ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN
SDM APARATUR DI INDONESIA
Wakil Menteri PAN dan RB
PERMASALAHAN KEBIJAKAN
DAN MANAJEMEN KEPEGAWAIAN
DI INDONESIA
• Pengaturan kepegawaian di berbagai undangundang (antara lain Undang-Undang 14/2010
tentang Guru dan Dosen; UU 32/2004 dan UU
8/1974 jo 43/1999)
• PNS belum dianggap sebagai sebuah profesi
• Penetapan formasi PNS belum melalui analisis
jabatan, analis beban kerja dan perencanaan
SDM.
• Penempatan dan pengangkatan dalam jabatan
belum berbasis kompetensi
• Terbatasnya mobilitas PNS
• 9 dari 10 PNS tidak pernah diberi kesempatan
mengembangkan diri
2
PERMASALAHAN KEBIJAKAN
DAN MANAJEMEN KEPEGAWAIAN
DI INDONESIA
3
• Masalah overstaf dan understaf
• Desentralisasi pengadaan PNS menyuburkan
semangat kedaerahan dan memperlemah
NKRI
• Budaya kinerja PNS yang masih rendah
• Sistem remunerasi dan tunjangan bervariasi
antar instansi.
• Remunerasi masih belum terkait dengan
pencapaian kinerja
• Promosi jabatan masih bersifat tertutup
• Rekrutment PNS masih belum objektif dan
transparan
SUMBER PERMASALAHAN
KEPEGAWAIAN
• Berasal dari kurang lengkapnya dan kurang
jelasnya kebijakan yang mengatur mengenai
kepegawaian
• Berasal dari masalah-masalah implementasi
kebijakan dan sanksi di bidang kepegawaian
UNTUK ITU DIPERLUKAN :
1. STRATEGI PENGEMBANGAN SDM
2. REVISI UNDANG-UNDANG
KEPEGAWAIAN NEGARA
3. PERATURAN PELAKSANAANNYA
4
Strategi Reformasi Birokrasi
Nasional
3 Sasaran
RB
1.Terwujudnya
pemerintahan
yang bersih
dan bebas
korupsi,
kolusi, dan
nepotisme;
2.Meningkatnya
kapasitas dan
akuntabilitas
kinerja
birokrasi
3.Meningkatnya
kualitas
pelayanan
publik
5
PENATAAN JUMLAH DAN
DISTRIBUSI
PNS
a. Analisis & Pemetaan Jabatan di K/L &
b.
c.
d.
e.
Pemda
Kebijakan Minus Growth (Penerimaan <
Jumlah PNS Pensiun setiap tahun)
Kebijakan Pembatasan dan/atau
Pengurangan Belanja Pegawai
Monev Redistribusi/Realokasi PNS
Kebijakan Pemberian Pensiun Dini secara
sukarela
Melihat ulang
kebutuhan riil
PNS
Mengatur
Redistribusi/Realo
kasi PNS
Menurunkan
pertumbuhan
jumlah PNS
Merencanakan
kebutuhan CPNS
sesuai kebutuhan
Mengurangi
Belanja Pegawai
Birokrasi
yang
efektif,
efisien dan
melayani
SISTEM SELEKSI CPNS DAN PROMOSI PNS
a. Kebijakan seleksi CPNS melalui:
SECARA
TERBUKA
• Kerjasama
dengan Konsorsium PTN
untuk seleksi CPNS
• Penggunaan Computer Assissted Text
(CAT) untuk seleksi CPNS
b. Kebijakan Promosi PNS
• Penguatan Assessment Center untuk
Promosi Jabatan, Diklat Penjenjangan
dan/atau Fungsional
c. Kebijakan Pengisian Lowongan Jabatan
Secara Terbuka Antar Instansi baik
Tingkat Nasional maupun Regional
Menciptakan
sistem rekruitmen
dan promosi yang
selektif
Menjaring caloncalon yang
berkualitas
Mengurangi KKN
dalam proses
seleksi
Mendorong
kinerja birokrasi
melalui
penempatan
pegawai yang
tepat
Birokrasi
yang
efektif,
efisien,
bersih dan
PROFESIONALISASI PNS
a. Penetapan Standar Kompetensi
b. Peningkatan Kemampuan PNS Berbasis
Kompetensi
c. Sistem Nasional Diklat PNS Berbasis Kompetensi
d. Penegakan Etika dan Disiplin Pegawai Negeri
e. Sertifikasi Kompetensi Profesi
f. Mutasi dan Rotasi Sesuai dengan Kompetensi
Secara Periodik
g. Pengukuran Kinerja Individu
h. Penguatan Jabatan Fungsional:
• Penambahan jumlah
• Penetapan Pola Karier
• Peningkatan Kemampuan
• Peningkatan Tunjangan
Menciptakan
standar
kompetensi
jabatan yang
menjadi acuan
bagi penembatan
dalam
jabatan
Meningkatkan
dan menjaga
kualitas SDM
Aparatur
Meningkatkan
disiplin dan
kinerja PNS
Mendorong PNS
untuk
memberikan
kontribusi kinerja
melalui jabatan
fungsional
Birokrasi
yang
efektif,
efisien,
FONDASI UNTUK
REFORMASI UNDANG-UNDANG
BIROKRASI
UU No. 39
Tahun
2008
Kementer
ian
Negara
RUU
Sistem
Pengawas
an Intern
Pemerinta
h
RUU
Aparatur
Sipil
Negara
REFORM
ASI
BIROKRA
SI
UU No 25
Tahun
2009
Pelayana
n Publik
RUU
Adminsitr
asi
Pemerinta
han
9
VISI DAN MISI RUU ASN
VISI
• mewujudkan Aparatur
Sipil Negara yang
memiliki integritas,
profesional, melayani
dan sejahtera.
MISI
• memindahkan Aparatur
Sipil Negara dari
Comfort Zone ke
Competitive Zone
1
0
TUJUAN UTAMA RUU ASN
Meningkatkan :
a. Independensi dan netralitas ,
b. Kompetensi,
c. Kinerja/ produktivitas kerja,
d. Integritas,
e. Kesejahteraan,
f. Kualitas pelayanan publik, dan
g. Pengawasan dan akuntabilitas
APARATUR SIPIL NEGARA
1
1
PRINSIP DASAR RUU ASN
1
2
Memberlakukan sistem merit melalui :
•
seleksi dan promosi berbasis kompetensi secara
kompetitif dan adil
•
penerapan prinsip fairness
•
penggajian, reward and punishment berbasis
kinerja
•
standar integritas dan perilaku untuk
kepentingan publik
•
manajemen SDM secara efektif dan efisien
•
perlindungan pegawai dari intervensi politik dan
tindakan semena-mena.
