ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATE

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIS SISWA KELAS VII PADA MATERI
BANGUN DATAR
Siti Romlah1), Chandra Novtiar2)
Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung
sitiromlahaz.zuhudy@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII pada materi bangun datar di
tinjau dari analisis kesalahan jawabannya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif dengan subjek terbatas yang terdiri dari 3 siswa. Data yang dikumpulkan
berupa hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis dan hasil wawancara. Hasil tes
dianalisis sesuai indikator kemampuan berpikir kreatif matematis. Indikator-indikator
tersebut antara lain: kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality),
dan elaborasi (elaboration). Berdasarkan hasil analisis data, bahwa kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa MTsN Cikalongwetan masih rendah. Kemudian berdasarkan
fakta diketahui bahwa siswa belum bisa memahami pernyataan dan siswa mengalami
kesulitan dalam memahami soal karena siswa masih bingung dan belum mampu
memaknai kalimat yang disajikan. Selain itu siswa lupa dengan materi bangun datar.
Siswa juga kebingungan dalam memilih rumus yang harus digunakan dalam

menyelesaikan soal. Meskipun siswa belum memperoleh jawaban yang tepat, tetapi
siswa telah berusaha untuk mengaitkan konsep yang pernah dipelajari sebelumnya pada
materi bangun datar. Hasil penelitian awal ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada pembaca mengenai kemampuan berpikir kreatif matematis siswa mengingat
pentingnya berpikir kreatif matematis dan fakta mengenai kemampan berpikir kreatif
matematis siswa, diharapkan pendidik mampu merancang kegiatan pembelajaran yang
dapat memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Kata Kunci: Analisis Kesalahan, Bangun Datar, Berpikir Kreatif

1.

PENDAHULUAN

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran sekolah memiliki ciri dan karakteristik
yang khusus. Salah satu ciri dari matematika tersebut adalah objeknya bersifat
abstrak menurut Soedjadi (Warih, Parta dan Rahardjo, 2016). Untuk memahami
objek atau konsep matematika yang bersifat abstrak tersebut dibutuhkan suatu
keterampilan berpikir secara aktif dan kreatif dalam menyelesaikan permasalahan.
Hal ini sejalan dengan standar kompetensi lulusan kurikulum 2013 pada dimensi
keterampilan, yaitu memiliki kemampuan berpikir dan tindak yang efektif dan kreatif

dalam ranah abstrak dan konkrit sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber
lain sejenis. Maka dari itu keterampilan dalam berpikir kreatif merupakan aspek yang
paling penting dalam pembelajaran matematika.

Berpikir kreatif merupakan kemampuan yang penting dan harus dikuasai oleh semua
siswa. Dengan berpikir kreatif pemecahan masalah yang dilakukan siswa tidaklah
monoton, siswa banyak memiliki cara dalam melakukan pemecahan terhadap
masalah yang dihadapinya dan wawasannyapun terbuka. Hal ini sejalan dengan
kurikulum dan tujuan pembelajaran matematika (KTSP, 2006, kurikulum
matematika, 2013) dan sesuai dengan visi matematika bahwa tujuan dari berpikir
kreatif adalah melatih berpikir yang logis, sistematis, kritis, kreatif, dan cermat serta
berpikir objektif dan terbuka untuk menghadapi masalah dalam kehidupan seharihari serta untuk menghadapi masa depan yang selalu berubah.
Menurut Supriadi (Rahman, 2012) mengungkapkan bahwa kemampuan siswa dalam
melakukan pemecahan masalah berpikir kreatif matematis masih tergolong rendah.
Informasi ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Hans Jellen dari
Universitas Utah, Amerika Serikat dan Klaus Urban dari Universitas Hannover,
Jerman. Dari 8 negara yang diteliti, kreativitas anak- anak Indonesia adalah yang
terendah. Berikut ini urutan negara-negara dari yang tertinggi sampai yang terendah
rata-rata skor tesnya: Filipina, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, India, RRC,
Kamerun, Zulu, dan terakhir Indonesia. Salah satu penyebab rendahnya kreativitas

