Penentuan Persentase Kehilangan Minyak(Losses) CPO Yang Terdapat Pada Tandan KosongDi PTP. Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit

Menurut hunger (1924) pada tahun 1869 pemerintahan kolonial belanda mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim dan pada tahun 1970 di musi Hulu.

Bapak kelahiran industri kelapa sawit di Indonesia adalah seorang yang berkebangsaan dari Negara Belgia bernama Adrien Hallet. Beliau pada tahun 1911 membudidayakan kelapa sawit secara komersial dalam bentuk perkebunan di Sungai Liput (Aceh) dan Pulo Raja (Asahan).

Pada masa penjajahan Belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa sawit telah berjalan dengan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan perekonomian pemerintahan Belanda. Pada masa penduduk Jepang 1942, pemerintah pendudukan meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya di kirim ke Jepang sebagai bahan mentah industri perang, kemudian semua terhenti karna terjadi serangan sekutu pada tahun 1943.

Pada tahun 1947 pemerintahan Belanda merebut kembali dua per tiga dari perkebunan yang pernah dikuasai kelaskaran (Stoler,1985). Kemudian menjelang akhir tahun 1948 maskapai maskapai dari perkebunan asing hampir memproleh perkebunan mereka masing - masing dan menjadi milik mereka kembali.


(2)

Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai Belanda di ambil oleh Pemerintahan Indonesia. Namun milik perusahaan Inggris , Prancis, Belgia dan Amerika di kembalikan lagi kepada pemiliknya pada akhir Desember 1967.

Pada masa pemerintahan Orde Lama relatif perkebunan sawit sangat terlantar karena tidak ada peremajaan dan rehabilitasi pabrik. Akibatnya produksi sangat menurun drastis dan kedudukan Indonesia di pasaran Internasional sebagai pemasokan minyak sawit nomor satu terbesar sejak tahun 1966 telah digeser oleh Malaysia hingga sekarang ini.

Pada masa pemerintahan Orde Baru telah mulai membangun kembali perkebunan kelapa sawit secara besar - besaran dengan mengadakan peremajaan dan penanaman baru.Selanjutnya pemerintahan telah bertekad pula membangun perkebunan kelapa sawit dengan mengembangkan melalui berbagai pola.

Sejak tahun 1975 muncul berbagi pola pengembangan kelapa sawit seperti pola Unit Pelaksanaan Proyek (UPY) dan Proyek Pengembangan Perkebunan Rakyat Sumatera Utara(P3RSU).Kemudian Proyek NES/PIRBUN sejak 1977/1978, antara lain PIR lokal, PIR Khusus, PIR berbantuan. Selanjutnya sejak tahun1986 muncul lagi PIR TRANS. Dan sejak 1984 berdasarkan surat keputusan menteri pertanian No. 853/1984, pengembangan perkebunan besar kelapa sawit dilakukan dengan pola PIR.Kemudian sejak 1986 INPRES nomor 1 tahun 1986 telah ditetapkan bahwa pengembangan perkebunan dengan pola PIR harus dikaitkan dengan program transmigrasi (Risza,S.1994).


(3)

Areal kelapa sawit Indonesia meningkat pesat, khususnya pada saat ini. Kalau dulu perkebunan kelapa sawit hanya terbatas di Sumatera, sekarang terdapat perkebunan-perkebunan yang luas di Kalimantan, Sulawesi,dan Irian Jaya. Kebun kelapa sawit harus diremajakan setiap 25 tahun.Dengan demikian dikebun-kebun lama dewasa ini terdapat tanaman generasi ke-2 atau ke-3. Tampak bahwa dari generasi kegenerasi intensitas penyakit akar makin meningkat(Semangun,H.2008).

2.2. Varietas dari Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal.Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal dari tempurung dan daging buah, atau berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang baik dibandingkan dengan varietas lain.

2.2.1 Berdasarkan Ketebalan Cangkang Dan Daging Buah Kelapa Sawit 2.2.1.1 Dura

Tempurung cukup tebal antara 2 - 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatip tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35 - 50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.


(4)

2.2.1.2 Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal.Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis pesifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini.Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai induk jantan. Penyerbukan silang antara pisifera dengan dura akan menghasilkan varietas tenera.

2.2.1.3 Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura dan pisifera.Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 - 4 mm, dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60 – 90%.Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak daripada dura, tetapi ukurannya relative lebih kecil.

