DASAR TEORITIS HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
DASAR TEORITIS HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (HAN)
1. SEKILAS TENTANG NEGARA HUKUM
Pemikiran atau konsepsi manusia merupakan anak zaman yang lahir dan berkembang
dalam situasi kesejarahan dengan berbagai pengaruhnya. pemikiran atau konsepsi manusia
tentang Negara hukum juga lahir dan berkembang dalam situasi kesejarahan. oleh karena itu
meskipun konsep Negara hukum dianggap sebagai konsep Universal, pada dataran
implementasi ternyata memiliki karakteristik beragam.
Secara Embrionik, gagasan Negara hukum telah dikemukakan oleh Plato, ketika ia
mengintroduksi konsep Nomoi, sebagai karya tulis ketiga yang dibuat di usia tuanya.
Sementara itu dalam dua tulisan pertama, Politeia, dan Politicos, belum muncul istilah
Negara hukum. Dalam Nomoi, Plato mengemukakan bahwa penyelenggaraan Negara yang
baik ialah yang didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik. Menurut Aristoteles suatu
Negara ynag baik adalah Negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan
hukum. Ada tiga unsur dalam pemerintahan yang berkonstitusi, yang pertama: pemerintahan
dilaksanakan untuk kepentingan umum; kedua: pemerintahan dilaksanakan menurut hokum
yang berdasarkan ketentuan-ketentuan umum, bukan hukum yang di buat secara sewenangwenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi; ketiga: pemerintahan berkonstitusi
berarti pemerintahan yang dilaksanakan atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaantekanan yang dilaksanakan pemerintahan despotic.
Dalam kaitannya dengan konstitusi,
Aristoteles mengatakan bahwa konstitusi merupakan penyusunan jabatan dalam suatu Negara
dan menetukan apa yang dimaksudkan dengan badan pemerintahan dan apa akhir dari setiap
masyarakat. Selain itu konstitusi merupakam aturan-aturan dan penguasa harus mengatur
Negara menurut aturan-aturan tersebut.
Muncul kembali secara eksplisit pada abad ke-19, yaitu dengan munculnya konsep
rechtsstaat dari Freidrich Julius Stahl, yang di ilhami oleh Immanuel Kant. Menurut stahl,
unsur-unsur Negara hukum (rechtsstaat ) adalah:
a.
perlidungan hak-hak asasi manusia,
b. pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu,
c.
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan , dan
d. peradilan administrasi dalam perselisihan.
Pada saat yang bersamaan muncul pula konsep hukum (rule of law) dari A.V. Dicey, yang
lahir dalam neungan system hukum Anglo-Saxon. Dicey mengemukakan unsur-unsur rule of
law sebagai berikut:
a.
Supremasi aturan-aturan hokum ( supremacy of the law ), yaitu tidak adanya kekuasaan
sewenang-wenang (absence of arbitrary power), dalam arti bahwa seseorang hanya boleh di
hokum kalau melanggar hukum.
b.
Kedudukan yang sama dalam mengahdapai hukum(equality before the law). Berlaku
untuk orang biasa maupun pejabat.
c.
Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang ( di Negara lain oleh undang-undang
dasar) serta keputusan-keputusan pengadilan.
Dalam
perkembangannya
konsepsi
Negara
hukum
tersebut
kenudian
mengalami
penyempurnaan,yang secara umum dapat di lihat di antaranya:
a. system pemerintahan yang di dasarkan atas kedaulatan rakyat,
b. bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas
hokum atau peraturan perundang-undangan,
c. adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara),
d. adanya pembagian kekuasaan dalam Negara,
e. adanya pengawasan dari badan-badan peradilan yang bebas dan mandiri,
f.
adanya peran yang nyata dari anggot-anggota masyarakat atau warga Negara untuk turut
serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah,
g.
adanya system perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang merata sumber daya
yang diperlukan bagi kemakmuran warga Negara.
Perumusan unsur-unsur Negara hukum ini tidak terlepas dari falsafah dan sosio politik yang
melatar belakanginya , terutama falsafah indifidualisme, yang menempatkan individu atau
warga Negara sebagai Primus interpares dalam kehidupan bernegara. Oleh Karena itu,
unsur pambatasan kekuasaan Negara untuk melindungi hak-hak individu menempati posisi
yang signifikan.
Semangat membatasi kekuasaan ini semakin kental segera setelah lahirnya
adagium yang begitu popular dari Lord Acton, yaitu “ Power tends to corrupt, but absolute
power corrupt absolutely”, ( Manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung untuk
menyalahgunakan kekuasaan itu, tetapi kekuasaan yang tidak terbatas(absolut) pasti akan
disalahgunakan). Model negra hokum seperti ini berdasarkan catatan sejarah di kenal dengan
sebutan demokrasi konstitusional, dengan cirri bahwa pemerintah yang demokratis adalah
pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang
terhadap warga negaranya. Pembatasan-pembatasan atas kekuasaan pemerintah tercantum
dalm konstitusi, sehingga sering disebut “ pemerintah berdasarkan konstitusi” (constitutional
government).
Esensi dari Negara berkonstitusi adalah perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.
Atas dasar itu, keberdaan konstitusi dalam suatu Negara merupakan condition sine quanon.
Menurut Sri Sumantri, tidak ada suatu Negara pun di Dunia ini yang tidak mempunyai
konstitusi atau undang-undang dasar. Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
.
2. NEGARA HUKUM DEMOKRATIS
Dalam system demokrasi, penyelenggraan Negara itu harus bertumpu pada partisipasi dan
kepentingan rakyat. Implementasi Negara hukum itu harus ditopang dengan sistem
demokrasi. Hubungan antara Negara hukum dan demiokrasi tidak dapat dipisahkan.
Denokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan arah, sedangkan hukum
tanpa demokrasi akan kehilangan makna. Dengan demikian Negara hukum yang bertopang
pada system demokrasi dapat disebut sebagai Negara hukum demokratis( democratische
rechtsstaat),
A. PRINSIP-PRINSIP NEGARA HUKUM
1) Asas legalitas
2) Perlindungan hak-hak asasi,
3) Pemerintah terikat pada hokum,
4) Monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hokum,
5) Pengawasan oleh hakimyang merdeka.
B. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI
1) Perwkilan politik
2) Pertanggungjawaban politik
3) Pemencaran kewenagan,
4) Pengawasan dan control,
5) kejujuran dan keterbukaan pemerintahan untuk umum,
6) Rakyat diberi kemungkinan untuk mengajukan keberatan
Dengan rumusan yang hampir sama, H.D. van Wijk/ Willem Konijnenbelt
menyebutkan prinsip-prinsip demokrasi sebagai berikut:
A. PRINSIP-PRINSIP RECHTSSTAAT
1) pemerintahan berdasarkan undang-undang
2) hak-hak asasi
3) pembagian kekuasaan
4) pengawasan lembaga kehakiman
B. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI
1) keputusan-keputusan penting, yaitu undang-undang
2) hasil dari pemilihan umum diarahkan untuk mengisi dewan perwakilan rakyat dan
untuk pengisian pejabat-pejabat pemerintah.
3)
keterbukaan pemerintah,
4)
siapapun yang memiliki kepentingan yang (dilanggar) oleh tindakan penguasa,
(harus) diberi kesempatan untuk membela kepentingannya.
5) setiap keputusan harus melindungi berbagai kepentingan minoritas, dan harus
seminimal mungkin menghindri ketidakbenaran dan kekeliruan.
3.
TUGAS-TUGAS
PEMERINTAH
DALAM
NEGARA HUKUM
MODERN
(WELVAARTSTAAT)
.
Menurut Presthus tugas Negara itu meliputi dua hal, yaitu:
a. police making , ialah penentuan haluan Negara,
b. task executing , yaitu pelaksanaan tugas menurut haluan yang telah ditetapkann oleh
Negara.
Pembagian ini sam dengan yang dilakukan oleh E.Utrevht, yang mengikutiAM.Donner, yaitu
pertama berupa lapangan yang menentukan tujuan atau tugas, dan yang kedua , lapangan
merealisasi tujuan atau tugas yang telah di tentukan itu.
Pembagian tugas Negara menjadi dua bagian ini dikemukakan pula oleh Hans Kelsen, yaitu:
a. politik sebagai etik, yakni memilih tujuan-tujuan kemasyarakatan, dan
b. politik sebagai tehnik, yakni bagaiman merealisasikan tujuan-tujuan tersebut
Hal senada di kemukakan oleh logemann, yang membagi tugas Negara menjadi dua
yaitu: a). menentukan tujuan yang tepat, b), melaksanakan tujuan tersebut secara tepat pula.
Berbeda dengan pembagian Negara menjadi dua tersebut, van vollenhoven membagi empat,
yaitu:
a.
membuat peraturan dalam bentuk undang-undan baik dalam arti formal maupun
materiil yang di sebut regeling,
b.
pemerintahan dalam arti secara nyata memelihar kepentingan umum yang disebut
bestuur,
c.
penyelesaian sengketa dalam peradilan perdata yang disebut yustitiusi
d.
memmpertahankan ketertiban umum baik secara preventif maupun represif, di
dalamnya termasuk peradilan pidana yang di sebut politie.