LARANGAN DALAM MERIT
SISTEM
•
Diskriminatif (SARA dan Gender)
•
Kolusif, nepotisme, dan favoritisme
•
Menghalangi hak konstitusional
•
Mempergunakan aktivitas politik yang koersif
•
Menghalangi hak untuk berkompetisi
1
3
SISTEMATIKA RUU ASN
I. Ketentuan Umum
II. Asas, Prinsip, Nilai Dasar, dan Kode Etik
III. Jenis Status dan Kedudukan ASN
IV. Fungsi, Tugas dan Peran ASN
V. Jabatan ASN
VI. Hak dan Kewajiban ASN
VII. Kelembagaan (KASN, LAN, dan BKN)
VIII.Manajemen ASN
IX. Pencalonan dan Pengangkatan Dalam Pejabat
Negara
X. Organisasi (Korps Profesi Pegawai ASN)
XI. Sistem Informasi ASN
XII. Penyelesaian Sengketa Pegawai ASN
XIII.Larangan-Larangan
XIV.Ketentuan Pidana
1
4
PERBEDAAN STRUKTUR
UU POKOK
KEPEGAWAIAN
(UU 8/1974 JO
43/1999)
RUU ASN
(SETELAH
PEMBAHASAN)
VI BAB
XV BAB
41 Pasal
134 Pasal
12 PP
17 RPP
(telah disiapkan)
1
5
PERBEDAAN SUBSTANSI
UU POKOK
KEPEGAWAIAN
(UU 8/1974 JO
43/1999)
1
6
RUU ASN
(SETELAH
PEMBAHASAN)
Pendekatan Administrasi
Kepegawaian
Pendekatan Manajemen SDM
Sistem karier tertutup
Sistem karier terbuka
PNS belum ditetapkan
sebagai profesi
ASN sebagai profesi.
PEGAWAI NEGERI :
• Pegawai Negeri Sipil :
o Pusat
o Daerah
o PTT
• TNI (sudah ada UU tersendiri)
• POLRI (sudah ada UU
tersendiri)
APARATUR SIPIL NEGARA :
• Pegawai Negeri Sipil
Republik Indonesia
• Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja
(PPPK)
PERBEDAAN SUBSTANSI
UU POKOK
KEPEGAWAIAN
(UU 8/1974 JO
43/1999)
Jabatan :
• Struktural : Eselon I s.d V
• Fungsional : Keahlian
Keterampilan
Pejabat yang berwenang
mengangkat, memindahkan dan
memberhentikan PNS (Pejabat
Pembina Kepegawaian):
• Presiden
• Didelegasikan kepada pejabat
non karier (Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota) dan karier
1
7
RUU ASN
(SETELAH
PEMBAHASAN)
Jabatan :
• Struktural : Jabatan
Pimpinan Tinggi & Jabatan
Administrasi
• Fungsional : Keahlian
Keterampilan
Pejabat yang berwenang
mengangkat, memindahkan dan
memberhentikan PNS (Pejabat
Pembina Kepegawaian):
• Presiden
• Didelegasikan kepada Pejabat
non karier (Menteri) dan Karier
(Kepala LPNK, Sekda)
PERBEDAAN SUBSTANSI
UU POKOK
KEPEGAWAIAN
(UU 8/1974 JO
43/1999)
Pembentukan Komisi
Kepegawaian Negara (KKN)
dijabat ex-officio Kepala BKN
(sampai sekarang belum
dibentuk)
Batas Usia Pensiun (BUP)
tidak diatur secara eksplisit
(diatur dalam Peraturan
Pemerintah)
Sistem Informasi ASN tidak
diatur secara eksplisit
1
8
RUU ASN
(SETELAH
PEMBAHASAN)
Pembentukan Komisi
Aparatur Sipil Negara (KASN)
bertugas menjamin
penerapan sistem merit
Batas Usia Pensiun (BUP)
diatur secara eksplisit dimuat
dalam batang tubuh RUU
Sistem informasi ASN secara
nasional dan terintegrasi
antar instansi pemerintah;
PERBEDAAN SUBSTANSI
UU POKOK
KEPEGAWAIAN
(UU 8/1974 JO
43/1999)
Sistem penggajian dengan
skala ganda
Sanksi pidana tidak diatur
1
9
RUU ASN
(SETELAH
PEMBAHASAN)
Perubahan struktur gaji ke
arah skala tunggal secara
bertahap
Pengaturan sanksi pidana
bagi pejabat/ pegawai yang
menyalahgunakan wewenang
dalam pengadaan calon
pegawai ASN atau pengisian
calon pimpinan tinggi.
ASN SEBAGAI SEBUAH PROFESI
2
0
• Memiliki standar pelayanan profesi
• Memiliki dan menegakkan kode etik dan kode
perilaku profesi
• Memiliki sistem pendidikan dan pelatihan profesi
• Memiliki standar sertifikasi profesi
• Memiliki organisasi profesi yang independen
JENIS PEGAWAI ASN
1. PNS (Pasal 1 butir 3 & Pasal 7)
a. Berstatus pegawai
tetap dan Memiliki
NIP secara Nasional;
b. Menduduki jabatan
pemerintahan.
2
1
2. PPPK (Pasal 1 butir 4 &
Pasal 7)
a. Diangkat dengan
perjanjian kerja sesuai
keperluan instansi
menurut ketentuan
Peraturan Perundangundang.
b. Melaksanakan tugas
pemerintahan.
21
JENIS JABATAN ASN
2
2
1. Jabatan Administrasi
3. Jabatan Pimpinan Tinggi
(Pasal 14)
(Pasal 18)
a. Jabatan pelaksana;
b. Jabatan pengawas; dan
c. Jabatan administrator.
Sekelompok jabatan tinggi
pada instansi, yaitu:
2. Jabatan Fungsional
c. Jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama.
(Pasal 17)
a. Jabatan Pimpinan Tinggi
Utama;
b. Jabatan Pimpinan Tinggi
Madya;
Tugas
pokok
pelayanan
fungsional
yang
berdasarkan keahlian dan keterampilan. Terbagi
menjadi:
(1) Fungsional keahlian: pratama, muda, madya,
utama.
(2) Fungsional Keterampilan: Pemula, terampil,
JENIS JABATAN ASN
I. Struktural
II. Fungsional
Jabatan
Pimpinan
Tinggi*
Berbagai
macam
Jabatan
Fungsional
(saat ini ada
118 Jabatan
Fungsional)
Jabatan Administratif
* Eselon I dan II di K/L dan
2
3
23
PEJABAT YANG BERWENANG
2
4
• Kewenangan:
mengangkat,
memindahkan, & memberhentikan ASN
berdasarkan
peraturan
perundangundangan.
