ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI BERKELANJUT ID
PENDAHULUAN
Latar Belakang....................................................................................................................... 2
Rumusan Masalah................................................................................................................ 4
Tujuan Penelitian.................................................................................................................. 4
Manfaat Penulisan................................................................................................................. 4
Landasan Teory ...................................................................................................................... 5
Pertumbuhan ekonomi............................................................................................. 5
Kemiskinan................................................................................................................ 9
Pengangguran........................................................................................................... 12
Penelitian terdahulu.............................................................................................................. 13
Hipotesis................................................................................................................................. 15
METODE PENELITIAN
Jenis dan sumber data............................................................................................................ 16
Variabel penelitian dan devinisi operasional......................................................................... 16
Metode analisis data............................................................................................................... 19
Hasil Penelitian Dan Pembahasan......................................................................................... 22
Kesimpulan ........................................................................................................................... 28
Lampiran .............................................................................................................................. 30
ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI BERKELANJUTAN Terhadap
PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN,PENGANGGURAN Dan IPM Di KOTA & KABUPATEN Se-PROVINSI JAWA TIMUR
Irma Asyatun (145020400111012)
Abstrak
Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ditopang oleh beberapa variabel makro maupun mikro. Jika suatu negara ingin mencanangkan target pertumbuhan ekonomi, variabel kemiskinan, pengangguran serta indeks pembangunan manusia (IPM) harus diperbaiki terlebih dahulu, karena variabel ini merupakan fondasi awal suatu pertumbuhan ekonomian berkelanjutan. Dalam penulisan ini akan dilakukan pengujian seberapa besar variabel tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran dan perkembangan tingkat indeks pembangunan manusia dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di provinsi jawa timur dari seluruh data kota dan kabupaten . Dengan menggunakan metode analisis panel data kita dapat melihat seberpa besar pengaruh dari variabel kemiskinan, pengangguran dan IPM mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang diharapkan menjadi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Provinsi Jawa Timur. Data dengan total cross-section sejumlah 38 daerah kota dan Kabupaten Se-Jawa Timur dan dengan data time series selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2012-2014.
Keywords : Pertumbuhan ekonomi, IPM, kemiskinan, pengangguran,Jawa Timur.
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Indikasi dasar terhadap pertumbuhan yang terjadi di suatu Negara yang menandakan bahwa Negara tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi ataupun kondisi ekonomi yang stagnan bahkan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi dilihat dari beranya angka GDP negara tersebut.
Jika nilai GDP menunjukan angka peningkatan, maka anggapan bahwa Negara tersebut sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Apakah negara yang diindikasi berhasil tumbuh atau sedang dalam tahap pertumbuhan sejalan dengan pengurangan tingkat kemisikinan pada negara tersebut?. Dalam suatu negara yang sedang berkembang seperti Negara Indonesia, banyak polemik tentang indikasi yang dikatakan sebagai dasar pertumbuhan ekonomi.
Pada umumnya melihat perkembangan atau tumbuhnya suatu daerah dengan melihat adanya indikasi pertumbuhan peningkatan angka-angka pada persentase perubahan nilai pertumbuhan eknomi. Indikasi pertumbuhan berkelanjutahn yang sebenarnya bersal dari kondisi fundamental daerah tersebut. Untuk membangun pertumbuhan ekonomi berkelanjutan suatu daerah perlu memperbaiki dasar-dasar yang dalam jangka panjang akan menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Menurut teori makro aliran tradisional, mematok bahwa tanda pertumbuhan ekonomi suatu daerah hanya dlihat dari seberapa besar peningkatan angka GDP dalam konteks nasional dan PDRB dalam konteks regional provinsi.
Namun penulisan ini akan menganalisa bahwa faktor lain yang dapat menindikasikan pertumbuhan ekonomi berkelanjtan adalah bukan hanya dilihat dari angka-angka GDP ataupun PDRB, namun akan ditekankan variabel independen berupa tingkat kemiskinan, pengangguran dan Indeks Pembangunan Manusia.
Pemilihan provinsi Jawa Timur sebagai objek penulisan karena wilayah Jawa Timur merupakan provinsi urutan kedua penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional, rata –rata pertumbuhan ekonomi Jawa Timur adalah yang tertinggi ke-dua pada tahun 2015 (bapeda jatim :2015). Historical dari pertumbuhan ekonomi Jawa Timur akan sangat membantu apakah pertumbuhan ekonomi ini membawa dampak yang signifikan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang akan diukur dari seberapa besar pengaruh tingkat kemiskinan, pengangguran dan IPM dalam pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Dengan menyandang predikat pertumbuhan ekonomi yang menempati posisi atas setelah provinsi banten pada triwulan pertama di tahun 2015 apakah berindikasi sebagai pertumbuhan ekonomi yang bekelanjutan atau tidak.
Menurut Boediono (1982: 1-2) pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Tingkat kesejahteraan suatu negara diukur dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang (Boediono, 1999: 1)
Hal lain yang akan mendukung laju pertumbuhan yang lebih tinggi adalah dengan melakukan pengurangan kemiskinan dengan lebih cepat . (Rusdiarti & Lesta Karolina Sebayang : 2013)
Menciptakan masyarakat yang memiliki daya saing dan sumberdaya yang berkualitas akan menumbuhkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan adanya peluang lapangan pekerjaan yang tersedia tentunya akan sangat membantu dalam penyerapan tenaga kerja. Pengangguran merupakan faktor penting lainya yang membuat kemiskinan di indonesia terjadi. Sempitnya lahan pekerjaan Dan ditambah dengan miskinnya sumber daya yang terampil membuat keadaan semakin memburuk.
Di Indonesia pertumbuhan ekonomi secara umum tumbuh dengan baik yang dipantau melalui anggka angka GDP pertahunya namun tingkat GDP yang tinggi ternyata membuat warga miskin juga semakin banyak, ini dikarenakan adanya ketimpangan yang terjadi, dimana ada penulis berasumsi “ yang kaya makin kaya yang miskin semakin miskin “ ini dikarekan adanya anggapan bahwa penyumbang GDP adalah warga warga konglomerat saja. Sehingga pendapatan yang diukur dari kenaikan GDP disatu pihak tingkat kemiskinan pun ikut naik .
Keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan pengurangan kemiskinan di Jawa Timur serta pengurangan tingkat pengangguran dan menumbuhkan manusia berdaya saing tinggi yang dilihat dari angka-angka IPM akan membantu pertumbuhan ekonomi secara nasional dimana kita tahu bahwa daerah Jawa Timur merupkan salah satu provinsi andalan bagi negara Indonesia untuk selalu meningkatakan perekonomian. Disamping itu Jawa Timur juga merupakan provinsi yang memiliki cukup bayak industri yang memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian nasional. Perlunya melihat lebih jauh mengenai seberapa besar peningktan ekonomi Jawa Timur yang berdampak mengurangi tingkat kemiskinan,pegangguran dan perkembangan sumber daya manusia yang merupakan indikasi nyata dari kesejahteraan masyarakat luas.
2. Rumusan Masalah
-
Berapa besar pengaruh tingkat kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi ?
-
Berapa besar pengaruh tingkat penganguran terhadap pertumbuhan ekonomi?
-
Berapa besar pengaruh IPM terhadap pertumbuhan ekonomi ?
3. Tujuan penulisan
-
Mengetahui seberapa besar tingkat kemiskinan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
-
Mengetahui seberapa besar tingkat pengangguran mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
-
Mengetahui seberapa besar Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
4. Manfaat penulisan
Dapat Mengidentifikasi hubungan kemiskinan, pengangguran, serta IPM terhadap pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat dilakukan beberapa tindak penanganan yang tepat dan terjadinya sinergi anatara jalanya pertumbuhan ekonomi dan penuruan masalah –masalah yang memperlambat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia khususnya di Jawa Timur.
BAB II
LANDASAN TEORY
2.1 pertumbuhan ekonomi
Pergeseran paradigma dalam pembangnan dilatarbelakangi oleh upaya mempercepat pembangunan negara miskin dan negara-negara sedang berkembang oleh komunitas internasional. Evolusi tersebut melibatkan beberapa bagian dan implikasi kebijakan. Evolusi paradigma pembangunan dibagi dalam beberapa bagian yaitu tujuan pembangunan,teory pertumbuhan makroekonomi, akumulasi modal,negara dan pasar,intervensi pemerintah danreformasi kebijakan.
