T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi dan Pola Komunikasi antara “Ayam Kampus” dalam Melayani Para Pengguna Jasa atau Klien T1 BAB IV

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Profil Informan
Informan yang menjadi bagian dalam penelitian ini terdiri dari tiga
orang informan yang masih berstatus mahasiswi aktif di beberapa fakultas
berbeda. Keterbatasan jumlah informan dalam penelitian menjadi salah satu
masalah yang dialami peneliti, selain dari pada sulitnya informan, terdapat
syarat-syarat tertentu yang tidak dapat dipenuhi oleh peneliti sehingga subjek
menolak untuk diwawancarai. Nama dan fakultas dari informan yang
digunakan dalam penelitian adalah nama samaran, hal ini untuk melindungi
dan menghormati privasi dari informan sebagaimana telah disepakati
sebelumya. Profil dari ketiga informan dalam penelitian ini akan dijelaskan.
Tabel 1 Profil Informan
Nama Samaran

Usia

Fakultas

Lama Kerja


Bunga

23

Non Eksa

1 Tahun 5 Bulan

Intan

22

Non Eksa

2 Tahun

Matahari

25


Non Eksa

2 Tahun

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa Bunga merupakan mahasiswi aktif
dari fakultas non eksa yang masih aktif mengkuti kuliah. Pertama kali
menjadi pekerja atau “ayam kampus” terjadi karena ajakan teman dekatnya
yang juga merupakan “ayam kampus”. Bunga diperkenalkan oleh seseorang
teman dengan salah satu karyawan yang berasal dari Jawa Barat. Karyawan
yang diperkenalkan ke Bunga adalah laki-laki yang sudah memiliki keluarga,
Bunga menerima tawaran dari temannya untuk menemui klien pertamanya itu
di hotel untuk melakukan transaksi.
Bunga sudah menjalani profesinya sebagai “ayam kampus” selama
satu tahun dan lima bulan. Bunga sadar akan setiap resiko yang dapat dia
terima dari profesinya sebagai “ayam kampus”.Dalam menjalankan
profesinya Bunga sering merasa takut dengan berbagai resiko atau akibat
yang dapat terjadi pada dirinya. Berdasarkan kutipan wawancara di atas

17


Bunga mengaku bahwa sering merasa ketakutan, ketakutan terbesar Bunga
adalah resiko kehamilan diluar nikah yang bisa saja terjadi apabila melayani
tamu yang tidak mau menggunakan alat kontrasepsi . Selain dari pada resiko
kehamilan, Bunga sangat menjaga keahasiaan pekerjaannya sebagai “ayam
kampus” yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang dianut

masyarakat sekitarnya.
Intan adalah mahasiswi dari fakultas non eksa yang berusia 22 tahun
dan masih aktif mengikuti perkuliahan. Pertama kali Intan menjadi “ayam
kampus” didukung oleh faktor lingkungan seperti yang diungkapkan Intan

dalam wawancara. Dalam lingkungan pergaulan, Intan dan teman-temannya
sering menikmati hiburan malam seperti karaoke, kumpul dan minum-minum
(alkohol). Dari pergaulannya itu Intan diperkenalkan dengan tante Lina yang
menawari Intan untuk berprofesi sebagai “ayam kampus”. Tawaran tersebut
langsung diterima Intan dan hingga saat ini Intan masih menjali
kehidupannya sebagai “ayam kampus” selain dari pada menjadi mahasiswi
aktif di salah satu universitas.
Matahari adalah salah satu mahasiswi berusia 25 tahun yang juga
bekerja sebagai “ayam kampus”, profesi “ayam kampus” sudah dijalani

Matahari sejak masuk semester kedua tahun pertama menjadi mahasiswi atau
kurang lebih selama dua tahun menjadi “ayam kampus”. Matahari adalah
“ayam kampus” yang di asuh oleh salah satu Germo yang lebih dikenal
dengan sebutan mami. Dalam proses transaksi, Matahari menerima tawaran
tamu dari mami melalui Whatsapp (WA) atau Blackberry Messanger (BBM),
kalau merasa cocok dengan tamu Matahari bisa langsung ketemu langsung
dengan tamu di hotel atau di tempat yang sudah disepakati untuk melakukan
transaksi. Berikut hasil wawancara dengan Matahari.
Matahari merupakan salah satu dari tiga mahasiswi aktif lainnya yang
berada di bawah asuhan mami. Sebagai mahasiswi, Matahari sering melayani
tamu-tamu dari kalangan atas seperti pejabat dan pengusaha.

