Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara Tahun Ajaran 2013 2014

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Anatomi Organ Refraksi
Menurut Khurana (2007), struktur organ yang berperan sebagai media

refraksi dari anterior hingga posterior mata ialah :
1. Air Mata
2. Kornea
3. Aqueus Humor
4. Lensa
5. Vitreus Humor

2.1.1. Air Mata
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola
mata. Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :
1. Sistem produksi atau glandula lakrimal yang terletak di tempero antero
superior rongga orbita.
2. Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal,

sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal (Ilyas, 2010).
Air mata mengalir dari lakus lakrimalis melalui pungtum lakrimalis dan
kanalikuli ke sakus lakrimalis, yang terletak di dalam fossa glandula lakrimalis.
Duktus nasolakrimalis berlanjut ke bawah dari sakus dan bermuara ke meatus
inferior rongga hidung. Air mata diarahkan ke dalam pungtum oleh isapan kapiler,
gravitasi, dan kedipan palpebrae. Kombinasi kekuatan isapan kapiler dalam
kanalikuli, gravitasi, dan aktivitas memompa otot Horner-perluasan muskulus
orbikularis okuli ke belakang sakus lakrimalis akan meneruskan aliran air mata ke
bawah melalui duktus nasolakrimalis ke dalam hidung (Riordan dan Whitcher,
2009).

5

Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang avaskular, dengan bentuk yang
cembung seperti kubah. Kornea terletak di depan mata kira-kira berdiameter 11
mm (0,43 inci) dan memiliki ketebalan 500 mikrometer di sentral dan 700
mikrometer di pinggir. Kornea memiliki 5 lapisan yaitu, 90% terdiri dari kolagen

yang disusun membentuk suatu lapisan terletak di tengah disebut stroma dan 10%
terdiri lapisan epitelium dan lapisan Bowman di bagian depan kornea dan
membran Descemet dan lapisan endotelium di bagian belakang kornea. Lapisan
epitel dan lapisan Bowmen berfungsi menjaga stroma dari gangguan hidrasi.
Membran Descement dibelakang juga memiliki fungsi yang sama untuk protektif,
sedangkan endotelium berfungsi sebagai penyalur nutrisi (Van de Pol, 2013).

2.1.3. Aqueus Humor
Aqueus humor adalah cairan yang mengisi ruang dimata di antara kornea
dan lensa. Aqueus dihasilkan oleh badan siliari, dimana akan mengalir ke
ruangnya diantara lensa dan iris melalui pupil. Fungsi aqueus ada 2, yaitu
menyediakan nutrisi untuk kornea dan juga sebagai media refraksi (Van de Pol,
2013).
Volumenya adalah sekitar 250 mikroliter, dan kecepatan pembentukannya
memiliki variasi diurnal yaitu 2,5 mikroliter/menit. Tekanan osmotiknya sedikit
lebih tinggi dibandingkan plasma. Komposisi aqueus humor serupa dengan
plasma, kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan
laktat yang lebih tinggi tetapi protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah
(Riordan dan Whitcher, 2009).


2.1.4. Lensa
Seperti kornea, lensa adalah struktur transparan dan avaskular. Namun
tidak seperti kornea, lensa memiliki kemampuan untuk mengubah bentuk dalam
hal meningkatkan atau menurunkan kekuatan refraksi ketika cahaya datang ke
mata (Van de Pol, 2013).

6

Universitas Sumatera Utara

Lensa memiliki ketebalan 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa tergantung
pada zonula di belakang iris, zonula menghubungkannya dengan korpus siliari.
Bagian anterior lensa ialah aqueus humor dan di sebelah posteriornya terdapat
vitreus. Bagian terdapat selapis epitel subskapsular. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteksnya. Seiring dengan bertambah usia, serat-serat lamelar subepitel
terus diproduksinya sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang
elastik (Riordan dan Whitcher, 2009).

