Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam dalam Novel Maha Cinta Adam-Hawa Karya Muhammad El-Natsir: Sosiologi Sastra
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep dibutuhkan dalam penelitian untuk menentukan aspek yang menyangkut apa saja yang akan diteliti, sehingga penjabaran materi menjadi terarah, tidak melebar ke hal-hal yang lain. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
2.1.1 Pengertian Relasi
Relasi merupakan suatu pondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, relasi itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Yuyun (2010:11), menjelaskan bahwa,”Relasi dalam suatu masyarakat dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran pribadi masing-masing, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.”
Relasi merupakan kunci semua kehidupan sosial.Dengan tidak adanya interaksi antara satu relasi dengan yang lainnya, maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dapat disimpulkan relasi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial. Menurut Brahmanto (2010:12), ”Perbedaan antara laki-laki dengan
(2)
perempuan sesungguhnya tidak menjadi persoalan sepanjang tidak mengalami ketidakadilan gender. Dalam kehidupan, perempuan adalah relasi bagi laki-laki, begitu pula sebaliknya.”
2.1.2 Pengertian Laki-Laki
Laki-laki adalah sebutan yang digunakan untuk spesies manusia berjenis kelamin jantan.Lawan jenis dari pria adalah wanita.Pria adalah kata umum yang digunakan untuk menggambarkan laki-laki dewasa.Laki-laki yang sudah menikah dipanggil dengan sebutan ayah.Untuk laki-laki yang belum menikah atau berada antara umur 16 hingga 21 tahun disebut juga dengan bujangan.
Brahmanto (2010:6) menjelaskan,”Laki-laki lebih banyak melakukan sesuatu dibandingkan dengan perempuan, sedangkan perempuan melakukan apa yang lebih banyak daripada apa yang berani dilakukan laki-laki.” Lebih lanjut, menurut KBBI (2008:773) laki-laki yaitu, ”Orang atau manusia yang mempunyai zakar, kalau dewasa memiliki jakun dan adakalanya berkumis.” Dalam kehidupan, terutama keluarga, laki-laki memiliki peran yang sama pentingnya dengan perempuan. Laki-laki bagaikan gunung yang tinggi, sedangkan perempuan bagaikan lautan yang luas.Di dalam pendidikan keluarga, mereka berdua memiliki keunggulan masing-masing.
Pada zaman Romawi, seorang laki-laki memiliki otoritas penuh akan nyawa seorang perempuan, terlebih istrinya. Seorang laki-lakidapat menetapkan hukuman mati kepada istrinya sesuai dengan kehendaknya.Kaumlaki-laki bangsa Romawi menganggap perempuan sama halnya dengan harta dan perabot rumah
(3)
2.1.3 Pengertian Perempuan
Manusia pertama diciptakan Allah swt.adalah Nabi Adam a.s, kemudian Allah menciptakan Hawa sebagai pendamping hidupnya. Hawa adalah ibunya para manusia, dari Hawa pula semua perempuan dan laki-laki di dunia ini terlahir.Seorang perempuan sangat berperan penting dalam kehidupan.Banyak definisi perempuan, namun semua definisi berpandangan bahwa perempuan adalah sosok yang hebat terlepas dari kekurangan yang dimilikinya. Sesuatu yang menyangkut perempuan akan terus mendapat perhatian untuk dibicarakan. Bagi sebagian orang, perempuan adalah masyarakat kelas dua, ia tidak berhak untuk berpendapat bahkan mengurus dirinya sendiri, semuanya diatur oleh laki-laki.