• Pejabat yang Berwenang ditingkat
Kementerian, dan LPNK adalah Menteri
dan Pimpinan Lembaga. (Pasal 17A (1))
• Pejabat yang Berwenang ditingkat
Sekretariat Lembaga Negara, Lembaga
Non Struktural, Pemerintah Propinsi dan
Kabupaten/Kota adalah Pejabat Karir
Tertinggi. (Pasal 17A(2))
KEWENANGAN KEBIJAKAN DAN
PEMBINAAN MANAJEMEN ASN
2
5
1. Presiden selaku kepala pemerintahan memegang
kekuasaan tertinggi pembinaan dan manajemen
ASN.
2. Untuk melakukan pembinaan profesi dan
pegawai ASN, Presiden mendelegasikan
sebagian kekuasaan pembinaan dan manajemen
ASN kepada:
a. Menteri;
b. LAN;
c. BKN;
d. KASN.
(Pasal 23)
PENDELEGASIAN KEWENANGAN
1. Menteri (Pasal 23 ayat
(2a))
2
6
3. BKN (Pasal 23 ayat (2d))
Perumusan dan penetapan
kebijakan,
Koordinasi dan sinkronisasi
kebijakan,
Pengawasan atas
pelaksanaan kebijakan ASN
a. Penyelenggaraan manajemen
ASN
b. Pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan NSPK manajemen
ASN
2. LAN (Pasal 23 ayat (2c))
4. KASN (Pasal 23 ayat (2b))
a.
b.
c.
a. Penelitian, pengkajian
kebijakan manajemen
ASN,
b. Pembinaan dan
penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan
Monitoring dan evaluasi kebijakan
dan manajemen ASN untuk
menjamin pemberlakuan sistem
merit
KOMISI APARATUR SIPIL
NEGARA
1. Kedudukan hukum dan sifat: (Pasal 25)
a. Lembaga Non Struktural
b.Mandiri, bebas dari intervensi politik
2. Tujuan : (Pasal 26)
a. menjamin pemberlakuan sistem merit dalam
kebijakan dan manajemen ASN;
b. menjamin kebijakan dan manajemen ASN sebagai
pemersatu bangsa;
c. menjamin terwujudnya imparsialitas ASN; dan
d. menjamin terwujudnya pembinaan profesi ASN.
3.
Fungsi : (Pasal 28)
Monitoring, mengevaluasi dan memberikan
rekomendasi mengenai kebijakan dan manajemen
2
7
KOMISI APARATUR SIPIL
NEGARA
2
8
4. Wewenang (Pasal 30)
a. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
kebijakan dan manajemen ASN untuk menjamin
pemberlakuan sistem merit ASN;
b. Menyusun prosedur dan kriteria pelaksanaan seleksi
dalam rangka promosi untuk pengisian jabatan
pimpinan tinggi; dan
c. Memonitor pelaksanaan proses seleksi promosi
jabatan pimpinan tinggi yang dilaksanakan oleh
instansi untuk menjamin sistem merit ASN berjalan.
5. Tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi
KASN (Pasal 31)
KASN melaporkan pelaksanaan fungsi, tugas, dan
wewenangnya termasuk yang terkait dengan
kebijakan dan kinerja ASN sekurang-kurangnya
KEANGGOTAAN KASN
2
9
1. KASN, terdiri atas: (Pasal 32)
1. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota.
2. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota
3. 5 (lima) orang anggota.
2. Unsur keanggotaan: (Pasal 35)
a. Wakil pemerintah 4 orang
b. Akademisi /Praktisi 3 orang
3. Seleksi : (Pasal 36)
1. Anggota KASN diseleksi dan diusulkan oleh tim seleksi yang
dibentuk dan dipimpin oleh Menteri;
2. Anggota tim seleksi harus
pengetahuan di bid. ASN;
memiliki
pengalaman
&
3. Tim seleksi menyampaikan 3 (tiga) kali jumlah anggota dari
masing-masing unsur untuk dipilih dan ditetapkan oleh
Presiden.
PENGISIAN JABATAN PIMPINAN
TINGGI
3
0
• Sifat Dasar pengisian: Dilakukan secara kompetitif dan
terbuka dikalangan PNS. Untuk kalangan Non PNS harus
mendapat persetujuan Presiden.
• Seleksi: dilakukan oleh Panitia Seleksi yang dibentuk oleh
Pejabat yang Berwenang;
• Proses Pengisian jabatan:
• Pimpinan Tinggi Utama dan Madya dilakukan pada
tingkat nasional,
• Pimpinan Tinggi Pratama dilakukan pada tingkat
nasional, propinsi, atau antar intansi dalam 1 (satu)
kabupaten/kota.
• Pemilihan dan Penetapan:
• Panitia Seleksi menyampaikan 3 (tiga) nama calon
Jabatan Pimpinan Tinggi Utama dan Madya kepada
Menteri . Selanjutnya menteri Menyampaikan kepada
Presiden melalui Tim Penilai Akhir (TPA).
POLA KARIR
JABATAN PIMPINAN TINGGI
•
•
•
•
3
1
Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki
maksimal selama 5 (lima) tahun.
Pejabat yang telah habis masa jabatannya harus
mengikuti seleksi/uji kompetensi kembali untuk
menduduki jabatan yang sama pada periode
berikutnya.
Pejabat Pimpinan Tinggi yang tidak memenuhi kinerja
yang diperjanjikan dalam waktu 1 tahun, dapat
dipindahkan pada jabatan lain sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki melalui uji kompetensi
kembali.
Pejabat yang tidak memenuhi kinerja dalam waktu 1
tahun dan akan ditempatkan pada jabatan yag lebih
rendah diberikan kesempatan 6 bulan untuk
menunjukkan kinerjanya.
PENETAPAN KEBUTUHAN DAN
PENGENDALIAN JUMLAH
3
2
1. Dasar penetapan kebutuhan :
a. Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan
b. Perencanaan kebutuhan SDM 5 tahun dengan
rincian per tahun berdasarkan prioritas kebutuhan
c. Ditetapkan
Menteri
dengan
memperhatikan
pendapat Menteri Keuangan dan pertimbangan
teknis Kepala BKN.
2. Metode: analisis jabatan dan analisis beban kerja
(Pasal 49 & Pasal 50)
PENGEMBANGAN KOMPETENSI
3
3
• Setiap pegawai ASN berhak diberi kesempatan
untuk mengembangkan diri .