Dimensi tujuan pembanguan digambarkan sebagai berikut :
Sumber: kuncoro( 2010)
Pada mulanya upaya negara sedang berkembang identik dengan melihat sejauh mana angka PDB negara tersebut dan berapa angka satistik dalam PDB perkapitanya. Tingginya PDB suatu negara dianggap adalah suatu indikasi adanya pertumbuhan ekonomi. Asumsi bahwa dengan tingginya PDB per kapita di suatu negara maka diharapkan masalah- masalah seperti pengangguran, kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan yang dihadapi negara –negra sedang berkembang seperti Indonesia dapat teratasi.
2.1.1 Pengertian Perumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
Pemikiran awal mengenai pembangunan, seperti harrod domar, arthurlewis . W.W. rostow... ( kuncoro : 2010) mengatakan bahwa dengan melihat angka PDB suatu negara sudah cukup untuk mengindikasikan pertumbuhan ekonomi negra tersebut, apakah tergolong negara maju, sedang berkembang atau negara miskin. Pembangunan ekonomi dianggap merupakan kajian the theory of growth oleh arthur lewis. Ini mencerminkan munculnya teory pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan utama setiap kebijakan di negara-negara dunia pada tahun 1950an.
Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus-menerus pada produk domestik bruto suatu negara.
Disisi lain paradigma pembangunan moderen memandang suatu pola yang berbeda dengan konsep teory tradisional yang dimana ekonom moderen mulai mengutamakan dethronement of GNP ( penurunan tahta pertumbuhan ekonomi),pengentasan garis kemiskinan,mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan, dan penurunan tingkat pengangguran.
2.1.2 faktor yang memepengaruhi pertumbuhan ekonomi
Sasaran utama pembangunan ekonomi adalah ada pada kualitas proses bagaimana terciptanya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan ekonomi difokuskan dalam mencapai mengurangi kemiskinan,pengangguran dan ketimpangan di suatu negara.
Lebih jauh Adam Smith menganggap kemakmuran negara diperoleh dari kemampuannya mengelola sumber daya alam dan manusia yang optimal sehingga negara dapat menghasilkan tingkat output yang tinggi dengan strategi spesialisasi tenaga kerja dan pembagian bidang pekerjaan.
Pendapat lain dari aliran dependensia oleh Andre Gunder Frank tahun 1967. Mengemukakan bahwa negara-negara dapat dibagi menjadi dua golongan: negara-negara pusat pembangunan ( maju) Dan negra-negra setelit ( berkembang). Teori ini melihat bahwa proses pembangunan digerakan oleh negara-negra maju yang kemudian mempengaruhi negara saelit. Artinya bahwa untuk dpat berkembang atau terjadi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di negra-negra berkembang, harus lepas dari pengaruh negara-negara maju.
Teory neo-klasik memperkenalkan dua model teory yaitu teory pertumbuhan Harrod-Domar dan Solow. Analisis Harrod-Domar mengidentifikasikan investasi dan pembangunan mengambil peran penting dalam sebuah ekonomi untuk mencapai pertumbuhan yang kokoh melalui MPS ( marginal propensity to save) dan ICOR( Incremental Capital Output Ratio ). Sedangkan teory solow mengatakann bahwa pertumbuhan merupakan fungsi tenaga kerja dan modal.
2.1.3 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan
Bila kemiskinan diukur secara absolut, batas garis kemiskinan di kota lebih tinggi daripada di desa pada priode 1976-2008 ( Kuncoro: 2010). Indikator kesenjagan menunjukan bahwa rasio gini di perkotaan selalu lebih tinggi daripada di pedesaan, artinya kesenjangan distribusi pendapatan dikota lebih terasa dibandingkan dengan di pedesaan.
Berdasarkan perkiraan Bank Dunia dari tada susenas tahun 1976 terdapat 70% orang miskin yang berlokasi di Pulau Jawa Dan 46% diluar jawa pendudk miskin bermukim. Membludaknya angka kemiskinan dikarenakan adanya krisis ekonomi tahun 1997 yang membuat banyak orang kehilangan pekerjaan dan kondisi ekonomi yang kurang stabil. Laju pertumbuhan ekonomi saat krisis -13,1%. Sejak saat itu indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah hanya sekitar rata-rata 1,54% dari tahu 1998-2004.
Ketimpangan distribusi pendapatan diindonesia cenderung tinggi dilihat dari rasio gini dengan nilai 35. Dimana pada tahun 2008 20% penduduk berpendapatan tinggi telah menerima 44,8% pendapatan (Kuncoro: 2010).
Untuk itu pentingnya strategi Dan arah kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk mengurangi ketimpangan pendapatan yang pada akhirnya hanya membuat banyaknya masyarakat yang hidup di bawah angka garis kemiskinan, harus dapat dikendalikan. Pada tahun 2008 masa kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengambil langkah, sbb:
Strategi pembangunan dimana berbasis “ pertumbuhan Dan pemerataan”. Lalu tema pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2009 adalah “ peningkatan kesejahteraan rakyat Dan pengurangan kemiskinan” , yang lebih lanjut dituangkan dalam tiga prioritas pembangunan nasional yaitu; (1) peningkatan pelayanan dasar Dan pembangunan pedesaan; (2) percepatan pertumbuhan yang berkualitas dengan memperkuat daya tahan ekonomi yangdidukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur Dan energi ; Dan (3) peningkatan upaya anti-korupsi, reformasi birokrasi, pemantapan demokrasi, pertahanan Dan keamanan dalam negri.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu syarat suatu bangsa untuk memajukan bangsanya atau menaikan kesejahteraan warganya. Walaupun pertumbuhan ekonomi tidak bisa berdiri sendiri untuk mengurangi kemiskinan namun pertumbuhan ekonomi menjadi satu faktor yang tidak bisa disingkirkan untuk mengentaskan kemiskinan.( yudha: 2013)
2.1.4 pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur
Letak yang cukup strategis merupakan keuntungan geografi tersendiri bagi provinsi jawa timur, yang merupakan daerah yang menghubungkan seluruh kegitan disrtibusi barang dan jasa dari Pulau Jawa ke seluruh daerah Indonesia Timur. Pertumbuhan ekonomi yang berhasil menempati pringkat ke dua setelah Provinsi DKI Jakarta, membuat Jawa Timur menyumbang angka yang cukup besar mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.
Gambaran umum kondisi ekonomi di Provinsi Jawa Timur dapat dilihat dari perkembangan tingkat pertumbuhan ekonomi yang diukur dari indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data fundamental makroekonomi, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur didorong oleh tiga sektor utama, antara lain: pertanian, industri manufaktur serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (Satria,2015).
Di Jawa Timur sendiri diketahui bahwa sektor indusri atau pabrik manufaktur sudah berkembang sangat pesat seperti di darah pasuruan yang terdapat beberapa pabrik air minum kemasan, di kediri dengan pabrik rokoknya dan di Surabaya dengan mall mall yang bersekala besar. Kemajuan tidak hanya disumbang oleh industri manufaktur saja, namaun industri wisata Daerah Jawa Timur juga semakin terkenal dan banyak menarik wisatawan lokal maupun manca negara terutama di Daerah Batu dan Malang. Didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk jalur transportasi merupakan hal yang tidak kalah penting dalam pertumbuhan ekonomi jawa timur. Mobilitas masyarakat yang sangat cepat membuat Provinsi Jawa Timur sangat ramai dan aktiv pada waktu kapan saja.
Namun apaakah pertumbuhan yang dialami Provinsi Jawa Timur ini merupakan pertumbuhan ekonomi yang berkelajutan dan sudah mensejahterakan masyarakatnya?. Menurut beberapa penelitian terdahulu tinggi nya angka pertumbuhan ekonomi masih belum dapat membuat masyarakat jawa timur merasakan kehidupan yang sejahtera atau mapan dalam segi ekonomi, ini dikarenakan adanya ketimpangan yang sangat lebar anatara penduduk yang menikmati pendapatan perkapita tinggi dan penduduk yang menikmati pendapatan perkapita yang sangat rendah.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2014) dapat diketahui bahwa Jawa Timur memilki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi dengan tren pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat dan menjadikan provinsi Jawa Timur sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di Indonesia, bahkan melebihi pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu: 5,01 persen (2009); 6,68 persen (2010); 7,22 persen (2011); 7,27 persen (2012); 6,55 persen (2013) dan 7,64 persen pada tahun 2014. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik dan Keynes mengemukakan beberapa faktor yang diasumsikan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, antara lain: pengeluaran pemerintah, investasi, angkatan kerja dan indeks pembangunan manusia (indeks pendidikan dan indeks kesehatan) napitupulu (2016).