2.1.5. Vitreus Humor
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang

membentuk dua per tiga volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang
dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus optikus. Vitreus mengandung air sekitar
99%. Sisa 1%-nya meliputi dua komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang
memberi bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreous karena kemampuannya
mengikat banyak air (Riordan dan Whitcher, 2009).

Tabel 2.1. Indeksi Bias Kornea dan Bagian Optis Mata Lainnya
Bagian Mata

Indeks Bias

Kornea

1,34

Aqueous Humour

1,33

Penutup Lensa


1,38

Bagian Tengah Lensa

1,41

Vitreous Humour

1,34

Sumber: Fisika Tubuh Manusia. Edisi kedua. 2006.

7

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1. Anatomi Mata
Sumber : National Eye Institute. 2013


2.2.

Fisiologi Refraksi

2.2.1. Prinsip Refraksi
Hasil pembiasaan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, vitreus humor , aqueus humor, lensa, dan panjangnya bola
mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan
panjangnya bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah
melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang
normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda
tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat.
Mata emetropia akan mempunyai penglihatan normal atau 6/6 atau 100%.
Bila media penglihatan, seperti kornea, lensa dan badan kaca keruh maka sinar
tidak dapat diteruskan ke makula lutea. Pada keadaan media penglihatan keruh
maka penglihatan tidak akan normal. Keseimbangan dalam pembiasaan sebagian
besar ditentukan oleh dataran depan, kelengkungan kornea, dan panjangnya bola
mata. Kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata
lainnya. Lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saat
8


Universitas Sumatera Utara

melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Bila terdapat kelainan
pembiasaan sinar oleh kornea (mendatar atau mencekung) atau adanya perubahan
panjang (lebih panjang atau lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak
dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat
berupa miopia, hipermetropia, atau astigmat (Ilyas, 2010).

2.2.2. Akomodasi
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi
akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasaan lensa bertambah
kuat. Kekuatan akomodasi akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat
benda makin kuat mata harus berakomodasi (mencembung). Kekuatan akomodasi
diatur oleh refleks akomodasi.
Dikenal beberapa teori akomodasi seperti :
1. Teori Akomodasi Hemholtz : Dimana Zonula Zinn kendor akibat
kontraksi otor siliar sirkuler, mengakibatkan lensa yang elastis menjadi
cembung dan diater menjadi kecil.
2. Teori akomodasi Thsemig : Dasarnya adalah bahwa nukleus lensa tidak

dapat berubah bentuk, tetapi yang dapat berubah bentuk adalah bagian
lensa superfisial atau korteks lensa. Pada waktu akomodasi terjadi
tegangan pada zonula zinn sehingga nukleus lensa terjepit dan bagian
superfisial di depan nukleus akan mencembung (Ilyas, 2010)
Pada keadaan istirahat, lensa dipertahankan berada dalam keadaan tegang
oleh ligamentum lensa. Karena bahan lensa bersifat lentur dan kapsul lensa
memiliki elastisitas yang tinggi, lensa tertarik menjadi gepeng. Apabila
pandangan diarahkan ke benda yang dekat, otot siliaris akan berkontraksi. Hal ini
mengurangi jarak antara tepi badan siliaris dan melemaskan ligamentum lensa
sehingga lensa mengerut mengambil bentuk yang lebih cembung (Ganong, 2008).

9

Universitas Sumatera Utara

2.3.

Computer Vision Syndrome

2.3.1. Definisi

Computer Vision Syndrome digambarkan adalah sekelompok masalah
pada mata dan gangguan penglihatan yang disebabkan oleh penggunaan
komputer. Banyak Individu yang mengalami ketidaknyamanan dan gangguan
penglihatan ketika melihat layar komputer dalam periode yang lama. Tingkat
kenyamanan meningkat sesuai dengan lama penggunaan komputer (American
Optometric Assosiation, 2014).
Pengertian lainnya, Computer Vision Syndrome adalah masalah mata
majemuk yang berkaitan dengan pekerjaan jarak dekat yang dialami seseorang
selagi atau berhubungan dengan penggunaan komputer (Affandi, 2005).

