Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara Tahun Ajaran 2013/2014

(1)

LAMPIRAN 1

CURRICULUM VITAE

Nama : Choky Alexander Tryantho Lumban Gaol Jenis Kelamin : Laki – laki

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 14 Februari 1995 Warga Negara : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Sei Brantas No. 73 Medan

No. Telp : 085296471495

Email : alexanderchoky@gmail.com Riwayat Pendidikan :

1. TK St.Thomas 2 Medan 1999 - 2000 2. SD St.Thomas 6 Medan 2000 - 2006 3. SMP St.Thomas 1 Medan 2006 - 2007 4. SMP Negeri 1 Pekanbaru 2007 - 2008 5. SMA Negeri 8 Pekanbaru 2008 - 2011 6.Fakultas Kedokteran USU 2011 - Sekarang


(2)

(3)

(4)

LAMPIRAN 4

LEMBAR PENJELASAN

Salam sejahtera,

Saya, Choky Alexander Tryantho Lumban Gaol, mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sedang mengerjakan penelitian sebagai kompetensi akhir di pembelajaran saya. Penelitian yang saya angkat berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara 2013/2014 Mengenai Computer Vision Syndrome”. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara 2013/2014 mengenai Computer Vision Syndrome.

Sehubungan dengan penjelasan ini saya mengharapkan keikutsertaan dan kerjasama dari teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara untuk memberikan waktu dan kesediannya dalam pelaksanaan penelitian ini. Teman-teman mahasiswa diharapkan bersedia mengisi kuesioner yang saya sertakan dan meluangkan waktu beberapa menit untuk menjawab pertanyaan pada kuesioner terlampir dengan sebenar-benarnya.

Partisipasi teman-teman mahasiswa bersifat bebas tanpa paksaan. Teman-teman mahasiswa berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa tuntutan atau apapun. Jika dalam menjawab pertanyaan pada kuesioner, teman-teman mendapati keluhan dalam menjawabnya maka dapat ditanyakan secara langsung.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi teman-teman, saya ucapkan terima kasih.


(5)

LAMPIRAN 5

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

NAMA :

UMUR :

STAMBUK :

KELAS :

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian,

Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara Tahun Ajaran 2013/2014 Mengenai Computer Vision Syndrome.

Nama Peneliti : Choky Alexander Tryantho Lumban Gaol

Instansi Penelitian : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Dengan ini menyatakan setuju dan bersedia untuk menjadi subjek penelitian dengan sukarela dan tanpa paksaan.

Medan, 2014


(6)

LAMPIRAN 6

KUESIONER

Skala Pengetahuan

1. Apakah yang dimaksud dengan Computer Vision Syndrome? a. Penyakit para pekerja akibat penggunaan komputer b. Gangguan perilaku akibat penggunaan komputer c. Kerusakan genetik akibat penggunaan komputer

d. Kumpulan gejala gangguan penglihatan akibat penggunaan komputer

2. Apa saja gejala-gejala pada Computer Vision Syndrome? a. Lordosis, astenopia, diplopia, sakit kepala

b. Kifosis, astenopia, diplopia, keratitis c. Astenopia, diplopia, dry eye, sakit kepala d. Kifosis, astenopia, dry eye, keratitis

3. Setiap menggunakan komputer harus diselingi dengan istirahat setiap? a. Setiap 1 jam menggunakan komputer, istirahat 15 menit b. Setiap 2 jam menggunakan komputer, istirahat 15 menit c. Setiap ½ jam menggunakan komputer, istirahat 15 menit d. Setiap 1 ½ jam menggunakan komputer, istirahat 20 menit 4. Untuk menjaga kefokusan mata, maka harus melihat jauh setiap?