2.2 kemiskinan
2.2.1 pengertian kemiskinan
Permasalahan kemiskinan merupakan masalah yang multidimensional, oleh karena itu upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat Dan dilaksanakan secara terpadu ( yudha: 2013).
Istilah kemiskinan merpakan gambaran dari individu atau kelompok tidak mampu mencukupi kebutuhan pokok atau dasar kebutuhan yang sangat standar dalam kehidupan.
Pada dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
a. Kemiskinan absolut
Kemiskinan yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Dengan demikian kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Bank dunia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan di bawah USD $1/hari dan kemiskinan menengah untuk pendapatan di bawah $2/hari.
b. Kemiskinan relatif
Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin, sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalah distribusi pendapatan.
-
konsep kemiskinan
seseorang dikatakan miskin bila dia belum bisa mencukupi kebutuhanya atau belum berpenghasilan. Menurut (M. Kuncoro dalam Ravi Dwi, 2010: 33) semua ukuran kemiskinan didasarkan pada konsumsi terdiri dari dua elemen yaitu, (1) pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya; dan (2) jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari (dalam Ravi Dwijayanto 2010:17).
Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas, mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.
-
faktor yang mempengaruhi kemiskinan
Kemiskinan di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu tingkat upah yang masih dibawah standar, tingkat pengangguran yang tinggi, dan pertumbuhan ekonomi yang lambat. seseorang dikatakan miskin bila dia belum bisa mencukupi kebutuhanya atau belum berpenghasilan.
Menurut Todaro (2009) menyatakan bahwa variasi kemiskinan di negara berkembang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) perbedaan geografis, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan, (2) perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara yang berlainan, (3) perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusianya, (4) perbedaan peranan sektor swasta dan negara, (5) perbedaan struktur industri, (6) perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik negara lain dan (7) perbedaan pembagian kekuasaan, struktur politik Dan kelembagaan dalam negeri.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap kemiskinan adalah pengangguran. Salah satu unsur yang menentukan kemakmuaran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat pengangguran tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud. Pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan hal itu akan mengurangi tingkat kemakmuaran yang telah dicapai (yudha: 2013).
2.2.4 upaya pemerintah dalam memberantas kemiskinan
upaya penanggulangan kemiskinan terus dilakukan pemerintah Indonesia demi untuk mengeluarkan penduduk miskin dari jurang kemiskinan akibat krisis, seperti melalui pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, peningkatan akses terhadap kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan, pemberdayaan masyarakat lewat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang bertujuan untuk membuka kesempatan berpartisipasi bagi masyarakat miskin dalam proses pembangunan dan meningkatkan peluang dan posisi tawar masyarakat miskin, serta perbaikan sistem bantuan dan jaminan sosial lewat Program Keluarga Harapan (PKH) (Jonaidi,2012).
Program pemerintah yang mewajibkan semua masyarakat mengnyam pendidkan minimal 9 tahun dan pemerintah pusat juga sudah memberlakukan pembebasan uang sekolah ditingkat SD dan di beberapa kota juga memiliki program gratis uang sekolah untuk jenjang SMP dan SMA . upaya untuk membentuk manusia yang berkualitas dimulai dari dunia pendidikan dan berlanjuta pada tingkat kesehatan. Sejatinya manusia yang sehat dapat menjad manusia yang produktif dan memiliki kinerja yang optimal. Pemerintah telah membuat program jaminan kesehatan nasional untuk seluruh warga negara Indonesia, dimana masyarakat yang kurang mampu premi kesehatan akan dibayarkan oleh pemerintah agar masyarakat mikin tetap dapat memperoleh layanan kesehatan.selain itu upaya pemerintah melalui pembangunan desa terpencil dan perbaikan infrastuktur serta menambah sarana dan prasarana publik sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat indonesia. Dengan terbukanya pemodal asing di daerah-daerah serluruh indonesia diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja bagi penduduk pribumi dan memberikan penghasilan bag masyarakat yang semulanya mengganggur.
Upaya-upaya intensif yang dilakukan pemerintah akan sia-sia jika rendahnya motivasi dan partisipasi masyarakat didalamnya. Hingga saat ini pengurangan kemiskinan masih belum signifikan dirasakan, adanya struktur pemerintahan yang kurang peduli dengan keberadaan masyarakat miskin membuat terjadinya fraud pada beberapa program pemerintah yang dicanangkan.
2.2.5 kemiskinan di Jawa Timur
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat bahkan menjadi provinsi dengan urutan kedua se-indonesia tidak membuat jawa timur lapas dari maslah kemiskinan. Masih tingginya anagka kemiskinan di jawa timur merpakan suatu PR yang harus diselasaikan bersama oleh semua pihak.
Faktor penyebab kemiskinan di jawa timur anatara lain adalah tingginya ketimpangan pendapatan perkapita yang terjadi. Tingkat ketimpangan ekonomi antara kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur selama periode 2001-2010 berada pada kesenjangan taraftinggi, yaitu lebih dari 0.05 ( Mardiana, 2012).
Tingkat kemiskinan di Jawa Timur 14,23% lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional sebesar 12,49% pada tahun 2011 ( Kuncoro, 2014).
2.3 pengangguran
2.3.1 pengertian pengangguran
Hakikatnya pengangguran terjadi karena banyaknya jumlah tenaga kerja yang tersedia sementara jumlah lapangan kerja yang tersedia terbatas dan pada akhirnya hanya orang-orang dengan keunggulan tertentu yang dapat menempati pekerjaan tersebut dan sisanya yang tidak terserap menjadi pengangguran. Indonesia sendiri dengan masalah kepadatan penduduk terbesar ke empat dunia, masalah pengangguran adalah masalah yang lumrah dihadap apalagi dengan kualitas sumber daya manusia yang masih kurang. Pengangguran merupakan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang terjadi karena bila seseorang menjadi pengangguran maka dia tidak memperoleh pendapatan dan membuat konsumsi orang tersebut sangat terbatas dan menimbulkan kemiskinan pada orang tersebut dan lagi-lagi membuat pertumbuhan ekonomi turun, jika banyak masyarakat yang seperti itu kondisinya.
2.3.2 jenis-jenis pengangguran
Pada kondisi pasar persaingan sempurna diasumsikan bahwa tenaga kerja digunakan secara full atau biasa disebut full employment. Kondisi ini menggambarkan bahwa pada pasar tenaga kerja, diasumsikan bahwa semua orang ingin bekerja dan memperoleh penghasilan walaupun bekerja dengan upah yang minim, oleh perusahaan akan direkrut tenga kerja yang banyak karena memiliki upah yang rendah. Namun ada beberpa orang yang tidak mau diupah sesuai mekanisme pasar tersebut sehingga memilih untuk tidak bekerja sampai memperoleh pekerjaan yang diinginkan dengan upah yang dia harapkan pula, pengagguran jenis ini merupakan pengangguran sukarela atau voluntery unemployment.
Menurut BPS 2014 dalam harjana 2015, menjelaskan bahwa pengangguran terbuka merupakan mereka yang tidak mempunyai pekerjaan karena sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, atau karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, serta mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. Untuk mengukur besarnya presentase tingkatan pengangguran suatu wilayah umumnya menggunakan tingkat pengangguran terbuka. Tingkat pengangguran terbuka merupakan persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.
2.4 Indeks Pembangunan Manusia
Pembangunan manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dinyatakan dalam sebuah indeks yang dikenal dengan sebutan IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Manusia adalah unsur pembentuk daya saing setiap individu. Badan Pusat Statistik (2014) mendeskripsikan IPM sebagai indikator pengukur tingkat kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari tiga aspek, yaitu: tingkat pendidikan yang merepresentasikan angka melek huruf dan tingkat partisipasi sekolah masyarakat pada suatu wilayah tertentu, indeks kesehatan yang merepresentasikan angka harapan hidup masyarakat, serta indeks pendapatan yang merepresentasikan standar hidup layak masyarakat pada suatu wilayah. Oleh sebab itu, IPM juga dapat menggambarkan tingkat pembangunan manusia dan kualitas sumber daya manusia pada suatu wilayah. IPM yang digunakan dalam penelitian adalah indeks pembangunan manusia yang merepresentasikan tingkat kualitas sumber daya manusia melalui dua komponen yaitu indeks pendidikan dan kesehatan.