• Pengembangan diri dimaksud antara lain melalui
pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus,
workshop, dan penataran.
• Pengembangan diri sebagaimana dimaksud harus
dievaluasi oleh Pejabat yang Berwenang dan
dipergunakan sebagai salah satu dasar dalam
pengangkatan jabatan dan pengembangan karir
selanjutnya.
• Dalam rangka pengembangan diri sebagaimana
dimaksud setiap instansi wajib menyusun
rencana pengembangan kompetensi tahunan
yang tertuang dalam Rencana Kerja Anggaran
MANAJEMEN KINERJA
3
4
1.Penilaian kinerja:
a.Dilakukan oleh Pejabat yang Berwenang di
Instansi ybs.
b.Pada
tingkat
individu
dan
tingkat
unit/organisasi,
c.Berdasarkan perencanaan kinerja
d.Diukur dari target, sasaran, hasil dan manfaat
yang dicapai
2.Prinsip: objektif, terukur, akuntabel, partisipasi,
dan
transparan.
3.Manfaat hasil penilaian kinerja:
a.Pengembangan pegawai
b.Pengangkatan jabatan dan kenaikan pangkat
c.Pemberian tunjangan dan sanksi, mutasi, dan
KESEJAHTERAAN PNS
3
5
1. Gaji PNS (Pasal 75)
a.Prinsip dasar : adil dan layak
b.Tujuan dan dasar penggajian: memacu produktivitas,
menjamin kesejahteraan, dan berdasarkan pada kinerja.
c. Pembiayaan :
• PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada
APBN;
• PNS yang bekerja pada pemerintah daerah dibebankan pada
APBD;
2.Tunjangan (Pasal 76)
Selain gaji, PNS juga menerima tunjangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3
6
KESEJAHTERAAN PNS
3. Tunjangan Kemahalan
a. Penerima:
• PNS yang bekerja pada instansi vertikal di daerah
• PNS pada pemerintah daerah
b. Besaran:
• sesuai dengan tingkat kemahalan dan sesuai dengan
kemampuan keuangan negara/pemerintah daerah.
• tingkat kemahalan diukur berdasarkan indeks harga
yang berlaku di daerahnya masing-masing.
c. Pembiayaan:
• APBN bagi PNS yang bekerja pada instansi vertikal
didaerah
• APBD bagi PNS yang bekerja pada pemerintah daerah
(Pasal 77)
PENGHARGAAN PNS
3
7
1. Dasar pemberian penghargaan: (Pasal 79)
Diberikan secara selektif kepada PNS berdasarkan
pertimbangan atas kesetiaan, pengabdian, kecakapan,
kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja.
2. Bentuk penghargaan: (Pasal 80)
a. Tanda kehormatan;
b. Kenaikan pangkat secara istimewa;
c. Promosi jabatan secara istimewa berdasarkan
kompetensi dan kompetisi;
d. Kesempatan prioritas untuk pengembangan diri;
dan/atau
e. Kesempatan menghadiri acara-acara resmi dan
kenegaraan.
PEMBERHENTIAN PNS
Jenis :
3
8
(Pasal 86)
a. Pemberhentian dengan hormat:
(meninggal dunia, atas permintaan sendiri,
mencapai BUP, perampingan organisasi, tidak
cakap jasmani dan/atau rohani, tidak memiliki
kompetensi dan tidak mencapai sasaran kerja
selama 2 tahun)
b. Pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri
c. Pemberhentian tidak dengan hormat
d. Pemberhentian sementara
PNS
yang
diberhentikan
karena
melakukan
penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 45,
BATAS USIA PENSIUN (BUP)
3
9
1. BUP bagi Jabatan Administrasi adalah 56 tahun.
2. BUP bagi Jabatan Pimpinan Tinggi Madya adalah
58 tahun.
3. BUP bagi Jabatan Pimpinan Tinggi Utama adalah
60 tahun.
4. BUP bagi Jabatan Fungsional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Pasal 90)
PENSIUN PNS
4
0
1. Tujuan:
perlindungan
kesinambungan
penghasilan hari tua (Pasal 88)
2. Sifat: sebagai hak dan penghargaan atas
pengabdian PNS (Pasal 88)
3. Ruang lingkup: (Pasal 88)
• Jaminan Pensiun dan Jaminan Duda/Janda PNS, dan
Jaminan Hari Tua PNS
• Diberikan dalam rangka Program Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
4. Sumber pembiayaan: (Pasal 90)
• Pemerintah selaku pemberi kerja
• Iuran PNS yang bersangkutan.
MANAJEMEN PEGAWAI
PEMERINTAH
DENGAN PERJANJIAN KERJA
(PPPK)
4
1
1. Kriteria Pengangkatan PPPK :
• harus sesuai dengan kebutuhan organisasi;
• terbatas pada jangka waktu tertentu ; dan
• harus mendapat persetujuan Menteri PAN dan
RB
2. PPPK tidak dapat diangkat menjadi PNS. Jika
ingin pindah status menjadi PNS harus
mengundurkan diri sebagai PPPK, dan harus
mengikuti semua proses serta memenuhi
persyaratan untuk dapat diangkat menjadi PNS.
(Pasal 99A)
PERLINDUNGAN ASN
4
2
1. Tujuan: menjamin perolehan hak-hak pegawai dalam
pelaksanaan tugas (Pasal 91 dan Pasal 103)
2. Jenis: (Pasal 91 dan Pasal 103)
a. Perlindungan hukum:
• Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya
• memperoleh bantuan hukum atas dugaan kesalahan
yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya
b. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja :
• Perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan
kerja,
• Perlindungan kecelakaan kerja,
• Perlindungan kebakaran pada waktu kerja,
• Bencana alam,
• Kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
ORGANISASI ASN
4
3
1.Nama : Korps Pegawai ASN
2.Kedudukan: wadah ASN untuk menyalurkan
aspirasinya.
3.Tujuan :
a. Menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan
profesi ASN
b. Mewujudkan jiwa Korps ASN sebagai pemersatu
bangsa.
4.Fungsi :
a. Pembinaan dan pengembangan profesi ASN.
b. Memberikan perlindungan hukum dan advokasi.
c. Memberikan rekomendasi kepada majelis kode
etik instansi.
KETENTUAN TRANSISI
4
4
Peraturan pelaksanaan UndangUndang ini harus sudah ditetapkan
paling lambat 2 (dua) tahun sejak
Undang-Undang ini diundangkan.