anak- anak Indonesia adalah kurang memahaminya pertanyaan serta penguasaan
konsep terhadap materi yang telah diberikan oleh guru.
Menurut Dewiyani (Warih, Parta dan Rahardjo, 2016) masalah dalam matematika
adalah pertanyaan atau soal yang harus dijawab atau direspon. Berdasarkan pendapat
di atas, masalah adalah suatu pertanyaan dimana pertanyaan tersebut merupakan
tantangan bagi individu dan untuk menjawabnya diperlukan prosedur yang tidak
biasa dilakukannya sehingga memerlukan kemampuan berpikir kreatif yang lebih
mendalam dari apa yang telah diketahuinya.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merancang sebuah analisis jawaban siswa
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas
VII MTsN Cikalongwetan pada materi bangun datar di tinjau dari analisis kesalahan
jawabannya. Adapun indikator yang digunakan untuk menganalisis kemampuan
berpikir kreatif matematis yaitu dengan 4 aspek indikator diantaranya: kelancaran

(fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration),
Munadar, 1987 (Hendriana, Rohaeti dan Sumarmo, 2017).
2.

METODE PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Abdurrahman (Warih, Parta dan Rahardjo, 2016) mengatakan bahwa
penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu
individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu.
Penelitian ini ditulis untuk menganalisis dan mendeskripsikan kesalahan dengan
melihat aspek kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang berpedoman pada
indikator berpikir kreatif. Karena Penelitian ini merupakan penelitian dengan
menggunakan subjek terbatas maka untuk pelaksanaannya, penulis mengambil
subjek dengan sampel dari satu sekolah yang sama yaitu dari siswa MTsN
Cikalongwetan sejumlah 3 orang dengan kemampuan yang heterogen.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melakukan
kegiatan pendahuluan, menyusun tes kemampuan berpikir kreatif matematis,
mengkonsultasikan soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis dengan
pembimbing, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Data
yang dikumpulkan berupa jawaban tertulis dan lisan yang diperoleh dengan tes tulis
dan wawancara untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
3.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Jawaban tertulis dan wawancara soal no.1

Gambar 1. Soal indikator fluency

Pada soal no.1 siswa diminta untuk membuat beragam bentuk bangun datar segi
empat berdasarkan bangun yang telah di sediakan soal ini dikategorikan kedalam
indikator (fluency).
Subjek 1

Gambar 2. Jawaban soal indikator fluency

Analisis jawaban
Jawaban yang dikerjakan oleh siswa sudah hampir tepat, akan tetapi kesalahannya
adalah bangun yang ia gambar malah terpisah-pisah sehingga jawaban menjadi salah.
Hal ini di karenakan siswa kurang memahami terhadap perintah yang diberikan.
Wawancara :
G: Cindy, Apakah unsur yang diberikan sudah cukup?
S : Belum bu, sepertinya perlu ditambahkan nama pada titik sudut.
G: Apakah soal tersebut bisa kamu kerjakan?
S: Bisa bu, tapi ga tau benar atau salah.

G: Apakah soal no.1 dapat dipahami dengan mudah?
S: Saya kurang faham dengan pertanyaannya.
Subjek 2

Gambar 3. Jawaban soal indikator fluency

Analisis jawaban
Jawaban yang diberikan siswa masih salah , ia menggambar bangun datar segi empat
tanpa melihat printah bangun ruang yang harus ia bangun. letak kesalahannya
mungkin dikarenakan ia kurang memahami perintah yang diberikan didalam soal.
Wawancara
G: Wafda, Apakah unsur yang diberikan sudah cukup?

S : belum bu, saya bingung ukurannya tidak diketahui bu
G: Kan perintahnya tidak disuruh mencari luas atau keliling
S: oh ia gitu bu, saya kurang faham dan lupa materinya bu
Subjek 3

Gambar 4. Jawaban soal indikator fluency


Analisis jawaban
Jawaban yang di berikan siswa masih salah. Kesalahannya siswa malah menggambar
bentuk persegi panjang bukan membuat bangun segi empat yang dapat membangun
segi empat yang di sediakan dalam pertanyaan. Ditinjau dari hal tersebut siswa
belum bisa memahami perintah yang diberikan Sehingga jawaban yang dihasilkan
menjadi salah.
Wawancara
G: Apakah unsur yang diberikan sudah cukup?
S: Belum bu, soalnya luasnya tidak diketahui
G: Apakah soal tersebut bisa kamu kerjakan?
S: Bisa bu, tapi agak bingung soalnya kan luasnya tidak diketahui jadi pas mau
digambar jadi bingung.
G: Ko luas, kan ibu tidak menyuruh menghitung luasnya!
S: hehe kirain pas di gambar sambil dihitung bu
3.2 Jawaban tertulis dan wawancara Soal no.2

