Persepsi Petani Terhadap Kemitraan Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra

(1)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1Tinjauan Pustaka

Menurut Samsudin (1982), yang disebut petani adalah mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai suatu cabang atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun tenaga bayaran. Menguasai sebidang tanah dapat diartikan pula menyewa, sebagai hasil atau beruapa memiliki tanah sendiri.Disamping menggunakan tenaga sendiri ia dapat menggunakan tenaga kerja yang bersifat tidak tetap.

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil laut.Peranan petani sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang diketahui (Hernanto, 1993).

Departemen Pertanian (2007) mendefenisikan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai kumpulan dari beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efesiensi usaha.Kelompok tani yang ada dalam satu wilayah administrasi desa atau yang berada dalam satu wilayah aliran imigrasi petak pengairan tersier.

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan organisasi petani di pedesaan yang dibentuk secara musyawarah dan mufakat untuk meningkatkan skala ekonomi dan efesiensi usaha. Gapoktan dibentuk atas dasar: (1) kepentingan yang


(2)

sama di antar para anggota; (2) berada pada kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama di antaraa para anggota; (3) mempunyai kader pengelola yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani; (4) memiliki kader atau pemimpin yang diterima oleh petani lainnya; (5) mempunyai kegiatan yang dapat dirasakan mafaatnya oleh sebagian besar anggotanya, dan (6) adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat (Deptan, 2007).

2.2Landasan Teori 2.2.1Persepsi

Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran peran. Setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda, maka persepsinya pun berbeda-beda pula terhadap stimulus yang diterimanya, meskipun dengan objek yang sama (Rakhmat,1992).

Menurut Asngari (1984), persepsi orang dipengaruhi oleh pandangan seseorang pada suatu keadaan, fakta, atau tindakan. Terdapat tiga mekanisme pembentukan persepsi, yaitu selectivity, closure, interpretation.Informasi yang sampai kepada seseorang yang menyebabkan individu yang bersangkutan membentuk persepsi, dimulai dengan pemilihan atau menyaringnya, kemudian informasi yang masuk tersebut disusun menjadi kesatuan yang bermakna, dan akhirnya terjadilah interpretasi mengenai fakta keseluruhan informasi.

Menurut Sormin (2006), mendefinisikan bahwa persepsi merupakan sebagai proses dimana seseorang menjadi sadar segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera yang dimiliki, pengetahuan lingkungan diperoleh melalui interpretasi data indera. Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses


(3)

perencanaan informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya).Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Menurut Siagian (1995), persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :

1. Karakter individu yang bersangkutan (The Perceiver), yang dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan harapan.

2. Karakteristik dari objek setelah diteliti dapat mempengaruhi apa yang dirasakan (The Target).

3. Situasi yang mempengaruhi (The Situation).

Persepsi adalah proses menangkap arti objek-objek social dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko.Pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas (sosial) yang telah dipelajari.Persepsi manusia terhadap seseorang, objek, atau kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman masa lalu mereka berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa (Mulyana, 2005).

Menurut Saptorini(1989) Persepsi adalah suatu proses mental yang rumit dan melibatkan berbagai kegiatan untuk menggolongkan stimulus yang masuk sehingga menghasilkan tanggapan untuk memahami stimulus tersebut.Persepsi dapat terbentuk setelah melalui berbagai kegiatan,yakni proses fisik


(4)

(penginderaan), fisiologis (pengiriman hasil penginderaan ke otak melalui saraf sensoris) dan psikologis (ingatan,perhatian,pemprosesan informasi di otak).

Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi : 1.Perilaku persepsi,bila seorang individu memandang pada suatu target dan mencoba untuk menafsirkan apa yang dilihatnya,penafsiranitu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi antara lain sikap,motif/kebutuhan individu,suasana hati,pengalaman masa lalu,prestasi belajar sebelumnya dan pengharapan; 2.Target yang akan diamati ,karakteristiknya dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan; 3.Situasi,yaitu unsur-unsur dalam lingkungan sekitar dapat mempengaruhi persepsi

(Robins,1996).

