Hubungan Panjang Bobot dan Reproduksi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Selat Malaka Tanjung Beringin Serdang Bedagai Sumatera Utara

17

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Perairan
Selat Malaka memiliki kedalaman sekitar 30 meter dengan lebarnya
35 kilometer, kemudian kedalaman meningkat secara gradual hingga 100 meter
sebelum continental slope laut Andaman. Di dasar selat ini arus pasang surut
sangat kuat terjadi dan terbentuk riak-riakan pasir besar (sand ripples) yang
bentuk puncak/ujungnya searah dengan arus pasang surut (Wyrtky, 1961).
Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 3°16’ LS – 98°27’ BB
dengan luas wilayah 1.900,22 km2 dengan batas wilayah sebagai berikut sebelah
Utara dengan Selat Malaka, sebelah Selatan dengan Kabupaten Simalungun,
sebelah Timur dengan Kabupaten Asahan dan Kabupaten Simalungun, sebelah
Barat berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang. Dengan ketinggian wilayah
berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut. Wilayah Kabupaten Serdang
Bedagai terdiri dari 11 kecamatan, 237 desa dan 6 kelurahan (Herlian, 2008).

Ikan Kembung Lelaki ( Rastrelliger kanagurta )
Ikan kembung merupakan ikan yang hidup di tepian pantai dan pada musim
tertentu hidup bergerombol di permukaan laut, sehingga penangkapannya secara

besar-besaran mudah dilakukan. Ikan ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat
karena kandungan gizi yang cukup tinggi, harganya relatif murah dan mudah
diperoleh di pasaran (Yulisma, dkk., 2012).
Ikan kembung biasanya dijual dalam bentuk segar. Hampir setiap hari ikan
kembung dapat dijumpai di tempat penjualan. Hal ini berindikasi bahwa ikan ini

Universitas Sumatera Utara

18

sering tertangkap dan ukurannya pun bervariasi, mulai dari juwana sampai ikan
dewasa. Bervariasinya ukuran ikan kembung ini akan didasari oleh reproduksi dan
perkembangan gonad ikan kembung (Mosse dan Hutabessy, 1996).
Klasifikasi ikan kembung lelaki menurut Saanin (1968) dapat dilihat pada
Gambar 2.
Kingdom

: Animalia

Filum


: Chordata

Kelas

: Pisces

Ordo

: Percomorpy

Famili

: Scombridae

Genus

: Rastrelliger

Spesies


: Rastrelliger kanagurta

Gambar 2. Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta ) (Dokumentasi pribadi).
Menurut Zen (2006), ikan kembung hidup berkelompok dalam jumlah yang
besar pada perairan pantai dengan kedalaman antara 10 – 50 meter. Ikan ini
melakukan

ruaya

pemijahan

yang

bersifat

oceanodromus

yaitu


ikan

menghabiskan siklus hidupnya di daerah pantai dan memijah di daerah laut lepas.

Universitas Sumatera Utara

19

Chirastit (1962) menduga bahwa ikan kembung yang sudah matang gonad
beruaya dari daerah pantai ke laut lepas sedangkan ikan juvenil beruaya dari laut
lepas ke daerah pantai untuk membesar.
Jumlah tangkapan ikan yang tertangkap saat bulan semi gelap lebih banyak
dibandingkan dengan bulan gelap dan bulan terang. Namun secara khusus ikan
kembung lebih banyak tertangkap saat bulan gelap dibandingkan bulan semi gelap
dan bulan terang (Lee, 2010).
Ikan kembung lelaki (R. kanagurta ) memijah lebih dari satu kali selama
musim pemijahan. Pemijahan yang terjadi pada ikan kembung yaitu sekumpulan
telur dilepaskan terlebih dahulu, berikutnya sekumpulan telur akan dilepaskan
kembali dengan interval yang pendek. Ikan kembung memiliki sebaran diameter
telur yang luas. Kelompok ukuran diameter telur yang besar merupakan

perkembangan dari kelompok ukuran diameter telur sebelumnya dan mungkin
merupakan sekumpulan telur yang terakhir dilepaskan setelah pemijahan pertama
selama musim pemijahan (Pathansali, 1961).