Saat ini sudah disiapkan semua
RPP yang diperintahkan oleh RUU
ASN (17 RPP)
TERIMA KASIH
PENGEMBANGAN
SDM APARATUR DI INDONESIA
Wakil Menteri PAN dan RB
PERMASALAHAN KEBIJAKAN
DAN MANAJEMEN KEPEGAWAIAN
DI INDONESIA
• Pengaturan kepegawaian di berbagai undangundang (antara lain Undang-Undang 14/2010
tentang Guru dan Dosen; UU 32/2004 dan UU
8/1974 jo 43/1999)
• PNS belum dianggap sebagai sebuah profesi
• Penetapan formasi PNS belum melalui analisis
jabatan, analis beban kerja dan perencanaan
SDM.
• Penempatan dan pengangkatan dalam jabatan
belum berbasis kompetensi
• Terbatasnya mobilitas PNS
• 9 dari 10 PNS tidak pernah diberi kesempatan
mengembangkan diri
2
PERMASALAHAN KEBIJAKAN
DAN MANAJEMEN KEPEGAWAIAN
DI INDONESIA
3
• Masalah overstaf dan understaf
• Desentralisasi pengadaan PNS menyuburkan
semangat kedaerahan dan memperlemah
NKRI
• Budaya kinerja PNS yang masih rendah
• Sistem remunerasi dan tunjangan bervariasi
antar instansi.
• Remunerasi masih belum terkait dengan
pencapaian kinerja
• Promosi jabatan masih bersifat tertutup
• Rekrutment PNS masih belum objektif dan
transparan
SUMBER PERMASALAHAN
KEPEGAWAIAN
• Berasal dari kurang lengkapnya dan kurang
jelasnya kebijakan yang mengatur mengenai
kepegawaian
• Berasal dari masalah-masalah implementasi
kebijakan dan sanksi di bidang kepegawaian
UNTUK ITU DIPERLUKAN :
1. STRATEGI PENGEMBANGAN SDM
2. REVISI UNDANG-UNDANG
KEPEGAWAIAN NEGARA
3. PERATURAN PELAKSANAANNYA
4
Strategi Reformasi Birokrasi
Nasional
3 Sasaran
RB
1.Terwujudnya
pemerintahan
yang bersih
dan bebas
korupsi,
kolusi, dan
nepotisme;
2.Meningkatnya
kapasitas dan
akuntabilitas
kinerja
birokrasi
3.Meningkatnya
kualitas
pelayanan
publik
5
PENATAAN JUMLAH DAN
DISTRIBUSI
PNS
a. Analisis & Pemetaan Jabatan di K/L &
b.
c.
d.
e.
Pemda
Kebijakan Minus Growth (Penerimaan <
Jumlah PNS Pensiun setiap tahun)
Kebijakan Pembatasan dan/atau
Pengurangan Belanja Pegawai
Monev Redistribusi/Realokasi PNS
Kebijakan Pemberian Pensiun Dini secara
sukarela
Melihat ulang
kebutuhan riil
PNS
Mengatur
Redistribusi/Realo
kasi PNS
Menurunkan
pertumbuhan
jumlah PNS
Merencanakan
kebutuhan CPNS
sesuai kebutuhan
Mengurangi
Belanja Pegawai
Birokrasi
yang
efektif,
efisien dan
melayani
SISTEM SELEKSI CPNS DAN PROMOSI PNS
a. Kebijakan seleksi CPNS melalui:
SECARA
TERBUKA
• Kerjasama
dengan Konsorsium PTN
untuk seleksi CPNS
• Penggunaan Computer Assissted Text
(CAT) untuk seleksi CPNS
b. Kebijakan Promosi PNS
• Penguatan Assessment Center untuk
Promosi Jabatan, Diklat Penjenjangan
dan/atau Fungsional
c. Kebijakan Pengisian Lowongan Jabatan
Secara Terbuka Antar Instansi baik
Tingkat Nasional maupun Regional
Menciptakan
sistem rekruitmen
dan promosi yang
selektif
Menjaring caloncalon yang
berkualitas
Mengurangi KKN
dalam proses
seleksi
Mendorong
kinerja birokrasi
melalui
penempatan
pegawai yang
tepat
Birokrasi
yang
efektif,
efisien,
bersih dan
PROFESIONALISASI PNS
a. Penetapan Standar Kompetensi
b. Peningkatan Kemampuan PNS Berbasis
Kompetensi
c. Sistem Nasional Diklat PNS Berbasis Kompetensi
d. Penegakan Etika dan Disiplin Pegawai Negeri
e. Sertifikasi Kompetensi Profesi
f. Mutasi dan Rotasi Sesuai dengan Kompetensi
Secara Periodik
g. Pengukuran Kinerja Individu
h. Penguatan Jabatan Fungsional:
• Penambahan jumlah
• Penetapan Pola Karier
• Peningkatan Kemampuan
• Peningkatan Tunjangan
Menciptakan
standar
kompetensi
jabatan yang
menjadi acuan
bagi penembatan
dalam
jabatan
Meningkatkan
dan menjaga
kualitas SDM
Aparatur
Meningkatkan
disiplin dan
kinerja PNS
Mendorong PNS
untuk
memberikan
kontribusi kinerja
melalui jabatan
fungsional
Birokrasi
yang
efektif,
efisien,
FONDASI UNTUK
REFORMASI UNDANG-UNDANG
BIROKRASI
UU No. 39
Tahun
2008
Kementer
ian
Negara
RUU
Sistem
Pengawas
an Intern
Pemerinta
h
RUU
Aparatur
Sipil
Negara
REFORM
ASI
BIROKRA
SI
UU No 25
Tahun
2009
Pelayana
n Publik
RUU
Adminsitr
asi
Pemerinta
han
9
VISI DAN MISI RUU ASN
VISI
• mewujudkan Aparatur
Sipil Negara yang
memiliki integritas,
profesional, melayani
dan sejahtera.
MISI
• memindahkan Aparatur
Sipil Negara dari
Comfort Zone ke
Competitive Zone
1
0
TUJUAN UTAMA RUU ASN
Meningkatkan :
a. Independensi dan netralitas ,
b. Kompetensi,
c. Kinerja/ produktivitas kerja,
d. Integritas,
e. Kesejahteraan,
f. Kualitas pelayanan publik, dan
g. Pengawasan dan akuntabilitas
APARATUR SIPIL NEGARA
1
1
PRINSIP DASAR RUU ASN
1
2
Memberlakukan sistem merit melalui :
•
seleksi dan promosi berbasis kompetensi secara
kompetitif dan adil
•
penerapan prinsip fairness
•
penggajian, reward and punishment berbasis
kinerja
•
standar integritas dan perilaku untuk
kepentingan publik
•
manajemen SDM secara efektif dan efisien
•
perlindungan pegawai dari intervensi politik dan
tindakan semena-mena.