2.2.2Kemitraan

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis, maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjaankan etika bisnis.Dalam konteks ini pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan tersebut harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan.Hal ini erat kaitannya dengan peletakan dasar-dasar moral berbisnis bagi pelaku-pelaku kemitraan.Penerapan dasar-dasar etika bisnis dalam kemitraan yang diwujudkan dengan tindakan nyata identik dengan membangun suatu fondasi untuk sebuah rumah atau bangunan. Konsistensi dalam penerapan etika bisnis akan berbanding lurus dengan kemantapan atau kekokohan dalam menopang pilar-pilar di atasnya (Hafsah, 2000).

Kemitraan adalah kerjasama yang sinergis antar dua atau lebih pihak untuk melaksanakan suatu kegiatan (in acion with).Kerjasama tersebut merupakan


(5)

pertukaran sosial yang saling memberi (sosial rewards), bersifat timbal balik (dyadic) dan saling menerima (reinforcement). Kemitraan mempunyai beberapa prinsip dasar yang harus dilakukan agar proses kemitraan tersebut dapat berjalan baik serta tujuan dapat tercapai. Prinsip-prinsip kemitraan adalah saling membutuhkan, saling ketergantungan, saling percaya, saling menguntungkan, keeling mendukung, saling membangun dan saling melindungi( Mardikanto, 1993).

Konsep kemitraan agribisnis yang berkembang di Indonesia memiliki berbagai tipe.Adapun tipe yang umum dilakukan sebagaimana dikemukakan Soemardjo, dkk.(2004) , sebagai berikut.

1. Tipe dispersal

Dispersal berasal dari kata asal dispersi yang artinya tersebar. Dalam hal ini tipe dispersal dapat diartikan sebagai pola hubungan antar pelaku uaha yang satu sama lain tidak memiliki ikatan formal yang kuat. Tipe dispersal dicirikan tidak adanya hubungan organisasi fungsional di antara setiap tingkatan usaha pertanian hulu dan hilir.Jaringan agribisnis hanya terikat pada mekanisme pasar, sedangkan antar pelakunya bersifat tidak langsung dan impersonal sehingga setiap pelaku agribisnis hanya mementingkan diri sendiri.Dalam kondisi tersebut, pelaku tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka saling membutuhkan.

Pada kemitraan tipe dispersal, pihak pengusaha lebih kuat dibandingkan produsen.Pihak pengusaha ini sangat berperan dalam berhubungan dengan produsen yang lemah.Akan tetapi hubungan yang terjadi antara kedua belah pihak tidak sinergis dan tidak berkesinambungan karena tidak bersifat kemitraan.Kondisi seperti itu menimbulkan kesenjangan dalam system bisnis hulu


(6)

dan hilir.Kesenjangan yang terjadi berupa informasi tentang mutu, harga, teknologi dan akses permodalan.Dengan demikian, pemodal kuat yang umumnya berwawasan luas, lebih berpendidikan dan telah berperan di subsistam hilir menjadi diuntungkan oleh berbagai kelamahan pengusaha kecil sebagai produsen.

2. Tipe sinergis dan saling menguntungkan

Tipe ini berbasis pada kesadaran saling membutuhkan dan saling mendukung pada masing-masing pihak yang bermitra. System kemitraan seperti ini sudah mulai banyak ditemukan di daerah pedalaman kota-kota besar dan kota menengah konsep kemitraan agribisnis menjadi salah satu pilihan yang prospektif bagi perkembangan iklim bisnis yang sehat di Indonesia pada masa Yang akan datang. Hal tersebut dapat terjadi jika konsep kemitraan yang dijalankan benar-benar dapat menjembatani kesenjangan antar-subsistem dalam sistem bisnis hulu-hilir (produsen-industri pengolahan-pemasaran) maupun hulu-hulu (sesama produsen).

Pengembangan kelembagaan kemitraan dalam sistem agribisnis telah memberikan dampak positif bagi keberhasilan pengembangan sistem agribisnis. Dampak positif tersebut (Sumardjo dan Darmono, 2004) adalah :

1. Keterpaduan dalam sistem pembinan yang saling mengisi antara materi pembinaan dengan kebutuhan riil petani, meliputi permodalan sarana, teknologi, bentuk usaha bersama atau koperasi dan pemasaran.

