Strategi & arah Pengelolaan DAS 23Maret2017

STRATEGI DAN ARAH
PENGELOLAAN DAS
Disampaikan dalam acara
RAPAT KOORDINASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DENGAN KAB/KOTA SE-SUMATERA BARA

Bukittinggi, 23 Maret 2017

KAWASAN HUTAN

KAWASAN HUTAN DI SUMATERA BARAT
LUAS KAWASAN HUTAN
No.
Pembagian
1Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan
Pelestarian Alam (KPA)
2Hutan Lindung (HL)
3Hutan Produksi Terbatas (HPT)
4Hutan Produksi (HP)
5Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK)
 


Jumlah

Luas (Ha)
806.939
791.671
233.211
360.608
187.629
2.380.057

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.35/Menhut-II/2013 Tentang
Perubahan atas Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 422/KptsII/1999 Tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan di Wilayah
Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat seluas 2.600.286 Ha
Luas Provinsi Sumatera Barat : 4.304.336 Ha
Luas kawasan hutan Provinsi Sumatera Barat : 2.380.057 Ha (55%)

KONDISI EKSISTING DAS

SEBARAN DAS

389 DAS
DAS dipulihkan
DAS Dipertahankan

TUTUPAN LAHAN

PENGELOL AAN DAS

DASAR :

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH
SUB URUSAN : Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Pelaksanaan
pengelolaan DAS lintas kabupaten/kota dan dalam Daerah
kabupaten/kota dalam 1 provinsi
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAS
PERDA PROV. SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI

TAHAPAN PENGELOLAAN DAS :
1. PERENCANAAN


1. Inventarisasi DAS
2. Penyusunan RPDAS
3. Penetapan RPDAS

2. PELAKSANAAN

DAS yang dipulihkan daya
dukungnya (16 DAS)
DAS yang dipertahankan
daya dukungnya

3. MONITORNG DAN EVALUASI

4. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Sesuai rencana tata
ruang dan pola
pengelolaan sumber
daya air


Pengelolaan :
Terkoordinasi, melibatkan instansi
terkait pada lintas wilayah
administrasi dan masyarakat

TAHAPAN PENGELOLAAN DAS :
DOKUMEN PENGELOLAAN DAS  RPDAS
• Manfaat :
– Acua, masukan dan pertimbangan bagi rencanana sektor untuk
menyusun program dan keg. Lebih detail di wilayah DAS
– Masukan pertimbangan bagi pemerintah dalam penyusunan RPJP, RPJM
dan RKPD
– Sebagai instrumen pencapaian tujuan secara sistematik dan instrumen
pertanggungjawaban pengelola sumber daya alam
• Dalam penyusunan melibatkan pemangku kepentingan (pemerintah,
pemerintah daerah,swasta dan masyarakat)
• Koordinasi : dilakukan oleh Bappenas (pusat), Bappeda Provinsi dan
Bappeda Kab/Kota.
• Disusun berdasarkan penetapan klasifikasi

– DAS yang dipulihkan daya dukungnya
– DAS yang dipertahankan daya dukungnya

TAHAPAN PENGELOLAAN DAS :

TAHAPAN PENGELOLAAN DAS :

• DOKUMEN RPDAS YANG SUDAH ADA :
1. BPDAS AGAM KUANTAN (5 Dokumen)
2. BPDAS INDRAGIRI ROKAN (3 Dokumen)
3. BPDAS Batanghari (1 Dokumen)
• MASA BERLAKU 15 TAHUN
• Naskah terdiri atas 3 Buku :
– Buku I : Rencana dan informasi
– Buku II : Data dan informasi pendukung
– Buku III : peta, arahan dan, program dan kegiatan

TAHAPAN PENGELOLAAN DAS :

DAS YANG DIPULIHKAN DAYA DUKUNGNYA :

adalah DAS yang kondisi lahan serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas air,
sosial ekonomi, investasi bangunan air dan pemanfaatan ruang wilayah
tidak berfungsi sebagaimana mestinya

DAS YANG DIPERTAHANKAN :
adalah DAS yang kondisi lahan, kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial
ekonomi,
investasi bangunan air, dan pemanfaatan ruang wilayah berfungsi
sebagaimana mestinya.