2.2.1.4 Macro carya


(5)

2.2.1.5 Diwikka – wakka

Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.Diwikka - wakka dapat dibedakan menjadi diwikka-wakka dura, diwikka-wakka pisifera dan diwikka - wakka tenera.Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia(Tim Penulis PS, 1997).

2.2.2 Berdasarkan Warna Kulit Buah Kelapa Sawit 2.2.2.1 Nigrescens

Buah nigrescens berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam - hitaman pada waktu matang.Tipe buah nigrescens hampir dominan ditemukan pada varietas tenera yang ditanam secara komersial di Indonesia.

2.2.2.2 Virescens

Pada waktu muda, buah virescens berwarna hijau dan ketika matang warnanya berubah menjadi jingga kemerahan, tetapai ujungnya tetap kehijau - hijauan.

2.2.2.3 Albescens

Pada waktu muda, buah albescens berwarna keputih - putihan, sedangkan setelah matang berubah menjadi kekuning - kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitam - hitaman(Pahan,I.2006).


(6)

2.3 Panen

Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, Mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan dan brondolannya ditempat pengumpulan hasil.

Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak paling maksimal. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty acid (ALB atau FFA).Hal itu tentu akan banyak merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak. Lagi pula,buah yang terlalu masak lebih mudah terangsang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB nya rendah.

Sebaiknya pemanenan dilakukan terhadap semua tandan buah yang telah matang. Berdasarkan tinggi tanaman, Ada 3 cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia

1. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 m digunakan dengan cara panen jongkok dengan alat dodos.

2. Untuk tanaman yang tingginya 5-10 m digunakan dengan cara berdiri dan mengunakan alat kampak siam.

3. Ubtuk tanaman yang tingginya diatas 10 m dengan alat arit berganggang panjang (enggrek)(Tim Penulis PS,1997).


(7)

Pengolahan bahan kelapa sawit dimaksud untuk memperoleh minyak kelapa sawit (CPO) dan inti kelapa sawit dari biji (nut). Pada prinsipnya proses pengolahan TBS menjadi CPO diperlukan pengolahan. Proses pengolahan buah kelapa sawit yang ada di PTP.Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi dapat dilihat dari daftar lampiran. Pengolahan ini dibagi dalam beberapa stasiun yaitu:

1. Stasiun Penerimaan Buah 2. Stasiun Loading Ramp 3. Stasiun Rebusan (Sterilizzer) 4. Stasiun Penebah (Threser)

5. Stasiun Kempa (Pressings Station)

6. Stasiun Klarifikasi (Pemurnian Minyak)

2.4.1 StasiunPenerimaan Buah (Fruit Reception) 2.4.1.1 Jembatan Timbang (Weight Bridge)

Timbangan berfungsi sebagai tempat atau penimbangan TBS yang dibawa kepabrik dan hasil produksi pabrik (minyak/inti sawit) serta penimbangan barang lain yang terkait dengan aktivitas kebun. Data hasil penimbangan TBS dapat juga dimanfaatkan sebagai alat kontrol untuk evaluasi capaian rendeman dan kapasitas olah pabrik.Kapasitas timbangan di pabrik kelapa sawit PTP.Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu adalah maksimal 40 ton.


(8)

2.4.1.2 Sortasi TBS

Sortasi TBS dilakukan di LoadingRamp. Mutu dan hasil rendemen olah sangat dipengaruhi oleh mutu tandan dan mutu panen.Sortasi TBS sebagai alat untuk menilai mutu panen yang dilaksanakan setiap kebun yang mengolah buah di pabrik dengan menentukan samua trukyang dianggap mewakili setiap afdeling kebun.Untuk pengiriman TBS dan pihak ke III, maka sortasi dilakukan terhadap semua truk.Sebelum dibongkar, diambil sekitar 40 brondolan, untuk mengetahui apakah buah termasuk jenis dura atau tenera.Untuk TBS dan pihak ke III, buah yang ditolak adalah buah mentah (fraksi 00 dan 0), buah dura (bila komposisinya> 15%), dan buah yang beratnya <10 kg.Sortasi buah dilaksanakan sesuai dengan kriteria panen yang terdiri atas beberapa fraksi.