Gambar 5. Soal indikator elaboration

Pada soal no.2 siswa diminta untuk mencari luas dan keliling persegi panjang.
Dengan indikator kemampuannya elaboration atau siswa dapat mengembangkan


cara untuk menyelesaikan masalah matematika dan memeriksa kelengkapan data
agar masalah dapat terselesaikan.
Subjek 1

Gambar 6. Jawaban soal indikator elaboration

Analisis jawaban
Jawaban siswa pada soal no 2 masih salah, walaupun tahapannya rinci dan jelas
tetapi konsepnya masih salah. Misalnya kita ketahui bahwa panjang dari sisi sejajar
persegi panjang itu sama besar, dari gambar kita lihat panjang PR dan QS tidak
sama, maka otomatis itu bukan termasuk persegi panjang. Untuk jawaban soal b nya
juga salah karena nilai panjang dan lebar yang digunakan tidak sesuai dengan
permasalahan awal yang siswa kerjakan sendiri. Letak kesalahannya siswa kurang
teliti dalam mengerjakan soal.
Wawancara:
G: Apakah sudah pernah mengerjakan soal seperti ini?
S: Belum bu, makanya saya kebingungan dalam mengerjakannya
G: Apakah kamu mengerti apa yang perintahkan pada soal tersebut?
S: Mengerti bu tetapi,lumayan susah mengerjakannya

G: Tapi kamu bisa mengerjakan soal tersebut?
S: Bisa bu, tapi ga tau benar atau salah
Subjek 2

Gambar 7. Jawaban Soal indikator elaboration

Analisis jawaban

Jawaban yang diberikan siswa masih salah. Letak kesalahannya siswa mungkin
mengira-ngira jawaban dan tahapan atau cara dari penyelesaiannya tidak ditulis dan
dijabarkan. Penyebab dari kesalahannya dikarenakan kurang telitinya siswa dalam
memahami soal dan tergesa-gesa dalam mengerjakan jawaban.
Wawancara:
G:Apakah kamu mengerti mengenai soal yang diberikan?
S: ia bu, kalau untuk materinya kan di SD juga sudah jadi saya masih ingat rumus
PxL. Tapi saya baru lihat soal yang seperti ini.
G: Jadi bagaimana, apakah kamu bisa mengerjakannya?
S: Bisa di isi sih bu tapi ga tau benar atau engga soalnya bingung . Tadi saya lupa
garis pinggirnya jadi tidak sama panjangnya.
Subjek 3


Gambar 8. Jawaban soal indikator elaboration

Analisis jawaban
Jawaban siswa dalam menyelesaikan permasalahan masih salah, secara konsep ia
mencari cara dan melakukan menurut caranya sendiri itu memang sudah benar akan
tetapi pemilihan bilangannya yang kurang tepat. Letak kesalahannya terletak pada
kurangnya penjabaran yang rinci dalam menyelesaikan permasalahan. Kemudian
siswa juga belum paham dan belum bisa mengidentifikasi setiap unsur yang sudah
diketahui. Siswa juga sepertinya lupa pada rumus keliling dari persegi panjang,
sehingga perhitungannya menjadi salah.
Wawancara:
G: Apakah kamu mengerti mengenai soal yang diberikan?
S: Tidak bu, saya pusing tapi saya mencoba-coba saja
G: Kemudian pada bagian b kan di perintahkan untuk mencari keliling kenapa
rumusnya dikali semua?

S: Bingung bu saya tidak tau, ya sudah saya kalikan saja.
G: Apakah unsur-unsur untuk mencari keliling sudah di ketahui semua?
S: Sudah bu, kan tadi dari hasil yang 6x2, dan sebagainya.