Sementara itu Lemaire membagi tugas Negara dala lima jenis yaitu: a) perundang-undanagan,
b) pelaksanaan yaitu pembuatan aturan-aturan hokum oleh penguasa sendiri, c) pemeintahan,
d) kepolisian, dan e) pengadilan.
Seiring dengan perkembangan kenegaraan dan pemerintahan, ajaran Negara hukum yang
kini di anut oleh Negara-negara di dunia khususnya setelah perang dunia kedua adalah
Negara kesejahteraan (welfare state).
Konsep Negara ini muncul sebagai reaksi atas
kegagalan konsep legal state atau Negara penjaga malam. Dalam konsepsi legal state tedapat
prinsip staatsonthouding atau pembatasan peranan Negara dan pemerintah dalam bidang
politik yang bertumpu pada dalil “ the least government is the best government”, dan terdapat
prinsip “laisez faire, laissez aller” dalam bidang ekonomiyang melarang Negara dan
pemerintah mencampuri kehidupan ekonomi masyarakat
(staatsbemoeienis). Akibat
pembatasan ini pemerintah atau administrasi Negara menjadi pasif, sehingga sering, disebut
Negara penjaga malam ( nachtwakerstaat atau nachtwachtesstaat).
Kegagalan implementasi
nachtwakerstaat kemudian muncul ggasan yang
menempatkan pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kesejahteraan
rakyatnya, yaitu welfare state. Ciri utama Negara ini adalah munculnya kewajiban
pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan umum bagi warganya. Dengan kata lain, ajaran
welfare state merupakan bentuk konkrit dari peralihan prinsip staatsonthouding, yang
membatasi peran Negara dan pemerintah untuk mencampuri kehidupan ekonomi dan social
masyarakat, menjadi staatsbemoeienis, yang menghendaki Negara dan pemerintah terlibat
aktif dalam kehidupan ekonomi dan social masyarakat, sebagai langkah untuk mewujudkan
kesejahteraan umum, disamping menjaga ketertiban dan keamanan (rust en orde).
Pemberian kewenangan kepada administrasi Negara untuk bertindak atas inisiatif
sendiri itu lazim di kenal dengan istilah freies Ermessen atau discretionary power, yaitu suatu
istilah yang di dalamnya mengandung kewajiban dan kekuasaan yang luas. Kewajiban adalah
tindakan yang harus dilakukan, sedangkan kekuasaan yang luas itu menyiratkan adanya
kebebasan memilih, melakukan atau tidak melakukan tindakan. Dalam praktik, kewajiban dn
kekuasaan berkaitan erat.Menurut E.Utecht, kekuasaan administrasi Negara dalam bidang
legislasi ini meliputi:
a.
kewenangan untuk membuat peraturan atas inisiatif sendiri, terutama dalam
menghadapi soal-soal genting yang belum ada peraturannya, tanpa bergantung pada pembuat
undang-undang pusat.
b.
Kekuasaan administrasi Negara untuk membuat peraturan atas dasar delegasi.
c.
Droit function, yaitu kekuasaan administrasi Negara untuk menafsirkan sendiri
berbagai peraturan,
3. NEGARA HUKUM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Negara hukum menurut F.R.Bothlingk adalah Negara dimana kebebasan kehendak
pemegang kekuasaan di batasi oleh ketentuan hukum
A. Hamid S. Attamimi, dengan mengutip Burkens, mengatakan bahwa Negara hukum
secara sederhana adalah Negara yang menempatkan hukum sebagai dasar kekuasaan
Negara dan penyelenggaraan kekuasan tersebut dalam segala bentuknya dilakukan
dibawah kekuasaan hukum. Dalam Negara hukum, segala sesuatu harus dilakukan
menurut hokum. Negra hukum menentukan bahwa pemerinth harus tunduk pada
hukum, bukannya hukum yang harus tunduk pada pemerintah.
Dalam Negara Hukum, hukum di tempatkan sebagain aturan main
dalam
penyelenggaraan kenegaraan, pemerintahan, dan kemsyarakatan, sementara tujuan Hukum itu
sendiri antara lain diletakkan untuk menata masyarakat yang damai, adil, dan bermakna.
Artinya sasaran dari Negara Hukum adalah terciptanya kegiatan kenegaraan, pemerintahan,
dan kemasyarakatan yang bertumpu pada keadilan, kedamaian, dan kemanfaatan atau
kebermaknaan. Dalam Negara Hukum, eksistensi hukum di jadikan sebagai instrument dalam
menata kehidupan kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan.
Lebih lanjut J.B.J.M. ten Berge mengatakan bahwa Hukum administrasi Negara
berkaitan erat dengan kekuasaan dan kegiatan penguasa. Karena kekuasaan dan kegiatan
penguasa itu dilaksanakan, lahirlah hukum administrasi Negara.
Dengan demikian, keberadaan hukum administrasi Negara itu muncul karena adanya
penyelenggaran kekuasaan Negara dan pemerintahan dalam suatu Negara hukum, yang
menuntut dan menghendaki penyelenggaraan tugas-tugas kenegaraan. Pemerintahan, dan
kemasyarakatan yang berdasarkan atas Hukum.
KEDUDUKAN, KEWENANGAN, DAN
TINDAKAN PEMERINTAH
A. Kedudukan Hukum (Rechtspositie) Pemerintah
. Ulpianus : hokum public adalahhukum yang berkenaan dengan kesejahteraan Negara
Romawi , sedangkan hokum privat adalah : hukumyang mengatur hubungan kekeluargaan.
Dalam bentuk kenyataan social nya, Negara adalah : organisasai yang berkenaan dengan
berbagai fungsi . Pengertian Fungsi adalah : lingkungan kerja yang terperinci dalam
hubungannya secara keseluruhan. Fungsi-fungsi ini disebut jabatan. Negara adalah organisasi
jabatan.
Menurut Bagir manan, jabatan adalah lingkungan pekerjaan tetap yang berisi fungsi-fungsi
tertentu yang secara keseluruhan mencerminkan tujuan dan tata kerja suatu organisasi.
1. Kedudukan Pemerintah Dalam Hukum Publik
Bahwa dalam perspektif hukum publik, Negara adalah organisasi jabatan. Diantara jabatanjabatan kenegaraan ini ada jabatan pemerintahan. Di dalam hukum mengenai badan hukum
kita mengenal perbedaan antara badan hukum dan organ-organnya. Badan hukum adalah
pendukung hak-hak kebendaan (harta kekayaan).
a.
organ pemerintah menjalankan wewenang atas namadan tanggung jawab sendiri,
b.
pelaksanaan wewenang dalam rangka menjaga dan mempertahankan norma hokum
administrasi,
c.
disamping pihak tergugat , organ pemerintah juga dapat tampil menjadi pihak yang tidak
puas, artinya sebagai penggugat.
d. Pada prinsipnya pemerintah tidak memiliki harta kekayaan sendiri.
Wali kota adalah organ-organ dari badan umum “kabupaten” berdasarkan aturan hokum,
badan umum inilah yang dapat memiliki harta kekayaan , bukan organ pemerintahannya.
2. Kedudukan Pemerintah dalam Hukum Privat
Dalam perspektif hukum perdata disebut sebagai badan hukum public. Badan hukum
(rechtspersoon) adalah personen, kumpulan orang, yaitu semua yang di dalam kehidupan
masyarakat dengan beberapa perkecualian sesuai dengan ketentuan undang-undang dapat
bertindak sebagaimana manusia, yang memiliki hak-hak dan kewenangan-kewenangan,
seperti kumpulan orang (dalam suatu badan hukum), perseroan terbatas, perusahaan
perkapalan, perhimpunan (sukarela), dan sebagainya.
Bila berdasarkan hukum publik Negara, provinsi, dan kabupaten adalah organisasi jabatan
atau kumpulan dari organ-organ kenegaraan dan pemerintahan, maka berdasarkan hukum
perdata Negara, provinsi, dan kabupaten adalah kumpulan dari badan-badan hukum yang
tindakan hukumnya dijalankan oleh pemerintah.
Keberadaan pemerintah yang secara teoritis memiliki dua fungsi, yaitu sebagai wakil dari
jabatan dan badan hukum, yang masing-masing diatur dan tunduk pada hukum yang
berbeda, hukum publik dan hukum privat, sering membingungkan bagi kebanyakan orang
apalagi bagi orang awam.
B. Kewengan Pemerintah
a.
Wewenang Pemerintahan
Setiap penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan harus memiliki legitimitas, yaitu
kewennagan yang diberikan oleh undang-undang. Dengan demikian, substansi asas legalitas
adalah wewenang, yakni het vermogen tot het verrichtenn van bepaalde rechtshandeligen,
yaitu kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu.
