Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam dalam Novel Maha Cinta Adam-Hawa Karya Muhammad El-Natsir: Sosiologi Sastra

(1)

RELASI LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN MENURUT

PANDANGAN ISLAM DALAM NOVEL

MAHA CINTA

ADAM-HAWA

KARYA MUHAMMAD EL-NATSIR:

SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

OLEH:

SRI MULYATI

110701020

SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam

dalam Novel

Maha Cinta Adam-Hawa

Karya

Muhammad El-Natsir: Sosiologi Sastra

SRI MULYATI NIM 110701020

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan menulis Skripsi dalam bidang ilmu sastra dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. Drs. Isma Tantawi, M.A. NIP 19620925 198903 1 017 NIP 19600207 198601 1 001

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. NIP 19620925 198903 1 017


(3)

Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam

dalam Novel

Maha Cinta Adam-Hawa

Karya

Muhammad El-Natsir: Sosiologi Sastra

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan skripsi saya ini bukanlah karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi oleh orang lain dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi.

Medan, Agustus 2015 Peneliti,


(4)

Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam

dalam Novel

Maha Cinta Adam-Hawa

Karya Muhammad El-Natsir: Sosiologi Sastra

Sri Mulyati

Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU

ABSTRAK

Karya sastra diciptakan untuk menyampaikan ide, pesan yang terkandung di dalamnya kepada pembaca. Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel pada umumnya berbicara tentang berbagai masalah kehidupan yang dihadapi oleh manusia. Salah satunya adalah menyinggung masalah relasi antara laki-laki dengan perempuan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang relasi laki-laki dengan perempuan menurut pandangan Islam secara objektif. Sumber data penelitian ini adalah novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir diterbitkan tahun 2010. Pengumpulan data menggunakan teknik studi pustaka. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi sastra dengan pendekatan hermeneutik. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu peneliti menguraikan atau mendeskripsikan objek yang diteliti dengan menggambarkan relasi laki-laki dengan perempuan dalam novel tersebut. Teknik analisis data adalah teknik kualitatif. Hasil penelitian ini menggambarkan relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir sesuai dengan pandangan Islam. Jenis relasi laki-laki dengan perempuan berupa relasi antara suami istri, relasi dalam keluarga, dan relasi dalam kehidupan sosial.


(5)

PRAKATA

Alhamdulillah, peneliti ucapkan ke hadirat Allah swt, karena berkat kudrah dan iradah-Nya penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam dalam Novel Maha Cinta Adam-Hawa Karya Muhammad El-Natsir: Sosiologi Sastra.” Shalawat dan salam kepada Rasulullah saw, atas suri teladannya.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan tentang relasi antara laki-laki dengan perempuan menurut pandangan Islam dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana dalam rangka menyelesaikan kuliah pada Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penulisan Skripsi ini telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. M. Husnan Lubis, M.A. selaku Pembantu Dekan I, Drs. Syamsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II, dan Drs. Yuddi Adrian Mulia, M.A. selaku Pembantu Dekan III yang telah memimpin dan membina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., selaku ketua Departemen Sastra Indonesia, dan Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP, selaku sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak dukungan dan masukan kepada peneliti.

3. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., selaku dosen pembimbing I, dan Drs. Isma Tantawi, M.A., selaku dosen pembimbing II yang senantiasa memberi dukungan, saran, dan ilmu kepada peneliti.

4. Staf Pengajar dan Administrasi di Departemen Sastra Indonesia dan umumnya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(6)

5. Orangtua tercinta Ayahanda Drs. Razali. M.Pd. dan Ibunda Tiamansyah S.E., Kakanda Fakhrurrazi, Nurul Fitriani, dan Adinda Rismawati, serta keluarga besar yang dengan luar biasa telah mencurahkan segala semangat, dorongan moril dan materi demi mewujudkan cita-cita saya. 6. Keluarga serta sahabat Asrama Putri USU, Zira, Ayu, Frida, Kak Fitri, dan

Yuyun serta keluarga besar IPTR (Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Tanah Rencong) USU, yang telah menyemangati dan memberikan bantuan berupa tenaga dan do‟a kepada peneliti.

7. Sahabat-sahabat terdekat Ayu, Diana, Masita, Fira, April, Suci, dan Heni, serta teman-teman satu stambuk yang tidak bisa peneliti sebutkan namanya satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan dan cerita yang kita bangun selama perkuliahan.

Kepada pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga bantuan dan dukungannya mendapatkan balasan dari Allah swt. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik Allah Swt. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, peneliti mengharapkan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA.. 6

2.1 Konsep ... 6

2.1.1 Pengertian Relasi ... 6

2.1.2 Pengertian Laki-Laki ... 7

2.1.3 Pengertian Perempuan ... 8

2.1.4 Relasi Laki-Laki dengan Perempuan ... 9


(8)

2.2.1 Sosiologi Sastra ... 11

2.2.2 Pengelompokan Relasi Laki-Laki dan Perempuan ... 12

2.2.3 Relasi Laki-Laki dan Perempuan Menurut Pandangan Islam 14 2.3 Tinjauan Pustaka ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 23

3.2 Data dan Sumber Data ... 24

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.4 Teknik Analisis Data ... 25

BAB IV RELASI ANTAR LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN MENURUT PANDANGAN ISLAM DALAM NOVEL MAHA CINTA ADAM-HAWA ... 28

4.1 Pengertian Relasi ... 28

4.2 Pengelompokan Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam dalam Novel Maha Cinta Adam-Hawa. ... 29

4.2.1 Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan Sebagai Suami Istri …… ... 29

4.2.2 Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan dalam Keluarga ... 34

4.2.3 Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan dalam Bidang Sosial ... 37

4.3 Pergaulan Antara Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam ... 43


(9)

4.4 Muhrim dan Bukan Muhrim Menurut Pandangan Islam ... 47

4.4.1 Muhrim Bagi Seorang Perempuan ... 47

4.4.2 Bukan Muhrim Bagi Seorang Perempuan ... 49

BAB V PENUTUP ... 51

5.1 Simpulan ... 51

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN 1 ... 55


(10)

Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam

dalam Novel

Maha Cinta Adam-Hawa

Karya Muhammad El-Natsir: Sosiologi Sastra

Sri Mulyati

Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU

ABSTRAK

Karya sastra diciptakan untuk menyampaikan ide, pesan yang terkandung di dalamnya kepada pembaca. Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel pada umumnya berbicara tentang berbagai masalah kehidupan yang dihadapi oleh manusia. Salah satunya adalah menyinggung masalah relasi antara laki-laki dengan perempuan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang relasi laki-laki dengan perempuan menurut pandangan Islam secara objektif. Sumber data penelitian ini adalah novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir diterbitkan tahun 2010. Pengumpulan data menggunakan teknik studi pustaka. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi sastra dengan pendekatan hermeneutik. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu peneliti menguraikan atau mendeskripsikan objek yang diteliti dengan menggambarkan relasi laki-laki dengan perempuan dalam novel tersebut. Teknik analisis data adalah teknik kualitatif. Hasil penelitian ini menggambarkan relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir sesuai dengan pandangan Islam. Jenis relasi laki-laki dengan perempuan berupa relasi antara suami istri, relasi dalam keluarga, dan relasi dalam kehidupan sosial.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif, sehingga mampu menggetarkan jiwa pembaca. Melalui bahasa,pembaca mampu menerima dan memahami sastra. Oleh karena itu, bahasa sangat membantu memberi masukan, baik secara praktis maupun akademis, sekaligus menjadi model untuk tahap penyelesaian karya sastra. Sesuai dengan hal tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, ”Bahasa memang media sastra dan dengannya kita dapat membedakan antar karya sastra dan karya yang bukan sastra.”

Karya sastra selalu identik dengan sesuatu yang indah, yang mampu memberikan pengalaman dan kepuasan batin kepada pembaca. Karya sastra harus mampu mengangkat berbagai persoalan hidup, menggugah nurani, menyampaikan kebenaran, dan keindahan. Kebenaran dan keindahan dalam sastra hendaknya dikaitkan dengan nilai-nilai yang ingin disampaikan pengarangnya. Dengan adanya nilai-nilai yang benar dan indah, sebuah karya sastra menjanjikan kepada pembacanya kepekaan terhadap nilai-nilai hidup serta kearifan menghadapi lingkungan hidup, realitas kehidupan, dan realitas nasib dalam hidup.

Karya sastra diciptakan untuk menyampaikan ide, pesan yang terkandung di dalamnya kepada pembaca.Imajinasi berperan penting dalam menentukan karya


(12)

sastra.Setiap pengarang memiliki ciri tersendiri dalam menghasilkan karya sastra, hal ini sesuai dengan kemampuan pengarang mengolah sumber dan objeknya.

Salah satu bentuk karya sastra adalah novel.Novel merupakan cerita fiksi sastra dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik.Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti: tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa, sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luar menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain sebagainya.Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya.Dalam sebuah novel, pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.

Dewasa ini, novel banyak diminati oleh berbagai kalangan, baik kalangan pelajar maupun masyarakat biasa, terlebih jika novel tersebut lebih menyentuh sisi kehidupan. Maka, para sastrawan harus menghasilkan karya yang berkualitas sehingga karya mereka banyak diminati oleh pembaca, serta harus mampu mengekspresikan nilai-nilai kehidupan dan memuaskan pembaca agar karyanya diminati.

Novel pada umumnya berbicara tentang berbagai masalah kehidupan yang dihadapi oleh manusia. Salah satunya adalah menyinggung masalah relasi antara laki-laki dengan perempuan. Peneliti memilih novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir sebagai bahan kajiannya. Novel Maha Cinta


(13)

Adam-Hawa mengisahkah cinta yang dialami oleh dua anak manusia. Takdir telah mempertemukan dua anak manusia modern, Adam dan Hawa. Takdir pula yang memisahkan mereka dalam kurun waktu lama. Jebakan manusia licik karena sifat dengkinya melemparkan Adam dan Hawa dari kemurnian cinta menuju penderitaan berkepanjangan. Darah dan air mata menjadi penyerta dari setiap doa dan perjuangan mereka untuk kembali bersatu. Sudikah Tuhan menyatukan mereka kembali di dunia ini? ataukah, telah ada suatu tempat di alam keabadian untuk mereka bertemu.

