Implikatur Dalam Jargon Politik Partai Pdi Perjuangan Dan Partai Gerindra Pada Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Periode 2014-2019

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi
kualitas dan kuantitas pada saat ini. Beraneka ragam partai politik yang bersaing dalam
merebut tampuk kekuasaan dalam pusaran pejabat pemerintahan menambah gairah
perpolitikan negeri ini. Dalam upaya menyosialisasikan visi-misi
masyarakat melalui kegiatan kampanye, yang

partai politik kepada

diwarnai dengan maraknya

penggunaan

jargon-jargon bertema politik yang secara intensif disuarakan guna memikat simpati
masyarakat pemilih untuk memenangkan pertarungan merebut kursi pemerintahan.
A. Chaer dan L. Agustina (2010: 68) menjelaskan bahwa jargon adalah variasi sosial
yang digunakan secara terbatas oleh kelompok-kelompok sosial tertentu. (BDK Nuryadi
dalam Robins 1992: 62). Ungkapan yang digunakan tidak dapat dipahami oleh masyarakat
umum atau masyarakat di luar kelompoknya. Namun, ungkapan-ungkapan tersebut tidak

bersifat rahasia.
Penggunaan jargon oleh partai politik, khusus para calon presiden (capres) dan calon
wakil presiden (cawapres) guna membangun citra dan sebagai sarana penyampaian identitas
yang mengandung muatan politik kini marak dikumandangkan dalam kegiatan kampanye.
Jargon yang bertema politik ini diharapkan mampu meyakinkan masyarakat tentang
pandangan capres ke depan, sehingga pada akhirnya masyarakat memutuskan untuk memilih
mereka sebagai penguasa RI 1 dalam pemilihan presiden (pilpres). Fenomena menjamurnya
penggunaan jargon dengan mengangkat isu – isu sosial seperti : katakan tidak pada korupsi,
suara golkar suara rakyat, berjuang untuk kesejahteraan rakyat, JK-WIN, SBY Ber Budi,
Mega-Pro, Hanura tak akan khianat hidup mati bersama rakyat, dan masih banyak lagi

Universitas Sumatera Utara

disalurkan kepada masyarakat dengan berbagai media

yang ada, baik media cetak,

elektronik, dan internet.
Berlatar belakang dari maraknya penggunaan jargon dalam kampanye politik capres
2014 ini, penulis bermaksud mencoba mendalami makna penggunaan jargon tersebut untuk

menambah pengetahuan tentang profil maupun seluk-beluk mengenai capres tersebut dari sisi
penggunaan jargon sebagai sarana pembangunan citra, identitas dan penyampaian visi- misi.
Selain itu, hal lain yang mendasari penelitian ini adalah penelitian tentang penggunaan
bahasa kampanye parpol belum banyak mendapat sorotan dari berbagai pihak, mengingat
bahwa bahasa kampanye dan maraknya jargon selalu akan muncul dalam peta persaingan
politik dulu hingga saat ini.
Kajian implikatur dianggap penting karena terikat konteks untuk menjelaskan maksud
implisit dari tindak tutur penuturnya. Dengan demikian praanggapan lawan tutur bermacammacam bergantung pada referensi dan pemahaman konteks yang dimilikinya untuk membuat
inferensi terhadap impikatur dari seorang penutur. Untuk memahami bentuk-bentuk bahasa
yang implikatif perlu adanya pengkajian dan analisis yang mendalam. Selain itu dalam,
mengkaji dan menganalisis diperlukan kepekaan dengan konteks yang melingkupi peristiwa
kebahasaan itu, supaya maksud terselubung di balik jargon politik benar-benar dimengerti
oleh masyarakat.
Dengan melihat secara khusus teks-teks yang digunakan dalam wacana jargon politik
kampanye politik saat ini, kita dapat membangun kesimpulan tentang kedudukan bahasa
dalam kampanye tersebut. Bahasa-bahasa dalam wacana jargon politik tersebut berdiri
sebagai sesuatu yang harus dibaca dan dilihat. Kata-kata tersebut memberi kita ide dan visimisi baru yang mempengaruhi cara berpikir kita. Untuk dapat mempengaruhi pembaca,
wacana jargon politik biasanya ditampilkan dengan suatu gaya pengungkapan yang khas.
Kekhasan dari wacana jargon kampanye itu sangat menarik.


