Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang Dengan Perusahaan Dagang Rama Putra

(1)

SIKAP PETANI TERHADAP KEMITRAAN KELOMPOK TANI BUNGA

SAMPANG DENGAN PERUSAHAAN DAGANG RAMA PUTRA

(Kasus : Desa Bunga Sampang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

OLEH :

PERDAWIRA G.B SIREGAR

100304144

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SIKAP PETANI TERHADAP KEMITRAAN KELOMPOK TANI BUNGA

SAMPANG DENGAN PERUSAHAAN DAGANG RAMA PUTRA

(Kasus : Desa Bunga Sampang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

OLEH :

PERDAWIRA G.B SIREGAR

100304144

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Yusak Maryunianta, M.Si) (Ir. Sinar Indra Kusuma, M. Si) NIP: 19620624198603 1 001 NIP: 196509261993031002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

PERDAWIRA G.B SIREGAR (100304144) dengaan judul Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang Dengan Perusahaan Dagang Rama Putra. Penelitian ini dibimbing oleh bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap kemitraan yang sedang berjalan diantara Perusahaan Dagang Rama Putra dengan Kelompok Tani Bunga Sampang.

Metode analisis yang digunakan adalah metode teknik penskalaan likert. Penentuan daerah penelitian dengan metode purposive. Penelitian dilakukan pada bulan November tahun 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kemitraan diperoleh nilai sebesar 69,57% petani Bunga Sampang menyatakan sikap yang positif terhadap kemitraan dengan PD Rama Putra. Artinya kemitraan yang dilaksanakan antara Kelompok Tani Bunga Sampangdengan PDRama Putra di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik.Dan masalah yang dihadapi petani dalam kemitraan fasilitas dan sarana prasarana yang tidak mendukung dalam proses perpindahan barang ke pihak eksportir.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Perdawira G.B Siregar lahir di Medan pada tanggal 2 April 1992 anak dari Bapak Sabar Siregar dan Ibu Ratna Sihombing. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1998 masuk Sekolah Dasar Santo Thomas 4 Medan tamat pada

tahun 2004

2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama Santo Thomas 1 Medan tamat pada tahun 2007

3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan tamat pada tahun 2010

4. Tahun 2010 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SNMPTN ( Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri ).

5. Bulan Juli-Agustus 2014 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Pematang Cengal Barat, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

6. Bulan November 2014 melakukan penelitian skripsi di Kabupaten Simalungun.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya, yang senantiasa melindungi, menyertai, memimpin dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah “Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang Dengan Perusahaan Dagang Rama Putra, Di Desa Bunga Sampang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis dengan segala ketulusan dan kerendahan hati mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Sinar Indra Kusuma, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu, mengarahkan dan membimbing penulis selama penyelesaian skripsi ini.

2. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara atas bimbingan, arahan, serta ilmu – ilmu yang telah diajarkan selama penulis mengenyam pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 3. Teristimewa kepada opung dan orangtuaku Sabar Siregar dan Ratna

Sihombingdan kepada abangda Gunawanda Siregar, Kakanda Enno Verida Siregar & Suryatri Siregar beserta suami, kepada semua Amangboru,


(6)

Namboru, Bapauda, Inanguda, Tulang Nantulang, Tante, Tulangbeserta keluarga yang selalu memberikan bantuan moril maupun materil serta doa kepada penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Sahabat – sahabat dan teman – teman tercinta yang telah membantu penulis selama pengerjaan skripsi ini (Irwan, Daniel, Arif Badia,Jufri, Tohar, Boy, Bill, Johan Sihombing, Gilbert Sinaga, Esron, Munthe, Voldo, Richard, Hendri, Roy, Andrew, Edberg, Harry, Jona, Humicha, Elisabeth, Putri, Dedek, Monalisa, Christina, Chintia, Dela, Santry, Nila, Ezra serta rekan – rekan Mahasiswa Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi dan semangat serta bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Para responden dan instansi – instansi yang berkaitan dengan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Maret 2015


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1. Budidaya Tanaman Kubis, Cabai dan Kentang ... 8

2.1.2. Kemitraan ... 10

2.2. Landasan Teori ... 13

2.2.1. Sikap ... 13

2.2.2. Skala Likert ... 15

2.3 Penelitian Terdahulu ... 17

2.3. Kerangka Pemikiran ... 20

2.4. Hipotesis Penelitian ... 21

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 22

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 22

3.4. Metode Analisis Data ... 23

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 20

3.5.1. Definisi ... 26

3.5.2. Batasan Operasional ... 27

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah Daerah Penelitian ... 28

4.2. Keadaan Penduduk ... 28

4.2.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 28


(8)

4.2.3. Komposisi Marga Dan Budaya Bunga Sampang ... 29

4.3. Karakteristik Petani Sampel ... 31

4.4. Gapoktan Tani Maju ... 32

4.5. PD Rama Putra ... 32

4.6 Sejarah Kemitraan ... 33

4.7. Prosedur Kemitraan ... 33

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang Dengan Perusahaan Dagang Rama Putra ... 35

5.2. Masalah yang Dihadapi pada Kemitraan Gapoktan TaniBunga Sampang dengan PD Rama Putra ... 36

. BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 38

6.2. Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal

1. Jumlah Hasil Pertanian Kabupaten Simalungun berdasarkan kecamatan pada

tahun 2012 ... 3 2. Daftar Pernyataan Positif dan Negatif ... 24

3. Kategori Jawaban Pernyataan Sikap Positif Petani terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang dengan Perusahaan Eksportir PD Rama

Putra 25

4. Kategori Jawaban Pernyataan Sikap Negatif Petani terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang dengan Perusahaan Eksportir PD Rama

Putra ... 25 5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Bunga Sampang

Tahun 2013 29

6. Karakteristik Petani Sampel Anggota Kelompok Tani Bunga Sampang 31 7. Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang dengan


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran 21


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan 1. Daftar Pernyataan Sikap Petani Terhadap Kinerja Kemitraan Kelompok

Tani Bunga Sampang dengan Perusahaan Dagang Rama Putra

2. Daftar Pernyataan Sikap Petani Terhadap Kinerja Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang dengan Perusahaan Dagang Rama Putra Pernyataan Negatif

3. Riwayat Petani

4. Jumlah Responden Yang Menjawab Pernyataan Dengan Sikap Positif dan Negatif

5. Interpretasi Skor Sikap Petani Responden 6. Penilaian Sikap Petani Terhadap Kemitraan 7. Lampiran Foto


(12)

ABSTRAK

PERDAWIRA G.B SIREGAR (100304144) dengaan judul Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang Dengan Perusahaan Dagang Rama Putra. Penelitian ini dibimbing oleh bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap kemitraan yang sedang berjalan diantara Perusahaan Dagang Rama Putra dengan Kelompok Tani Bunga Sampang.

Metode analisis yang digunakan adalah metode teknik penskalaan likert. Penentuan daerah penelitian dengan metode purposive. Penelitian dilakukan pada bulan November tahun 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kemitraan diperoleh nilai sebesar 69,57% petani Bunga Sampang menyatakan sikap yang positif terhadap kemitraan dengan PD Rama Putra. Artinya kemitraan yang dilaksanakan antara Kelompok Tani Bunga Sampangdengan PDRama Putra di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik.Dan masalah yang dihadapi petani dalam kemitraan fasilitas dan sarana prasarana yang tidak mendukung dalam proses perpindahan barang ke pihak eksportir.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (change) (Iqbal dan Sudaryanto, 2008).

Pendekatan pembangunan pertanian telah mengalami perubahan yang mendasar yaitu dari pendekatan komoditi menjadi pendekatan agribisnis. Hal ini sejalan dengan penegasan paradigma baru pendekatan pembangunan pertanian yang bertujuan membangun sistem agribisnis yang kuat sekaligus pemerataan sehingga berkesinambungan antars ektor dan antar wilayah. Visi pembangunan pertanian berdasarkan landasan tersebut adalah terwujudnya kehidupan sejahtera khususnya petani, melalui pembangunan sistem agribisnis dan usaha-usaha agribisnis berdaya saing, berkelanjutan dan terdesentralisasi (Martodireso, S dan Suryanto, W.A, 2002).

Dalam rangka mewujudkan pembangunan pertanian dengan konsep agribisnis, pemerintah mengeluarkan UU No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil yang kemudian dijabarkan pada PP. No. 44 tahun tahun 1997 tentang Kemitraan. Aturan tersebut antara lain ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah keterbatasan modal dan teknologi bagi petani kecil, peningkatan mutu produk, dan masalah pemasaran (Purnaningsih, 2007).