2.4.2 Stasiun Loading Ramp

Loading Rampadalah tempat untuk melakukan sortasi dan penampungan TBS sementara menunggu proses pengolahan. Setelah ditimbang,TBS dipindahkan ke

loading rampsebagai tempat penimbunan sementara sebelum tandan buah dimasukkan ke dalam lori rebusan. Untuk mengetahui mutu TBS yang akan diolah perlu dilakukan sortasi di loading rampharus dilakukan karena mutu TBS yang akan diolah merupakan salah satu faktor yang menentukan rendemen dan mutu produksi.


(9)

2.4.2.1 Lori

Lori adalah alat yang digunakan untuk menampung/membawa buah dari loading ramp ke perebusan untuk direbus. Berat rata rata isian setiap lori adalah 2,5 ton TBS. Jumlah kebutuhan lori disetiap pabrik kelapa sawit tergantung pada besarnya kapasitas olah per jam pada pks berkapasitas olah 30 ton tbs/jam diperlukan 66 unit lori.Tandan buah dituang pada tiap-tiap sekat dan diatur dan pintu kepintu lainnya dengan isi sesuai dengan kapasitas.

2.4.2.2Alat Penarik (Capstand)

Capstandadalah alat penarik lori keluar dan masuk sterilizer (Rebesan) yang menggunakan gearbox/elektromotor. Sebelum capstand dijalankan, bollard harus dalam keadaan bersih dan kering untuk menghindari terjadinya tali slip waktu digunakan.

Bollard capstanddijalankan untuk menarik lori dengan melilitkan tali secara teratur dan tidak bertindih.Bollard dapat digunakan secara sekaligus dua buah (kiri dan kanan) apabila dijumpai beban berat dengan menghindarkan gesekan tali pada

frame.Permukaan bollard harus rata dan tidak rusak karena aus.

2.4.2.3 Transfer Carriage

Transfer carriagemerupakan suatu alat pemindah lori yang telah berisi TBS dari jalur rel loading ramp ke jalur rel rebusan yang posisinya berada dibelakang rebusan.Transfer carriageyangada di PTP.Nusantara IV Kebun Pabatu memiliki satu


(10)

unit dan hanya mampu memindahkantiga unit loriyang masing-masing loriberatnya ± 2,5ton.

2.4.2.4Jaringan Rel (Rail Track)

Relmerupakan jalur tempat loriberjalan, rel harus rata dan tidak naik turun, tidak bengkok dan jarak rel kiri dan kanan harus tetap yaitu sekitar 60 cm.

2.4.3 Stasiun Rebusan (Sterilizing Station) 2.4.3.1 Lori Rebusan (Boogies and cages)

Lori rebusan adalah alat yang digunakan untuk mengangkut media atau tempat perebusan buah. Lori rebusan diisi penuh dan merata sebanyak ± 2,5ton TBS lori.

Jika isi dan lori ton tadi terlalu penuh maka akan mengakibatkan: 1. Kerugian minyak pada air kondensat rebusan.

2. Buah terjatuh dalam rebusan.

3. Penyumbatan saringan pipa-pipa kondensat.

4. Kerugian waktu karena buah yang jatuh berada jauh dalam rebusan sehingga harus menunggu perebusan tersebut dingin untuk membersihkan lori yang jatuh. 5. Kerugian steam.

6. Kerugian alat-alat.

2.4.3.2 Rebusan (Sterillizer)

Ketel rebusan adalah bejana uap yang digunakan untuk merebus buah sawit.Untuk menjaga tekanan dalam rebusan tidak melebihi tekanan kerja yang diizinkan, rebusan diberi katup pengaman (safety valve).


(11)

Tujuan perebusan antara yaitu :

1. Mematikan enzim-enzim untuk mencegah berlanjutnya proses kenaikan asam lemak bebas (ALB),

2. Mengurangi kadar air dalam buah.

3. Memudahkan berondolan lepas dan tandan.

4. Melunakkan daging buah agar lumat dalam digester.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses perebusan dengan tekanan 2,8 - 3 Kg/cm2 dan temperatur 135 - 140°C dengan lama perebusan antara 85 -90 menit serta siklus perebusan 105 menit.

Sistem perebusan yang ada saat ini di PKS PTPN IV (Persero) kebun pabatu adalah sistem tiga puncak (triple peak).Triple peakadalah jumlah puncak yang terbentuk selama proses perebusan.Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukan dan jumlah pembukaan atau penutupan dan uap masuk atau keluar selama perebusan berlangsung yang diatur secara manual dan otomatis.