Peneliti memilih novel ini sebagai bahan kajian disebabkan alur cerita yang menarik dan novel ini memberi gambaran tentang relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan, terutama menyangkut sisi keismlaman.Gambaran tentang relasilaki-laki dengan perempuan dalam novel sangat penting untuk dijadikan bahan kajian, hal ini mengingat setiap peristiwa yang ada dalam novel merupakan refleksi dari kehidupan itu sendiri.Peneliti juga tertarik untuk mengkaji relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam novel ini dari segi keislaman yang tergambar dalam novel ini, karena belum ada sebelumnya yang mengkaji novel tersebut tentang relasi tersebut menurut pandangan Islam.

Penelitian ini menjurus pada sastra dan masyarakat atau yang lebih dikenal dengan sosiologi sastra (sosiosastra).Sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia.Sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi. Berdasarkan hal tersebut, tampak bahwa perjuangan panjang


(14)

hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra. Perjuangan hidup manusia tersebut tergambar dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa ini.Berdasarkan uraian latar belakang di atas, judul penelitian ini ditetapkan, ”Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam dalam Novel Maha Cinta Adam-Hawa Karya Muhammad El-Natsir.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah relasi laki-laki dengan perempuan menurut pandangan Islam dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian harus memiliki batasan masalah, agar penelitian yang dilakukan terarah, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Relasi antara laki-laki dengan perempuan menurut pandangan Islam dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsirdikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu relasi sebagai suami istri, relasi dalam keluarga, dan relasi dalam bidang sosial.

2. Batasan dalampergaulan antara laki-lakidengan perempuan menurut pandangan Islam dalam ketiga relasi tersebut.


(15)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian tentu memiliki tujuan dan manfaat. Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang relasi laki-laki dengan perempuan menurut pandangan Islam dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian tentang sastra Indonesia, memperluas penerapan apresiasi novel dalam wacana sastra, memberikan informasi empiris dan idealistis mengenai relasi laki-laki dengan perempuan menurut pandangan Islam yang terdapat dalam novel, serta memperluas pemahaman terhadap sosiologi sastra dalam mengkaji karya sastra khususnya novel.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat untuk memperluas pemahamannya terhadap relasi antara laki-laki dengan perempuan menurut pandangan Islam yang terdapat dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa, serta memperluas wawasan pembaca dalam memahami relasi tersebut sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat.


(16)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep dibutuhkan dalam penelitian untuk menentukan aspek yang menyangkut apa saja yang akan diteliti, sehingga penjabaran materi menjadi terarah, tidak melebar ke hal-hal yang lain. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

2.1.1 Pengertian Relasi

Relasi merupakan suatu pondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, relasi itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Yuyun (2010:11), menjelaskan bahwa,”Relasi dalam suatu masyarakat dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran pribadi masing-masing, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.”

Relasi merupakan kunci semua kehidupan sosial.Dengan tidak adanya interaksi antara satu relasi dengan yang lainnya, maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dapat disimpulkan relasi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial. Menurut Brahmanto (2010:12), ”Perbedaan antara laki-laki dengan


(17)

perempuan sesungguhnya tidak menjadi persoalan sepanjang tidak mengalami ketidakadilan gender. Dalam kehidupan, perempuan adalah relasi bagi laki-laki, begitu pula sebaliknya.”

2.1.2 Pengertian Laki-Laki

Laki-laki adalah sebutan yang digunakan untuk spesies manusia berjenis kelamin jantan.Lawan jenis dari pria adalah wanita.Pria adalah kata umum yang digunakan untuk menggambarkan laki-laki dewasa.Laki-laki yang sudah menikah dipanggil dengan sebutan ayah.Untuk laki-laki yang belum menikah atau berada antara umur 16 hingga 21 tahun disebut juga dengan bujangan.

Brahmanto (2010:6) menjelaskan,”Laki-laki lebih banyak melakukan sesuatu dibandingkan dengan perempuan, sedangkan perempuan melakukan apa yang lebih banyak daripada apa yang berani dilakukan laki-laki.” Lebih lanjut, menurut KBBI (2008:773) laki-laki yaitu, ”Orang atau manusia yang mempunyai zakar, kalau dewasa memiliki jakun dan adakalanya berkumis.” Dalam kehidupan, terutama keluarga, laki-laki memiliki peran yang sama pentingnya dengan perempuan. Laki-laki bagaikan gunung yang tinggi, sedangkan perempuan bagaikan lautan yang luas.Di dalam pendidikan keluarga, mereka berdua memiliki keunggulan masing-masing.

Pada zaman Romawi, seorang laki-laki memiliki otoritas penuh akan nyawa seorang perempuan, terlebih istrinya. Seorang laki-lakidapat menetapkan hukuman mati kepada istrinya sesuai dengan kehendaknya.Kaumlaki-laki bangsa Romawi menganggap perempuan sama halnya dengan harta dan perabot rumah tangga.


(18)

2.1.3 Pengertian Perempuan

Manusia pertama diciptakan Allah swt.adalah Nabi Adam a.s, kemudian Allah menciptakan Hawa sebagai pendamping hidupnya. Hawa adalah ibunya para manusia, dari Hawa pula semua perempuan dan laki-laki di dunia ini terlahir.Seorang perempuan sangat berperan penting dalam kehidupan.Banyak definisi perempuan, namun semua definisi berpandangan bahwa perempuan adalah sosok yang hebat terlepas dari kekurangan yang dimilikinya. Sesuatu yang menyangkut perempuan akan terus mendapat perhatian untuk dibicarakan. Bagi sebagian orang, perempuan adalah masyarakat kelas dua, ia tidak berhak untuk berpendapat bahkan mengurus dirinya sendiri, semuanya diatur oleh laki-laki.

Selain itu, berbicara mengenai perempuan tentu tidak lepas dari sebuah refleksi sejarah yang panjang tentang eksistensinya.Di sini kaum perempuan telah melewati suatu masa yang mana mereka ditempatkan pada posisi yang tidak layak, dan sangat memilukan, serta tidak ada perlindungan bagi mereka.Bahkan hak-hak mereka dihancurkan, kemauan mereka dirampas, jiwa mereka dibelenggu, bahkan saat itu mereka berada pada posisi yang amat rendah dan hina. Fitriani (2002:16) menjelaskan, ”Asal kata perempuan: Empu artinya ibu, mulia, dihormati, membimbing dan mengasuh. Perempuan memiliki sifat lemah lembut, rasional, agresif, emosional, teliti, menyusui, dan hemat.Hal ini bukan kodrat, tetapi ditentukan dan dipengaruhi oleh masyarakat atau budaya.”Menurut KBBI (2008:1054), ”Perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui.”Perempuan adalah


(19)

wanita yang bersifat halus, mengabdi, setia pada suami, suka atau tidak inilah tugas dan lakon yang harus dijalankan perempuan.

Sekalipun dalam sejarah, tidak ada seorang pun perempuan ditunjuk sebagai rasul, tetapi Islam sedemikian tinggi memuliakan kaum perempuan. Dalam Alquran di antara 114 surat, terdapat satu surat yang diberi nama Annisak, yang artinya perempuan. Surat itu dalam Alquran diletakkan setelah surat Ali Imran. Penempatan itu terasa sangat jelas, memberikan gambaran tentang kemuliaan dan posisi kaum perempuan.Nama Ali Imran dalam sejarah dikenal sebagai gambaran keluarga ideal. Melalui nama surat itu, dapat ditangkap bahwa Allah swt.menunjukkan keluarga ideal, yaitu keluarga Imran, yang seharusnya ditiru oleh siapapun tatkala akan membangun sebuah keluarga. Penempatan surat Annisak setelah surat Ali Imran, dapat dijadikan sebagai petunjuk atau inspirasi, bahwa kunci untuk membangun keluarga ideal adalah terletak pada kaum perempuan. Kaum perempuan dalam kehidupan keluarga selalu menempati posisi tertentu.Baik atau buruknya keluarga, terletak pada kaum perempuan.”Seorang perempuan adalah penjaga di rumah suaminya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas penjagaannya.” (HR. Bukhari dan Muslim, 2012:35).

2.1.4 Relasi Laki-Laki dengan Perempuan

Relasi antara laki-laki dengan perempuan merupakan suatu proses interaksi sosial yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam suatu masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang


(20)

berlaku, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik.

Casofa (2009:21) menjelaskan bahwa, Allah swt.menjadikan perempuan dan laki-laki agak berlainan dalam hal bentuk dansusunan tubuhnya, sesungguhnya untuk menunjukkan perbedaan manayang disebut laki-laki dan mana yang disebut perempuan. Perbedaan itu tentumengandung hikmah dan manfaat-manfaat dalam kehidupan manusia itu sendiri.Melalui perbedaan itu pula, mereka merasa dapat saling mencintai, menyayangi,saling melengkapi, serta saling bahu-membahu di dalammelakukan tugas memakmurkan dunia sebagai khalifah Allah swt.di muka bumi. Hal inisebagaimana dinyatakan dalam firman Allah swt.dalam Q.S. Al-Hujurat ayat49, yang artinya:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seoranglaki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsadan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allahialah orang yang paling takwa di antara kamu.Sesungguhnya, AllahMaha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [Q.S. 49:13]

Pernyataan terakhir dari ayat di atas sesungguhnya mempertegas adanyaperlakuan yang adil dari Allah swt.kepada semua makhluknya. Sesungguhnya,Allah swt.tidak membeda-bedakan jenis kelamin dalam perihal kedudukan yangmulia bagi mereka yang bertakwa. Islam memberikan hak yang sama kepada laki-laki dengan perempuan, yang artinya masing-masing itu mempunyai kewajibanwalaupun di dalam beberapa hal sesuai dengan kodratnya masing-masing ada perbedaannya lantaran perbedaan jenisnya.


(21)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra menjadi landasan dalam penelitian ini.Teori ini dapat dipahami mengenai pengambaran masyarakat dalam karya sastra.Selain itu, dengan mengunakan landasan teori sosiologi sastra, karya sastra dapat dikaji atau fokus pada bentuk-bentuk sosial kemasyarakatannya.Menurut Nata (2012:42), ”Melalui pendekatan sosiologi, agama akan dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial.”

”Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan ini disebut sosiologi sastra.Istilah itu tidak berbeda pengertiannya dengan sosiosastra, pendekatan sosilogis, atau sosiokultural.Sosiologi sastra dalam pengertian ini mencakup berbagai pendekatan, masing-masing didasarkan pada sikap dan pandangan teoretis tertentu.”(Damono, 1984:2).

Selanjutnya sosiologi sastra menurut pandangan Damono (1984:7) merupakan,”Disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat dan sastra. seperti halnya sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat: usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan mengubah masyarakat.”

Karya sastra diciptakan dengan keadaan sosial yang baik bahkan dalam keadaan buruk. Keadaan sosial tersebut akan diangkat dalam sebuah karya sastra dalam bentuk yang berbeda-beda. Menurut Endraswara (2011:5), ”Sosiologi sastra adalah ilmu yang memanfaatkan faktor sosial sebagai pembangun sastra. Faktor sosial diutamakan uktuk mencermati karya sastra.”


(22)

Ian Watt (dalam Damono, 1984:3-4) dengan melihat relasi timbal-balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat, membagi telaah sosiologi sastra ke dalam tiga bagian: (1) Konteks sosial pengarang, yakni menyangkut posisi sosial masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karya sastranya, (2) Sastra sebagai cermin masyarakat, yang ditelaah adalah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat, (3) Fungsi sosial sastra, dalam hal ini sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai berapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai pembaharu, pemberontak, penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan bagi masyarakat pembaca.Jadi, dalam kajian ini peneliti menganalis berdasarkan sosiologi sastranya.

2.2.2 Pengelompokan RelasiLaki-Laki dengan Perempuan

Ada beberapa jenis relasi antara laki-laki dengan perempuan menurut Brahmanto (2010:15) yaitu,relasi sebagai suami istri, relasi dalam keluarga, dan relasi dalam bidang sosial.Berikut peneliti jelaskan secara rinci.

1) Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan Sebagai Suami Istri

Relasi antara laki-laki dengan perempuan sebagai suami istri mutlak didapatkan dalam sebuah rumah tangga.Kedudukan laki-laki adalah sebagai pemimpin, dan istri sebagai pendamping pimpinannya.Dalam membina relasi yang baik antara keduanya tentu harus ditempuh dengan jalan yang tidak mudah,


(23)

yaitu menjadikan keluarga sebagai keluarga yang benar menurut pandangan Islam.

Laki-laki menurut pandangan Islam adalah kepala rumah tangga, dan istri adalah ibu rumah tangga. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam UU perkawinan no 1 tahun 1974 pasal 31, dan dipertegas pada pasal 34 pada undang-undang yang sama yaitu, ”Suami wajib melindungi istri dan istri wajib mengatur rumah tangga sebaik-baiknya.” Terjemahan sosial menurut undang-undang tersebut adalah istri wajib mengikuti kehendak suami.Peran dan posisi perempuan dalam rumah tangga hanya dicukupkan menyandang status istri dan ibu, tidak dipandang sebagai manusia utuh yang memiliki otonomi.

2) Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan dalam Keluarga

Relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam keluarga akan tercermin melalui perilaku dan kesehariannya. Menjalin relasi atau hubungan yang baik serta mengenalkan etika maupun norma dalam keluarga adalah hal penting untuk dipatuhi dalam bermasyarakat. Belajar bagaimana menjaga perasaan antara sesama anggota keluarga, serta menghormati keberadaan anggota keluarga apapun kondisi mereka.

Dalam pandangan Islam, relasi di antara manusia harus tercipta dengan landasan ketulusan dan kejujuran tanpa ada noda, tipu daya, dan kecurangan. Pergaulan yang baik akan melahirkan keamanan dan ketenangan hati, sementara penyalahgunaan kepercayaan akan memicu kemerosotan akhlak dan menimbulkan banyak dilema lainnya. Menurut Brahmanto (2010:25) keluarga adalah, ”Satu institusi penting yang Tuhan ciptakan bagi seorang manusia. Dalam keluarga,


(24)

harusnya seseorang dibangun, diajar, dilengkapi, dan dibimbing untuk tugas mulia yaitu hidup bersama.”Relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam sebuah keluarga dapat menjadi penunjang atau sarana pendukung untuk meningkatkan ketakwaan, bukan sekadar amanah dan tanggungjawab.

3) RelasiLaki-Laki dengan Perempuan dalam Bidang Sosial

Setiap individu atau manusia akan selalu membutuhkan individu lain dalam menjalani kehidupannya, karena hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu bertahan tanpa adanya bantuan dari orang lain. Laki-laki dan perempuan memiliki dorongan untuk saling mengadakan relasi dalam interaksi sosial.Dengan demikian, maka terjadilah interaksi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.Dari interaksi sosial tersebut, individu yang satu dapat memengaruhi dan memperbaiki sikap individu lainnya.Jadi, terdapat relasi yang timbal balik di antara keduanya.

Sejak dini hidup bermasyarakat harus dikembangkan, sejak seseorang mengenal orang lain di luar dirinya sendiri, sejak usia kanak-kanak hingga dewasa, bahkan orang tua, hingga dalam masyarakat dalam pergaulannya tidak lepas dari bersosialisasi.

2.2.3RelasiLaki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan Islam

Islam adalah agama yang sempurna, di dalamnya diatur selukbeluk kehidupan manusia, bagaimana pergaulan laki-laki dengan perempuan dalam lingkup sosial.Di antara adab bergaul dengan lawan jenis sebagaimana diajarkan oleh agama kita adalah menundukkan pandangan terhadap lawan jenis.Hal ini sebagaimana firman Allah swt.dalam surat An-Nur ayat 30 yang


(25)

artinya,”Katakanlah kepada laki-laki beriman, hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.”

Pada dasarnya hubungan pergaulan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sangat potensial menimbulkan penyimpangan.Karena alasan inilah Islam memberikan batasan yang sangat ketat. Beberapa ketentuan dasar dalam hubungan antara laki-laki dengan perempuan di dalam Alquran dan hadis Nabi saw., adalah sebagai berikut:

a. Batasan Memandang dan Aurat

Islam memerintahkan agar orang beriman baik laki-laki maupun perempuan menahan pandangannya ketika menghadapi sesuatu yang potensial terhadap fitnah.Itulah alasannya mengapa Islam melarang seseorang saling berpandangan dengan lawan jenisnya. Larangan tersebut tercantum dalam Alquran dan hadis sebagai berikut:

”Dan katakanlah kepada orang-orang yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.Yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah maha mengetahui terhadap apa yang mereka lakukan.” (An-Nur:30)

Hadis dari Jarir bin Abdullah ra.ia berkata:”Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang memandang (lawan-jenis) secara tiba-tiba (tanpa disengaja). Lalu beliau memerintahkan aku mengalihkan pandanganku.” (HR. Muslim, 2012:37).

b. Larangan Khalwat dan Safar Tanpa Disertai Muhrim

Aturan kedua yang sangat ditekankan oleh Islam adalah berdua-duaan dengan lawan jenis. Larangan ini terdapat di dalam hadis Nabi Muhammad saw. sebagai berikut, ”Janganlah seorang di antara kalian berkhalwat dengan seorang


(26)

wanita, karena yang ketiganya adalah setan.” (HR. Tarmidzi dan Ahmad, 2012:38). Selanjutnya ditegaskan kembali dalam hadis berikut, ”Salah seorang dari kalian tidak boleh menyendiri dengan seorang wanita, kecuali bersama dengan muhrimnya.” (HR. Bukhari dan Muslim, 2012:39)

c. Larangan Bersentuhan Kulit

Di dalam sebuah hadits, Aisyah ra.berkata, ”Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin).” (HR. Bukhari, 2012:40).Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan muhrim merupakan salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam.

Pada dasarnya, Allah swt.menciptakanlaki-laki dan perempuansebagai manifestasi keindahan Ilahi, juga sebagai tempat sama-sama memperoleh ketenangan dan ketenteraman. Seorang perempuan memiliki perhitungan dan sikap cermat dalam membina relasinya dengan laki-laki.Salah satu tema utama sekaligus prinsip pokok dalam ajaran Islam adalah persamaan antara manusia, baik laki-laki dan perempuan maupun antarbangsa, suku, dan keturunan.Dalam ajaran Islam, perempuan bukanlah musuh kaum laki-laki.Sebaliknya, perempuan adalah bagian dari laki-laki dan demikian pula laki-laki adalah bagian dari perempuan, keduanya bersifat saling melengkapi.

Allah swt.menciptakan laki-laki dan perempuan untuk membangun kehidupan bersama-sama dan saling melengkapi seumur hidup. Oleh karena itu, Islam membuka pintu untuk perempuan dalam semua bidang berdampingan dengan laki-laki, saling mendukung, membantu, dan menyelesaikan tugas satu


(27)

sama lain. Selain itu, Islam tidak memisahkan laki-laki dan perempuan, sebab antara laki-laki dan perempuan adalah pelindung satu sama lain. Ada banyak bagian yang berhubungan dengan laki-laki dan perempuan yang tersebar dalam Alquran, namun ada sejumlah menyatakan bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuandengan derajat yang berbeda.Pada dasarnya semua manusia adalah ciptaan Allah yang sama derajatnya, yang membedakan hanya dari sisi keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah.Allah swt.berfirman ”Barang siapa mengerjakan amal salih, baik laki-laki atau perempuan, sedang ia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak terniaya sedikitpun.” (QS. Annisak ayat:124).

Dalam membina hubungan antara laki-laki dengan perempuan sepantasnya dianjurkan untuk berbuat baik. Disebutkan dalam sebuah hadis, ”Berbuat baiklah kepada wanita, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok yang paling atas....”Hadis tersebut merupakan perintah kepada para suami, para ayah, saudara laki-laki dan lainnya untuk menghendaki kebaikan untuk kamu wanita, berbuat baik terhadap mereka, tidak menzalimi mereka, dan senantiasa memberikan hak-hak mereka serta mengarahkan mereka kepada kebaikan. Karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, karena perempuan bagian dan relasi bagi laki-laki, maka apa yang menjadi bagian hidup laki-laki, itu juga yang menjadi bagian hidup perempuan.