TAHAPAN PENGELOLAAN DAS :

DAS YANG DIPULIHKAN :
1. OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN SESUAI DENGAN FUNGSI DAN DAYA DUKUNGNYA.
2. PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR
3. PENGELOLAAN VEGETASI
4. PENINGKATAN KEPEDULIAN DAN PERAN SERTA INSTANSI TERKAIT.
5. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN DAS

DAS YANG DIPERTAHANKAN :

1.

MENJAGA DAN MEMELIHARA PRODUKTIVITAS DAN KEUTUHAN EKOSISTEM DALAM DAS
SCR BERKELANJUTAN

2.

BIMBINGAN TEKNIS DAN FASILITASI DALAM RANGKA TEKNIS KONSERVASI TANAH DAN
AIR

3.

PENINGKATAN KOORDINASI, INTEGRASI, SINKRONISASI DAN SINERGI ANTAR SEKTOR
DAN WIL. ADMINISTRASI

4.

PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN DAS.

PENGELOL AAN DAS YANG DILAKUKAN

DINAS KEHUTANAN
KEBIJAKAN ;
•Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah:
•RTRW Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012 – 2032:
 Pemanfaatan ruang;
 Pengendalian pemanfaatan ruang
•RPJM Provinsi dan Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 – 2021:

Percepatan rehabilitasi hutan dan lahan

Mempercepat kepastian kawasan hutan, menyampaikan data dan informasi potensi
kawasan hutan dan memantau penggunaan kawasan hutan sesuai fungsi dan peruntukkannya

Peningkatan perencanaan dan pengelolaan hutan kemitraan

Pengamanan dan Perlindungan Hutan serta Mitigasi Perubahan Iklim
Salah satu Tujuan, Sasaran dan indikator Sasaran Renstra Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Barat terkait dengan pengelolaan DAS :
Tujuan


Sasaran

Memulihkan daya
dukung hutan dan lahan
serta memastikan
terjaganya sumber daya
hutan sersuai fungsi dan
peruntukannya sehingga
dapat berfungsi secara
optimal

Meningkatnya daya
dukung hutan dan lahan
dalam peningkatan
fungsi ekologis serta
pemulihan cadangan
sumber daya alam

Indikator
Sasaran

Persentase
Penurunan
Luas Lahan
Kritis

2016

2017

2018

2019

2020

2021

%

0.18


0.42

0.68

1.07

1.52

1.71

Ha

629.560

628.046

626.406

623.947

621.108

619.91
0

PENGELOL AAN DAS YANG DILAKUKAN
DINAS KEHUTANAN
PROGRAM REHABILITASI DAN PEMULIHAN CADANGAN SUMBER DAYA
ALAM
KEGIATAN:
REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DI LUAR KAWASAN HUTAN,
PENGEMBANGAN SARANA KONSERVASI TANAH,
MONITORING DAN PEMBINAAN KEGIATAN RHL
PEMBINAAN DAN MONITORING PENGELOLAAN DAS (RPDAS)

LAHAN KRITIS

LUAS LAHAN KRITIS PER PROVINSI TAHUN 2013

POTENSIA
L KRITIS
2.261.254

PROSE
N
TASE
(%)
52,53

AGAK
KRITIS

745.072

PROSE
N
TASE
(%)
17,31

KRITIS

485.907

PROSE
N
TASE
(%)
11,29

LUAS
PROSE
PROVINSI
SANGAT N
(HA)
KRITIS
TASE
(%)
144.788 3,36
4.304.336

LUAS LAHAN KRITIS PER
PROVINSI TH 2013 (K+SK)
(HA)

630.695

PENGELOLAAN LAHAN AKSES TERBUKA
REHABILITASI DI LUAR KAWASAN HUTAN

Hutan Rakyat

REHABILITASI DI DALAM KAWASAN
HUTAN

Reboisasi

PENGELOLAAN LAHAN OLEH IPPKH

Reklamasi hutan
Yaitu : usaha untuk memperbaiki atau
memulihkan kembali lahan dan vegetasi
hutan yang rusak agar dapat berfungsi
secara optimal sesuai dengan
peruntukannya : wajib dilaksanakan oleh
Pemegang  IPPKH

INDEKS TUTUPAN HUTAN (ITH)
(BAGIAN DARI INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP)

NO.