3.3 Jawaban tertulis dan wawancara soal no.3

Gambar 9. Soal indikator originality

Pada soal no.3 siswa diminta untuk mencari luas daerah dan membuat pertanyaan
serta jawaban sendiri, soal ini dikategorikan kedalam indikator Originality yaitu
menyusun beragam cara menentukan luas daerah dan menyusun pertanyaan disertai
jawabannya dengan cara tidak baku.
Subjek 1

Gambar 10. Jawaban soal indikator originality

Analisis permasalahan
Dalam tahapan penyelesaiaannya siswa sudah dapat menjawab dengan benar akan
tetapi hasilnya masih salah pada bagian a. Letak kesalahannya adalah gambar yang
tidak sesuai dengan ukuran. Dalam hal ini siswa kurang teliti dalam memahami
pernyataan yang ada dalam soal, kemudian siswa juga kurang teliti dalam melakukan
penyelesaian dan seharusnya siswa mninjau ulang hasil yang telah ia kerjakan.
Wawancara:
G: Pada jawaban bagian b hasil jawabanmu sudah benar, tetapi pada bagian a kenapa
panjang dan lebarnya 8 dan 10. Berarti luasnya jadi 40 kalau seperti itu.
S: Oh ia bu, kan luasnya 36 berarti salah dong bu.
G: Sepertinya kamu kurang teliti, nanti di perbaiki ya
Subjek 2

Gambar 11. Jawaban soal indikator originality

Analisis kesalahan
Jawaban yang diberikan oleh subyek 2 sudah benar. Ia sudah bisa menemukan cara
lain untuk mencari luas segi empat dengan luas 36 satuan luas. Kemudian siswa juga
sudah mampu dalam menyusun pertanyaan namun masih perlu di tingkatkan lagi.
Wawancara
G:Bagaimana apakah soal tersebut susah?
S: Lumayan bu, tapi saya bisa mengerjakannya
G: Bagus, bagaimana kamu mengerjakannya?
S: Dibuat jadi persegi bu, kan 6x6 sama dengan 36
G: Bagus, nanti cari lagi alternatif penyelesaiaannya yang lain ya!
Subjek 3

Gambar 12. Jawaban soal indikator originality

Analisis jawaban
Jawaban yang diberikan siswa masih salah. Dalam memberikan jawaban ia asal
menggambar saja tidak memperhatikan petunjuk yang diberikan didalam soal.
Penyebabnya siswa belum mampu memahami soal dan apa yang diperintahkan, ia
juga Kurang serius dalam mengerjakannya.
Wawancara
G: Bagaimana apakah soal tersebut susah?
S: Ga tau bu, saya kurang mengerti saya tahu jawabannya tapi tidak tahu caranya.
G: Ia tadi kamu sudah bisa dibuat kedalam gambar dengan menggunakan koordinat
kartesius.
S: Itu saya asal buat saja bu, kalau ga salah seperti itu.
3.4 Jawaban tertulis dan wawancara soal no.4

Gambar 13. Soal indikator flexibility

Pada soal no.4 siswa diminta untuk Menentukan luas belah ketupat dengan
menggunakan rumus bangun datar lain. Soal ini dikategorikan kedalam indikator
flexibility yaitu mencari banyak alternatif penyelesaian masalah

yang berbeda

dengan menghasilkan gagasan dan jawaban yang bervariasi.
Subjek 1

Gambar 14. Soal indikator flexibility

Analisis kesalahan
Siswa masih salah dalam menjawab soal. Ditinjau dari rumus yang siswa gunakan,
kesalahan yang dilakukan oleh subjek 1 pada soal nomor 4 adalah tidak menjelaskan
tahapan dari penyelesaian masalah tetapi langsung dalam menulis rumus dan hasil
saja tidak dijabarkan bilangan yang ia operasikan dari mana, bagaimana
menyelesaikannya sehingga ia bisa mendapatkan hasil dari jawaban soal tersebut.
Wawancara
G: Cindy ko nilai sisinya 5 cm, bagaimana kamu mendapatkannya?
S: pake rumus Pythagoras bu
G: Kenapa jadi ke rumus Pythagoras, kan perintahnya bukan itu tapi dengan
memakai rumus segi empat lain.
S: Saya lupa bu, nanti saya akan coba kembali.
Subjek 2