18

4.2. Proses Komunikasi
Proses komunikasi yang terjadi antara ayam kampus dan para
pelanggan dapat dikatakan terdiri dari beberapa elemen utama antara lain
komunikator, komunikan, media dan pesan itu sendiri. Proses komunikasi
tersebut dapat dibagi kedalam tiga babak, yaitu :
1) Babak pertama merupakan proses komunikasi yang terjadi adalah

klien/pengguna (berperan sebagai komunikator) melakukan
komunikasi dengan perantara (berperan sebagai komunikan).
Perantara disini ada yang seorang germo, ada yang merupakan
teman dekat dari ayam kampus. klien dapat menghubungi
perantara biasanya dari seorang teman atau relasi. Babak pertama
proses komunikasi sangat penting karena pada proses ini perantara
berusaha sebisa mungkin mendapatkan gambaran tentang latar
belakang klien baik pekerjaan, status sosial, status pernikahan dan
lain sebagainya. infromasi mengenai klien diperoleh dari
Chatingan/wa/bbm

antara klien dengan perantara. Dengan

mengetahui latar belakang dari seorang klien, maka perantara akan
merasa aman ketika klien nantinya bertemu dengan ayam kampus.
Pada babak pertama ini, perantara juga terkadang menunjukkan
beberapa pilihan ayam kampus yang bisa digunakan oleh klien
sehingga klien dapat memilih ayam kampus yang sesuai
kriterianya. Ketika memberikan pilihan-pilihan ayam kampus
tersebut, perantara juga menjelaskan latar belakang dari ayam

kampus tersebut. Dengan mengetahui latar belakang ayam
kampus, klien tidak merasa dirugikan, karena klien lebih suka
menggunakan ayam kampus yang statusnya adalah mahasiswa.
Bagi klien ayam kampus yang statusnya mahasiswa memiliki
kesan high class. Pada babak pertama proses komunikasi ini,
pesan yang dikirimkan antara komunikator dan komunikan adalah
identitas dari klien dan informasi tentang proses transaksi.
Perantara memberikan nomor handphone ayam kampus kepada

19

klien, supaya ketika sudah ada kesepakatan antara perantara
dengan ayam kampus, klien dapat menghubungi ayam kampus
untuk melakukan pertemuan.
Ada yang cariin mas, mami yang tau kalau soal cari klien itu mas.

(Wawancara dengan matahari, 11 desember 2016)
Cara dapatka klie itu ya dari teman, senior gitu lah mas. Dia
ya g biasa ko tak klo ada ya g


au

ake.

(Wawancara dengan Intan, 9 Desember 2016)

2) Selanjutnya pada babak kedua, proses komunikasi yang terjadi
adalah proses komunikasi yang melibatkan perantara (berperan
sebagai komunikator) dan ayam kampus sebagai komunikan. Pada
babak ini, komunikasi yang dikirimkan adalah informasi tentang
klien yang dimiliki sebelumnya oleh perantara untuk diteruskan
kepada ayam kampus. Hasil dari babak kedua menentukan
keberlanjutan proses komunikasi pada babak ketiga.
3) Babak ketiga proses komunikasi hanya terjadi jika pesan yang
dikirimkan oleh perantara pada babak kedua proses komunikasi
dianggap memenuhi syarat sehingga komunikasi antara ayam
kampus dapat terjadi secara langsung. Proses komunikasi ini

berlangsung ketika klien dan ayam kampus bertemu secara
langsung ditempat yang sudah ditentukan oleh ayam kampus.

Pada babak ketiga proses komunikasi terjadi komunikasi secara
face to face antara ayam kampus (berperan sebagai komunikator)
dan klien (sebagai komunikan) dimana pesan yang dikirimkan
pada babak ketiga proses komunikasi ini adalah proses transaksi
yang akan disepakati oleh ayam kampus dan pelanggan. Proses
transaksi yang dimaksudkan disini yaitu menentukan harga yang
harus dibayar oleh klien kepada ayam kampus. Berdasarkan

20

wawancara dengan narasumber, kisaran harga dari transaksi yang
dilakukan antara Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000.
“Soal harga ada standarnya, paling bawah itu ya 500an, tapi
biasanya tergantung tamu juga kalo yang dompet tebal ya kita ada
minta 1000 (1 juta) itu diluar tip juga, tapi kalo standar paling
bawa ya itu 500 sudah gak bisa kurang lagi, kalo mau yang murah

kan banyak di bandungan atau bawen.”

