Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Kebidanan Semester III di STIKes Medistra Lubuk Pakam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Motivasi dan Kebutuhan
1.

Pengertian Motivasi
Motivasi adalah suatu proses di dalam individu. Pengetahuan tentang proses ini

membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan
tingkah laku-tingkah laku lain dari orang itu(Soemanto, 2006).
Menurut James O. Whittaker mengatakan bahwa motivasi adalah kondisikondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk
untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi
tersebut(Soemanto, 2006).
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan
bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan
perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi
motivasi itu adalah tumbuh didalam diri seseorang(Sardiman, 2007).
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya

penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Memberikan
motivasi kepada seorang siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan
sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan menyebabkan si
subjek belajar merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar.

5

6
Dengan demikian dapatlah ditegaskan bahwa motivasi, akan selalu berkait dengan
soal kebutuhan. Sebab seseorang akan terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada
suatu kebutuhan(Sardiman, 2007).
Ada bermacam-macam teori motivasi, salah satu teori yang terkenal
kegunaannya untuk menerangkan motivasi siswa adalah yang dikembangkan oleh
maslow (1943, 1970). Maslow percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan
dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu(Slameto,2003).
Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hierarki,
maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya, yakni dari bawah ke atas.
Dengan istilah lain, kebutuhan untuk berusaha kearah kemandirian dan aktualisasi

diri (Sardiman, 2007 ). Sesuai dengan kebutuhan itu Maslow menciptakan piramida
hierarki kebutuhan yang lebih lengkap dibawah ini (Uno, 2013 ).

Aktualisasi Diri
Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan sosial
Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan Fisiologis

a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat tetap hidup, termasuk makanan,
perumahan, pakaian, udara untuk bernapas, dan sebagainya.
b. Kebutuhan akan Rasa Aman
Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah dipuaskan, perhatian dapat
diarahkan kepada kebutuhan akan keselamatan. Keselamatan itu, termasuk

7
merasa aman dari setiap jenis ancaman fisik, atau kehilangan, serta merasa
terjamin. Pada waktu seseorang telah mempunyai pendapatan cukup untuk
memenuhi semua kebutuhan kejiwaan, seperti membeli makanan dan

perumahan, perhatian diarahkan kepada menyediakan jaminan melalui
pengambilan polis asuransi, mendaftarkan diri masuk perserikatan pekerja, dan
sebagainya.
c. Kebutuhan akan Cinta Kasih atau Kebutuhan sosial
ketika seseorang telah memuaskan kebutuhan fisiologis dan rasa aman,
kepentingan berikutnya adalah hubungan antarmanusia. Cinta kasih dan kasih
sayang yang diperlukan pada tingkat ini, mungkin didasari melalui hubunganhubungan antar pribadi yang mendalam, tetapi juga yang dicerminkan dalam
kebutuhan untuk menjadi bagian berbagai kelompok sosial. Dalam kaitannya
dengan pekerjaan, sementara orang mungkin melakukan pekerjaan tertentu
karena kebutuhan mendapatkan uang untuk memelihara gaya hidup dasar. Akan
tetapi, mereka juga menilai pekerjaan dengan dasar hubungan kemitraan sosial
yang ditimbulkannya.
d. Kebutuhan akan Penghargaan
Percaya diri dan harga diri maupun kebutuhan akan pengakuan orang lain dalam
kaitannya dengan pekerjaan. Hal itu berarti memiliki pekerjaan yang dapat
diakui sebagai bermanfaat, menyediakan sesuatu yang dapat dicapai, serta
pengakuan umum dan kehormatan di dunia luar.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan tersebut diletakkan paling atas pada hierarki maslow dan berkaitan
dengan keinginan pemenuhan diri. Ketika semua kebutuhan Lin sudah


8
dipuaskan, seseorang ingin mencapai penuh potensinya. Tahap terakhir itu
mungkin tercapai hanya oleh beberapa orang (Uno, 2013).
2.

Fungsi Motivasi
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.

Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang
baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan
adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang
yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi
seorang

siswa

akan

sangat


menentukan

tingkat

pencapaian

prestasi

belajarnya(Sardiman, 2007).
3.

Jenis-Jenis Motivasi dalam Belajar
Dilihat dari sumbernya, motivasi belajar ada dua jenis, yaitu : (1) motivasi

intrinsik, dan (2) motivasi ekstrinsik(Winkel, 1996).
1.

Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang
bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Motivasi intrinsik

dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan, atau berupa
penghargaan dan cita-cita (Khodijah, 2014).

2.

Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena rangsangan atau
bantuan dari orang lain. Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh keinginan untuk
menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi yang terbentuk oleh
faktor-faktor eksternal seperti ganjaran atau hukuman (Woolfolk, 2003). Ada
tiga faktor dalam motivasi ekstrinsik, yaitu : 1. faktor keluarga, 2. faktor
sekolah, dan 3. faktor masyarakat (Slameto, 2003).

9
Penelitian menunjukkan bahwa motivasi dari dalam lebih efektif dibandingkan
motivasi dari luar Dalam upaya mencapai hasil belajar yang optimal. Motivasi dari
dalam dapat dilakukan dengan membangkitkan rasa ingin tahu, ingin mencoba, dan
hasrat untuk maju dalam belajar, sedangkan motivasi dari luar dapat dilakukan
dengan memberikan ganjaran, yaitu hukuman dan pujian (Khodijah, 2014).
4.


Cara Meningkatkan Motivasi
Nasution (1988) mengemukakan ada beberapa cara untuk meningkatkan

motivasi belajar, yaitu (1) memadukan motif-motif yang sudah dimiliki, (2)
memperjelas tujuan yang hendak dicapai sehingga siswa akan berbuat lebih efektif,
(3) mengadakan persaingan, (4) memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai, dan
(5) pemberian contoh yang positif (Khodijah, 2014).
Sardiman mengemukakan beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar disekolah melalui: (1) memberi angka, (2) hadiah,
(3) saingan/ kompetisi, (4) ego-involvement, (5) memberi ulangan, (6) mengetahui
hasil, (7) pujian, (8) hukuman, (9) hasrat untuk belajar, (10) minat, (11 tujuan yang
diakui (Khodijah, 2014).
B. Prestasi Belajar
1.

Pengertian Belajar
Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha

mengubah tingkah laku. Belajar adalah perubahan tingkah laku. Orang yang tadinya
tidak tahu menjadi tahu (Sardiman, 2007).

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat
didefenisikan sebagai berikut : “ Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

10
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya” (Slameto, 2003).
2.

Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari prestasi dan belajar.

Antara prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1984), yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil telah dicapai
(dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya) sedangkan belajar adalah sebuah usaha
untuk memperoleh kepandaian atau ilmu. Adapun pengertian prestasi belajar dalam
Depdikbud (2003) yang dikutip oleh Deny Mahendra Kushendar (2010), prestasi
belajar adalah hasil proses pembelajaran yang telah dibubukan dalam bentuk rapor

yang merupakan hasil belajar siswa untuk semua mata pelajaran yang diikuti, baik
yang mecakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa pengertian prestasi belajar hasil
yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar dalam jangka waktu
tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka)
dari guru kepada siswa sebagai imdikasi sejauhmana siswa telah menguasai materi
pelajaran yang disampaikannya (Psycologymania, 2013).
C. Pendekatan Evaluasi Belajar
Ada dua macam pendekatan yang amat popular dalam mengevaluasi atau
menilai tingkat keberhasilan / prestasi belajar, yakni: 1) Norm-referencing atau
Norm-referenced assessment; 2)criterion referencing atau criterian referenced
assessment. Di Indonesia, pendekatan – pendekatan ini lazim di sebut Penilaian
Acuan Norma(PAN) dan Panduan Acuan Kriteria(PAK).

11
1.

Penilaian Acuan Norma(PAN)( Norm-referenced assessment)
Dalam penilaian yang menggunakan PAN, prestasi belajar seorang peserta didik


di ukur dengan cara membandingkannya denga prestasi belajar seorang peserta didik
diukur dengan cara membandingkannya dengan prestasi yang di capai teman – teman
sekelas atau sekelompoknya (Tardif et al, 1989: 227). Jadi pemberian skor atau
penilaian peserta didik tersebut merujuk pada hasil perbandingan antara skor – skor
yang diperoleh teman-teman sekelompoknya dengan skornya sendiri. Sebagai
contoh, apabila soal evaluasi sumatif matematika untuk siswa kelas tiga Madrasah
Tsanawiyah terdiri dari 60 butir dan persentase jwaban benar setinggi 83,3 %
misalnya, maka persentase ini dianggap bernilai 10 atau 100. Nilai ini muncul
berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus sederhana yakni:
�����ℎ ������� �����
× 100
�����ℎ ����� ����

( Muhibbin, 2009)

2.

