Digital Photo
Profesional” seperti gambar di bawah ini:

Gambar 4.4 Tampilan Digital Photo Profesional

51

4) Klik tombol pada gambar maka akan keluar gambar seperti di bawah ini:

Gambar 4.5 Tampilan Eksekusi Naskah Kuno

5) Untuk menentukan fokus gambar, dengan cara mengatur posisi lensa pada
kamera dan pada tampilan yang tersedia di gambar berikut:

Gambar 4.6 Tampilan Penyuntingan atau Pengeditan

52

6) Fokus gambar akan menjadi kualitas yang diinginkan

Gambar 4.7 Tampilan Akhir untuk Disimpan dalam CD
Dapat dinyatakan bahwa proses awal dalam melakukan kegiatan alih
media naskah kuno dalam bentuk digital adalah memiliki koleksi naskah tersebut.
Apabila koleksi naskah mengalami kerusakan diperbaiki terlebih dahulu. Setelah
diperbaiki tahapan awal yang dilakukan yaitu pemotretan lembar demi lembar
naskah kuno. Apabila pemotretan telah selesai langkah selanjutnya melakukan
pengeditan (editing), pengemasan ke dalam cakram padat (CD) dan setelah itu
pemberian label nama pada CD naskah kuno digital. Berikut ini gambar koleksi
naskah kuno yang telah dialihmediakan:

53

Gambar 4.8 Naskah Kuno yang telah Dialihmediakan

Gambar 4.9 Penyimpanan CD atau DVD Naskah Kuno Digital
Sumber daya manusia yang melakukan konservasi serta alih media naskah
kuno dalam bentuk digital di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
Sumatera barat dapat dilihat dari wawancara berikut:
I1: “Tugas dan fungsi untuk melakukan kegiatan alih media ini dilakukan
oleh kasubid dan staf deposit, pengamatan dan pelestarian bahan
pustaka serta di bantu oleh pihak ketiga atau disebut juga dengan
konsultan dari tim FIB Unand. Pihak dati tim FIB Unand yang

terlibat sekitar 2 orang.”
I2: “Jumlah pustakawan yang berada di kasubid deposit, pengamatan
pelestarian memiliki staf 5 orang dalam melakukan alih media dan 2
orang dari tim FIB Unand.

54

I3: “Dari pihak perpustakaan jumlah staf yang melakukan kegiatan alih
media ini ada 5 orang dan dari tim FIB Unand 2 orang. Kami dari
tim FIB Unand telah bekerja sama dengan pihak perpustakaan dalam
melakukan kegiatan semenjak tahun 2008. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya kenapa mereka mengajak tim FIB Unand untuk
bekerja sama adalah untuk melakukan pendekatan secara kebudayaan
untuk mendapatkan koleksi naskah tersebut.

Dalam hal konservasi naskah kuno Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Sumatera Barat memiliki 5 orang staf tetapi dalam hal digitalisasi pihak
perpustakaan tidak mempunyai staf khusus untuk menanganinya. Menurut Kabid
Deposit Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka telah ada salah seorang staf
dari perpustakaan yang melakukan pelatihan khusus ke Jepang mengenai
digitalisasi bahan pustaka. Oleh karena itu, dalam melakukan alih media
perpustakaan bekerja sama dengan tim FIB Unand untuk mengalihmediakan
naskah kuno, sedangkan pustakawan hanya melakukan konservasi terhadap
naskah kuno yang mengalami kerusakan sebelum dilakukan digitalisasi.

4.1.2.2 Perangkat keras untuk Mengoperasikannya
Perangkat keras digunakan agar naskah kuno digital dapat dibuka dan
dibaca oleh pengguna. Menurut Simarmata (2006, 146-147) mengemukakan
bahwa DVD memiliki kapasitas tinggi yang mampu menyimpan 4.7 GB sampai
17 GB dan harus mempunyai driver DVD-ROM untuk membaca dan menyimpan
basisdata, perangkat lunak kompleks dan gambar hidup. Perangkat keras untuk

55

mengoperasikan naskah kuno digital dapat dilihat dari wawancara dengan
informan berikut:
I1: “Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai sarana dan
prasarana jadi pihak perpustakaan belum menyediakan alat atau
perangkat keras untuk membuka naskah kuno digital tersebut. Untuk
saat ini jika ada pengguna yang ingin menggunakannya harus
membawa laptop yang memiliki driver CD-ROM atau DVD untuk
membukanya.”