Mengenai wewenang itu H.D Stout mengatakan bahwa (wewenang merupakan pengertian
yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan
aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan penggunaan wewenang pemerintahan oleh
subjek hukum public di dalam hubungan hukum public).
Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum tata Negara dan hukum
administrasi. Dalam Negara hukum, wewenang pemerintahan itu berasal dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
1. Sumber dan Cara Memperoleh Wewenang Pemerintahan
Pilar utama Negara hukum, yaitu asas legalitas (legaliteitsbeginsel atau het beginsel van
wetmatigheid van bestuur), secara teoritis, kewenangan yang bersumber dari peraturan
perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi, dan
mandat. Legislator yang kompeten untuk memberikan atribusi wewenang pemerintahan itu
dibedakan antara :
a) Yang berkedudukan sebagai original legislator.
b) Yang bertindak sebagai delegated legislator Pada delegasi terjadilah perlimpahan suatu
wewenang yang telah ada oleh badan atau jabatan tata usaha Negara yang telah memperoleh
wewenang pemerintahan secara atributif kepada badan atau jabatan tata usha Negara lainnya.
Jadi suatu delegasi selalu didahului oleh adanya suatu atribusi wewenang.
C. Tindakan Pemerintahan
1. Pengertian Tindakan Pemerintahan
Tindakan hukum menurut R.J.H.M. Huisman, tindakan-tindakan yang berdasarkan sifatnya
dapat menimbulkan akibat hukum yang berdasarkan sifatnya dapat menimbulkan akibat
hukum tertentu, atau. ( tindakan hukum adalah tindakan yang dimaksudkan untuk
menciptakan hak dan kewajiban). Istilah tindakan hukum ini semula berasal dari jaaran
hukum perdata .Menurut H.J. Romeijin, ( tindakan hukum administasi merupakan suatu
pernyataan
kehendak yang muncul dari organ administrasi dalam keadaan khusus,
dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum dalam bidang hukum administrasi).
2.
a.
Unsur, Macam-macam, dan Karakteristik Tindakan Hukum Pemerintahan
Unsur –unsur Tindakan Hukum Pemerintahan
Tindakan hukum pemerintahan adalah tindakan –tindakan yang dilakukan oleh organ
pemerintahan atau administrasi Negara yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat-akibat
hukum dalam bidang pemerintahan atau administrasi Negara.
b. Macam-macam Tindakan Hukum Pemerintahan
Ada
dua
macam
tindakan
hukum,
yaitu
tindakan-tindakna
hukum
public
(publiekrechtshanddeligen) dan tindakan hukum privat (privaatrechtshandeligen).
INSTRUMEN PEMERINTAHAN
A. Pengertian Instrumen Pemerintahan
Instrument pemerintahan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah alat—alat atau saranasarana yang digunakan oleh pemerintah atau administrasi Negara dalam melaksanakan tugastugasnya.
Disamping itu, pemerintah juga menggunakan berbagai instrument yuridis dalam
menjalankan kegiatan mengatur dan menjalankan urusan pemerintahan dan kemasyarakatan,
seperti peraturan perundang-undangan, keputusan-keputusan, peraturan kebijaksanaan,
perizinan, instrument hukum keperdataan, dan sebagainya.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan merupakan hukum yang in abstracto atau genralnorm yang sifatnya mengikat
umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang bersifat umum (general).
Secara teoritis, istilah perundang-undangan (legislation wetgeving atau gesetzgebung)
mempunyai dua pengertian, yaitu sebagai berikut :
1.
Perundang-undangan merupakan proses pembentukan/ proses membentuk peraturan-
peraturan Negara.
2.
Perundang-undangan adalah segala peraturan Negara, yang merupakan hasil
pembentukan peraturan-peraturan.
Berdasarkan penjelasan pasal 1 angka 2 UU No. 5 Tahun 1986 tentang peradilan tata Usaha
Negara, peraturan perundang-undangan adalah semua peraturan yang bersifat mengikat
secara umum yang dikeluarkan oleh badan perwakilan rakyat bersama pemerintah, baik
ditingkat pusat maupun di tingkat daerah, serta semua keputusan badan atau pejabat tata
usaha Negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, yang juga mengikat umum.
Menurut pasal 1 angka 2 UU No. 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundangudangan, yang dimaksud dengan peraturan perundang-undnagan adalah peraturan tertulis
yang dibentuk oleh lembaga Negara dan pejabat yang berwenang dan mengikat secara
umum.
C. Ketetapan Tata Usaha Negara
1. Pengertian Ketetapan
Ketetapan tata saha Negara pertama kali diperkenalkan oleh seorang sarjana Jerman, Otto
Meyer, dengan istilah Verwaltungsakt. Istilah ini diperkenalkan di negeri Belanda dengan
nama Beshkking.
Di Indonesia istilah beschkking diperkenalkan pertamakali oleh WF. Prins. Istilah “
beschkking” sudah sangat tua dan dari segi kebahasaan digunakan dalam berbagai arti.
Ketetapan merupakan keputusan pemerintahan untuk hal yang bersifat konkret dan
individual ( tidak ditujukan untuk umum) dan sejak dulu telah dijadikan instrument yuridis
pemerintahan yang utama.
2. Macam-mcam Ketetapan
a.
Ketetapan Deklaratoir dan Ketetapan Konstruktif
b. Ketetapan yang menguntungkan dan yang memberi beban
c.
Ketetapan eenmalig dan ketetapan yang permanen
d. Ketetapan yang bebas dan yang terikat
e.
Ketetapan positif dan negative
f.
Ketetapan perorangan dan kebendaan
D. Peraturan Kebijaksanaan
Peraturan kebijaksanaan tidak dapat dilepaskan dengan kewenangan bebas (vijebevoegdheid)
dari pemerintah yang sering disebut dengan istilah freis Ermenssen. Secara bahasa freies
Ermenssen berasal dari kata frei yang artinya bebas, lepas, tidak terikat, dan merdeka. Freis
artinya orang yang bebas, tidak terikat, dan merdeka. Sementara itu, Ermenssen berarti
mempertimbangkan, menilai, menduga, dan memperkirakan. Freis Ermessen berarti orang
yang memiliki kebebasan untuk menilai, menduga, dan mempertimbangkan.
Freis Ermessen ini muncul sebagai alternative untuk mengisi kekurangan dan
kelemahan di dalam penerapan asas legalitas (wetmatigheid vain bestuur). Freies Ermessen
muncul bersamaan dengan pemberian tugas kepada pemeintah untuk merealisasikan tujuan
Negara seperti yang tercantum dalam alenia keempat pembukaan UUD 1945.
E. Rencana-Rencana
1.
Pengertian Rencana
Istilah pemerintahan memiliki dua arti yaitu fungsi pemerintahan atau kegiatan memerintah
dan organisasi pemerintahan atau kumpulan jabatan pemerintahan (Complex van
Bestuursorgaan).
Rencana merupakan alat bagi implementasi, dan implementasi didefinisikan sebagai
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan
dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Perencanaan merupakan fungsi organic yang pertama dari administrasi dan manajemen.
Alasannya ialah bawah tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka usaha pencapaian tujuan.
Berdasarkan hukum administrasi Negara, rencana meruapkan bagian dari tindakan hukum
pemerintahan (bestuurrechthanding), suatu tindakan yang dimaksudkan untuk menimbulkan
akibat-akibat hukum.
Perencanaan terbagi dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut :
a.
Perencanaan informative (inormative planning)
b. Perencanaan indikatif (indicatieve planning)
c.
Perencanaan operasional atau normative (operationele of normative planning)
Disamping pembagian tersebut, perencanaan juga dibagi berdasarkan waktu , tempat, bidang
hukum, sifat, metode, dan sarana.
2. Unsur-Unsur Rencana
J.B.M.Ten Berge mengemukakan unsur-unsur rencana sebagai berikut
a.
Schriftekijke Presentatie (Gambaran Tertulis)
b.
Besluit handeling (Keputusan atau Tindakan)
c.
Bestuurorgan (Organ Pemerintahan)
d. Op de Teokomst Gerich (ditujukan pada masa yang akan dating)
e.
Planelemanten (elemen-elemen Rencana)
f.
Orgelijksoorting Karakter (Memiliki Sifat yang tidak sejenis, beragam)
g.
Semenhang (Keterkaitan)
h.
Al dan Niet Voor een Bepaalde Duur (untuk waktu tertentu)
F. Perizinan
1. Pengertian Perizinan
Beberapa istilah lain yang tidak sedikit banyak memiliki kesejajaran dengan izin, yaitu
dispensasi, konsesi, dan lisensi. Dispensasi ialah keputusan administrasi Negara yang
membebaskan suatu perbuatan tersebut. Menurut Ateng Syafrucin, dispensasi bertujuan
untuk menebus rintangan yang sebetulnya secara normal tidak diizinkan, jadi sipensasi berarti
menyisihkan pelarangan dalam hal yang khusus (relaxatie legis). Lisensi adalah suatu izin
yang memberikan hak untuk menyelenggarakan suatu perusahaan.
