Teknik Analisa Kuantitatif ANALISIS FAKT (1)
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop
asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh
jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjkl
zxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv
bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop
asdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfgh
0
ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KESEHATAN
MASYARAKAT TERHADAP KETERSEDIAAN FASILITAS KESEHATAN DI SURABAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Kesehatan Masyarakat Terhadap Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di Kota Surabaya” sebagai
tugas dari Mata Kuliah Teknik Analisa Kuantitatif.
Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam
proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini. Dan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Dosen Mata Kuliah Teknik Analisa Kuantitatif Ibu Ketut Martha Dewi Erli, S.T,
M.T dan Ummi Fadhilah, S.T, M.T yang telah memberi tugas serta membimbing
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Rekan rekan yang telah membantu terselesainya makalah ini.
Tujuan dari pembuatan tugas mata kuliah ini adalah diharapkan penulis memahami
analisis faktor yang dijadikan acuan untuk analisis cluster untuk menentukan tingakt
penyediaan fasilitas ksehatan di Kota Surabaya.
Demikian makalah Teknik Analisa Kuantitatif ini yang kiranya masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
memberikan masukan informasi serta wacana yang bermanfaat bagi masyarakat pada
umumnya.
Surabaya, Mei 2015
Tim Penulis,
Teknik Analisa Kuantitatif
1
ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KESEHATAN
MASYARAKAT TERHADAP KETERSEDIAAN FASILITAS KESEHATAN DI SURABAYA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1. 1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Tujuan dan Sasaran Penelitian......................................................................2
1.3 Metode Penelitian......................................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup Penelitian............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 3
2.1 Kesehatan Masyarakat................................................................................. 3
2.2 Fasilitas Kesehatan....................................................................................... 3
2.3 Faktor yang mempengaruhi Kesehatan Masyarakat.....................................4
2.3.1 Sarana Kesehatan.................................................................................. 5
2.3.2 Kemisikinan............................................................................................ 6
2.3.3 Jumlah Penduduk.................................................................................... 6
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................. 9
3.1 Metode Penelitian......................................................................................... 9
3.1.1 Metode Pengumpulan Data....................................................................9
3.1.2
Metode Analisa................................................................................... 9
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN....................................................................11
4.1 Gambaran Umum Wilayah Studi.................................................................11
4.2 Analisis Faktor Penentuan Tingkat Kesehatan dalam Penyediaan Sarana
Kesehatan......................................................................................................... 11
4.3 Analisa Cluster Pengelompokan Tingkat Kesehatan Terhadap Penyediaan
Fasilitas Kesehatan........................................................................................... 14
4.4 Analisa dan Pembahasan Penyediaan fasilitas kesehatan terhadap Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya.....................................................16
BAB V PENUTUP................................................................................................... 20
5.1 Kesimpulan................................................................................................. 20
5.2Rekomendasi............................................................................................... 20
LAMPIRAN............................................................................................................ 22
Teknik Analisa Kuantitatif
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman semakin tumbuh-kembangnya suatu
ruang wilayah dapat diidentifikasikan dengan adanya pertumbuhan penduduk
dan perkembangan aktivitas wilayah tersebut. Adanya pemusatan dan aktivitas
ekonomi dan sosial yang beragam, maka membuat suatu wilayah akan menjadi
berkembang (Pudjiantoro, 2008).
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang
sangat tinggi yaitu 237.6 juta jiwa menjadi sebuah tuntutan agar mampu
bersaing
dengan
negara
lain
baik
berupa
ilmu
teknologi,
kemajuan
perkembangan kota melalui sarana dan prasarana, dan kualitas sumber daya
manusia. Kemajuan ilmu teknologi yang diaplikasikan ke dalam pemenuhan
sarana dan prasarana yang memadai akan dihasilkan oleh sumber daya
manusia yang berkualitas.
Perkembangan penduduk dan aktivitas perKota an akan berdampak pada
perkembangan kota
dengan peningkatan kebutuhan fasilitas baik fasilitas
umum maupun fasilitas sosial. Salah satunya adalah kebutuhan akan kesehatan
yang merupakan faktor penting dalam menjaga kelangsungan hidup manusia.
Dengan kesehatan orang berhak mendapatkan keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomi karena kesehatan merupakan suatu hak yang fundamental bagi
setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik, dan tingkat sosial
ekonominya.
Pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan hak asasi manusia
yang harus dilaksanakan negara. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan,
masyarakat dengan status ekonomi lebih tinggi mempunyai askses terhadap
pelayanan kesehatan lebih baik dibandingkan dengan mereka dengan status
ekonomi
rendah (Susanto dan Mubasysyir, 2006). Berdasarkan Peraturan
Presiden RI Nomor 12 tahun 2013, fasilitas kesehatan merupakan fasilitas
pelayanan
kesehatan
yang
digunakan
untuk
menyelenggarakan
upaya
1
kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabititatif
yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Fasilitas kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk untuk menunjang
kebutuhan pelayanan kesehatan guna meningkatkan pelaksanaan aktivitas.
Salah satu usaha peningkatan kesehatan pada masyarakat suatu kota adalah
dengan cara menyediakan fasilitas kesehatan yang merata dan sesuai dengan
keinginan masyarakat yang dilayani. Karena jika suatu fasilitas tidak diinginkan
keberadaannya pada suatu lingkungan maka fasilitas tersebut akan ditinggalkan
atau tidak dipergunakan oleh masyarakatnya.
Dari
latar
belakang
ini
diperlukan
adanya
suatu
analisis
untuk
menganalisa pengaruh tingkat kesehatan masyarakat terhadap ketersediaan
fasilitas kesehatan yang berada di suatu wilayah. Pada penulisan makalah ini,
pembahasan akan difokuskan pada kecamatan-kecamatan yang berada di Kota
Surabaya.
1.2 Tujuan dan Sasaran Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat terhadap ketersediaan fasilitas
kesehatan di lokasi studi, yakni di Kota Surabaya. Adapun sasaran yang akan
dicapai untuk mendukung terwujudnya tujuan tersebut adalah:
1. Merumuskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan
masyarakat terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan di Kota Surabaya.
2. Mengidentifikasi
dan
mengelompokkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat terhadap ketersediaan
fasilitas kesehatan di Kota Surabaya.
Teknik Analisa Kuantitatif
2
1.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam pembahasan makalah ini
adalah metode pengumpulan data dan metode analisis. Dalam proses
pengumpulan data, metode yang digunakan adalah studi literatur untuk
mendapatkan data-data mengenai variabel yang berkaitan dengan fasilitas
kesehatan sehinga dapat dijadikan bahan dalam melakukan sintesa dan
hipotesa awal dan survey sekunder melalui data-data kecamatan dalam angka
untuk mengetahui jumlah ketersediaan fasilitas kesehatan di setiap kecamatan
yang ada di KotaSurabaya. Dalam metode analisis yang digunakan dalam
interpretasi adalah menggunakan metode analisis faktor dan analisis cluster.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ditinjau dari cakupan wilayahnya, Kota Surabaya adalah ibukota
dari
Provinsi Jawa Timur yang dikenal juga sebagai Kota Pahlawan. Berdasarkan data
Surabaya Dalam Angka Tahun 2013, Kota Surabaya memiliki luas wilayah sekitar
326,36 km2 yang terbagi dalam 31 kecamatan dan 163 desa/kelurahan dan
jumlah penduduk yang mencapai 3.024.321 jiwa. Kota Surabaya memiliki batas
kewilayahan yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
Sebalah Barat : Kabupaten Gresik
Ruang lingkup substansi pembahasan dalam penelitian ini mencakup teori
dan konsep mengenai pentingnya penyediaan fasilitas kesehatan, metode
penelitian, variabel-variabel yang mempengaruhitingkat kesehatan masyarakat
terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan di Kota Surabaya.
Teknik Analisa Kuantitatif
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Masyarakat
Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan
fungsi tubuhdengan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya (Perkin
1938).Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU
Kesehatan No. 23 tahun 1992).
WHO menyatakan kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh
secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari
penyakit.Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan. Dalam Bab 1, Pasal 2 dinyatakan bahwa Kesehatan adalah meliputi
kesehatan badan (somatik), rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya deadaan
yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Definisi ini memberi arti yang
sangat luas pada kata kesehatan.Keadaan kesehatan masyarakat di Indonesia
masih merupakan hal yang perlu mendapaat perhatian.Bahwa kesehatan rakyat
adalah salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan
bangsa, dan mempunyai peranan penting dalam penyelesaian revolusi nasional
dan penyusunan masyarakat sosialis Indonesia; bahwa kesejahteraan umum
termasuk kesehatan, harus diusahakan sebagai pelaksanaan cita-cita bangsa
Indonesia.Tiap-tiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi tingginya dan perlu diikut-sertakan dalam usaha-usaha kesehatan
Pemerintah.
2.2 Fasilitas Kesehatan
Menurut Sarjito dalam Mahmud R (1997) Fasilitas kesehatan merupakan
fasilitas yang memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang memiliki 3
fungsi utama yaitu :
1. Kuratif, yaitu pemeriksaan pengobatan dan perawatan
2. Preventif, yaitu pencegahan penyakit peningkatan kesehatan dan
Teknik Analisa Kuantitatif
4
pendidikan kesehatan
3. Kesehatan lingkungan
Menurut Suratno (2005), fasilitas kesehatan berdasarkan hirarki dan
fungsinya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rumah sakit tipe A dan B merupakan fasilitas kesehatan yang
mempunyai jangkauan tingkat regional
2. Rumah sakit tipe C dan D merupakan rumah sakit umum kecil untuk
kebutuhan Kota
3. Puskesmas merupakan pusat kesehatan yang melayani unit lingkungan
kecil
4. Puskesmas
pembantu
atau
BKIA/poliklinik,
dan
praktek
dokter
merupakan pusat kesehatan yang melayani unit ligkungan yang lebih
kecil
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit berdasarkan tingkatan klasifikasi Rumah Sakit menurut
kemampuan unsur pelayanan kesehatan yang dapat disediakan, ketenagaan,
fisik dan peralatan, maka Rumah Sakit Umum pemerintah pusat dan daerah
diklasifikasikan antara lain:
1. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah Rumah Sakit Umum yang mempuntai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)
spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medi, 12 (diua belas)
spesialis lain dan 13 (tiga belas) sub spesialis.
2. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah
Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8
Teknik Analisa Kuantitatif
5
(delapan) spesialis lain dan 2 (dua) sub spesialis dasar.
3. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.
4. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan
kesehatan perseorangan, kelompok ataupun masyarakat (Azwar, 1996).
Ada 4 syarat pokok pelayanan kesehatan yang harus dipenuhi agar dapat
dikatakan sebagai pelayanan kesehatan yang baik, yaitu:
1. Tersedia
dan
berkesinambungan,
artinya
semua
jenis
pelayaan
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta
keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang
dibutuhkan.
2. Dapat diterima dan wajar, artinya pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut
tidak
bertentangan
dengan
keyakinan
dan
kepercayaan
masyarakat.
3. Mudah dicapai, pengertian ketercapaian yang dimaksud di sini terutama
dari sudut lokasi.
4. Mudah dijangkau, pengertian keterjangkauan disini terutama dari sudut
biaya.
Teknik Analisa Kuantitatif
6
5. Bermutu, pengertian mutu disini adalah yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang disatu
pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain
tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standard
yang telah ditetapkan (Azwar, 1996)
2.3 Faktor yang mempengaruhi Kesehatan Masyarakat
Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi
secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya
(WHO
1957).