2.5. penelitian terdahulu
Penelitian mengenai kondisi ekonomi jawa timur pernah diteliti oleh Soulma Arum Mardiana dengan menggunakan analisis panel data dengan judul “Kondisi Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Di Provinsi Jawa Timur”.Dengan meggunakan data tahun 2006-2010 yang menjelaskan ketimpangan pertumbuhan ekonomi di kota dan kabupaten provinsi jawa timur.
Berdasarkan analisis regresi data panel mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi daerah relatif tertinggal di provinsi Jawa Timur antara lain; kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, jumlah pekerja, tabungan dan anggaran pembangunan signifikan berpengaruh terhadap laju PDRB di daerah relatif tertinggal ( Mardiana:2012). Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur analisis menggunakan Tipologi Klassen.Tipologi Klassen dilakukan dengan cara membandingkan PDRB per kapita masing-masing kabupaten/kota dengan PDRB per Kapita Provinsi Jawa Timur dan membandingkan laju pertumbuhan ekonomi masing-masing kabupaten/kota dengan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur. Terdapat enam daerah yang masuk dalam klasifikasi daerah maju dan pertumbuhan cepat. Lima daerah yang termasuk ke dalam daerah maju dan pertumbuhan cepat merupakan wilayah perkotaan dan satu wilayah kabupaten. Hal ini menunjukan bahwa daerah perkotaan bertumbuh lebih cepat dan maju dari pada daerah kabupaten. Sedangkan daerah relatif tertinggal didominasi leh daerah kabupaten. Terdapata 21 wilayah yang termasuk dareah tertinggal 20 diantaranya merupakan daerah kabupten dan 1 adalah wilayah kota yaitu kota pasuruan. Dari perbandingan persentasi pada masing-masing kategori wilayah, terlihat bahwa jumlah daerah relatif tertinggal di Provinsi Jawa Timur masih sangat banyak, sedangkan hanya beberapa daerah saja yang maju. Hal ini membuktikan bahwa ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur masih tinggi.
Fokus utama yang dianalisis pada penelitian ini adalah melihat seberapa besar pengaruh kualitas pendidikan, kesehatan, jumlah pekerja, panjang jalan, produksi air yang disalurkan, luas pertanian teririgasi, tabungan, dan anggaran pembangunan pada daerah relatif tertinggal di Provinsi Jawa Timur yang diperoleh dari hasil analisis Tipologi Klassen. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju PDRB pada daerah relatif tertinggal di Provinsi Jawa Timur dianalisis agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada daerah tersebut Berdasarkan Tipologi Klassen tahun 2010, pola pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa masih banyak daerah yang masuk dalam daerah relatif tertinggal, dengan persentase lebih dari 50 persen. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi di daerah relatif tertinggal perlu dipacu agar dapat mengejar daerah maju, sehingga ketimpangan ekonomi dapat berkurang. Berdasarkan hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi laju PDRB daerah relatif tertinggal, kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, jumlah pekerja, anggaran pembangunan dan tabungan mampu mempengaruhi laju PDRB di daerah tertinggal
Selanjutnya penulisan mengenai faktor-faktor yang mepengaruhi pertumbuhan ekonomi di jawa timur pernah ditulis oleh Harjana (2015) dengan metode panel data, data cross-section merupakan kota dan kabupaten provinsi jawa timur dalam periode 2009-2013. Dalam penilisannya harjana memperoleh kesimpulan bahwa apabila elastisitas tingkat pengangguran terbuka meningkat, maka nilai pertumbuhan ekonomi akan turun. Ini berarti terjadi korelasi negatif antara tingkat pengangguran terbuka dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, nilai probabilitas (p-value) sebesar 0.0531 yang berarti lebih besar dari nilai signifikansi α = 0.05 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada taraf nyata lima persen.Fakta menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Jawa Timur cenderung tinggi, namun ternyata tidak diikuti oleh adanya pengurangan tingkat pengangguran. Fenomena tersebut dijelaskan oleh Arsyad (2010) bahwa “kualitas pertumbuhan ekonomi” selama ini masih sangat rendah. Hal ini dapat disebabkan kurangnya investasi yang bersifat pada tenaga kerja, sehingga menimbulkan terbatasnya lapangan kerja yang tersedia. Selain itu juga terdapat “ketimpangan” dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat. Ekonomi secara agregat memang meningkat, hal ini salah satunya didorong oleh kegiatan konsumtif masyarakat yang meningkat juga. Namun kebanyakan hanya sekelompok masyarakat tertentu saja yang terlibat dalam kegiatan konsumtif tersebut. Sementara yang lain cenderung tidak mampu melakukannya karena pendapatan yang dimiliki rendah, atau tidak memiliki pekerjaan (pengangguran).
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh napitupulu (2016) dengan judul “Analisis Peranan Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten-Kota Jawa Timur Tahun 2009-2014”. Kesimpulan dari penulisanya adalah Pertumbuhan ekonomi Kabupaten-Kota Jawa Timur dipengaruhi berbagai aspek, akan tetapi terdapat dua aspek yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi, yaitu ketimpangan investasi, dan tingkat angkatan kerja terserap yang rendah. Ketimpangan investasi tersebut terjadi pada daerah-daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rendah. Oleh sebab itu, pemerintah berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengatasi permsalahan tersebut. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah tingkat pengeluaran pemerintah dan IPM (indeks pendidikan dan indeks kesehatan) yang merepresentasikan tingkat pembangunan manusia atau kualitas sumber daya manusia pada suatu wilayah. Peranan pemerintah dalam mengatasi investasi dan angkatan kerja tersebut dapat dilakukan dengan memaksimalkan tingkat pengeluaran pemerintah pada pos investasi sehingga angkatan kerja dapat terserap dan peningkatan IPM.
2.6 Hipotesis
-
menurunya tingkat kemisikinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
-
tingkat pengangguran yang reatif kecil berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
-
indeks pembangunan manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonmi berkelanjutan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 jenis Dan sumber data
Jenis data yang digunakan merupakan data sekunder, dimana data sekunder merupakan data yang telah dikelola terlebih dahulu oleh lembaga atau instansi tertentu.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari BPS dan olahan dari beberapa laporan kinerja pembagunan daerah kota dan kabupaten se-Jawa Timur.
Data sebanyak 38 kota dan kabupaten se-Jawa Timur dengan kurun waktu 2012 hingga 2014 dan mencakup 4 variabel dimana variabel dependent yaitu variabel pertumbuhan ekonomi dan variabel independent yang terdiri dari variabel x1 adalah kemiskinan, x2 adalah pengangguran dan x3 adalah IPM.
Data variabel y , x1, x2, dan x3 dalam bentuk persentase.
3.2 variabel penelitian Dan devinisi operasional
Berdasarkan topik dan uraian diatas maka penulis akan menjelaskan variabel –variabel yang akan diteliti sebagai berikut:
3.2.1 variabel dependent
Menggunakan variabel pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependent yang merupakan nilai persentase pertumbuhan ekonomi kota dan kabupaten se-Jawa Timur selama priode waktu 2012-2014.
3.2.2.variabel independent
-
variabel x1 yang merupakan variabel kemiskinan. Mencakup data persentase penduduk miskin di kota dan kabupaten se-Jawa Timur dari pride 2012 hingga 2014
-
variabel x2, yang merupakan variabel tingkat pengangguran dimana data merupakan persentase tingkat pengangguran masyarakat kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Timur dalam periode 2012 hingga 2014
-
variabel terakhir yang digunakan sebagai variabel independent adalah variabel Indeks Pembangunan Manuasia atau yang biasa disingkat IPM. Menggunakan data persentase IPM seluruh kota dan kabupaten Di Privinsi Jawa Timur dalam periode 2012 sampai 2014.