Universitas Sumatera Utara

Pragmatik merupakan subdisiplin linguistik interdisipliner yang tidak hanya terbatas
pada kerangka teori saja namun merupakan ilmu yang diterapkan dalam kehidupan
masyarakat. Pragmatik cenderung mengkaji fungsi ujaran atau fungsi bahasa daripada bentuk
atau strukturnya. Dengan kata lain, pragmatik lebih cenderung ke fungsionalisme daripada ke
arah formalisme. Penerapan pragmatik dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui dengan
menganalisis bentuk-bentuk penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tulisan yang
berwujud tuturan.
Dalam kajian ilmu pragmatik juga dibahas tentang implikatur. Salah satu aplikasi
bahasa sebagai alat komuniksi adalah implikatur dalam jargon kampanye politik. Implikatur
adalah ujaran atau pernyataan yang menyiratkan sesuatu yang berbeda

dengan yang

sebenarnya diucapkan. Dilihat dari sudut pandang pragmatik, dalam penggunaan jargon
kampanye politik banyak implikatur di balik janji-janji yang disampaikan kepada rakyat.
Pada dasarnya jargon kampanye politik ini lekat dengan situasi politik yang terkait dengan
dukung-mendukung. Hal ini dijumpai ketika adanya pemilihan umum seperti pemilu presiden
dan wakil presiden. Tahun 2014 ini merupakan tahun pemilu karena tahun ini akan digelar

pesta demokrasi terbesar di negeri ini yakni pada pemilihan presiden dan wakilnya pada 9
Juli 2014 yang diawali dengan kampanye yang sangat menarik. Hingga saat ini berbagai
partai politik telah mempersiapkan kandidat capres dan cawapres yang secara internal dirasa
mampu merebut perhatian publik untuk menduduki kursi kepresidenan. Partai PDI
Perjuangan sebagai partai tertua dengan koalisi moncong putih terdiri dari 5 partai yaitu:
1.Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P), 2. Partai Nasional Demokrat (Nasdem), 3.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), 4. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dan 5. Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) mengusung calon presiden (capres) Ir.H.Joko
widodo dan calon presiden (cawapres) H.Jusuf Kalla serta Partai Gerindra sebagai partai
baru dengan koalisi merah putih terdiri dari 6 partai yaitu: 1. Partai Gerakan Indonesia Raya

Universitas Sumatera Utara

(Gerindra), 2. Partai Amanat Nasional (PAN) 3. Partai Persatuan Pembangunan (PPP), 4.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), 5. Partai Bulan Bintang (PBB), 6. Partai Golangan Karya
(Golkar) yang telah menjelma menjadi partai besar saat ini mengusung capres H.Prabowo
subianto dan cawapres H.Hatta Rajasa yang akan bertarung dalam pemilihan umum (pemilu)
2014. Kedua partai ini dinilai penulis sebagai 2 partai besar yang hadir dalam kancah
perpolitikan di Indonesia mewakili 2 dimensi waktu yang berbeda, yakni Partai PDI
Perjuangan sebagai representasi partai lama, dan Partai Gerindra sebagai representasi partai