1. Holding time 40-5 0 menit.

2. Tekanan 2,8-3,0 kg/cm2, (sesual kondisi buah). 3. Sikius merebus kecil 100 menit.

4. Tidak ada kebocoran steam. 5. Air kondensat tidak menggenang.


(12)

2.4.4 Stasiun Penebah TBS (Threser) 2.4.4.1 Alat Pengangkat (Hoisting Crane)

Hoisting Craneberfungsi untuk mengangkat lori berisi buah dan menuangkan kedalam auto feederserta menurunkan lori kosong ke posisi diatas rel menuju loading ramp.

2.4.4.2 Auto Feeder

Auto Feeder adalah tempat penampungan buah masak hasil tuangan hoisting crane Yang dapat mengatur pemasukan buah ke dalam alat penebah (Trheser) secara otomatis.

2.4.4.3 Penebah (Threser)

Threser adalah alat yang digunakan untuk melepas dan memisahkan buah dan tandan. Melalui kisi kisi brondolan jatuh ke conveyor(Bottom Fruit Conveyor) dan tandan terdorong keluar ke conveyor tandan kosong (Empty Bunch Conveyor) menuju

hopper.

2.4.4.4 Conveyor Tandan Kosong

Alat ini digunakan untuk membawa tandan kosong dari threser ke penampungan sementara tandan kosong (hopper).


(13)

2.4.4.5 Timba Buah(Fruit Elevator)

Fruit Elevator atau timba buah adalah alat untuk mengangkut buah/brondolan dari bottom cross conveyor (ularan silang bawah) ke top cross conveyor (ularan Silang atas), kemudian dibawa ke distribution conveyor (ularan Pembagi).

2.4.5 Stasiun Kempa (Pressing Station) 2.4.5.1 Ketel Adukan (Digester)

Ketel adukan adalah alat untuk melumatkan berondolan, sehingga daging buah terpisah dari biji.Ketel adukan ini terdiri dan tabung silinder yang berdiri tegak yang didalamnya terpasang pisau-pisau pengaduk (strirring arms).Jumlah pisau ada 6 tingkat yang terdiri dari 5 tingkat pisau pengaduk dan 1 tingkat pisau lempar yang berada pada bagian bawah.

Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas sekitar 90 - 95°C,yang diberikan dengan caramenginjeksikanpemanasan mantel (jacket).Jarak pisau dengan dindingdigestermaksimum 15 mm.Pelumatan dilakukan dengan cara memasukkan buah masak atau berondolan keconveyor pembagi ke dalam ketel adukan, pengisian harus penuh dan pintu digester harus tertutup, setelah pengadukan berjalan ± 15 baru pintu dibuka ± ¾.

2.4.5.2 Pengempa (Press)

Pengempa digunakan untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah (pericrap).Alat ini terdiri dari sebuah silinder (press cylinder)yang berlubang-lubang dan didalamnya terdapat dua buah unit konus (cones)berada pada bagian ujung


(14)

pengempa, yang dapat digerakkan maju-mundur secara hidrolik. Massa yang keluar dan ketel adukan melalui feeder screwbagi kempa yang memakainya (sebagai minyak keluar) masuk dalam main screwuntuk di kempa lebih lanjut.

Minyak yang keluar dan feed screwdan main screwditampung dalam talang minyak (oil gutter).Untuk mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak pada feeder screwdilakukan injeksi dan penambahan air panas.

Hal-hal yang harus diperhatikan:

1. Ampas kempa (Press Cake)harus keluar merata disekitar konus. 2. Tekanan hidrolik path akumulator 30 - 40 kg.

3. Pada akhir pengoperasian ataupun bila terjadi gangguan, sehingga screw pressharus berhenti untuk waktu yang lama, maka Screw Pressharus dikosongkan.

2.4.6 Stasiun Klarifikasi

Pada stasiun ini minyak kasar diproses sedemikian rupa hingga mencapai hasil yang lebih murni yang sesuai atau yang diharapkan. Adapun perlakuan yang terdapat pada stasiun ini yaitu:

1. Tangki Pemisah Pasir (Sand Trap Tank).

2. Saringan Getar (Vibrating Screen).

3. Bak RO atau Crude Oil Tank.

4. Continuous Settling Tan (CST). 5. Oil Tank.


(15)

7. Vacum Dryer.

8. Tangki Timbun. 9. Brus Stainer.

13. Pre Cleaner.

14. Balance Tank.

15. Sentrifusi Sludge (Sludge Separator).

13. Fat pit.

2.4.6.1 Tangki Pemisah Pasir (Sand Trap Tank)

Tangki pemisah pasir berfungsi untuk pengendapan pasir dari minyak kasar yang berasal dari oil gutter (talang minyak mentah).