3.3 metode analisis data
Analisis dta dilakukan dengan tekhnik analisis regresi data panel yang diteliti adalah data berdasarkan kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. Data kabupaten dan kota sebagai berikut:
_kab. pacitan
_kab. ponorogo
_kab. trenggalek
_kab. tulungagung
_kab. blitar
_kab. kediri
_kab. malang
_kab. lumajang
_kab. jember
_kab. banyuwangi
_kab. bondowoso
_kab. situbondo
_kab. pasuruan
_kab. siduarjo
_kab. mojokerto
_kab. jombang
_kab. nganjuk
_kab.madiun
_kab. magetan
_kab. nagwi
_kab. bojonegoro
_kab. tuban
_kab. lamongan
_kab. gresik
_kab. bangkalan
_kab. sampang
_kab. sumenep
_Kediri
_blitar
_malang
_probolinggo
_mojokerto
_madiun
_surabaya
_batu
Penggunaan data panel dengan pertimbangan bahawa tingginya ketimpangan yang terjadi antar daerah di kota maupun kabupaten di provinsi jawa timur yang membuat variasi yang sangat banyak mengenai tingkat kemisikinan, IPM maupun tingkat penganguran per daerahnya. Untuk itu digunakan analisis panel data untuk memperoleh informasi yang lebih variatif mengenai kondisi dan keadaan daerah kota dan kabupaten di provinsi jawa timur dan dapat memperoleh beragam informasi jika dimungkinkan untuk menjadi acuan atau patokan dalam membuat suatu kebijakan bagi pemerintah provinsi maupun daerah.
Menurut Baltagi (1995)dalam Mardiana (2012) , keunggulan penggunaan metode panel data dibandingkan time series dan cross-section adalah:
-
Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap individu.
-
Dengan data panel, data lebih informatif dan bervariasi, sehingga mengurangi kolinearitas antar variabel dan meningkatkan derajat kebebasan (degree of freedom), serta lebih efisien.
-
Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis dibandingkan dengan studi berulang dari cross-section.
-
Data panel mampu mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diukur oleh data time series atau cross-section.
-
Data panel membantu menganalisis perilaku yang lebih kompleks.
-
Data panel mampu meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu karena unit data yang banyak.
Dalam analisis panel data, ada tiga macam pendekatan yaitu Metode Pooled Least Square (PLS), Model Fix Efek (FEM) dan Model Random (REM). Pendekatan ini akan dijelaskan sebagai berikut;
-
Metode Pooled Least Square (PLS)
Tujuan data panel adalah untuk mendapatkan nilai jumlah observasi (n) yang banyak dengan t*i .Dengan tidak melihat perilaku dari data cross-section model pooled tidak jauh berbeda dengan metode regresi OLS biasa dan pada model ini kita tidak akan memperoleh data αi atau data unobservation.
Permodelan umum pooled least square sbb;
Yit = α + ß1X1it + ß2X2it + ß 3X3it + µit
Model ini merupakan model paling sederhana dalam mengestimasi panel data , biasa disebut common model. Selanjutnya asumsi model pooled ini tidak ada heterogenitas diantara individu sehingga tidak terdapat variabel αi dalam model pooled.
-
Model Fix Efek (FEM)
Pada model ini bentuk persamaan umum dapat ditulis sebagai berikut ;
Yit = α + ß1X1it + ß2X2it + ß 3X3it + αi + µit
Untuk memperoleh nilai unobservation pada model fix effect, ada tiga pendekatan yang dpaat digunakan yaitu metode LSDV yaitu pendekatan dengan memasukan variabel dummy dimana dalam permodelan nilai dari αi akan dijumlahkan dengan nilai konstanta α. Dampak adanya variabel dummy dalam permodelan akan membuat df ( degree of freedom) turun . motode estimasi dengan Within, yaitu melakukan transformasi model untuk menghilangkan heterogenitas yang tidak terobservasi. Dan metode terakhir adalah Between Estimator dimana model ini hanya menunjukan keberagaman dari unt cross-section.
-
Model Random Effect (REM)
Pada permodelan REM , estimasi nilai αi dijumlahkan dengan nilai errornya, karena model ini bersumsi bahwa nilai αi lebih cenderung mirip dengan nilai error karena merupakan variabel unobservation. Jadi persamaan umum pada model ini sbb;
Yit = α + ß1X1it + ß2X2it + ß 3X3it + Vit
Dimana V it = αi+ µit
3.3.1 Alat Analisis
-
alat uji
-
Uji statistik t atau uji pengaruh parsial data masing masing variabel independent terhadap variabel dependent. Uji ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh variabel independent mempengaruhi variabel dependen secara individu atau parsial.
Hipotesis untuk uji t, sebagai berikut;
-
Untuk variabel kemiskinan
H0; ß1=0 , tingkat kemiskinan tidak berpengaruh signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
Ha ; ß1≠ 0, tingkat kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
-
Untuk variabel tingkat pengangguran
H0; ß2=0 , tingkat pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
Ha ; ß2≠ 0, tingkat tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan
-
Variabel IPM
-
H0; ß1=0 , Indeks Pembangunan Manusia tidak berpengaruh signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
-
Ha ; ß1≠ 0, Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan
Kriteria pengujian;
-
Jika probabilitas t statistik < alfa (0.05), maka H0 ditolak dan Ha diterima
-
Jika probabilitas t statistik > alfa (0.05) , maka H0 diterima dan Ha ditolak.
-
Uji F statstik adalah melihat pengaruh semua variabel indepndent secara simultan terhadap variabel dependen.
Hipotesis untuk uji f sbb;
H0 ; ß1= ß2= ß3=0
Yaitu seluruh variabel bebas (kemiskinan, pengangguran dan IPM ) secara simultan tidak mempengaruhi variabel pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Ha ; ß1≠ ß2≠ ß3≠ 0
Yaitu seluruh variabel bebas (kemiskinan, pengangguran dan IPM ) secara simultan mempengaruhi variabel pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Dasar pengambilan keputusan :
1. Jika prob. F statistik< alfa (0.05), maka H0 ditolak dan Ha diterima
2. Jika prob. F statistik> alfa (0.05), maka H0 diterima dan Ha ditolak
-
Koefisisen determinasi (R2 ) untuk melihat seberapa besar kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai koefisien detrminasi berkisar antara 1-0. Arti dari nilai R2 adalah seberapa besar kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Semakin besar nilia koefisien determinasi maka semakin besar pengaruh variabel independen dalam membentuk variasi nilai variabel dependen atau semakin koefisien daterminasi mendekati angka satu maka variabel-variabel independen mampu memberikan invormasi yang dibutuhkan untuk memproyeksi nilai variabel dependen.
-
Uji likelihood (Redundant Fixed Effects Tests), uji ini digunakan untuk menetukan pilihan model terbaik antara model pooled least square atau fixed effect.
Hipotesis uji likelihood;
H0 ; moeld pooled lebih baik
Ha; model fixed effect lebih baik
Dasar pengambilan keputusan ;
1. Jika nilai prob chi-square < dari alfa (0.05 ) maka H0 ditolak dan Ha diterima.
2. Jika nilai prob chi-square > dari alfa (0.05 ) maka H0 diterima dan Ha ditolak
-
Uji haustmant , uji ini digunkan untuk memilih permodelan yang terbaik antara metode panel data fixed effect atau Random effect.
Hipotesis uji ini sbb;
H0 ; model random effect lebih baik
Ha ; model fixed effect lebih baik
Dasar pengambilan kesimpulan;
1. Jika nilai prob chi-square < dari alfa (0.05 ) maka H0 ditolak dan Ha diterima.
2. Jika nilai prob chi-square > dari alfa (0.05 ) maka H0 diterima dan Ha ditolak
-
Permodelan
Pengujian hipotesis akan digunakan permodelan sebagai berikut;
Yit =α + ß1X1it + ß2X2it + ß3X3it + αi + µit
Dimana:
Y = pertumbuhan ekonomi (dalam persentase)
X1= tingkat kemiskinan (dalam persen)
X2 = tngkat pengangguran (dalam persen)
X3 = angka indeks pembangunan manusia
α = konstanta
ß1 = koefisien tingkat kemskinan
ß2 = koefisien tingkat pengangguran
ß3 = koefisien indeks pembangunan manusia
αi = unobservation factor
µ = tingkat error
it = merupakan indikasi persamaan data panel dimana I adalah individual dalam hal ini merupakan data kota dan kabupaten provinsi jawa timur dan t merupakan data time series yang menggunakan periode waktu 2012 hingga 2013
BAB IV
HASIL PENELITIAN Dan PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisis panel data dengan menggunakan eviews 9. Focus pada ppembahasan penulisan ini adlaah apakah pertumbuhan ekonomi di jawa timur merupakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dimana faktor-faktor utama yang menjadi dasar dari indikasi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan adalah rendahnya tingkat kemisikinan seiring dengan terus tumbuhnya tingkat perekonomian, menurunnya jumlah pengangguran seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan indeks pembangunan manusia yang mumpuni dengan terus naiknya angka indeks di provinsi jwa timur yang sejalan dengan tumbuhnya tingkat perekonomian.