(14)

Kemitraan terjadi antara dua atau beberapa pihak yang bekerja sama dan saling membutuhkan untuk mencapai tujuan masing masing. Keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Kegagalan yang terjadi dalam kemitraan sering disebabkan karena fondasi kemitraan yang kurang kuat dan hanya didasari rasa belas kasihan semata atau atas dasar paksaan pihak lain, bukan atas kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari pihak-pihak yang bermitra. Kemitraan ini diharapkan dapat memacu dan memicu pertumbuhan ekonomi sekaligus mendorong pemerataan kesejahteraan, penyerapan tenaga kerja, pendaftaran masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi regional (wilayah) (Hafsah, 2000).

Di sektor tanaman pangan dan hortikultura, sayuran merupakan sektor yang banyak diminati untuk dikembangkan melalui kemitraan karena siklusnya yang pendek dan potensi pasarnya yang tinggi. Di Indonesia, sayuran banyak diusahakan di daerah pegunungan (dataran tinggi), yakni daerah yang beriklim sejuk (dingin) seperti di Pangalengan (Jawa Barat), Sumber Brantas (Jawa Timur) dan Tanah Karo (Sumatera Utara). Sayuran tersebut telah diusahakan secara komersil pada daerah dengan cakupan yang luas, bahkan hasil panen kubis dari Tanah Karo telah banyak dipasarkan di luar negeri seperti Singapura, Malaysia dan Penang (Sunarjono, 2013).

Di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Simalungun juga termasuk salah satu wilayah potensial penghasil sayuran. Hal ini dapat dilihat pada jumlah produksi tanaman sayuran berdasarkan kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun di tahun 2012 berikut ini:


(15)

Tabel 1. Jumlah Hasil Pertanian Kabupaten Simalungun Berdasarkan Kecamatan Pada Tahun 2012.

Produk Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan Dan Jenis Sayuran Kabupaten Simalungun (Ton)

Kecamatan Bawang Merah

Bawang

Putih Cabai Kentang Kubis

Silimakuta - - 2293 10416 23440

P.Silimahuta 1475 - 1353 5866 17125

Purba - - 14896 27296 36907

Haranggaol 1373 46 322 - -

Pardamean 705 23 1953 445 489

Sidamanik - - - - -

P.Sidamanik 629 92 522 103 -

S.Bolon - - 190 154 -

Tanah Jawa - - 468 - -

Hatonduhon - - - - -

D.Paribuan - - 305 - -

Hutaran - - - - -

Panei - - 44 - -

P.Panei - - - - -

Raya - - 704 - 559

Dolok Silou 1501 - 8555 2753 2516

S.Kabean - - 2415 - -

Raya Kabean - - 172 - -

Tapian Dolok - - 29 - -

Dolok Batu - - - - -

Siantar - - - - -

G.Malela - - 482 - -

G.Maligas - - 190 - -

Hutabayu - - - -

Jawa Maraja - - 346 - -

P.Bandar - - 3669 - -

B.Huluan - - 5519 - -

Bandat - - 130 - -

B.Masilam - - 159 - -

B.Maligas - - 115 - -

Ujung Padang - - - - -

Total 5683 161 44813 47033 81036

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, 2013

Tabel 1. menunjukkan bahwa Kecamatan Purba merupakan kecamatan penghasil kubis, kentang dan cabai terbanyak di Kabupaten Simalungun dengan jumlah produksi sebesar 36.907 ton, 27.296 ton, dan 14.896 ton. Di Kabupaten


(16)

Simalungun, sayuran kubis merupakan komoditi utama ekspor impor dengan jumlah terbesar setiap tahunnya.

Untuk meningkatkan ekspor sayuran Indonesia, pemerintah membuat terobosan dengan melakukan kerja sama pemasaran antara petani dan perusahaan eksportir. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani, menjaga harga di tingkat petani agar tidak terlalu fluktuatif serta memberikan jaminan kepastian pasar bagi produk sayuran dan buah petani.

Di Kabupaten Simalungun sendiri sudah ada beberapa gapoktan dan kelompok tani yang melakukan kegiatan kemitraan dengan perusahaan-perusahaan eksportir baik yang dilakukan secara formal atau informal. Salah satu perusahaan yang bermitra dengan kelompok tani di Kabupaten Simalungun adalah Perusahaan Dagang Rama Putra. PD Rama Putra berdomisili di jalan Simpang Empat Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Salah satu desa di Kabupaten Simalungun yang menjadi mitra PD Rama Putra adalah Desa Bunga Sampang. Desa Bunga Sampang merupakan sentra produsi sayuran khususnya untuk sayuran kubis, kentang, dan cabai. PD Rama Putra telah bermitra dengan Kelompok Tani Bunga Sampang dalam kegiatan ekspor hortikultura ke Singapura, Malaysia, Taiwan dan Korea Selatan sejak tahun 2013.

Bentuk kemitraan yang terbina antara Kelompok Tani Bunga Sampang dengan Perusahaan Dagang Rama Putra dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Petani sebagai produsen bertindak sebagai penyedia sayuran seperti kubis, kentang dan cabai yang selanjutnya akan disortir oleh pihak Perusahaan Dagang Rama Putra untuk diekspor ke luar negeri.


(17)

2. Perusahaan Dagang Rama Putra berperan sebagai pihak yang membantu petani dalam memasarkan hasil produksinya dengan cara membeli hasil produksi yang sebelumnya telah mereka sortir lalu dipasarkan ke luar negeri.

Kemitraan antara Perusahaan Dagang Rama Putra dengan Kelompok Tani Bunga Sampang sudah terjalin sejak bulan Desember tahun 2013 sampai pada saat ini. Kemitraan yang terjalin diartikan sebagai kerjasama yang sinergis antara dua belah pihak untuk melaksanakan suatu kegiatan sehingga tercipta hubungan timbal balik, saling menerima dan saling memberi satu sama lain. Keberhasilan program kemitraan yang terjalin antara PD Rama Putra dengan Kelompok Tani Bunga Sampang sangat ditentukan oleh sikap masing-masing peserta kemitraan itu sendiri karena semakin baik sikap yang ditimbulkan oleh peserta kemitraan maka semakin baik pula kemitraan yang terjalin, sehingga dalam hal ini penelitian sikap terhadap kemitraan sangat penting untuk mengetahui seberapa jauh sikap petani terhadap kemitraan PD Rama Putra yang sudah berjalan selama ini.

Maka dari itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana hasil kemitraan yang telah terjalin dan bagaimana sikap yang dimiliki oleh para petani terhadap kemitraan tersebut apakah petani sudah mendapatkan respon positif atau negatif. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada sikap petani terhadap kemitraan PD Rama Putra tersebut.


(18)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana sikap petani terhadap kinerja kemitraan antara Kelompok Tani di Desa Bunga Sampang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun dengan perusahaan eksportir Perusahaan Dagang Rama Putra?

2. Apa saja masalah-masalah yang dihadapi petani dalam kemitraan antara Kelompok Tani di Desa Bunga Sampang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun dengan perusahaan eksportir Perusahaan Dagang Rama Putra?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sikap petani terhadap kinerja kemitraan antara Kelompok Tani di Bunga Sampang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun dengan perusahaan eksportir Perusahaan Dagang Rama Putra. 2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi petani dalam

kemitraan antara Kelompok Tani di Desa Bunga Sampang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun dengan perusahaan eksportir Perusahaan Dagang Rama Putra.


(19)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan evaluasi bagi kelompok tani dan perusahaan eksportir dalam perbaikan kualitas kinerja kemitraan.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan yang tepat.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


(20)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Budidaya Tanaman Kubis, Cabai dan Kentang

Kubis (Brassica) merupakan salah satu sayuran dataran tinggi yang sangat populer sejak zaman penjajahan Belanda. Karo dan Pangalelngan Bandung merupakan sentra sayuran kubis untuk diekspor, terutama yang dihasilkan di Karo, ke Malaysia dan Singapura. Sampai kini lebih dari 75% penduduk Indonesia masih tinggal di desa-desa, dengan mata pencaharian dari hasil pertanian. Bagi penduduk di daerah pegunungan tertentu, hanya sayuran kubislah yang dapat diandalkan sebagai usahanya, disamping tanaman kentang.

Pada masa mendatang tanaman kubis ini masih cukup mempunyai pasaran (prospek) yang baik. Pasaran yang mampu menyerap sayuran kubis makin meningkat dengan makin cepatnya perkembangan kota. Hal ini dikarenakan kubis masih merupakan sayuran yang digemari.

