Tugas Mata Kuliah Perubahan Sosial dan K

STUDI KASUS
SEKULERISASI PADA TRADISI DANDANGAN
DI KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH
Tugas Mata Kuliah Perubahan Sosial dan Kebudayaan
(Dosen Pengampu : Dr. R.M Sinaga, M.Hum)

Penulis :

Lia Dwi Susanti
1213033043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG

Perubahan Sosial & Kebudayaan
2015
DAFTAR ISI

Hal

ama
n
HALAMAN DEPAN...........................................................................................
1
DAFTAR ISI........................................................................................................
2
A. Pendahuluan ...................................................................................................
3
B. Landasan Teori................................................................................................
4
1. Pengertian, Teori dan Faktor Perubahan Sosial dan Budaya
...............................................................................................................
4
2. Istilah
Sekularisasi
...............................................................................................................
9
...............................................................................................................
3. Pengertian
Sekularisasi

...............................................................................................................
9
4. Latar
Belakang
Timbulnya
Sekulerisasi
...............................................................................................................
11
5. Macam-Macam
Sekulerisasi
...............................................................................................................
12
6. Sekulerisasi
dan
Masa
Depan
Agama
...............................................................................................................
13
7. Keterkaitan

Sekulerisasi
dengan
Modernisasi
...............................................................................................................
17

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 2

Perubahan Sosial & Kebudayaan
8. Tradisi
...............................................................................................................
21
C. Studi Kasus......................................................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA

A. Pendahuluan
Kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan, kita yang dahulu

kecil tanpa tahu apa pun, kini tumbuh dewasa. Kematangan fisik dan
intelektual kita bertambah. Begitu pun, kehidupan masyarakat.
Berdasarkan teori evolusi keadaan masyarakat akan senantiasa
mengalami perubahan, perkembangan, dan pergantian. Perubahanperubahan ini dalam ilmu sosial dinamakan perubahan sosial budaya.
Adapun yang ingin penulis angkat dalam studi kasus kali ini adalah
mengenai sekulerisasi pada sebuah tradisi masyarakat di Kabupaten
Kudus Jawa Tengah yaitu tradisi Dandangan yang penulis rasa telah
mengalami pergeseran makna dan pelaksanaannya, di mana sekulerisasi

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 3

Perubahan Sosial & Kebudayaan
ini juga adalah salah satu bentuk dari perubahan sosial dan budaya
dalam masyarakat.
Sekularisasi sudah sejak lama menjadi bahan pertentangan dalam
masyarakat kita. Beberapa kelompok ada yang menolaknya sebagai arus
pengafiran, ada yang menyambutnya sebagai tuntutan jaman. Ada yang
menentangnya secara buta dan fanatik, ada juga yang memujinya tanpa

mengerti baik pokok maupun segala akibatnya. Istilah sekularisasi
mempunyai makna yang beragam dan menyangkut beberapa aspek yang
berbeda. Ada 6 wilayah dimana sekularisasi mempunyai makna yang
berlainan, diantaranya adalah struktur sosial, institusi individual,
aktivitas, tentang mentalitas, populasi dan konteks agama. (Colin
Williams, Iman Kristen Dalam Abad Sekuler, hlm.6)
Proses sekulerisasi apapun bentuknya sebagai sosiokultural, secara
historik, sangat dipengaruhi oleh dinamika perkembangan pemikiran
filosofis dan peradaban modern yang didukung oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi.
Terdapat dua bentuk arah (direction) atau kecenderungan proses
sekulerisasi. Pertama, kecenderungan proses sekulerisasi ke arah bentuk
rasionalisasi,

dan

kedua

ke


arah

terbentuknya

sekuralisme.

Kecenderungan rasionalisasi lebih merupakan proses pengrasionalkan
segenap persoalan berkaitan dengan agama atau keagamaan. Sementara
itu, kecenderungan kearah sekularisme lebih mengarah kepada
terbentuknya

suatu

ideologi

humanistik

baru

yang


cenderung

menyangkal, menolak dan mengekslusi bahkan memusuhi keberadaan
agama atau kehadiran Tuhan dalam kiprah kehidupan keseharian
manusia di dunia.

B. Landasan Teori

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 4

Perubahan Sosial & Kebudayaan
1. Pengertian, Teori dan Faktor Perubahan Sosial dan Budaya
Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat, mencakup perubahan budaya yang di dalamnya
terdapat perubahan nilai-nilai dan tata cara kehidupan dari tradisional
menjadi modern. Max Weber berpendapat bahwa perubahan sosial
budaya adalah perubahan situasi dalam masyarakat sebagai akibat

adanya

ketidaksesuaian

unsur-unsur

(dalam

buku Sociological

Writings). Sedangkan W. Kornblum berpendapat bahwa perubahan
sosial budaya adalah perubahan suatu budaya masyarakat secara
bertahap dalam jangka waktu lama (dalam buku Sociology in Changing
World).
Teori – Teori Tentang Perubahan Sosial
1) Teori Evolusi ( Evolution Theory )
Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan
proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa
tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan.
Ada bermacam-macam teori tentang evolusi.

a. Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk
kebudayaannya akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapantahapan tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks
dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini antara lain Auguste Comte dan
Herbert Spencer.
b. Universal Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu
melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah
mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Menurut Herbert Spencer, prinsip
Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 5

Perubahan Sosial & Kebudayaan
teori ini adalah bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari
kelompok homogen menjadi kelompok yang heterogen.
c. Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahap-tahap
perkembangan


tertentu

dalam

evolusi

masyarakat.

Misalnya

mengadakan penelitian tentang perubahan sistem mata pencaharian dari
sistem berburu ke sistem pertanian menetap dengan menggunakan
pemupukan dan pengairan.