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan ini menggunakan analisis metode panel data, karena dilhat permodelan dengan metode panel data memberikan beberapa keunggulan antara lain dapat menggambarkan keragaman data dari tiap wilayah kota dan kabupaten Provinsi Jawa Timur.
Dengan tiga jens pendekatan pada panel data akan dilakukan pengjian pemilihan metode yang memberikan permodelan terbaik diantara pooled least square, fixed effect model dan random effect model.
Dimana untuk memilih model yang terbaik antara model pooled dan fixed digunakan uji chow tes. Walaupun sebenarnya pengujian ini tidak perlu karena kita mengaharapkan keragaman data yang akan diolah dapat dijadikan suatu informasi yang akurat, dimana dalam metode pooled tidak memperhitungkan keragaman data cross-section. Namun akan tetap disajikan sebagai pelengkap motode. Hasil output eviwes 9 sbb;
Redundant Fixed Effects Tests | | | |||
Pool: Untitled | | | | ||
Test cross-section fixed effects | | ||||
| | | | | |
| | | | | |
Effects Test | Statistic | d.f. | Prob. | ||
| | | | | |
| | | | | |
Cross-section F | 2.888614 | (34,65) | 0.0001 | ||
Cross-section Chi-square | 94.828802 | 34 | 0.0000 | ||
| | | | | |
| | | | | |
| | | | |
Dimana kesimpulan dari output diatas adalah nilai prob < nilai alfa (0.05) maka keputusan untuk menolak HO dan menerima Ha yang artinya model fix lebih baik dari model pooled.
Selanjutnya adalah pemilihan model antara model fix effect dan random effect berdasarkan uji hausmant, sbb:
Correlated Random Effects - Hausman Test | | ||||
Pool: Untitled | | | | ||
Test cross-section random effects | | ||||
| | | | | |
| | | | | |
Test Summary | Chi-Sq. Statistic | Chi-Sq. d.f. | Prob. | ||
| | | | | |
| | | | | |
Cross-section random | 61.810962 | 3 | 0.0000 | ||
| | | | | |
| | | | | |
| | | | |
Dimana kesimpulan dari output diatas adalah nilai prob < nilai alfa (0.05) maka keputusan untuk menolak HO dan menerima Ha yang artinya model fixed lebih baik dari model random.
Tabel perbandingan tiga metode panel data
Variabel | Pooled | Fixed | Random |
C | 3.452973(0.0285) | 95.36173(0.0000) | 3.452973(0.0285) |
X1 | -0.000677(0.4767) | 0.000692(0.4429) | -0.000677(0.4767) |
X2 | 0.078448(0.2091) | -0.140929(0.1554) | 0.078448(0.2091) |
X3 | 0.029929(0.1983) | -1.236410(0.0000) | 0.029929(0.1983) |
Adjusted R2 | 0.033129 | 0.413525 | 0.033129 |
Prob F | 0.096944 | 0.000069 | 0.096944 |
Durbin-watson | 2.395616 | 3.940010 | 2.395616 |
Keterangan; angka dalam kurung ( ) adalah nilai probabilitas t sattistik setiap variabel independent, dengan nilai signifikan pada alfa 5% atau 0.05.
Untuk itu penjelasan selanjutnya akan digunkana metode fixed effect.
Hasil estimasi menggunakan fixed effect sbb:
Variabel | Koefisisen/konstanta | Std error | prob | Ket |
C | 95.36173 | 12.13680 | 0.0000 | |
X1 | 0.000692 | 0.000897 | 0.4429 | Tidak signifikan |
X2 | -0.140929 | 0.098056 | 0.1554 | Tidak signifikan |
X3 | -1.236410 | 0.168586 | 0.0000 | signifikan |
_KABPACITAN--C | 0.935568 | | | |
_KABPONOROGO--C | 0.546674 | | | |
_KABTRENGGALEK--C | 2.876175 | | | |
_KABTULUNGAGUNG--C | 3.103059 | | | |
_KABBLITAR--C | 3.249309 | | | |
_KABKEDIRI--C | 1.556071 | | | |
_KABMALANG--C | 1.247881 | | | |
_KABLUMAJANG--C | -3.159947 | | | |
_KABJEMBER--C | -6.125756 | | | |
_KABBANYUWANGI--C | -0.978682 | | | |
_KABBONDOWOSO--C | -8.792041 | | | |
_KABSITUBONDO--C | -8.111918 | | | |
_KABPASURUAN--C | -9.059639 | | | |
_KABSIDUARJO--C | -1.636315 | | | |
_KABMOJOKERTO--C | 8.413199 | | | |
_KABJOMBANG--C | 4.686523 | | | |
_KABNGANJUK--C | 3.218296 | | | |
_KABMADIUN--C | 0.266227 | | | |
_KABMAGETAN--C | -0.892098 | | | |
_KABNAGWI--C | 2.424651 | | | |
_KABBOJONEGORO--C | -1.600902 | | | |
_KABTUBAN--C | -4.657994 | | | |
_KABLAMONGAN--C | -3.147558 | | | |
_KABGRESIK--C | 0.472596 | | | |
_KABBANGKALAN--C | 6.466610 | | | |
_KABSAMPANG--C | -7.743611 | | | |
_KABSUMENEP--C | -12.49852 | | | |
_KEDIRI--C | -6.101260 | | | |
_BLITAR--C | -6.851190 | | | |
_MALANG--C | 9.065441 | | | |
_PROBOLINGGO--C | 8.687366 | | | |
_MOJOKERTO--C | 9.420676 | | | |
_MADIUN--C | 5.272729 | | | |
_SURABAYA--C | 3.338405 | | | |
_BATU--C | 8.588146 | | | |
Adusted R2 | 0.413525 | | | |
Prob. F statistik | 0.000069 | | | |
Durbin watson | 3.940010 | | | |
Berdasarkan hasil perhitungan output eviws representasinya dpat dijelaskan sebagai berikut;
Y = 95.36173 + 0.000692X1 + (-0.140929)X2 + (-1.236410)X3+ µ
Untuk variabel X1 yaitu variabel kemiskinan dengan tingkat signifikansi alfa 5%, nilai prob. t statistik variabel kemiskinan adalah 0.4429 lebih besar dari alfa 5% ini berarti bahwa variabel kemiskinan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhna ekonomi karena dapat diketahui bahwa kondisi pendapatan perkapita daerah dan kota di jawa timur masih mengalami ketimpangan yang sangat besar dan ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak dapat mengantaskan kemiskinan di jawa timur, karena walaupun pertumbuhan ekonomi meningkat namun masih banyak masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari ini bisa dikaitkan dengan tingginya angka pengangguran dan distribusi pendapatan yang kurang merata, akibatnya penurunan atau peningkatan kemiskinan pada provinsi jatim tidak akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya untuk variabel X2 yakni variabel tingkat pengangguran , juga memiliki nilai probabilitas t sattistik yang lebih besar yaitu 0.1554 dari pada alfa 5%, ini dikarenakan adanya ketimpangan dalam investasi antra kota dan kabupaten di provinsi jawa timur dan kurangnya penyerapan tenaga kerja dalam industri-industri atau perusahaan dimana pada penelitian yang dilakukan oleh napitupulu (2016) yang menghasilkan kesimpulan bahwa tingkat pengangguran di jawa timur tidak berpengaruh signifikan karena terjadinya ketimpangan investasi pada beberapa wilayah Kabupaten-Kota di Jawa Timur, serta pos-pos investasi yang kurang tepat dan kinerja yang kurang maksimal, dengan artian investasi yang terdapat di Kabupaten-Kota Jawa Timur masih kurang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, sehingga kurang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, angkatan kerja juga tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten-Kota di Jawa Timur Investasi yang meningkat juga akan meningkatkan angkatan kerja terserap, demikian juga sebaliknya, sehingga dapat dinyatakan bahwa ketidaksignifikanan variabel angkatan kerja dalam penelitian ini adalah sebagai pengaruh dari kurang maksimalnya investasi di Kabupaten-Kota Jawa Timur.