Kubis merupakan sayuran berhawa dingin dan umumnya lebih baik tumbuh pada tanah andosol (vulkanis), tanah latolos, dan aluvial, terutama mengandung bahan organik tinggi struktur remah. Tanaman kubis menghendaki cukup air, akan tetapi tidak menghendaki adanya hujan yang lebat dan turun terus menerus. Pada saat ini luas tanaman kubis rata-rata adalah 80.000 Ha. Jadi masih diperlukan perluasan areal 150.000 Ha menyebar ke sentra sentra produksi di seluruh Indonesia. Kebutuhan dalam negeri meliputi konsumsi segar dan konsumsi segar dan konsumsi untuk olahan. Konsumsi kubis diperkirakan rata


(21)

rata (4 kg perkapita per tahun) adalah 600.000 ton/tahun. Ini diperlukan penanaman ± 300.000 ha per tahun dengan asumsi hasilnya 25 ton/ha.

Pada umunya kubis dihasilkan di daerah pegunungan dan dipasarkan ke daerah pegunungan dan dipasarkan ke daerah lain baik di kota kota kecil setempat maupun di kota kota besar yang jaraknya jauh dari daerah penghasilnya. Oleh karena itu adalah tidak mungkin petani sendiri terutama petani kecil melakukan penjualan hasilnya. Penjualan dilakukan kepada perantara, yakni pemborong di pasar setempat yang biasa disebut tengkulak atau kepada pemborong di pasar setempat yang biasa disebut pengumpul dengan harga yang jauh di bawah harga eceran di pasar besar (Sunarjono, 2013).

Sebagai salah satu jenis tanaman hortikultura, cabai merupakan salah satu komoditi tanaman sayuran buah musiman yang berbentuk perdu. Cabai tergolong sayuran buah multiguna dan multifungsi yang dapat dibudidayakan di lahan dataran rendah ataupun dilahan dataran tinggi. Cabai merupakan komoditi sayuran yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibanding jenis sayuran lainnya. Di beberapa daerah, orang sudah banyak membudidayakan tanaman komersil. Dalam hal ini, penanaman cabai diusahakan khusus sebagai cabang usaha tani sendiri.

Tanaman cabai dapat tumbuh subur di berbagai ketinggian tempat, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, bergantung pada varietasnya. Tanaman cabai tidak tahan hujan dan sinar matahari yang terik. Inilah penyebab cabai lebih baik ditanam di daerah yang kering dan sejuk dari pegunungan dibanding dataran rendah. Rata rata suhu yang baik adalah 210-280C. Suhu udara yang terlalu tinggi menyebabkan buahnya sedikit. Tanaman cabai tumbuh baik pada musim kemarau


(22)

tetapi dengan pengairan yang baik. Jenis tanah yang baik untuk bertanam tanaman cabai yang baik adalah ditanah yang mengandung pasir.

Indonesia yang menghasilkan sangat banyak cabai dan mengekspor cabai dalam bentuk kering dapat mulai menerapkan sistem hipobarik untuk pengangkutan dan penyimpanan. Meskipun sistem hipobarik relatif mahal, namun bila dibandingkan dengan sistem pendingin biasa tidak akan berbeda jauh, sehingga pengiriman cabai ke negara lain dalam bentuk segar bukanlah hal yang mustahil (Widya,dkk 2013).

Tanaman kentang (Solanum tuberosum) merupakan tanaman yang berbentuk herba. Batangnya berwarna hijau, kemerah-merahan atau ungu tua, bagian bawah batangnya bisa berkayu. Keadaan batang seperti ini menyebabkan tanaman kentang tidak terlalu kuat dan mudah roboh. Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini berkisar antara 500-3.000 m dpl dan yang terbaik pada ketinggian 1.300 m dpl dengan suhu relatif ± 200C. Selain itu daerah yang baik untuk penanaman kentang dengan curah hujan 200-300 mm setiap bulan atau 1.000 mm selama masa pertumbuhan kentang. Tanaman kentang yang berumur 3-4 bulan biasanya sudah dapat dipanen. Produksi per hektar biasanya berkisar 25-40 ton (Setiawan,1993).

2.1.2 Kemitraan

Kemitraan adalah suatu strategi agribisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat bersama ataupun keuntungan bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi sesuai kesepakatan yang muncul (mutual). Kemitraan yang ingin diwujudkan dengan misi utamanya adalah membantu memecahkan masalah ketimpangan dalam


(23)

kesempatan ingin berusaha, ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar wilayah ketimpangan kota dan desa. Kemitraan yang dibangun atas landasan saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan fungsi dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan dan proporsi yang dimiliki oleh masing masing pihak yang terlibat dalam kemitraan tersebut(Hafsah, 2000).

Linton (1997) mengatakan bahwa kemitraan bukan sebuah pengaturan resmi berdasar kontrak. Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapa tujuan bisnis bersama. Kemitraan menggantikan hubungan pembeli/pemasok tradisional dengan suatu derajat kerjasama dan saling percaya serta memanfaatkan keahlian setiap mitra usaha guna memperbaiki persaingan secara keseluruhan.

Kemitraan telah diberi sejumlah nama, termasuk strategi kerjasama dengan pelanggan (strategic customer alliance), strategi kerjasama dengan pemasok (strategic supplier alliance) dan pemanfaatan sumber daya kemitraan (partnership sourcing).

Konsep kemitraan agribisnis (contract farming) sebenarnya sudah semakin jelas, tetapi dalam implementasinya masih terdapat berbagai perbedaan. Penyebab utama perbedaan tersebut adalah keragaman persepsi terhadap para pelaku, baik peaku agribisnis hulu (petani) maupun pelaku agribisnis hilir (investor yang bermitra dengan petani). Berbagai bentuk konsep pemberdayaan masyarakat yang berbasis pada kemitraan ditawarkan oleh pihak investor, baik pemerintah maupun swasta.

Konsep kemitraan yang banyak dilakukan di Indonesia terdiri dari dua tipe, yaitu tipe dispersal dan tipe sinergis.


(24)

1. Tipe dispersal

Dalam hal ini tipe dispersal dapat diartikan sebagai pola hubungan antar pelaku usaha yang satu sama lain tidak memiliki ikatan formal yang kuat. Pada kemitraan dispersal, pihak pengusaha lebih kuat dibandingkan produsen. Pihak pengusaha ini sangat berperan dalam berhubungan dengan produsen yang lemah. Dengan demikian, pemodal kuat yang umumnya berwawasan luas, lebih berpendidikan dan telah berperan di subsistem hilir menjadi diuntungkan oleh berbagai kelemahan pengusaha kecil sebagai produsen.

2. Tipe sinergis dan saling menguntungkan

Tipe ini berbasis pada kesadaran saling membutuhkan dan saling mendukung pada masing masing pihak yang bermitra. Sistem kemitraan ini sudah mulai banyak ditemukan di daerah pedalaman (hinterland) kota kota besar dan kota menengah. Sinergi yang dimaksud saling menguntungkan disini diantaranya dalam bentuk petani menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak pengusaha eksportir menyediakan modal, bimbingan teknis, dan atau penjaminan pasar.

Tujuan kemitraan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan adalah meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan ketahanan ekonomi nasional (Hafsah, 2000).


(25)

Pengembangan kelembagaan kemitraan dalam sistem agribisnis telah memberikan dampak positif bagi keberhasilan pengembangan sistem agribisnis. Dampak positif tersebut (Sumardjo dan Darmono, 2004) adalah :

1. Keterpaduan dalam sistem pembinaan yang saling mengisi antara materi pembinaan dengan kebutuhan riil petani, meliputi permodalan sarana, teknologi, bentuk usaha bersama atau koperasi dan pemasaran.

2. Kejelasan aturan atau kesepakatan, sehingga menumbuhkan kepercayaan dalam hubungan kemitraan bisnis yang ada. Kesepakatan tentang aturan, perubahan harga, dan pembagian hasil harus dibuat secara adil oleh pihak-pihak yang bermitra. Dengan demikian, tujuan, kepentingan dan kesinambungan bisnis dari kedua pihak dapat terlaksana dan saling menguntungkan.

3. Keterkaitan antar pelaku dalam sistem agribisnis (hulu-hilir) yang mempunyai komitmen terhadap kesinambungan bisnis. Komitmen ini menyangkut mutu dan kuantitas, serta keinginan saling melestarikan hubungan dengan menjalin kerjasama saling menguntungkan secara adil. 4. Terjadinya penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan

berkesinambungan di sektor pertanian.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Sikap

Sikap adalah determinasi perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap mental yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman dan menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atau reaksi seseorang terhadap orang-orang,


(26)

objek-objek dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan. Definisi tersebut tentang sikap menimbulkan implikasi-implikasi tertentu bagi seseorang (Winardi, 2004).

Sikap adalah gambaran perilaku kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Sikap ini harus dibaca dengan hati hati, sebab gambaran yang terwujud tersebut dapat direkayasa sedemikian rupa yang ada pada gilirannya akan membutakan kita dari keadaan yang sesungguhnya (Suit dan Almasdi, 2006).

Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum efektif. Kontinum afektif dapat berkisar antara “sangat positif” hingga ke “sangat negatif” terhadap suatu objek sikap tertentu (Mueller, 1992).

Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu sikap yang berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu berkisar dari sangat positif hingga ke sangat negatif terhadap suatu objek sikap. Dalam teknik perskalaan likert pengukuran ini dilakukan dengan mencatat penguatan respon dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang objek sikap (Daniel, 1992).

Menurut Ahmadi (1999), disamping pembagian sikap atas sosial dan individual, sikap dapat pula dibedakan sebagai berikut.

1) Sikap Positif, sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.


(27)

2) Sikap Negatif, sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan seseorang. Pernyataan sikap adalah serangkaian kalimat yang mengatakan suatu objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal yang positif mengenai objek sikap yaitu kalimatnya bersikap mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut keadaan yang menguntungkan (favourable). Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal yang negatif mengenai objek sifat yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan ini yang disebut dengan suatu keadaan yang tidak menguntungkan (unfavourable). Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan unfavourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap (Azwar, 2007).

2.2.2 Skala Likert

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala sangat populer di kalangan para ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini dikarenakan selain praktis, skala sikap yang dirancang dengan baik pada umumnya memiliki rehabilitas yang memuaskan. Skala sikap berwujud kumpulan pernyataan pernyataan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa


(28)

sehingga respon terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka (skor) dan kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar,2007).

Menurut Suryabrata (2002), skala likert tergolong skala untuk orang, pada rancangan dasarnya untuk mengukur sikap. Berkenan dengan pengukuran sikap, maka ada dua hal yang selalu harus diingat mengenai sikap yaitu sebagai berikut:

1. Sikap selalu mempunyai objek, objek sikap yaitu sesuatu yang menjadi sasaran sikap.

2. Sikap itu digambarkan dalam suatu kontinum dari negatif, lewat daerah netral ke positif.

Skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan baik-tidak baik. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi subvariabel kemudian dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titk tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab responden (Kuncoro dan Ridwan, 2007).

Menurut Azwar (2007), metode rating yang dijumlahkan popular dengan nama penskalaan Model Likert, merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Prosedur penskalaan model likert didasari oleh dua asumsi dapat disepakati sebagai berikut :

1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang favorable atau pernyataan yang unfavorable.


(29)

2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif.

Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori jawaban, yaitu “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak dapat menentukan” atau “ragu ragu” (R), “setuju” (S) dan “sangat setuju” (SS). Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala model likert adalah skor T, yaitu :

T = 50 + X- x̄ S Keterangan :

T = skor standar

X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T x̄ = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok (Azwar, 2007)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai sikap petani terhadap kemitraan yang menjadi rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh:

Latifah (2010) dengan judul skripsi Sikap Petani Tembakau Terhadap Program Kemitraan PT. Gudang Garam di Kecamatan Sugihwaras Kabupaten


(30)

Bojonegoro. Penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) faktor-faktor pembentuk sikap yang ada di Kecamatan Sugihwaras menurut penelitian ini dapat diketahui sebagai berikut: a. Pengalaman pribadi petani, pengaruh orang lain yang dianggap penting, dan pendidikan formal petani tembakau tergolong dalam kategori sedang, b. Pendidikan non formal petani tembakau tergolong dalam kategori rendah. (2) Sikap petani tembakau terhadap tujuan kemitraan, pemberian modal, pemberian saprodi (benih, pestisida, pupuk, dan teknologi atau peralatan usahatani), pemasaran hasil, penetapan harga serta manfaat kemitraan dalam program kemitraan PT. Gudang Garam tergolong dalam kategori baik. (3) Hubungan antara faktor pembentuk sikap dengan sikap petani tembakau terhadap program kemitraan PT. Gudang Garam adalah: a. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman pribadi, pendidikan formal dan pendidikan non formal dengan sikap petani tembakau terhadap program kemitraan PT. Gudang Garam, dengan arah positif pada tingkat kepercayaan 99%, b. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh orang lain yang dianggap penting dengan sikap petani tembakau terhadap program kemitraan PT. Gudang Garam, dengan arah positif pada tingkat kepercayaan 95%.

Putuningrat (2012) dalam skripsi berjudul Kemitraan antara Petani Tebu Rakyat dengan PG Djombang Baru di Kabupaten Jombang menyimpulkan bahwa (1) Masalah-masalah dalam budidaya tebu yang dihadapi oleh petani mitra di Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut: persiapan lahan tebu disebabkan kurangnya tenaga kerja diawal pengolahan lahan, proses penanaman tebu disebabkan karena adanya bibit yang digunakan merupakan varietas yang kurang unggul, proses pemanenan yaitu dikarenakan keterlambatan pengangkutan,


(31)

dimana sarana trasportasi dan jalan kurang mendukung. (2) Mekanisme pembinaan yang diinginkan dalam kemitraan yang dibuat oleh PG. Djombang Baru, antara lain: syarat kemitraan (hak dan kewajiban), penetapan peserta mitra, kegiatan pembinaan, evaluasi. (3) Petani menilai yang menjadi prioritas utama dalam tingkat kepentingan kemitraan adalah atribut ketepatan waktu memberikan biaya garap, dan respon terhadap segala keluhan. Sedangkan tingkat kepuasan yang dirasakan oleh petani mitra lebih pada atribut kontinuitas suplai komoditas dari petani ke perusahaan dan pengakutan hasil panen.

Zenitaliani (2014) dengan judul skripsi Sikap Petani Tebu Terhadap Kemitraan dengan PG Rendeng di Kabupaten Kudus menyimpulkan bahwa (1) rata-rata sikap petani sangat mendukung terhadap kemitraan dengan PG Rendeng di Kabupaten Kudus. (2) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap kemitraan dengan PG Rendeng di Kabupaten Kudus adalah luas lahan garapan, pengalaman bermitra, motivasi, dan peran petugas lapangan PG Rendeng, a. semakin luas lahan garapan petani, maka sikap petani semakin mendukung terhadap kemitraan, b. semakin lama pengalaman bermitra petani, maka dukungan sikap petani terhadap kemitraan semakin menurun, c. semakin tinggi tingkat motivasi yang dimiliki oleh petani, maka semakin mendukung sikap petani tebu terhadap kemitraan, d. semakin tinggi peran petugas lapangan bagi petani, maka semakin mendukung sikap petani tebu terhadap kemitraan. (3) faktor-faktor yang tidak mempengaruhi sikap petani tebu terhadap kemitraan dengan PG Rendeng di Kabupaten Kudus adalah umur, tingkat pendidikan, dan peran kelembagaan APTRI. (4) tingkat kemitraan antara petani tebu dengan PG Rendeng di Kabupaten Kudus dalam usaha tani tebu tergolong tinggi. (5) sikap petani tebu


(32)

mempengaruhi tingkat kemitraan dengan PG Rendeng di Kabupaten Kudus. Semakin mendukung sikap petani terhadap kemitraan, maka semakin kuat tingkat kemitraan yang terjalin antara petani tebu dengan PG Rendeng.

2.4 Kerangka Pemkiran

Kelompok tani Bunga Sampang merupakan salah satu kelompok tani yang berada di Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun. Sementara PD Rama Putra adalah perusahaan eksportir yang melakukan ekspor tanaman ke berbagai negara seperti ke Taiwan, Singapura dan Malaysia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap program kemitraan yang sudah dijalin antara kelompok tani Bunga Sampang dengan perusahaan eksportir PD Rama Putra dengan menggunakan model likert serta untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam kemitraan tersebut.

Petani memiliki sikap yang positif atau sikap negatif terhadap kemitraan yang telah terjalin dapat diukur dari penilaian antara kemitraan kelompok tani Bunga Sampang dan PD Rama Putra. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dibuat kerangka pemikiran penelitian dalam skema berikut:


(33)

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Mitra

: Menyatakan dievaluasi dengan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang dengan Perusahaan Eksportir PD Rama Putra

2.5 Hipotesis Penelitian

1. Sikap petani terhadap kemitraan kelompok tani Bunga Sampang dengan perusahaan eksportir PD Rama Putra adalah positif.

Kelompok Tani Bunga

Sampang Kemitraan PD Rama Putra

Sikap Petani Model Likert

Negatif Positif


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih yang menjadi lokasi penelitian adalah Bunga Sampang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun dikarenakan daerah tersebut terdapat kelompok tani pemasok komoditi yang bekerja sama dengan perusahaan eksportir PD Rama Putra yaitu kelompok tani Bunga Sampang.