2.4.6.2 Saringan Getar (Vibrating Screen)

Vibrating Screen berfungsi untuk memisahkan massa padatan berupa ampas yang terikut minyak kasar. Massa ampas yang disaring dikembalikan ke timba buah untuk diproses kembali sedangkan cairan minyaknya ditampung pada tangki minyak kasar.

2.4.6.3 Bak RO atau Crude Oil Tank

Bak RO atau Tangki Crude Oil adalah tangki penampung crude oil atau minyak kasar yang dilengkapi pipa pemanas steam coil (temperatur 95°C). Fungsi Tangki Bak RO adalah untuk meningkatkan temperatur sebelum minyak kasar dipompakan ke CST.


(16)

2.4.6.4 Continuous Settling Tank (CST)

Continuous Settling Tank (CST) adalah tangki berkapasitas 70 ton/90 ton/120 ton yang difungsikan untuk memisahkan (mengutip minyak) dengan sludge dalam temperatur yang tinggi dan kondisi cairan yang tenang sehingga terjadi pengandapan. Sistem pemisahan minyak dan sludge terjadi karena adanya perbedaan berat jenis.sludge

yang mempunyai berat jenis lebih besar mengandap ke bawah, sedangkan minyak yang berat jenisnya lebih keil akan naik ke atas.

2.4.6.5 Oil Tank

Oil Tank adalah tangki penempung minyak sementara hasil pemisahan minyak di CST, sebelum diproses di oil purifier dan vacum dryer.Pada tangki ini minyak dipanasi sebelum diolah lebih lanjut pada sentrifius minyak atau oil purifier.

2.4.6.6 Sentrifusi Minyak (Oil Purfier)

Oil Purifier adalah alat yang berfungsi untuk memurnikan atau memisahkan air dan kotoran yang masih ada dalam minyak. Minyak dari oil tank yang di alirkan ke

oilpurifier masih mengandung air dan kotoran , tetapi sudah lebih kecil dari minyak yang masuk ke oil tank akibat proses pemanasan dan pengandapan.

2.4.6.7Pengeringan Minyak ( Vacum Dryer)

Vacuum Dryerberfungsi untuk memisahkan air yang masih terkandung dalam minyak dengan cara penguapan pada ruang vacum.


(17)

2.4.6.8Tangki Timbun

Tangki timbun adalah suatu alat dengan berbagai kapasitas yang berfungsi untuk menampung produksi minyak hasil olahan pabrik sebelum dikirim ke pembeli. Disamping itu fungsi tangki timbun adalah :

- Menjaga kualitas CPO tetap standart

- Sebagai fasilitas yang efisien dan cepat untuk pengiriman CPO.

2.4.6.9 Saringan Berputar (Brush Strainer)

Saringan ini dipakai untuk memisahkan serabut yang masih ada di dalam Sludge Separator.Alat ini terdiri dan tabung silinder yang berlubang-lubang halus dengan sikat-sikat yang berputar bersama poros di tengah silinder tersebut. Cairannya telah tersaring keluar dan bagian atas untuk menuju ke dalam desander, sedangkan serabut/sampah dibuang dan bagian bawah.

2.4.6.10 Pre Cleaner

Minyak keluar darisaringan berputar masih mengandung pasir untuk membuang pasir itu digunakan sludge pre cleaner.Alat ini pada bagian atasnya berbentuk silinder dan bagian bawahnya berbentuk konus yang terbuat dan bahan keramik.Di bawah konus terdapat tabunng pengendapan pasir.Cairan ini dipompakan pada bagian samping atas, Sehingga cairan berputar dalam tabung dan konusnya yang mengakibatkan timbulnya gaya sentripugal. Gaya ini menyebabkan pasir turun ke bawah dengan cepat untuk dibuang, sedangkan cairan tanpa pasir bergerak ke atas dan bergerak melalui poros.


(18)

2.4.6.11 Balance Tank

Balance Tankadalah tangki penampungminyak yang dipompakan dari BakRO

sebelum dimasukkan ke CST.berfungsi untuk mengurangi tekanan cairan yang dipompakan ke CST sehingga cairan di CST dalam kondisi tenang.