baru. Untuk itu agar lebih memahami lagi seluk beluk kedua capres usungan dua partai besar
itu maka akan dilakukan analisis guna menemukan implikatur dan tindak tutur dari jargon
politik kedua partai tersebut.
Grice (1967 dalam soemarmo, 1988:170) mengemukakan bahwa untuk menggunkan
bahasa secara efektif dan efesien diperlukan kaidah penggunaan bahasa. Kaidah ini terdiri
dari 2 pokok, yaitu: (1) prinsip kooperatif yang menyatakan “katakana apa yang diperlukan
pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu’. (2) empat
maksim percakapan yang terdiri dari maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi,
dan maksim pelaksanaan. Beliau juga menyatakan apabila salah satu dari empat maksim
tersebut tidak dipatuhi berarti si pembaca bermaksud menyatakan sesuatu dibalik yang
diucapkanya. Dengan demikian, ucapan tersebut mempunyai implikatur karena mempunyai
maksud dibalik ucapan itu (Lubis, 1993:74).
Jargon politik ini jelas mengandung implikatur dan hal ini sangat menarik. Untuk
menemukan implikatur yang terdapat pada suatu ujaran dibutuhkan kaidah pertuturan.
Kaidahb tersebut terdiri dari: (1) penentuan makna dasar dari ucapan itu, (2) penentuan
implikaturnya yang terdiri dari penganutan prinsip kooperatifnya, nilai evaluatifnya dan
kemungkinan kesimpulanya (siregar,1997:39).

Universitas Sumatera Utara


Bentuk Jargon kampanye politik pemilihan calon presiden dan wakil presiden pada
tahun 2014 ini dalam media luar ruang seperti baliho dan juga spanduk tidak terlepas dari
tindak tutur. Dalam menemukan makna dibalik penggunaan jargon tersebut harus benarbenar disadari pentingnya konteks ucapan tuturan. Tuturan dalam jargon kampanye politik ini
memiliki keunikan tersendiri dan sangat menarik untuk diteliti karena mengandung banyak
pesan yang dapat diungkap di dalamnya. Menemukan makna dibalik penyuaraan penggunaan
jagon tersebut serta jenis tindak tutur yang terkandung dalam jargon tersebut merupakan
alasan

peneliti tertarik untuk mengangkat “implikatur dalam jargon politik Partai PDI

Perjuangan dan Partai Gerindra pada pemilihan presiden dan wakil presiden periode 20142019” sebagai judul penelitian.
1.2 Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Implikatur apakah yang terdapat dalam jargon politik partai PDI Perjuangan dan
partai Gerindra pada pemilihan presiden dan wakil presiden periode 2014-2019 ?
2. Tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam jargon politik PDI Perjuangan dan
partai Gerindra pada pemilihan presiden dan wakil presiden periode 2014-2019 ?
1.3 Batasan Masalah
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada analisis pragmatik yang meliputi
implikatur dan tindak tutur yang terdapat dalam jargon politik PDI Perjuangan dan partai

Gerindra pada pilpres 2014. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah jargon
politik yang penulis batasi hanya pada media cetak khususnya baliho dan spanduk ,
sedangkan data yang digunakan untuk analisis, penulis batasi mulai rangkaian periode tahun
2014.

Universitas Sumatera Utara

1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan implikatur yang terdapat dalam jargon politik parta PDI Perjuangan dan
Partai Gerindra pada pemilihan presiden dan wakil presiden periode 2014-2019.
2. Menentukan dan menganalisis jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dalam jargon
politik partai PDI Perjuangan dan partai Gerindra pada pemilihan presiden dan wakil
presiden periode 2014-2019.

1.5 Manfaat penelitian
1. Secara teoretis, penelitian ini dapat menjadi sumber masukan bagi penelitian yang
ingin membicarakan tentang implikatur dan jenis tindak tutur penggunaan kedua
jargon politik partai PDI Perjuangan dan partai Gerindra pada pemilihan presiden
dan wakil presiden periode 2014-2019.

2. Secara praktis, penelitian ini menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam
memahami implikatur dan jenis tindak tutur dibalik penggunaan kedua jargon politik
oleh partai PDI Perjuangan dan partai Gerindra pada pilpres 2014 guna menentukan
hak suara.

Universitas Sumatera Utara