2. Kejelasan aturan atau kesepakatan, sehingga menumbuhkan kepercayaan dalam hubungan kemitraan bisnis yang ada. Kesepakatan tentang aturan, perubahan harga, dan pembagian hasil harus dibuat secara adil oleh pihak-pihak yang bermitra. Dengan demikian, tujuan, kepentingan dan


(7)

kesinambungan bisnis dari kedua pihak dapat terlaksana dan saling menguntungkan.

3. Keterkaitan antarpelaku dalam sistem agribisnis (hulu-hilir) yang mempunyai komitmen terhadap kesinambungan bisnis. Komitmen ini menyangkut mutu dan kuantitas, serta keinginan saling melestarikan hubungan dengan menjalin kerjasama saling menguntungkan secara adil.

4. Terjadinya penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan berkesinambungan di sektor pertanian.

Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu kemitraan oleh masing-masing anggota kemitraan yaitu:

1. Prinsip kesetaraan (Equity), individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang disepakati.

2. Prinsip keterbukaan, keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus diketahui oleh anggota lain. Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu diantara golongan (mitra).

3. Prinsip azas manfaat bersama (mutual benefit), Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan memperoleh manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi masing-masing. Kegiatan atau pekerjaan akan menjadi efisien dan efektif bila dilakukan bersama(Notoatmodjo, 2005).


(8)

2.2.3 Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.Dalam penelitian, fenomena social ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. (Suryabrata, 2002 ).

Skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan baik-tidak baik. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab responden (Kuncoro dan Riduwan, 2007).

Skala likert merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subjek, objek, atau kejadian tertentu. Metode pengukuran yang paling sering digunakan ini dikembangkan oleh Rensis Likert sehingga dikenal dengan nama skala likert. Nama lain dari skala ini adalah summated ratings method. Skala likert umumnya menggunakan lima angka penilaian, yaitu: 1. sangat setuju, 2. setuju, 3. netral, 4. Tidak setuju, 5. sangat tidak setuju. Urutan setuju atau tidak setuju dapat juga dibalik mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.Alternatif angka penilaian dalam skala ini dapat bervariasi dari 3 sampai dengan 9 (Indriantoro dan Supomo, 2002).

Untuk mengetahui tingkat persepsi,maka digunakan skala likert.Skala likert digunakan untuk mengukur persepsi atau perilaku seseorang.Skala ini


(9)

menilaisikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden.Kemudian responden memberi pilihan respon atau jawaban dalam bentuk skala ukur yang telah disediakan,yakni: mengikuti semua teknologi anjuran (3),melakukan salah satu teknologi anjuran(2),melakukan teknologi tetapi tidak sesuai anjuran(1),tidak melakukan semua teknologi baik anjuran maupun bukan anjuran(0) (Nazir,2003)

2.3. Penelitian Terdahulu

BerdasarkanTanjung (2014)dengan judul“Persepsi Petani terhadap Kinerja Kemitraan Kelompok Tani dengan Perusahaan Eksportir PD Rama Putra(Kasus :Kelompok Tani Lau Lengit, Desa Samura,Kecamatan Kabanjahe,Kabupaten Karo ) menyimpulkan persepsi petani terhadap kinerja kemitraan antara kelompok tani Lau Lengit dengan PD Rama Putra adalah positif .hal ini dapat dilihat dari sebanyak 16 orang petani (61,54%) memberikan respon positif.

2.4Kerangka Pemikiran

Gapoktan Tani Majumerupakan salah satugapoktan yang berada di Kabupaten Karo yang memproduksi tanaman hortikultura.Dan PD Rama Putra merupakan perusahaan eksportir yang melakukan ekspor tanaman hortikultura ke berbagai negara seperti ke Taiwan, Singapura, Malaysia dan Korea Selatan.Antara GapoktanTani Majutelah menjalin kemitraan dengan PD Rama Putra.Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi petani terhadap kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan perusahaan eksportir PD Rama Putra.