Menurut Sjchran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi Negara bersegi satu yang
mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur
sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu persetujuan dari penguasa
berdasarkan peraturan perundang-udangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan.
2. Unsur – Unsur Perizinan
Ada beberapa unsur dalam perizinan yaitu sebagai berikut :
a.
Istrumen Yuridis
b.
Peraturan Perundang-undangan
c.
Organ pemerintah
d. Peristiwa konkret
e.
Prosedur dan persyaratan
3. Bentuk dan Isi Izin
Sebagai ketetapan tertulis, secara umum izin memuat hal-hal sebagai berikut :
a.
Organ yang berwenang
b. Yang dialamatkan
c.
Dictum
d. Ketentuan-ketentuan, pembatasan – pembatasan, dan syarat-syarat
e.
Pemberian alasan
f.
Pemberitahuan – pemberitahuan Tambahan
G. Instrumen Hukum Keperdataan
1. Penggunaan Instrumen Hukum Keperdataan
Pemerintah dalam melakukan kegiatan sehari-hari tampil dengan dua kedudukan, yaitu
sebagai wakil dari badan hukum dan wakil dari jabatan pemerintahan. Tindakan hukum
keperdataan adalah tindakan hukum yang diatur oleh hukum perdata. Pemerintah juga sering
melakukan perbuatan semacam itu, kabupaten menjual tanah bangunan, menyewakan rumah,
menggadaikan tanah, dan sebagainya.
Penggunaan instrument hukum public merupakan fungsi dasar dari organ pemerintahan
dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan, sedangkan penggunaan istrumen hukum privat
merupakan konsekuensi paham Negara kesejahteraan,
2. Instrumen Hukum Keperdataan yang dapat Digunakan Pemerintah
Dalam rangka menjalankan kegiatan pemerintahannya, pemerintahan dapat menggunakan
perjanjian, yang bentuknya antara lain sebagai berikut :
a.
Perjanjian perdata Biasa
b. Perjanjian Perdata dengan Syarat-Syarat Standar
c.
Perjanjian mengenai kewenangan publik
d. Perjanjian mengenai kebijaksanaan pemerintahan
ASAS-ASAS UMUM
PEMERINTAHAN YANG LAYAK
A. Peristilahan, Pengertian dan Kedudukan AAUPL
1. Pengertian
a.
AAUPL merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam lingkungna
hukum administrasi Negara
b.
AAUPL berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administrasi Negara dalam
menjalankan fungsinya.
c.
Sebagian besar dari AAUPL masih merupakan asas-asas yang tidak tertulis
d.
Sebagai asas yang lain sudah menjadi kaidah hukum tertulis dan terpencar dalam
berbagai peraturan hukum positif
2. Kedudukan AAUPL dalam Sistem Hukum
Pendapat Van Wijk/Willem Konijnenbelt dan ten Berge tersebut tampak bahwa kedudukan
AAUPL dalam system hukum adalah sebagai hukum tidak tertulis. Menurut Philipus M.
Hadjon, AAUPL harus dipandang sebagai norma-norma hukum tidak tertulis, yang senantiasa
harus ditati oleh pemerintah, meskipun arti yang tepat dari AAUPL bagi tiap keadaan
tersendiri tidak selalu dapat dijabarkan dengan teliti.
Berkenaan dengan hal ini, SF. Marbun mengatakan bahwa norma yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat umumnya diartikan sebagai peraturan, baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis. Oleh karena itu, pengertian norma (kaedah hukum) dalam arti sempit mencakup
asas-asas hukum dan peraturan hukum konkret, sedangkan dalam arti luas pengertian norma
ialah suatu system hukum yang berhubungan satu sama lainnya.
3. Fungsi dan Arti Penting AAUPL
Dalam perkembangannya, AAUPL memiliki arti penting dan fungsi berikut :
a.
Bagi administrasi Negara, bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan penafsiran dan
penerapan terhadap ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang bersifat sumir, samara
atau tidak jelas.
b. Bagi warga masyarakat, sebagai pencari keadilan, AAUPL dapat digunakan sebagai dasar
gugatan sebagaimana disebutkan dalam pasal 53 UU No. 5 / 1996.
c.
Bagi hakim TUN, dapat dipergunakan sebagai alat menguji dan mebambatkan keputusan
yang dikeluarkan badan atau pejabat TUN.
d. Selain itu, AAUPL tersebut juga berguna bagi badan legislative dalam merancang suatu
undang-undang.
4. Pembagian dan Macam-Macam AAUPL
a.
Pembagian AAUPL
AAUPL terbagi dalam dua bagian, yaitu asas yang bersifat formal atau procedural dan asas
yang bersifat materal atau substansial.
b. Macam-macam AAUPL
Macam-macam AAUPL tersebut adalah sebagai berikut
a) Asas kepastian hukum
b) Asas keseimbangan
c) Asas kesamaan dalam mengambil keputusan
d) Asas bertindak cermat dan asas kecermatan
e) Asas motivasi untuk setiap keputusan
f) Asas tidak mencapuradukkan kewenangan
g) Asas permainan yang layak (fair play)
h) Asas keadilan dan kewajaran
i) Asas kepercayaan dan menanggapi pengharapan yang wajar
j) Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal
k) Asas kebijaksanaan
l) Penyelenggaraan kepentingan umum
PERLINDUNGAN HUKUM PENEGAKAN HUKUM,
DAN PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM DALAM
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
A. Perlindungan Hukum
Hukum diciptakan sebagai suatu sarana atau instrument untu mengatur hak-hak dan
kewajiban-kewajiban subjek hukum agar masing-masing subjek hukum dapat menjalankan
kewajibannya dengan baik dan mendapatkan haknya secara wajar.
Adapula yang mengatakan bahwa; tujuan hukum adalah mengatur masyarakat secara
damai. Hukum menghendaki perdamaian…. Perdamaian diantara manusia dipertahankan
oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia tertentu (baik materiil
maupun ideal), kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda, dan sebagainya terhadap yang
merugikannya.
Telah disebutkan bahwa pemerintah memiliki dua kedudukan hukum, yaitu sebagai
wakil dari badan hukum publik(publiek rechtspsonn, publiklegal, entity). Dan sebagai pejebat
(ambstdrager) dari jabatan pemerintahan.
Perlindungan hukum bagi rakyat merupakan konsep universal, dalam arti dianut dan
diterapkan oleh setiap Negara yang mengedepankan diri sebagai Negara hukum. Secara
umum ada tiga macam perbuatan pemerintahan. Yaitu perbuatan pemerintahan dalam bidang
perbuatan peraturan perundang-undangan (regeling), perbuatan pemerintahan dalam
penerbitan ketetapan (beschikking), dan perbuatan pemerintah dalam bidang keperdataan
(materiele daad).
Perlindungan hukum akibat dari perbuatan pemerintah juga ada yang terdapat dalam
bidang perdata maupun public.
1. Perlindungan Hukum dalam Bidang Perdata
Kedudukan pemerintah atau asministrasi Negara dalam hal ini tidak berbeda dengan
seseorang atau badan hukum perdata yaitu sejajar sehingga pemerintah dapat menjadi
tergugat maupun penggugat. Yang menjadi salah satu unsur Negara hukum terimplementasi.
Dengan kata lain, hukum perdata memberikan perlindungan yang sama baik kepada
pemerintah maupun seseorang atau badan hukum perdata.
2. Perlindungan Hukum dalam Bidang Publik
Ada dua macam perlindungan hukum bagi rakyat, yaitu perlindungan hukum preventif dan
represif.
Pada perlindungan hukum preventuf, rakyat diberikan kesempatan untuk
mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah
mendapat bentuk yang denitif.
C. Pertanggung Jawaban Pemerintah
1.
Pengertian Pertanggung Jawaban
Pertanggung jawaban berasal dari kata tanggung jawab, yang berarti keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan,
diperkarakan,, dan sebagainya). Dalam kamus hukum ada dua istilah yang menunjuk pada
pertanggung jawaban, yakni liability (the satate of being liabel) dan responsibility) the state
or fact being responsible). Liability merupakan istilah hukum yang luas ( a boar legal term),
yang di dalamnya antara lain mengandung makna bahwa , " it has been referred to as of the
most comprehensive significance, including almost every character of hazard or
responsibility, absolute, cantigent, or likely. It has been defined to mean : all character of
debts and obligations.
2.
Pertanggung Jawaban Pemerintah dalam Hukum Aministrasi \
Tanggung jawab pemerintah terhadap warga Negara atau Negara pihak ketiga dianut oleh
hampir semua warga Negara yang berdasarkan atas hukum. Dalam perspektif hukum public,
tindakan hukum pemerintahan itu selanjutnya dituangkan dalam dan dipergunakan beberapa
instrument hukum dan kebijakan seperti peraturan (regeling), keputusan (besluit), peraturan
kebijaksanaan (beleidsregel), dan ketetapan (beschingkking).
Hubungan hukum ini adalah yang bersifat intern (interne rechtsbetrekking), yaitu hubungan
hukum antara pemerintah dengan warga Negara.