2) Teori Konflik ( Conflict Theory )
Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik bermula dari
pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau
pemerintahan dengan kelompok yang tertindas secara materiil, sehingga
akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini memiliki prinsip bahwa
konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat pada struktur

masyarakat .
Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik
sosial, bukan perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah merupakan
akibat dari adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung terusmenerus, maka perubahan juga akan mengikutinya. Dua tokoh yang
pemikirannya menjadi pedoman dalam Teori Konflik ini adalah Karl
Marx dan Ralf Dahrendorf, Weber, Hoser, Blugmen.
Secara lebih rinci, pandangan Teori Konflik lebih menitikberatkan pada
hal berikut ini :
 Setiap masyarakat terus-menerus berubah.
 Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan
masyarakat.
 Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan konflik.

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 6

Perubahan Sosial & Kebudayaan
 Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan
yang satu oleh golongan yang lainnya.

3) Teori Fungsionalis ( Functionalist Theory )
Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag (kesenjangan
budaya). Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk menjelaskan
bahwa perubahan sosial tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsur
kebudayaan dalam masyarakat. Menurut teori ini, beberapa unsur
kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur
yang lainnya tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan unsur tersebut.
Maka, yang terjadi adalah ketertinggalan unsur yang berubah secara
perlahan tersebut. Ketertinggalan ini menyebabkan kesenjangan sosial
atau cultural lag .
Secara lebih ringkas, pandangan Teori Fungsionalis adalah sebagai
berikut:
a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan
masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama
(konsensus) di kalangan anggota kelompok masyarakat.
4) Teori Siklis ( Cyclical Theory )
Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu tidak dapat
dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Karena dalam
setiap masyarakat terdapat perputaran atau siklus yang harus diikutinya.
Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau
kehidupan sosial merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari.

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 7

Perubahan Sosial & Kebudayaan

Sementara itu, beberapa bentuk Teori Siklis adalah sebagai berikut :
a. Teori Oswald Spengler (1880-1936)
Menurut teori ini, pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan,
yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh
Spengler digunakan untuk menjelaskan perkembangan masyarakat,
bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan,
dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu sekitar seribu tahun.
b. Teori Pitirim A. Sorokin (1889-1968)
Sorokin berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam
siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga
sistem kebudayaan ini adalah kebudayaan ideasional, idealistis, dan
sensasi.
a) Kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh nilainilai dan kepercayaan terhadap kekuatan supranatural.
b) Kebudayaan idealistis, yaitu kebudayaan di mana kepercayaan
terhadap unsur adikodrati (supranatural) dan rasionalitas yang
berdasarkan fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat ideal.
c) Kebudayaan sensasi, yaitu kebudayaan di mana sensasi merupakan
tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.

c. Teori Arnold Toynbee (1889-1975)
Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran,
pertumbuhan, keruntuhan, dan akhirnya kematian. Beberapa peradaban
besar menurut Toynbee telah mengalami kepunahan kecuali peradaban
Barat, yang dewasa ini beralih menuju ke tahap kepunahannya.
Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 8

Perubahan Sosial & Kebudayaan
Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, baik faktor pendorong maupun faktor penghambat.
1) Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial budaya
antara lain sebagai berikut.
 Kontak dengan kebudayaan lain.
 Sistem pendidikan yang maju.
 Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan kuat untuk
maju.
 Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
 Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka.
 Keadaan masyarakat yang majemuk.
 Ketidakpuasan

masyarakat

terhadap

bidang-bidang

kehidupan

tertentu.
 Orientasi hidup ke masa depan.
 Senantiasa ada keinginan untuk memperbaiki tingkat kehidupan,
artinya tidak mudah menyerah pada keadaan.
2) Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Kamu sudah tahu faktor apa saja yang menjadi pendorong perubahan
sosial budaya. Nah, tahukah kamu, faktor apa saja yang menjadi
penghambat perubahan sosial budaya? Sekarang, kamu akan belajar
beberapa faktor yang dapat menjadi penghambat perubahan (rasistance
to change) sosial budaya dalam masyarakat yaitu sebagai berikut.
 Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
 Perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat.
 Sikap masyarakat yang sangat tradisional.

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 9

Perubahan Sosial & Kebudayaan
 Dalam masyarakat terdapat kepentingan-kepentingan yang telah
tertanam dengan kuat (vested interest).
 Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.
 Rasa takut akan terjadi keguncangan integrasi.
 Adanya hambatan yang bersifat ideologis.
 Hambatan yang bersifat adat dan kebiasaan.
 Adanya anggapan bahwa pada hakikatnya hidup ini buruk dan tidak
mungkin diperbaiki.
2. Istilah Sekularisasi
Kata sekularisasi berasal dari bahasa latin saeculum, yang berarti dunia,
yaitu dunia yang seperti apa adanya beserta keseluruhan nilai-nilainya
yangs sering disebut dengan nilai duniawi. Dari kata dasar saeculum
dibentuk kata saecularis atau sekular yang bermakna serba duniawi yang
memiliki arti lebih baik. Dari kata yang sama muncul pengertian
sekularisme dan sekularisasi. Makna yang pertama adalah golongan
ideologi dan yang kedua berupa suatu gerakan. (Hendropuspito,
Sosiologi Agama,hlm 136)
Istilah Inggris secular berasal dari bahasa Latin saeculum yang berarti
zaman
sekarang ini (this present age). Ada satu kata lain dalam bahasa Latin
yang juga menunjukkan makna dunia yaitu mundus, yang kemudian di
Inggriskan menjadi mundane. Kata saeculum lebih menunjukkan masa
(time) berbanding mundus yang menunjukkan makna ruang (space).
Kata saeculum sepadan dengan kata aeon dalam bahasa Yunani kuno
dan kata mundus sepadan dengan kata cosmos juga dalam bahasa
Yunani Kuno.