(10)

Skema Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Mitra

: Menyatakan dievaluasi dengan

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Persepsi petani terhadap kinerja kemitraan Gapoktan Tani Maju dengan perusahaan eksportir PD Rama Putra adalah positif.

Kemitraan PD Rama Putra

Gapoktan Tani Maju

Persepsi

Petani Skala Likert

Negatif Positif


(1)

pertukaran sosial yang saling memberi (sosial rewards), bersifat timbal balik (dyadic) dan saling menerima (reinforcement). Kemitraan mempunyai beberapa prinsip dasar yang harus dilakukan agar proses kemitraan tersebut dapat berjalan baik serta tujuan dapat tercapai. Prinsip-prinsip kemitraan adalah saling membutuhkan, saling ketergantungan, saling percaya, saling menguntungkan, keeling mendukung, saling membangun dan saling melindungi( Mardikanto, 1993).

Konsep kemitraan agribisnis yang berkembang di Indonesia memiliki berbagai tipe.Adapun tipe yang umum dilakukan sebagaimana dikemukakan Soemardjo, dkk.(2004) , sebagai berikut.

1. Tipe dispersal

Dispersal berasal dari kata asal dispersi yang artinya tersebar. Dalam hal ini tipe dispersal dapat diartikan sebagai pola hubungan antar pelaku uaha yang satu sama lain tidak memiliki ikatan formal yang kuat. Tipe dispersal dicirikan tidak adanya hubungan organisasi fungsional di antara setiap tingkatan usaha pertanian hulu dan hilir.Jaringan agribisnis hanya terikat pada mekanisme pasar, sedangkan antar pelakunya bersifat tidak langsung dan impersonal sehingga setiap pelaku agribisnis hanya mementingkan diri sendiri.Dalam kondisi tersebut, pelaku tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka saling membutuhkan.

Pada kemitraan tipe dispersal, pihak pengusaha lebih kuat dibandingkan produsen.Pihak pengusaha ini sangat berperan dalam berhubungan dengan produsen yang lemah.Akan tetapi hubungan yang terjadi antara kedua belah pihak tidak sinergis dan tidak berkesinambungan karena tidak bersifat kemitraan.Kondisi seperti itu menimbulkan kesenjangan dalam system bisnis hulu


(2)

dan hilir.Kesenjangan yang terjadi berupa informasi tentang mutu, harga, teknologi dan akses permodalan.Dengan demikian, pemodal kuat yang umumnya berwawasan luas, lebih berpendidikan dan telah berperan di subsistam hilir menjadi diuntungkan oleh berbagai kelamahan pengusaha kecil sebagai produsen.

2. Tipe sinergis dan saling menguntungkan

Tipe ini berbasis pada kesadaran saling membutuhkan dan saling mendukung pada masing-masing pihak yang bermitra. System kemitraan seperti ini sudah mulai banyak ditemukan di daerah pedalaman kota-kota besar dan kota menengah konsep kemitraan agribisnis menjadi salah satu pilihan yang prospektif bagi perkembangan iklim bisnis yang sehat di Indonesia pada masa Yang akan datang. Hal tersebut dapat terjadi jika konsep kemitraan yang dijalankan benar-benar dapat menjembatani kesenjangan antar-subsistem dalam sistem bisnis hulu-hilir (produsen-industri pengolahan-pemasaran) maupun hulu-hulu (sesama produsen).

Pengembangan kelembagaan kemitraan dalam sistem agribisnis telah memberikan dampak positif bagi keberhasilan pengembangan sistem agribisnis. Dampak positif tersebut (Sumardjo dan Darmono, 2004) adalah :

1. Keterpaduan dalam sistem pembinan yang saling mengisi antara materi pembinaan dengan kebutuhan riil petani, meliputi permodalan sarana, teknologi, bentuk usaha bersama atau koperasi dan pemasaran.