Hubungan Panjang Bobot
Hubungan panjang bobot dapat menyediakan informasi yang penting
untuk salah satu spesies ikan dari suatu daerah. Meskipun informasi tentang
hubungan panjang bobot menggunakan ikan dari daerah lain dalam pengkajian,
akan tetapi hubungan panjang bobot ikan yang terbaik adalah informasi lokal
dari suatu daerah (Gonzales, dkk., 2000).
Hubungan panjang dengan bobot hampir mengikuti hukum kubik bahwa
berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun pada kenyataannya
hubungan yang terdapat pada ikan tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan

Universitas Sumatera Utara

20

berbeda-beda. Dengan melakukan analisa hubungan panjang bobot ikan maka
pola pertumbuhan ikan dapat diketahui. Selanjutnya dapat diketahui bentuk tubuh

ikan tersebut gemuk atau kurus (Mahendratama, 2011).
Nilai b dari hasil analisa hubungan panjang bobot menggambarkan adanya
keseimbangan pertumbuhan panjang dan bobot tubuh ikan. Apabila nilai b sama
dengan 3 maka pertumbuhannya isometrik yaitu pertumbuhan ikan yang bentuk
tubuh dan berat jenisnya tidak berubah selama proses pertumbuhannya atau
pertumbuhannya ideal karena mempertahankan bentuk yang sama. Jika nilai b
tidak sama dengan tiga maka pertumbuhannya allometrik. Jika harga b3 maka menunjukkan ikan
gemuk dimana pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya
(Suruwaky dan Gunaisah, 2013).

Faktor Kondisi
Faktor kondisi merupakan salah satu turunan penting dari pertumbuhan
ikan. Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan dilihat dari kepastian fisik untuk
bertahan hidup dan reproduksi. Selama dalam pertumbuhan tiap pertambahan
panjang material ikan, akan bertambah dimana perbandingan liniernya akan tetap.
Dalam hal ini dianggap bahwa ikan yang ideal beratnya sama dengan pangkat tiga
dari panjangnya dan berlaku untuk semua ukuran ikan. Peningkatan faktor kondisi
dapat terjadi pada waktu ikan sedang mengisi gonad dengan sel seks dan akan
mencapai puncaknya sebelum tingkat pemijahan (Novanistati, 2001).
Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali akan menyebabkan

terjadinya penurunan kecepatan pertumbuhan karena sebagian dari makanan

Universitas Sumatera Utara

21

digunakan untuk perkembangan gonad. Ikan dapat mengalami peningkatan atau
penurunan faktor kondisi dalam daur hidupnya. Keadaan ini mengindikasikan
adanya musim pemijahan bagi ikan betina (Mahendratama, 2011).

Reproduksi
Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung
kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu
setiap tahun. Reproduksi untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk
melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Selain itu, kemampuan individu ikan
untuk bereproduksi dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah adalah salah
satu faktor yang menentukan kesuksesan hidup ikan. Kesuksesan ini ditentukan
dari aspek-aspek anatomi, fisiologi, kebiasaan, dan adaptasi energi (Ishak, 2012).

Nisbah kelamin

Nisbah kelamin adalah salah satu aspek biologi reproduksi yang
berhubungan dengan kondisi populasi ikan dalam suatu perairan. Perbandingan
antara jumlah jantan dan jumlah betina dalam suatu populasi dengan rasio 1:1
(ikan jantan dan ikan betina masing-masing 50%) merupakan kondisi yang ideal.
Perbandingan kelamin dapat berubah menjelang dan selama pemijahan.
Perubahan rasio kelamin secara teratur dapat terjadi dalam pergerakan ikan untuk
memijah, pada awalnya ikan jantan lebih dominan daripada ikan betina dan
kemudian rasio kelamin berubah menjadi 1:1, diikuti oleh dominasi ikan betina.
Penyimpangan seringkali terjadi pada pola perbandingan 1:1, antara lain karena
adanya perbedaan pola tingkah laku bergerombol, perbedaan laju mortalitas, dan
pertumbuhan antara jantan dan betina (Larasati, 2011).