3. Pengertian Sekularisasi

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 10

Perubahan Sosial & Kebudayaan
Sekularisasi diartikan sebagai pemisah antara urusan negara (politik)
dan urusan agama, atau pemisah antara urusan duniawi dan ukhrawi.
Jadi sekularisasi adalah pembebas manusia dari agama dan metafisik
artinya bahwa terlepasnya dunia dari pengertian-pengertian religius
yang suci, dari pandangan dunia semu,atau dari semua mitos supranatural. Sekularisasi tidak hanya melingkupi aspek-aspek kehidupan
sosial dan politik saja, tetapi juga telah merambah ke aspek kultur,
karena proses tersebut menunjukkan lenyapnya penentuan simbolsimbol integrasi kultural.
 Pandangan Ahli
1) George Jacub Holyoake
Istilah sekularisme pertama kali diperkenalkan pada tahun 1846 oleh
George Jacub Holyoake yang menyatakan bahwa schularism is an
ethical system pounded on the principle of natural morality and in
independent of reveald religion or supernaturalism. (sekularisme adalah
suatu sistem etik yang didasarkan pada prinsip moral alamiah dan
terlepas dari agama-wahyu atau supernaturalisme).
2) Karel Dobbelaere
Menurut Karel Dobbelaere, sekularisasi adalah suatu proses dalam
masyarakat di dalam mana suatu sistem keagamaan yang transenden dan
mencakup segalanya disusutkan menjadi suatu subsistem dari
masyarakat yang ada bersama subsistem-subsistem lainnya. Proses ini
membuat klaim-klaim tentang pencakupan segalanya itu kehilangan
relevansinya. Dengan demikian, lembaga agama termarjinalisasikan dan
terprivatisasi. (Karel Dobbelaere,The Secularization of Society?, hlm.
27)
3) Peter L. Berger

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 11

Perubahan Sosial & Kebudayaan
Menurut Peter L. Berger, sekularisasi adalah suatu “proses melalui mana
sektor-sektor dalam masyarakat dan kebudayaan dilepaskan dari
dominasi lembaga-lembaga dan simbol-simbol keagamaan” (Berger
1969:107).
Peter L. Berger mencatat berbagai macam faktor sebagai pendorong
sekularisasi (Berger 1969:109-125), antara lain: peradaban manusia
sebagai suatu keseluruhan yang menyebar keseluruh dunia; dinamika
yang ditimbulkan oleh kapitalisme industrial; gaya hidup yang
ditimbulkan oleh produksi industrial; pengaruh dari ilmu pengetahuan
modern yang meresap ke berbagai sektor kehidupan sosial; infrastruktur
praktikal di dalam kehidupan sosial.
4) Cornelis van Peurse
Menurut Cornelis van Peursen seorang Theolog dari Belanda,
didefinisikan sebagai pembebasan manusia”pertama-tama dari agama
dan kemudian dari metafisika yang mengatur nalar dan bahasanya”. Itu
berari “terlepasnya dunia dari pengertian-pengerian religius dan religiussemu, terhalaunya semua pandangan-pandangan dunia yang tertutup,
terpatahkannya semua mitos supranatural dan lambang-lambang suci
‘defatalisasi sejarah’, penemuan manusia akan kenyataan bahwa dia
ditinggalkan dengan dunia di tangannya, sehingga dia tidak bisa lagi
menyalahkan nasib atau kemalangan atas apa yang ia perbuat dengannya
; manusialah yang mengalihkan perhatiannya lepas dari dunia-dunia di
atas sana ke arah dunia sini dan waktu kini.
Sekularisasi terjadi karena di dalam masyarakat telah berlangsung
perubahan-perubahan

struktural,

yang

membuat

sistem

besar

pengelolaan atau manajemen masyarakat disubdivisikan ke dalam
subsistem-subsistem yang lebih kecil namun rasional, yang masingmasing memainkan fungsi sendiri-sendiri (ekonomi, politik, famili,
pendidikan, sains). Subsistem-subsistem ini sangat terspesialisasi dan

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 12

Perubahan Sosial & Kebudayaan
terdiferensiasi secara fungsional, dan keadaan ini telah menghasilkan
organisasi-organisasi yang makin bertambah rasional. Masyarakat
menjadi tersegmentasi ke dalam sejumlah domain kelembagaan, yang
fungsional,

rasional

dan

otonom.

Sub-subdivisi,

diferensiasi,

segmentasi, spesialisasi dan individuasi fungsi-fungsi dalam masyarakat
hanya bisa berlangsung kalau ada nilai-nilai civik inti yang melandasi
dan menyemangati, yakni libertas dan equalitas. Tetapi karena tidak
semua orang memiliki keahlian-keahlian yang diperlukan (meskipun ada
nilai equalitas), maka di dalam subsistem-subsistem itu diperlukan
orang-orang yang profesional. Siapa saja yang memiliki profesionalitas,
boleh berfungsi dalam suatu subsistem yang cocok.
4. Latar Belakang Timbulnya Sekularisasi
Suatu masyarakat adalah produk aktivitas manusia secara kolektif, dan
merupakan realitas yang tidak statis, selalu berubah selaras dengan alam
pikiran. Begitu pula aktivitas manusia secara individu merupakan
fenomena yang dapat berpengaruh pada kolektivitasnya, bahkan secara
realitas dapat memainkan peranan mengubah dunia. Artinya dalam hal
ini manusia selalu dihadapkan pada konfrontasi terhadap realitas dan ia
ingin selalu memperbiaki diri dan lingkungannya. Apalagi jika manusia
telah dihadapkan pada kondisi yang membatasi ruang gerak aktivitas
maupun kebebasan berpikirnya, maka akan muncul reaksi yang
merupakan manifestasi dari akumulasi potensi untuk kemudian
mendobrak apa yang telah mengekangnya.
5. Macam- Macam Sekularisasi
 Sekularisasi Budaya
Pergeseran dari masyarakat riligus magis ke masyarakat yang lebis
bersifat sekuler. Proses sekularisasi dalam sebuah tradisi, yang dahulu
dianggap sakral berubah menjadi aktifitas sosial ekonomi.. Proses
Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 13