Dalam kehidupan keluarga, perempuan adalah relasilaki-laki, bekerja sama dan saling kontrol. Perempuan ada untuk melengkapi yang tak ada pada laki-laki,


(28)

berupa kelemahlembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk melahirkan, dan mengurusi hal-hal yang kadang dianggap sepele.

Islam menghargai kaum perempuan sebagai manusia terhormat.Sebagaimana kaum laki-laki, perempuan mempunyai hak-hak kemanusiaan, karena keduanya merupakan bersaudara yang dilahirkan oleh satu ayah yaitu Adam dan satu ibu yaitu Hawa.Laki-laki dan perempuan berasal dari satu keturunan yang sama dalam karakter kemanusiaannya secara umum. Keduanya adalah sama dalam hal beban dan tanggung jawab, dan di akhirat kelak akan sama-sama menerima pembalasan.

Kompleksitas ajaran Islam dapat dilihat dari tujuan umumnya, yaitu sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam.Begitu pula dalam mewujudkan masyarakat yang ideal.Sebagai salah satu upaya tersebut, pernikahan merupakan dasar pembentuk dan pembangun masyarakat.Relasi antara suami istri perlu dibina dengan baik agar muncul generasi-generasi dengan berbagai karakter yang tidak menyimpang dari pandangan Islam.Sebagaimana firman Allah swt. yang artinya:

”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah mengembangkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan namanya kamu saling meminta satu sama lain, dan periharalah relasi silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. Annisak ayat:1)

Berdasarkan firman Allah swt.di atas dapat dipahami bahwa, seluruh manusia laki-laki dan perempuan itu diciptakan oleh Allah dari jiwa yang satu yaitu Adam. Dan dari jiwa yang satu itu Allah menciptakan istrinya Hawa agar


(29)

keduanya saling menyempurnakan sebagaimana dijelaskan di atas.Oleh sebab itu, Allah memerintahkan kepada manusia untuk senantiasa bertakwa kepada-Nya dan memelihara relasi kasih sayang antara mereka.

2.3 Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian sebelumnya yang menjadi tinjauanpeneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Safiudin (2011)dengan judul penelitiannya Nilai Religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta Karya Khaeron Sirin.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang obyektif tentang nilai-nilai religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin, sehingga dapat bermanfaat menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengenal nilai-nilai religius Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mengkhususkan dan melihat melalui sudut pandang religius Islam.Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriftif kualitatif yaitu peneliti berusaha menguraikan atau mendeskripsikan obyek yang diteliti dengan menggambarkan nilai religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin.Sumber data dalam penelitian ini berupa satuan cerita yang terdapat dalam novel Sangkakala Cinta karya Khaeron Sirin.Teknik dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data dan teknik analisis data menggunakan pendekatan struktural dengan bantuan pendekatan religius.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai religius Islam dalam novel Sangkakala Cinta meliputi: (1) nilai akidah yang berupa iman kepada Allah, iman kepada kitab Allah, iman kepada rasul Allah, iman kepada hari kiamat, dan iman


(30)

kepada takdir Allah, (2) nilai syariat yaitu menjalankan ibadah salat dan berdoa, dan (3) nilai akhlak yang berupa berbakti kepada orang tua, saling menolong, saling memaafkan, bersyukur, menjauhi perbuatan syirik, berpendirian, dan bersilaturrahim. Nilai-nilai Islam tersebut dianalisis menggunakan teori struktural yang dilihat dari tokoh dan penokohan dalam novelSangkakala Cinta dengan menggunakan bantuan pendekatan religius untuk menemukan nilai-nilai Islaminya.

Juliani (2009) dengan judul penelitiannya RelasiLaki-laki dan Perempuan dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan relasi antara laki-laki dan perempuan menurut pandangan yang objektif dalam pandangan Islam.Penelitian ini menggunakan pendekatan kulitatif.Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriftif kualitatif yaitu peneliti berusaha menguraikan atau mendeskripsikan obyek yang diteliti dengan menggambarkanrelasi antara laki-laki dan perempuan dalam novel tersebut.Teknik dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.Relasi dalam novel dianalisis dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Hasil penelitian ini yaitu, menggambarkan bagaimana seharusnya relasilaki-laki dan perempuan dalam pandangan Islam seperti tergambar dalam novel Ayat-Ayat Cinta, sehingga dapat menambah wawasan pembaca tentang bagaimana berkomunikasi dengan lawan jenis dalam ajaran Islam.

Ramli (2012) sebuah Jurnal Fiqh, No. 9 (2012) 137-162yang berjudul Analisis Gender dalam Hukum Islam.Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis gender ini lebih cenderung kepada penelitian terhadap tingkah laku


(31)

atau peranan gender dalam masyarakat, khususnya berkaitan dengan pola relasi gender dalam perspektif ekonomi. Namun, antara kajian yang menfokuskan aspek tekstual adalah pendekatan narratologi, yang meneliti teks-teks yang menjadi bahan bacaan dalam sesuatu masyarakat.

Artikel ini cenderung membahas tentang analisis gender dan penerapannya dalam syariat Islam. Metode analisis muncul karena perubahan dalam struktur sosial yang membentuk pola relasi sosial saat ini yang benar-benar berbeda dari relasi sosial tradisional.Sesuai dengan ini, ada juga munculnya diskriminasi gender dalam masyarakat Muslim saat ini. Antara kriteria yang akan digunakan dalam jenis analisis seperti perbedaan antara konsep seks dan gender, identifikasi keberadaan beberapa elemen dalam relasi gender seperti marginalisasi, subordinasi, ganda beban, stereotip gender, pelecehan seksual dan kekerasan berbasis gender. Penelitian ini menunjukkan bahwa analisis gender mekanisme yang relevan untuk diterapkan dalam mengevaluasi relasi gender dalam hukum Islam. Namun, masih perlu didasarkan pada nilai keadilan.Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa, tidak semua perbedaan antara jenis kelamin dalam perspektif analisis gender menyiratkan ketidakadilan gender.Oleh karena itu, berkeadilan gender dapat diperoleh dengan meletakkan sebuah elemen dalam tempat dan fungsi yang tepat.

Penelitian dengan objek novel Maha Cinta Adam-Hawa Karya Muhammad El-Natsir ini belum pernah diteliti sebelumnya dengan menggunakan teori sosiosastra dan melihat dari sisi keislamannya.Peneliti melakukan penelitian


(32)

dengan berpegang pada beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan teori sosiologi sastra dan yang berkaitan dengan relasi dalam pandangan Islam.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitianyang tidak menggunakan perhitungan atau dengan angka-angka.Sedangkanpendekatan yang digunakan adalah pendekatan hermeneutik. Proses pemahamanmakna karya merupakan fokus hermeneutik. Hermeneutik adalah studipemahaman, khususnya tugas pemahaman teks.Hermeneutik mencakup tigafaktor di dalamnya yaitu, (1) dunia teks (isi dari teks), (2) dunia pemateri dan (3)dunia pembaca (mad’u). Tiga faktor ini memiliki perhatian yang berbeda,akantetapi saling berkaitan satu dengan yang lainnya.Secara bahasa, hermeneutik berasal dari bahasa yunani hermeneuein:menafsirkan kembali. Kemudian ditarik menjadi kata benda hermenein:penafsiran atau interpretasi. Menurut Sumaryono (1999:83),”Hermeneutik adalah usaha memahami dan menginterpretasi sebuah teks. Hal iniberkaitan dengan hubungan antar makna dalam teks, serta pemahaman tentangrealitas yang kita perbincangkan.”

Pendekatan kualitatif dianggap tepat karena pengolahan dan penganalisisan data berupa uraian atau kata-kata dan bukan dengan angka-angka atau jumlah.Moleong (2008:4-7) menyatakan bahwa,”Penelitian kualitatif mempunyai beberapa ciri yaitu, 1) manusia sebagai instrumen, 2) data dianalisis secara induktif, 3) hasil penelitian bersifat deskriptif, dan 4) adanya batas permasalahan data yang ditentukan oleh penelitian.


(34)

Metode kualitatif pada dasarnya sama dengan metode hermeneutik. Artinya, baik metode hermeneutik, kualitatif, dan analisis isi, secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi.“Dikaitkan dengan hakikat penafsiran, maka hermeneutiklah yang paling dominan, sesuai dengan asal usulnya dalam bidang filsafat, yaitu sebagai cara penafsiran kitab suci.” (Ratna, 2007:46).

3.2 Data dan Sumber Data

Data tersebut berupa baris-baris atau kata/kalimatdalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir.Adapun unsur-unsur data di maksud adalah yang berkaitan dengan relasilaki-laki dengan perempuan.

Sumber data adalah sebagai berikut: Judul novel : Maha Cinta Adam-Hawa Pengarang : Muhammad El-Natsir

Penerbit : Laksana

Tahun terbit : Cetakan pertama tahun 2010 Tempat Terbit : Jogjakarta

Tebal : 322 halaman

Warna Sampul : Merah, Putih, dan Coklat

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka. Studi pustaka merupakan langkah awal dalam teknik pengumpulan


(35)

data.Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data yang diarahkan kepadapencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalamproses penulisan.”Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukungfoto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.”(Sugiyono,2005:83).

Untuk mengumpulkan data, peneliti membaca novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir. Langkah selanjutnya, peneliti memahami, dan menghayati kalimat-kalimat dalam novel. Selanjutnya peneliti menganalisis relasi laki-laki dengan perempuan dalam novel tersebut.

Adapun langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

1) Peneliti membaca novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir dengan saksama dan mendalam.

2) Peneliti memahami dan menghayati kalimat dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir.

3) Peneliti menandai kalimat yang mengandung relasilaki-laki dengan perempuan dalam novel tersebut.

4) Peneliti mengelompokkan data berdasarkan relasi laki-laki dengan perempuan dalam pandangan Islam.

5) Peneliti menganalisis relasi laki-laki dengan perempuan dalam novel tersebut. 3.4 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang akan dianalisis adalah relasilaki-laki dengan perempuan dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad


(36)

El-Natsir. Data ini dianalisis secara kualitatif, menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2005:91) ”Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data yaitu,datareduction, datadisplay, dan conclusiondrawing/verification.”

Ketiga langkah analisis data tersebut dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut.

1) Reduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan perlu segera dianalisis melalui reduksi data. Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dalam penelitian ini, data yang direduksi adalah relasi laki-laki dengan perempuan dalam novelMaha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir. 2) Penyajian Data

Setelah data direduksi, selanjutnya adalah penyajian data.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, yang berhubungan dengan teori. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2005:95) ”Yang paling sering digunakan dalam menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.”Dalam menganalisis relasi laki-laki dengan perempuan dalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir adalah menyajikan teks yang menunjukkan dan menjurus kepada relasi laki-laki denganperempuan yang terdapat dalam novel.


(37)

3) Verifikasi atau Simpulan

Langkah ketiga menurut Miles dan Huberman adalah penarikan simpulan dan verifikasi. Simpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung rumusan masalah yang dirumuskan, tetapi mungkin juga tidak, simpulan diharapkan sebagai temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada, temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Dalam menganalisis relasilaki-laki dengan perempuandalam novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir akan menperoleh kejelasan tentang relasi perempuan dan laki-laki dalam novel tersebut setelah diteliti.


(38)

BAB IV

RELASI ANTARA LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN MENURUT

PANDANGAN ISLAM DALAM NOVEL MAHA CINTA ADAM-HAWA

4.1 Pengertian Relasi

Relasi merupakan suatu pondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, relasi itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Yuyun (2010:11) menjelaskan bahwa,”Relasi dalam suatu masyarakat dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran masyarakat, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.”

Relasi merupakan kunci dalam kehidupan sosial.Jika tidak adanya interaksi antara satu relasi dengan yang lainnya, maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, maka tidak akan menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang saling berinteraksi. Maka dapat disimpulkan bahwa, relasi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial. Menurut Brahmanto (2010:12), ”Perbedaan antara laki-laki dan perempuan sesungguhnya tidak menjadi persoalan sepanjang tidak mengalami ketidakadilan gender. Dalam kehidupan, perempuan adalah relasi bagi laki-laki, begitu pula sebaliknya.”


(39)

4.2. Pengelompokan Relasi Laki-Laki dengan Perempuan Menurut

Pandangan Islam dalam Novel Maha Cinta Adam-Hawa

4.2.1 Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan sebagai Suami Istri

Relasi antara laki-laki dengan perempuan sebagai suami istri mutlak didapatkan dalam sebuah rumah tangga.Kedudukan laki-laki adalah sebagai pemimpin, dan istri sebagai pendamping pimpinannya.Dalam membina relasi yang baik antara keduanya tentu harus ditempuh dengan jalan yang tidak mudah, yaitu menjadikan keluarga sebagai keluarga yang benar menurut pandangan Islam.

Keluarga, dibentuk oleh sepasang suami istri. Sejak terciptanya laki-laki dengan perempuan di bumi ini, maka akan terbentuklah keluarga. Tugas yang harus dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dalam berkeluarga berlainan, menurut kondisi lingkungan dan masyarakat.

Di masa modern, perempuan mengurusi rumah tangga, mengendalikan dan bertanggung jawab atas ketertibannya, sedangkan laki-laki, melaksanakan semua tugasnya di luar rumah. Menurut Husein (2004:87), suami bekerja di luar rumah untuk memperoleh nafkah keluarga, kemudian sesampainya dirumah, diserahkan kepada istri untuk mengaturnya. Suami hendaknya menyerahkan urusan rumah tangga kepada istrinya.Dengan demikian, istri dianggap kepala keluarga yang mengendalikan pekerjaan rumah tangga, sedangkan suami di dalam rumah tangga bersifat ketua umum. Penempatan kerja seperti ini, telah ditegaskan Nabi Muhammad saw. dengan hadistnya: ”Setiap anak Adam, dianggap tuan (sayyid).


(40)

Maka seorang laki-laki dianggap penghulu keluarganya, dan perempuan dipandang penghulu rumah tangganya.”

Para sosiolog menjadikan rumah tangga sebagai sendi dan asas bagi masyarakat.Mereka berpendapat, apabila kehidupan rumah tangga rusak dan kacau, pastilah aturan di tengah masyarakat juga rusak. Pernikahan dianggap penting, karena dari situlah masyarakat akan tetap eksis. (Husein, 2004:90).

Islam menganjurkan pemuda-pemuda segera menikah, supaya dapat memelihara diri sehingga tidak tercemar dan ternoda, karena hubungan antara laki-laki dengan perempuan yang belum muhrim adalah haram hukumnya.Pernikahan itu suatu kewajiban kemasyarakatan untuk merajut kehidupan bersama yang membahagiakan.Allah swt. Menerangkan hikmah perkawinan dalam firman-Nya: ”Dan dari tanda-tanda kebesaran Allah ialah, Allah swt.menjadikan untukmu istri-istri dari sukumu, supaya kamu condong kepadanya, dan Allah swt.menjadikan cinta mesra dan kasih syang antara kamu suami-istri itu.” (Q.S. Ar-Rum, 30:21).

Data 1a

“Maksudku bukan itu, Kang.” Potong Adam.” Aku paham setiap orang mempunyai ketertarikan terhadap lawan jenis.Jika pria tertarik dengan wanita dan sebaliknya. Tetapi yang aku maksudkan, dalam Islam itu melarang hubungan lawan jenis dalam tanda kutip berpacaran, sebelum nikah, baik sudah lamaran atau belum, maka hubungannya haram, karena tidak boleh seseorang bersenang-senang dengan wanita asing, bukan muhrimnya, baik melalui ucapan, memandang, atau berduaan. (Natsir, 2010:147).

Kutipan novel di atas menjelaskan tentang dilarangnya hubungan laki-laki dengan perempuan yang dilakukan dengan pacaran.Hal ini memiliki alasan yang cukup jelas dan kuat, karena Islam telah menghalalkan hubungan seorang laki-laki dengan perempuan yang dengan satu jalan yaitu pernikahan.Islam adalah agama


(41)

yang sangat sempurna, karena Allah swt.begitu menyayangi kita, sehingga Dia memberikan larangan yang sangat banyak untuk hambanya. Hal ini karena Allah akan menjadikan manusia yang beradab. Pacaran menurut pandangan Islam diharamkan karena jika diteliti ternyata pacaran itu banyak mudharatnya.Selain itu Allah telah menetapkan hukuman yang begitu berat bagi orang yang berpacaran karena telah mendekati zina. Seperti Firman Allah dalam Surat An-Nur ayat 2 yang artinya:

”Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”

Data 1 b

Namun, suara lantang Zarkasih menahan.” Jangan! Jangan kau sentuh Adam.Dia belum halal bagimu.”

“Benar hawa, Adam belum menjadi muhrim.Haram hukumnya.”Timpal Pak Habibullah Idris dengan nada lemah, menahan sesak di dada. (Natsir, 2010:170)

Kutipan data di atas menjelaskan haramnya berduaan dan bersentuhan dengan lawan jenis.Dalam hubungan antara laki-laki dengan perempuan, Islam telah mengaturnya dengan cukup tegas.Jangankan melakukan perzinaan, menyentuh tangan atau berjabat tangan saja tidak dibolehkan dalam Islam.Di antara kebiasaan Rasulullah adalah tidak menjabat tangan wanita ketika membaiat mereka, padahal sebenarnya momentum baiat sangat layak untuk menjabat tangan orang yang membaiat demi mengukuhkan baiat tersebut.Namun, Rasulullah meninggalkan jabat tangan dengan perempuan, hal ini menunjukkan perbuatan tersebut hukumnya haram. Rasulullah saw. bersabda ”Sesungguhnya saya tidak menjabat tangan wanita, sesungguhnya perkataanku


(42)

untuk seratus wanita sama dengan perkataanku untuk satu orang atau serupa dengan perkataanku untuk satu orang wanita.” (HR. Imam Malik)

Data 1 c

Habibullah Idris duduk di belakang setir, sedangkan istrinya duduk di sebelahnya sambil mendekap sang bayi. Disela konsentrasi mengemudi, sesekali Habibullah melirik sang bayi. Sementara itu, Kiai Syamsul dan pak RT duduk di belakang sambil menikmati pemandangan kota. (Natsir, 2010:21) Data di atas menjelaskan hubungan suami istri dalam kehidupan sehari-hari.Seorang suami boleh duduk di dekat istrinya, namun sebaliknya jika tidak memiliki hubungan suami istri, hal itu tidak dibolehkan, apalagi menyentuhnya.Dalam pergaulan sehari-hari antara laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim dipisahkan atau tidak boleh dekat.Islam membatasi pergaulan laki-laki dengan perempuan yang bukan suami istri, tidak perlu ada interaksi, tanpa adanya keperluan syar‟i.

Data 1 d

Tatkala sudah dekat dengan Hawa serta hendak mengulurkan tangan suci kepadanya, tiba-tiba terdengarlah suara gaib, Hai...Adam.., tahanlah dirimu.Pergaulanmu dengan Hawa tidak halal kecuali dengan mahar dan menikah. (Natsir, 2010:130)

Data 1 e

”Mana Mahar?”Hawa menuntut haknya.Hal yang disyariatkan Tuhan sejak semula.Ia menolak persentuhan sebelum mahar pemberian ditunaikan dahulu. Seketika Adam bingung, sadar bahwa untuk menerima haruslah sedia memberi. (Natsir, 2010:131)

Kedua kutipan data di atas menjelaskan hubungan laki-laki dengan perempuan yang akan halal apabila melalui pernikahan, dan laki-laki telah menunaikan kewajibannya dengan membayar mahar. Mahar merupakan maskawin yang wajib dibayarkan oleh laki-laki kepada istrinya.Pemberian mahar merupakan tanda kehormatan bagi kaum perempuan.Mahar adalah hak mutlak


(43)

bagi perempuan ketika menjadi calon istri.Orang dekat sekalipun tidak dibenarkan menjamah hartanya tersebut, kecuali dengan ridhonya dan kemampuannya sendiri.Allah swt.berfirman dalam surat Annisak ayat 4 yang artinya: ”Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan, kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati. Maka makanlah (ambillah) pemberian itu sebagai makanan yang sedap lagi baik akibatnya.”