Selain itu, berbicara mengenai perempuan tentu tidak lepas dari sebuah refleksi sejarah yang panjang tentang eksistensinya.Di sini kaum perempuan telah melewati suatu masa yang mana mereka ditempatkan pada posisi yang tidak layak, dan sangat memilukan, serta tidak ada perlindungan bagi mereka.Bahkan hak-hak mereka dihancurkan, kemauan mereka dirampas, jiwa mereka dibelenggu, bahkan saat itu mereka berada pada posisi yang amat rendah dan hina. Fitriani (2002:16) menjelaskan, ”Asal kata perempuan: Empu artinya ibu, mulia, dihormati, membimbing dan mengasuh. Perempuan memiliki sifat lemah lembut, rasional, agresif, emosional, teliti, menyusui, dan hemat.Hal ini bukan kodrat, tetapi ditentukan dan dipengaruhi oleh masyarakat atau budaya.”Menurut KBBI (2008:1054), ”Perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui.”Perempuan adalah
(4)
wanita yang bersifat halus, mengabdi, setia pada suami, suka atau tidak inilah tugas dan lakon yang harus dijalankan perempuan.
Sekalipun dalam sejarah, tidak ada seorang pun perempuan ditunjuk sebagai rasul, tetapi Islam sedemikian tinggi memuliakan kaum perempuan. Dalam Alquran di antara 114 surat, terdapat satu surat yang diberi nama Annisak, yang artinya perempuan. Surat itu dalam Alquran diletakkan setelah surat Ali Imran. Penempatan itu terasa sangat jelas, memberikan gambaran tentang kemuliaan dan posisi kaum perempuan.Nama Ali Imran dalam sejarah dikenal sebagai gambaran keluarga ideal. Melalui nama surat itu, dapat ditangkap bahwa Allah swt.menunjukkan keluarga ideal, yaitu keluarga Imran, yang seharusnya ditiru oleh siapapun tatkala akan membangun sebuah keluarga. Penempatan surat Annisak setelah surat Ali Imran, dapat dijadikan sebagai petunjuk atau inspirasi, bahwa kunci untuk membangun keluarga ideal adalah terletak pada kaum perempuan. Kaum perempuan dalam kehidupan keluarga selalu menempati posisi tertentu.Baik atau buruknya keluarga, terletak pada kaum perempuan.”Seorang perempuan adalah penjaga di rumah suaminya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas penjagaannya.” (HR. Bukhari dan Muslim, 2012:35).
2.1.4 Relasi Laki-Laki dengan Perempuan
Relasi antara laki-laki dengan perempuan merupakan suatu proses interaksi sosial yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam suatu masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang
(5)
berlaku, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik.
Casofa (2009:21) menjelaskan bahwa, Allah swt.menjadikan perempuan dan laki-laki agak berlainan dalam hal bentuk dansusunan tubuhnya, sesungguhnya untuk menunjukkan perbedaan manayang disebut laki-laki dan mana yang disebut perempuan. Perbedaan itu tentumengandung hikmah dan manfaat-manfaat dalam kehidupan manusia itu sendiri.Melalui perbedaan itu pula, mereka merasa dapat saling mencintai, menyayangi,saling melengkapi, serta saling bahu-membahu di dalammelakukan tugas memakmurkan dunia sebagai khalifah Allah swt.di muka bumi. Hal inisebagaimana dinyatakan dalam firman Allah swt.dalam Q.S. Al-Hujurat ayat49, yang artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seoranglaki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsadan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allahialah orang yang paling takwa di antara kamu.Sesungguhnya, AllahMaha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [Q.S. 49:13]
Pernyataan terakhir dari ayat di atas sesungguhnya mempertegas adanyaperlakuan yang adil dari Allah swt.kepada semua makhluknya. Sesungguhnya,Allah swt.tidak membeda-bedakan jenis kelamin dalam perihal kedudukan yangmulia bagi mereka yang bertakwa. Islam memberikan hak yang sama kepada laki-laki dengan perempuan, yang artinya masing-masing itu mempunyai kewajibanwalaupun di dalam beberapa hal sesuai dengan kodratnya masing-masing ada perbedaannya lantaran perbedaan jenisnya.
(6)
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra menjadi landasan dalam penelitian ini.Teori ini dapat dipahami mengenai pengambaran masyarakat dalam karya sastra.Selain itu, dengan mengunakan landasan teori sosiologi sastra, karya sastra dapat dikaji atau fokus pada bentuk-bentuk sosial kemasyarakatannya.Menurut Nata (2012:42), ”Melalui pendekatan sosiologi, agama akan dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial.”
”Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan ini disebut sosiologi sastra.Istilah itu tidak berbeda pengertiannya dengan sosiosastra, pendekatan sosilogis, atau sosiokultural.Sosiologi sastra dalam pengertian ini mencakup berbagai pendekatan, masing-masing didasarkan pada sikap dan pandangan teoretis tertentu.”(Damono, 1984:2).
Selanjutnya sosiologi sastra menurut pandangan Damono (1984:7) merupakan,”Disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat dan sastra. seperti halnya sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat: usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan mengubah masyarakat.”
Karya sastra diciptakan dengan keadaan sosial yang baik bahkan dalam keadaan buruk. Keadaan sosial tersebut akan diangkat dalam sebuah karya sastra dalam bentuk yang berbeda-beda. Menurut Endraswara (2011:5), ”Sosiologi sastra adalah ilmu yang memanfaatkan faktor sosial sebagai pembangun sastra. Faktor sosial diutamakan uktuk mencermati karya sastra.”
(7)
Ian Watt (dalam Damono, 1984:3-4) dengan melihat relasi timbal-balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat, membagi telaah sosiologi sastra ke dalam tiga bagian: (1) Konteks sosial pengarang, yakni menyangkut posisi sosial masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karya sastranya, (2) Sastra sebagai cermin masyarakat, yang ditelaah adalah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat, (3) Fungsi sosial sastra, dalam hal ini sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai berapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai pembaharu, pemberontak, penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan bagi masyarakat pembaca.Jadi, dalam kajian ini peneliti menganalis berdasarkan sosiologi sastranya.
2.2.2 Pengelompokan RelasiLaki-Laki dengan Perempuan
Ada beberapa jenis relasi antara laki-laki dengan perempuan menurut Brahmanto (2010:15) yaitu,relasi sebagai suami istri, relasi dalam keluarga, dan relasi dalam bidang sosial.Berikut peneliti jelaskan secara rinci.
1) Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan Sebagai Suami Istri
Relasi antara laki-laki dengan perempuan sebagai suami istri mutlak didapatkan dalam sebuah rumah tangga.Kedudukan laki-laki adalah sebagai pemimpin, dan istri sebagai pendamping pimpinannya.Dalam membina relasi yang baik antara keduanya tentu harus ditempuh dengan jalan yang tidak mudah,
(8)
yaitu menjadikan keluarga sebagai keluarga yang benar menurut pandangan Islam.
Laki-laki menurut pandangan Islam adalah kepala rumah tangga, dan istri adalah ibu rumah tangga. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam UU perkawinan no 1 tahun 1974 pasal 31, dan dipertegas pada pasal 34 pada undang-undang yang sama yaitu, ”Suami wajib melindungi istri dan istri wajib mengatur rumah tangga sebaik-baiknya.” Terjemahan sosial menurut undang-undang tersebut adalah istri wajib mengikuti kehendak suami.Peran dan posisi perempuan dalam rumah tangga hanya dicukupkan menyandang status istri dan ibu, tidak dipandang sebagai manusia utuh yang memiliki otonomi.
2) Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan dalam Keluarga
Relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam keluarga akan tercermin melalui perilaku dan kesehariannya. Menjalin relasi atau hubungan yang baik serta mengenalkan etika maupun norma dalam keluarga adalah hal penting untuk dipatuhi dalam bermasyarakat. Belajar bagaimana menjaga perasaan antara sesama anggota keluarga, serta menghormati keberadaan anggota keluarga apapun kondisi mereka.
Dalam pandangan Islam, relasi di antara manusia harus tercipta dengan landasan ketulusan dan kejujuran tanpa ada noda, tipu daya, dan kecurangan. Pergaulan yang baik akan melahirkan keamanan dan ketenangan hati, sementara penyalahgunaan kepercayaan akan memicu kemerosotan akhlak dan menimbulkan banyak dilema lainnya. Menurut Brahmanto (2010:25) keluarga adalah, ”Satu institusi penting yang Tuhan ciptakan bagi seorang manusia. Dalam keluarga,
(9)
harusnya seseorang dibangun, diajar, dilengkapi, dan dibimbing untuk tugas mulia yaitu hidup bersama.”Relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam sebuah keluarga dapat menjadi penunjang atau sarana pendukung untuk meningkatkan ketakwaan, bukan sekadar amanah dan tanggungjawab.