Perubahan Sosial & Kebudayaan
pergeseran ini tentu berlangsung sampai saat ini, dan masyarakat dalam
masa transisi.
 Sekularisasi Agama
Hubungan yang jelas antara sekularisasi agama terjalin karena adanya
dua periodesasi sekuler. Periode sekulasisasi terbagi ke dalam 2 macam
periode, yaitu:
a. Periode sekularisasi moderat
Periode sekularisasi moderat terjadi antara abad ke-17 dan ke-18. Pada
periode sekularisme moderat, agama dianggap sebagai masalah individu
yang tidak ada hubunganya dengan negara, tetapi meskipun demikian
negara masih berkewajiban memelihara gereja, khususnya bidang upeti
atau pajak. Dalam pengertian ini, dalam pemisahan antara negara dan
gereja, tidak dirampas agama Masehi sebagai agama sekaligus dengan
nilai-nilai yang dimilikinya, meskipun ada sebagian ajarannya ada yang
diingkari, dan menuntut menundukkan ajaran-ajaran Masehi kepada
akal, prinsip-prinsip alam, dan perkembanganya.
b. Periode sekularisme ekstrem
Periode sekularisasi ekstrem berkembang pada abad 19 jika pada
periode sekularisme moderat, agama masih diberi tempat dalam suatu
negara, maka pada periode ekstrem, agama tidak hanya menjadi urusan
pribadi, akan tetapi negara justru memusuhi agama. Begitu pula negara
memusuhi orang-orang yang beragama. Peiode kedua ini, atau periode
sekularisme ekstrem pada abad 19 dan 20 merupakan periode
materialisme atau disebut sebagai revolusi sekuler. Dari dua periode
tersebut agama bukan lagi hal yang sangat penting dan sedikit diabaikan
.

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 14

Perubahan Sosial & Kebudayaan
Dengan mengetahui periode sekularisasi yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka kita dapat mengetahui hubungan Sekularisasi dan
masa depan Agama. Sekularisasi dalam hal ini mendudukkan agama
sebagai aspek sentral dalam membicarakan dan memerikan penilaian
terhadap konsep-konsep tentang sekularisasi, serta agama sebagai
kacamata untuk melihat proses atau fenomena sekularisasi tersebut.
6. Sekularisasi dan Masa Depan Agama
Dapat dikatakan, bahwa sekuler bagi masa depan agama berfungsi
sebagai motivasi bagi asas dasar pemikiran, alasannya adalah adanya
seperangkat alasan-alasan yang menjelaskan tingkah laku manusia,
selain itu seseorang akan melakukan sesuatu apabila ada persamaan
dengan yang lain.
Banyak ilmuwan sosial yang yakin bahwa ilmu dan teknologi akan
menghancurkan agama sebagai suatu lembaga sosial. Diantaranya
adalah Anthony Wallace yang menegaskan bahwa masa depan agama
yang evolusioner adalah suatu hal yang telah hilang. Percaya kepada
makhluk-makhluk supernatural dan kekuatan supernatural yang
mempengaruhi alam tanpa mematuhi alam akan mulai luntur. Sebagai
suatu unsur kebudayaan, percaya kepada kekuasaan supernatural
ditakdirkan untuk lenyap dan hilang dari dunia, sebagai akibat dari
meningkatnya adekuasi dan difusi pengetahuan ilmiah dan realisasi oleh
keyakinan sekuler bahwa kepercayaan supernatural tidak diperlukan
untuk penggunaan ritual yang efektif.
Namun, ada pandangan yang bertentangan dengan hal yang telah
dinyatakan oleh Anthony. J.Milton Yinger memandang agama sebagai
suatu lembaga residual, yaitu suatu lembaga yang akan selalu ada.
Agama adalah suatu alat untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan
akhir, dan agama ada untuk mengurangi ketidakpastian. Yinger.
Manusia menaklukan kemiskinan hanya untuk menyadari bahwa

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 15

Perubahan Sosial & Kebudayaan
pengetahuan dibalik pencapaian itu adalah bagian dari suatu
pengetahuan yang lebih besar dari apapun. Kepercayaan manusai dapat
merancang proses-proses sekuler untuk melaksanakan fungsi-fungsi
yang dilakukan oleh agama itu sendiri adalah benteng harapan bukan
suatu proposisi yang divaliditaskan secara empiris.
Wallace

banyak

memberi

rekomendasi

ilmu

dan

melunturkan

kepercayaan agama. Menurut Glock dan Stark pada tahun 1965
menegaskan bahwa kita mengetahui jika seseorang memperoleh
pandangan intelektual yang sangat berkembang, maka kepercayaan
agama mereka cenderung akan menurun. Karena itu, jika manusia mulai
dimasuki pengaruh bentuk pengajaran yang maju, maka agama dapat
runtuh atau bahkan sanagt berkurang artinya. Semua kebudayaan
manusia memperlihatkan keterbatasan dan telah menciptakan konsepsikonsepsi tentang suatu kehidupan akhirat agar dapat memungkiri bahwa
segala sesuatu harus berakhir. Agama adalah satu-satunya alat yang
digunakan manusia untuk mengatasi persoalan ini. Persoalan ini berada
di luar batas-batas ilmu, bagaimanapun berhasilnya ilmu dalam
menjelaskan dan mengendalikan dunia empiris, tapi ilmu tidak berkuasa
juka diperhadapkan dengan masalah non-empiris. Berdasarkan hal
tersebut, maka ada alasan yang baik jika tetap percaya bahwa
kepercayaan dan ritual agama yang esensial akan terus berlanjut tak
terhingga, meskipun ruang lingkup agama semakin berkurang di masa
datang.
Refleksi dalam konteks budaya yang dapat kita lakukan adalah, budaya
akan terus berkembang seiring berkembangnya zaman. Dengan
demikian budaya yang kita miliki janganlah bersifat tertutup, tapi juga
tidak terlalu terbika. Budaya harus memilki filter, agar perkembangan
yang terjadi membawa pembaharuan yang lebih baik lagi.