Data 1 f

Pergaulan hidup adalah persahabatan. Dan pergaulan antara laki-laki dengan wanita akan berubah menjadi perkawinan, apabila disertai dengan mahar. Lantas, bagaimana bentuk mahar yang harus diberikan?Itulah yang sedang dipikirkan Adam. (Natsir, 2010:132)

Penggalan novel di atas mendeskripsikan bahwa perkawinan adalah saat yang dinanti-nanti bagi laki-laki dan perempuan untuk mengikatkan cinta dalam ridha Allah swt. Salah satu syarat yang harus dipenuhi ketika hendak menikah, yaitu mahar atau maskawin. Mahar merupakan tanda kesungguhan seorang laki-laki untuk menikahi seorang wanita.Mahar merupakan syarat sah pernikahan.Syarat itulah yang dipikirkan Adam ketika hendak melamar Hawa.Pernikahan tanpa mahar berarti pernikahan tersebut tidak sah, meskipun pihak perempuan telah rela tidak mendapatkan mahar.Jika mahar tidak disebutkan dalam akad nikah maka pihak perempuan berhak mendapatkan mahar yang sesuai dengan perempuan semisal dirinya.

Data 1 g

Adam menjawab dengan mantap dan tegas, ”Qabiltu Nikahahaa wa

tazwijahaa linafsi bi mahri madzkur baalan ‘alaa manjahi kitaabullaah wa

sunnah Rasuulullaah!””Aku terima nikah dan kawin dia, Hawa binti Raihan

untuk diriku dengan mahar yang telah disebut tadi, kontan di atas manhaj kitab Allah dan Rasulullah!” (Natsir, 2010:183)


(44)

Dari data diatas menjelaskan bahwa, Islam menganjurkan umatnya untuk menegakkan rumah tangga dengan dasar pernikahan seperti yang dilakukan Adam kepada Hawa.Habibullah Idris segara menikahkan Adam dan Hawa untuk menjalankan perintah Allah, yaitu menghalalkan hubungan laki-laki dan perempuan yang saling mencintai dengan jalan pernikahan, agar tidak terjadi zina diantara mereka. Perhatikan sabda Nabi saw: ”Nikah itu termasuk sunnah yang aku sukai untuk diriku dan umatku. Maka barangsiapa menjauhkan diri dari pernikahan dengan alasan pernikahan itu kurang utama, bukan termasuk umatku.”

4.2.2 Relasi Antara Laki-Laki dengan Perempuan dalam Keluarga

Relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam keluarga akan tercermin melalui perilaku dan kehidupan sehari-hari. Menjalin relasi atau hubungan yang baik serta mengenalkan etika maupun norma dalam keluarga adalah hal penting untuk dipatuhi dalam bermasyarakat. Belajar bagaimana menjaga perasaan antara sesama anggota keluarga, serta menghormati keberadaan anggota keluarga apapun kondisi mereka.

Menurut Brahmanto (2010:25) keluarga adalah,”Satu institusi penting yang Tuhan ciptakan bagi seorang manusia. Di dalam keluarga, harusnya seseorang dibangun, diajar, dilengkapi, dan dibimbing untuk tugas mulia yaitu hidup bersama.”Relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam sebuah keluarga dapat menjadi penunjang atau sarana pendukung untuk meningkatkan ketaqwaan, bukan sekadar amanah dan tanggung jawab.


(45)

Sesudah kita memilih pasangan dan kemudian menikah, hendaklah kita memenuhi tugas hidup terhadap keluarga.Di antara tugas yang lazim diwujudkan ialah, menyenangkan dan menyejahterakan kehidupan keluarga.Hendaklah suami menyediakan segala yang dibutuhkan untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan rumah tangga. (Al-Bukhori, 2008:45).

Tugas suami terhadap keluarganya ialah, memperhatikan pendidikan dan ajaran untuk mereka. Para pribadi muslim, bertugas mendidik istri dan memberikan kepadanya bermacam-macam pelajaran yang memperbaiki keadaan dan mencerdaskan akalnya. Nabi saw. bersabda: ”Orang yang paling baik dari kamu ialah, orang yang paling baik kepada istri-istri dan anak-anaknya yang perempuan.” (HR. Muslim)

Anak merupakan harapan keluarga, dan tujuan yang terakhir dari pernikahan.Memberikan ajaran yang sempurna kepada anak ialah tugas yang terbesar bagi orang tua.Kewajiban ini diberikan di pundaknya oleh agama dan hukum masyarakat.Oleh karena itu, seseorang yang tidak mau memperhatikan pendidikan anak, dianggap orang yang mengkhianati amanah Allah dan etika sosial.

Data 2 a

Adam, nama yang diberikan oleh Habibullah Idris, sang Ayah angkat. Pak Kiai Syamsul dan Pak RT sangat gembira mendengar nama yang bagus itu. Demikian pula dengan istri kiai Habibullah Idrus.Ia tersenyum sambil terus membelai pipi sang bayi. Hanifah, putri tunggal Kiai juga sangat senang. Kini ia punya adik. Walau bukan adik kandung, Hanifah sangat menyayanginya, seperti adik kandung. (Natsir, 2010:26)

Penggalan novel di atas mendeskripsikan hubungan seorang adik laki-laki dan kakak perempuannya dalam keluarga.Dalam keluarga, saling menyayangi


(46)

sangat diperlukan.Hal ini merupakan dasar untuk membina hubungan baik dalam keluarga.Menurut Husein (2004:101) hendaklah orang tua bergaul dengan anak-anak yang masih kecil dengan ramah dan dengan rasa sayang. Nabi saw. bersabda: ”Barangsiapa mempunyai seorang anak yang masih kecil, hendaklah ia bermain-main dan bersenda gurau bersamanya sebagai anak-anak.”

Hubungan keluarga yang baik memang perlu diusahakan, karena berhubungan dengan banyak orang dan banyak karakter. Semakin dini seseorang menyadari perannya dalam keluarga, akan semakin baik dan mudah baginya untuk berperan di lingkungan sosial. Keakraban dalam keluarga akan menciptakan suasana yang indah, saling menghargai, dan menghormati sesama anggota keluarga.

Data 2 b

“Hem...Bah.” panggil Adam.Mungkin sekarang yang perlu dipercepat adalah pernikahan Zarkasih dengan Kak Hanifah.Jika kang Zarkasih sudah siap, secepatnya saja kang Zarkasih meminang kak Hanifah.Karena di samping untuk menghalalkan hubungan keduanya, juga agar kang Zarkasih segera masuk dalam keluarga kita.”Adam mulai unjuk bicara.Masalah pelimbahan pengajaran itu soal mudah. (Natsir, 2010:44)

Data 2 c

Hem...oh iya, hem....gimana, ya? Sebetulnya sekarang pun usah berkobar untuk meningkatkan kemajuan pesantren.Tetapi, benar kata Gus Adam tadi, agar menghalalkan hubungan saya dengan Hanifah, tidak ada yang lebih tepat, kecuali menikah. (Natsir, 2010:44)

Kedua kutipan data di atas menjelaskan hubungan laki-laki dengan perempuan dalam sebuah keluarga. Untuk menjadi anggota dalam sebuah keluarga, seorang laki-laki diharuskan menjalani suatu proses yang disebut dengan pernikahan. Peranan agama dalam membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahmah sangat penting, karena agama merupakan


(47)

ketentuan-ketentuan Allah swt.yang membimbing dan mengarahkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Salah satu tujuan pernikahan adalah menciptakan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah antara suami istri bersama anak-anaknya. Menurut Al Jumaili (2005:27) sakinah mengandung makna ketenangan. Setiap laki-laki dengan perempuan dilengkapi Allah dengan aneka sifat dan kecenderungan yang tidak dapat berfungsi secara sempurna jika ia berdiri sendiri. Kesempurnaan eksistensi makhluk hanya tercapai dengan bergabungnya masing-masing pasangan dengan pasangannya sesuai dengan sunnatullah.Mawaddah mengandung arti rasa cinta.Dalam pernikahan ada faktor-faktor yang bisa menumbuhkan perasaan cinta.Suami dapat merasakan kesenangan dan kenikmatan, serta mendapatkan manfaat dengan adanya anak dan mendidik dan membesarkan mereka.Di samping itu, dia merasakan adanya ketenangan, kedekatan dan kecenderungan pada istrinya.Warahmah berarti kasih sayang yang lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani, serta siap melindungi yang dicintai.

4.2.3 Relasi Laki-Laki dengan Perempuan dalam Bidang Sosial

Keadaan sosial (masyarakat) menunjukkan kepada kita bahwa terdapat interaksi dan integrasi dalam suatu kelompok atau komunitas, mereka saling berhubungan, dan bergaul satu sama lain. Setiap individu atau manusia akan selalu membutuhkan individu lain dalam menjalani kehidupannya, karena hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu bertahan tanpa adanya bantuan dari orang lain. (Al-Habsy, 2004:97).


(48)

Laki-laki dan perempuan memiliki dorongan untuk saling mengadakan relasi dalam interaksi sosial.Seperti firman Allah swt.dalam Surat Al-Hujarat ayat 13, yang artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal-mengenal.” Dengan demikian, maka terjadilah interaksi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.Dari interaksi sosial tersebut, individu yang satu dapat memengaruhi dan memperbaiki sikap individu lainnya.Jadi, terdapat relasi yang timbal balik di antara keduanya.

Sejak dini hidup bermasyarakat harus dikembangkan, sejak seseorang mengenal orang lain, sejak usia kanak-kanak hingga dewasa, bahkan orang tua, hingga dalam masyarakat dalam pergaulannya tidak lepas dari bersosialisasi.(Majid, 2007:16). Menjalin hubungan yang baik dalam kehidupan sosial sangat didambakan dan menjadi perekat utama bagi terwujudnya kesatuan umat. Berbuat kebajikan kepada orang lain (sesama) sesungguhnya berbuat kebajikan kepada diri sendiri.(Soejadi, 2008:122).

Data 3 a

Dua hari berikutnya.