Peniaian Acuan Kriteria(Criterion refenced assessment)
Penilaian dengan pendekatan PAK (Penilaian Acuan Kriteria) menurut Tardif et


al

(1989:95)

merupakan

proses

penguran

prestasi

belajar

dengan

cara

membandingkan pencapaian seorang siswa dengan berbagai prilaku ranah yang telah
di tetapkan secara baik (well-defined domain behaviours) sebagai patokan absolute.
Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan PAK di perlukan adanya kriteria
mutlak yang merujuk pada tujuan pembelajaran umum dan khusus (TPU dan TPK).
Artinya, nilai atau kelulusan seorang siswa bukan berdasarkan perbandingan dengan
nilai yang dicapai oleh rekan – rekan sekelompoknya melainkan di tentukan oleh
penguasaannya atas materi pelajaran hingga batas yang seuai dengan tujuan
instruksional (Muhibbin, 2009).

12
3.

Batas Minimal Prestasi Belajar
Setelah mengetahui indicator dan memperoleh skor hasil evaluasi prestasi

belajar di atas, guru perlu pula mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas
minimal

keberhasilan

belajar

para

siswanya.

Hal

ini

penting

karena

mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil arti luas
bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang
meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa siswa. Menetapkan batas minimum keberhasilan
belajar siswa selalu berkaitan dengan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada
beberapa alternative norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti
proses mengajar belajar. Di antara norma – norma pengukuran tersebut adalah: 1)
norma skala angka dari 0 sampai 10; 2) norma skala angka dari 0 sampai 100. Angka
terendah yang menyatakan kelulusan / keberhasilan belajar (passing grade) skala 010 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 5,5 atau 60. Pada
prinsipnya jika seorang dapat menjawab lebih dari setengah instrument evaluasi
dengan benar ia dianggap telah memenuhi target mniml keberhasilan belajar. namun
demikian, kiranya perlu di pertimbangkan oleh para guru sekolah penetapan passing
grade yang lebih tinggi (misalnya 65 atau 70) untuk pelajaran – pelajaran inti (core
subject). Selanjutnya, selain norma – norma tersebut di atas, adapula norma lain yang
di Negara kita baru berlaku di perguruan tinggi, yaitu norma prestasi belajar dengan
menggunakan symbol huruf – huruf A, B, C, D dan E. symbol – symbol huruf ini
dapat di pandang sebagai terjemahan dari symbol – symbol angka. Symbol niai
angka yng berskala 0 sampai 4. Skala angka yang berinterval jauh lebih pendek dari
pada skala angka lainnya itu di pakai untuk menetapkan Indeks Prestasi (IP)
mahasiswa, baik pada setiap semester maupun pada akhir semester pada akhir
penyelesaian studi (Muhibbin, 2009).

Dokumen yang terkait

Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Kebidanan Semester III di STIKes Medistra Lubuk Pakam

0 50 55

Dhevita Sulistya Murti R0107064

0 0 60

Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Kebidanan Semester III di STIKes Medistra Lubuk Pakam

0 0 11

Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Kebidanan Semester III di STIKes Medistra Lubuk Pakam

0 0 2

Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Kebidanan Semester III di STIKes Medistra Lubuk Pakam

0 0 4

Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Kebidanan Semester III di STIKes Medistra Lubuk Pakam

0 0 1

Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Kebidanan Semester III di STIKes Medistra Lubuk Pakam

0 0 11

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN MAHASISWA SEMESTER IV PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN STIKES ‘AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20122013 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Asuhan

0 0 9

HUBUNGAN PERAN PEMBIMBING AKADEMIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA D III KEBIDANAN SEMESTER IV STIKES ‘AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Peran Pembimbing Akademik dengan Motivasi Belajar Mahasiswa D III Kebidanan Semester IV STIKES ‘Aisyiy

0 0 11

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS (ASKEB III) MAHASISWA D.III KEBIDANAN STIKES ‘AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Pada Mata Kuli

0 0 12