3.2Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani Bunga Sampang yang terdiri dari 23 orang. Penelitian ini dilakukan dengan metode sensus, artinya seluruh petani yang ada di kelompok tani Bunga Sampang menjadi sampel dalam penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer di dapat dari hasil wawancara langsung dengan responden, yaitu pengurus dan anggota kelompok tani dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang bersumber dari berbagai instansi terkait dengan penelitian ini serta literatur pendukung lainnya.


(35)

3.4 Metode Analisis Data

Untuk mengetahui sikap petani terhadap kemitraan kelompok tani dengan perusahaan eksportir di daerah penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis teknik penskalaan likert.

Menurut Nazir (2003), skala likert telah banyak digunakan oleh para peneliti guna mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau persepsi yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa pernyataan kepada responden. Kemudian responden diminta member jawaban atau dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Metode ini dilakukan dengan mencatat (tally) penguatan respon pada setiap pilihan jawaban atas suatu pernyataan positif atau negatif.


(36)

Tabel 2. Daftar Pernyataan Positif dan Negatif

No. Pernyataan Positif Pernyataan Negatif 1 Metode pendekatan perusahaan

eksportir dalam menjalin

kemitraan dan hubungan terhadap bersifat kekeluargaan dan dapat diterima dengan baik.

Petani tidak diberi kebebasan untuk mengajukan pendapat dalam perencanaan kemitraan antara perusahaan eksportir dengan kelompok tani.

2 Petani merasa puas dengan transaksi pembayaran terkait barang komoditi yang telah disepakati dengan perusahaan eksportir.

Petani sering mengalami kendala dalam kemitraan dengan

perusahaan eksportir karena tidak dimediasi oleh pemerintah

setempat. 3 Petani tidak mengalami kendala

dengan sistem retribusi barang yang telah disepakati.

Petani sulit dalam memenuhi ketentuan atau standar produk yang diinginkan eksportir. 4 Kegiatan kemitraan yang terjalin

antar kedua belah pihak dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup petani.

Kemitraan tidak sesuai dengan kebutuhan oleh petani (tidak sesuai dengan solusi atas permasalahan yang dihadapi). 5 Kemitraan dapat menjadi alternatif

menyelesaikan permasalahan petani dalam memperluas pemasaran komoditi.

Harga yang diterima petani dari perusahan eksportir tidak lebih besar dari pedagang lokal.

6 Kegiatan kemitraan mampu mengembangkan pertanian di Kabupaten Simalungun.

Tidak semua petani setuju dan menerima kerjasama kemitraan dengan perusahaan eksportir. 7 Kemitraan memberikan manfaat

bagi petani baik secara individu maupun kelompok.

Perusahaan eksportir tidak berperan sesuai dengan yang diharapkan petani.

8 Dalam proses produksi, eksportir selalu aktif memantau

perkembangan produksi di lahan.

Petani merasakan adanya beban atau tuntutan setelah menjalin kemitraan dengan pihak eksportir. 9 Terdapat perubahan cara berusaha

tani untuk menghasilkan komoditi sayuran berorientasi.

10 Petani mengharapkan kemitraan yang sudah terjalin akan terus berlanjut.


(37)

Untuk pernyataan positif, dapat diberikan skor untuk masing-masing pilihan jawaban dengan kategori seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kategori Jawaban Pernyataan Sikap Positif Petani terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang dengan Perusahaan Eksportir PD Rama Putra

No. Kategori Jawaban Skor

1. SS (Sangat Setuju) 5

2. S (Setuju) 4

3. R (Ragu-Ragu) 3

4. TS (Tidak Setuju) 2

5. STS (Sangat Tidak Setuju) 1

Sumber: Mueller, 1992

Untuk pernyataan negatif juga diberikan skor untuk masing-masing pilihan jawaban dengan kategori seperti yang terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kategori Jawaban Pernyataan Sikap Negatif Petani terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang dengan Perusahaan Eksportir PD Rama Putra

No. Kategori Jawaban Skor

1. STS (Sangat Tidak Setuju) 5

2. TS (Tidak Setuju) 4

3. R (Ragu-Ragu) 3

4. S (Setuju) 2

5. SS (Sangat Setuju) 1

Sumber: Mueller, 1992

Untuk mengukur skala likert tersebut digunakan rumus sebagai berikut :

T = 50 + X- x̄ S Keterangan:

T : Skor standar X : Skor responden

x̄ : Rata-rata skor kelompok S : Deviasi standar kelompok


(38)

Uji T, apabila:

T > 50 = Sikap Positif

T < 50 = Sikap Negatif (Mueller, 1992).

Berdasarkan uji T tersebut, dapat diketahui secara langsung sikap petani tersebut apakah positif atau negatif terhadap kemitraan kelompok tani dan perusahaan eksportir di daerah penelitian. Jika petani memiliki sikap positif, maka itu menunjukkan bahwa kemitraan kelompok tani dan perusahaan eksportir di daerah penelitian berjalan sesuai dengan yang diharapkan petani, dan sebaliknya jika petani memiliki sikap negatif, maka itu menunjukkan bahwa kemitraan kelompok tani dan perusahaan eksportir di daerah penelitian belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan petani.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi

1. Kelompok tani adalah organisasi nonformal di pedesaan yang ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani.

2. Kelompok tani Bunga Sampang adalah salah satu kelompok tani di Kabupaten Simalungun.

3. Eksportir adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor komoditas pertanian.

4. PD Rama Putra adalah perusahaan eksportir yang melakukan ekspor tanaman.

5. Kemitraan adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan bersama.


(39)

6. Sikap adalah gambaran perilaku kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran yang dinyatakan dalam bentuk persetujuan dan ketidaksetujuan terhadap suatu keadaan atau suatu objek.

7. Sikap positif adalah penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan yang positif atau sesuai dengan yang diharapkan.

8. Sikap negatif adalah penilaian individu terhadap objek atau informasi tertentu dengan pandangan yang negatif.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Responden yang akan dijadikan sampel adalah seluruh petani yang menjadi anggota kelompok tani Bunga Sampang.

2. Daerah penelitian adalah di Desa Bunga Sampang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun.

3. Komoditi yang diekspor adalah kubis, cabai dan kentang.

4. Waktu penelitian diadakan dari bulan November 2014 hingga Januari 2015.


(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah Daerah Penelitian

Desa Bunga Sampang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara berada pada ketinggian 501-1000 m di atas permukaan laut dengan luas wilayah desa seluas 9,7 km2, dengan jarak desa ke Kantor Bupati berkisar ± 19 km. Wilayah ini berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara : Kelurahan Haranggaol Horisan b. Sebelah Selatan : Desa Urung Purba

c. Sebelah Timur : Desa Pematang Purba d. Sebelah Barat : Desa Purba Sipinggan

4.2 Keadaan Penduduk

4.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kecamatan Purba, jumlah penduduk Desa Bunga Sampang pada tahun 2013 terdiri dari 603 jiwa (157 KK) dengan jumlah penduduk pria sebanyak 313 jiwa dan wanita 290 jiwa.

4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kecamatan Purba, mata pencaharian yang ada di Desa Bunga Sampang terdiri dari petani, wiraswasta, dan pegawai negeri sipil. Berikut komposisi penduduk Desa Bunga Sampang menurut mata pencaharian:


(41)

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Bunga Sampang Tahun 2013

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Petani 583 96.68

2 PNS 8 1.326

3 Wiraswasta 12 1.990

Total 603 100 %

Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Purba, 2014

Tabel 5. menunjukkan bahwa penduduk di Desa Bunga Sampang memperoleh penghasilan terbesar dari pekerjaan sebagai petani sebanyak 583 jiwa (96.68%), kemudian dari pekerjaan wiraswasta 12 sebanyak jiwa (1.990%) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 8 jiwa (1.326%).

4.2.3 Komposisi Marga Dan Budaya Desa Bunga Sampang

dan budaya. Begitu pula di Desa Bunga Sampang yang didominasi suku Simalungun sebagai suku terbanyak di desa tersebut. Sebagai suku yang bersifat Paterilinear, suku Simalungun menurunkan marganya melalui garis keturunan pria, dengan demikian marga seorang ayah akan diteruskan ke putera atau puterinya. Oleh karena itu 2 orang yang memiliki marga yang sama akan saling menganggap diri mereka sebagai saudara seketurunan sehingga dipantangkan (tidak diperbolehkan) untuk saling menikah. Bagi wanita, marga disebutkan sesudah kata boru (biasa disingkat br.), sehingga jika ada seorang wanita bernama Sofia yang lahir dari ayah bermarga Saragih, maka akan dipanggil sebagai Sofia boru Saragih. Saat seorang wanita Simalungun menikah dengan lelaki dari marga lain, biasanya ia akan menggunakan marga suaminya tersebut pada namanya. Sehingga jika Sofia boru Saragih menikah dengan marga Purba, maka ia akan dipanggil sebagai Sofia Purba boru Saragih.