I2: “Perangkat keras yang digunakan belum disediakan oleh pihak
perpustakaan. Jika pengguna ingin membuka naskah kuno digital
maka pengguna harus membawa laptop yang memiliki driver CD-

ROM atau DVD.”
Dari hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahwa perangkat keras untuk
mengoperasikan naskah kuno digital pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Sumatera Barat belum disediakan. Selama ini pengguna membawa laptop
masing-masing

yang

memiliki

driver

CD-ROM

atau

DVD

untuk

mengoperasikannya. Seperti yang dijabarkan oleh para ahli di atas bahwa untuk
mengoperasikan naskah kuno digital harus memiliki driver CD-ROM atau DVD.
Jika pengguna tidak memiliki driver tersebut maka naskah kuno digital tersebut
tidak dapat dioperasikan. Tidak memadainya sarana dan prasarana dalam kegiatan
alih media naskah kuno dalam bentuk digital mengakibatkan pemanfaatan naskah
kuno digital belum dapat dikatakan efektif tetapi proses ahli medianya sudah
dapat dikatakan efektif.

56

4.1.2.3 Kendala dalam Proses Alih Media Naskah Kuno
Dalam melakukan alih media naskah kuno di Badan Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi Sumatera Barat mengalami berbagai kendala. Hal ini dapat
dilihat dari jawaban wawancara informan berikut:
I1: “Kendala pertama yang dihadapi yaitu dana karena pihak
perpustakaan

tidak memiliki

anggaran

yang

memadai

untuk

melakukan kegiatan alih media naskah kuno. Anggaran untuk alih
media itu terbatas dan setelah itu ditiadakan pada tahun 2015 untuk
hunting naskah kuno. Selain itu kendala lain yang dihadapi adalah
waktu. Untuk melakukan pendekatan dibutuhkan waktu yang sangat
lama. Kendala lainnya yaitu sarana dan prasarana serta sumber daya

manusianya terbatas.”
I2: “Kendala yang dihadapi sangat banyak sekali apalagi kendala di
lapangan. Kendala lainnya adalah dana dan sumber daya manusia
kurang. Jika pihak perpustakaan memiliki sumber daya manusia yang
dapat menerjemahkan naskah kuno digital maka pemanfataan koleksi
tersebut juga pasti lebih banyak. Selain itu pihak perpustakaan juga
belum membuatkan bibliografi naskah tersebut.”

I3: “Kendala umum yang sering ditemukan pada lapangan yaitu tidak ada
naskahnya. Jika naskah tidak ada maka kegiatan ini tidak bisa
dilakukan. Hambatan yang sering ditemukan yaitu masyarakat yang
memiliki naskah tidak semuanya ingin memberikan naskah tersebut
untuk dilakukan digitalisasi. Selanjutnya hambatan yang juga

57

ditemukan yaitu mengenai teknis dalam digitalisasi. Hambatan
lainnya yaitu dana yang cukup besar. Biaya yang dimaksud bukan
mengenai peralatan dalam alih media tetapi mengenai perjalanan
dalam

mencari

naskah

dan

waktunya

sampai

dilakukan

pendigitalan.”
Dari hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahwa dalam melakukan
kegiatan alih media naskah kuno pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Sumatera Barat mengalami beberapa kendala. Berikut ini kendalakendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan alih media naskah kuno bentuk
digital:
1. Dana dan Anggaran
Dana untuk melakukan proses alih media naskah kuno bersifat
fleksibel dan berfluktuasi tergantung situasi dan kondisi. Dana yang
dianggarakan terbatas untuk kegiatan digitalisasi naskah kuno. Dana
digunakan untuk observasi mulai dari biaya selama perjalanan menuju
lokasi tempat naskah kuno yang akan ditinjau sampai pada proses alih
media sampai selesai.
Sebagai instansi pemerintah anggaran dana untuk melakukan kegiatan
alih media ini terdapat dari APBD (Anggaran Perencanaan Belanja
Daerah) yang diberikan oleh pemerintah. Anggaran terbatas maka
untuk proses alih media juga minim. Hal tersebut mengakibatkan
aktivitas yang ada terkadang tidak bisa dilaksanakan dengan maksimal