(Wawancara dengan Bunga, 9 Desember 2016)


Ada standar harganya mas, 500 mas klo yang langsung
ketemuan di hotel trus main. Kalo ajak jalan-jalan atau dugem
dulu biasanya 1 juta sampe satu setengah mas. Itu di luar tip
atau bonus-bonus, kalo tip kita mah terserah aja.

(Wawancara dengan intan, 9 Desember 2016)

Pada babak pertama dan babak kedua dalam proses komunikasi
antara klien, perantara dan ayam kampus lebih banyak menggunakan
media sebagai perantara yaitu handphone. Sedangkan pada babak ketiga
ketika klien bertransaksi dengan ayam kampus, proses komunikasi yang
terjadi adalah secara langsung tanpa menggunakan media atau face to
face.

4.3. Pola Komunikasi
Pola komunikasi

merupakan langkah-langkah atau model


komunikasi yang terjadi antara komunikan dan komunikator. Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara dan observasi, peneliti
menemukan pola komunikasi yang terjadi antara klien, perantara dan
ayam kampus. Pola komunikasi yang terbentuk terdiri dari tiga pola

komunikasi yaitu berkenalan, bertransaksi, dan komunikasi lanjutan.

21

4.3.1.

Berkenalan
Pola perkenalan ini terjadi pada babak pertama dan babak ketiga,

yaitu perkenalan antara klien dengan perantara serta klien dan ayam kampus.
Berkenalan merupakan salah satu pola komunikasi yang terjadi antara
perantara dank klien sebagai tahapan awal komunikasi pada babak pertama

saat klien menghubungi perantara. Perkenalan pada babak ini membantu
perantara untuk mengetahui latar belakang dari klien. Kemudian berkenalan

juga merupakan salah satu pola komunikasi yang terjadi antara ayam kampus
dan klien sebagai tahapan awal komunikasi pada babak ketiga saat klien
bertemu secara langsung dengan ayam kampus. Proses berkenalan yang
terjadi memiliki beberapa perbedaan antara masing – masing narasumber.
“Kalo pertama kali dapat klien itu dari teman mas, dulu aku
dikenalin dengan karyawan dari luar kota yang kerja disini ”

(Wawancara dengan Bunga, 9 Desember 2016)
“Kenalan Lewat handphone, WA, BBM mas”
(Wawancara dengan Matahari, 11 Desember)

Berdasarkan kutipan wawancara yang dilakukan dengan kedua
narasumber (Bunga dan Matahari) terlihat bahwa pola komunikasi dilakukan
melalui perantara baik teman maupun media sosial. Proses perkenalan juga
merupakan proses yang penting antara ayam kampus dan klien untuk saling
mengenal.
4.3.2.

Bertransaksi
Transaksi antara ayam kampus dengan klien hanya terjadi jika tahapan

berkenelan berhasil dilakukan dan pola bertransaksi ini terjadi pada babak
ketiga dalam proses komunikasi. Pola transaksi ini tidak hanya sekedar
menentukan harga tapi juga sampai bentuk pelayanan yang diberikan ayam
kampus kepada klien. Pada tahapan ini ayam kampus dengan klien sudah
bertemu secara langsung untuk melakukan hubungan badan. Pada pola
transaksi ayam kampus memberikan pelayanan yang masksimal dengan

22

memperhatikan cara berpakain dan cara berperilaku sehingga tidak
mengecewakan para pelanggan.
“Cara berpakaian itu yang penting kelihatan seksi mas, tapi kalo ada
yang ajak makan malam atau mau main-main ke mall yang kita juga
menyesuaikan pakaiannya, kalo ke mall pakenya jeans sama kaoskaos ketat aja, kalo ajak karaoke pakenya rok mini atau baju ketat.
Pokoknya intinya harus kelihatan seksi mas, kadang ada tamu yang
suka dengan cara dandan sampe balik lagi mas.”

(Wawancara dengan Bunga, 9 Desember 2016)
“..ya pakenya dress ketat mas”
(Wawancara dengan Intan, 9 Desember 2016)

Biasanya pake baju yang ketat, entah dress atau kaos ketat.