Variabel terakhir adalah variabel dengan symbol X3 yaitu indeks pembangunan manusia (IPM) yang nilai probabilitas t statistik 0.0000 dan kurang dari nilai signifikansi alfa 5%, ini berarti bahwa indeks pembangunna manusia signifikan mempengaruhi pertumbuhna ekonomi jawa timur, namun tanda dari koefisien variabel IPMadalah negatif ini terjadi akibat adanya venamena penurunan tingkat pertumbuhna ekonomi di beberapa daerah Provinsi Jawa Timur namun anggaran atau alokasi untuk meningkatkan nilai IPM cukup banyak dan signifikan pada program PEMDA dan PEMPROV. Jadi walaupun terjadi peunrunan pertumbuhan ekonomi, angka IPM tetap terus naik. Alokasi dana untuk pendidikan dan kesehatan bagi daerah kota dan kabupaten se Jawa Timur terus meningkat setiap tahunnya untuk mencapai program mencerdaskan bangsa dan pemberdayaan sumber daya manusia yang terampil. Jadi walaupun terjadi penuruna pertumbuhan ekonomi angka IPM tetap terus meningkat.
Dari hasil regresi diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (adjusted R2 ) sebesar 0.4135 atau 41,3% dimana ini menunjukan bahwa variabel kemiskinan, pengagguran terbuka dan IPM sebagai variabel independen hanya mampu menjelaskan rata-rata variasi nilai variabel dependent dalam hal ini adalah pertumbuhan ekonomi sebesar 41.3 persen saja dan sisanya 58.7% dijelaskan oleh vaktor lain yang tidak masuk dalam permodelan. Jadi berdasarkan nilai koefisien determinasi permodelan ini sangat lemah dalam menunjukan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di wilayah kota dan kabupaten Provinsi Jawa Timur.
Selanjutanya akan dibahas mengenai angka individual effect yang ddapat dari penggunaan model regresi panel data. Angka individual effect ini menunjukan tingkat pengaruh kemiskinan, pengangguran terbuka dan IPM terhadap pertumbuhan ekonomi masing-masing wilayah kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Timur dari tahun 2012 hingga 2014.
Dari hasil output angka individual effect, terdapat 17 wilayah yang memiliki tanda konstanta individual negatif dan 21 wilayah yang memiliki angka individual effect positif. Nilai positif dari indifidual effect menunjukan bahwa jika tingkat kemiskinan, pengangguran terbuka dan IPM bernilai nol maka pertumbuhan ekonomi yang terjadi di wilayah tersebut hanya sebesar nilai konstanta. Dan apabila daerah atau wilayah yang memiliki nilai individual effect negatif, jika kemiskinan, pengangguran dan IPM bernilai nol maka pertumbuhna ekonomi wilayah tersebut akan turun drastis sebesar angka koefisien tersebut.
Dari data indifidual effect diatas dapat dilihat nilai individual effect paling besar ditempati oleh kota mojokerto dengan nilai individual effect 9.420676 dan disusul oleh kota malang dengan nilai 9.065441. ini berarti bahwa kota mojokerto dan kota malang akan mengalami peingkatan pertumbuhan ekonomi yang cukup besar bila IPM terus meningkat dan tingkat kemiskinan serta tinggak pengangguran terbuka menurun.
BAB V
KESIMPULAN
Pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dipengaruhi oleh berbagai factor dan dalam penulisan ini menggunkan variabel kemiskinan,penganguran terbuka dan IPM. Dimana dari hasil esrimasi regresi berganda hanya IPM yang signifikan mempengaruhi pertumbuhna ekonomi di jawa timur. Variabel kemiskinan dan pengangguran menurut hasil ouput eviws 9 tidak dignifikan mempengaruhi petumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur ini dikarekan banyak penelitian terdahulu yang memberikan kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi di provinsi jawa timur belum membebaskan masyarakatnya dari masalah kemisikinan adanya ketimpangan pendapatan yang terjadi di masyarakat jawa timur merupakan inidkasi awal angka kemiskinan tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan dalam pembangunan serta investasi membuat tingkat pengagguran tidak berpengaruh signifikan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur, ini dikarenakan penyerapan tenaga kerja yang masih belum efisien dan walaupun terjadi peningkatan investasi namun tidak dibarengi dengan kemampuan sumber daya manusia di daerah kota dan kabupaten provinsi Jawa Timur tidak akan membuat pengaruh apa apa pada pertumbuhan ekonomi selama penyerapan tenaga kerja masih belaum efisien dan tepat sasaraan. Namun dilain sisi peningkatan angka IPM yang terus membaik di wilayah kota dan kabupaten se Jawa Timur merupakan indikasi awal adanya perbaikan sumber daya manusia dan ini merupakan investasi jangka panjang yang akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. perhatian pemerintah pada IPM setiap daerah bisa dikatakan snagat besar karena walaupun terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi tapi program pemerintah yang ingin memberdayakan sumber daya manusia yang berkualitas sangat terbilang sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Humantito, Ide juang.2009. Analisis Keterkaitan Ketersediaan Infrastruktur Terhadap Kemiskinan Di Indonesia (Model Regresi Data Panel 26 Provinsi Tahun 2001 – 2007. Jakarta: juranal www.lib.ui.ac.id. Diakses pada 4 Maret 2016
Mardiana, Soulma Arum.2012.Kondisi Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Di Provinsi Jawa Timur. Bandung IPB; www.repository.ipb.ac.id diakses pada 4 maret 2016
Harjana, Liyasmi Ika.2015. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Tingkat Pengangguran Terbuka, Dan Belanja Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus Pada 38 Kabupaten/Kota Di Jawa Timur). Malang ; www.jifeb.ub.ac.id diakses pada 13 mei 2016
Napitupulu, Henny Widya Anita.2016.Analisis Peranan Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten-Kota Jawa Timur Tahun 2009-2014. Malang; www.jifeb.ub.ac.id diakses pada 13 mei 2016
Kuncoro,Sri .2014. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran Dan Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2011. Surakarta ; www.eprints.ums.ac.id , diakses pada 4 maret 2016
Anoniname.2016.Perkembangan Pembangunan Provinsi Jawa Timur 2014 seri analisa pembangunan daerah. Surabaya ; www.perpustakaan.bappenas.go.id
Kuncoro, Mudrajad.2010.Ekonomika Pembangunan.Jakarta:Erlangga
Boediono.1982.ekonomi makro,seri sinopsis pengantar ilmu ekonomi No.2.jogja; BPFE.
Boediono.1999.Teory pertmbuhan ekonomi.Jogjakarta; BPFE.
Rusdarti, Lesta Karolina Sebayang.2013.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan
Di Provinsi Jawa Tengah. Semarang; www.portalgaruda.org. diakses pada 16 april 2016.
Yudha ,Okta Ryan Pranata.2013. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka, Dan Inflasi Terhadap Kemiskinan Di Indonesia Tahun 2009-2011. Semarang ; www.lib.unnesa.ac.id diakses pada 16 april 2016
Todaro,Michael P.,Stephen C. Smith.2009.Pembanguna Ekonomi,edisi kesebela.jakarta; Erlangga
Gujarati, Damodar N., Dawn C. Porter.2010. Dasar-Dasar Ekonometrika, Terjemahan Mangunsong,Buku 1,Edisi 5. Jakarta; Salemba Empat.