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 16

Perubahan Sosial & Kebudayaan
Penulis tidak memahami sekular ataupun sekularisasi sebagai hal yang
negatif, walaupun memandangnya dari perspektif keagamaan. istilah
sekuler dari segi bahasa an sich tidak mengandung keberatan apapun.
Jika kita mengatakan bahwa manusia adalah makhluk dunia (karena
hidup dalam dunia), kemudian kata dunia diganti dengan sekular, maka
manusia adalah makhluk sekular. Jadi, tidak hanya benar istilahnya saja,
melainkan juga pada kenyataannya. Disini penulis tidak menawakan
sebuah konsep ketuhanan sekular yang baru. sebuah pemahaman
ketuhanan memerlukan refleksi, oleh karena itu hendaknyalah pada
masa sekuler ini, kita mampu memahami dengan baik makna
sekularisasi yang terjadi dan mampu memilah manakah hasil
sekularisasi yang berdampak positif dan negatif.
Dilihat dari perspektif institusional, maka agama dapat dipandang
sebagai suatu “organisasi”, wadah, atau lembaga. Yakni suatu bentuk
sistem sosial yang dibentuk oleh para pengikutnya yang berporos pada
kekuatan-kekuatan non-empirik yang dipercayai dan dipergunakan
untuk memperoleh keselamatan dirinya. Sebagai lembaga, galibnya,
agama mempuyai kekuatan, wewenang, (authority) yang berperan
mengurusi atau mengelola segenap aktifitas relijius. Di antaranya,
agama mempuyai fungsi mengatur, melengkapi kebutuhan religius atau
kebutuhan hidup berkaitan dengan nilai-nilai spiritual, moralitas, atau
religiositas yang diperlukan para penganut atau angggota lembaganya.
berdasarkan pada definisi agama yang diakarkan pada kategori
institusional ini, maka proses sekulerisasi dalam realitasnya terwujud
dalam bentuk kemerosotan atau kemunduran otoritas lembaga agama
(decline of religious institution), diferensiasi lembaga agama, pemisahan
atau pelepasan agama (disengagement of religious institution).
Dilihat dari perspektif normatif, dimana agama dikonsepsikan sebagai
sistem norma atau sistem nilai yang berasal (bersumber) dari Tuhan atau
kekuatan adikodrati yang diimaninya, maka proses sekulerisasi terlihat
sebagai bentuk transformasi nilai/norma religius kearah sekuler,
Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 17

Perubahan Sosial & Kebudayaan
generalisasi nilai/norma religius, desentralisasi, dan sekularisme itu
sendiri.
Kemudian, bila pengertian agama diakarkan pada sistem kognitif
dimana agama dipersepsikan sebagai tradisi atau adat istiadat dan
kepercayaan yang secara turun temurun dipellihara, maka proses
sekulerisasi dapat difahami sebagai proses meluntur atau menghilangnya
nilai tradisi dalam kesadaran masyarakat atau individu. Dengan
perkataan lain, sekulerisasi merupakan fenomena segmentasi tradisi
keagamaan.
Proses sekulerisasi apapun bentuknya sebagai sosiokultural, secara
historik, sangat dipengaruhi oleh dinamika perkembangan pemikiran
filosofis dan peradaban modern yang didukung oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi.
Secara tegas, Weber menyimpulkan proses sekulerisasi secara dominan
disebabkan oleh proses rasionalisasi dan intelektualisasi yang terjadi
dalam masyarakat modern (Gerth dan Mill, 1968). Selain itu, proses ini
juga dipengaruhi oleh dipercepat oleh kemajuan iptek (Nisbet, 1970),
oleh kompleksitas dan diferensiasi sistem social (Bellah, 1964), serta
oleh perkembangan pemikiran filsafat modern seperti, matrealisme,
pragmatisme, dan positivisme (Gallner,1964; dan Camte, 1876).
Arah (Kecenderungan) Sekulerisasi
Pertama, kecenderungan proses sekulerisasi ke arah bentuk rasionalisasi,
dan

kedua

ke

arah

terbentuknya

sekuralisme.

Kecenderungan

rasionalisasi lebih merupakan proses pengrasionalkan segenap persoalan
berkaitan dengan agama atau keagamaan. Melalui ratio sebagai sarana
intelektual tertinggi, masyarakat melakukan rasionalisasi terhadap
realitas keagamaan. Masyarakat memahami dan menghayati serta
memandang agama tidak lagi dengan iman atau kekuatan instingtual dan

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 18

Perubahan Sosial & Kebudayaan
intuitif lainnya, tetapi melalui penalaran pertimbangan dan penilaian
lewat commensense atau reason-nya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi serta dinamika perkembangan filsafat modern serupa
rasionalisme, empirisme, matrealisme, positivisme, pragmatisme, dan
juga saintisme tampak merupakan faktor sosial-kultural dan sosio
idiologis yang sangat kuat menstrukturir proses sekularisasi yang
bermuara pada rasionalisasi.
Sementara itu, kecenderungan kearah sekularisme lebih mengarah
kepada terbentuknya suatu ideologi humanistik baru yang cenderung
menyangkal, menolak dan mengekslusi bahkan memusuhi keberadaan
agama atau kehadiran Tuhan dalam kiprah kehidupan keseharian
manusia di dunia. Hal ini, lantaran (bagi pengikut sekuralisme), agama
dengan segenap implikasi praktisnya tidak lain dipersepasikan sebagai
wujud yang bertentangan dengan nilai kemanusian.
Materialitas, positivitas, empirisitas, atau faktisitas serta metoda empiris
yang digandrungi dan dijadikan titik tolak, tolak ukur, dan, modus
operandi masyarakat modern, dalam kenyataanya memang, dapat
menyebabkan lahirnya hasil pemikiran yang menolak dan mengingkari
eksistensi Tuhan dan segenap ajaran metafisi, metasensoris, ataupun hal
yang trasedental dan adikodrati.
7. Keterkaitan Sekulerisasi dengan Modernisasi
Modernisasi berasal dari kata modern yang pada bahasa latin dikenal
dengan istilah Modernus dimana Modo memiliki arti cara dan Ernus
berarti periode masa kini.
Pengertian dasar modernisasi :
a.

Proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional menjadi
masyarakat maju yang ditandai dengan perubahan di segala bidang
kehidupan.