1. SEKILAS TENTANG NEGARA HUKUM
Pemikiran atau konsepsi manusia merupakan anak zaman yang lahir dan berkembang
dalam situasi kesejarahan dengan berbagai pengaruhnya. pemikiran atau konsepsi manusia
tentang Negara hukum juga lahir dan berkembang dalam situasi kesejarahan. oleh karena itu
meskipun konsep Negara hukum dianggap sebagai konsep Universal, pada dataran
implementasi ternyata memiliki karakteristik beragam.
Secara Embrionik, gagasan Negara hukum telah dikemukakan oleh Plato, ketika ia
mengintroduksi konsep Nomoi, sebagai karya tulis ketiga yang dibuat di usia tuanya.
Sementara itu dalam dua tulisan pertama, Politeia, dan Politicos, belum muncul istilah
Negara hukum. Dalam Nomoi, Plato mengemukakan bahwa penyelenggaraan Negara yang
baik ialah yang didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik. Menurut Aristoteles suatu
Negara ynag baik adalah Negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan
hukum. Ada tiga unsur dalam pemerintahan yang berkonstitusi, yang pertama: pemerintahan
dilaksanakan untuk kepentingan umum; kedua: pemerintahan dilaksanakan menurut hokum
yang berdasarkan ketentuan-ketentuan umum, bukan hukum yang di buat secara sewenangwenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi; ketiga: pemerintahan berkonstitusi
berarti pemerintahan yang dilaksanakan atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaantekanan yang dilaksanakan pemerintahan despotic.
Dalam kaitannya dengan konstitusi,
Aristoteles mengatakan bahwa konstitusi merupakan penyusunan jabatan dalam suatu Negara
dan menetukan apa yang dimaksudkan dengan badan pemerintahan dan apa akhir dari setiap
masyarakat. Selain itu konstitusi merupakam aturan-aturan dan penguasa harus mengatur
Negara menurut aturan-aturan tersebut.
Muncul kembali secara eksplisit pada abad ke-19, yaitu dengan munculnya konsep
rechtsstaat dari Freidrich Julius Stahl, yang di ilhami oleh Immanuel Kant. Menurut stahl,
unsur-unsur Negara hukum (rechtsstaat ) adalah:
a.
perlidungan hak-hak asasi manusia,
b. pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu,
c.
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan , dan
d. peradilan administrasi dalam perselisihan.
Pada saat yang bersamaan muncul pula konsep hukum (rule of law) dari A.V. Dicey, yang
lahir dalam neungan system hukum Anglo-Saxon. Dicey mengemukakan unsur-unsur rule of
law sebagai berikut:
a.
Supremasi aturan-aturan hokum ( supremacy of the law ), yaitu tidak adanya kekuasaan
sewenang-wenang (absence of arbitrary power), dalam arti bahwa seseorang hanya boleh di
hokum kalau melanggar hukum.
b.
Kedudukan yang sama dalam mengahdapai hukum(equality before the law). Berlaku
untuk orang biasa maupun pejabat.
c.
Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang ( di Negara lain oleh undang-undang
dasar) serta keputusan-keputusan pengadilan.
Dalam
perkembangannya
konsepsi
Negara
hukum
tersebut
kenudian
mengalami
penyempurnaan,yang secara umum dapat di lihat di antaranya:
a. system pemerintahan yang di dasarkan atas kedaulatan rakyat,
b. bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas
hokum atau peraturan perundang-undangan,
c. adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara),
d. adanya pembagian kekuasaan dalam Negara,
e. adanya pengawasan dari badan-badan peradilan yang bebas dan mandiri,
f.
adanya peran yang nyata dari anggot-anggota masyarakat atau warga Negara untuk turut
serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah,
g.
adanya system perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang merata sumber daya
yang diperlukan bagi kemakmuran warga Negara.
Perumusan unsur-unsur Negara hukum ini tidak terlepas dari falsafah dan sosio politik yang
melatar belakanginya , terutama falsafah indifidualisme, yang menempatkan individu atau
warga Negara sebagai Primus interpares dalam kehidupan bernegara. Oleh Karena itu,
unsur pambatasan kekuasaan Negara untuk melindungi hak-hak individu menempati posisi
yang signifikan.
Semangat membatasi kekuasaan ini semakin kental segera setelah lahirnya
adagium yang begitu popular dari Lord Acton, yaitu “ Power tends to corrupt, but absolute
power corrupt absolutely”, ( Manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung untuk
menyalahgunakan kekuasaan itu, tetapi kekuasaan yang tidak terbatas(absolut) pasti akan
disalahgunakan). Model negra hokum seperti ini berdasarkan catatan sejarah di kenal dengan
sebutan demokrasi konstitusional, dengan cirri bahwa pemerintah yang demokratis adalah
pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang
terhadap warga negaranya. Pembatasan-pembatasan atas kekuasaan pemerintah tercantum
dalm konstitusi, sehingga sering disebut “ pemerintah berdasarkan konstitusi” (constitutional
government).
Esensi dari Negara berkonstitusi adalah perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.
Atas dasar itu, keberdaan konstitusi dalam suatu Negara merupakan condition sine quanon.
Menurut Sri Sumantri, tidak ada suatu Negara pun di Dunia ini yang tidak mempunyai
konstitusi atau undang-undang dasar. Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
.
2. NEGARA HUKUM DEMOKRATIS
Dalam system demokrasi, penyelenggraan Negara itu harus bertumpu pada partisipasi dan
kepentingan rakyat. Implementasi Negara hukum itu harus ditopang dengan sistem
demokrasi. Hubungan antara Negara hukum dan demiokrasi tidak dapat dipisahkan.
Denokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan arah, sedangkan hukum
tanpa demokrasi akan kehilangan makna. Dengan demikian Negara hukum yang bertopang
pada system demokrasi dapat disebut sebagai Negara hukum demokratis( democratische
rechtsstaat),
A. PRINSIP-PRINSIP NEGARA HUKUM
1) Asas legalitas
2) Perlindungan hak-hak asasi,
3) Pemerintah terikat pada hokum,
4) Monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hokum,
5) Pengawasan oleh hakimyang merdeka.
B. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI
1) Perwkilan politik
2) Pertanggungjawaban politik
3) Pemencaran kewenagan,
4) Pengawasan dan control,
5) kejujuran dan keterbukaan pemerintahan untuk umum,
6) Rakyat diberi kemungkinan untuk mengajukan keberatan
Dengan rumusan yang hampir sama, H.D. van Wijk/ Willem Konijnenbelt
menyebutkan prinsip-prinsip demokrasi sebagai berikut:
A. PRINSIP-PRINSIP RECHTSSTAAT
1) pemerintahan berdasarkan undang-undang
2) hak-hak asasi
3) pembagian kekuasaan
4) pengawasan lembaga kehakiman
B. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI
1) keputusan-keputusan penting, yaitu undang-undang
2) hasil dari pemilihan umum diarahkan untuk mengisi dewan perwakilan rakyat dan
untuk pengisian pejabat-pejabat pemerintah.
3)
keterbukaan pemerintah,
4)
siapapun yang memiliki kepentingan yang (dilanggar) oleh tindakan penguasa,
(harus) diberi kesempatan untuk membela kepentingannya.
5) setiap keputusan harus melindungi berbagai kepentingan minoritas, dan harus
seminimal mungkin menghindri ketidakbenaran dan kekeliruan.
3.
TUGAS-TUGAS
PEMERINTAH
DALAM
NEGARA HUKUM
MODERN
(WELVAARTSTAAT)
.
Menurut Presthus tugas Negara itu meliputi dua hal, yaitu:
a. police making , ialah penentuan haluan Negara,
b. task executing , yaitu pelaksanaan tugas menurut haluan yang telah ditetapkann oleh
Negara.
Pembagian ini sam dengan yang dilakukan oleh E.Utrevht, yang mengikutiAM.Donner, yaitu
pertama berupa lapangan yang menentukan tujuan atau tugas, dan yang kedua , lapangan
merealisasi tujuan atau tugas yang telah di tentukan itu.
Pembagian tugas Negara menjadi dua bagian ini dikemukakan pula oleh Hans Kelsen, yaitu:
a. politik sebagai etik, yakni memilih tujuan-tujuan kemasyarakatan, dan
b. politik sebagai tehnik, yakni bagaiman merealisasikan tujuan-tujuan tersebut
Hal senada di kemukakan oleh logemann, yang membagi tugas Negara menjadi dua
yaitu: a). menentukan tujuan yang tepat, b), melaksanakan tujuan tersebut secara tepat pula.
Berbeda dengan pembagian Negara menjadi dua tersebut, van vollenhoven membagi empat,
yaitu:
a.
membuat peraturan dalam bentuk undang-undan baik dalam arti formal maupun
materiil yang di sebut regeling,
b.
pemerintahan dalam arti secara nyata memelihar kepentingan umum yang disebut
bestuur,
c.
penyelesaian sengketa dalam peradilan perdata yang disebut yustitiusi
d.
memmpertahankan ketertiban umum baik secara preventif maupun represif, di
dalamnya termasuk peradilan pidana yang di sebut politie.