(Wawancara dengan Matahari, 11 Desember 2016)

Bersdasarkan kutipan wawancara diatas terlihat bahwa dalam proses
transaksi ayam kampus berusah tampil dengan dengan cara berpakaian yang
“seksi” untuk membuat para klien merasa senang. Selain dari cara
berpakaian, proses transaksi juga dilakukan dengan memperhatikan cara
berperilaku ketika bersama klien.
Iya, kadang kita harus nunjukin rasa gairah seks yang tinggi biar
mereka senang. Kebanyakan si pada senang kalo pas main rambutnya
gak usah diikat, jadinya diurai aja, semua kan demi tamu mas.

(Wawancara dengan Intan, 9 Desember 2016)
Wajib ada kalo itu mas, biasanyanya kalo kita terlihat terangsang
kliennya lebih puas. Bahasa tubuh, ya kadang kita menyesuaikan aja
apa yang jadi maunya mereka.

(Wawancara dengan Matahari, 11 Desember 2016)
23

Kutipan wawancara di atas menunjukan bahwa bagaimana proses
transaksi yang terjadi anatara ayam kampus dengan klien. Pada prosesnya
ayam kampus sangat membuat pelanggan tidak merasa kecewa.

4.3.3.

Komunikasi Lanjutan
Pola komunikasi yang terakhir adalah komunikasi lanjutan yang

merupakan feedback dari kedua pola komunikasi sebelumnya.
“Kalo orangnya baik ya pasti harus di jaga. Kontak-kontak bbm atau
WA, cerita-cerita, kadang ada yang minta-minta foto ya ku kirim.”

(Wawancara dengan Intan, 9 Desember 2016)
“Ada beberapa sampe saat ini masih sering kontak.”
(Wawancara dengan Matahari, 11 Desember 2016)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas terlihat bahwa ayam kampus
masih melakukan kontak dengan klien setelah melakukan transaksi. Pola
komunikasi berkelanjutan ini merupakan kelanjutan dari babak ketiga. Pada
babak ketiga ketika klien sudah bertemu dengan ayam kampus dan pelayanan
yang diberikan oleh ayam kampus selesai maka hubungan antara ayam
kampus dan klien tidak berhenti begitu saja. Artinya setelah babak ketiga usai
maka ada komunikasi lanjutan sebagai sebuah bentuk dari feedback yang
diberikan oleh ayam kampus kepada klien.
Komunikasi lanjutan terjadi secara intens dan lebih mendalam,
beberapa narasumber mengaku bahwa ada klien yang sering menceritakan
persoalan mereka kepada ayam kampus. Pola komunikasi lanjutan ini dapat
berupa terjalinnya hubungan baru antara klien dengan ayam kampus, seperti
teman curhat atau ada juga sebagai kekasih simpanan. Dalam pola ini, klien
harus dapat menyimpan rahasia identitas dari ayam kampus tersebut. Dalam
pola komunikasi kelanjutan ini, terdapat beberapa strategi komunikasi yang

24

dilakukan antara ayam kampus dengan klien untuk membangun hubungan
baik sekaligus menjadi strategi mempertahankan klien.

4.3.4.

Strategi Komunikasi
Komunikasi yang baik dapat membangun hubungan yang baik

antara ayam kampus dan klien. Hal ini perlu dilakukan supaya ayam
kampus dapat mempertahankan kliennya. Oleh sebab itu setiap ayam
kampus memiliki strategi komunikasi yang berbeda-beda dalam
membangun hubungan yang intens antara ayam kampus dengan
kliennya.
4.3.4.1.

Narasumber 1 (Bunga)
Bunga adalah mahasiswi dari salah satu fakultas yang sudah selama

satu tahun dan lima bulan menjadi “ayam kampus”. Bunga mendapatkan
klien atau tamu dari seorang teman, bahkan beberapa diantara tamunya
didapatkan sendiri. Dalam pengakuannya, Bunga pertama kali menjadi
“ayam kampus” saat diperkenalkan dengan seorang karyawan dari Jawa
Barat yang sudah berstatus sebagai kepala rumah tangga. Bunga tidak
menetapkan syarat-syarat khususbagi seorang pelanggan untuk dapat
menikmati layanannya, satu-satu syarat bagi Bunga adalah seorang tamu atau
klien bisa membayar jasa yang disediakan. Tarif minimal yang ditetapkan
Bunga adalah sebesar lima ratus ribu rupiah (Rp.500.000,-) dan tarif tertinggi
adalah satu juta rupiah (Rp.1.000.000,-), besar tarif sangat ditentukan dari
penghasilan seorang tamu atau klien.
Bunga memulai pertemuan dengan klien atau tamu yang akan dilayani
dengan saling bertekenalan atau saling tanya jawab dengan klien tentang latar
belakang pekerjaan dan lain sebagainya.
“..kadang kita suka ditanya soal kuliahnya gimana, atau soal
pacaran dan keluarga begitu mas. Kalo aku sich jarang tanya-tanya,
palingan setelah main biasanya ada yang curhat tentang masalah
kerjaan dan masalah rumah tangga mereka. Ya aku ikut nyambungnyambung aja..” (Wawancara dengan Bunga, 9 Desember 2016)