(42)

Ada 4 marga asli dari Simalungun yakni marga Damanik, Purba, Saragih dan Sinaga. Keempat marga tersebut berasal dari marga raja-raja di Simalungun yang bermufakat untuk tidak saling menyerang. Beberapa marga dari luar Simalungun kemudian menganggap dirinya sebagai bagian dari 4 marga tersebut ketika mereka menetap di Simalungun. Sejarah asal usul dari marga-marga yang ada di dalam suku Simalungun sangatlah minim, namun beberapa sumber tertulis menyatakan bahwa ada 4 marga asli dalam Suku Simalungun yang biasa diberi akronim “sisadapur”. Beberapa sumber juga menyatakan bahwa 4 marga tersebut berasal dari “Harungguan Bolon” (permusyawaratan besar) antara 4 raja besar untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan (dalam marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh) (Wikipedia,2015).

Mereka juga mempunyai budaya yang sangat dijaga untuk dilestarikan dan diturunkan kepada keturunnnya. Salah satu bentuk kebudayaan itu adalah keterbukaan untuk orang atau pihak lain dalam berkomunikasi. Oleh karena itu bagi sesama masyarakat Simalungun, kerjasama dan rasa saling membantu itu masih sangat dijaga dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam hal pertanian serta kemitraan tersebut. Dalam hal ini, PD Rama Putra sebagai pihak eksportir mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh pihak eksportir sebelumnya. PD Rama Putra melakukan pendekatan kerjasama terhadap kelompok tani dengan bersifat kekeluargaan. Mereka bersedia untuk mendengar keluhan keluhan serta kekurangan yang dirasakan dari pihak mereka. PD Rama Putra juga rutin melakukan komunikasi dengan kelompok tani Bunga Sampang terkait dengan kegiatan eksportir. Metode pendekatan yang dilakukan oleh pihak


(43)

eksportir tersebut menjadikan para petani Bunga Sampang sangat puas dan mereka menginginkan kerjasama itu terjalin lebih lama.

4.3 Karakteristik Petani Sampel

Adapun karakteristik petani sampel dalam penelitian ini meliputi luas lahan, umur dan pengalaman bertani. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik Petani Sampel Anggota Kelompok Tani Bunga Sampang

No. Karakteristik Range Rataan

1. Luas Lahan (Ha) 0,3-2 2,196

2. Umur (Tahun) 32-63 45,13

3. Pengalaman Bertani (Tahun) 6-25 19,1

Sumber: Analisis data primer, Lampiran 3

Tabel 6 menunjukkan rataan luas lahan petani adalah 2,196 ha, dengan range 0,3-2 ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel termasuk petani yang memiliki luas lahan yang masih tergolong cukup tinggi.

Umur petani sampel mempunyai range antara 36-63 tahun dengan rataan sebesar 45,13 tahun. Data ini menjelaskan bahwa petani sampel masih berada dalam kategori usia produktif.

Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam mengelola usaha taninya adalah lama bertani. Rataan lama bertani atau pengalaman bertani petani adalah 19,1 tahun dengan range 6-25 tahun. Dapat diasumsikan bahwa petani sampel adalah petani berpengalaman.


(44)

4.4 Kelompok Tani Bunga Sampang

Kelompok tani Bunga Sampang adalah kelompok tani yang berada di Desa Bunga Sampang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun.

Kelompok tani ini memiliki anggota kelompok tani sebanyak 23 orang petani. Kelompok tani Bunga Sampang pertama kali dibentuk pada tahun 2013. Awal pembentukan kelompok tani ini adalah sebagai wadah bagi para petani dalam menyalurkan pendapat dalam sebuah musyawarah. Kemudian pada sekitar akhir tahun 2013 kelompok tani Bunga Sampang melakukan kerjasama dengan perusahaan eksportir untuk dapat memperluas pasar komoditi yang dihasilkan. Kelompok tani ini memiliki fasilitas berupa gudang sebagai tempat penyimpanan sementara hasil komoditi sebelum diambil oleh PD Rama Putra.

4.5 Perusahaan Dagang Rama Putra

PD Rama Putra adalah perusahaan dagang yang pada awal berdirinya bernama CV. Buana Agri Sejahtera dan berdiri sejak tahun 1994. PD Rama Putra berlokasi di Jalan Simpang Empat Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Perusahaan ini bergerak di bidang usaha perdagangan ekspor komoditi pertanian khususnya sayuran dan hasil pertanian lainnya.

PD Rama Putra kini sedang menjalin kerjasama kemitraan dengan beberapa kelompok tani dan gapoktan di daerah Kabupaten Simalungun dan Karo sebagai mitra untuk petani dalam mengekspor produk hortikultura. Pada saat ini PD Rama Putra merupakan satu-satunya perusahan eksportir yang menjalin kerja sama dengan kelompok tani Bunga Sampang. Beberapa kelompok tani yang sedang menjalin kemitraan dengan PD Rama Putra adalah Gakoptan Bunga


(45)

Sampang, Gapoktan Seribu Dolok, Gapoktan Sampun, Gapoktan Lau Lengit dan Gapoktan Dokan.

4.6 Sejarah Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang dan PD Rama Putra Sebelum kelompok tani Bunga Sampang melakukan kerjasama dengan PD Rama Putra, kelompok tani Bunga Sampang sebelumnya sudah melakukan kemitraan dengan perusahaan ekspor yang lainnya. Namun kelompok tani Bunga Sampang merasakan ketidakpuasan terhadap kemitraan dengan perusahaan dagang tersebut. Oleh karena itu, atas inisiatif dari beberapa petani yang melakukan musyawarah dan atas bimbingan dari pemerintah, maka kelompok tani mendapatkan partner mitra baru yang bernama Perusahan Dagang Rama Putra. Kemitraan yang terjalin antara Bunga Sampang dengan Rama Putra sudah berjalan dengan baik selama lebih dari satu tahun.

4.7 Prosedur Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang dan PD Rama Putra

Prosedur kemitraan atau proses berlangsungnya kemitraan antara kelompok tani Bunga Sampang dan PD Rama Putra adalah pihak petani akan menyediakan komoditi yang sudah diproduksi dan menyusun komoditi-komoditi yang sudah mereka panen tersebut di dalam gudang yang kemudian diangkut oleh perusahaan. Pihak Rama Putra akan datang 2 sampai 3 kali seminggu. Jumlah yang akan diambil berkisar 11 ton. Komoditi utama yang diminta oleh pihak Rama Putra adalah kubis. Anggota atau perwakilan dari PD Rama Putra akan menyortir komoditi-komoditi yang akan mereka bawa sebelum diangkut ke gudang mereka untuk dilakukan proses selanjutnya. Sisi positif dari kemitraan terhadap Perusahan Dagang Rama Putra yang dirasakan oleh kelompok tani


(46)

Bunga Sampang adalah barang yang sudah diambil oleh PD Rama Putra tidak akan dikembalikan lagi kepada petani sehingga petani tidak akan mengalami kerugian di kemudian hari.


(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang dengan Perusahaan Eksportir PD Rama Putra di Daerah Penelitian

Sikap petani terhadap kemitraan antara kelompok tani Bunga Sampang dengan PD Rama Putra dapat diketahui dengan melihat jawaban-jawaban petani responden terhadap kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang diberikan. Pernyataan ini dibagi ke dalam 10 pernyataan positif dan 8 pernyataan negatif.

Sikap dalam hal ini merupakan suatu respon dalam perwujudan suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap petani bisa positif dan juga bisa negatif. Untuk pernyataan positif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, Ragu ragu (R) diberi nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 4, dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 5. Sebaliknya untuk pernyataan negatif, jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 5, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 4, Ragu - ragu (R) diberi nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 2, dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1. Dari setiap jawaban pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori kemudian secara kumulatif dilihat deviasinya menurut deviasi normal, sehingga diperoleh skor (nilai skala untuk masing masing kategori jawaban), kemudian skor terhadap masing masing pernyataan dijumlahkan.

Interpretasi terhadap skor masing masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut ke dalam skor standar, dimana dalam hal ini digunakan model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi skor T menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan standart deviasi S = 0,877, sehingga apabila skor standart > 50


(48)

berarti mempunyai sikap yang positif dan jika skor standart < 50 berarti mempunyai sikap negatif. Sikap petani terhadap kinerja kemitraan dengan PD Rama Putra dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang dengan Perusahaan Eksportir PD Rama Putra

No. Sikap Jumlah Responden (Jiwa)

Persentase (%)

1 Positif 16 69.57

2 Negatif 7 30.43

Total 23 100

Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 5

Berdasarkan hasil pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa dari 23 petani sampel, jumlah petani yang memiliki sikap positif sebanyak 16 orang (69.57%) dan yang memiliki persepsi negatif sebanyak 7 orang (30.43%). Mayoritas sikap petani sampel adalah positif sehingga, dapat dikatakan bahwa sikap petani terhadap kemitraan kelompok tani Bunga Sampang dengan perusahaan eksportir PD Rama Putra di daerah penelitian adalah positif.