ITH
66.00
65.50
65.00
ITH
64.50
64.00
63.50
63.00

2011

2012

2013

2014

2015

2016

HASIL PERHITUNGAN PETA PENUTUPAN LAHAN SERTA CITRA
LANDSAT 8

KELAS PENUTUPAN LAHAN

1

Hutan lahan kering primer

2

Hutan lahan kering sekunder/bekas tebangan

3

Hutan mangrove primer

4

Hutan rawa primer

5

Hutan tanaman

6

Hutan mangrove sekunder / bekas tebangan

7

Hutan rawa sekunder / bekas tebangan
Tahun

TUTUPAN HUTAN

ITH

2011
2012
2013
2014
2015
2016

47,15
46,56
46,14
46,25
46,98
45,45

65,79
65,25
64,86
64,96
65,64
64,23

INDEKS TUTUPAN HUTAN
Jika dilihat dari grafik, dalam kisaran tahun 2011 s/d 2016 perubahan penutupan hutan
agak berfluktuatif (namun secara rata-rata, cenderung menurun)
Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya :
• Perambahan untuk areal pertanian masyarakat
• Pelepasan kawasan hutan seperti untuk transmigrasi, pengembangan wilayah
(nagari)
• Kebakaran hutan dan lahan
• Penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan non kehutanan

POLA KECENDRUNGAN PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN
Perkebunan/kebun, pemukiman/lahan terbangun, lahan terbuka, pertanian lahan
kering ataupun pertambangan.

MASYARAKAT HUKUM ADAT
Peraturan MenLHK NOMOR :
P.32/Menlhk-Setjen/2015








Hutan Hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas
Tanah
Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani
hak atas tanah
Hutan Adat adalah hutan yang berada di dalam wilayah masyarakat
hukum adat
Masyarakat Hukum Adat adalah kelompok masyarakat yang secara turun
temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan
pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan
hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi,
politik, sosial, dan hukum.
Pemangku Hutan Hak adalah masyarakat hukum adat, perseorangan
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dalam kelompok atau
badan hukum yang memiliki hak untuk mengurus hutan hak

MASYARAKAT
HUKUMADAT
ADAT
MASYARAKAT
HUKUM
PENETAPAN HUTAN HAK
1. Masyarakat hukum adat, kelompok atau badan hukum mengajukan permohonan penetapan
kawasan hutan hak kepada Menteri (Badan hukum berbentuk koperasi yang dibentuk oleh
masyarakat setempat)
2. Menteri melakukan verifikasi dan validasi.
3. Direktur Jenderal atas nama Menteri dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja menetapkan
hutan hak sesuai dengan fungsinya.

HAK DAN KEWAJIBAN PEMANGKU HUTAN HAK
HAK PEMANGKU HUTAN HAK :
1. mendapat insentif;
2. mendapat perlindungan dari gangguan perusakan dan pencemaran lingkungan
3. mengelola dan memanfaatkan hutan hak sesuai dengan kearifan lokal
4. memanfaatkan dan menggunakan pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan sumber daya
genetik yang ada di dalam hutan hak
5. mendapat perlindungan dan pemberdayaan terhadap kearifan lokal dalam perlindungan dan
pengelolaan hutan hak
6. memanfaatkan hasil hutan kayu, bukan kayu dan jasa lingkungan sesuai dengan fungsi kawasan
hutan; dan/atau
7. memperoleh sertifikat Legalitas Kayu

MASYARAKAT HUKUM ADAT
KEWAJIBAN PEMANGKU HUTAN HAK :
1. mempertahankan fungsi hutan hak;
2. menjalankan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari;
3. memulihkan dan meningkatkan fungsi hutan; dan
4. melakukan pengamanan dan perlindungan terhadap hutannya antara lain
perlindungan dari kebakaran hutan dan lahan

PERKEMBANGAN HUTAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT DI PROVINSI
SUMATERA BARAT:
1. Sudah ada dukungan terhadap 2 Hutan Hak Masyarakat Hukum Adat, yaitu :
1) MHA Malalo Kabupaten Tanah Datar
2) MHA Simpang Alahan Mati Kabupaten Pasaman
2. Tahun 2017, Dinas Kehutanan Provinsi akan melakukan identifikasi

Wassalamu’alaikum
Terima Kasih