3) RelasiLaki-Laki dengan Perempuan dalam Bidang Sosial
Setiap individu atau manusia akan selalu membutuhkan individu lain dalam menjalani kehidupannya, karena hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu bertahan tanpa adanya bantuan dari orang lain. Laki-laki dan perempuan memiliki dorongan untuk saling mengadakan relasi dalam interaksi sosial.Dengan demikian, maka terjadilah interaksi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.Dari interaksi sosial tersebut, individu yang satu dapat memengaruhi dan memperbaiki sikap individu lainnya.Jadi, terdapat relasi yang timbal balik di antara keduanya.
Sejak dini hidup bermasyarakat harus dikembangkan, sejak seseorang mengenal orang lain di luar dirinya sendiri, sejak usia kanak-kanak hingga dewasa, bahkan orang tua, hingga dalam masyarakat dalam pergaulannya tidak lepas dari bersosialisasi.
2.2.3RelasiLaki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam
Islam adalah agama yang sempurna, di dalamnya diatur selukbeluk kehidupan manusia, bagaimana pergaulan laki-laki dengan perempuan dalam lingkup sosial.Di antara adab bergaul dengan lawan jenis sebagaimana diajarkan oleh agama kita adalah menundukkan pandangan terhadap lawan jenis.Hal ini sebagaimana firman Allah swt.dalam surat An-Nur ayat 30 yang
(10)
artinya,”Katakanlah kepada laki-laki beriman, hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.”
Pada dasarnya hubungan pergaulan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sangat potensial menimbulkan penyimpangan.Karena alasan inilah Islam memberikan batasan yang sangat ketat. Beberapa ketentuan dasar dalam hubungan antara laki-laki dengan perempuan di dalam Alquran dan hadis Nabi saw., adalah sebagai berikut:
a. Batasan Memandang dan Aurat
Islam memerintahkan agar orang beriman baik laki-laki maupun perempuan menahan pandangannya ketika menghadapi sesuatu yang potensial terhadap fitnah.Itulah alasannya mengapa Islam melarang seseorang saling berpandangan dengan lawan jenisnya. Larangan tersebut tercantum dalam Alquran dan hadis sebagai berikut:
”Dan katakanlah kepada orang-orang yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.Yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah maha mengetahui terhadap apa yang mereka lakukan.” (An-Nur:30)
Hadis dari Jarir bin Abdullah ra.ia berkata:”Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang memandang (lawan-jenis) secara tiba-tiba (tanpa disengaja). Lalu beliau memerintahkan aku mengalihkan pandanganku.” (HR. Muslim, 2012:37).
b. Larangan Khalwat dan Safar Tanpa Disertai Muhrim
Aturan kedua yang sangat ditekankan oleh Islam adalah berdua-duaan dengan lawan jenis. Larangan ini terdapat di dalam hadis Nabi Muhammad saw. sebagai berikut, ”Janganlah seorang di antara kalian berkhalwat dengan seorang
(11)
wanita, karena yang ketiganya adalah setan.” (HR. Tarmidzi dan Ahmad, 2012:38). Selanjutnya ditegaskan kembali dalam hadis berikut, ”Salah seorang dari kalian tidak boleh menyendiri dengan seorang wanita, kecuali bersama dengan muhrimnya.” (HR. Bukhari dan Muslim, 2012:39)
c. Larangan Bersentuhan Kulit
Di dalam sebuah hadits, Aisyah ra.berkata, ”Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin).” (HR. Bukhari, 2012:40).Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan muhrim merupakan salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam.