Sementara itu Lemaire membagi tugas Negara dala lima jenis yaitu: a) perundang-undanagan,
b) pelaksanaan yaitu pembuatan aturan-aturan hokum oleh penguasa sendiri, c) pemeintahan,
d) kepolisian, dan e) pengadilan.
Seiring dengan perkembangan kenegaraan dan pemerintahan, ajaran Negara hukum yang
kini di anut oleh Negara-negara di dunia khususnya setelah perang dunia kedua adalah
Negara kesejahteraan (welfare state).
Konsep Negara ini muncul sebagai reaksi atas
kegagalan konsep legal state atau Negara penjaga malam. Dalam konsepsi legal state tedapat
prinsip staatsonthouding atau pembatasan peranan Negara dan pemerintah dalam bidang
politik yang bertumpu pada dalil “ the least government is the best government”, dan terdapat
prinsip “laisez faire, laissez aller” dalam bidang ekonomiyang melarang Negara dan
pemerintah mencampuri kehidupan ekonomi masyarakat
(staatsbemoeienis). Akibat
pembatasan ini pemerintah atau administrasi Negara menjadi pasif, sehingga sering, disebut
Negara penjaga malam ( nachtwakerstaat atau nachtwachtesstaat).
Kegagalan implementasi
nachtwakerstaat kemudian muncul ggasan yang
menempatkan pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kesejahteraan
rakyatnya, yaitu welfare state. Ciri utama Negara ini adalah munculnya kewajiban
pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan umum bagi warganya. Dengan kata lain, ajaran
welfare state merupakan bentuk konkrit dari peralihan prinsip staatsonthouding, yang
membatasi peran Negara dan pemerintah untuk mencampuri kehidupan ekonomi dan social
masyarakat, menjadi staatsbemoeienis, yang menghendaki Negara dan pemerintah terlibat
aktif dalam kehidupan ekonomi dan social masyarakat, sebagai langkah untuk mewujudkan
kesejahteraan umum, disamping menjaga ketertiban dan keamanan (rust en orde).
Pemberian kewenangan kepada administrasi Negara untuk bertindak atas inisiatif
sendiri itu lazim di kenal dengan istilah freies Ermessen atau discretionary power, yaitu suatu
istilah yang di dalamnya mengandung kewajiban dan kekuasaan yang luas. Kewajiban adalah
tindakan yang harus dilakukan, sedangkan kekuasaan yang luas itu menyiratkan adanya
kebebasan memilih, melakukan atau tidak melakukan tindakan. Dalam praktik, kewajiban dn
kekuasaan berkaitan erat.Menurut E.Utecht, kekuasaan administrasi Negara dalam bidang
legislasi ini meliputi:
a.
kewenangan untuk membuat peraturan atas inisiatif sendiri, terutama dalam
menghadapi soal-soal genting yang belum ada peraturannya, tanpa bergantung pada pembuat
undang-undang pusat.
b.
Kekuasaan administrasi Negara untuk membuat peraturan atas dasar delegasi.
c.
Droit function, yaitu kekuasaan administrasi Negara untuk menafsirkan sendiri
berbagai peraturan,
3. NEGARA HUKUM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Negara hukum menurut F.R.Bothlingk adalah Negara dimana kebebasan kehendak
pemegang kekuasaan di batasi oleh ketentuan hukum
A. Hamid S. Attamimi, dengan mengutip Burkens, mengatakan bahwa Negara hukum
secara sederhana adalah Negara yang menempatkan hukum sebagai dasar kekuasaan
Negara dan penyelenggaraan kekuasan tersebut dalam segala bentuknya dilakukan
dibawah kekuasaan hukum. Dalam Negara hukum, segala sesuatu harus dilakukan
menurut hokum. Negra hukum menentukan bahwa pemerinth harus tunduk pada
hukum, bukannya hukum yang harus tunduk pada pemerintah.
Dalam Negara Hukum, hukum di tempatkan sebagain aturan main
dalam
penyelenggaraan kenegaraan, pemerintahan, dan kemsyarakatan, sementara tujuan Hukum itu
sendiri antara lain diletakkan untuk menata masyarakat yang damai, adil, dan bermakna.
Artinya sasaran dari Negara Hukum adalah terciptanya kegiatan kenegaraan, pemerintahan,
dan kemasyarakatan yang bertumpu pada keadilan, kedamaian, dan kemanfaatan atau
kebermaknaan. Dalam Negara Hukum, eksistensi hukum di jadikan sebagai instrument dalam
menata kehidupan kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan.
Lebih lanjut J.B.J.M. ten Berge mengatakan bahwa Hukum administrasi Negara
berkaitan erat dengan kekuasaan dan kegiatan penguasa. Karena kekuasaan dan kegiatan
penguasa itu dilaksanakan, lahirlah hukum administrasi Negara.
Dengan demikian, keberadaan hukum administrasi Negara itu muncul karena adanya
penyelenggaran kekuasaan Negara dan pemerintahan dalam suatu Negara hukum, yang
menuntut dan menghendaki penyelenggaraan tugas-tugas kenegaraan. Pemerintahan, dan
kemasyarakatan yang berdasarkan atas Hukum.
KEDUDUKAN, KEWENANGAN, DAN
TINDAKAN PEMERINTAH
A. Kedudukan Hukum (Rechtspositie) Pemerintah
. Ulpianus : hokum public adalahhukum yang berkenaan dengan kesejahteraan Negara
Romawi , sedangkan hokum privat adalah : hukumyang mengatur hubungan kekeluargaan.
Dalam bentuk kenyataan social nya, Negara adalah : organisasai yang berkenaan dengan
berbagai fungsi . Pengertian Fungsi adalah : lingkungan kerja yang terperinci dalam
hubungannya secara keseluruhan. Fungsi-fungsi ini disebut jabatan. Negara adalah organisasi
jabatan.
Menurut Bagir manan, jabatan adalah lingkungan pekerjaan tetap yang berisi fungsi-fungsi
tertentu yang secara keseluruhan mencerminkan tujuan dan tata kerja suatu organisasi.
1. Kedudukan Pemerintah Dalam Hukum Publik
Bahwa dalam perspektif hukum publik, Negara adalah organisasi jabatan. Diantara jabatanjabatan kenegaraan ini ada jabatan pemerintahan. Di dalam hukum mengenai badan hukum
kita mengenal perbedaan antara badan hukum dan organ-organnya. Badan hukum adalah
pendukung hak-hak kebendaan (harta kekayaan).
a.
organ pemerintah menjalankan wewenang atas namadan tanggung jawab sendiri,
b.
pelaksanaan wewenang dalam rangka menjaga dan mempertahankan norma hokum
administrasi,
c.
disamping pihak tergugat , organ pemerintah juga dapat tampil menjadi pihak yang tidak
puas, artinya sebagai penggugat.
d. Pada prinsipnya pemerintah tidak memiliki harta kekayaan sendiri.
Wali kota adalah organ-organ dari badan umum “kabupaten” berdasarkan aturan hokum,
badan umum inilah yang dapat memiliki harta kekayaan , bukan organ pemerintahannya.
2. Kedudukan Pemerintah dalam Hukum Privat
Dalam perspektif hukum perdata disebut sebagai badan hukum public. Badan hukum
(rechtspersoon) adalah personen, kumpulan orang, yaitu semua yang di dalam kehidupan
masyarakat dengan beberapa perkecualian sesuai dengan ketentuan undang-undang dapat
bertindak sebagaimana manusia, yang memiliki hak-hak dan kewenangan-kewenangan,
seperti kumpulan orang (dalam suatu badan hukum), perseroan terbatas, perusahaan
perkapalan, perhimpunan (sukarela), dan sebagainya.
Bila berdasarkan hukum publik Negara, provinsi, dan kabupaten adalah organisasi jabatan
atau kumpulan dari organ-organ kenegaraan dan pemerintahan, maka berdasarkan hukum
perdata Negara, provinsi, dan kabupaten adalah kumpulan dari badan-badan hukum yang
tindakan hukumnya dijalankan oleh pemerintah.
Keberadaan pemerintah yang secara teoritis memiliki dua fungsi, yaitu sebagai wakil dari
jabatan dan badan hukum, yang masing-masing diatur dan tunduk pada hukum yang
berbeda, hukum publik dan hukum privat, sering membingungkan bagi kebanyakan orang
apalagi bagi orang awam.
B. Kewengan Pemerintah
a.
Wewenang Pemerintahan
Setiap penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan harus memiliki legitimitas, yaitu
kewennagan yang diberikan oleh undang-undang. Dengan demikian, substansi asas legalitas
adalah wewenang, yakni het vermogen tot het verrichtenn van bepaalde rechtshandeligen,
yaitu kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu.
Mengenai wewenang itu H.D Stout mengatakan bahwa (wewenang merupakan pengertian
yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan
aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan penggunaan wewenang pemerintahan oleh
subjek hukum public di dalam hubungan hukum public).
Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum tata Negara dan hukum
administrasi. Dalam Negara hukum, wewenang pemerintahan itu berasal dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
1. Sumber dan Cara Memperoleh Wewenang Pemerintahan
Pilar utama Negara hukum, yaitu asas legalitas (legaliteitsbeginsel atau het beginsel van
wetmatigheid van bestuur), secara teoritis, kewenangan yang bersumber dari peraturan
perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi, dan
mandat. Legislator yang kompeten untuk memberikan atribusi wewenang pemerintahan itu
dibedakan antara :
a) Yang berkedudukan sebagai original legislator.
b) Yang bertindak sebagai delegated legislator Pada delegasi terjadilah perlimpahan suatu
wewenang yang telah ada oleh badan atau jabatan tata usaha Negara yang telah memperoleh
wewenang pemerintahan secara atributif kepada badan atau jabatan tata usha Negara lainnya.
Jadi suatu delegasi selalu didahului oleh adanya suatu atribusi wewenang.
C. Tindakan Pemerintahan
1. Pengertian Tindakan Pemerintahan
Tindakan hukum menurut R.J.H.M. Huisman, tindakan-tindakan yang berdasarkan sifatnya
dapat menimbulkan akibat hukum yang berdasarkan sifatnya dapat menimbulkan akibat
hukum tertentu, atau. ( tindakan hukum adalah tindakan yang dimaksudkan untuk
menciptakan hak dan kewajiban). Istilah tindakan hukum ini semula berasal dari jaaran
hukum perdata .Menurut H.J. Romeijin, ( tindakan hukum administasi merupakan suatu
pernyataan
kehendak yang muncul dari organ administrasi dalam keadaan khusus,
dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum dalam bidang hukum administrasi).
2.
a.
Unsur, Macam-macam, dan Karakteristik Tindakan Hukum Pemerintahan
Unsur –unsur Tindakan Hukum Pemerintahan
Tindakan hukum pemerintahan adalah tindakan –tindakan yang dilakukan oleh organ
pemerintahan atau administrasi Negara yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat-akibat
hukum dalam bidang pemerintahan atau administrasi Negara.
b. Macam-macam Tindakan Hukum Pemerintahan
Ada
dua
macam
tindakan
hukum,
yaitu
tindakan-tindakna
hukum
public
(publiekrechtshanddeligen) dan tindakan hukum privat (privaatrechtshandeligen).
INSTRUMEN PEMERINTAHAN
A. Pengertian Instrumen Pemerintahan
Instrument pemerintahan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah alat—alat atau saranasarana yang digunakan oleh pemerintah atau administrasi Negara dalam melaksanakan tugastugasnya.
Disamping itu, pemerintah juga menggunakan berbagai instrument yuridis dalam
menjalankan kegiatan mengatur dan menjalankan urusan pemerintahan dan kemasyarakatan,
seperti peraturan perundang-undangan, keputusan-keputusan, peraturan kebijaksanaan,
perizinan, instrument hukum keperdataan, dan sebagainya.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan merupakan hukum yang in abstracto atau genralnorm yang sifatnya mengikat
umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang bersifat umum (general).
Secara teoritis, istilah perundang-undangan (legislation wetgeving atau gesetzgebung)
mempunyai dua pengertian, yaitu sebagai berikut :
1.
Perundang-undangan merupakan proses pembentukan/ proses membentuk peraturan-
peraturan Negara.
2.
Perundang-undangan adalah segala peraturan Negara, yang merupakan hasil
pembentukan peraturan-peraturan.
Berdasarkan penjelasan pasal 1 angka 2 UU No. 5 Tahun 1986 tentang peradilan tata Usaha
Negara, peraturan perundang-undangan adalah semua peraturan yang bersifat mengikat
secara umum yang dikeluarkan oleh badan perwakilan rakyat bersama pemerintah, baik
ditingkat pusat maupun di tingkat daerah, serta semua keputusan badan atau pejabat tata
usaha Negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, yang juga mengikat umum.
Menurut pasal 1 angka 2 UU No. 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundangudangan, yang dimaksud dengan peraturan perundang-undnagan adalah peraturan tertulis
yang dibentuk oleh lembaga Negara dan pejabat yang berwenang dan mengikat secara
umum.
C. Ketetapan Tata Usaha Negara
1. Pengertian Ketetapan
Ketetapan tata saha Negara pertama kali diperkenalkan oleh seorang sarjana Jerman, Otto
Meyer, dengan istilah Verwaltungsakt. Istilah ini diperkenalkan di negeri Belanda dengan
nama Beshkking.
Di Indonesia istilah beschkking diperkenalkan pertamakali oleh WF. Prins. Istilah “
beschkking” sudah sangat tua dan dari segi kebahasaan digunakan dalam berbagai arti.
Ketetapan merupakan keputusan pemerintahan untuk hal yang bersifat konkret dan
individual ( tidak ditujukan untuk umum) dan sejak dulu telah dijadikan instrument yuridis
pemerintahan yang utama.
2. Macam-mcam Ketetapan
a.
Ketetapan Deklaratoir dan Ketetapan Konstruktif
b. Ketetapan yang menguntungkan dan yang memberi beban
c.
Ketetapan eenmalig dan ketetapan yang permanen
d. Ketetapan yang bebas dan yang terikat
e.
Ketetapan positif dan negative
f.
Ketetapan perorangan dan kebendaan
D. Peraturan Kebijaksanaan
Peraturan kebijaksanaan tidak dapat dilepaskan dengan kewenangan bebas (vijebevoegdheid)
dari pemerintah yang sering disebut dengan istilah freis Ermenssen. Secara bahasa freies
Ermenssen berasal dari kata frei yang artinya bebas, lepas, tidak terikat, dan merdeka. Freis
artinya orang yang bebas, tidak terikat, dan merdeka. Sementara itu, Ermenssen berarti
mempertimbangkan, menilai, menduga, dan memperkirakan. Freis Ermessen berarti orang
yang memiliki kebebasan untuk menilai, menduga, dan mempertimbangkan.
Freis Ermessen ini muncul sebagai alternative untuk mengisi kekurangan dan
kelemahan di dalam penerapan asas legalitas (wetmatigheid vain bestuur). Freies Ermessen
muncul bersamaan dengan pemberian tugas kepada pemeintah untuk merealisasikan tujuan
Negara seperti yang tercantum dalam alenia keempat pembukaan UUD 1945.
E. Rencana-Rencana
1.
Pengertian Rencana
Istilah pemerintahan memiliki dua arti yaitu fungsi pemerintahan atau kegiatan memerintah
dan organisasi pemerintahan atau kumpulan jabatan pemerintahan (Complex van
Bestuursorgaan).
Rencana merupakan alat bagi implementasi, dan implementasi didefinisikan sebagai
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan
dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Perencanaan merupakan fungsi organic yang pertama dari administrasi dan manajemen.
Alasannya ialah bawah tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka usaha pencapaian tujuan.
Berdasarkan hukum administrasi Negara, rencana meruapkan bagian dari tindakan hukum
pemerintahan (bestuurrechthanding), suatu tindakan yang dimaksudkan untuk menimbulkan
akibat-akibat hukum.
Perencanaan terbagi dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut :
a.
Perencanaan informative (inormative planning)
b. Perencanaan indikatif (indicatieve planning)
c.
Perencanaan operasional atau normative (operationele of normative planning)
Disamping pembagian tersebut, perencanaan juga dibagi berdasarkan waktu , tempat, bidang
hukum, sifat, metode, dan sarana.
2. Unsur-Unsur Rencana
J.B.M.Ten Berge mengemukakan unsur-unsur rencana sebagai berikut
a.
Schriftekijke Presentatie (Gambaran Tertulis)
b.
Besluit handeling (Keputusan atau Tindakan)
c.
Bestuurorgan (Organ Pemerintahan)
d. Op de Teokomst Gerich (ditujukan pada masa yang akan dating)
e.
Planelemanten (elemen-elemen Rencana)
f.
Orgelijksoorting Karakter (Memiliki Sifat yang tidak sejenis, beragam)
g.
Semenhang (Keterkaitan)
h.
Al dan Niet Voor een Bepaalde Duur (untuk waktu tertentu)
F. Perizinan
1. Pengertian Perizinan
Beberapa istilah lain yang tidak sedikit banyak memiliki kesejajaran dengan izin, yaitu
dispensasi, konsesi, dan lisensi. Dispensasi ialah keputusan administrasi Negara yang
membebaskan suatu perbuatan tersebut. Menurut Ateng Syafrucin, dispensasi bertujuan
untuk menebus rintangan yang sebetulnya secara normal tidak diizinkan, jadi sipensasi berarti
menyisihkan pelarangan dalam hal yang khusus (relaxatie legis). Lisensi adalah suatu izin
yang memberikan hak untuk menyelenggarakan suatu perusahaan.