Universitas Sumatera Utara

22

Ukuran Pertama Kali Matang Gonad
Ukuran ikan pertama kali matang gonad tidak sama untuk tiap-tiap spesies.
Demikian pula ikan yang sama spesiesnya, jika tersebar pada lintang yang
berbeda lebih dari lima derajat, akan mengalami perbedaan ukuran dan umur

pertama kali matang gonad. Faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad
di daerah yang bermusim empat antara lain adalah suhu dan makanan, akan tetapi
untuk ikan di daerah tropis suhu relatif perubahannya tidak besar dan umumnya
gonad masak lebih cepat (Effendie 2002).

Fekunditas
Fekunditas merupakan jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu
ikan memijah. Fekunditas merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengukur potensi produksi pada ikan karena relatif mudah dihitung. Fekunditas
lebih sering dihubungkan dengan panjang daripada dengan bobot, karena panjang
penyusutannya relatif kecil tidak seperti bobot yang dapat berkurang dengan
mudah (Effendie, 2002).
Nilai fekunditas suatu individu ikan bervariasi karena dipengaruhi oleh jenis
atau spesies, umur, ukuran individu ikan, makanan, faktor fisiologi tubuh, sifat
ikan, kepadatan populasi dan lingkungan hidup dimana individu ikan itu berada
(Yildirim, dkk., 2006).
Jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan laut dikatakan tinggi bila mencapai
1.000.000 butir telur dalam sekali memijah. Ikan yang tua dan besar umumnya
memiliki fekunditas relatif lebih kecil dan fekunditas relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi

maksimum pada ikan-ikan yang masih muda (Effendie, 2002).

Universitas Sumatera Utara

23

Indeks Kematangan Gonad
Indeks kematangan gonad (IKG) adalah suatu nilai dalam persen yang
merupakan nilai dari perbandingan antara bobot gonad dan bobot ikan dikalikan
100%. Indeks kematangan gonad diperlukan sebagai salah satu pengukuran
aktifitas yang terjadi di dalam gonad. Bobot gonad akan mencapai maksimum
sesaat sebelum ikan memijah kemudian bobot gonad akan menurun dengan cepat
selama pemijahan sedang berlangsung sampai selesai (Effendie, 2002).
Nilai indeks kematangan gonad dapat digunakan untuk menentukan
terjadinya musim pemijahan ikan. Indeks kematangan gonad akan semakin
meningkat dan mencapai batas maksimum pada saat pemijahan (Miazwir, 2012).
Indeks kematangan gonad akan semakin meningkat nilainya dan mencapai
batas maksimum pada saat akan terjadi pemijahan, kemudian menurun dengan
cepat sampai selesai pemijahan. Umumnya, pertambahan berat gonad pada ikan
betina lebih besar dari ikan jantan yaitu sebesar 10 – 25% dari berat tubuhnya,

sedangkan pada ikan jantan sebesar 10 – 15%. Perubahan nilai indeks kematangan
gonad berhubungan erat dengan tahap perkembangan telur. Perubahan indeks
kematangan gonad dari waktu ke waktu diketahui dengan ukuran ikan waktu
memijah. Ikan yang memiliki indeks kematangan gonad lebih kecil dari 20%
adalah kelompok ikan yang memijah lebih dari satu kali setiap tahunnya. Ikan
yang hidup pada perairan tropis dapat memijah sepanjang tahun (Effendie, 2002).

Tingkat Kematangan Gonad
Pengamatan tingkat kematangan gonad dilakukan dengan cara histologis
dan morfologi. Cara histologi adalah anatomi perkembangan gonad dapat terlihat
lebih jelas dan akurat sedangkan dengan cara morfologi tidak akan sedetail cara

Universitas Sumatera Utara

24

histologi akan tetapi cara morfologi banyak dan mudah dilakukan dengan dasar
mengamati morfologi gonad antara lain ukuran panjang gonad, bentuk gonad,
berat gonad, dan perkembangan isi gonad (Effendie, 2002).
Menurut Sheima (2011), faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan
matang gonad ada dua yaitu faktor luar seperti suhu dan arus serta faktor dalam
seperti umur, jenis kelamin, perbedaan spesies, ukuran dan sifat-sifat fisiologis
ikan seperti kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Tahapan tingkat
kematangan gonad, yaitu dewasa atau immature (TKG I dan II), pematangan atau
ripening (TKG III dan IV), masak atau ripe (TKG V dan VI), menghabiskan atau
spent (TKG VII), dan istirahat atau resting (TKG VIII).