Pada dasarnya, Allah swt.menciptakanlaki-laki dan perempuansebagai manifestasi keindahan Ilahi, juga sebagai tempat sama-sama memperoleh ketenangan dan ketenteraman. Seorang perempuan memiliki perhitungan dan sikap cermat dalam membina relasinya dengan laki-laki.Salah satu tema utama sekaligus prinsip pokok dalam ajaran Islam adalah persamaan antara manusia, baik laki-laki dan perempuan maupun antarbangsa, suku, dan keturunan.Dalam ajaran Islam, perempuan bukanlah musuh kaum laki-laki.Sebaliknya, perempuan adalah bagian dari laki-laki dan demikian pula laki-laki adalah bagian dari perempuan, keduanya bersifat saling melengkapi.
Allah swt.menciptakan laki-laki dan perempuan untuk membangun kehidupan bersama-sama dan saling melengkapi seumur hidup. Oleh karena itu, Islam membuka pintu untuk perempuan dalam semua bidang berdampingan dengan laki-laki, saling mendukung, membantu, dan menyelesaikan tugas satu
(12)
sama lain. Selain itu, Islam tidak memisahkan laki-laki dan perempuan, sebab antara laki-laki dan perempuan adalah pelindung satu sama lain. Ada banyak bagian yang berhubungan dengan laki-laki dan perempuan yang tersebar dalam Alquran, namun ada sejumlah menyatakan bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuandengan derajat yang berbeda.Pada dasarnya semua manusia adalah ciptaan Allah yang sama derajatnya, yang membedakan hanya dari sisi keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah.Allah swt.berfirman ”Barang siapa mengerjakan amal salih, baik laki-laki atau perempuan, sedang ia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak terniaya sedikitpun.” (QS. Annisak ayat:124).
Dalam membina hubungan antara laki-laki dengan perempuan sepantasnya dianjurkan untuk berbuat baik. Disebutkan dalam sebuah hadis, ”Berbuat baiklah kepada wanita, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok yang paling atas....”Hadis tersebut merupakan perintah kepada para suami, para ayah, saudara laki-laki dan lainnya untuk menghendaki kebaikan untuk kamu wanita, berbuat baik terhadap mereka, tidak menzalimi mereka, dan senantiasa memberikan hak-hak mereka serta mengarahkan mereka kepada kebaikan. Karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, karena perempuan bagian dan relasi bagi laki-laki, maka apa yang menjadi bagian hidup laki-laki, itu juga yang menjadi bagian hidup perempuan.
Dalam kehidupan keluarga, perempuan adalah relasilaki-laki, bekerja sama dan saling kontrol. Perempuan ada untuk melengkapi yang tak ada pada laki-laki,
(13)
berupa kelemahlembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk melahirkan, dan mengurusi hal-hal yang kadang dianggap sepele.
Islam menghargai kaum perempuan sebagai manusia terhormat.Sebagaimana kaum laki-laki, perempuan mempunyai hak-hak kemanusiaan, karena keduanya merupakan bersaudara yang dilahirkan oleh satu ayah yaitu Adam dan satu ibu yaitu Hawa.Laki-laki dan perempuan berasal dari satu keturunan yang sama dalam karakter kemanusiaannya secara umum. Keduanya adalah sama dalam hal beban dan tanggung jawab, dan di akhirat kelak akan sama-sama menerima pembalasan.
Kompleksitas ajaran Islam dapat dilihat dari tujuan umumnya, yaitu sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam.Begitu pula dalam mewujudkan masyarakat yang ideal.Sebagai salah satu upaya tersebut, pernikahan merupakan dasar pembentuk dan pembangun masyarakat.Relasi antara suami istri perlu dibina dengan baik agar muncul generasi-generasi dengan berbagai karakter yang tidak menyimpang dari pandangan Islam.Sebagaimana firman Allah swt. yang artinya:
”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah mengembangkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan namanya kamu saling meminta satu sama lain, dan periharalah relasi silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. Annisak ayat:1)
Berdasarkan firman Allah swt.di atas dapat dipahami bahwa, seluruh manusia laki-laki dan perempuan itu diciptakan oleh Allah dari jiwa yang satu yaitu Adam. Dan dari jiwa yang satu itu Allah menciptakan istrinya Hawa agar
(14)
keduanya saling menyempurnakan sebagaimana dijelaskan di atas.Oleh sebab itu, Allah memerintahkan kepada manusia untuk senantiasa bertakwa kepada-Nya dan memelihara relasi kasih sayang antara mereka.