58

dan kenyataannya kendala dana merupakan hal yang sangat
berpengaruh dalam pelaksanaan digitalisasi naskah kuno.
2. Waktu
Daerah untuk mencari koleksi naskah kuno yang disimpan masyarakat
sangat jauh. Selain tempatnya jauh, belum tentu ahli waris ingin
mengeluarkan dan menyerahkan

koleksi yang dimilikinya kepada

orang lain. Oleh sebab itu, pihak ketiga yang bekerja sama dengan
pihak perpustakaan melakukan pendekatan secara sosial dan budaya
agar ahli waris setuju menyerahkan koleksinya. Pendekatan sosial
yang dilakukan membutuhkan waktu yang lama agar ahli waris setuju
untuk menyerahkan koleksinya kepada perpustakaan untuk disimpan
dan dialihmediakan.
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Sumatera Barat belum memadai. Contohnya perangkat keras
seperti driver CD-ROM atau DVD untuk mengoperasikan naskah kuno
tidak disediakan oleh pihak perpustakaan. Oleh karena itu, pengguna
kesulitan untuk mengoperasikan naskah kuno digital.
4. Sumber Daya Manusia
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat memiliki
5 orang staf, tetapi dalam hal digitalisasi badan perpustakaan tidak
mempunyai staf khusus untuk menanganinya. Badan Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi Sumatera Barat bekerja sama dengan pihak FIB

59

Unand untuk melakukan alih media naskah kuno dalam bentuk digital.
Sumber daya manusia dalam kegiatan alih media belum dapat
dikatakan mampu karena tim FIB Unand yang mengerjakannya
sedangkan pihak perpustakaan melakukan konservasi apabila naskah
mengalami kerusakan.

60

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Alih media naskah kuno dalam bentuk digital di Badan Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi Sumatera Barat dimulai sejak tahun 2008. Dalam melakukan
kegiatan ini pihak BPAD Provinsi Sumatera Barat bekerja sama dengan staf dari
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. Berikut ini kesimpulan tentang proses
alih media naskah kuno dalam bentuk digital dan perangkat keras untuk
mengoperasikannya.
a.

Proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital dapat dijabarkan
sebagai berikut: (1) pemotretan, dilakukan dengan menggunakan kamera
DSLR Canon dengan standar minimum foto memiliki resolusi minimal
300 dpi dan kepadatan warna 24 bit; (2) Penyuntingan (editing)
dilakukan dengan cara mengatur fokus gambar agar kualitas gambar
jelas; (3) Pengemasan (packaging), pembuatan file naming yang berisi
nama file dan penomorannya agar naskah tersusun dari halaman pertama
sampai halaman akhir. dan; (4) Penamaan berkas atau pemberian label
pada CD naskah berdasarkan tahun dan lokasi naskah kuno.

b.

Perangkat

keras

seperti

driver

CD-ROM

atau

DVD

untuk

mengoperasikan naskah kuno digital pada Badan Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi Sumatera Barat belum disediakan. Selama ini
pengguna membawa laptop masing-masing yang memiliki driver CDROM atau DVD untuk mengoperasikannya. Jika pengguna tidak

61

c.

memiliki driver tersebut maka naskah kuno digital tersebut tidak dapat
dioperasikan.

d.

Dalam melakukan kegiatan alih media naskah kuno dalam bentuk digital
pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat
mengalami berbagai macam kendala. Kendala yang sering dialami yaitu
dana atau anggaran, waktu, sarana dan prasarana serta sumber daya
manusia.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
saran dari penulis sebagai berikut:
a.

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat disarankan
kepada seluruh pustakawan pada bidang Deposit, Pengamatan dan
Pelestarian Bahan Pustaka mengikuti pelatihan tentang alih media naskah
kuno agar kegiatan ini dapat dilakukan oleh pustakawan sendiri tanpa
melibatkan pihak ketiga.

b.

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat juga
disarankan untuk menyediakan driver CD-ROM atau DVD untuk
mengoperasikan naskah kuno digital agar pengguna dapat menggunakan
naskah kuno digital.

c.

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat disarankan
untuk menganggarkan dana ideal dalam melakukan kegiatan alih media
naskah kuno dalam bentuk digital agar sumber daya manusia serta sarana
dan prasarana lebih memadai.

62