Menurut Sjchran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi Negara bersegi satu yang
mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur
sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu persetujuan dari penguasa
berdasarkan peraturan perundang-udangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan.
2. Unsur – Unsur Perizinan
Ada beberapa unsur dalam perizinan yaitu sebagai berikut :
a.
Istrumen Yuridis
b.
Peraturan Perundang-undangan
c.
Organ pemerintah
d. Peristiwa konkret
e.
Prosedur dan persyaratan
3. Bentuk dan Isi Izin
Sebagai ketetapan tertulis, secara umum izin memuat hal-hal sebagai berikut :
a.
Organ yang berwenang
b. Yang dialamatkan
c.
Dictum
d. Ketentuan-ketentuan, pembatasan – pembatasan, dan syarat-syarat
e.
Pemberian alasan
f.
Pemberitahuan – pemberitahuan Tambahan
G. Instrumen Hukum Keperdataan
1. Penggunaan Instrumen Hukum Keperdataan
Pemerintah dalam melakukan kegiatan sehari-hari tampil dengan dua kedudukan, yaitu
sebagai wakil dari badan hukum dan wakil dari jabatan pemerintahan. Tindakan hukum
keperdataan adalah tindakan hukum yang diatur oleh hukum perdata. Pemerintah juga sering
melakukan perbuatan semacam itu, kabupaten menjual tanah bangunan, menyewakan rumah,
menggadaikan tanah, dan sebagainya.
Penggunaan instrument hukum public merupakan fungsi dasar dari organ pemerintahan
dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan, sedangkan penggunaan istrumen hukum privat
merupakan konsekuensi paham Negara kesejahteraan,
2. Instrumen Hukum Keperdataan yang dapat Digunakan Pemerintah
Dalam rangka menjalankan kegiatan pemerintahannya, pemerintahan dapat menggunakan
perjanjian, yang bentuknya antara lain sebagai berikut :
a.
Perjanjian perdata Biasa
b. Perjanjian Perdata dengan Syarat-Syarat Standar
c.
Perjanjian mengenai kewenangan publik
d. Perjanjian mengenai kebijaksanaan pemerintahan
ASAS-ASAS UMUM
PEMERINTAHAN YANG LAYAK
A. Peristilahan, Pengertian dan Kedudukan AAUPL
1. Pengertian
a.
AAUPL merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam lingkungna
hukum administrasi Negara
b.
AAUPL berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administrasi Negara dalam
menjalankan fungsinya.
c.
Sebagian besar dari AAUPL masih merupakan asas-asas yang tidak tertulis
d.
Sebagai asas yang lain sudah menjadi kaidah hukum tertulis dan terpencar dalam
berbagai peraturan hukum positif
2. Kedudukan AAUPL dalam Sistem Hukum
Pendapat Van Wijk/Willem Konijnenbelt dan ten Berge tersebut tampak bahwa kedudukan
AAUPL dalam system hukum adalah sebagai hukum tidak tertulis. Menurut Philipus M.
Hadjon, AAUPL harus dipandang sebagai norma-norma hukum tidak tertulis, yang senantiasa
harus ditati oleh pemerintah, meskipun arti yang tepat dari AAUPL bagi tiap keadaan
tersendiri tidak selalu dapat dijabarkan dengan teliti.
Berkenaan dengan hal ini, SF. Marbun mengatakan bahwa norma yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat umumnya diartikan sebagai peraturan, baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis. Oleh karena itu, pengertian norma (kaedah hukum) dalam arti sempit mencakup
asas-asas hukum dan peraturan hukum konkret, sedangkan dalam arti luas pengertian norma
ialah suatu system hukum yang berhubungan satu sama lainnya.
3. Fungsi dan Arti Penting AAUPL
Dalam perkembangannya, AAUPL memiliki arti penting dan fungsi berikut :
a.
Bagi administrasi Negara, bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan penafsiran dan
penerapan terhadap ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang bersifat sumir, samara
atau tidak jelas.
b. Bagi warga masyarakat, sebagai pencari keadilan, AAUPL dapat digunakan sebagai dasar
gugatan sebagaimana disebutkan dalam pasal 53 UU No. 5 / 1996.
c.
Bagi hakim TUN, dapat dipergunakan sebagai alat menguji dan mebambatkan keputusan
yang dikeluarkan badan atau pejabat TUN.
d. Selain itu, AAUPL tersebut juga berguna bagi badan legislative dalam merancang suatu
undang-undang.
4. Pembagian dan Macam-Macam AAUPL
a.
Pembagian AAUPL
AAUPL terbagi dalam dua bagian, yaitu asas yang bersifat formal atau procedural dan asas
yang bersifat materal atau substansial.
b. Macam-macam AAUPL
Macam-macam AAUPL tersebut adalah sebagai berikut
a) Asas kepastian hukum
b) Asas keseimbangan
c) Asas kesamaan dalam mengambil keputusan
d) Asas bertindak cermat dan asas kecermatan
e) Asas motivasi untuk setiap keputusan
f) Asas tidak mencapuradukkan kewenangan
g) Asas permainan yang layak (fair play)
h) Asas keadilan dan kewajaran
i) Asas kepercayaan dan menanggapi pengharapan yang wajar
j) Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal
k) Asas kebijaksanaan
l) Penyelenggaraan kepentingan umum
PERLINDUNGAN HUKUM PENEGAKAN HUKUM,
DAN PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM DALAM
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
A. Perlindungan Hukum
Hukum diciptakan sebagai suatu sarana atau instrument untu mengatur hak-hak dan
kewajiban-kewajiban subjek hukum agar masing-masing subjek hukum dapat menjalankan
kewajibannya dengan baik dan mendapatkan haknya secara wajar.
Adapula yang mengatakan bahwa; tujuan hukum adalah mengatur masyarakat secara
damai. Hukum menghendaki perdamaian…. Perdamaian diantara manusia dipertahankan
oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia tertentu (baik materiil
maupun ideal), kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda, dan sebagainya terhadap yang
merugikannya.
Telah disebutkan bahwa pemerintah memiliki dua kedudukan hukum, yaitu sebagai
wakil dari badan hukum publik(publiek rechtspsonn, publiklegal, entity). Dan sebagai pejebat
(ambstdrager) dari jabatan pemerintahan.
Perlindungan hukum bagi rakyat merupakan konsep universal, dalam arti dianut dan
diterapkan oleh setiap Negara yang mengedepankan diri sebagai Negara hukum. Secara
umum ada tiga macam perbuatan pemerintahan. Yaitu perbuatan pemerintahan dalam bidang
perbuatan peraturan perundang-undangan (regeling), perbuatan pemerintahan dalam
penerbitan ketetapan (beschikking), dan perbuatan pemerintah dalam bidang keperdataan
(materiele daad).
Perlindungan hukum akibat dari perbuatan pemerintah juga ada yang terdapat dalam
bidang perdata maupun public.
1. Perlindungan Hukum dalam Bidang Perdata
Kedudukan pemerintah atau asministrasi Negara dalam hal ini tidak berbeda dengan
seseorang atau badan hukum perdata yaitu sejajar sehingga pemerintah dapat menjadi
tergugat maupun penggugat. Yang menjadi salah satu unsur Negara hukum terimplementasi.
Dengan kata lain, hukum perdata memberikan perlindungan yang sama baik kepada
pemerintah maupun seseorang atau badan hukum perdata.
2. Perlindungan Hukum dalam Bidang Publik
Ada dua macam perlindungan hukum bagi rakyat, yaitu perlindungan hukum preventif dan
represif.
Pada perlindungan hukum preventuf, rakyat diberikan kesempatan untuk
mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah
mendapat bentuk yang denitif.
C. Pertanggung Jawaban Pemerintah
1.
Pengertian Pertanggung Jawaban
Pertanggung jawaban berasal dari kata tanggung jawab, yang berarti keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan,
diperkarakan,, dan sebagainya). Dalam kamus hukum ada dua istilah yang menunjuk pada
pertanggung jawaban, yakni liability (the satate of being liabel) dan responsibility) the state
or fact being responsible). Liability merupakan istilah hukum yang luas ( a boar legal term),
yang di dalamnya antara lain mengandung makna bahwa , " it has been referred to as of the
most comprehensive significance, including almost every character of hazard or
responsibility, absolute, cantigent, or likely. It has been defined to mean : all character of
debts and obligations.
2.
Pertanggung Jawaban Pemerintah dalam Hukum Aministrasi \
Tanggung jawab pemerintah terhadap warga Negara atau Negara pihak ketiga dianut oleh
hampir semua warga Negara yang berdasarkan atas hukum. Dalam perspektif hukum public,
tindakan hukum pemerintahan itu selanjutnya dituangkan dalam dan dipergunakan beberapa
instrument hukum dan kebijakan seperti peraturan (regeling), keputusan (besluit), peraturan
kebijaksanaan (beleidsregel), dan ketetapan (beschingkking).
Hubungan hukum ini adalah yang bersifat intern (interne rechtsbetrekking), yaitu hubungan
hukum antara pemerintah dengan warga Negara.