Pak Kiai Habibullah Idris dan Nyai Hindun kembali ke panti asuhan.Beliau disambut dengan senyum mengembang.Bu Hindun dan Bu Hajjah Raudiyah saling peluk cium pipi.Sedangkan Kiai Habibullah hanya mengatupkan kedua belah tangannya.Mereka bertiga duduk. (Natsir, 2010:20)

Kutipan novel di atas menjelaskan relasi laki-laki dengan perempuan dalam hal berjabat tangan dengan yang bukan muhrim dalam kehidupan bermasyarakat seperti yang dilakukan Kiai Habibullah dengan Bu Hindun saat berjabat tangan.Menurut pandangan Islam, berjabat tangan (musafahah) antara laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim hukumnya haram


(49)

(dilarang).Wanita yang bukan muhrim ada dua macam, perempuan tua dan perempuan muda.Keduanya memiliki konsekuensi hukum yang berbeda dalam berjabat tangan.Bersalaman dengan wanita tua renta hukumnya boleh dengan syarat perempuan itu sudah tidak menarik dan tidak tertarik kepada lawan jenis.Selain itu, kedua belah pihak terbebas syahwat atau nafsu. Berjabat tangan dengan anak kecil hukumnya sama dengan perempuan tua.

Muhammad (2010:21) mengatakan bahwa, berjabat tangan telah jelas kebaikannya.Namun, bagaimana jikalaki-laki dan perempuan yang bukan muhrim saling berjabat tangan, apakah suatu kebaikan pula?Tentu saja tidak. Walaupun menurut pandangan masyarakat kita, tidaklah beradab dan tidak punya tata krama sopan santun, bila seorang wanita diulurkan tangan oleh seorang laki-laki dari kalangan karib kerabatnya lalu ia menolak untuk menjabatnya. Mungkin laki-laki yang uluran tangannya ditampik itu akan sangat tersinggung. Sebutan yang jelek pun akan disematkan pada si wanita. Padahal wanita yang menolak berjabat tangan tersebut melakukan hal itu karena tahu tentang pandangan Islam berjabat tangan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya.Nabi Muhammad saw. yang mulia dan sebagai teladan kita, tidak pernah mencontohkan berjabat tangan dengan wanita yang bukan muhrimnya. Bahkan beliau mengharamkan seorang laki-laki menyentuh wanita yang tidak halal baginya. Rasulullah bersabda, ”Kepala salah seorang ditusuk dengan jarum besi lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”

Data 3 b

Para santri putra dan putri dipisah kain panjang yang membelah tengah ruangan. Sebenarnya, mereka bisa saja mengintip satu sama lain. Namun, apabila ada yang melakukan hal tersebut, pasti akan dapat takzir berupa


(50)

membaca tafsir Jalalain sebanyak tiga sampai lima juz. Sehingga, tidak ada yang berani melanggarnya. (Natsir, 2010:35)

Penggalan novel di atas menjelaskan tentang memakai kain panjang atau hijab dalam ruangan.Hijab merupakan pembatas yang digunakan untuk memisahkan tempat laki-laki dan perempuan.Menurut pandangan Islam, untuk mengatur hubungan laki-laki dan perempuan dalam menjalankan aktivitasnya dalam sebuah ruangan, diperlukan pembatas. Hijab adalah sebuah cara yang dapat menjaga laki-laki dan perempuan untuk menjaga diri, terutama dari pandangan mata.

Data 3 c

Kali ini Adam tidak dapat berbuat banyak kenyataannya Hawa memang melanggar peraturan. Apabila ia membela, takut mereka mengetahui kalau dirinya menaruh hati terhadapnya. Padahal pesantren paling anti dan mengancam santri yang main hati dengan lawan jenis. Apabila ada santri yang tertangkap basah tengah berkhalwat, tidak pikir panjang, ia akan dikeluarkan dari pesantren ini dengan tidak terhormat. Jika perlu, orang tuanya dipanggil. (Natsir, 2010:95)

Kutipan novel di atas menjelaskan tentang tidak dibolehkannya bercinta dengan lawan jenis jika belum menikah.Islam tidak membolehkan hal tersebut.Salah satu godaan yang amat besar pada manusia adalah rasa ketertarikan kepada lawan jenis.Memang rasa tertarik kepada lawan jenis adalah fitrah manusia, baik perempuan atau laki-laki. Namun, kalau perasaan tersebut tidak dijaga, maka akan menjadi mala petaka yang amat besar, baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang yang kita sukai. Hal ini dapat dijaga dengan cara mengetahui adab-adab bergaul. Pandangan laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya adalah panah setan.Jika cuma sekilas saja atau tidak sengaja, maka tidak menjadi masalah pandangan mata tersebut, pandangan pertama yang sengaja


(51)

diperbolehkan namun selanjutnya adalah haram.Ketika melihat lawan jenis, maka cepatlah kita tundukkan pandangan, sebelum iblis memasuki atau mempengaruhi pikiran dan hati.

Data 3 d

Jauh di dalam hatinya, ia ingin menemui Hawa dan menyampaikan terima kasih. Tetapi jika hal itu dilakukan, merupakan pelanggaran paling besar dalam pesantren ini. Apalagi kalau diketahui sedang berduaan dengan lawan jenis, bisa-bisa mereka akan mendapatkan takzir yang kedua kalinya. Adam sangat menjaga hal itu.Adam sangat berhati-hati. Jangan sampai gejolak hatinya diketahui oleh santri-santri yang menetap di pesantren, apalagi oleh Zarkasih, berbahaya! (Natsir, 2010:120)

Kutipan di atas menjelaskan tentang hubungan atau perasaan cinta Adam kepada Hawa yang ia pendam di dalam hatinya. Cinta kepada lawan jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia, sebab cintalah keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga.Oleh sebab itu, Allah swt.menjadikan perempuan sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga. Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil’alamin.Namun, kebanyakan menyalurkan cinta melalui pacaran.Padahal ajaran Islam melarang hal tersebut karena mendekati zina.Hal ini sebagaimana firman Allah swt. dalam surat Al Israk ayat 32 yang artinya: ”Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” Setiap jalan menuju zina adalah suatu yang terlarang. Ini berarti memandang, berjabat tangan, berduaan, dan bentuk perbuatan lain yan dilakukan dengan lawan jenis karena hal itu sebagai perantara kepada zina adalah suatu hal yang terlarang.

Data 3 e

Karena biasanya orang-orang yang tengah jatuh cinta, lupa dengan ketentuan-ketentuan Islam. Orang yang sedang jatuh cinta akan menjadi buta dan tuli,


(52)

sehingga akan melihat semua yang dilakukannya adalah kebaikan tanpa cacat. (Natsir, 2010:148)

Penggalan novel di atas menjelaskan tentang jatuh cinta.Cinta adalah suatu hal yang biasanya terjadi antara seorang laki-laki dengan perempuan.Hal ini adalah fitrah manusia. Namun, agama Islam telah mengatur hubungan laki-laki dengan perempuan dengan cara yang sangat indah, yaitu menikah. Cinta yang tidak diikat oleh ikatan sakral pernikahan merupakan hal yang dilarang oleh Allah swt. Cinta yang terjalin sebelum terjadinya akad nikah hanyalah menawarkan kesenangan semu yang selalu mengobarkan nafsu. Cinta yang tumbuh setelah menikah dengan pasangan yang sah merupakan pilihan yang baik, paling selamat, dan diridhai Allah swt.Laki-laki dan perempuan beriman yang berkomitmen untuk menjaga kehormatannya tentu tidakakan menempuh jalur pacaran pra nikah yang merupakan perangkap setan.

Data 3 f

Jauh di dalam hati, ia mengalami konflik antara keraguan dan kemantapan, gejolak hasrat dan kesadaran fitrah, mahabbah rindu sang kekasih dan batas-batas estetika cinta diri. Semuanya mendekam dalam otak dan hati, tarik menarik untuk memenangkan siapa yang paling kuat. Adam sadar bahwa apa yang dilakukan sekarang ini jelas melanggar syariat dalam Islam. Namun, akibat desakan Zarkasih, Adampun terpelanting jatuh dalam kubangan siasat yang memang sudah direncanakan olehnya. (Natsir, 2010:160)

Data di atas menjelaskan tentang hubungan laki-laki dan perempuan yang melanggar syariat Islam.Hubungan yang dimaksud adalah mencintai dan merasakan rindu kepada seseorang yang belum menjadi suami atau istri.Menurut pandangan Islam, hal ini melanggar syariat. Ada lima hal pelanggaran syariat dalam pacaran, yaitu melakukan berbagai hal pendahuluan zina, berduaan dengan lawan jenis, tidak menundukkan pandangan, tidak menjaga aurat, dan bersentuhan


(53)

dengan lawan jenis. Nabi Muhammad saw.bersabda: ”Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya setan adalah orang ketiga di antara mereka berdua, kecuali apabila bersama muhrimnya. (HR. Ahmad).

4.2 Pergaulan Antara Laki-Laki dengan Perempuan Menurut Pandangan

Islam

Islam adalah agama yang syamil (menyeluruh) dan mutakamil (sempurna).Agama Islam diturunkan dari Allah Sang Maha Pencipta, Yang Maha Mengetahui tentang seluk beluk ciptaan-Nya. Dia turunkan ketetapan syariat agar manusia hidup tenteram dan teratur.Aturan dalam Islam berlaku sepanjang masa dan sesuai dengan setiap perkembangan zaman.Diantara aturan yang ditetapkan Allah swt.bagi manusia adalah aturan mengenai tata cara pergaulan antara laki-laki dengan perempuan dalam kehidupan sosial. (Al-Habsy, 2004:33).

Menurut Qaradhawi (1996:26),”Pertemuan antara laki-laki dengan perempuan tidak haram, melainkan jaiz (boleh). Bahkan, hal itu kadang-kadang dituntut apabila bertujuan untuk kebaikan, seperti dalam urusan ilmu yang bermanfaat, amal saleh, dan kebajikan.Yang harus kita lakukan ialah bekerja sama dalam kebaikan serta tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa, dalam batas-batas hukum yang telah ditetapkan oleh Islam.” Batas-batas hukum tersebut antara lain:

Pertama, hendaknya setiap muslim menjaga pandangan matanya dari melihat lawan jenis secara berlebihan. Dengan kata lain, hendaknya dihindarkan berpandangan mata secara bebas. Perhatikanlah firman Allah swt.berikut ini,


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhori, Jefri. 2008. Ada Apa Dengan Wanita. Jakarta: Al-Mawardi. Al-Jumaili, Sayyid. 2005. Pesan Untuk Muslimah. Jakarta: Akbar. Al-Habsy, Muhammad. 2004. Muslimah Masa Kini. Bandung: Mujahid.