2. Kejelasan aturan atau kesepakatan, sehingga menumbuhkan kepercayaan dalam hubungan kemitraan bisnis yang ada. Kesepakatan tentang aturan, perubahan harga, dan pembagian hasil harus dibuat secara adil oleh pihak-pihak yang bermitra. Dengan demikian, tujuan, kepentingan dan


(3)

kesinambungan bisnis dari kedua pihak dapat terlaksana dan saling menguntungkan.

3. Keterkaitan antarpelaku dalam sistem agribisnis (hulu-hilir) yang mempunyai komitmen terhadap kesinambungan bisnis. Komitmen ini menyangkut mutu dan kuantitas, serta keinginan saling melestarikan hubungan dengan menjalin kerjasama saling menguntungkan secara adil.

4. Terjadinya penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan berkesinambungan di sektor pertanian.

Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu kemitraan oleh masing-masing anggota kemitraan yaitu:

1. Prinsip kesetaraan (Equity), individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang disepakati.

2. Prinsip keterbukaan, keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus diketahui oleh anggota lain. Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu diantara golongan (mitra).

3. Prinsip azas manfaat bersama (mutual benefit), Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan memperoleh manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi masing-masing. Kegiatan atau pekerjaan akan menjadi efisien dan efektif bila dilakukan bersama(Notoatmodjo, 2005).


(4)

2.2.3 Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.Dalam penelitian, fenomena social ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. (Suryabrata, 2002 ).

Skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan baik-tidak baik. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab responden (Kuncoro dan Riduwan, 2007).

Skala likert merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subjek, objek, atau kejadian tertentu. Metode pengukuran yang paling sering digunakan ini dikembangkan oleh Rensis Likert sehingga dikenal dengan nama skala likert. Nama lain dari skala ini adalah summated ratings method. Skala likert umumnya menggunakan lima angka penilaian, yaitu: 1. sangat setuju, 2. setuju, 3. netral, 4. Tidak setuju, 5. sangat tidak setuju. Urutan setuju atau tidak setuju dapat juga dibalik mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.Alternatif angka penilaian dalam skala ini dapat bervariasi dari 3 sampai dengan 9 (Indriantoro dan Supomo, 2002).

Untuk mengetahui tingkat persepsi,maka digunakan skala likert.Skala likert digunakan untuk mengukur persepsi atau perilaku seseorang.Skala ini


(5)

menilaisikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden.Kemudian responden memberi pilihan respon atau jawaban dalam bentuk skala ukur yang telah disediakan,yakni: mengikuti semua teknologi anjuran (3),melakukan salah satu teknologi anjuran(2),melakukan teknologi tetapi tidak sesuai anjuran(1),tidak melakukan semua teknologi baik anjuran maupun bukan anjuran(0) (Nazir,2003)

2.3. Penelitian Terdahulu

BerdasarkanTanjung (2014)dengan judul“Persepsi Petani terhadap Kinerja Kemitraan Kelompok Tani dengan Perusahaan Eksportir PD Rama Putra(Kasus :Kelompok Tani Lau Lengit, Desa Samura,Kecamatan Kabanjahe,Kabupaten Karo ) menyimpulkan persepsi petani terhadap kinerja kemitraan antara kelompok tani Lau Lengit dengan PD Rama Putra adalah positif .hal ini dapat dilihat dari sebanyak 16 orang petani (61,54%) memberikan respon positif.

2.4Kerangka Pemikiran

Gapoktan Tani Majumerupakan salah satugapoktan yang berada di Kabupaten Karo yang memproduksi tanaman hortikultura.Dan PD Rama Putra merupakan perusahaan eksportir yang melakukan ekspor tanaman hortikultura ke berbagai negara seperti ke Taiwan, Singapura, Malaysia dan Korea Selatan.Antara GapoktanTani Majutelah menjalin kemitraan dengan PD Rama Putra.Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi petani terhadap kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan perusahaan eksportir PD Rama Putra.


(6)

Skema Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Mitra

: Menyatakan dievaluasi dengan

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Persepsi petani terhadap kinerja kemitraan Gapoktan Tani Maju dengan perusahaan eksportir PD Rama Putra adalah positif.

Kemitraan PD Rama Putra

Gapoktan Tani Maju

Persepsi

Petani Skala Likert

Negatif Positif