25

Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa beberapa klien yang
pernah dikenal Bunga sering bertanya tentang latar belakang dan aktifitas
Bunga sebagai seorang mahasiswi, dan kehidupan rumah tangga Bunga. Tak
sampai di situ, beberapa klien atau tamu yang setelah dilayani oleh Bunga
masih sering melakukan curhat (curahan hati) tentang kehidupan keluarga
mereka atau tentang pekerjaan.Bahkan beberapa dari klien Bunga terus
melakukan kontak via WA jika ingin bercerita tentang kehidupan pribadi
mereka, tak jarang dari mereka sering memberikan uang tambahan kepada
Bunga tanpa melakukan hubungan badan.
“..semua tergantung pelayanan mungkin ya mas, kalo misalnya
pelayanannya bagus kita pasti dicari lagi. Kalo aq sich semua yang
pernah jadi tamu sering kirim-kirimanWA atau bbm, ada yang balik
lagi ada yang gak..” (Wawancara dengan Bunga, 9 Desember 2016)
Bagi

bunga pelayanan merupakan hal

yang penting untuk

mempertahankan klien atau tamu yang baik. Salah satunya adalah
membangun komunikasi dengan klien setelah melakukan hubungan badan
seperti yang diungkapkan dengan menggunakan media WA. Selain dari pada
komunikasi, penampilan merupakan hal yang tak kalah penting ketika
bertemu dengan klien.
“Cara berpakaian itu yang penting kelihatan seksi mas, tapi kalo ada
yang ajak makan malam atau mau main-main ke mall yang kita juga
menyesuaikan pakaiannya, kalo ke mall pakenya jeans sama kaoskaos ketat aja, kalo ajak karaoke pakenya rok mini atau baju ketat.
Pokoknya intinya harus kelihatan seksi mas, kadang ada tamu yang
suka dengan cara dandan sampe balik lagi mas.”
(Wawancara dengan Bunga, 9 Desember 2016)
Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa Bunga sangat
memperhatikan cara berpakaian (drees code) ketika bertemu dengan klien
berdasarkan situasi tertentu. Bunga sadar bahwa tamu menyukai penampilan
seksi sehingga hal itu tentunya dapat membuat tamu untuk kembali
menggunakan jasanya. Pekerjaan Bunga sebagai seorang “ayam kampus”

26

tentunya memiliki resiko, dalam pengakuannya Bunga memiliki ketakutan
tersendiri menjalani profesinya tersebut.
“…kalo pas lagi sendirian sering merasa takut apalgi kalo ada tamu
yang gak mau pake kondom itu kadang aku takut kebablasan mas. Ya
resiko lainya kalo ketahuan sama tetangga atau keluarga kan malu
jadinya mas, makanya aku gak pengen di wawancara secara langsung
karena itu juga mas.” (Wawancara dengan Bunga, 9 Desember 2016)
Ketakukan terbesar Bunga menjadi seorang “ayam kampus” adalah
resiko kehamilan yang bisa saja dialami. Resiko tersebut bisa saja terjadi
karena beberapa dari klien atau tamu menolak untuk berhubungan badan
menggunakan kondom sebagai alat kontrasepsi1. Resiko kedua yang dihindari
Bunga adalah dia tidak ingin profesinya sebagai “ayam kampus” diketahui
oleh keluarga atau orang-orang terdekat. Bunga menyadari bahwa apa yang
dilakukan tentunya bertentangan dengan norma sosial maupun norma agama
yang dianut masyarakat secara luas.
Stretegi

komunikasi

yang

di

lakukan

oleh

bunga

dalam

mempertahankan kliennya dengan cara menjadi teman curhat. Strategi
tersebut dapat memberikan kesan bahwa Bunga adalah seorang teman yang
dapat menjadi pendengar yang baik bagi kliennya. Sehingga dari situasi
tersebut, klien menjadi merasa nyaman dan respect2 terhadap Bunga.
4.3.4.2.