2.3 Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian sebelumnya yang menjadi tinjauanpeneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Safiudin (2011)dengan judul penelitiannya Nilai Religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta Karya Khaeron Sirin.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang obyektif tentang nilai-nilai religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin, sehingga dapat bermanfaat menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengenal nilai-nilai religius Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mengkhususkan dan melihat melalui sudut pandang religius Islam.Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriftif kualitatif yaitu peneliti berusaha menguraikan atau mendeskripsikan obyek yang diteliti dengan menggambarkan nilai religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin.Sumber data dalam penelitian ini berupa satuan cerita yang terdapat dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin.Teknik dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data dan teknik analisis data menggunakan pendekatan struktural dengan bantuan pendekatan religius.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta meliputi: (1) nilai akidah yang berupa iman kepada Allah, iman
(15)
kepada takdir Allah, (2) nilai syariat yaitu menjalankan ibadah salat dan berdoa, dan (3) nilai akhlak yang berupa berbakti kepada orang tua, saling menolong, saling memaafkan, bersyukur, menjauhi perbuatan syirik, berpendirian, dan bersilaturrahim. Nilai-nilai Islam tersebut dianalisis menggunakan teori struktural yang dilihat dari tokoh dan penokohan dalam novelSangkakala Cinta dengan menggunakan bantuan pendekatan religius untuk menemukan nilai-nilai Islaminya.
Juliani (2009) dengan judul penelitiannya RelasiLaki-laki dan Perempuan dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan relasi antara laki-laki dan perempuan menurut pandangan yang objektif dalam pandangan Islam.Penelitian ini menggunakan pendekatan kulitatif.Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriftif kualitatif yaitu peneliti berusaha menguraikan atau mendeskripsikan obyek yang diteliti dengan menggambarkanrelasi antara laki-laki dan perempuan dalam novel tersebut.Teknik dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.Relasi dalam novel dianalisis dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Hasil penelitian ini yaitu, menggambarkan bagaimana seharusnya relasilaki-laki dan perempuan dalam pandangan Islam seperti tergambar dalam novel Ayat-Ayat Cinta, sehingga dapat menambah wawasan pembaca tentang bagaimana berkomunikasi dengan lawan jenis dalam ajaran Islam.
Ramli (2012) sebuah Jurnal Fiqh, No. 9 (2012) 137-162yang berjudul Analisis Gender dalam Hukum Islam.Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis gender ini lebih cenderung kepada penelitian terhadap tingkah laku
(16)
atau peranan gender dalam masyarakat, khususnya berkaitan dengan pola relasi gender dalam perspektif ekonomi. Namun, antara kajian yang menfokuskan aspek tekstual adalah pendekatan narratologi, yang meneliti teks-teks yang menjadi bahan bacaan dalam sesuatu masyarakat.
Artikel ini cenderung membahas tentang analisis gender dan penerapannya dalam syariat Islam. Metode analisis muncul karena perubahan dalam struktur sosial yang membentuk pola relasi sosial saat ini yang benar-benar berbeda dari relasi sosial tradisional.Sesuai dengan ini, ada juga munculnya diskriminasi gender dalam masyarakat Muslim saat ini. Antara kriteria yang akan digunakan dalam jenis analisis seperti perbedaan antara konsep seks dan gender, identifikasi keberadaan beberapa elemen dalam relasi gender seperti marginalisasi, subordinasi, ganda beban, stereotip gender, pelecehan seksual dan kekerasan berbasis gender. Penelitian ini menunjukkan bahwa analisis gender mekanisme yang relevan untuk diterapkan dalam mengevaluasi relasi gender dalam hukum Islam. Namun, masih perlu didasarkan pada nilai keadilan.Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa, tidak semua perbedaan antara jenis kelamin dalam perspektif analisis gender menyiratkan ketidakadilan gender.Oleh karena itu, berkeadilan gender dapat diperoleh dengan meletakkan sebuah elemen dalam tempat dan fungsi yang tepat.