2.3.2. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang didapati dari Computer Vision Syndrome
diantaranya adalah :
a. Mata Tegang
Mata

tegang

adalah


salah

satu

istilah

ketidaknyamanan

penglihatan. Istilah dikalangan medis disebut astenopia yang didefinisikan
sebagai keluhan subjektif penglihatan berupa penglihatan yang tidak
nyaman (Affandi, 2005).
Dorland (Edisi 31, 2010) mendefinisikan astenopia adalah
kelemahan atau mudah lelahnya organ-organ penglihatan, yang disertai
nyeri mata, nyeri kepala, penglihatan kabur dan gejala lainnya.
Menurut penelitian Kusumawaty et al. (2012)

didapati bahwa

mata tegang atau astenopia ialah gejala tersering yang dikeluhkan oleh
penderita Computer Vision Syndrome (90,6%). Penelitian ini juga

didukung oleh Singh dan Wadhawa (2006); (90%) dan Anggraini (2013);
(73,6%) dimana didapati mata tegang adalah gejala paling sering dialami.
Pada pengguna komputer, konsentrasi pada layar dengan jarak
yang dekat dapat menimbulkan spasme dari otot siliaris. Akibat terlalu
sering tegang pada otot inilah yang mengakibatkan terjadinya astenopia
10

Universitas Sumatera Utara

(Smitha, 2012). Astenopia juga dapat disebabkan oleh gangguan refraksi
(hipermetropi atau miopi), cahaya layar berlebihan, kesulitan koordinasi
mata, dan kondisi lingkungan pemakaian komputer yang tidak baik
(Affandi, 2005).
b. Sakit Kepala
Sakit kepala adalah keluhan tidak nyaman lainnya dan keluhan ini
sering menjadi sebab utama mengapa masyarakat menjalani pemeriksaan
mata. Sakit kepala oleh faktor penglihatan sering muncul di arah kepala
bagian frontal. Keluhan terjadi paling sering menjelang tengah dan atau
akhir hari dan jarang muncul ketika bangun pagi hari dan lebih terasa pada
satu sisi kepala.
Para pengguna komputer lebih besar kemungkinannya mengalami
sakit kepala jenis otot tegang. Hal ini dapat dipicu oleh berbagai bentuk
stress, termasuk kecemasan dan depresi, dan dapat juga dipicu oleh
berbagai kondisi gangguan mata, serta kondisi tempat yang tidak layak
seperti cahaya terlalu silau ataupun kurang cahaya dan penempatan posisi
komputer atau duduk yang tidak benar (Affandi, 2005)
c. Mata Kabur
Pada keadaan normal cahaya tidak berhingga akan berfokus pada
retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan, maka dengan adanya
daya akomodasi benda dapat difokuskan pada retina atau makula lutea.
Dengan berakomodasi, maka benda pada jarak yang berbeda-beda akan
terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk
mencembung atau mencekung. Mata kabur adalah keadaan dimana cahaya
yang datang tidak terfokus di retina (Ilyas, 2010).
Faktor lingkungan salah satu penyebab mata kabur. Salah satunya
dapat disebabkan oleh layar monitor yang kotor, sudut penglihatan yang
kurang baik, ada refleksi cahaya yang menyilaukan atau monitor yang
dipakai berkualitas tidak baik (Affandi, 2005).