Narasumber 2 (Intan)
Intan adalah mahasiswi yang telah menjalani pekerjaan sebagai

“ayam kampus” selama dua tahun. Intan mengakui bahwa dirinya pertama
kali menjadi seorang “ayam kampus” karena lingkungan dimana dia bergaul.
“Mungkin karena pergaulan kali ya mas, hehehehe. Dulu ketemu
dengan teman-teman ya kita sering kumpul, karaokean, minumminumtrus aku di kenalin dengan tante Lita, lama-lama ditawarin ya
aku mau-mau aja mas.” (Wawancara dengan Intan, 9 Desember 2016)
4.1.
4.1.1menurut KBBI kontrasepsi/n cara untuk mencegah kehamilan (dengan menggunakan alat
atau obat pencegah kehamilan, seperti spiral, kondom, pil anti hamil)
2
4.2. menurut KBBI respect/n rasa hormat, kehormatan : menaruh atas perbuatan yang mulia

27

Berdasarkan hasil wawancara di atas, Intan mengatakan bahwa
pertama kali menjadi “ayam kampus” karena ajakan tante Lita yang dikenal
dari teman-temannya. Sebelum menjadi “ayam kampus”, Intan memang
dekat dengan kehidupan dunia malam yang sering kumpul bersama temantemannya untuk minum minuman beralkohol. Intan mendapatkan klien atau
tamu dari tante Lita. Intan sangat selektif memilih tamu hal ini dilakukan
untuk mencegahnya menjadi korban kekerasan.
“Syarat-syarat si gak ada cuman kalo misalnya di tawari ada tamu,
ya aku nanya-nanya dulu orangnya seperti apa, kadang minta foto
juga mas biar bisa liat mukanya dulu. Takutnya kalo pas sialnya kita
dapat yang brengesek itu sering mukul mas, apalagi kalo yang mau
pesan ternya ta orang yang kita kenal kan repot mas.”
(Wawancara dengan Intan, 9 Desember 2016)

Intan tidak menetapkan syarat-syarat khusus kepada tamu atau klien.
Hanya saja sebelum bertemu secara langsung dengan klien, Intan ingin
mengetahui latar belakang dari klien yang akan dilayaninnya, tak jarang Intan
meminta foto dari klien terlebih dahulu. Hal ini juga dilakukan Intan untuk
mencegah dirinya mendapat klien dari orang yang dia kenal. Intan tidak
mempermasalahkan penampilan ketika bertemu dengan klien atau tamu.
Komunikasi antara Intan dengan klien terjadi secara langsung ketika Intan
menerima tawaran dari tante Lita.
“Ngobol biasa aja, kenalan dan saling nanya seperti dapat teman
bar u. Kalo saling kenal kan bikin nyaman mas.”
(Wawancara dengan Intan, 9 Desember 2016)
Setelah bertemu dengan klien, seperti biasanya Intan dan klien
berusaha untuk saling kenal satu dengan lainnya. Proses perkenalan ini
membuat Intan merasa lebih nyaman dengan klien sebelum melayani. Tidak
sampai disitu, proses komunikasi antara Intan dengan tamu berlanjut hingga
disaat Intan melayani tamu.

28

“Ada mas, saling rayu-rayu, manja-manja, ya begitu-begitulah mas.
Biasanya kan kalo di puji-puji tamunya nambah senang mas.”
(Wawancara dengan Intan, 9 Desember 2016)

Selain dari pada merayu dan menunjukan sikap tertentu, Intan juga
megakui sering menunjukan rasa gairah seks yang tinggi untuk membuat
klien atau tamunya senang.
“Iya, kadang kita harus nunjukin rasa gairah seks yang tinggi biar
mereka senang. Kebanyakan si pada senang kalo pas main rambutnya
gak usah diikat, jadinya diurai aja, semua kan demi tamu
mas.”
(Wawancara dengan Intan, 9 Desember 2016)
Kutipan wawancara di atas menunjukan bahwa Intan berusaha
menunjukan rasa kepuasan yang dialaminya ketika sedang melayani klien
sehingga ada rasa kesenangan dari klien.
Sikap Intan yang sangat selektif terhadap klien juga terjadi setelah
melayani klien. Dari beberapa klien yang pernah dilayaninya, Intan hanya
melanjutkan komunikasi dengan klien yang bisa membuat Intan merasa
nyaman.
“Kalo orangnya baik ya pasti harus di jaga. Kontak-kontak bbm atau
WA, cerita-cerita, kadang ada yang minta-minta foto ya ku kirim.
Kalo orangnya gak nyaman aku lepas aja, bbm juga gak aku balas.”
(Wawancara dengan Intan, 9 Desember 2016)
Kutipan wawancara di atas menunjukan bahwa ada komunikasi antara
Intan dan klien setelah melayani tamu. Bahkan dalam beberapa komunikasi
yang terjadi Intan sering mengirimkan foto-foto pribadinya kepada klien yang
menurutnya bisa dipercaya.
Strategi