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 19

Perubahan Sosial & Kebudayaan
b.

Perubahan dari peralatan sederhana ke teknologi yang lebih
canggih.

c.

Perubahan ke arah kemajuan yang tidak meninggalkan nilai-nilai
kepribadian bangsa yang masih relevan.

Dari pengertian dasar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
modernisasi adalah perubahan pada masyarakat dan kebudayaan dalam
seluruh aspek dari hal-hal yang bersifat tradisional ke arah yang lebih
maju sesuai dengan kondisi masa kini.
Pengertian modernisasi menurut beberapa ahli:
1) Koentjaraningrat
Usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang.
2) Soerjono Soekanto
Bentuk perubahan sosial yang biasanya terarah dan didasarkan pada
suatu perencanaan.
3) Astrid S. Susanto
Proses pembangunan yang memberikan kesempatan ke arah perubahan
demi kemajuan.
4) Ogburn dan Nimkoff
Sesuatu

yang

mampu

mengarahkan

masyarakat

agar

dapat

memproyeksikan dirinya ke masa depan yang nyata dan bukan anganangan semu.
5) Wilbert E. Moore
Modernisasi mencakup suatu transformasi total kehidupan bersama yang
tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial
ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara barat
yang stabil.
6) J. W. Schoorl

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 20

Perubahan Sosial & Kebudayaan
Modernisasi adalah proses transformasi, suatu perubahan masyarakat
dalam segala aspek-aspeknya.
Aspek kehidupan manusia yang mengalami perubahan karena
modernisasi :
a. Aspek sosio demografis
Suatu proses perubahan unsur-unsur sosial, ekonomis dan psikologis
masyarakat yang mulai menunjukkan peluang-peluang ke arah pola-pola
baru melalui sosialisasi.
b. Aspek struktur organisasi sosial
Perubahan unsur-unsur dan norma-norma kemasyarakatan yang
terwujud apabila manusia mengadakan hubungan dengan sesamanya
didalam kehidupan bermasyarakat.
Alasan perlunya modernisasi dalam kehidupan masyarakat :
a. Membuat hidup lebih praktis dan nyaman.
b. meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
c. mendapatkan nilai tambah yang lebih banyak, lebih bermutu, lebih
bagus, hemat tenaga dan hasil yang maksimal.
Modernisasi ditandai oleh gejala yang tampak pada bidang:
a. Budaya, ditandai dengan pergeseran budaya di masyarakat.
b. Politik, ditandai dengan makin banyaknya negara-negara jajahan
yang merdeka.
c. Ekonomi, ditandai dengan meningkatnya permintaan atau kebutuhan
dalam masyarakat.
d. Sosial, ditandai dengan lahirnya bermacam-kelompok-kelompok baru
di masyarakat.

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 21

Perubahan Sosial & Kebudayaan
Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke
arah yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Dengan kata lain modernisasi adalah suatu proses
perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang pada
dasarnya setiap masyarakat menginginkan perubahan dari keadaan
tertentu kearah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan
yang lebih maju dan makmur. Keinginan akan adanya perubahan itu
adalah awal dari suatu proses modernisasi. (Elly M. Setiadi,Usman
Kolip, Pengantar Sosiologi, hlm. 670)
Pada perkembangannya, modernisasi akan memunculkan hal-hal baru
termasuk konsep baru dalam kehidupan masyarakat modern yaitu
westernisasi dan sekularisasi. Hal ini tidak dapat dihindari khususnya di
wilayah-wilayah kota besar yang berkembang cukup pesat yang
akhirnya berimbas terhadap sekelilingnya khususnya dalam pola
perilaku masyarakatnya.

Dan dewasa ini masyarakat memiliki

kecenderungan untuk sulit membedakan keduanya.
Modernisasi adalah proses transformasi ke arah yang lebih maju dengan
mempergunakan cara baru yang mampu meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakat.
Sekularisasi adalah proses pemisahan antara nilai-nilai keagamaan dan
nilai-nilai duniawi dengan memberikan penekanan terhadap kepentingan
duniawi. Dengan demikian sekularisasi dapat pula dikatakan sebagai
semacam ideologi yang menganggap bahwa hidup ini adalah sematamata untuk kepentingan dunia.
Persamaan Modernisasi, westernisasi dan sekularisasi:
a. Sama-sama memiliki kepentingan duniawi.
b. Sama-sama mengambil unsur dari barat.

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 22

Perubahan Sosial & Kebudayaan
c. Sama-sama merupakan hasil perbndingan dari berbagai aspek
kehidupan manusia yang dirasionalisasikan.
d. Sama-sama sebagai proses perubahan dari sesuatu yang dianggap
kurang menuju sesuatu yang dianggap lebih.
Tabel 1. Perbedaan Modernisasi dan Sekularisasi:
Modernisasi
1) Mutlak ada dan diperlukan

Sekularisasi
1) Berorientasi semata-mata

oleh tiap negara.

pada masalah duniawi.

2) Tidak mempersoalkan atau

2) Tidak terikat pada nilai

mengesampingkan nilai

agama.

keagamaan

3) Proses perkembangannya

3) Proses perkembangannya
lebih bersifat umum

terjadi diberbagai bidang
b.

b.

8. Tradisi
Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam
pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan
untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu
kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu,
atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah
adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis
maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat
punah.