LAMPIRAN
Ket; Y = pertumbuhan ekonomi
X1=kemiskinan
X2= pengangguran terbuka
X3=IPM ( indeks pembanguna manusia)
NAMA KAB/KOTA | TAHUN | Y(%) | X1(%) | X2 (%) | X3(%) |
PACITAN | 2012 | 6.77 | 17.29 | 1.02 | 72.88 |
| 2013 | 4.6 | 16.73 | 0.99 | 73.36 |
| 2014 | 5.21 | 16.18 | 1.08 | 73.68 |
PONOROGO | 2012 | 6.67 | 11.76 | 3.14 | 71.91 |
| 2013 | 5.39 | 11.92 | 3.25 | 72.61 |
| 2014 | 5.28 | 11.53 | 3.66 | 73.04 |
TRENGGALEK | 2012 | 6.72 | 14.21 | 2.98 | 74.09 |
| 2013 | 4.99 | 13.56 | 4.04 | 74.44 |
| 2014 | 5.41 | 13.1 | 4.20 | 74.73 |
TULUNGAGUNG | 2012 | 6.99 | 9.4 | 3.10 | 74.45 |
| 2013 | 4.87 | 9.07 | 2.71 | 74.49 |
| 2014 | 5.45 | 8.75 | 2.42 | 75.05 |
BLITAR | 2012 | 6.44 | 10.74 | 2.82 | 74.43 |
| 2013 | 5.19 | 10.57 | 3.64 | 74.92 |
| 2014 | 5.22 | 10.22 | 3.08 | 75.22 |
KEDIRI | 2012 | 6.99 | 13.71 | 4.08 | 72.72 |
| 2013 | 4.88 | 13.23 | 4.65 | 73.29 |
| 2014 | 5.3 | 12.77 | 4.91 | 73.73 |
MALANG | 2012 | 7.56 | 11.04 | 3.75 | 71.94 |
| 2013 | 6.12 | 11.48 | 5.17 | 72.34 |
| 2014 | 6.02 | 11.07 | 4.83 | 72.65 |
LUMAJANG | 2012 | 6.47 | 12.4 | 4.60 | 69.00 |
| 2013 | 5.51 | 12.14 | 2.01 | 69.50 |
| 2014 | 5.64 | 11.75 | 2.83 | 69.91 |
JEMBER | 2012 | 7.27 | 11.81 | 3.77 | 65.99 |
| 2013 | 6.15 | 11.68 | 3.94 | 66.60 |
| 2014 | 5.71 | 11.28 | 4.64 | 67.07 |
BANYUWANGI | 2012 | 7.29 | 9.97 | 3.41 | 70.53 |
| 2013 | 5.34 | 9.61 | 4.65 | 71.02 |
| 2014 | 5.91 | 9.29 | 7.17 | 71.44 |
BONDOWOSO | 2012 | 6.47 | 15.81 | 3.60 | 64.98 |
| 2013 | 4.35 | 15.29 | 2.04 | 65.39 |
| 2014 | 5.08 | 14.76 | 3.72 | 65.78 |
SITUBONDO | 2012 | 6.62 | 14.34 | 3.33 | 65.06 |
| 2013 | 4.75 | 13.65 | 3.01 | 65.73 |
| 2014 | 5.53 | 13.15 | 4.15 | 66.07 |
PROBOLINGGO | 2012 | 6.67 | 22.22 | 1.92 | 64.35 |
| 2013 | 4.92 | 21.21 | 3.30 | 65.19 |
| 2014 | 5.12 | 20.44 | 1.47 | 65.62 |
PASURUAN | 2012 | 7.29 | 11.58 | 6.38 | 69.17 |
| 2013 | 6.49 | 11.26 | 4.34 | 69.77 |
| 2014 | 6.64 | 10.86 | 4.43 | 70.25 |
SIDOARJO | 2012 | 7.23 | 6.44 | 5.37 | 77.36 |
| 2013 | 5.43 | 6.72 | 4.12 | 78.15 |
| 2014 | 6.17 | 6.4 | 3.88 | 78.62 |
MOJOKERTO | 2012 | 7.29 | 10.71 | 3.35 | 74.42 |
| 2013 | 6.24 | 10.99 | 3.16 | 75.26 |
| 2014 | 6.36 | 10.56 | 3.81 | 75.83 |
JOMBANG | 2012 | 6.99 | 12.23 | 6.72 | 73.86 |
| 2013 | 4.91 | 11.17 | 5.59 | 74.47 |
| 2014 | 5.42 | 10.8 | 4.39 | 74.97 |
NGANJUK | 2012 | 6.72 | 13.22 | 4.09 | 71.96 |
| 2013 | 4.66 | 13.6 | 4.73 | 72.49 |
| 2014 | 5.1 | 13.14 | 3.93 | 72.82 |
MADIUN | 2012 | 6.58 | 13.7 | 3.99 | 70.88 |
| 2013 | 5.01 | 12.45 | 4.63 | 71.46 |
| 2014 | 5.34 | 12.04 | 3.38 | 71.84 |
MAGETAN | 2012 | 6.51 | 11.5 | 3.64 | 73.85 |
| 2013 | 4.54 | 12.19 | 2.96 | 74.34 |
| 2014 | 5.18 | 11.8 | 4.28 | 74.73 |
NGAWI | 2012 | 6.67 | 15.99 | 2.94 | 70.20 |
| 2013 | 4.59 | 15.45 | 4.97 | 70.86 |
| 2014 | 5.61 | 14.88 | 5.61 | 71.28 |
BOJONEGORO | 2012 | 5.82 | 16.66 | 3.42 | 67.74 |
| 2013 | 5.14 | 16.02 | 5.81 | 68.32 |
| 2014 | 6.19 | 15.48 | 3.21 | 68.76 |
TUBAN | 2012 | 6.19 | 17.84 | 4.13 | 69.18 |
| 2013 | 4.08 | 17.23 | 4.30 | 70.04 |
| 2014 | 5.31 | 16.64 | 3.63 | 70.58 |
LAMONGAN | 2012 | 7.22 | 16.7 | 4.75 | 71.05 |
| 2013 | 5.96 | 16.18 | 4.93 | 71.81 |
| 2014 | 6.41 | 15.68 | 4.30 | 72.26 |
GRESIK | 2012 | 7.43 | 14.35 | 6.78 | 75.97 |
| 2013 | 5.72 | 13.94 | 4.55 | 76.36 |
| 2014 | 6.73 | 13.41 | 5.68 | 76.75 |
BANGKALAN | 2012 | 6.45 | 24.7 | 5.13 | 65.69 |
| 2013 | 3.54 | 23.23 | 6.78 | 66.19 |
| 2014 | 5.02 | 22.38 | 5.06 | 66.68 |
SAMPANG | 2012 | 6.19 | 27.97 | 1.71 | 61.67 |
| 2013 | 4.86 | 27.08 | 4.68 | 62.39 |
| 2014 | 5.05 | 25.8 | 2.22 | 63.04 |
PAMEKASAN | 2012 | 6.43 | 19.61 | 2.29 | 66.51 |
| 2013 | 5.6 | 18.53 | 2.17 | 67.17 |
| 2014 | 5.81 | 17.74 | 2.14 | 67.75 |
SUMENEP | 2012 | 6.49 | 21.96 | 1.14 | 66.41 |
| 2013 | 4.76 | 21.22 | 2.56 | 66.89 |
| 2014 | 5.7 | 20.49 | 1.01 | 67.25 |
KEDIRI | 2012 | 7.67 | 8.14 | 8.12 | 77.20 |
| 2013 | 8.14 | 8.23 | 7.92 | 77.80 |
| 2014 | 5.83 | 7.95 | 7.66 | 78.19 |
BLITAR | 2012 | 6.84 | 6.75 | 3.68 | 78.31 |
| 2013 | 5.35 | 7.42 | 6.17 | 78.70 |
| 2014 | 5.9 | 7.15 | 5.71 | 79.06 |
MALANG | 2012 | 7.71 | 5.21 | 7.96 | 78.43 |
| 2013 | 5.46 | 4.87 | 7.73 | 78.78 |
| 2014 | 5.82 | 4.8 | 7.22 | 79.07 |
PROBOLINGGO | 2012 | 6.96 | 10.92 | 5.26 | 75.44 |
| 2013 | 5.39 | 8.55 | 4.48 | 75.94 |
| 2014 | 5.93 | 8.37 | 5.16 | 76.33 |
PASURUAN | 2012 | 6.59 | 7.9 | 4.54 | 74.33 |
| 2013 | 4.93 | 7.6 | 5.41 | 74.75 |
| 2014 | 5.71 | 7,34 | 6.09 | 75.06 |
MOJOKERTO | 2012 | 7.19 | 6.48 | 7.52 | 78.01 |
| 2013 | 5.33 | 6.65 | 5.73 | 78.66 |
| 2014 | 5.76 | 6,42 | 4.42 | 79.12 |
MADIUN | 2012 | 7.88 | 5.37 | 6.89 | 77.50 |
| 2013 | 5.56 | 5.02 | 6.57 | 78.17 |
| 2014 | 6.62 | 4.86 | 6.93 | 78.64 |
SURABAYA | 2012 | 7.76 | 6.25 | 5.27 | 78.33 |
| 2013 | 5.88 | 6 | 5.32 | 78.97 |
| 2014 | 6.73 | 5.79 | 5.82 | 79.46 |
BATU | 2012 | 8.26 | 4.47 | 3.51 | 75.42 |
| 2013 | 6.58 | 4.77 | 2.30 | 76.09 |
| 2014 | 6.93 | 4.59 | 2.43 | 76.5 |