Penelitian dengan objek novel Maha Cinta Adam-Hawa Karya Muhammad El-Natsir ini belum pernah diteliti sebelumnya dengan menggunakan teori sosiosastra dan melihat dari sisi keislamannya.Peneliti melakukan penelitian
(17)
dengan berpegang pada beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan teori sosiologi sastra dan yang berkaitan dengan relasi dalam pandangan Islam.
(1)
sama lain. Selain itu, Islam tidak memisahkan laki-laki dan perempuan, sebab antara laki-laki dan perempuan adalah pelindung satu sama lain. Ada banyak bagian yang berhubungan dengan laki-laki dan perempuan yang tersebar dalam Alquran, namun ada sejumlah menyatakan bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuandengan derajat yang berbeda.Pada dasarnya semua manusia adalah ciptaan Allah yang sama derajatnya, yang membedakan hanya dari sisi keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah.Allah swt.berfirman ”Barang siapa mengerjakan amal salih, baik laki-laki atau perempuan, sedang ia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak terniaya sedikitpun.” (QS. Annisak ayat:124).
Dalam membina hubungan antara laki-laki dengan perempuan sepantasnya dianjurkan untuk berbuat baik. Disebutkan dalam sebuah hadis, ”Berbuat baiklah kepada wanita, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok yang paling atas....”Hadis tersebut merupakan perintah kepada para suami, para ayah, saudara laki-laki dan lainnya untuk menghendaki kebaikan untuk kamu wanita, berbuat baik terhadap mereka, tidak menzalimi mereka, dan senantiasa memberikan hak-hak mereka serta mengarahkan mereka kepada kebaikan. Karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, karena perempuan bagian dan relasi bagi laki-laki, maka apa yang menjadi bagian hidup laki-laki, itu juga yang menjadi bagian hidup perempuan.
Dalam kehidupan keluarga, perempuan adalah relasilaki-laki, bekerja sama dan saling kontrol. Perempuan ada untuk melengkapi yang tak ada pada laki-laki,
(2)
berupa kelemahlembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk melahirkan, dan mengurusi hal-hal yang kadang dianggap sepele.
Islam menghargai kaum perempuan sebagai manusia terhormat.Sebagaimana kaum laki-laki, perempuan mempunyai hak-hak kemanusiaan, karena keduanya merupakan bersaudara yang dilahirkan oleh satu ayah yaitu Adam dan satu ibu yaitu Hawa.Laki-laki dan perempuan berasal dari satu keturunan yang sama dalam karakter kemanusiaannya secara umum. Keduanya adalah sama dalam hal beban dan tanggung jawab, dan di akhirat kelak akan sama-sama menerima pembalasan.
Kompleksitas ajaran Islam dapat dilihat dari tujuan umumnya, yaitu sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam.Begitu pula dalam mewujudkan masyarakat yang ideal.Sebagai salah satu upaya tersebut, pernikahan merupakan dasar pembentuk dan pembangun masyarakat.Relasi antara suami istri perlu dibina dengan baik agar muncul generasi-generasi dengan berbagai karakter yang tidak menyimpang dari pandangan Islam.Sebagaimana firman Allah swt. yang artinya:
”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah mengembangkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan namanya kamu saling meminta satu sama lain, dan periharalah relasi silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. Annisak ayat:1)
Berdasarkan firman Allah swt.di atas dapat dipahami bahwa, seluruh manusia laki-laki dan perempuan itu diciptakan oleh Allah dari jiwa yang satu yaitu Adam. Dan dari jiwa yang satu itu Allah menciptakan istrinya Hawa agar
(3)
keduanya saling menyempurnakan sebagaimana dijelaskan di atas.Oleh sebab itu, Allah memerintahkan kepada manusia untuk senantiasa bertakwa kepada-Nya dan memelihara relasi kasih sayang antara mereka.