Faktor Fisika dan Kimia Perairan
Suhu
Suhu di laut adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan
organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme
maupun perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut. Oleh karena itu
tidaklah mengherannkan jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis hewan
yang terdapat di berbagai tempat di dunia (Hutabarat dan Evans, 2008).
Suhu merupakan parameter yang sangat penting dalam lingkungan laut dan
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan laut.
Suhu permukaan di perairan Indonesia berkisar antara 26 oC – 30oC. Di perairan
Indonesia, suhu maksimum terjadi pada musim pancaroba I (sekitar April – Mei)
dan musim pancaroba II (sekitar November). Pada saat tersebut angin relatif
lemah sehingga proses pemanasan di permukaan terjadi lebih kuat. Tingginya
intensitas penyinaran dan dengan kondisi permukaan laut lebih tenang

Universitas Sumatera Utara

25

menyebabkan penyerapan panas ke dalam air laut lebih tinggi sehinga suhu air
menjadi maksimum. Sebaliknya pada musim barat (Desember – Pebruari) suhu
mencapai minimum. Hal ini disebabkan karena pada musim tersebut kecepatan
angin sangat kuat dan curah hujan yang tinggi (Rasyid, 2010).
Sebaran suhu secara vertikal di Perairan Indonesia pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi tiga lapisan yaitu, lapisan hangat di bagian teratas, lapisan
termoklin di bagian tengah dan lapisan dingin. Secara alami suhu air permukaan
merupakan lapisan hangat karena mendapat radiasi matahari pada siang hari.
Karena kerja angin, maka di lapisan teratas sampai kedalaman 50 – 70 m terjadi
pengadukan, hingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28 °C) yang
homogen (Rizkawati, 2009).
Pengaruh suhu terhadap tingkah laku ikan akan terlihat jelas pada waktu
ikan melakukan pemijahan. Setiap ikan mempunyai kisaran suhu tertentu untuk
melakukan pemijahan, bahkan mungkin dengan suatu siklus musiman yang
tertentu pula. Aktifitas metabolisme serta penyebaran ikan dipengaruhi oleh suhu
perairan dan ikan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar
0,03 °C sekalipun. Suhu merupakan faktor penting untuk menentukan dan menilai
suatu daerah penangkapan ikan. Berdasarkan variasi suhu, tinggi rendahnya
variasi suhu merupakan faktor penting dalam penentuan migrasi suatu jenis ikan
(Limbong, 2008).
Kecerahan
Sinar matahari mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan
beraneka gejala, termasuk penglihatan, fotositesa dan pemanasan. Tingkat
kecerahan dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan intensitas sinar matahari

Universitas Sumatera Utara

26

yang masuk ke perairan. Sinar matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan
jasad hidup di perairan. Sinar matahari diperlukan oleh tumbuhan air untuk proses
asimilasi. Menurut Keputusan Men.LH. No. 51 tahun 2004 tentang pedoman baku
mutu air laut untuk biota, kecerahan yang diinginkan adalah lebih besar dari 5 m.
Tingkat kecerahan tergantung kepada musim dan tingkat sedimentasi yang berasal
dari sungai yang masuk ke perairan laut (Riyadi, dkk., 2005).
Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi ion yang terdapat di perairan, dengan satuan
g/kg atau promil ( o/oo). Perubahan salinitas pada perairan bebas relative kecil bila
dibandingkan dengan yang terjadi di daerah pantai. Perairan pantai banyak
dimasuki air tawar dari muara-muara sungai terutama pada waktu banyak turun
hujan. Salinitas erat hubungannnya dengan adanya penyesuaian tekanan osmotik
antara sitoplasma dari sel-sel dalam tubuh ikan dengan keadaan salinitas di
sekeliling. Selain erat hubungannya dengan penyesuaian tekanan osmotik, maka
salinitas juga menentukan daya apung dari telur-telur yang pelagis sifatnya. Selain
itu perubahan massa air dan keadaan stabilitasnya (Baskoro, dkk., 2011).
Salinitas adalah konsentrasi rata-rata seluruh garam yang terdapat di dalam
air laut. Hampir semua organisme laut hanya dapat hidup pada daerah-daerah
yang mempunyai perubahan salinitas yang sangat kecil. Salinitas bersifat lebih
stabil di lautan terbuka, walaupun di beberapa tempat dijumpai adanya perubahan.
Salinitas akan naik dikarenakan banyaknya air yang hilang saat terjadi penguapan
pada musim panas atau sebaliknya akan menurun oleh besarnya curah hujan
(Rizkawati, 2009).