11

Universitas Sumatera Utara

d. Mata Kering
Mata kering menggambarkan produksi air mata yang tidak cukup
atau ketidaknormalan dari komposisi air mata. Gejala mata kering
bervariasi pada tiap-tiap orang seperti perasaan tidak enak dimata, rasa
benda asing, mata merah, rasa terbakar (Sadri, 2003).’
Air mata di produksi oleh kelenjar lakrimal, yang dibutuhkan untuk
kesehatan mata dan penglihatan yang jelas. Air mata membasahi seluruh
permukaan mata untuk menjaga kelembapan dan menyingkirkan mata dari
debu dan debris. Air mata juga membantu melindungi mata dari bakteri
dan jenis infeksi (National Eye Institute, 2013).
Penelitian telah menunjukkan bahwa kecepatan berkedip pengguna
komputer turun secara bermakna pada saat bekerja di depan komputer. Hal
ini disebabkan karena konsentrasi pada tugas atau kisaran gerak mata yang
relatif terbatas. Banyaknya penguapan (evaporarasi) air mata terkait
dengan lamanya terbuka mata. Bila memandang monitor yang lebih tinggi,
akan menyebabkan bukaan mata lebih lebar dan semakin meningkatkan
penguapan. Penguapan ini lah yang menyebabkan mata kering (Affandi,
2005).
e. Sakit pada Leher dan Bahu
Pada situasi penggunaan komputer, penglihatan pekerja sering
terhalang oleh karena itu mereka harus menyesuaikan posisi tubuh untuk
mengurangi beban pada penglihatan. Untuk mengurangi beban tersebut
maka mereka harus mendongak ke atas dan sedikit condong ke depan agar
posisi mata nyaman dan tepat melihat komputer. Condong ke depan ini lah
yang dapat membuat beban pada otot leher dan bahu sehingga
menyebabkan sakit pada leher dan bahu (Affandi, 2005).
f. Penglihatan Ganda
Diplopia adalah keadaan melihat sebuah benda ganda bila dilihat
dengan satu atau dua mata. Diplopia terjadi akibat penglihatan kedua mata
serentak pada daerah retina yang tidak sekoresponden. Rangsangan retina

12

Universitas Sumatera Utara

yang tidak sekoresponden ini terjadi oleh gangguan kedudukan kedua
sumbu bola mata yang tidak sejajar (Ilyas, 2010).
Ketika melihat sebuah objek yang jaraknya dekat, otot mata
mengkonvergensikan kedua mata ke arah hidung. Konvergensi ini
memungkinkan kedua mata untuk mempertahankan peletakan kedua
bayangan pada tempat setara di kedua retina. Bila kemampuan untuk tetap
mengunci posisi kedua mata hilang, mata akan tak searah dan tertuju pada
titik yang berbeda. Ketika kedua mata mentransmisikan bayangan tersebut
maka akan terjadi penglihatan ganda (Affandi, 2005).

2.3.3. Diagnosa
Computer Vision Syndrome dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata
yang komprehensif. Pemeriksaan yang dilakukan dengan penekanan khusus, yang
terdiri dari (American Optometric Association, 2014) :
a. Riwayat pasien untuk menentukan gejala-gejala yang dialami oleh pasien,
termasuk dengan riwayat gangguan penyakit sebelumnya, riwayat
penggunaan obat ataupun keadaan lingkungan saat bekerja yang dapat
berkontribusi terhadap gejala-gejala yang berkaitan dengan penggunaan
komputer.
b. Pengukuran ketajaman visual untuk menilai sejauh mana penglihatan yang
telah terpengaruhi.
c. Pemeriksaan refraksi untuk menentukan kekuatan lensa yang diperlukan
untuk mengkompensasi kesalahan refraksi (rabun jauh, rabun dekat atau
astigmatisma).
d. Melakukan pengujian bagaimana mata fokus, bergerak, dan bekerja sama.
Untuk melihat gambaran yang jelas, gambaran yang diperlihatkan haruslah
dalam keadaan mata yang efektif mengubah fokus, pergerakan dan kerja
sama yang serempak.