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 23

Perubahan Sosial & Kebudayaan
Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang
diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali)
lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Dalam
pengertian lain tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun
temurun yang masih dijalankan di masyarakat. Dalam suatu masyarakat
muncul semacam penilaian bahwa cara-cara yang sudah ada merupakan
cara yang terbaik untuk menyelesaikan persoalan.
Biasanya sebuah tradisi tetap saja dianggap sebagai cara atau model
terbaik selagi belum ada alternatif lain. Misalnya dalam acara tertentu
masyarakat sangat menggemari kesenian rabab. Rabab sebagai sebuah
seni yang sangat digemari oleh anggota masyarakat karena belum ada
alternatif untuk menggantikannya disaat itu. Tapi karena desakan
kemajuan dibidang kesenian yang didukung oleh kemajuan teknologi
maka bermunculanlah berbagai jenis seni musik. Dewasa ini kita sudah
mulai melihat bahwa generasi muda sekarang sudah banyak yang tidak
lagi mengenal kesenian rabab. Mereka lebih suka seni musik dangdut
misalnya.
Aturan dan norma yang ada di masyarakat tentu dipengaruhi oleh tradisi
yang ada dan berkembang di masyarakat. Misalnya saja, wanita di Aceh
diharuskan untuk mengenakan jilbab. Namun, hal ini tidak berlaku di
daerah lain. Hal ini karena setiap daerah memiliki tradisi yang berbedabeda. Oleh karena itu, masyarakat juga akan mengembangkan suatu
aturan dan norma yang sesuai dengan tradisi mereka. Sementara itu, ada
satu cabang ilmu yang khusus mempelajari mengenai tradisi atau
kebudayaan masyarakat, namanya antropologi. Ilmu ini pada dasarnya
mempelajari manusia dan budaya. Sehingga, mempelajari ilmu ini akan
membuat manusia menjadi paham akan perbedaan yang ada diantara
kita.

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 24

Perubahan Sosial & Kebudayaan
Sebenarnya banyak sekali pengertian dari tradisi. Namun, pengertian
tradisi menurut para ahli secara garis besar adalah suatu budaya dan adat
istiadat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi dan
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nenek moyang kita
tentu menginginkan para generasi penerus tetap menjaga kelestarian
peninggalan mereka. Peninggalan tersebut dapat berupa materil dan non
materil. Peninggalan materil contohnya adalah lukisan, patung, dan arca.
Sementara itu, peninggalan non materil berupa bahasa atau dialek,
upacara adat, dan norma.
Bagan Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia

C. Studi Kasus
Kudus merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang menjadi
pusat penyebaran agama Islam di Jawa, yakni melalui dakwah yang
dilakukan oleh Sunan Muria dan Sunan Kudus, banyak sekali tradisi
berbau Islam yang diwariskan secara turun-temurun bahkan berabadabad sejak zaman sunan hingga sekarang yang masih dilestarikan,
diantaranya yang penulis angkat adalah tradisi Dandangan.

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 25

Perubahan Sosial & Kebudayaan
Dandangan adalah salah satu tradisi yang sudah mengakar cukup lama
di Kota Kudus. Secara historis, upacara rakyat kudus itu sudah eksis
sejak berabad-abad yang lalu, tepatnya sejak Sunan Kudus Syaikh
Dja’far Sodiq masih hidup. Konon, sejak zaman Syeh Jakfar Shodiq,
salah satu wali songo penyebar agama Islam di Jawa, setiap menjelang
bulan puasa, ratusan santri Sunan Kudus berkumpul di Masjid Menara
guna menunggu pengumuman dari Sang Guru tentang awal puasa. Para
santri tidak hanya berasal dari Kota Kudus, tapi juga dari daerah
sekitarnya seperti Kendal, Semarang, Demak, Pati, Jepara, Rembang,
bahkan sampai Tuban, Jawa Timur. Pada hari menjelang puasa, setelah
berjamaah salat ashar, Sunan Kudus langsung mengumumkan awal
puasa. Pengumuman itu dilanjutkan dengan pemukulan beduk yang
berbunyi “dang-dang-dang”. Suara beduk yang bertalu-talu itulah yang
menimbulkan kesan dan pertanda khusus tibanya bulan puasa. Berawal
dari suara dang-dang, setiap menjelang puasa, masyarakat Kudus
mengadakan tradisi Dandangan.
Banyak yang mengartikan asal mula kata Dandangan, Secara etimologis
(ilmu tentang asal-usul kata) kata ”dandangan” mungkin berasal dari
kata ”dandang” atau beduk yang ditabuh bertalu-talu oleh Syeh Ja’far
Shadiq. Namun, kata tersebut juga bisa diasumsikan berasal dari kata
”ndang-ndang” (Bahasa Jawa) yang berarti ”cepat-cepat”. Kata cepatcepat itu bisa dimaknai sebagai selekasnya menyiapkan makan sahur
menjelang awal puasa esok hari. Bahkan ada yang mengartikan
Dandangan sebagai Dandang, dalam bahasa Jawa berarti tempat (panci)
dari aluminium untuk menanak air atau nasi. Mungkin Dandangan
dimaksudkan untuk kegiatan mencari nafkah bagi masyarakat di sekitar
Kudus.
Dandangan, sebagai konstruksi sosial, tradisi dan bentuk budaya yang
tercipta dalam relativitas ruang dan waktu, ia selalu mengalami

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 26

Perubahan Sosial & Kebudayaan
perubahan,

perkembangan

dan

metamorfosis

sealur

dengan

perkembangan kondisi dan struktur masyarakat yang membentuknya.
Perubahan itu nampak mencolok terlebih dalam pergeseran pola, bentuk
dan fungsinya. Dandangan sekarang bukan lagi hanya berbentuk
kumpul-kumpul di masjid sambil mendengarkan alunan bunyi Beduk.
Begitu juga fungsinya bukan lagi sekedar untuk menyambut dan
mengetahui awal Ramadhan. Tetapi lebih dari sekedar itu. Ia
(dandangan) sekarang berkembang menjadi ajang kongkow-kongkow
orang di jalan-jalan, trotoar, perempatan dan ruang-ruang publik
lainnya.
Selain pola dan bentuk yang berubah, fungsi Dandangan pun juga sudah
mulai mengalami pergeseran. Kalau dahulu acara ini disetting untuk
acara ritual keagamaan, sekarang sudah berkembang menjadi aktifitas
sosial ekonomi. Melihat fenomena perubahan dan pergeseran pola dan
fungsi dandangan tersebut, tentu muncul sebuah pertanyaan. Pertanyaan
yang pertama kali miuncul adalah masihkan dandangan itu berjalan di
atas makna religiusitas yang menjadi esesensinya ataukah dasar moral
yang melandasinya itu justru hilang tanpa jejak dan tergantikan oleh
gegap gempita dan perayaan naluri sekulerisme, materialisme dan
hedonisme.
Persepsi penulis berkenaan dengan studi kasus di atas, suatu budaya
pasti akan mengalami perubahan atau pergeseran hal ini sesuai dengan
Teori Cultural Change yang dikemukakan oleh Steward bahwa
“Kebudayaan merupakan sistem penguasaan kekuatan/energi, artinya
kebudayaan senantiasa mengalami perubahan”. Steward menekankan
bahwa kebudayaan itu berkembang multilinear dan evolusi kausal.
Dalam perubahan sosial terdapat faktor pendorong dan penghambat,
begitu pula dengan perubahan dan pergeseran tradisi masyarakat. Suatu
tradisi yang disakralkan terkadang akan bergeser dengan adanya