Menurut
H.L
Blum,
ada
4
faktor
yang
bersama-sama
mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat, yaitu: kesehatan lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik.
2.3.1 Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat,
memiliki
peran
yang
sangat
strategis
dalam
mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk.Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah
penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan ini juga akan
mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok
lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup
bangunan/blok
yang
nantinya
terbentuk
sesuai
konteks
lingkungannya.
Sedangkan penenempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan
jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang
harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.
Beberapa jenis sarana yang dibutuhkan adalah
a) posyandu yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anakanak usia
balita;
Teknik Analisa Kuantitatif
7
b) balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada
penduduk
dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada penyembuhan
(currative)
tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu tertentu juga untuk
vaksinasi;
c) balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin), yang berfungsi
melayani ibu
baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta melayani anak
usia sampai
dengan 6 tahun;
d) puskesmas
dan
balai
pengobatan,
yang
berfungsi
sebagai
sarana
pelayanankesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan kepada
penduduk dalam penyembuhan penyakit, selain melaksanakan program
pemeliharaan kesehatan danpencegahan penyakit di wilayah kerjanya;
e) puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit
pelayanankesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan
terbatas dan membantupelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup
wilayah yang lebih kecil;
f) tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan
pelayanankesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada
usaha penyembuhan tanpaperawatan; dan
g) apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obatobatan, baik untukpenyembuhan maupun pencegahan.
Teknik Analisa Kuantitatif
8
2.3.2 Kemisikinan
Kemiskinan merupakan lingkungan hidup yang sangat membahayakan
kesehatan manusia (jasmani, rohani dan sosial). Karena miskin, orang tidak
dapat memenuhi kebutuhan akan makanan yang sehat, yang akan melemahkan
daya tahan tubuh, sehingga mudah terserang sesuatu penyakit. Bahkan karena
kekurangan makanan itu sendiri dapat menyebabkan orang menjadi sakit
seperti. Penyakit-penyakit karena kekurangan vitamin misalnya: Xerophthalmi,
scorbut, beri-beri.
Kemiskinan yang parah dapat meruntuhkan akhiak manusia secara total
sehingga tidak lagi menunaikan kewajiban-kewajiban sosialnya. Menjadikan
manusia menjadi kurang/tidak bertanggung jawab.Menumbuhkan sifat-sifat
egoistis (mementingkan diri sendiri) dan munculnya berbagai jenis kejahatan
baik
yang
dilakukan
anak-anak/remaja
maupun
yang
dilakukan
orang
dewasa.Karena itu perkembangan dalam bidang kesehatan harus pula sejalan
dengan perkembangan dalam bidang sosio-ekonomi.Usaha-usaha kesehatan
harus diselenggarakan agar keadaan sosio-ekonomi mendapat kemajuan,
sebaliknya pula hanya dalam keadaan sosio-ekonomi yang baiklah usaha-usaha
kesehatan dapat berkembang dengan sebaik-baiknya.
2.3.3 Jumlah Penduduk
Dalam dalam masalah ini maka penduduk tidak akan jauh dengan
masalah
kesehatan
atau
penyakit
yang
melanda
penduduk
tersebut,
dikarenakan lingkungan yang kurang terawat ataupun pemukiman yang kumuh,
seperti limbah pabrik, selokan yang tidak terawat yang menyebabkan segala
penyakit akan melanda para penghuni wilayah tersebut yang mengakibatkan
kematian dan terjadi pengurangan jumlah penduduk.
Bertambahnya penduduk dalam jumlah besar berdampak negatif terhadap
standar kehidupan, terutama jika berbagai kebutuhan dasar tidak dapat dipenuhi
secara memadai.Penduduk yang besar menuntut pelayanan sosial dan ekonomi
yang besar pula. Semakin banyak jumlah anak-anak usia. Di bidang kesehatan
ditemui masalah yang sama karena semakin banyak jumlah penduduk,
kebutuhan akan layanan kesehatan juga semakin meningkat. Aspek lain yang
Teknik Analisa Kuantitatif
9
juga terancam akibat pertambahan penduduk yang besar adalah ketersediaan
pangan semakin meningkat.
2.3 Sintesa Pustaka
Berdasarkan Kajian Pustaka yang telah dijabarkan, didapatkan beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat terhadap ketersediaan fasilitas
kesehatan di Kota
Surabaya. Hal-hal tersebut yang berpengaruh terhadap
faktor-faktor tingkat kesehatan masyarakat di Kota Surabaya. Indicator-indikator
yang mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat di suatu wilayah diantaranya
adalah jumlah penduduk, ketersediaan fasilitas kesehatan, jumlah tenaga
kesehatan, jumlah keluarga miskin, dan jumlah imunisasi bayi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal
tersebut
merupakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
tingkat
kesehatan
masyarakat di Kota Surabaya. Adapun hasil sintesa tinjauan pustaka dapat
ditampilkan pada tabel dibawah ini:
Tabel1. Hasil Sintesa Kajian Pustaka
No
1
Variabel
Jumlah Penduduk
Jumlah
Keterangan
Penduduk setiap kecamatan
akan
menjadi dasar pertimbangan jumlah pelayanan
yang dibutuhkan oleh masyarakat yang ada
pada kecamatan. Dengan mengetahui jumlah
penduduk, maka akan lebih memudahkan dalam
menentukan besaran pelayanan yang harus
disediakan untuk meningkatkan kesejahteraan
2
Fasilitas Kesehatan
masyarakat di tiap kelurahan.
Indikator
fasilitas
kesehatan
ini
mampu
menginterpretasikan seberapa besar perhatian
pemerintah
kesehatan
dalam
untuk
penyediaan
meningkatkan
fasilitas
kesehatan
masyarakatnya masyarakatnya. Jumlah fasilitas
kesehatan
yang
sesuai
dengan
kebutuhan
masyarakatnya akan menjadi cerminan bahwa
Teknik Analisa Kuantitatif
10
No
3
Variabel
Tenaga Kesehatan
Keterangan
pemerintah daerah telah mampu memenuhi
kebutuhan pelayanan.
Tenaga kesehatan memiliki peranan penting
untuk
meningkatkan
kualitas
pelayanan
kesehatan yang maksimal kepada masyarakat.
Dengan mengetahui jumlah tenaga kesehatan,
dapat
menentukan
memeratakan
4
Jumlah
Keluarga
Miskin
penyebaran
kebijakan
tenaga
dalam
kesehatan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Jumlah keluarga miskin untuk mengetahui
kondisi sosial ekonomi di setiap Kecamatan.
Kemiskinan merupakan keadaan yang sangat
membahayakan kesehatan manusia (jasmani,
rohani dan sosial). Karena miskin, orang tidak
dapat memenuhi kebutuhan akan makanan yang
sehat, yang akan melemahkan daya tahan
tubuh,
5
Jumlah Imunisasi Bayi
sehingga
mudah
terserang
sesuatu
penyakit
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan
kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit
tersebut
tidak
akan
sakit
atau
sakit
ringan. Jumlah imunisasi bayi untuk mengetahui
tingkat
kekebalan
daya
tahan
tubuh
anak
terhadap penyakit.
Sumber: Hasil Sintesa Pustaka, 2015
Teknik Analisa Kuantitatif
11
Teknik Analisa Kuantitatif
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang dilakukan merupakan sebuah proses analisa yang melakukan
penelitian dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan sesuai dengan
tujuan peneliti, kemudian setelah mendapatkan data yang diperlukan maka
langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang sudah diperoleh.
3.1.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data. Untuk pengumpulan data-data, metode yang
digunakan adalah survei sekunder untuk mendapatkan data-data statistic.
Sumber data sekunder dari penelitian ini antara lain dokumen Kecamatan
dalam angka tahun 2014 (data tahun 2013) yang dapat diakses di BPS Kota
Surabaya.
3.1.2
Metode Analisa
Metode
analisa
merupakan
tahap
pertama
yang
dilakukan
dalam
penelitian dengan merumuskan suatu permasalahan, dan tujuan permasalahan
sehingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan serta membuat rumusan
sasaran agar tujuan penelitian dapat dipenuhi. Oleh karena itu, pada tahap
analisa diperlukan kompilasi data dan valid data yang tepat sehingga memiliki
output analisa data yang valid. Metode analisa yang digunakan dalam
interpretasi, yaitu :
a. Analisa Faktor
Analisa faktor merupakan teknik reduksi data yang digunakan untuk
menyederhanakan sejumlah variable yang saling berkorelasi menjadi kelompokkelompok variable yang lebih kecil.Analisis faktor merupakan salah satu teknik
reduksi data yang bertujuan untuk menstrukturkan data, menghilangkan
reducancy dan mengganti variabel-variabel dengan sekumpulan variable yang
lebih kecil. Menstrukturkan data dilakukan dengan cara mengelompokan data
Teknik Analisa Kuantitatif
13
asli berdasarkan keeratan hubungan yang ditentukan berdasarkan besarnya
korelasi antar variabel. Setiap kelompok variabel disebut faktor yang akan
mewakili variabel yang di dalamnya tidak ada hubungan atau korelasi antar
faktor.
Hal yang perlu di perhatikan dalam analisa faktor adalah memperhatikan
yaitu KMO > 0,5 berarti variabel dan sampel yang ada sudah kuat dan
mencukupi,
sehingga
analisis
yang
dilakukan
sudah
dapat
mencukupi,
sedangkan KMO < 0,5 berarti variabel dan sampel tidak memiliki data yang
cukup kuat sehingga diperlukan penambahan variabel. Adapun pedoman
penilaiannya adalah nilai MSA >0.5. Jika ada variabel yang nilainya < 0.5 maka
variable tersebut harus dikeluarkan dari proses analisis faktor sampai tidak ada
variabel yang nilai MSA dibawah 0,5.
b. Analisa Cluster
Analisa cluster digunakan untuk meringkas sebuah data, yang tujuannya
untuk mengelompokkan sebuah objek berdasarkan kesamaan karakteristik di
antara objek-objek tersebut. Analisa cluster dibedakan dengan ciri-ciri cluster
yang baik, yaitu homogenitas internal dan heterogenitas external. Perbedaan
dari ciri-ciri cluster tersebut adalah homogenitas lebih menentukan kesamaan
pada antar anggota dalam satu cluster, berbeda dengan heterogenitas yang
melihat perbedaan antara cluster yang satu dengan cluster yang lainnya.
Tabel2. Metode Analisa
No
Analisis
Tujuan
.
1.
Alat
Variabel
Analisi
Menemukan
Memastikan variabel
s
Analisa
1. Jumlah Penduduk
KMO dan MSA
yang
Faktor
2.
dari
mampu
Miskin
menginterpretasikan
3.
tingkat
Kesehatan
variabel
semua
dalam
digunakan
kesehatan
penyediaan
sarana kesehatan di
Teknik Analisa Kuantitatif
4.
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Keluarga
Fasilitas
Tenaga
Kesehatan
14
Kota Surabaya
2.
Terbentuk
3
5.