Universitas Sumatera Utara

27

Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola
sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Perairan dengan tingkat
curah hujan tinggi dan dipengaruhi oleh aliran sungai memiliki salinitas yang
rendah sedangkan perairan yang memiliki penguapan yang tinggi, salinitas
perairannya tinggi. Berdasarkan kisaran tersebut maka perairan tersebut
merupakan perairan yang mempunyai daya dukung terhadap aktivitas budidaya,
dimana salinitas merupakan variabel lingkungan yang mempengaruhi tingkat
kenyamanan biota yang akan dibudidayakan selain dipergunakan untuk
kelangsungan hidup dan pertumbuhannya (Riyadi, dkk., 2005).
Pasang Surut
Air pada bagian ujung pantai yang berbatasan dengan lautan tidak pernah
diam pada suatu ketinggian yang tetap, tetapi mereka ini selalu bergerak naik dan
turun sesuai dengan siklus pasang. Permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai
pada ketinggian maksimum, peristiwa ini dinamakan pasang tinggi ( high water ),
setelah ini, turun sampai kepada suatu ketinggian minimum yang disebut pasang
rendah (low water ). Perbedaan ketinggian permukaan pasang tinggi dan pasang
rendah dikenal sebagai tinggi pasang ( tidal range ). Sifat khas dari naik turunnya
permukaan air ini terjadi dua kali setiap hari sehingga terdapat dua periode pasang
tinggi dan dua periode pasang rendah yang dinamakan semi diurnal tide .
Pasang yang mempunyai tinggi maksimum sebagai spring tide sedangkan yang
mempunyai tinggi minimum sebagai neap tide (Hutabarat dan Evans, 2008).
Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) dalam suatu perairan merupakan salah satu
parameter kimia yang penting dalam memantau kestabilan perairan. Perubahan

Universitas Sumatera Utara

28

nilai pH suatu perairan terhadap organisme aquatik mempunyai batasan tertentu
dengan nilai pH yang bervariasi (Simanjuntak, 2012).
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk
mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan
memberikan

petunjuk

terganggunya

sistem

penyangga.

Hal

ini

dapat

menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat
membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia
umumnya bervariasi dari 6,0 – 8,5 (Riyadi, dkk., 2005).
Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut dalam laut dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk
respirasi dan penguraian zat-zat organik oleh mikro-organisme. Sumber utama
oksigen dalam air laut adalah udara melalui proses difusi dan dari proses
fotosintetis fitoplankton. Oksigen terlarut merupakan salah satu penunjang utama
kehidupan di laut dan indikator kesuburan perairan. Kadar oksigen terlarut
semakin menurun seiring dengan semakin meningkatnya limbah organik di
perairan (Simanjuntak, 2012).
Oksigen Terlarut (DO) diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan
akuatik untuk proses pembakaran dalam tubuh. Beberapa bakteria maupun
beberapa binatang dapat hidup tanpa O2 (anaerobik) sama sekali, lainnya dapat
hidup dalam kedaaan anaerobik hanya sebentar tetapi memerlukan penyediaan O2
yang berlimpah setiap kali. Apabila kadar oksigen terlarut lebih kecil dari 4 – 5
ppm nafsu makan biota laut berkurang dan pertumbuhan kurang baik, pada kadar
3 – 4 ppm dalam jangka waktu yang lama, biota akan berhenti makan dan
pertumbuhan terhenti (Riyadi, dkk., 2005).

Universitas Sumatera Utara