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 27

Perubahan Sosial & Kebudayaan
pengaruh dari luar, seperti kebudayaan asing yang datang dan melebur
dengan kebiasaan atau tradisi masyarakat setempat. Selain itu
pergeseran pada suatu tradisi juga disebabkan oleh tuntutan gaya hidup.
Tuntutan kemodernisasi menuntut seseorang untuk berubah dalam gaya
hidup dan hubungan sosialnya. Bagi masyarakat yang bisa mengatur dan
menyeleksi pengaruh modernisasi maka tradisinya akan tetap bertahan
seperti semula walaupun ditambahkan unsur-unsur modern yang dinilai
mendukung tradisi masyarakat tersebut. Namun, bagi masyarakat yang
tidak dapat mengatur dan menyeleksi pengaruh yang datang dari luar,
maka tradisi yang dimilikinya dengan berjalannya waktu akan menyusut
keberadaan atau nilai dari tradisi tersebut.
Studi kasus tentang tradisi Dandangan pada dasarnya adalah suatu
tradisi ritual keagamaan untuk menyambut datangnya bulan puasa,
dalam perkembangannya tradisi ini juga digunakan untuk aktivitas
ekonomi dan sosial masyarakat yaitu satu minggu sebelum puasa 1
Ramadhan maka di alun-alun kota Kudus yaitu di dekat Menara Masjid
Kudus, masyarakat Kudus akan berdoyong-doyong membuka dagangan
di sekitar alun-alun Masjid Menara Kudus selama 1 minggu. Sejatinya
dalam menyambut datangnya bulan puasa atau Ramadhan bagi kaum
muslim atau yang beragama Islam haruslah lebih mendekatkan diri pada
Tuhannya dan kyusuk dalam beribadah, bukan malah berhura-hura,
dengan datang dan sibuk merayakan keramaian di alun-alun kota.
Namun, penulis berpendapat sekulerisasi yang terjadi pada tradisi
Dandangan ini tidak semuanya merubah kesakralan tradisi ini. Ibaratnya
adalah adanya suatu penambahan atribut (yang dimaksud atribut oleh
penulis adalah adanya aktivitas yang bersifat aktivitas ekonomi dan
sosial pada masyarakat Kudus saat menyambut datangnya bulan puasa)
tanpa merubah sepenuhnya makna dari tradisi Dandangan ini. Bagi
masyarakat Kudus sendiri yang mayoitas beragama Islam, adanya
aktivitas ekonomi dan sosial di alun-alun kota bertujuan untuk
meraimakan dan menjadi salah satu tanda atau pembeda yaitu akan

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 28

Perubahan Sosial & Kebudayaan
masuknya bulan yang berbeda perlakuannya dengan bulan yang lain
yakni bulan Ramadhan bagi masyarakat yang beragama Islam.
Dari ulasan di atas penulis menginterpretasi bahwa dari perubahan sosial
dan budaya masyarakat Kudus pada tradisi Dandangan terdapat dampak
positif dan negatif. Dampak positifnya perekonomian masyarakat
meningkat untuk persiapan lebaran, kota menjadi ramai karena banyak
orang-orang dari kabupaten lain ikut serta berdagang atau hanya sekedar
berkunjung, Sedangkan dampak negatifnya yaitu ritual agama yang
seharusnya khusyuk terganggu oleh gegap gempita pasar.
DAFTAR PUSTAKA

Peter L. Berger, The Sacred Canopy: Elements of A Sociological Theory of
Religion (New York: Doubleday & Company, 1969 [1967])
Elly M. Setiadi,Usman Kolip, Pengantar Sosiologi : Pemahaman Fakta dan
Gejala permasalahan social: teori, aplikasi, pemecahannya. ( Jakarta :
Kencana, Cet. I., 2011 )
Pardoyo, Sekularisasi Dalam Polemik, ( Yogyakarta: PT. Pustaka Utama
Grafiti, 1993),
http://pradityakhrisna.blogspot.com/2012/11/perubahan-sosial-budaya.html
(Diakses pada hari Kamis, 28 Mei 2015 pukul 17.43 WIB)
http://ssbelajar.blogspot.com/2014/01/faktor-penyebab-perubahansosial.html
(Diakses pada hari Kamis, 28 Mei 2015 pukul 19.03 WIB)
http://elisabetbp.blogspot.com/2013/10/perubahan-sosial-modernisasi.html
(Diakses pada hari Kamis, 28 Mei 2015 pukul 19.15 WIB)
http://www.republika.co.id/berita/shortlink/8088

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 29

Perubahan Sosial & Kebudayaan
(Diakses pada hari Kamis, 28 Mei 2015 pukul 19.43 WIB)
https://budieagung.wordpress.com/2011/10/23/pemikiran-filsafatsekularisme/
(Diakses pada hari Kamis, 28 Mei 2015 pukul 21.05 WIB)
https://www.academia.edu/828547/Tradisi_Dandangan
(Diakses pada hari Kamis, 28 Mei 2015 pukul 21.23 WIB)

Lia Dwi Susanti / 1213033043

Halaman 30