2.4.6.12 Sludge Tank

Sludge Tank adalah tangki penempung sementarasludge dari hasil pemishan

CST sebelum diolah ke sludge separator. Sludge tank ini berbentuk silinder yang bagian bawahnya berbentuk krucut yang dilengkapi kran untuk spui endapan (kotoran).pemanasan dalam tangki ini dilakukan dengan system steam coil dan temperatur cairan dalam tangki 95-100°C.

2.4.6.13 Sludge Separator

Sludge Separator adalah alat untuk memisahkan minyak dari sludge dengan gayasentrifugal yang ditimbulkan dari putaran 5.000 rpm. Minyak yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar. Minyak hasil pengutipan dikirim ke bottom tank kemudian dipompakan ke CST. Sedangkan cairan yang mempunyai berat jenis lebih berat dibandingkan minyak terdorong kebagian dinding


(19)

2.4.6.13 Fat pit

Minyak hasil penyepian darisludge tank, minyak tumpah - tumpahan dan dari bekas cucian distasiun klarifikasi ditampung dalam bak - bak penampung.Minyak hasil kumpulan dipanaskan dengansteam injeksi, sehingga minyak yang tertampung di kirim ke Bak RO. Sedangkansludge dari bak fat pit dialirkan ke deoling pond. Minyak hasil pemisahan dikirim kembali ke pabrik untuk diproses, sedangkan cairan sludge dialirkan kembali ke bak limbah(PTPN IV.2010).

2.5 Minyak Kelapa Sawit

Minyak sawit merupakan hasil jadi dari pengolahan kelapa sawit yang berupa minyak kasar atau Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit atau minyaknya Palm Kernel Oil (PKO), minyak sawit dapat dipakai dalam berbagai jenis makanan terutama dalam pembuatan margarine, Shortening, atau minyak goreng atau lemak - lemak dalam pembuatan roti dan kue. Untuk minyak goreng dapat digunakan 100 % minyak sawit, misalnya dalam pengorengan.

Sebagai minyak atau lemak, minyak kelapa sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan dengan asam lemak.Minyak sawit termasuk golongan minyak asam Oleat- Linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida (terutama-βkaroten)(Mangoensoekarjo,S.2003).

Buah sawit berukuran kecil antara 12 -18 gr/ butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir terdiri dari 10 - 18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Beberapa bulir bersatu membentuk tandan. Buah sawit yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah sawit. Tanaman kelapa sawit sudah mulai menghasilkan pada umur


(20)

24 - 30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah.

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika - kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah penyerbukan. Dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi adalah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.

Minyak yang mula - mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi pembentukan trigiserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong - kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah, Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari maka tanaman tersebut membentuk senyawa kimia pelindung yaitu karoten ( Naibaho,M.P. 1996 ).

Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng lain, Antara lain mengandung karoten dan tokoferol sebagai sumber vitamin E, Selain itu keunggulan lainnya adalah karena kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor (heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi(Tim Penulis,SP.1977).


(21)

2.5.1 Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 % perikrap dan 20 % buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikrap sekitar 34 - 40 %. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang memiliki komposisi yang tetap.Rata - rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.5.1Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti KelapaSawit

Asam Lemak Minyak Kelapa sawit (%)

Minyak Inti Sawit (%)

Asam kaprilat – 3 – 4

Asam kaproat – 3 – 7

Asam laurat – 46 – 52

Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17

Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9

Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5

Asam oleat 39 – 45 13 – 19

Asam linoleat 7 – 11 0,5 – 2


(22)

2.5.2 Mutu Minyak Kelapa Sawit

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik.Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu : kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1% dan kadar kotoran lebih kecil dai 0,01 %, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (kurang lebih 2 % ), bilangan peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning, (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau(Ketaren,S.1986).

2.6 Limbah Padat Kelapa Sawit

Limbah padat industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat proses pengolahan kelapa sawit. Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Tempurung sawit termasuk juga limbah padat hasil pengolahan kelapa sawit. Limbah padat mempunyai ciri khas pada komposisinya. Komponen terbesar lain meskipun lebih kecil seperti abu, hemiselulosa, dan lignin.