5.2 Masalah yang dihadapi petani dalam kemitraan PD Rama Putra dengan

.Gapoktan Bunga Sampang di daerah penelitian

Adapun masalah-masalah yang dihadapi dalam kemitraan PD Rama Putra dengan Gapoktan Bunga Sampang di daerah penelitian yakni sebagai berikut:

1. Kurang baiknya fasilitas atau sarana produksi yang ada dalam menunjang kemitraan seperti gudang tempat penyimpanan hasil komoditi pertanian Bunga sampang memiliki atap gudang yang sudah mengalami kerusakan dimana kerusakan dari atap itu dapat mengurangi kualitas komoditi akibat komoditi jadi gampang mengalami pembusukan.


(49)

2. Petani juga menginginkan tempat keranjang pengepakan hasil komoditi terbuat dari bahan yang keras seperti aluminium dan tidak terbuat dari kayu yang mudah rusak seperti yang sekarang digunakan.

3. Selain itu didapati juga masalah sarana dan prasarana dimana keadaan jalan yang rusak memaksa pihak petani untuk mengangkut hasil komoditi menggunakan kendaraan berat sehingga membutuhkan biaya pengeluaran yang lebih banyak.


(50)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menggunakan metode skala likert menunjukkan bahwa pelaksanaan kemitraan diperoleh nilai sebesar 69,57% petani Bunga Sampang menyatakan sikap yang positif terhadap kemitraan dengan PD Rama Putra. Artinya kemitraan yang dilaksanakan antara Kelompok Tani Bunga Sampang dengan PD Rama Putra di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari sebanyak 16 orang petani yang memberikan respon positif.

2. Masalah yang dihadapi dalam petani dalam kemitraan antara Kelompok Tani Bunga Sampang dan PD Rama Putra adalah fasilitas dan sarana prasarana yang tidak mendukung dalam proses perpindahan barang ke pihak eksportir.

6.2 Saran

1. Saran untuk pemerintah

Kepada pemerintah Kabupaten Simalungun diminta agar dapat mengawasi program kemitraan yang sedang berlangsung dan menjadi pendamping dalam membina petani menjalani program kemitraan. Pemerintah juga diharapkan dapat memberikan bantuan dalam pengadaan sarana dan prasarana yang diminta petani dalam mendukung program kemitraan yang sedang berlangsung, serta memberikan pengarahan dan pembinaan kepada petani tentang informasi dan


(51)

pemahaman mengenai kemitraan. Pemerintah juga diharapkan dapat menyediakan unit lembaga bantuan kepada desa Bunga Sampang berupa koperasi kepada petani untuk untuk mempermudah petani dalam mendapatkan barang saprodi seperti pupuk dan bibit.

2. Saran untuk petani

Petani Bunga Sampang diharapkan dapat memaksimalkan peran lembaga kelompok tani sebagai wadah dalam menjalin kemitraan dengan PD Rama Putra serta mampu menjalankan program kemitraan sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati dan menghasilkan komoditi-komoditi yang berkualitas dan berkuantitas untuk diekspor keluar negeri. Petani juga diharapkan bisa mandiri dalam menjaga gudang ataupun barang bantuan dari pemerintah serta mampu mengembangkan usaha tani mereka sendiri.

3. Saran untuk eksportir

PD Rama Putra sebagai eksportir yakni lembaga yang bermitra dengan petani juga sebagai penyalur informasi hendaknya lebih aktif mencari tahu kemungkinan pasar untuk komoditi-komoditi lain yang juga mempunyai peluang untuk dipasarkan, sehingga petani lebih banyak memiliki keragamaan komoditi yang dapat diproduksi dari sebelumnya. PD Rama Putra sebaiknya juga harus selalu mengetahui tentang perkembangan harga dan memahami mengenai harga yang diinginkan oleh petani terhadap komoditi-komodti yang mereka hasilkan.


(52)

4. Saran untuk peneliti selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya disarankan agar meneliti perkembangan kemitraan antara kelompok tani dan gapoktan lainnya dengan menspesifikasikan komoditi yang di ekspor.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 1999. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.

Ahmad Kuncoro, Engkos dan Ridwan (2007) Analisis Jalur. Alfabeta. Bandung Azwar, S. 2007. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun. 2013. Kabupaten Simalungun Dalam Angka. Simalungun.

Badan Pusat Statistik Kecamatan Purba. 2014. Kecamatan Purba Dalam Angka. Purba.

Daniel, J. M. 1992. Mengukur Sikap Sosial. Bumi Aksara. Jakarta.

Hafsah, M. Jafar. 2000. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Linton, Ian. 1997. Kemitraan. Penerbit Halirang. Jakarta.

Iqbal, M dan T. Sudaryanto. 2008. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Perspektif Kebijakan Pembangunan Pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 6 Nomor 2, Juni 2008.

Mueller,D.J.1992. Mengukur Sikap Sosial. Bumi Aksara. Jakarta

Latifah, Nur Hikmah. 2010. Sikap Petani Tembakau Terhadap Program Kemitraan PT. Gudang Garam di Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro. Skripsi Online Jurusan Penyuluh dan Komunikasi Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Martodireso, S dan Suryanto, W.A. 2002.AgribisnisKemitraan Usaha Bersama.Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Purnaningsih, Ninuk. 2007. Strategi Kemitraan Agribisnis Keberlanjutan. IPB Press. Bogor.

Putuningrat, Ronggojati. 2012. Kemitraan Antara Petani Tebu Rakyat Dengan PG Djombang Baru di Kabupaten Jombang. Skripsi Online Program Studi Agribisnis. Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Jawa Timur. Setiawan, Ade Iwan. 1993. Sayuran Dataran Tinggi. Penebar Swadaya. Jakarta Suit, J dan Almasdi, 2006. Aspek Sikap Netral dalam Manajemen Sumberdaya


(54)

Sumardjo, Jaka Sulaksana, Wahyu A. Darmono. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sunarjono. 2013. Pedoman Bertanam Kubis. Nuansa Aulia. Bandung

Suryabrata, S. 2002. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Andi. Yogyakarta. Widya dkk. 2013. Pedoman Bertanam Cabai. Yrama Widya. Bandung. Winardi, J. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Prenada Media. Jakarta.

Wikipedia

Zenitaliani, Novita. 2014. SikapPetaniTebuTerhadapKemitraandengan PG Rendeng di Kabupaten Kudus. Skripsi Online Program Studi Agribisnis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.


(55)

Lampiran 1 Daftar Pernyataan Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang dengan Perusahaan Dagang Rama Putra Pernyataan Positif

1. Metode pendekatan perusahaan eksportir dalam menjalin kemitraan dan hubungan terhadap petani bersifat kekeluargaan dan dapat diterima dengan baik oleh petani setempat.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu- Ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

2. Petani merasa puas dengan sistem transaksi pembayaran terkait barang komoditi yang telah disepakati dengan perusahaan eksportir.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu- Ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

3. Petani tidsk mengalami kendala dengan sistem retribusi barang yang telah disepakati ( barang yang telah diambil tidak akan dikembalikan ).

a. SangatSetuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu- Ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

4. Kegiatan kemitraan yang terjalin antar kedua belah pihak dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup petani.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu- Ragu (R) d. TidakSetuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

5. Kemitraan dapat menjadi alternative menyelesaikan permasalahan petani dalam memperluas pemasaran komoditi.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu- Ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)


(56)

6. Kegiatan kemitraan mampu mengembangkan pertanian di Kabupaten Simalungun.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu- Ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

7. Kemitraan memberikan manfaat bagi petani baik secara individu maupun kelompok.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu- Ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

8. Dalam proses produksi, eksportir selalu aktif memantau perkembangan produksi di lahan.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu- Ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju(STS)

9. Terdapat perubahan cara berusahatani untuk menghasilkan komoditi sayuran berorientasi ekspor ketika bermitra dengan perusahaan eksportir.