LARANGAN DALAM MERIT
SISTEM
•
Diskriminatif (SARA dan Gender)
•
Kolusif, nepotisme, dan favoritisme
•
Menghalangi hak konstitusional
•
Mempergunakan aktivitas politik yang koersif
•
Menghalangi hak untuk berkompetisi
1
3
SISTEMATIKA RUU ASN
I. Ketentuan Umum
II. Asas, Prinsip, Nilai Dasar, dan Kode Etik
III. Jenis Status dan Kedudukan ASN
IV. Fungsi, Tugas dan Peran ASN
V. Jabatan ASN
VI. Hak dan Kewajiban ASN
VII. Kelembagaan (KASN, LAN, dan BKN)
VIII.Manajemen ASN
IX. Pencalonan dan Pengangkatan Dalam Pejabat
Negara
X. Organisasi (Korps Profesi Pegawai ASN)
XI. Sistem Informasi ASN
XII. Penyelesaian Sengketa Pegawai ASN
XIII.Larangan-Larangan
XIV.Ketentuan Pidana
1
4
PERBEDAAN STRUKTUR
UU POKOK
KEPEGAWAIAN
(UU 8/1974 JO
43/1999)
RUU ASN
(SETELAH
PEMBAHASAN)
VI BAB
XV BAB
41 Pasal
134 Pasal
12 PP
17 RPP
(telah disiapkan)
1
5
PERBEDAAN SUBSTANSI
UU POKOK
KEPEGAWAIAN
(UU 8/1974 JO
43/1999)
1
6
RUU ASN
(SETELAH
PEMBAHASAN)
Pendekatan Administrasi
Kepegawaian
Pendekatan Manajemen SDM
Sistem karier tertutup
Sistem karier terbuka
PNS belum ditetapkan
sebagai profesi
ASN sebagai profesi.
PEGAWAI NEGERI :
• Pegawai Negeri Sipil :
o Pusat
o Daerah
o PTT
• TNI (sudah ada UU tersendiri)
• POLRI (sudah ada UU
tersendiri)
APARATUR SIPIL NEGARA :
• Pegawai Negeri Sipil
Republik Indonesia
• Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja
(PPPK)
PERBEDAAN SUBSTANSI
UU POKOK
KEPEGAWAIAN
(UU 8/1974 JO
43/1999)
Jabatan :
• Struktural : Eselon I s.d V
• Fungsional : Keahlian
Keterampilan
Pejabat yang berwenang
mengangkat, memindahkan dan
memberhentikan PNS (Pejabat
Pembina Kepegawaian):
• Presiden
• Didelegasikan kepada pejabat
non karier (Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota) dan karier
1
7
RUU ASN
(SETELAH
PEMBAHASAN)
Jabatan :
• Struktural : Jabatan
Pimpinan Tinggi & Jabatan
Administrasi
• Fungsional : Keahlian
Keterampilan
Pejabat yang berwenang
mengangkat, memindahkan dan
memberhentikan PNS (Pejabat
Pembina Kepegawaian):
• Presiden
• Didelegasikan kepada Pejabat
non karier (Menteri) dan Karier
(Kepala LPNK, Sekda)
PERBEDAAN SUBSTANSI
UU POKOK
KEPEGAWAIAN
(UU 8/1974 JO
43/1999)
Pembentukan Komisi
Kepegawaian Negara (KKN)
dijabat ex-officio Kepala BKN
(sampai sekarang belum
dibentuk)
Batas Usia Pensiun (BUP)
tidak diatur secara eksplisit
(diatur dalam Peraturan
Pemerintah)
Sistem Informasi ASN tidak
diatur secara eksplisit
1
8
RUU ASN
(SETELAH
PEMBAHASAN)
Pembentukan Komisi
Aparatur Sipil Negara (KASN)
bertugas menjamin
penerapan sistem merit
Batas Usia Pensiun (BUP)
diatur secara eksplisit dimuat
dalam batang tubuh RUU
Sistem informasi ASN secara
nasional dan terintegrasi
antar instansi pemerintah;
PERBEDAAN SUBSTANSI
UU POKOK
KEPEGAWAIAN
(UU 8/1974 JO
43/1999)
Sistem penggajian dengan
skala ganda
Sanksi pidana tidak diatur
1
9
RUU ASN
(SETELAH
PEMBAHASAN)
Perubahan struktur gaji ke
arah skala tunggal secara
bertahap
Pengaturan sanksi pidana
bagi pejabat/ pegawai yang
menyalahgunakan wewenang
dalam pengadaan calon
pegawai ASN atau pengisian
calon pimpinan tinggi.
ASN SEBAGAI SEBUAH PROFESI
2
0
• Memiliki standar pelayanan profesi
• Memiliki dan menegakkan kode etik dan kode
perilaku profesi
• Memiliki sistem pendidikan dan pelatihan profesi
• Memiliki standar sertifikasi profesi
• Memiliki organisasi profesi yang independen
JENIS PEGAWAI ASN
1. PNS (Pasal 1 butir 3 & Pasal 7)
a. Berstatus pegawai
tetap dan Memiliki
NIP secara Nasional;
b. Menduduki jabatan
pemerintahan.
2
1
2. PPPK (Pasal 1 butir 4 &
Pasal 7)
a. Diangkat dengan
perjanjian kerja sesuai
keperluan instansi
menurut ketentuan
Peraturan Perundangundang.
b. Melaksanakan tugas
pemerintahan.
21
JENIS JABATAN ASN
2
2
1. Jabatan Administrasi
3. Jabatan Pimpinan Tinggi
(Pasal 14)
(Pasal 18)
a. Jabatan pelaksana;
b. Jabatan pengawas; dan
c. Jabatan administrator.
Sekelompok jabatan tinggi
pada instansi, yaitu:
2. Jabatan Fungsional
c. Jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama.
(Pasal 17)
a. Jabatan Pimpinan Tinggi
Utama;
b. Jabatan Pimpinan Tinggi
Madya;
Tugas
pokok
pelayanan
fungsional
yang
berdasarkan keahlian dan keterampilan. Terbagi
menjadi:
(1) Fungsional keahlian: pratama, muda, madya,
utama.
(2) Fungsional Keterampilan: Pemula, terampil,
JENIS JABATAN ASN
I. Struktural
II. Fungsional
Jabatan
Pimpinan
Tinggi*
Berbagai
macam
Jabatan
Fungsional
(saat ini ada
118 Jabatan
Fungsional)
Jabatan Administratif
* Eselon I dan II di K/L dan
2
3
23
PEJABAT YANG BERWENANG
2
4
• Kewenangan:
mengangkat,
memindahkan, & memberhentikan ASN
berdasarkan
peraturan
perundangundangan.