(23)

Tabel 2.6 komposisi kimiawi Tandan Kosong Kelapa Sawit

Komposisi Kadar %

Abu 15

Selulosa 40

Lignin 21

Hemiselulosa 24

Sumber : Fauzi,Y.Kelapa Sawit (2002)

Limbah padat PKS merupakan bahan organik yang mengandung hara yang diperlukan oleh tanaman, Oleh karena itu aplikasi limbah padat tersebut merupakan usaha daur ulang sebagian hara (Nutrient Recycling) yang terikut melalui panen Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit, sehingga akan mengurangi biaya pemupukan yang tergolong sangat tinggi untuk budidaya tanaman kelapa sawit.

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) adalah salah satu limbah yang dihasilkan oleh Pabrik Kelapa Sawit yang tersedia dalam jumlah besar dan berkesinambungan sepanjang tahun. Sampai saat ini TKKS dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti bahan energi alternatif,mulsa dan kompos (Nainggolan,H.2011).

Tandan buah sawit yang diolah di pabrik akan menghasilkan minyak sawit atau CPO (Crude Palm Oil), inti sawit, cangkang, serat tandan kosong. Dalam proses pengolahan di proleh libah padat kelapa sawit berupa tandan kosong, serat dan tempurung. Limbah padat tandan kosong kadang - kadang mengandung buah tidak lepas dari tandan dan juga mengan dung minyak diantara celah - celah ulir bagian dalam. kejadian ini timbul apabila penumpukan buah pada Auto Feeder dan kecepataan putaran


(24)

Threser yang tidak sempurna sehingga pelepasan buah sangat sulit dan kehilangan minyakpun sering terjadi.

Tabel 2.6.1 Rendemen Limbah Padat Kelapa Sawit Jenis Persentase Terhadap TBS Hasil Proses

Basah Kering

Tandan Kosong 21 – 23 10 – 12 Bantingan

Serat 8 – 11 5 – 8 Screw Press

Tempurung 5 4 Shell Separator


(1)

2.4.6.13 Fat pit

Minyak hasil penyepian darisludge tank, minyak tumpah - tumpahan dan dari bekas cucian distasiun klarifikasi ditampung dalam bak - bak penampung.Minyak hasil kumpulan dipanaskan dengansteam injeksi, sehingga minyak yang tertampung di kirim ke Bak RO. Sedangkansludge dari bak fat pit dialirkan ke deoling pond. Minyak hasil pemisahan dikirim kembali ke pabrik untuk diproses, sedangkan cairan sludge dialirkan kembali ke bak limbah(PTPN IV.2010).

2.5 Minyak Kelapa Sawit

Minyak sawit merupakan hasil jadi dari pengolahan kelapa sawit yang berupa minyak kasar atau Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit atau minyaknya Palm Kernel Oil (PKO), minyak sawit dapat dipakai dalam berbagai jenis makanan terutama dalam pembuatan margarine, Shortening, atau minyak goreng atau lemak - lemak dalam pembuatan roti dan kue. Untuk minyak goreng dapat digunakan 100 % minyak sawit, misalnya dalam pengorengan.

Sebagai minyak atau lemak, minyak kelapa sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan dengan asam lemak.Minyak sawit termasuk golongan minyak asam Oleat- Linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida (terutama-βkaroten)(Mangoensoekarjo,S.2003).

Buah sawit berukuran kecil antara 12 -18 gr/ butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir terdiri dari 10 - 18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Beberapa bulir bersatu membentuk tandan. Buah sawit yang dipanen dalam bentuk tandan disebut


(2)

24 - 30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah.

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika - kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah penyerbukan. Dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi adalah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.

Minyak yang mula - mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi pembentukan trigiserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong - kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah, Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari maka tanaman tersebut membentuk senyawa kimia pelindung yaitu karoten ( Naibaho,M.P. 1996 ).

Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng lain, Antara lain mengandung karoten dan tokoferol sebagai sumber vitamin E, Selain itu keunggulan lainnya adalah karena kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor (heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi(Tim Penulis,SP.1977).


(3)

2.5.1 Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 % perikrap dan 20 % buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikrap sekitar 34 - 40 %. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang memiliki komposisi yang tetap.Rata - rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.5.1Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti KelapaSawit

Asam Lemak Minyak Kelapa sawit (%)

Minyak Inti Sawit (%)

Asam kaprilat – 3 – 4

Asam kaproat – 3 – 7

Asam laurat – 46 – 52

Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17

Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9

Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5

Asam oleat 39 – 45 13 – 19

Asam linoleat 7 – 11 0,5 – 2


(4)

2.5.2 Mutu Minyak Kelapa Sawit

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik.Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu : kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1% dan kadar kotoran lebih kecil dai 0,01 %, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (kurang lebih 2 % ), bilangan peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning, (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau(Ketaren,S.1986).