Mengelompokkan
Bayi
1. Jumlah Penduduk
Cluster
2.
kecamatan
tingkat
Surabaya
kesehatan
berdasarkan
jumlah
3.
penduduk,
jumlah
Kesehatan
keluarga
miskin,
4.
jumlah
fasilitas
Bayi
tenaga
Imunisasi
Analisa
cluster dengan
kesehatan,
di
Jumlah
Jumlah
Keluarga
Miskin
Jumlah
Jumlah
Fasilitas
Imunisasi
jumlah
kesehatan
dan jumlah imunisasi
bayi
Teknik Analisa Kuantitatif
15
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Studi
Kota Surabaya secara geografis termasuk dalam wilayah Provinsi Jawa
Timur. Kota Surabaya memiliki luas wilayah sebesar 350,54 km2 dan terdiri atas
31 kecamatan serta 160 kelurahan. Batas administratif Kota Surabaya adalah
sebagai berikut :
-
Sebelah Utara
: Selat Madura
-
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
-
Sebelah Barat
: Kabupaten Gresik
-
Sebelah Timur
: Selat Madura
Data yang digunakan untuk menganalisa faktor-faktor yang menentukan
tingkat kesehatan dalam penyediaan sarana kesehatan antara lain terdiri atas
jumlah fasilitas kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, jumlah keluarga miskin,
jumlah penduduk dan imunisasi bayi.
4.2
Analisis
FaktorPenentuan
Tingkat
Kesehatan
dalam
Penyediaan Sarana Kesehatan
Data-data yang digunakan untuk input awal yang menentukan tingkat
kesehatan dalam penyediaan sarana kesehatan di Kota Surabaya dimasukkan
dan diproses dengan menggunakan SPSS Statistik 17,0. Penggunaan analisa
faktor bertujuan untuk menstrukturkan data, yaitu mengelompokkan data
berdasarkan keeratan masing-masing variabel dalam satu kelompok, sehingga
variabel yang termasuk dalam kelompok tersebut merupakan faktor-faktor yang
menentukan tingkat kesehatan dalam penyediaan sarana kesehatan di Kota
Surabaya. Berdasarkan analisa pertama diperoleh output sebagai berikut :
Output KMO
Nilai KMO digunakan untuk menguji apakah korelasi parsial diantara
variabel kecil, karena semakin kecil korelasi parsial antar variabel, maka nilai
KMO semakin besar, artinya model yang dikembangkan semakin baik.
Teknik Analisa Kuantitatif
16
Interpretasi : Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai KMO (0,559) lebih dari 0,5
dengan
nilai signifikasi (0,000) kurang dari 0,005, sehingga bisa dilakukan
proses selanjutnya.
Output nilai MSA (Measures of Sampling Adequacy)
Nilai MSA yang dapat dilihat pada matriks anti-image matrices menguji
apakah variabel layak dipertimbangkan dalam analisis faktor.Semakin besar nilai
MSA, maka semakin kecil nilai korelasi parsialnya dengan variabel lain, yang
berarti semakin layak dipertimbangkan dalam pembentukan faktor. Berdasarkan
tabel anti-image didapatkan semua variabel sudah memiliki nilai MSA lebih dari
0,5, yang berarti layak dipertimbangkan dalam pembentukan faktor, sehingga
dapat dilakukan analisa faktor.
Interpretasi : Berdasarkan tabel anti-image didapatkan ada satu variabel
(jumlah tenaga kesehatan) sudah memiliki nilai MSA kurang dari 0,5, sehingga
analisis faktor diulangi lagi dengan menghilangkan satu variabel (jumlah tenaga
kesehatan).
Teknik Analisa Kuantitatif
17
Output KMO dan Anti Image
Interpretasi : Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai KMO (0,589) lebih dari 0,5
dengan
nilai signifikasi (0,000) kurang dari 0,005, sehingga bisa dilakukan
proses selanjutnya.
Interpretasi : Berdasarkan tabel anti-image didapatkan semua variabel diatas
sudah memiliki nilai MSA lebih dari 0,5 sehingga analisis faktor bisa dilakukan.
Output Total Variance
Teknik Analisa Kuantitatif
18
Berdasarkan tabel diatas, ternyata ada 1 faktor yang terbentuk karena
pada component 2, nilai eigenvaluesnya mendekati 1. Dengan total % kumulatif
sebesar 78.07%. Hal ini berarti kedua faktor yang terbentuk bisa menjelaskan
78.07% dari semua variabel yang ada.
Berdasarkan hasil analisis SPSS yang telah ditampilkan dalam tabel
tersebut, berikut pembagian faktornya :
-
Faktor 1 : Jumlah fasilitas , jumlah keluarga miskin, jumlah penduduk,
imunisasi bayi
Berdasarkan rotasi komponen matriks hanya ada satu yang terekstrasi
sehingga faktor yang terbentuk hanya ada satu faktor.
Analisa:
Dari output diatas dapat diambil kesimpulan bahwa variabel yang
digunakan telah mencukupi untuk dilakukan analisa selanjutnya dan semua
variabel yang digunakan mampu menginterpretasikan tingkat kesehatan dalam
penyediaan sarana kesehatan di Kota Surabaya. Akan tetapi variabel yang tidak
dapat digunakan berdasarkan analisa faktor adalah variabel tenaga kesehatan.
Berdasarkan asumsi dan tinjauan pustaka, faktor jumlah tenaga kesehatan
hanya
dapat
digunakan
sebagai
pendukung
dan
penunjang
dalam
hal
meningkatkan kesehatan masyarakat di Kota Surabaya, karena variabel jumlah
Teknik Analisa Kuantitatif
19
tenaga kesehatan inibukan merupakan subyek utama, namun bukan pula
sebagai obyek dalam peningkatan taraf kesehatan masyarakat. Dibandingkan
dengan variabel-variabel yang lainnya, seperti jumlah fasilitas, jumlah keluarga
miskin, jumlah penduduk, dan imunisasi bayi mengindikasikan bahwa variabel
tersebut mempunyai nilai kepentingan yang lebih tinggi daripada variabel
tenaga kesehatan.
Jumlah
ketersediaan
fasilitas
kesehatan
di
suatu
wilayah
sangat
mempengaruhi pelayanan kesehatan penduduk yang memerlukan adanya
pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan bahwa adanya fasilitas kesehatan
mempunyai peran dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Begitu pula dengan kaitannya dengan
jumlah keluarga miskin, dimana kesehatan bukan merupakan prioritas utama
karena masyarakat menengah kebawah lebih mementingkan kebutuhan pangan
daripada kepentingan kesehatan.
4.3 Analisa Cluster Pengelompokan Tingkat Kesehatan Terhadap
Penyediaan Fasilitas Kesehatan
Setelah mendapatkan kepastian variabel yang memenuhi persayaratan
untuk dilakukan analisa berikutnya melalui analisa faktor, maka variabel-variabe
tersebut digunakan untuk analisa berikutnya yaitu analisis cluster. Sebelumnya
dilakukan standarisasi data terlebih dahulu sehingga outputnya berupa nilai z
score. Berikut output dari proses standarisasi data:
Teknik Analisa Kuantitatif
20
Analisis cluster ini bertujuan untuk mengelompokkan variabel yang
memiliki karakteristik yang mirip atau hampir sama. Dari analisis cluster ini
diperoleh output sebagai berikut:
Teknik Analisa Kuantitatif
21
Interpretasi: Dari tabel Case Processing Summary diatas diperoleh informasi
bahwa tingkat kesalahan (missing) bernilai 0 yang berarti tidak terdapat
error/kesalahan pada data. Sedangkan nilai kebenaran (valid) bernilai 31 yang
berarti data yang telah dimasukkan berjumlah 31 yang seluruh kolom dan
barisnya telah terisi sehingga tidak ada data yang missing.
Tabel
Cluster
memberikan
yang
ada
Membership
informasi
pada
anggota
tiap
cluster.
Terdapat dua jenis pengelompokan
yaitu
2
cluster
dan
3
cluster.
Apabila menggunakan 2 cluster,
maka pengelompokan kecamatankecamatan tersebut kurang dapat
digambarkan
secara
terperinci.
digunakan
menjadi
diperoleh
karakteristiknya
Sehingga
pengelompokan
3
cluster
kelompok
sehingga
kecamatan
yang potensial, cukup potensial,
dan kurang potensial.
Teknik Analisa Kuantitatif
22
Kesimpulan: Dari analisa cluster ini dihasilkan 3 cluster sebagai berikut:
-
Cluster 1 yang terdiri atas Kecamatan pabean cantian, Kecamatan
semmapir, Kecamatan krembangan, Kecamatan kenjeran, Kecamatan
tegalsari, Kecamatan simokerto, Kecamatan bubutan, Kecamatan gubeng,
Kecamatan sukolilo, Kecamatan mulyorejo, Kecamatan sukomanunggal,
Kecamatan
wonokromo,
Kecamatan
wonocolo,
Kecamatan
sawahan
merupakan kecamatan yang memiliki jumlah fasilitas kesehatan tinggi,
jumlah keluarga miskin tinggi, jumlah penduduk tinggi, dan jumlah
imunisasi bayi tinggi.
-
Sedangkan Cluster 2 terdiri atas Kecamatan bulak, Kecamatan genteng,
Kecamatan gunung anyar, Kecamatan rungkut, Kecamatan tenggilis
mejoyo, Kecamatan tandes, Kecamatan asemrowo, Kecamatan benowo,
Kecamatan
pakal,
Kecamatan
lakarsantri,
Kecamatan
sambikerep,
Kecamatan wiyung, Kecamatan karangpilang, Kecamatan jambangan,
Kecamatan gayungan. Kecamatan dukuh pakis merupakan kecamatan
yang memiliki jumlah fasilitas kesehatan rendah, jumlah keluarga miskin
rendah, jumlah penduduk rendah, dan jumlah imunisasi bayi rendah.
-
Sedangkan Cluster 3 terdiri atas Kecamatan tambaksari merupakan
kecamatan yang memiliki jumlah fasilitas kesehatan sedang, jumlah
keluarga miskin sedang, jumlah penduduk sedang, dan jumlah imunisasi
bayi sedang.
4.4 Analisa dan Pembahasan Penyediaan fasilitas kesehatan
terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya
Ditinjau dari RTRW Kota Surabaya rencana pembangunan fasilitas
kesehatan dilakukan sebagai berikut :
a. Pembangunan fasilitas kesehatan dilakukan dengan peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan yang telah ada maupun pembangunan
fasilitas kesehatan baru;
Teknik Analisa Kuantitatif
23
b. Peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan yang telah ada
dilakukan pada Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah dan / atau
militer yang terdapat pada Unit Pengembangan (UP) II Kertajaya, UP IV
Dharmahusada, UP VI Tunjungan, UP VII Wonokromo, UP. IX Ahmad Yani,
Rumah Sakit Rumah Sakit / klinik Swasta, dan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) yang tersebar di setiap wilayah Kecamatan dan pada lokasilokasi fasilitas umum.
c. Untuk peningkatan kualitas dan pemerataan pelayanan kesehatan, juga
akan dilakukan pembangunan fasilitas kesehatan baru berupa Rumah
Sakit di wilayah Surabaya Barat yaitu di Unit Pengembangan (UP) XII
Sambikerep.
Sehingga peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan yang
telah ada dapat diketahui pada 5 unit pengembangan Kota Surabaya yang
terdapat pada 13 kecamatan yaitu :
-
Kecamatan Mulyorejo termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
mulyorejo terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Sukolilo termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah
penduduk
tinggi,
dan
jumlah
imunisasi
bayi
tinggi.