• Pejabat yang Berwenang ditingkat
Kementerian, dan LPNK adalah Menteri
dan Pimpinan Lembaga. (Pasal 17A (1))
• Pejabat yang Berwenang ditingkat
Sekretariat Lembaga Negara, Lembaga
Non Struktural, Pemerintah Propinsi dan
Kabupaten/Kota adalah Pejabat Karir
Tertinggi. (Pasal 17A(2))
KEWENANGAN KEBIJAKAN DAN
PEMBINAAN MANAJEMEN ASN
2
5
1. Presiden selaku kepala pemerintahan memegang
kekuasaan tertinggi pembinaan dan manajemen
ASN.
2. Untuk melakukan pembinaan profesi dan
pegawai ASN, Presiden mendelegasikan
sebagian kekuasaan pembinaan dan manajemen
ASN kepada:
a. Menteri;
b. LAN;
c. BKN;
d. KASN.
(Pasal 23)
PENDELEGASIAN KEWENANGAN
1. Menteri (Pasal 23 ayat
(2a))
2
6
3. BKN (Pasal 23 ayat (2d))
Perumusan dan penetapan
kebijakan,
Koordinasi dan sinkronisasi
kebijakan,
Pengawasan atas
pelaksanaan kebijakan ASN
a. Penyelenggaraan manajemen
ASN
b. Pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan NSPK manajemen
ASN
2. LAN (Pasal 23 ayat (2c))
4. KASN (Pasal 23 ayat (2b))
a.
b.
c.
a. Penelitian, pengkajian
kebijakan manajemen
ASN,
b. Pembinaan dan
penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan
Monitoring dan evaluasi kebijakan
dan manajemen ASN untuk
menjamin pemberlakuan sistem
merit
KOMISI APARATUR SIPIL
NEGARA
1. Kedudukan hukum dan sifat: (Pasal 25)
a. Lembaga Non Struktural
b.Mandiri, bebas dari intervensi politik
2. Tujuan : (Pasal 26)
a. menjamin pemberlakuan sistem merit dalam
kebijakan dan manajemen ASN;
b. menjamin kebijakan dan manajemen ASN sebagai
pemersatu bangsa;
c. menjamin terwujudnya imparsialitas ASN; dan
d. menjamin terwujudnya pembinaan profesi ASN.
3.
Fungsi : (Pasal 28)
Monitoring, mengevaluasi dan memberikan
rekomendasi mengenai kebijakan dan manajemen
2
7
KOMISI APARATUR SIPIL
NEGARA
2
8
4. Wewenang (Pasal 30)
a. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
kebijakan dan manajemen ASN untuk menjamin
pemberlakuan sistem merit ASN;
b. Menyusun prosedur dan kriteria pelaksanaan seleksi
dalam rangka promosi untuk pengisian jabatan
pimpinan tinggi; dan
c. Memonitor pelaksanaan proses seleksi promosi
jabatan pimpinan tinggi yang dilaksanakan oleh
instansi untuk menjamin sistem merit ASN berjalan.
5. Tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi
KASN (Pasal 31)
KASN melaporkan pelaksanaan fungsi, tugas, dan
wewenangnya termasuk yang terkait dengan
kebijakan dan kinerja ASN sekurang-kurangnya
KEANGGOTAAN KASN
2
9
1. KASN, terdiri atas: (Pasal 32)
1. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota.
2. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota
3. 5 (lima) orang anggota.
2. Unsur keanggotaan: (Pasal 35)
a. Wakil pemerintah 4 orang
b. Akademisi /Praktisi 3 orang
3. Seleksi : (Pasal 36)
1. Anggota KASN diseleksi dan diusulkan oleh tim seleksi yang
dibentuk dan dipimpin oleh Menteri;
2. Anggota tim seleksi harus
pengetahuan di bid. ASN;
memiliki
pengalaman
&
3. Tim seleksi menyampaikan 3 (tiga) kali jumlah anggota dari
masing-masing unsur untuk dipilih dan ditetapkan oleh
Presiden.
PENGISIAN JABATAN PIMPINAN
TINGGI
3
0
• Sifat Dasar pengisian: Dilakukan secara kompetitif dan
terbuka dikalangan PNS. Untuk kalangan Non PNS harus
mendapat persetujuan Presiden.
• Seleksi: dilakukan oleh Panitia Seleksi yang dibentuk oleh
Pejabat yang Berwenang;
• Proses Pengisian jabatan:
• Pimpinan Tinggi Utama dan Madya dilakukan pada
tingkat nasional,
• Pimpinan Tinggi Pratama dilakukan pada tingkat
nasional, propinsi, atau antar intansi dalam 1 (satu)
kabupaten/kota.
• Pemilihan dan Penetapan:
• Panitia Seleksi menyampaikan 3 (tiga) nama calon
Jabatan Pimpinan Tinggi Utama dan Madya kepada
Menteri . Selanjutnya menteri Menyampaikan kepada
Presiden melalui Tim Penilai Akhir (TPA).
POLA KARIR
JABATAN PIMPINAN TINGGI
•
•
•
•
3
1
Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki
maksimal selama 5 (lima) tahun.
Pejabat yang telah habis masa jabatannya harus
mengikuti seleksi/uji kompetensi kembali untuk
menduduki jabatan yang sama pada periode
berikutnya.
Pejabat Pimpinan Tinggi yang tidak memenuhi kinerja
yang diperjanjikan dalam waktu 1 tahun, dapat
dipindahkan pada jabatan lain sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki melalui uji kompetensi
kembali.
Pejabat yang tidak memenuhi kinerja dalam waktu 1
tahun dan akan ditempatkan pada jabatan yag lebih
rendah diberikan kesempatan 6 bulan untuk
menunjukkan kinerjanya.
PENETAPAN KEBUTUHAN DAN
PENGENDALIAN JUMLAH
3
2
1. Dasar penetapan kebutuhan :
a. Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan
b. Perencanaan kebutuhan SDM 5 tahun dengan
rincian per tahun berdasarkan prioritas kebutuhan
c. Ditetapkan
Menteri
dengan
memperhatikan
pendapat Menteri Keuangan dan pertimbangan
teknis Kepala BKN.
2. Metode: analisis jabatan dan analisis beban kerja
(Pasal 49 & Pasal 50)
PENGEMBANGAN KOMPETENSI
3
3
• Setiap pegawai ASN berhak diberi kesempatan
untuk mengembangkan diri .