Gambar 15. Soal indikator flexibility

Analisis jawaban
Jawaban hasil akhir yang diberikan sudah benar, akan tetapi letak kesalahannya
tahapan penyelesaiannya kurang terstruktur dengan baik. Mungkin yang siswa
maksud adalah dibuat kedalam rumus persegi panjang. Akan tetapi, gambar tidak
sesuai dengan rumus yang digunakan.
Wawancara:
G: Apakah kamu bisa menjawab soal bagian a?
S: Bisa bu, gampang itu kan tinggal menuliskan nama huruf
G: titik sudut maksudnya. Kalau soal pada bagian b?
S: Bisa juga bu, tapi lumayan susah soalnya saya harus pintar-pintar mencari rumus
selain rumus belah ketupat.
Subjek 3

Gambar 16. Soal indikator flexibility

Analisis jawaban
Siswa sudah mampu menjawab soal pada bagian a, akan tetapi dalam penyelesaian
masalah pada bagian b siswa masih menjawab salah. Letak kesalahannya Siswa
kurang mencermati perintah yang diberikan dalam soal kemudian penguasaan konsep
mengenai bangun datar masih kurang (siswa tidak tahu rumus) sehingga
menyebabkan siswa tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya dan asal dalam
menjawab.
Wawancara
G: Bagaimana untuk soal tersebut, apakah kamu bisa menyelesaikanya?
S: Untuk bagian a bisa bu, tapi untuk bagian b susah.
G: Kamu hafal tidak rumus dari bangun datar?
S: Nah, saya lupa bu yang tau rumus persegi panjang sama persegi saja.
4.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil analisis dan wawancara, maka dapat disimpulkan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII MTsN Cikalongwetan dalam
menyelesaikan soal bangun datar masih rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan
Hasil analisis tes soal subjek 1, 2 dan 3. indikator (fluency) pada subyek 1, 2 dan 3
masih belum tercapai. Kemudian untuk indikator (elaboration) pada soal no 2 masih
belum terpenuhi jawaban yang di berikan subjek 1,2 dan 3 masih salah. Selanjutnya
indikator yang ke-3 yaitu originality sudah dapat di lakukan oleh subjek 1 dan 2,
sedangkan subjek 3 belum terpenuhi. Selanjutnya indikator yang ke-4 yaitu
flexibility hanya dapat dilakukan oleh subjek ke-2, sedangkan untuk subjek 1 dan 2
belum terpenuhi. Berdasarkan uraian tersebut ditinjau pula dari hasil wawancara
dapat diketahui bahwa siswa belum bisa memahami pernyataan dan siswa
mengalami kesulitan dalam memahami soal karena siswa masih bingung dan belum
mampu memaknai kalimat yang disajikan. Selain itu siswa lupa dengan materi
bangun datar. Siswa juga kebingungan dalam memilih rumus yang harus digunakan
dalam menyelesaikan soal. Meskipun siswa belum memperoleh jawaban yang tepat,
tetapi siswa telah berusaha untuk mengaitkan konsep yang pernah dipelajari
sebelumnya pada materi bangun datar. Hasil penelitian awal ini diharapkan dapat
memberikan informasi kepada pembaca mengenai kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa Dan kepada penulis khususnya yang nantinya akan dijadikan
sebagai rujukan dalam melakukan penelitian lanjutan.

5.

DAFTAR PUSTAKA

Hendriana H, Rohaeti, E.E dan Sumarmo, U. (2017). Hard Skil dan Soft Skils Matematik Siswa.
Bandung: Refika Aditama
Rahman, R (2012). Hubungan Antara Self-Concept terhadap Matematika dengan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematik Siswa. Jurnal Ilmiah STKIP Siliwangi Bandung, 1(1), 19-30
Sintawati, M dan Abdurrahman, G. (2010). Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Minat
Belajar Matematika Melalui Pendekatan Problem Posing. Didaktik matematik vol 6 no.3

Warih , Parta. N dan Rahardjo. S. (2016). Analisis Kemampuan Koneksi matematis siswa kelas VIII
pada materi teorema Pythagoras. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan
Pembelajarannya (KNPMP I) Universitas Muhammadiyah Surakarta, 12 Maret 2016
Yuli.T dan Eko.S. (2010). Identifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah
(Problem Posing) Matematika Berpandu dengan Model Wallas dan Creative Problem
Solving (CPS). Sebagai Prosiding di sajikan dalam Buletin Pendidikan Matematika
Volume 6 Nomor 2, Oktober 2010.