13

Universitas Sumatera Utara

2.3.4. Penanganan
Solusi untuk masalah penglihatan yang berkaitan dengan komputer
bervariasi. Namun, penanganan Computer vision Syndrome biasanya dapat diatasi
dengan memperoleh perawatan mata secara teratur dan membuat perubahan dalam
cara Anda menggunakan komputer (American Optometric Association, 2014)
a. Perawatan Mata
Dalam beberapa kasus, individu tidak memerlukan penggunaan
kacamata untuk kegiatan sehari-hari. Mereka dapat menggunakan
kacamata yang diresepkan secara khusus untuk penggunaan komputer.
Selain itu, orang-orang yang sudah memakai kacamata mendapati bahwa
resep mereka saat inipun tidak dapat memberikan visual yang optimal
pada saat menggunakan komputer.
Kacamata atau lensa kontak yang diresepkan untuk penggunaan
umum mungkin tidak memadai untuk penggunaan komputer. Peresepan
lensa untuk memenuhi kemampuan visual yang khusus dari penggunaan
komputer mungkin diperlukan. Desain lensa khusus dengan kekuatan
lensa atau tints lensa atau pelapis yang dapat membantu untuk
memaksimalkan kemampuan visual dan kenyamanan.
Beberapa pengguna komputer yang mengalami masalah dengan
memfokuskan mata atau koordinasi mata yang tidak memadai dapat
dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak. Sebuah program terapi
penglihatan mungkin diperlukan untuk mengobati masalah-masalah
tertentu. Terapi penglihatan, juga disebut pelatihan visual, adalah program
terstruktur kegiatan visual yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kemampuan penglihatan. Terapi ini melatih mata dan otak untuk bekerja
bersama lebih efektif. Pelatihan mata ini membantu mengobati kekurangan
dalam gerakan mata, kefokusan mata, kerja sama mata, dan memperkuat
koneksi mata dan otak. Pelatihan ini dapat dilakukan di kantor juga di
rumah atau dimana dan kapan saja.

14

Universitas Sumatera Utara

b. Melihat Komputer
Beberapa faktor penting dalam mencegah atau mengurangi gejala
Computer Vision Syndrome harus dilakukan dengan komputer dan
bagaimana cara penggunaannya. Ini termasuk kondisi pencahayaan,
kenyamanan kursi, lokasi bahan referensi, posisi monitor, dan penggunaan
sisa istirahat. Adapun cara untuk mencegah atau mengurangi gejala
Computer Vision Syndrome adalah :
1. Lokasi layar komputer. Kebanyakan orang merasa lebih
nyaman untuk melihat komputer ketika mata mencari ke
bawah. Secara optimal, layar komputer harus 15 sampai 20
derajat di bawah tingkat mata (sekitar 4 atau 5 inci) yang
diukur dari pusat layar dan 20 sampai 28 inci dari mata.
2. Bahan referensi. Bahan-bahan ini harus terletak di atas
keyboard dan di bawah monitor. Jika hal ini tidak mungkin,
pemegang dokumen dapat digunakan di samping monitor.
Tujuannya adalah untuk memberi kenyamanan saat melihat
dokumen sehingga Anda tidak perlu memindahkan kepala
Anda untuk melihat dari dokumen ke layar.
3. Pencahayaan. Posisikan layar komputer untuk menghindari
silau, terutama dari overhead pencahayaan atau jendela.
Gunakan tirai atau gorden pada jendela dan mengganti lampu
di meja lampu dengan lampu watt rendah.
4. Layar Anti-silau. Jika tidak ada cara untuk meminimalkan silau
dari sumber cahaya, pertimbangkan untuk menggunakan
penyaring silau layar. Filter ini mengurangi jumlah cahaya
yang dipantulkan dari layar.
5. Posisi tempat duduk. Kursi harus nyaman empuk dan sesuai
dengan tubuh. Tinggi kursi harus disesuaikan sehingga kaki
Anda beristirahat datar di lantai. Jika kursi Anda memiliki
lengan, mereka harus disesuaikan untuk memberikan dukungan

15

Universitas Sumatera Utara

lengan saat Anda mengetik. Pergelangan tangan Anda tidak
harus beristirahat pada keyboard saat mengetik.
6. Istirahat. Untuk mencegah kelelahan mata, cobalah untuk
mengistirahatkan mata Anda ketika menggunakan komputer
untuk waktu yang lama. Istirahatkan mata Anda selama 15
menit setelah dua jam penggunaan komputer terus menerus.
Juga, untuk setiap 20 menit melihat komputer, lihatlah
pandangan yang jauh selama 20 detik untuk memberi
kesempatan mata Anda untuk kembali fokus.
7. Berkedip.