Al-Qaradhawi, Yusuf. 1996. Fatwa-fatwa Mutakhir. Alih bahasa H.M.H. al-Hamid al-Husaini.Jakarta: Yayasan al-al-Hamidy.

As-Sunnah, STAI. 2014. Alquran dan Terjemahan. Jakarta: Sabiq.

„Athiyah Khumais, Muhammad. 2002. Fiqih Perempuan. Jakarta: Media

Dak‟wah.

Baqi, Abdul dan Muhamad Fuad.2012.Terjemahan Al-Lu’lu’uwalmarjan (kumpulanhadits shahih).Semarang: Pustaka Riski Putra.

Brahmanto.2010. Definisi Laki-laki dengan Perempuan.(www.google.com). Diakses tanggal 24 Mei 2012.

Casofa, Fachmy. 2009. Muslimah, Mewangilah Hingga ke Surga. Jakarta: Gazzamedia.

Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendididkan dan Kebudayaan.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Caps.


(2)

Ruzz Media.

Moleong, Lexy Y. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nata, Abuddin. 2012. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Grafindo.

Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi keempat. Jakarta: Gramedia.

Ramli, Mohd. Anuar.2012. Analisis Gender dalam Hukum Islam. Jurnal Fiqh, No. 9 (2012) 137-162.

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Safiudin. 2011. ”Nilai Religius Islam dalam Novel Sangkakala Cinta Karya Khaeron Sirin” (Skripsi). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah.

Soejadi. 2008. Mensyukuri Karunia Allah. Jakarta: Pustaka Pergaulan. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumaryono. 1999. Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat. Jakarta: Kanisius.

Undang-Undang RI. 1974. Nomor:1 pasal 31. Tentang Perkawinan. Jakarta: Tanggal 2 Januari 1974.

Undang-Undang RI. 1974. Nomor:1 pasal 34. Tentang Perkawinan. Jakarta: Tanggal 2 Januari 1974.

Yuyun, Suriasumantri. 2010. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.


(3)

LAMPIRAN 1

SINOPSIS NOVEL MAHA CINTA ADAM-HAWA

KARYA MUHAMMAD EL-NATSIR

Novel Maha Cinta Adam-Hawa karya Muhammad El-Natsir mengisahkan tentang dua anak manusia yang bernama Adam dan Hawa.Adam adalah seorang anak yatim piatu yang diangkat oleh pasangan suami istri yang memimpin sebuah pesantren.Adam anak yang cerdas dan berpikiran cemerlang.Dia menghafal Alquran dan selalu memiliki pertanyaan yang cerdas.Adam yang dibesarkan oleh Kiai Idris dan Ummi Hindun tumbuh besar.Adam adalah anak yang membanggakan dalam keluarga, sedangkan Hawa adalah anak sahabat lama dari Kiai Idris.Hawa di antar ke pesantren supaya mendalami ilmu agama.

Di pesantren inilah Adam dan Hawa bertemu.Pertemuan itu menumbuhkan cinta di hati mereka.Cinta yang sebenarnya sangat mereka jaga.Namun cinta suci yang mereka miliki dibenci oleh salah satu santri pesantren.Zarkasih sangat berambisi untuk menjelekkan Adam.Dia melakukan itu supaya dapat menduduki kedudukan yang tinggi di pesantren.

Zarkasih menjebak Adam dan Hawa di kamarnya.Jebakan tersebut membuat Adam dihukum dengan berat.Kiai Idris yang melihat perbuatan Adam


(4)

melihat dua orang anak muda yang bertengkar.Pertengkaran tersebut membuat salah satu dari pemuda itu meninggal dunia.Adam ikut menjadi saksi pembunuhan tersebut.Kejadian inilah yang menjadi awal bertemunya kembali Adam dan Hawa.Ternyata kedua anak laki-laki tersebut adalah anak Adam sendiri.Adam bertemu istrinya Hawa di rumah sakit.Namun, pertemuan keduanya berlangsung sangat singkat, karena pada pertemuan tersebut keduanya meninggal dunia.


(5)

LAMPIRAN 2

No No. Data Data

1 1a

“Maksudku bukan itu, Kang.” Potong Adam.” Aku paham setiap orang

mempunyai ketertarikan terhadap lawan jenis. Jika pria tertarik dengan wanita dan sebaliknya. Tetapi yang aku maksudkan, dalam Islam itu melarang hubungan lawan jenis dalam tanda kutip berpacaran, sebelum nikah, baik sudah lamaran atau belum, maka hubungannya haram, karena tidak boleh seseorang bersenang-senang dengan wanita asing, bukan muhrimnya, baik melalui ucapan, memandang, atau berduaan. (Natsir, 2010:147)

2 1b

Namun, suara lantang Zarkasih menahan.” Jangan! Jangan kau sentuh Adam.

Dia belum halal bagimu.”

“Benar hawa, Adam belum menjadi muhrim. Haram hukumnya.” Timpal Pak

Habibullah Idris dengan nada lemah, menahan sesak di dada. (Natsir, 2010:170)

3 1c

Habibullah Idris duduk di belakang setir, sedangkan istrinya duduk di sebelahnya sambil mendekap sang bayi. Di sela konsentrasi mengemudi, sesekali Habibullah melirik sang bayi. Sementara itu, Kiai Syamsul dan pak RT duduk di belakang sambil menikmati pemandangan kota. (Natsir, 2010:21)

4 1d

Tatkala sudah dekat dengan Hawa serta hendak mengulurkan tangan suci kepadanya, tiba-tiba terdengarlah suara gaib, Hai...Adam.., tahanlah dirimu. Pergaulanmu dengan Hawa tidak halal kecuali dengan mahar dan menikah. (Natsir, 2010:130)

5 1e

“Mana Mahar? Hawa menuntut haknya. Hal yang disyariatkan Tuhan sejak

semula. Ia menolak persentuhan sebelum mahar pemberian ditunaikan dahulu. Seketika Adam bingung, sadar bahwa untuk menerima haruslah sedia memberi. (Natsir, 2010:131)

6 1f

Pergaulan hidup adalah persahabatan. Dan pergaulan antara laki-laki dengan wanita akan berubah menjadi perkawinan, apabila disertai dengan mahar. Lantas, bagaimana bentuk mahar yang harus diberikan? Itulah yang sedang dipikirkan Adam. (Natsir, 2010:132)

Adam menjawab dengan mantap dan tegas, ”Qabiltu Nikahahaa wa tazwijahaa linafsi bi mahri madzkur baalan ‘alaa manjahi kitaabullaah wa


(6)

9 2b

“Hem...Bah.” panggi Adam. Mungkin sekarang yang perlu dipercepat adalah pernikahan Zarkasih dengan Kak Hanifah. Jika kang Zarkasih sudah siap, secepatnya saja kang Zarkasih meminang kak Hanifah. Karena di samping untuk menghalalkan hubungan keduanya, juga agar kang Zarkasih segera

masuk dalam keluarga kita.” Adam mulai unjuk bicara. Masalah pelimbahan

pengajaran itu soal mudah. (Natsir, 2010:44)

10 2c

Hem...oh iya, hem....gimana, ya? Sebetulnya sekarang pun usah berkobar untuk meningkatkan kemajuan pesantren. Tetapi, benar kata Gus Adam tadi, agar menghalalkan hubungan saya dengan Hanifah, tidak ada yang lebih tepat, kecuali menikah. (Natsir, 2010:44)

11 3a

Dua hari berikutnya.

Pak Kiai Habibullah Idris dan Nyai Hindun kembali ke panti asuhan. Beliau disambut dengan senyum mengembang. Bu Hindun dan Bu Hajjah Raudiyah saling peluk cium pipi. Sedangkan Kiai Habibullah hanya mengatupkan kedua belah tangannya. Mereka bertiga duduk. (Natsir, 2010:20)

12 3b

Para santri putra dan putri dipisah kain panjang yang membelah tengah ruangan. Sebenarnya, mereka bisa saja mengintip satu sama lain. Namun, apabila ada yang melakukan hal tersebut, pasti akan dapat takzir berupa membaca tafsir Jalalain sebanyak tiga sampai lima juz. Sehingga, tidak ada yang berani melanggarnya. (Natsir, 2010:35)

13 3c

Kali ini Adam tidak dapat berbuat banyak, kenyataannya Hawa memang melanggar peraturan. Apabila ia membela, takut mereka mengetahui kalau dirinya menaruh hati terhadapnya. Padahal pesantren paling anti dan mengancam santri yang main hati dengan lawan jenis. Apabila ada santri yang tertangkap basah tengah berkhalwat, tidak pikir

panjang, ia akan dikeluarkan dari pesantren ini dengan tidak terhormat. Jika perlu, orang tuanya dipanggil. (Natsir, 2010:95)

14 3d

Jauh di dalam hatinya, ia ingin menemui Hawa dan menyampaikan terima kasih. Tetapi jika hal itu dilakukan, merupakan pelanggaran paling besar dalam pesantren ini. Apalagi kalau diketahui sedang berduaan dengan lawan jenis, bisa-bisa mereka akan mendapatkan takzir yang kedua kalinya. Adam sangat menjaga hal itu. Adam sangat berhati-hati. Jangan sampai gejolak hatinya diketahui oleh santri-santri yang menetap di pesantren, apalagi oleh Zarkasih, berbahaya! (Natsir, 2010:120)

15 3e

Karena biasanya orang-orang yang tengah jatuh cinta, lupa dengan ketentuan-ketentuan Islam. Orang yang sedang jatuh cinta akan menjadi buta dan tuli, sehingga akan melihat semua yang dilakukannya adalah kebaikan tanpa cacat. (Natsir, 2010:148)

16 3f

Jauh di dalam hati, ia mengalami konflik antara keraguan dan kemantapan, gejolak hasrat dan kesadaran fitrah, mahabbah rindu sang kekasih dan batas-batas estetika cinta diri. Semuanya mendekam dalam otak dan hati, tarik menarik untuk memenangkan siapa yang paling kuat. Adam sadar bahwa apa yang dilakukan sekarang ini jelas melanggar syariat dalam Islam. Namun, akibat desakan Zarkasih, Adampun terpelanting jatuh dalam kubangan siasat yang memang sudah direncanakan olehnya. (Natsir, 2010:160)