2.3 Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian sebelumnya yang menjadi tinjauanpeneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Safiudin (2011)dengan judul penelitiannya Nilai Religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta Karya Khaeron Sirin.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang obyektif tentang nilai-nilai religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin, sehingga dapat bermanfaat menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengenal nilai-nilai religius Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mengkhususkan dan melihat melalui sudut pandang religius Islam.Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriftif kualitatif yaitu peneliti berusaha menguraikan atau mendeskripsikan obyek yang diteliti dengan menggambarkan nilai religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin.Sumber data dalam penelitian ini berupa satuan cerita yang terdapat dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin.Teknik dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data dan teknik analisis data menggunakan pendekatan struktural dengan bantuan pendekatan religius.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta meliputi: (1) nilai akidah yang berupa iman kepada Allah, iman
(4)
kepada takdir Allah, (2) nilai syariat yaitu menjalankan ibadah salat dan berdoa, dan (3) nilai akhlak yang berupa berbakti kepada orang tua, saling menolong, saling memaafkan, bersyukur, menjauhi perbuatan syirik, berpendirian, dan bersilaturrahim. Nilai-nilai Islam tersebut dianalisis menggunakan teori struktural yang dilihat dari tokoh dan penokohan dalam novelSangkakala Cinta dengan menggunakan bantuan pendekatan religius untuk menemukan nilai-nilai Islaminya.
Juliani (2009) dengan judul penelitiannya RelasiLaki-laki dan Perempuan dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan relasi antara laki-laki dan perempuan menurut pandangan yang objektif dalam pandangan Islam.Penelitian ini menggunakan pendekatan kulitatif.Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriftif kualitatif yaitu peneliti berusaha menguraikan atau mendeskripsikan obyek yang diteliti dengan menggambarkanrelasi antara laki-laki dan perempuan dalam novel tersebut.Teknik dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.Relasi dalam novel dianalisis dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Hasil penelitian ini yaitu, menggambarkan bagaimana seharusnya relasilaki-laki dan perempuan dalam pandangan Islam seperti tergambar dalam novel Ayat-Ayat Cinta, sehingga dapat menambah wawasan pembaca tentang bagaimana berkomunikasi dengan lawan jenis dalam ajaran Islam.
Ramli (2012) sebuah Jurnal Fiqh, No. 9 (2012) 137-162yang berjudul Analisis Gender dalam Hukum Islam.Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis gender ini lebih cenderung kepada penelitian terhadap tingkah laku
(5)
atau peranan gender dalam masyarakat, khususnya berkaitan dengan pola relasi gender dalam perspektif ekonomi. Namun, antara kajian yang menfokuskan aspek tekstual adalah pendekatan narratologi, yang meneliti teks-teks yang menjadi bahan bacaan dalam sesuatu masyarakat.
Artikel ini cenderung membahas tentang analisis gender dan penerapannya dalam syariat Islam. Metode analisis muncul karena perubahan dalam struktur sosial yang membentuk pola relasi sosial saat ini yang benar-benar berbeda dari relasi sosial tradisional.Sesuai dengan ini, ada juga munculnya diskriminasi gender dalam masyarakat Muslim saat ini. Antara kriteria yang akan digunakan dalam jenis analisis seperti perbedaan antara konsep seks dan gender, identifikasi keberadaan beberapa elemen dalam relasi gender seperti marginalisasi, subordinasi, ganda beban, stereotip gender, pelecehan seksual dan kekerasan berbasis gender. Penelitian ini menunjukkan bahwa analisis gender mekanisme yang relevan untuk diterapkan dalam mengevaluasi relasi gender dalam hukum Islam. Namun, masih perlu didasarkan pada nilai keadilan.Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa, tidak semua perbedaan antara jenis kelamin dalam perspektif analisis gender menyiratkan ketidakadilan gender.Oleh karena itu, berkeadilan gender dapat diperoleh dengan meletakkan sebuah elemen dalam tempat dan fungsi yang tepat.
Penelitian dengan objek novel Maha Cinta Adam-Hawa Karya Muhammad El-Natsir ini belum pernah diteliti sebelumnya dengan menggunakan teori sosiosastra dan melihat dari sisi keislamannya.Peneliti melakukan penelitian
(6)
dengan berpegang pada beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan teori sosiologi sastra dan yang berkaitan dengan relasi dalam pandangan Islam.