Untuk

meminimalkan

mata

kering

ketika

menggunakan komputer, upayakan untuk berkedip sering.
Berkedip secara rutin pada saat penggunaan komputer dapat
membuat mata Anda lembab.
8. Pemeriksaan mata secara teratur dan kebiasaan menonton yang
tepat dapat membantu untuk mencegah atau mengurangi
perkembangan gejala yang berhubungan dengan Computer
Vision Syndrome.

Gambar 2.2. Posisi Penggunaan Komputer yang baik dan benar
Sumber : American Optometric Association. 2014

16

Universitas Sumatera Utara

2.4.

Pengetahuan

2.4.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoadmodjo, 2012).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), pengetahuan adalah
segala sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dgn
hal.
Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari
tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses
pendidikan maupun melalui pengalaman. Pengetahuan diawali dari rasa ingin tahu
yang ada dalam diri manusia. Pengetahuan selama ini diperoleh dari proses
bertanya dan selalu di tujukan untuk menemukan kebenaran (Sholikhati, 2012).

2.4.2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2012), pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, Oleh sebab itu, tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

17

Universitas Sumatera Utara

Contoh dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein
pada anak balita.

b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya
dapat menjelaskan mengapa harus makan-makanan yang bergizi.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitunganperhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan

(membuat

bagan),

membedakan,

memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan yang
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya,
18

Universitas Sumatera Utara

dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpeniliaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan

kriteria-kriteria

yang

telah

ada.

Misalnya,

dapat

membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang
kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat
menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB dan
sebagainya.

2.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Menurut

Mubarak

et

al.

(2007)

ada

tujuh

faktor-faktor

yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat
dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula
mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat
pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung.
c. Umur

19

Universitas Sumatera Utara

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan
pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis
besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan
proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi
akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf
berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
d. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu
hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang
dalam

berinteraksi

dengan

lingkungannya.

Ada

kecenderungan

pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan,
namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka
secara psikologis akn timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga
menimbulkan sikap positif.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga
kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya
mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan
g. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.5.

Tindakan atau Praktik

2.5.1. Definisi Tindakan
Tindakan adalah proses pelaksanaan atau praktikan apa yang diketahui
atau disikapinya (dinilai baik). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
20

Universitas Sumatera Utara

antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor
dukungan (support) dari pihak yang lain (Notoadmodjo, 2012).

2.5.2. Tingkatan Tindakan
Menurut Notoadmodjo (2012) terdapat beberapa tingkatan Tindakan,
yaitu:
a. Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama.
Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara
mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup
pancinya, dan sebagainya.
b. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia
sudah mencapai tingkat praktik kedua. Misalnya, seorang ibu yang sudah
mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu
perintah atau ajakan orang lain.
c. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan
memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang
murah dan sederhana.

2.5.3. Indikator Tindakan
Menurut Notoadmodjo (2012), terdapat indikator-indikator tindakan,
yaitu:
21

Universitas Sumatera Utara

a. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit
Tindakan atau perilaku ini mencakup pencegahan penyakit
(mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan bak mandi seminggu
sekali, menggunakan masker pada waktu kerja di tempat yang berdebu,
dan sebagainya) dan penyembuhan penyakit (minum obat sesuai petunjuk
dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang tepat, dan sebagainya).

b. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain : mengkonsumsi
makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak
merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, dan sebagainya.
c. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan
Perilaku ini antara lain mencakup : membuang air besar di toilet,
membuang sampah pada tempatnya, menggunakan air bersih untuk mandi
dan sebagainya.
Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2012)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku
baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, dingkat AIETA,
yang artinya:
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation (menimabang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

22

Universitas Sumatera Utara