komunikasi

yang

dilakukan

oleh

Intan

dalam

mempertahankan dan membangun hubungan baik dengan kliennya yaitu
dengan berusaha sering menunjukan rasa gairah seks yang tinggi supaya rasa

29

kepuasan yang dialaminya ketika sedang melayani klien membuat klien
merasa senang. Selain itu intan juga seing mengrimkan foto - foto pribadinya
kepada kliennya.

4.3.4.3.

Narasumber 3 (Matahari)
Matahari adalah mahasiswi aktif tahun ke tiga dari salah satu fakultas

yang saat ini berprofesi sebagai “ayam kampus”. Dalam hirarki kerja,
Matahari memiliki seorang Mami (sebutan untuk germo) yang bertugas
mencarikan klien untuk Matahari. Keputusan untuk menerima atau menolak
klien ada di tangan Matahari, tamu yang diterima untuk dilayani akan
bertemu secara langsung dengan Matahari. Mami memiliki lebih dari satu
“ayam kampus” sehingga tamu yang ditolak dapat ditawarkan kepada yang
lain. Standar harga yang ditawarkan Matahari sama seperti yang lainnya yaitu
paling rendah lima ratus ribu (Rp.500.000,-) dan paling tinggi satu juta rupiah
(Rp.1.000.000). Selain dari harga standar yang sudah ditetapkan, Matahari
mendapatkan tip atau bonus dari pelanggan, tip yang diberikan merupakan
hak Matahari sepenuhnya.
Komunikasi awal antara klien dengan Matahari dilakukan dengan
tatap muka secara langsung setelah Matahari menerima untuk melayani klien.
“Ngobrol-ngobrol biasa aja. Tanya soal ini itu aja sich.”
(Wawancara dengan Matahari, 11 Desember 2016)
Tidak berbeda dengan lainnya, komunikasi awal yang dilakukan
Matahari saat bertemu denga klien adalah berkenalan dan saling kenal. Pada
saat melayani Matahari mengaku bahwa perlu mengatur bahasa tubuhnya
untuk memuaskan klien atau tamu.
“biasanyanya kalo kita terlihat terangsang kliennya lebih puas.
Bahasa tubuh, ya kadang kita menyesuaikan aja apa yang jadi
maunya mereka.” (Wawancara dengan Matahari, 11 Desember 2016)
Matahari menggunakan bahasa tubuh yang digunakan disaat melayani
tamu. Matahari berangkapan bahwa dengan menunjukan dirinya merasa
30

terangsang dengan aktivitas yang dilakukan bersama klien bisa membuat
klien merasa puas. Komunikasi selanjutnya dengan tamu sangat ditentukan
oleh bagaimana sikap tamu terhadap Matahari.
“Ya kalo kliennya gak kasar dan baik biasanya kita masih smsan atau
WA, dan BBM”
(Wawancara dengan Matahari, 11 Desember 2016)

Matahari hanya melakukan komunikasi lanjutan dengan klien atau
tamu yang bersikap baik padanya. Komunikasi lanjutan ini bertujuan untuk
menjaga relasi yang sudah terjalin antara klien dengan Matahari.
Strategi yang dilakukan matahari untuk mempertahankan kliennya
adalah dengan cara bahasa tubuh yang digunakan disaat melayani tamu.
Matahari berangkapan bahwa dengan menunjukan dirinya merasa terangsang
dengan aktivitas yang dilakukan bersama klien bisa membuat klien merasa
puas.
4.4. Pembahasan
4.4.1.

Pola dan Strategi Komunikasi
Tabel 4.2 Pola Komunikasi

Pola
Komunikasi

Strategi Komunikasi
Narasumber 1
(Bunga)

Narasumber 2
(Intan)

1. Berkenalan

Melaui perantara

Melalui
perantara (social
media )

Melalui
perantara

2. Bertransaksi

Langsung

Langsung

Langsung

3. Komunikasi
lanjutan

Komunikasi
lanjutan terjadi
secara intens dan
mendalam

Komunikasi
lanjutan
bergantung pada
keberhasilan
komunikasi atau
interaksi pada
tahapan
sebelumnya.