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S)

c. Ragu- Ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)

e. Sangat Tidak Setuju (STS)

10.Petani mengharapkan kemitraan yang sudah terjalin akan terus berlanjut. a. Sangat Setuju (SS)

b. Setuju (S) c. Ragu- Ragu (R) d. Tidak Setuju (TS)


(57)

Lampiran 2 Daftar Pernyataan Sikap Petani Terhadap Kemitraan Kelompok Tani Bunga Sampang dengan Perusahaan Dagang Rama Putra Pernyataan Negatif

1. Petani tidak diberi kebebasan untuk mengajukan pendapat dalam perencanaan kemitraan antara perusahaan eksportir dengan KelompokTani.

a. Sangat Tidak Setuju (STS) b. Tidak Setuju (TS)

c. Ragu- Ragu (R) d. Setuju (S)

e. Sangat Setuju (SS)

2. Petani sering mengalami kendala dalam kemitraan dengan perusahaan eksportir karena tidak dimediasi oleh pemerintah setempat.

a. Sangat Tidak Setuju (STS) b. Tidak Setuju (TS)

c. Ragu- Ragu (R) d. Setuju (S)

e. Sangat Setuju (SS)

3. Petani sulit dalam memenuhi ketentuan atau standar produk yang diinginkan eksportir.

a. Sangat Tidak Setuju (STS) b. Tidak Setuju (TS)

c. Ragu- Ragu (R) d. Setuju (S)

e. Sangat Setuju (SS)

4. Kemitraan tidak sesuai dengan kebutuhan oleh petani ( tidak sesuai dengan solusi atas permasalahan yang dihadapai petani ).

a. Sangat Tidak Setuju (STS) b. Tidak Setuju (TS)

c. Ragu- Ragu (R) d. Setuju (S)

e. Sangat Setuju (SS)

5. Harga yang diterima petani dari perusahaan eksportir tidak lebih besar dari pedagang lokal.

a. Sangat Tidak Setuju (STS) b. Tidak Setuju (TS)

c. Ragu- Ragu (R) d. Setuju (S)


(58)

6. Tidak semua petani setuju dan menerima kerjasama kemitraan dengan perusahaan eksportir.

a. Sangat Tidak Setuju (STS) b. Tidak Setuju (TS)

c. Ragu- Ragu (R) d. Setuju (S)

e. Sangat Setuju (SS)

7. Perusahaan eksportir tidak berperan sesuai dengan yang diharapkan petani a. Sangat Tidak Setuju (STS)

b. Tidak Setuju (TS) c. Ragu- Ragu (R) d. Setuju (S)

e. Sangat Setuju (SS)

8. Petani merasakan adanya beban atau tuntutan setelah menjalin kemitraan dengan pihak eksportir.

a. Sangat Tidak Setuju (STS) b. Tidak Setuju (TS)

c. Ragu- Ragu (R) d. Setuju (S)


(59)

Lampiran 3 Riwayat Petani

No Nama Lama

Bertani (Tahun) Usia (Tahun) Lama Pendidikan Luas Lahan

1 Simson Munthe 20 43 12 1 Ha

2 Sudirman Simamora 21 45 12 0,3 Ha

3 Berlinson Sinaga 20 44 12 1 Ha

4 Hotman Munthe 20 44 9 1 Ha

5 Joni Elisabet Purba 22 52 9 1,5 Ha

6 Japorman Purba 25 46 12 1 Ha

7 Janner Purba 20 40 9 1 Ha

8 Berry Damnaik 20 43 12 1 Ha

9 Hendrikus Saragih 16 46 12 0,6 Ha

10 Kasmin Purba 23 55 9 1 Ha

11 Juliasman Sinaga 20 42 9 1 Ha

12 Lassarus Saragi 14 40 9 0,5 Ha

13 Tarmin Sinaga 25 47 12 2 Ha

14 Hendri Sitohang 6 45 9 1 Ha

15 Sarruly Purba 23 45 12 1 Ha

16 Muliater Sipayung 25 63 9 2 Ha

17 Ganda Pasaribu 18 36 9 0,3 Ha

18 Berman Situngkir 25 62 9 1,5 Ha

19 Parlin Sinaga 15 35 12 1 Ha

20 Riwandi Purba 12 41 12 0,5 Ha

21 Ronal Situngkir 12 32 9 0,8 Ha

22 Walsen Damanik 20 48 9 1 Ha

23 Berlin Purba 18 44 12 0,6 Ha

Jumlah 440 1038 - 22,6


(60)

Lampiran 4

Jumlah Responden Yang Menjawab Pernyataan Dengan Sikap Positif dan Negatif

Pernyataan Positif Nomor Pernyataan

SS S R TS STS Jumlah

1 20 3 0 0 0 23

2 21 2 0 0 0 23

3 18 5 0 0 0 23

4 18 5 0 0 0 23

5 16 7 0 0 0 23

6 13 10 0 0 0 23

7 17 6 0 0 0 23

8 15 8 0 0 0 23

9 15 8 0 0 0 23

10 21 2 0 0 0 23

PernyataanNegatif Nomor Pernyataan

STS TS R S SS Jumlah

1 12 11 0 0 0 23

2 10 13 0 0 0 23

3 8 10 5 0 0 23

4 18 5 0 0 0 23

5 15 8 0 0 0 23

6 19 4 0 0 0 23

7 15 8 0 0 0 23


(61)

Lampiran 5 Interpretasi Skor Sikap Petani Responden

No Total Xi2 S T INTERPRETASI

1 85 7225 0,877 51,197 Positif

2 84 7056 0,877 50,057 Positif

3 83 6889 0,877 48,916 Negatif

4 83 6889 0,877 48,916 Negatif

5 85 7225 0,877 51,197 Positif

6 82 6724 0,877 47,776 Negatif

7 84 7056 0,877 50,057 Positif

8 84 7056 0,877 50,057 Positif

9 83 6889 0,877 48,916 Negatif

10 84 7056 0,877 50,057 Positif

11 84 7056 0,877 50,057 Positif

12 83 6889 0,877 48,916 Negatif

13 85 7225 0,877 51,197 Positif

14 85 7225 0,877 51,197 Positif

15 84 7056 0,877 50,057 Positif

16 84 7056 0,877 50,057 Positif

17 83 6889 0,877 48,916 Negatif

18 85 7225 0,877 51,197 Positif

19 85 7225 0,877 51,197 Positif

20 85 7225 0,877 51,197 Positif

21 84 7056 0,877 50,057 Positif

22 83 6889 0,877 48,916 Negatif

23 84 7056 0,877 50,057 Positif

Total 1931 162137

Rataan 83,95 7.049,43

T= 50 +( �−�

� ) S=

� ∑ ��−(∑ ��)� �(�−�)


(62)

(63)

Lampiran Foto

Foto Bersama Anggota Kelompok Petani Bunga Sampang

Foto diatas merupakan foto ketika melakukan diskusi dan wawancara terhadap anggota kelompok tani Bunga Sampang yang diikuti langsung oleh ketua kelompok taninya. Diskusi dilakukan dirumah ketua kelompok tani.


(64)

Foto bersama salah satu anggota kelompok tani Bunga Sampang setelah melakukan wawancara.


(65)

Foto di Lokasi Gudang Penyimpanan Komoditi Bunga Sampang

Foto tersebut merupakan gudang dimana kelompok tani Bunga Sampang mengumpulkan dan menyimpan hasil hasil pertanian desa Bunga Sampang.


(66)

Foto bersama ketua kelompok tani Bunga Sampang, Bapak Munte yang diambil di depan gudang tempat penyimpanan komoditi.


(67)

Foto di lahan salah satu anggota kelompok tani BungaSampang. Lahan ini terletak ±200 meter dibelakang rumah Pak Munte selaku ketua kelompok tani.


(68)

Foto hasil pertanian kubis dan kentang yang sudah mengalami pengepakan dan disimpan di gudang.


(1)

Lampiran Foto

Foto Bersama Anggota Kelompok Petani Bunga Sampang

Foto diatas merupakan foto ketika melakukan diskusi dan wawancara terhadap anggota kelompok tani Bunga Sampang yang diikuti langsung oleh ketua kelompok taninya. Diskusi dilakukan dirumah ketua kelompok tani.


(2)

Foto bersama salah satu anggota kelompok tani Bunga Sampang setelah melakukan wawancara.


(3)

Foto di Lokasi Gudang Penyimpanan Komoditi Bunga Sampang

Foto tersebut merupakan gudang dimana kelompok tani Bunga Sampang mengumpulkan dan menyimpan hasil hasil pertanian desa Bunga Sampang.


(4)

Foto bersama ketua kelompok tani Bunga Sampang, Bapak Munte yang diambil di depan gudang tempat penyimpanan komoditi.


(5)

Foto di lahan salah satu anggota kelompok tani BungaSampang. Lahan ini terletak ±200 meter dibelakang rumah Pak Munte selaku ketua kelompok tani.


(6)

Foto hasil pertanian kubis dan kentang yang sudah mengalami pengepakan dan disimpan di gudang.