• Pengembangan diri dimaksud antara lain melalui
pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus,
workshop, dan penataran.
• Pengembangan diri sebagaimana dimaksud harus
dievaluasi oleh Pejabat yang Berwenang dan
dipergunakan sebagai salah satu dasar dalam
pengangkatan jabatan dan pengembangan karir
selanjutnya.
• Dalam rangka pengembangan diri sebagaimana
dimaksud setiap instansi wajib menyusun
rencana pengembangan kompetensi tahunan
yang tertuang dalam Rencana Kerja Anggaran
MANAJEMEN KINERJA
3
4
1.Penilaian kinerja:
a.Dilakukan oleh Pejabat yang Berwenang di
Instansi ybs.
b.Pada
tingkat
individu
dan
tingkat
unit/organisasi,
c.Berdasarkan perencanaan kinerja
d.Diukur dari target, sasaran, hasil dan manfaat
yang dicapai
2.Prinsip: objektif, terukur, akuntabel, partisipasi,
dan
transparan.
3.Manfaat hasil penilaian kinerja:
a.Pengembangan pegawai
b.Pengangkatan jabatan dan kenaikan pangkat
c.Pemberian tunjangan dan sanksi, mutasi, dan
KESEJAHTERAAN PNS
3
5
1. Gaji PNS (Pasal 75)
a.Prinsip dasar : adil dan layak
b.Tujuan dan dasar penggajian: memacu produktivitas,
menjamin kesejahteraan, dan berdasarkan pada kinerja.
c. Pembiayaan :
• PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada
APBN;
• PNS yang bekerja pada pemerintah daerah dibebankan pada
APBD;
2.Tunjangan (Pasal 76)
Selain gaji, PNS juga menerima tunjangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3
6
KESEJAHTERAAN PNS
3. Tunjangan Kemahalan
a. Penerima:
• PNS yang bekerja pada instansi vertikal di daerah
• PNS pada pemerintah daerah
b. Besaran:
• sesuai dengan tingkat kemahalan dan sesuai dengan
kemampuan keuangan negara/pemerintah daerah.
• tingkat kemahalan diukur berdasarkan indeks harga
yang berlaku di daerahnya masing-masing.
c. Pembiayaan:
• APBN bagi PNS yang bekerja pada instansi vertikal
didaerah
• APBD bagi PNS yang bekerja pada pemerintah daerah
(Pasal 77)
PENGHARGAAN PNS
3
7
1. Dasar pemberian penghargaan: (Pasal 79)
Diberikan secara selektif kepada PNS berdasarkan
pertimbangan atas kesetiaan, pengabdian, kecakapan,
kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja.
2. Bentuk penghargaan: (Pasal 80)
a. Tanda kehormatan;
b. Kenaikan pangkat secara istimewa;
c. Promosi jabatan secara istimewa berdasarkan
kompetensi dan kompetisi;
d. Kesempatan prioritas untuk pengembangan diri;
dan/atau
e. Kesempatan menghadiri acara-acara resmi dan
kenegaraan.
PEMBERHENTIAN PNS
Jenis :
3
8
(Pasal 86)
a. Pemberhentian dengan hormat:
(meninggal dunia, atas permintaan sendiri,
mencapai BUP, perampingan organisasi, tidak
cakap jasmani dan/atau rohani, tidak memiliki
kompetensi dan tidak mencapai sasaran kerja
selama 2 tahun)
b. Pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri
c. Pemberhentian tidak dengan hormat
d. Pemberhentian sementara
PNS
yang
diberhentikan
karena
melakukan
penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 45,
BATAS USIA PENSIUN (BUP)
3
9
1. BUP bagi Jabatan Administrasi adalah 56 tahun.
2. BUP bagi Jabatan Pimpinan Tinggi Madya adalah
58 tahun.
3. BUP bagi Jabatan Pimpinan Tinggi Utama adalah
60 tahun.
4. BUP bagi Jabatan Fungsional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Pasal 90)
PENSIUN PNS
4
0
1. Tujuan:
perlindungan
kesinambungan
penghasilan hari tua (Pasal 88)
2. Sifat: sebagai hak dan penghargaan atas
pengabdian PNS (Pasal 88)
3. Ruang lingkup: (Pasal 88)
• Jaminan Pensiun dan Jaminan Duda/Janda PNS, dan
Jaminan Hari Tua PNS
• Diberikan dalam rangka Program Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
4. Sumber pembiayaan: (Pasal 90)
• Pemerintah selaku pemberi kerja
• Iuran PNS yang bersangkutan.
MANAJEMEN PEGAWAI
PEMERINTAH
DENGAN PERJANJIAN KERJA
(PPPK)
4
1
1. Kriteria Pengangkatan PPPK :
• harus sesuai dengan kebutuhan organisasi;
• terbatas pada jangka waktu tertentu ; dan
• harus mendapat persetujuan Menteri PAN dan
RB
2. PPPK tidak dapat diangkat menjadi PNS. Jika
ingin pindah status menjadi PNS harus
mengundurkan diri sebagai PPPK, dan harus
mengikuti semua proses serta memenuhi
persyaratan untuk dapat diangkat menjadi PNS.
(Pasal 99A)
PERLINDUNGAN ASN
4
2
1. Tujuan: menjamin perolehan hak-hak pegawai dalam
pelaksanaan tugas (Pasal 91 dan Pasal 103)
2. Jenis: (Pasal 91 dan Pasal 103)
a. Perlindungan hukum:
• Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya
• memperoleh bantuan hukum atas dugaan kesalahan
yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya
b. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja :
• Perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan
kerja,
• Perlindungan kecelakaan kerja,
• Perlindungan kebakaran pada waktu kerja,
• Bencana alam,
• Kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
ORGANISASI ASN
4
3
1.Nama : Korps Pegawai ASN
2.Kedudukan: wadah ASN untuk menyalurkan
aspirasinya.
3.Tujuan :
a. Menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan
profesi ASN
b. Mewujudkan jiwa Korps ASN sebagai pemersatu
bangsa.
4.Fungsi :
a. Pembinaan dan pengembangan profesi ASN.
b. Memberikan perlindungan hukum dan advokasi.
c. Memberikan rekomendasi kepada majelis kode
etik instansi.
KETENTUAN TRANSISI
4
4
Peraturan pelaksanaan UndangUndang ini harus sudah ditetapkan
paling lambat 2 (dua) tahun sejak
Undang-Undang ini diundangkan.
Saat ini sudah disiapkan semua
RPP yang diperintahkan oleh RUU
ASN (17 RPP)
TERIMA KASIH