Komunikasi
lanjutan terjadi
secara intens

31

Narasumber 3
(Matahari)

Tabel 4.1 merupakan kategori pola komunikasi yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan ketiga narasumber. Berdasarkan hasil wawancara
dapat dilihat bahwa terdapat beberapa strategi komunikasi yang digunakan
oleh “ayam kampus” antara lain pola komunikasi narasumber 1, narasumber
2, dan narasumber 3 pada tahapan perkenalan dilakukan melalui perantara
baik melalui teman maupun dengan menggunakan sosial media. Strategi
komunikasi pada tahapan bertransaksi pada narasumber 1, narasumber 2, dan
narasumber 3 dilakukan melalui perantara baik melalui seorang teman
maupun melalui media sosial. Selain sebagai penghubung, peran atau fungsi
perantara disini adalah untuk menjamin kerahasiaan identitas setiap ayam
kampus. Sebelum bertemu dengan ayam kampus, perantara melakukan seleksi

latar belakang dari calon klien baik alamat, pekerjaan, status pernikahan, dan
lain sebagainya. Informasi yang didapat tersebut kemudian diteruskan kepada
ayam kampus yang biasanya disertai dengan foto calon klien, apabila ayam
kampus bersedia untuk menerima calon klien untuk dilayani maka perantara

akan memberikan nomor kontak klien kepada ayam kampus dan sebaliknya
untuk melakukan transaksi melalui media komunikasi seperti WA atau BBM.
Keberhasilan pada tahapan berkenalan dilanjutkan dengan proses
transaksi yang terjadi secara langsung antara klien dengan ayam kampus.
Keberhasilan pada tahapan ini menentukan berlangsungnya tahapan
komunikasi selanjutnya.
Tahapan komunikasi lanjutan, pada narasumber 1 terjadi komunikasi
lanjutan yang intens dan mendalam, sementara komunikasi lanjutan pada
narasumber 2 hanya dapat terjadi jika pada tahapan transaksi dikatakan
berhasil atau berjalan dengan baik sedangkan pada narasumber 3 komunikasi
lanjutan terjadi secara intens.
Berdasarkan perspektif teori komunikasi antar pribadi, komunikasi
yang terjadi antara klien, perantara, dan ayam kampus memiliki sturktur dan
pola tertentu yang dapat didekati dengan struktur komunikasi De Vito. Dalam
teorinya, De Vito mengajukan beberapa struktur komunikasi yang
dikategorikan berdasarkan aliran atau cara informasi dapat tersebar dalam

32

suatu kelompok. Struktur komunikasi yang digunakan pada narasumber 1,
narasumber 2 dan narasumber 3 adalah struktur komunikasi roda. Struktur
komunikasi roda merupakan struktur komunikasi yang terpusat dimana
informasi yang mengalir dalam struktur komunikasi roda terpusat pada
pemimpin. Struktur komunikasi ini dapat dilihat dari semua informasi tentang
ayam kampus berada pada perantara yang bertindak sebagai pemimpin. Selain

dari pada struktur roda, komunikasi yang terjadi pada ayam kampus juga
dapat dikatakan menggunakan struktur rantai, dimana perantara yang menjadi
penengah antara ayam kampus dengan klien sebelum. Struktur komunikasi
rantai dipakai oleh ayam kampus guna menjamin kerahasiaan identitas
dengan menggunakan perantara yang melakukan komunikasi awal dengan
calon klien.
Berbeda dengan struktur komunikasi yang digunakan ketiga
narasumber pada tahapan komunikasi lanjutan. Pada tahapan ini komunikasi
dilakukan dengan menggunakan struktur bintang atau struktur semua saluran,
dimana pada struktur ini komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau
melalui perantara. Komunikasi yang terjadi dalam struktur komunikasi
bintang memungkinkan aliran informasi yang terbuka antara komunikator
dengan komunikan. Struktur komunikasi bintang yang terjadi dapat dilihat
dengan bagaimana proses distribusi pesan yang terjadi antara perantara
dengan klien yang dilanjutkan dengan komunikasi antara klien dan ayam
kampus dimana informasi tentang latar belakang klien diteruskan kepada
ayam kampus yang selanjutnya menjadi pertimbangan ayam kampus untuk

menentukan klien.

33

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2