Pada
kecamatansukolilo terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah
fasilitas kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana
kesehatan yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan
kualitas prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Tambaksari termasuk dalam cluster 3 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan sedang, jumlah keluarga miskin sedang,
jumlah penduduk sedang, dan jumlah imunisasi bayi sedang. Pada
kecamatan
tambaksari
hampir
terdapat
kesesuaian
antara
kondisi
eksisting jumlah fasilitas kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana
Teknik Analisa Kuantitatif
24
dan prasarana kesehatan yang telah ada sehingga diperlukan sedikit lagi
peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Gubeng termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
gubeng terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Simokerto termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
simokerto terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Bubutan termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
bubutan terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Genteng termasuk dalam cluster 2 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan rendah, jumlah keluarga miskin rendah,
jumlah penduduk rendah, dan jumlah imunisasi bayi rendah. Pada
kecamatan genteng belum terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting
jumlah fasilitas kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan
prasarana
kesehatan
yang
telah
ada
sehingga
diperlukan
banyak
peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Tegalsari termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
tegalsari terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
Teknik Analisa Kuantitatif
25
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Sawahan termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
sawahan terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Wonokromo termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
wonokromo terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Jambangan termasuk dalam cluster 2 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan rendah, jumlah keluarga miskin rendah,
jumlah penduduk rendah, dan jumlah imunisasi bayi rendah. Pada
kecamatan jambangan belum terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting
jumlah fasilitas kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan
prasarana
kesehatan
yang
telah
ada
sehingga
diperlukan
banyak
peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan.
-
KecamatanWonocolo termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
wonocolo terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Gayungan termasuk dalam cluster 2 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan rendah, jumlah keluarga miskin rendah,
jumlah penduduk rendah, dan jumlah imunisasi bayi rendah. Pada
kecamatan gayungan belum terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting
jumlah fasilitas kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan
Teknik Analisa Kuantitatif
26
prasarana
kesehatan
yang
telah
ada
sehingga
diperlukan
banyak
peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan.
Sedangkan untuk peningkatan kualitas dan pemerataan
pelayanan
kesehatan dilakukan pada 1 unit pengembangan yang terdiri atas 2 kecamatan
yaitu:
-
Kecamatan Pakal termasuk dalam cluster 2 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan rendah, jumlah keluarga miskin rendah,
jumlah penduduk rendah, dan jumlah imunisasi bayi rendah. Pada
kecamatan pakal terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah
fasilitas kesehatan yang rendah sehingga akan dilakukan peningkatan
kualitas dan pemerataan pelayanan kesehatan.
-
Kecamatan Sambikerep termasuk dalam cluster 2 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan rendah, jumlah keluarga miskin rendah,
jumlah penduduk rendah, dan jumlah imunisasi bayi rendah. Pada
kecamatan sambikerep terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting
jumlah
fasilitas
kesehatan
yang
rendah
sehingga
akan
dilakukan
peningkatan kualitas dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Teknik Analisa Kuantitatif
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengumpulan data dan analisa yang telah dilakukan, maka
kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Melalui teknik analisis faktor konfirmatori, diperoleh variabel-variabel yang
merupakan faktor penentu dalam menentukan tingkat kesehatan dalam
penyediaan sarana kesehatan di Kota Surabaya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kesehatan dalam penyediaan sarana kesehatan di
Kota Suraaya adalah jumlah fasilitas kesehatan, jumlah keluarga miskin,
jumlah penduduk dan imunisasi bayi.
2. Berdasarkan analisis cluster hierarcical, maka pembagian kecamatankecamatan di Kota Surabaya dalam 3 cluster yaitu :
a. Cluster 1 merupakan cluster dengan jumlah fasilitas kesehatan
tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi, jumlah penduduk tinggi, serta
imunisasi bayi tinggi.
b. Cluster 2 merupakan cluster dengan jumlah fasilitas kesehatan
rendah, jumlah keluarga miskin rendah, jumlah penduduk rendah,
serta imunisasi bayi rendah.
c. Cluster 3 merupakan cluster dengan jumlah fasilitas kesehatan
sedang, jumlah keluarga miskin sedang, jumlah penduduk sedang,
serta imunisasi bayi sedang.
3. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya ditinjau dari
peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan yang telah ada
terdapat pada Unit Pengembangan (UP) II Kertajaya, UP IV Dharmahusada,
UP VI Tunjungan, UP VII Wonokromo, UP. IX Ahmad Yani yang terdiri atas
kecamatan
mulyorejo,
kecamatan
kecamatan
gubeng,
kecamatan
kecamatan
genteng,
kecamatan
kecamatan
wonocolo,
dan
sukolilo,
simokerto,
tegalsari,
kecamatan
kecamatan
tambaksari,
kecamatan
kecamatan
gayungan
bubutan,
jambangan,
dengan
dominasi
kecamatan yang tergolong cluster 1 sedangkan untuk peningkatan
kualitas dan pemerataan pelayanan kesehatan pada Unit Pengembangan
(UP) XII Sambikerep yang terdiri atas kecamatan pakal dan kecamatan
sambikerep yang merupakan kecamatan yang termasuk dalam cluster 2.
Teknik Analisa Kuantitatif
28
5.2Rekomendasi
Dengan adanya kurang kesesuaian antara Rencana Tata Ruang Kota
Surabaya
dengan
kesiapan
kecamatan
yang
menjadi
pusat
pelayanan
kesehatan, maka rekomendasi arahan peningkatan fungsi pusat kesehatan Kota
Surabaya dalam mendukung perwujudan rencana tata ruang Kota yaitu :
-
Peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan yang telah ada
perlu dilakukan evaluasi pada kondisi eksisting dengan perencanaan tata
ruang pada kecamatan tambaksari, kecamatan genteng, kecamatan
jambangan serta kecamatan gayungan agar terdapat kesesuaian kondisi
eksisting dan rencana.
Kebijakan untuk masing – masing Kecamatan :
-
Kecamatan yang tergabung dalam Cluster 1 terdiri atas Kecamatan
pabean
cantian,
Kecamatan
Kecamatan
kenjeran,
semampir,
Kecamatan
Kecamatan
tegalsari,
krembangan,
Kecamatan
simokerto,
Kecamatan bubutan, Kecamatan gubeng, Kecamatan sukolilo, Kecamatan
mulyorejo,
Kecamatan
sukomanunggal,
Kecamatan
wonokromo,
Kecamatan wonocolo, Kecamatan sawahan dalam penyediaan fasilitas
kesehatan tidak perlu dilakukan penambahan fasilitas kesehatan baru
akan tetapi hanya dilakukan perbaikan terhadap sarana – sarana yang
telah
ada
serta
meningkatkan
kinerja
fasilitas
kesehatan
untuk
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat pada wilayah tersebut dan
diharapkan pula fasilitas kesehatan tersebut dapat menjadi pusat dari
rujukan fasilitas kesehatan dari kecamatan lain.
-
Kecamatan yang tergabung dalam Cluster 2 terdiri atas Kecamatan bulak,
Kecamatan genteng, Kecamatan gunung anyar, Kecamatan rungkut,
Kecamatan tenggilis mejoyo, Kecamatan tandes, Kecamatan asemrowo,
Kecamatan benowo, Kecamatan pakal, Kecamatan lakarsantri, Kecamatan
sambikerep, Kecamatan wiyung, Kecamatan karangpilang, Kecamatan
jambangan,
Kecamatan
gayungan,
Kecamatan
dukuh
pakis
dalam
penyediaan fasilitas kesehatan perlu dilakukan penambahan jumlah
Teknik Analisa Kuantitatif
29
fasilitas kesehatan, karena berdasarkan analisis pada daerah ini jumlah
fasilitas kesehatannya rendah. Dengan begitu, pemerintah Kota Surabaya
harusnya lebih memprioritaskan kecamatan pada cluster ini dalam
pemenuhan fasilitas kesehatan agar taraf kesehatan di wilayah tersebut
juga dapat meningkat.
-
Sedangkan Cluster 3 terdiri atas Kecamatan tambaksari yang dapat dilihat
dari penyediaan fasilitas kesehatan merupakan kecamatan yang dapat
menjadi pembantu fasilitas kesehatan kecamatan cluster 1 sehingga
dalam hal ini permerintah Kota Surabaya lebih memafasiliti pada
peningkatan kualitas kinerja agar dapat membantu fasilitas kesehatan
kecamatan pada cluster 1.
Teknik Analisa Kuantitatif
30
LAMPIRAN
Data yang digunakan untuk menganalisa faktor yang mempengaruhi
tingkat kesehatan terhadap penyediaan fasilitas kesehatan adalah sebagai
berikut :
Sumber:Kecamatan dalam angka 2014, BPS Kota Surabaya.
Sedangkan untuk mengetahui pengelompokkan kecamatan berdasarkan
tingkat kesehatan terhadap penyediaan fasilitas kesehatan menggunakan
analisis cluster yang menghasilkan aglomerasi pembentukan 1 cluster, 2 cluster
maupun 3 cluster.
Hasil Aglomerasi
Teknik Analisa Kuantitatif
31
Intepretasi 1 cluster
Berikut ini adalah penjelasan mengenai Agglomeration Schedule dan
Cluster Membership :
-
Aglomerasi akan melakukan pengelompokan secara satu per satu.
Pada tahap 1 (stage 1), kasus nomor 9 (Kec Bubutan ) dan kasus
nomor 10 (Kec Gubeng) adalah yang paling mirip karakteristiknya,
sehingga mereka menjadi satu kelompok terlebih dahulu. Kemudian
lihat kolom Next Stage pada Stage 1 yang merupakan kelanjutan dari
stage untuk Cluster. Tabel menunjukkan stage 6 yang berarti proses
dilanjutkan dengan meloncat ke stage 6.
Teknik Analisa Kuantitatif
32
-
Pada stage 6, tertulis angka 7 (Kec
Simokerto) dan angka 9 (Kec
Bubutan). Hal ini berarti Kec Bubutan masuk pada kelompok yang
pertama, yakni kelompok yang beranggotakan Kec Gubeng dan Kec
Simokerto. Sehingga telah terdapat 3 kecamatan yang telah diketahui
clusternya. Kemudian pada Next Stage pada Stage 3, menunjukkan
stage 17. Lihat stage 17.
-
Pada stage 17 ini terdapat angka 3 (Kec Krembangan) dan angka 7
(Kec Simokerto). Hal ini berarti Kec Krembangan masuk pada
kelompok
yang
kedua,
yakni
kelompok
Kec
Simokerto
yang
beranggotakan Kec Krembangan. Kemudian pada Next Stage pada
Stage 17, menunjukkan stage 23. Lihat stage 23.
-
Pada stage 23, tertulis angka 2 (Kec Semampir) dan angka 3 (Kec
Krembangan). Hal ini berarti Kec Semampir masuk pada kelompok
yang ketiga, yakni kelompok Kec Krembangan yang beranggotakan
Kec
Semampir.
Kemudian
pada
Next
Stage
pada
Stage
23,
menunjukkan stage 25. Lihat stage 25.
-
Pada stage 25, tertulis angka 2 (Kec Semampir ) dan angka 18 (Kec
Sukomanunggal). Hal ini berarti Kec Sukomanunggal masuk pada
kelompok
yang
kelima,
yakni
kelompok
Kec
Semampir
yang
beranggotakan Kec Sukomanunggal. Kemudian pada Next Stage pada
Stage 25, menunjukkan stage 28. Lihat stage 28.
-
Pada stage 28, tertulis angka 1(Kec Pabean Cantian)
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop
asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh
jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjkl
zxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv
bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop
asdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfgh
0
ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KESEHATAN
MASYARAKAT TERHADAP KETERSEDIAAN FASILITAS KESEHATAN DI SURABAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Kesehatan Masyarakat Terhadap Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di Kota Surabaya” sebagai
tugas dari Mata Kuliah Teknik Analisa Kuantitatif.
Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam
proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini. Dan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Dosen Mata Kuliah Teknik Analisa Kuantitatif Ibu Ketut Martha Dewi Erli, S.T,
M.T dan Ummi Fadhilah, S.T, M.T yang telah memberi tugas serta membimbing
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Rekan rekan yang telah membantu terselesainya makalah ini.
Tujuan dari pembuatan tugas mata kuliah ini adalah diharapkan penulis memahami
analisis faktor yang dijadikan acuan untuk analisis cluster untuk menentukan tingakt
penyediaan fasilitas ksehatan di Kota Surabaya.
Demikian makalah Teknik Analisa Kuantitatif ini yang kiranya masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
memberikan masukan informasi serta wacana yang bermanfaat bagi masyarakat pada
umumnya.
Surabaya, Mei 2015
Tim Penulis,
Teknik Analisa Kuantitatif
1
ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KESEHATAN
MASYARAKAT TERHADAP KETERSEDIAAN FASILITAS KESEHATAN DI SURABAYA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1. 1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Tujuan dan Sasaran Penelitian......................................................................2
1.3 Metode Penelitian......................................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup Penelitian............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 3
2.1 Kesehatan Masyarakat................................................................................. 3
2.2 Fasilitas Kesehatan....................................................................................... 3
2.3 Faktor yang mempengaruhi Kesehatan Masyarakat.....................................4
2.3.1 Sarana Kesehatan.................................................................................. 5
2.3.2 Kemisikinan............................................................................................ 6
2.3.3 Jumlah Penduduk.................................................................................... 6
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................. 9
3.1 Metode Penelitian......................................................................................... 9
3.1.1 Metode Pengumpulan Data....................................................................9
3.1.2
Metode Analisa................................................................................... 9
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN....................................................................11
4.1 Gambaran Umum Wilayah Studi.................................................................11
4.2 Analisis Faktor Penentuan Tingkat Kesehatan dalam Penyediaan Sarana
Kesehatan......................................................................................................... 11
4.3 Analisa Cluster Pengelompokan Tingkat Kesehatan Terhadap Penyediaan
Fasilitas Kesehatan........................................................................................... 14
4.4 Analisa dan Pembahasan Penyediaan fasilitas kesehatan terhadap Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya.....................................................16
BAB V PENUTUP................................................................................................... 20
5.1 Kesimpulan................................................................................................. 20
5.2Rekomendasi............................................................................................... 20
LAMPIRAN............................................................................................................ 22
Teknik Analisa Kuantitatif
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman semakin tumbuh-kembangnya suatu
ruang wilayah dapat diidentifikasikan dengan adanya pertumbuhan penduduk
dan perkembangan aktivitas wilayah tersebut. Adanya pemusatan dan aktivitas
ekonomi dan sosial yang beragam, maka membuat suatu wilayah akan menjadi
berkembang (Pudjiantoro, 2008).
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang
sangat tinggi yaitu 237.6 juta jiwa menjadi sebuah tuntutan agar mampu
bersaing
dengan
negara
lain
baik
berupa
ilmu
teknologi,
kemajuan
perkembangan kota melalui sarana dan prasarana, dan kualitas sumber daya
manusia. Kemajuan ilmu teknologi yang diaplikasikan ke dalam pemenuhan
sarana dan prasarana yang memadai akan dihasilkan oleh sumber daya
manusia yang berkualitas.
Perkembangan penduduk dan aktivitas perKota an akan berdampak pada
perkembangan kota
dengan peningkatan kebutuhan fasilitas baik fasilitas
umum maupun fasilitas sosial. Salah satunya adalah kebutuhan akan kesehatan
yang merupakan faktor penting dalam menjaga kelangsungan hidup manusia.
Dengan kesehatan orang berhak mendapatkan keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomi karena kesehatan merupakan suatu hak yang fundamental bagi
setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik, dan tingkat sosial
ekonominya.
Pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan hak asasi manusia
yang harus dilaksanakan negara. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan,
masyarakat dengan status ekonomi lebih tinggi mempunyai askses terhadap
pelayanan kesehatan lebih baik dibandingkan dengan mereka dengan status
ekonomi
rendah (Susanto dan Mubasysyir, 2006). Berdasarkan Peraturan
Presiden RI Nomor 12 tahun 2013, fasilitas kesehatan merupakan fasilitas
pelayanan
kesehatan
yang
digunakan
untuk
menyelenggarakan
upaya
1
kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabititatif
yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Fasilitas kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk untuk menunjang
kebutuhan pelayanan kesehatan guna meningkatkan pelaksanaan aktivitas.
Salah satu usaha peningkatan kesehatan pada masyarakat suatu kota adalah
dengan cara menyediakan fasilitas kesehatan yang merata dan sesuai dengan
keinginan masyarakat yang dilayani. Karena jika suatu fasilitas tidak diinginkan
keberadaannya pada suatu lingkungan maka fasilitas tersebut akan ditinggalkan
atau tidak dipergunakan oleh masyarakatnya.
Dari
latar
belakang
ini
diperlukan
adanya
suatu
analisis
untuk
menganalisa pengaruh tingkat kesehatan masyarakat terhadap ketersediaan
fasilitas kesehatan yang berada di suatu wilayah. Pada penulisan makalah ini,
pembahasan akan difokuskan pada kecamatan-kecamatan yang berada di Kota
Surabaya.
1.2 Tujuan dan Sasaran Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat terhadap ketersediaan fasilitas
kesehatan di lokasi studi, yakni di Kota Surabaya. Adapun sasaran yang akan
dicapai untuk mendukung terwujudnya tujuan tersebut adalah:
1. Merumuskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan
masyarakat terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan di Kota Surabaya.
2. Mengidentifikasi
dan
mengelompokkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat terhadap ketersediaan
fasilitas kesehatan di Kota Surabaya.
Teknik Analisa Kuantitatif
2
1.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam pembahasan makalah ini
adalah metode pengumpulan data dan metode analisis. Dalam proses
pengumpulan data, metode yang digunakan adalah studi literatur untuk
mendapatkan data-data mengenai variabel yang berkaitan dengan fasilitas
kesehatan sehinga dapat dijadikan bahan dalam melakukan sintesa dan
hipotesa awal dan survey sekunder melalui data-data kecamatan dalam angka
untuk mengetahui jumlah ketersediaan fasilitas kesehatan di setiap kecamatan
yang ada di KotaSurabaya. Dalam metode analisis yang digunakan dalam
interpretasi adalah menggunakan metode analisis faktor dan analisis cluster.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ditinjau dari cakupan wilayahnya, Kota Surabaya adalah ibukota
dari
Provinsi Jawa Timur yang dikenal juga sebagai Kota Pahlawan. Berdasarkan data
Surabaya Dalam Angka Tahun 2013, Kota Surabaya memiliki luas wilayah sekitar
326,36 km2 yang terbagi dalam 31 kecamatan dan 163 desa/kelurahan dan
jumlah penduduk yang mencapai 3.024.321 jiwa. Kota Surabaya memiliki batas
kewilayahan yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
Sebalah Barat : Kabupaten Gresik
Ruang lingkup substansi pembahasan dalam penelitian ini mencakup teori
dan konsep mengenai pentingnya penyediaan fasilitas kesehatan, metode
penelitian, variabel-variabel yang mempengaruhitingkat kesehatan masyarakat
terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan di Kota Surabaya.
Teknik Analisa Kuantitatif
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Masyarakat
Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan
fungsi tubuhdengan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya (Perkin
1938).Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU
Kesehatan No. 23 tahun 1992).
WHO menyatakan kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh
secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari
penyakit.Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan. Dalam Bab 1, Pasal 2 dinyatakan bahwa Kesehatan adalah meliputi
kesehatan badan (somatik), rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya deadaan
yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Definisi ini memberi arti yang
sangat luas pada kata kesehatan.Keadaan kesehatan masyarakat di Indonesia
masih merupakan hal yang perlu mendapaat perhatian.Bahwa kesehatan rakyat
adalah salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan
bangsa, dan mempunyai peranan penting dalam penyelesaian revolusi nasional
dan penyusunan masyarakat sosialis Indonesia; bahwa kesejahteraan umum
termasuk kesehatan, harus diusahakan sebagai pelaksanaan cita-cita bangsa
Indonesia.Tiap-tiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi tingginya dan perlu diikut-sertakan dalam usaha-usaha kesehatan
Pemerintah.
2.2 Fasilitas Kesehatan
Menurut Sarjito dalam Mahmud R (1997) Fasilitas kesehatan merupakan
fasilitas yang memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang memiliki 3
fungsi utama yaitu :
1. Kuratif, yaitu pemeriksaan pengobatan dan perawatan
2. Preventif, yaitu pencegahan penyakit peningkatan kesehatan dan
Teknik Analisa Kuantitatif
4
pendidikan kesehatan
3. Kesehatan lingkungan
Menurut Suratno (2005), fasilitas kesehatan berdasarkan hirarki dan
fungsinya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rumah sakit tipe A dan B merupakan fasilitas kesehatan yang
mempunyai jangkauan tingkat regional
2. Rumah sakit tipe C dan D merupakan rumah sakit umum kecil untuk
kebutuhan Kota
3. Puskesmas merupakan pusat kesehatan yang melayani unit lingkungan
kecil
4. Puskesmas
pembantu
atau
BKIA/poliklinik,
dan
praktek
dokter
merupakan pusat kesehatan yang melayani unit ligkungan yang lebih
kecil
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit berdasarkan tingkatan klasifikasi Rumah Sakit menurut
kemampuan unsur pelayanan kesehatan yang dapat disediakan, ketenagaan,
fisik dan peralatan, maka Rumah Sakit Umum pemerintah pusat dan daerah
diklasifikasikan antara lain:
1. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah Rumah Sakit Umum yang mempuntai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)
spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medi, 12 (diua belas)
spesialis lain dan 13 (tiga belas) sub spesialis.
2. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah
Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8
Teknik Analisa Kuantitatif
5
(delapan) spesialis lain dan 2 (dua) sub spesialis dasar.
3. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.
4. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan
kesehatan perseorangan, kelompok ataupun masyarakat (Azwar, 1996).
Ada 4 syarat pokok pelayanan kesehatan yang harus dipenuhi agar dapat
dikatakan sebagai pelayanan kesehatan yang baik, yaitu:
1. Tersedia
dan
berkesinambungan,
artinya
semua
jenis
pelayaan
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta
keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang
dibutuhkan.
2. Dapat diterima dan wajar, artinya pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut
tidak
bertentangan
dengan
keyakinan
dan
kepercayaan
masyarakat.
3. Mudah dicapai, pengertian ketercapaian yang dimaksud di sini terutama
dari sudut lokasi.
4. Mudah dijangkau, pengertian keterjangkauan disini terutama dari sudut
biaya.
Teknik Analisa Kuantitatif
6
5. Bermutu, pengertian mutu disini adalah yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang disatu
pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain
tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standard
yang telah ditetapkan (Azwar, 1996)
2.3 Faktor yang mempengaruhi Kesehatan Masyarakat
Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi
secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya
(WHO
1957).
Menurut
H.L
Blum,
ada
4
faktor
yang
bersama-sama
mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat, yaitu: kesehatan lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik.