2.6 Limbah Padat Kelapa Sawit

Limbah padat industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat proses pengolahan kelapa sawit. Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Tempurung sawit termasuk juga limbah padat hasil pengolahan kelapa sawit. Limbah padat mempunyai ciri khas pada komposisinya. Komponen terbesar lain meskipun lebih kecil seperti abu, hemiselulosa, dan lignin.


(5)

Tabel 2.6 komposisi kimiawi Tandan Kosong Kelapa Sawit

Komposisi Kadar %

Abu 15

Selulosa 40

Lignin 21

Hemiselulosa 24

Sumber : Fauzi,Y.Kelapa Sawit (2002)

Limbah padat PKS merupakan bahan organik yang mengandung hara yang diperlukan oleh tanaman, Oleh karena itu aplikasi limbah padat tersebut merupakan usaha daur ulang sebagian hara (Nutrient Recycling) yang terikut melalui panen Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit, sehingga akan mengurangi biaya pemupukan yang tergolong sangat tinggi untuk budidaya tanaman kelapa sawit.

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) adalah salah satu limbah yang dihasilkan oleh Pabrik Kelapa Sawit yang tersedia dalam jumlah besar dan berkesinambungan sepanjang tahun. Sampai saat ini TKKS dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti bahan energi alternatif,mulsa dan kompos (Nainggolan,H.2011).

Tandan buah sawit yang diolah di pabrik akan menghasilkan minyak sawit atau CPO (Crude Palm Oil), inti sawit, cangkang, serat tandan kosong. Dalam proses pengolahan di proleh libah padat kelapa sawit berupa tandan kosong, serat dan tempurung. Limbah padat tandan kosong kadang - kadang mengandung buah tidak lepas dari tandan dan juga mengan dung minyak diantara celah - celah ulir bagian dalam. kejadian ini timbul apabila penumpukan buah pada Auto Feeder dan kecepataan putaran


(6)

Threser yang tidak sempurna sehingga pelepasan buah sangat sulit dan kehilangan minyakpun sering terjadi.

Tabel 2.6.1 Rendemen Limbah Padat Kelapa Sawit Jenis Persentase Terhadap TBS Hasil Proses

Basah Kering

Tandan Kosong 21 – 23 10 – 12 Bantingan

Serat 8 – 11 5 – 8 Screw Press

Tempurung 5 4 Shell Separator


Dokumen yang terkait

Penentuan Persentase Kehilangan Minyak (Losis) CPO yang Terdapat pada Ampas (Fieber) di PTP. Nusantara IV (Persero)Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi

2 76 38

Pengaruh Persentase Kehilangan Minyak Di Sludge Separator Terhadap Efisiensi Pengutipan Minyak Di PTP.Nusantara IV Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi

50 225 46

Upaya Memperkecil Kehilangan Minyak (Losses) Dengan Pengaturan Tekanan Screw Press Pada Ampas Press Pada Stasiun Pressing Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi

47 187 40

Penentuan Persentase Kehilangan Minyak(Losses) CPO Yang Terdapat Pada Tandan KosongDi PTP. Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi

5 131 48

Penentuan Persentase Kehilangan Minyak(Losses) CPO Yang Terdapat Pada Tandan KosongDi PTP. Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi

0 0 12

Penentuan Persentase Kehilangan Minyak(Losses) CPO Yang Terdapat Pada Tandan KosongDi PTP. Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi

0 0 2

Penentuan Persentase Kehilangan Minyak(Losses) CPO Yang Terdapat Pada Tandan KosongDi PTP. Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi

0 6 3

Penentuan Persentase Kehilangan Minyak(Losses) CPO Yang Terdapat Pada Tandan KosongDi PTP. Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi

0 0 1

Penentuan Persentase Kehilangan Minyak(Losses) CPO Yang Terdapat Pada Tandan KosongDi PTP. Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi

0 0 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit - Penentuan Persentase Kehilangan Minyak (Losis) CPO yang Terdapat pada Ampas (Fieber) di PTP. Nusantara IV (Persero)Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi

0 0 14