2.3.1 Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat,
memiliki
peran
yang
sangat
strategis
dalam
mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk.Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah
penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan ini juga akan
mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok
lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup
bangunan/blok
yang
nantinya
terbentuk
sesuai
konteks
lingkungannya.
Sedangkan penenempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan
jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang
harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.
Beberapa jenis sarana yang dibutuhkan adalah
a) posyandu yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anakanak usia
balita;
Teknik Analisa Kuantitatif
7
b) balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada
penduduk
dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada penyembuhan
(currative)
tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu tertentu juga untuk
vaksinasi;
c) balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin), yang berfungsi
melayani ibu
baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta melayani anak
usia sampai
dengan 6 tahun;
d) puskesmas
dan
balai
pengobatan,
yang
berfungsi
sebagai
sarana
pelayanankesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan kepada
penduduk dalam penyembuhan penyakit, selain melaksanakan program
pemeliharaan kesehatan danpencegahan penyakit di wilayah kerjanya;
e) puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit
pelayanankesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan
terbatas dan membantupelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup
wilayah yang lebih kecil;
f) tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan
pelayanankesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada
usaha penyembuhan tanpaperawatan; dan
g) apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obatobatan, baik untukpenyembuhan maupun pencegahan.
Teknik Analisa Kuantitatif
8
2.3.2 Kemisikinan
Kemiskinan merupakan lingkungan hidup yang sangat membahayakan
kesehatan manusia (jasmani, rohani dan sosial). Karena miskin, orang tidak
dapat memenuhi kebutuhan akan makanan yang sehat, yang akan melemahkan
daya tahan tubuh, sehingga mudah terserang sesuatu penyakit. Bahkan karena
kekurangan makanan itu sendiri dapat menyebabkan orang menjadi sakit
seperti. Penyakit-penyakit karena kekurangan vitamin misalnya: Xerophthalmi,
scorbut, beri-beri.
Kemiskinan yang parah dapat meruntuhkan akhiak manusia secara total
sehingga tidak lagi menunaikan kewajiban-kewajiban sosialnya. Menjadikan
manusia menjadi kurang/tidak bertanggung jawab.Menumbuhkan sifat-sifat
egoistis (mementingkan diri sendiri) dan munculnya berbagai jenis kejahatan
baik
yang
dilakukan
anak-anak/remaja
maupun
yang
dilakukan
orang
dewasa.Karena itu perkembangan dalam bidang kesehatan harus pula sejalan
dengan perkembangan dalam bidang sosio-ekonomi.Usaha-usaha kesehatan
harus diselenggarakan agar keadaan sosio-ekonomi mendapat kemajuan,
sebaliknya pula hanya dalam keadaan sosio-ekonomi yang baiklah usaha-usaha
kesehatan dapat berkembang dengan sebaik-baiknya.
2.3.3 Jumlah Penduduk
Dalam dalam masalah ini maka penduduk tidak akan jauh dengan
masalah
kesehatan
atau
penyakit
yang
melanda
penduduk
tersebut,
dikarenakan lingkungan yang kurang terawat ataupun pemukiman yang kumuh,
seperti limbah pabrik, selokan yang tidak terawat yang menyebabkan segala
penyakit akan melanda para penghuni wilayah tersebut yang mengakibatkan
kematian dan terjadi pengurangan jumlah penduduk.
Bertambahnya penduduk dalam jumlah besar berdampak negatif terhadap
standar kehidupan, terutama jika berbagai kebutuhan dasar tidak dapat dipenuhi
secara memadai.Penduduk yang besar menuntut pelayanan sosial dan ekonomi
yang besar pula. Semakin banyak jumlah anak-anak usia. Di bidang kesehatan
ditemui masalah yang sama karena semakin banyak jumlah penduduk,
kebutuhan akan layanan kesehatan juga semakin meningkat. Aspek lain yang
Teknik Analisa Kuantitatif
9
juga terancam akibat pertambahan penduduk yang besar adalah ketersediaan
pangan semakin meningkat.
2.3 Sintesa Pustaka
Berdasarkan Kajian Pustaka yang telah dijabarkan, didapatkan beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat terhadap ketersediaan fasilitas
kesehatan di Kota
Surabaya. Hal-hal tersebut yang berpengaruh terhadap
faktor-faktor tingkat kesehatan masyarakat di Kota Surabaya. Indicator-indikator
yang mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat di suatu wilayah diantaranya
adalah jumlah penduduk, ketersediaan fasilitas kesehatan, jumlah tenaga
kesehatan, jumlah keluarga miskin, dan jumlah imunisasi bayi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal
tersebut
merupakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
tingkat
kesehatan
masyarakat di Kota Surabaya. Adapun hasil sintesa tinjauan pustaka dapat
ditampilkan pada tabel dibawah ini:
Tabel1. Hasil Sintesa Kajian Pustaka
No
1
Variabel
Jumlah Penduduk
Jumlah
Keterangan
Penduduk setiap kecamatan
akan
menjadi dasar pertimbangan jumlah pelayanan
yang dibutuhkan oleh masyarakat yang ada
pada kecamatan. Dengan mengetahui jumlah
penduduk, maka akan lebih memudahkan dalam
menentukan besaran pelayanan yang harus
disediakan untuk meningkatkan kesejahteraan
2
Fasilitas Kesehatan
masyarakat di tiap kelurahan.
Indikator
fasilitas
kesehatan
ini
mampu
menginterpretasikan seberapa besar perhatian
pemerintah
kesehatan
dalam
untuk
penyediaan
meningkatkan
fasilitas
kesehatan
masyarakatnya masyarakatnya. Jumlah fasilitas
kesehatan
yang
sesuai
dengan
kebutuhan
masyarakatnya akan menjadi cerminan bahwa
Teknik Analisa Kuantitatif
10
No
3
Variabel
Tenaga Kesehatan
Keterangan
pemerintah daerah telah mampu memenuhi
kebutuhan pelayanan.
Tenaga kesehatan memiliki peranan penting
untuk
meningkatkan
kualitas
pelayanan
kesehatan yang maksimal kepada masyarakat.
Dengan mengetahui jumlah tenaga kesehatan,
dapat
menentukan
memeratakan
4
Jumlah
Keluarga
Miskin
penyebaran
kebijakan
tenaga
dalam
kesehatan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Jumlah keluarga miskin untuk mengetahui
kondisi sosial ekonomi di setiap Kecamatan.
Kemiskinan merupakan keadaan yang sangat
membahayakan kesehatan manusia (jasmani,
rohani dan sosial). Karena miskin, orang tidak
dapat memenuhi kebutuhan akan makanan yang
sehat, yang akan melemahkan daya tahan
tubuh,
5
Jumlah Imunisasi Bayi
sehingga
mudah
terserang
sesuatu
penyakit
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan
kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit
tersebut
tidak
akan
sakit
atau
sakit
ringan. Jumlah imunisasi bayi untuk mengetahui
tingkat
kekebalan
daya
tahan
tubuh
anak
terhadap penyakit.
Sumber: Hasil Sintesa Pustaka, 2015
Teknik Analisa Kuantitatif
11
Teknik Analisa Kuantitatif
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang dilakukan merupakan sebuah proses analisa yang melakukan
penelitian dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan sesuai dengan
tujuan peneliti, kemudian setelah mendapatkan data yang diperlukan maka
langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang sudah diperoleh.
3.1.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data. Untuk pengumpulan data-data, metode yang
digunakan adalah survei sekunder untuk mendapatkan data-data statistic.
Sumber data sekunder dari penelitian ini antara lain dokumen Kecamatan
dalam angka tahun 2014 (data tahun 2013) yang dapat diakses di BPS Kota
Surabaya.
3.1.2
Metode Analisa
Metode
analisa
merupakan
tahap
pertama
yang
dilakukan
dalam
penelitian dengan merumuskan suatu permasalahan, dan tujuan permasalahan
sehingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan serta membuat rumusan
sasaran agar tujuan penelitian dapat dipenuhi. Oleh karena itu, pada tahap
analisa diperlukan kompilasi data dan valid data yang tepat sehingga memiliki
output analisa data yang valid. Metode analisa yang digunakan dalam
interpretasi, yaitu :
a. Analisa Faktor
Analisa faktor merupakan teknik reduksi data yang digunakan untuk
menyederhanakan sejumlah variable yang saling berkorelasi menjadi kelompokkelompok variable yang lebih kecil.Analisis faktor merupakan salah satu teknik
reduksi data yang bertujuan untuk menstrukturkan data, menghilangkan
reducancy dan mengganti variabel-variabel dengan sekumpulan variable yang
lebih kecil. Menstrukturkan data dilakukan dengan cara mengelompokan data
Teknik Analisa Kuantitatif
13
asli berdasarkan keeratan hubungan yang ditentukan berdasarkan besarnya
korelasi antar variabel. Setiap kelompok variabel disebut faktor yang akan
mewakili variabel yang di dalamnya tidak ada hubungan atau korelasi antar
faktor.
Hal yang perlu di perhatikan dalam analisa faktor adalah memperhatikan
yaitu KMO > 0,5 berarti variabel dan sampel yang ada sudah kuat dan
mencukupi,
sehingga
analisis
yang
dilakukan
sudah
dapat
mencukupi,
sedangkan KMO < 0,5 berarti variabel dan sampel tidak memiliki data yang
cukup kuat sehingga diperlukan penambahan variabel. Adapun pedoman
penilaiannya adalah nilai MSA >0.5. Jika ada variabel yang nilainya < 0.5 maka
variable tersebut harus dikeluarkan dari proses analisis faktor sampai tidak ada
variabel yang nilai MSA dibawah 0,5.
b. Analisa Cluster
Analisa cluster digunakan untuk meringkas sebuah data, yang tujuannya
untuk mengelompokkan sebuah objek berdasarkan kesamaan karakteristik di
antara objek-objek tersebut. Analisa cluster dibedakan dengan ciri-ciri cluster
yang baik, yaitu homogenitas internal dan heterogenitas external. Perbedaan
dari ciri-ciri cluster tersebut adalah homogenitas lebih menentukan kesamaan
pada antar anggota dalam satu cluster, berbeda dengan heterogenitas yang
melihat perbedaan antara cluster yang satu dengan cluster yang lainnya.
Tabel2. Metode Analisa
No
Analisis
Tujuan
.
1.
Alat
Variabel
Analisi
Menemukan
Memastikan variabel
s
Analisa
1. Jumlah Penduduk
KMO dan MSA
yang
Faktor
2.
dari
mampu
Miskin
menginterpretasikan
3.
tingkat
Kesehatan
variabel
semua
dalam
digunakan
kesehatan
penyediaan
sarana kesehatan di
Teknik Analisa Kuantitatif
4.
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Keluarga
Fasilitas
Tenaga
Kesehatan
14
Kota Surabaya
2.
Terbentuk
3
5.
Mengelompokkan
Bayi
1. Jumlah Penduduk
Cluster
2.
kecamatan
tingkat
Surabaya
kesehatan
berdasarkan
jumlah
3.
penduduk,
jumlah
Kesehatan
keluarga
miskin,
4.
jumlah
fasilitas
Bayi
tenaga
Imunisasi
Analisa
cluster dengan
kesehatan,
di
Jumlah
Jumlah
Keluarga
Miskin
Jumlah
Jumlah
Fasilitas
Imunisasi
jumlah
kesehatan
dan jumlah imunisasi
bayi
Teknik Analisa Kuantitatif
15
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Studi
Kota Surabaya secara geografis termasuk dalam wilayah Provinsi Jawa
Timur. Kota Surabaya memiliki luas wilayah sebesar 350,54 km2 dan terdiri atas
31 kecamatan serta 160 kelurahan. Batas administratif Kota Surabaya adalah
sebagai berikut :
-
Sebelah Utara
: Selat Madura
-
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
-
Sebelah Barat
: Kabupaten Gresik
-
Sebelah Timur
: Selat Madura
Data yang digunakan untuk menganalisa faktor-faktor yang menentukan
tingkat kesehatan dalam penyediaan sarana kesehatan antara lain terdiri atas
jumlah fasilitas kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, jumlah keluarga miskin,
jumlah penduduk dan imunisasi bayi.
4.2
Analisis
FaktorPenentuan
Tingkat
Kesehatan
dalam
Penyediaan Sarana Kesehatan
Data-data yang digunakan untuk input awal yang menentukan tingkat
kesehatan dalam penyediaan sarana kesehatan di Kota Surabaya dimasukkan
dan diproses dengan menggunakan SPSS Statistik 17,0. Penggunaan analisa
faktor bertujuan untuk menstrukturkan data, yaitu mengelompokkan data
berdasarkan keeratan masing-masing variabel dalam satu kelompok, sehingga
variabel yang termasuk dalam kelompok tersebut merupakan faktor-faktor yang
menentukan tingkat kesehatan dalam penyediaan sarana kesehatan di Kota
Surabaya. Berdasarkan analisa pertama diperoleh output sebagai berikut :
Output KMO
Nilai KMO digunakan untuk menguji apakah korelasi parsial diantara
variabel kecil, karena semakin kecil korelasi parsial antar variabel, maka nilai
KMO semakin besar, artinya model yang dikembangkan semakin baik.
Teknik Analisa Kuantitatif
16
Interpretasi : Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai KMO (0,559) lebih dari 0,5
dengan
nilai signifikasi (0,000) kurang dari 0,005, sehingga bisa dilakukan
proses selanjutnya.
Output nilai MSA (Measures of Sampling Adequacy)
Nilai MSA yang dapat dilihat pada matriks anti-image matrices menguji
apakah variabel layak dipertimbangkan dalam analisis faktor.Semakin besar nilai
MSA, maka semakin kecil nilai korelasi parsialnya dengan variabel lain, yang
berarti semakin layak dipertimbangkan dalam pembentukan faktor. Berdasarkan
tabel anti-image didapatkan semua variabel sudah memiliki nilai MSA lebih dari
0,5, yang berarti layak dipertimbangkan dalam pembentukan faktor, sehingga
dapat dilakukan analisa faktor.
Interpretasi : Berdasarkan tabel anti-image didapatkan ada satu variabel
(jumlah tenaga kesehatan) sudah memiliki nilai MSA kurang dari 0,5, sehingga
analisis faktor diulangi lagi dengan menghilangkan satu variabel (jumlah tenaga
kesehatan).
Teknik Analisa Kuantitatif
17
Output KMO dan Anti Image
Interpretasi : Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai KMO (0,589) lebih dari 0,5
dengan
nilai signifikasi (0,000) kurang dari 0,005, sehingga bisa dilakukan
proses selanjutnya.
Interpretasi : Berdasarkan tabel anti-image didapatkan semua variabel diatas
sudah memiliki nilai MSA lebih dari 0,5 sehingga analisis faktor bisa dilakukan.
Output Total Variance
Teknik Analisa Kuantitatif
18
Berdasarkan tabel diatas, ternyata ada 1 faktor yang terbentuk karena
pada component 2, nilai eigenvaluesnya mendekati 1. Dengan total % kumulatif
sebesar 78.07%. Hal ini berarti kedua faktor yang terbentuk bisa menjelaskan
78.07% dari semua variabel yang ada.
Berdasarkan hasil analisis SPSS yang telah ditampilkan dalam tabel
tersebut, berikut pembagian faktornya :
-
Faktor 1 : Jumlah fasilitas , jumlah keluarga miskin, jumlah penduduk,
imunisasi bayi
Berdasarkan rotasi komponen matriks hanya ada satu yang terekstrasi
sehingga faktor yang terbentuk hanya ada satu faktor.
Analisa:
Dari output diatas dapat diambil kesimpulan bahwa variabel yang
digunakan telah mencukupi untuk dilakukan analisa selanjutnya dan semua
variabel yang digunakan mampu menginterpretasikan tingkat kesehatan dalam
penyediaan sarana kesehatan di Kota Surabaya. Akan tetapi variabel yang tidak
dapat digunakan berdasarkan analisa faktor adalah variabel tenaga kesehatan.
Berdasarkan asumsi dan tinjauan pustaka, faktor jumlah tenaga kesehatan
hanya
dapat
digunakan
sebagai
pendukung
dan
penunjang
dalam
hal
meningkatkan kesehatan masyarakat di Kota Surabaya, karena variabel jumlah
Teknik Analisa Kuantitatif
19
tenaga kesehatan inibukan merupakan subyek utama, namun bukan pula
sebagai obyek dalam peningkatan taraf kesehatan masyarakat. Dibandingkan
dengan variabel-variabel yang lainnya, seperti jumlah fasilitas, jumlah keluarga
miskin, jumlah penduduk, dan imunisasi bayi mengindikasikan bahwa variabel
tersebut mempunyai nilai kepentingan yang lebih tinggi daripada variabel
tenaga kesehatan.
Jumlah
ketersediaan
fasilitas
kesehatan
di
suatu
wilayah
sangat
mempengaruhi pelayanan kesehatan penduduk yang memerlukan adanya
pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan bahwa adanya fasilitas kesehatan
mempunyai peran dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Begitu pula dengan kaitannya dengan
jumlah keluarga miskin, dimana kesehatan bukan merupakan prioritas utama
karena masyarakat menengah kebawah lebih mementingkan kebutuhan pangan
daripada kepentingan kesehatan.
4.3 Analisa Cluster Pengelompokan Tingkat Kesehatan Terhadap
Penyediaan Fasilitas Kesehatan
Setelah mendapatkan kepastian variabel yang memenuhi persayaratan
untuk dilakukan analisa berikutnya melalui analisa faktor, maka variabel-variabe
tersebut digunakan untuk analisa berikutnya yaitu analisis cluster. Sebelumnya
dilakukan standarisasi data terlebih dahulu sehingga outputnya berupa nilai z
score. Berikut output dari proses standarisasi data:
Teknik Analisa Kuantitatif
20
Analisis cluster ini bertujuan untuk mengelompokkan variabel yang
memiliki karakteristik yang mirip atau hampir sama. Dari analisis cluster ini
diperoleh output sebagai berikut:
Teknik Analisa Kuantitatif
21
Interpretasi: Dari tabel Case Processing Summary diatas diperoleh informasi
bahwa tingkat kesalahan (missing) bernilai 0 yang berarti tidak terdapat
error/kesalahan pada data. Sedangkan nilai kebenaran (valid) bernilai 31 yang
berarti data yang telah dimasukkan berjumlah 31 yang seluruh kolom dan
barisnya telah terisi sehingga tidak ada data yang missing.
Tabel
Cluster
memberikan
yang
ada
Membership
informasi
pada
anggota
tiap
cluster.
Terdapat dua jenis pengelompokan
yaitu
2
cluster
dan
3
cluster.
Apabila menggunakan 2 cluster,
maka pengelompokan kecamatankecamatan tersebut kurang dapat
digambarkan
secara
terperinci.
digunakan
menjadi
diperoleh
karakteristiknya
Sehingga
pengelompokan
3
cluster
kelompok
sehingga
kecamatan
yang potensial, cukup potensial,
dan kurang potensial.
Teknik Analisa Kuantitatif
22
Kesimpulan: Dari analisa cluster ini dihasilkan 3 cluster sebagai berikut:
-
Cluster 1 yang terdiri atas Kecamatan pabean cantian, Kecamatan
semmapir, Kecamatan krembangan, Kecamatan kenjeran, Kecamatan
tegalsari, Kecamatan simokerto, Kecamatan bubutan, Kecamatan gubeng,
Kecamatan sukolilo, Kecamatan mulyorejo, Kecamatan sukomanunggal,
Kecamatan
wonokromo,
Kecamatan
wonocolo,
Kecamatan
sawahan
merupakan kecamatan yang memiliki jumlah fasilitas kesehatan tinggi,
jumlah keluarga miskin tinggi, jumlah penduduk tinggi, dan jumlah
imunisasi bayi tinggi.
-
Sedangkan Cluster 2 terdiri atas Kecamatan bulak, Kecamatan genteng,
Kecamatan gunung anyar, Kecamatan rungkut, Kecamatan tenggilis
mejoyo, Kecamatan tandes, Kecamatan asemrowo, Kecamatan benowo,
Kecamatan
pakal,
Kecamatan
lakarsantri,
Kecamatan
sambikerep,
Kecamatan wiyung, Kecamatan karangpilang, Kecamatan jambangan,
Kecamatan gayungan. Kecamatan dukuh pakis merupakan kecamatan
yang memiliki jumlah fasilitas kesehatan rendah, jumlah keluarga miskin
rendah, jumlah penduduk rendah, dan jumlah imunisasi bayi rendah.
-
Sedangkan Cluster 3 terdiri atas Kecamatan tambaksari merupakan
kecamatan yang memiliki jumlah fasilitas kesehatan sedang, jumlah
keluarga miskin sedang, jumlah penduduk sedang, dan jumlah imunisasi
bayi sedang.
4.4 Analisa dan Pembahasan Penyediaan fasilitas kesehatan
terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya
Ditinjau dari RTRW Kota Surabaya rencana pembangunan fasilitas
kesehatan dilakukan sebagai berikut :
a. Pembangunan fasilitas kesehatan dilakukan dengan peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan yang telah ada maupun pembangunan
fasilitas kesehatan baru;
Teknik Analisa Kuantitatif
23
b. Peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan yang telah ada
dilakukan pada Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah dan / atau
militer yang terdapat pada Unit Pengembangan (UP) II Kertajaya, UP IV
Dharmahusada, UP VI Tunjungan, UP VII Wonokromo, UP. IX Ahmad Yani,
Rumah Sakit Rumah Sakit / klinik Swasta, dan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) yang tersebar di setiap wilayah Kecamatan dan pada lokasilokasi fasilitas umum.
c. Untuk peningkatan kualitas dan pemerataan pelayanan kesehatan, juga
akan dilakukan pembangunan fasilitas kesehatan baru berupa Rumah
Sakit di wilayah Surabaya Barat yaitu di Unit Pengembangan (UP) XII
Sambikerep.
Sehingga peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan yang
telah ada dapat diketahui pada 5 unit pengembangan Kota Surabaya yang
terdapat pada 13 kecamatan yaitu :
-
Kecamatan Mulyorejo termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
mulyorejo terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Sukolilo termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah
penduduk
tinggi,
dan
jumlah
imunisasi
bayi
tinggi.
Pada
kecamatansukolilo terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah
fasilitas kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana
kesehatan yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan
kualitas prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Tambaksari termasuk dalam cluster 3 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan sedang, jumlah keluarga miskin sedang,
jumlah penduduk sedang, dan jumlah imunisasi bayi sedang. Pada
kecamatan
tambaksari
hampir
terdapat
kesesuaian
antara
kondisi
eksisting jumlah fasilitas kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana
Teknik Analisa Kuantitatif
24
dan prasarana kesehatan yang telah ada sehingga diperlukan sedikit lagi
peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Gubeng termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
gubeng terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Simokerto termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
simokerto terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Bubutan termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
bubutan terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Genteng termasuk dalam cluster 2 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan rendah, jumlah keluarga miskin rendah,
jumlah penduduk rendah, dan jumlah imunisasi bayi rendah. Pada
kecamatan genteng belum terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting
jumlah fasilitas kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan
prasarana
kesehatan
yang
telah
ada
sehingga
diperlukan
banyak
peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Tegalsari termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
tegalsari terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
Teknik Analisa Kuantitatif
25
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Sawahan termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
sawahan terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Wonokromo termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
wonokromo terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Jambangan termasuk dalam cluster 2 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan rendah, jumlah keluarga miskin rendah,
jumlah penduduk rendah, dan jumlah imunisasi bayi rendah. Pada
kecamatan jambangan belum terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting
jumlah fasilitas kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan
prasarana
kesehatan
yang
telah
ada
sehingga
diperlukan
banyak
peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan.
-
KecamatanWonocolo termasuk dalam cluster 1 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi,
jumlah penduduk tinggi, dan jumlah imunisasi bayi tinggi. Pada kecamatan
wonocolo terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah fasilitas
kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan
yang telah ada sehingga tidak diperlukan lagi peningkatan kualitas
prasarana dan sarana kesehatan.
-
Kecamatan Gayungan termasuk dalam cluster 2 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan rendah, jumlah keluarga miskin rendah,
jumlah penduduk rendah, dan jumlah imunisasi bayi rendah. Pada
kecamatan gayungan belum terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting
jumlah fasilitas kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana dan
Teknik Analisa Kuantitatif
26
prasarana
kesehatan
yang
telah
ada
sehingga
diperlukan
banyak
peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan.
Sedangkan untuk peningkatan kualitas dan pemerataan
pelayanan
kesehatan dilakukan pada 1 unit pengembangan yang terdiri atas 2 kecamatan
yaitu:
-
Kecamatan Pakal termasuk dalam cluster 2 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan rendah, jumlah keluarga miskin rendah,
jumlah penduduk rendah, dan jumlah imunisasi bayi rendah. Pada
kecamatan pakal terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting jumlah
fasilitas kesehatan yang rendah sehingga akan dilakukan peningkatan
kualitas dan pemerataan pelayanan kesehatan.
-
Kecamatan Sambikerep termasuk dalam cluster 2 yang merupakan cluster
dengan jumlah fasilitas kesehatan rendah, jumlah keluarga miskin rendah,
jumlah penduduk rendah, dan jumlah imunisasi bayi rendah. Pada
kecamatan sambikerep terdapat kesesuaian antara kondisi eksisting
jumlah
fasilitas
kesehatan
yang
rendah
sehingga
akan
dilakukan
peningkatan kualitas dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Teknik Analisa Kuantitatif
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengumpulan data dan analisa yang telah dilakukan, maka
kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Melalui teknik analisis faktor konfirmatori, diperoleh variabel-variabel yang
merupakan faktor penentu dalam menentukan tingkat kesehatan dalam
penyediaan sarana kesehatan di Kota Surabaya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kesehatan dalam penyediaan sarana kesehatan di
Kota Suraaya adalah jumlah fasilitas kesehatan, jumlah keluarga miskin,
jumlah penduduk dan imunisasi bayi.
2. Berdasarkan analisis cluster hierarcical, maka pembagian kecamatankecamatan di Kota Surabaya dalam 3 cluster yaitu :
a. Cluster 1 merupakan cluster dengan jumlah fasilitas kesehatan
tinggi, jumlah keluarga miskin tinggi, jumlah penduduk tinggi, serta
imunisasi bayi tinggi.
b. Cluster 2 merupakan cluster dengan jumlah fasilitas kesehatan
rendah, jumlah keluarga miskin rendah, jumlah penduduk rendah,
serta imunisasi bayi rendah.
c. Cluster 3 merupakan cluster dengan jumlah fasilitas kesehatan
sedang, jumlah keluarga miskin sedang, jumlah penduduk sedang,
serta imunisasi bayi sedang.
3. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya ditinjau dari
peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan yang telah ada
terdapat pada Unit Pengembangan (UP) II Kertajaya, UP IV Dharmahusada,
UP VI Tunjungan, UP VII Wonokromo, UP. IX Ahmad Yani yang terdiri atas
kecamatan
mulyorejo,
kecamatan
kecamatan
gubeng,
kecamatan
kecamatan
genteng,
kecamatan
kecamatan
wonocolo,
dan
sukolilo,
simokerto,
tegalsari,
kecamatan
kecamatan
tambaksari,
kecamatan
kecamatan
gayungan
bubutan,
jambangan,
dengan
dominasi
kecamatan yang tergolong cluster 1 sedangkan untuk peningkatan
kualitas dan pemerataan pelayanan kesehatan pada Unit Pengembangan
(UP) XII Sambikerep yang terdiri atas kecamatan pakal dan kecamatan
sambikerep yang merupakan kecamatan yang termasuk dalam cluster 2.
Teknik Analisa Kuantitatif
28
5.2Rekomendasi
Dengan adanya kurang kesesuaian antara Rencana Tata Ruang Kota
Surabaya
dengan
kesiapan
kecamatan
yang
menjadi
pusat
pelayanan
kesehatan, maka rekomendasi arahan peningkatan fungsi pusat kesehatan Kota
Surabaya dalam mendukung perwujudan rencana tata ruang Kota yaitu :
-
Peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan yang telah ada
perlu dilakukan evaluasi pada kondisi eksisting dengan perencanaan tata
ruang pada kecamatan tambaksari, kecamatan genteng, kecamatan
jambangan serta kecamatan gayungan agar terdapat kesesuaian kondisi
eksisting dan rencana.
Kebijakan untuk masing – masing Kecamatan :
-
Kecamatan yang tergabung dalam Cluster 1 terdiri atas Kecamatan
pabean
cantian,
Kecamatan
Kecamatan
kenjeran,
semampir,
Kecamatan
Kecamatan
tegalsari,
krembangan,
Kecamatan
simokerto,
Kecamatan bubutan, Kecamatan gubeng, Kecamatan sukolilo, Kecamatan
mulyorejo,
Kecamatan
sukomanunggal,
Kecamatan
wonokromo,
Kecamatan wonocolo, Kecamatan sawahan dalam penyediaan fasilitas
kesehatan tidak perlu dilakukan penambahan fasilitas kesehatan baru
akan tetapi hanya dilakukan perbaikan terhadap sarana – sarana yang
telah
ada
serta
meningkatkan
kinerja
fasilitas
kesehatan
untuk
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat pada wilayah tersebut dan
diharapkan pula fasilitas kesehatan tersebut dapat menjadi pusat dari
rujukan fasilitas kesehatan dari kecamatan lain.
-
Kecamatan yang tergabung dalam Cluster 2 terdiri atas Kecamatan bulak,
Kecamatan genteng, Kecamatan gunung anyar, Kecamatan rungkut,
Kecamatan tenggilis mejoyo, Kecamatan tandes, Kecamatan asemrowo,
Kecamatan benowo, Kecamatan pakal, Kecamatan lakarsantri, Kecamatan
sambikerep, Kecamatan wiyung, Kecamatan karangpilang, Kecamatan
jambangan,
Kecamatan
gayungan,
Kecamatan
dukuh
pakis
dalam
penyediaan fasilitas kesehatan perlu dilakukan penambahan jumlah
Teknik Analisa Kuantitatif
29
fasilitas kesehatan, karena berdasarkan analisis pada daerah ini jumlah
fasilitas kesehatannya rendah. Dengan begitu, pemerintah Kota Surabaya
harusnya lebih memprioritaskan kecamatan pada cluster ini dalam
pemenuhan fasilitas kesehatan agar taraf kesehatan di wilayah tersebut
juga dapat meningkat.
-
Sedangkan Cluster 3 terdiri atas Kecamatan tambaksari yang dapat dilihat
dari penyediaan fasilitas kesehatan merupakan kecamatan yang dapat
menjadi pembantu fasilitas kesehatan kecamatan cluster 1 sehingga
dalam hal ini permerintah Kota Surabaya lebih memafasiliti pada
peningkatan kualitas kinerja agar dapat membantu fasilitas kesehatan
kecamatan pada cluster 1.
Teknik Analisa Kuantitatif
30
LAMPIRAN
Data yang digunakan untuk menganalisa faktor yang mempengaruhi
tingkat kesehatan terhadap penyediaan fasilitas kesehatan adalah sebagai
berikut :
Sumber:Kecamatan dalam angka 2014, BPS Kota Surabaya.
Sedangkan untuk mengetahui pengelompokkan kecamatan berdasarkan
tingkat kesehatan terhadap penyediaan fasilitas kesehatan menggunakan
analisis cluster yang menghasilkan aglomerasi pembentukan 1 cluster, 2 cluster
maupun 3 cluster.
Hasil Aglomerasi
Teknik Analisa Kuantitatif
31
Intepretasi 1 cluster
Berikut ini adalah penjelasan mengenai Agglomeration Schedule dan
Cluster Membership :
-
Aglomerasi akan melakukan pengelompokan secara satu per satu.
Pada tahap 1 (stage 1), kasus nomor 9 (Kec Bubutan ) dan kasus
nomor 10 (Kec Gubeng) adalah yang paling mirip karakteristiknya,
sehingga mereka menjadi satu kelompok terlebih dahulu. Kemudian
lihat kolom Next Stage pada Stage 1 yang merupakan kelanjutan dari
stage untuk Cluster. Tabel menunjukkan stage 6 yang berarti proses
dilanjutkan dengan meloncat ke stage 6.
Teknik Analisa Kuantitatif
32
-
Pada stage 6, tertulis angka 7 (Kec
Simokerto) dan angka 9 (Kec
Bubutan). Hal ini berarti Kec Bubutan masuk pada kelompok yang
pertama, yakni kelompok yang beranggotakan Kec Gubeng dan Kec
Simokerto. Sehingga telah terdapat 3 kecamatan yang telah diketahui
clusternya. Kemudian pada Next Stage pada Stage 3, menunjukkan
stage 17. Lihat stage 17.
-
Pada stage 17 ini terdapat angka 3 (Kec Krembangan) dan angka 7
(Kec Simokerto). Hal ini berarti Kec Krembangan masuk pada
kelompok
yang
kedua,
yakni
kelompok
Kec
Simokerto
yang
beranggotakan Kec Krembangan. Kemudian pada Next Stage pada
Stage 17, menunjukkan stage 23. Lihat stage 23.
-
Pada stage 23, tertulis angka 2 (Kec Semampir) dan angka 3 (Kec
Krembangan). Hal ini berarti Kec Semampir masuk pada kelompok
yang ketiga, yakni kelompok Kec Krembangan yang beranggotakan
Kec
Semampir.
Kemudian
pada
Next
Stage
pada
Stage
23,
menunjukkan stage 25. Lihat stage 25.
-
Pada stage 25, tertulis angka 2 (Kec Semampir ) dan angka 18 (Kec
Sukomanunggal). Hal ini berarti Kec Sukomanunggal masuk pada
kelompok
yang
kelima,
yakni
kelompok
Kec
Semampir
yang
beranggotakan Kec Sukomanunggal. Kemudian pada Next Stage pada
Stage 25, menunjukkan stage 28. Lihat stage 28.
-
Pada stage 28, tertulis angka 1(Kec Pabean Cantian)