a. Setiap melihat komputer 20 menit, lihatlah pandangan jauh 20 detik

b. Setiap melihat komputer 10 menit, lihatlah pandangan jauh 20 detik

c. Setiap melihat komputer 20 menit, lihatlah pandangan jauh 15 detik

d. Setiap melihat komputer 10 menit, lihatlah pandangan jauh 15 detik


(7)

a. 50 – 60 cm b. 50 – 70 cm c. 40 – 60 cm d. 40 – 70 cm

6. Berapakah tingkat sudut kepala yang baik antara kepala dengan monitor? a. 10 – 20 derajat

b. 15 – 30 derajat c. 10 – 30 derajat d. 15 – 20 derajat

7. Pencahayaan yang baik dikamar saat menggunakan komputer adalah? a. Matikan lampu, karena sudah ada cahaya dari laptop

b. Berada tepat diatas lampu c. Menggunakan lampu kerja d. Membelakangi sumber cahaya

8. Posisi kerja yang benar saat menggunakan komputer adalah? a. Condong ke depan

b. Tegak lurus c. Sedikit condong d. Tiduran

9. Posisi materi yang akan dikerjakan yang benar saat menggunakan komputer adalah?

a. Di meja samping komputer b. Di pangku

c. Di atas monitor

d. Di bawah monitor, diatas keyboard

10. Apakah fungsi mengedip saat menggunakan komputer? a. Menjaga penguapan

b. Membersihkan mata dari kotoran agar penglihatan jernih c. Menjaga agar mata tidak tegang


(8)

Skala Tindakan

No. Pertanyaan S K J TP

1. Saya mengistirahatkan mata beberapa menit setiap menggunakan komputer

2. Saya melihat jauh beberapa detik setiap beberapa menit saat menggunakan komputer

3. Saya mengatur posisi tempat duduk senyaman mungkin saat menggunakan komputer

4. Saya berusaha mengedipkan mata saat menggunakan komputer

5. Saya meletakkan materi yang akan diketikkan ditempat yang benar saat menggunakan komputer

6. Saya berusaha mencari pencahayaan yang baik saat menggunakan komputer

7. Saya mengatur jarak antara mata dengan layar saat menggunakan komputer

8. Saya menggunakan layar anti silau pada layar komputer 9. Saya rutin melakukan pemeriksaan mata

10. Saya mencari tahu informasi mengenai penggunaan komputer yang baik dan benar

Keterangan: S = Selalu

K = Kadang-kadang J = Jarang


(9)

LAMPIRAN 7

ID JK Usia Angkatan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 TP TT

1 L 19 2013 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 3 4 4 4 4 4 1 1 4 Buruk Baik

2 P 18 2013 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 Buruk Baik

3 P 19 2013 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2 3 3 3 2 3 1 1 3 Sedang Buruk

4 L 19 2013 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 2 4 4 3 3 3 3 2 3 Buruk Baik

5 P 18 2013 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 2 2 3 2 3 3 1 1 2 Buruk Buruk

6 P 18 2013 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 Sedang Baik

7 L 18 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 2 4 3 4 3 2 2 2 2 Buruk Buruk

8 L 18 2013 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 3 3 4 2 2 4 2 1 2 2 Sedang Buruk

9 P 18 2013 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 3 2 4 3 2 2 2 3 1 Buruk Buruk

10 L 18 2013 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 3 2 4 4 3 4 4 1 1 3 Buruk Buruk

11 P 18 2013 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 4 3 4 2 3 4 2 2 1 2 Sedang Buruk

12 L 18 2013 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 3 4 4 4 4 3 4 4 2 3 Sedang Baik

13 L 18 2013 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 2 4 3 3 3 3 1 1 2 Buruk Buruk

14 L 18 2013 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 3 2 3 4 4 3 4 2 1 3 Buruk Buruk

15 L 18 2013 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 Baik Baik

16 L 18 2013 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 4 3 4 4 4 4 3 2 2 3 Sedang Baik

17 P 19 2013 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 4 2 4 4 2 2 3 1 1 4 Baik Buruk

18 L 19 2013 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 3 2 4 3 2 3 1 1 1 Buruk Buruk

19 P 19 2013 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 3 4 2 1 3 2 3 2 1 3 Baik Buruk

20 P 19 2013 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 4 2 4 4 2 2 3 1 1 4 Baik Buruk

21 P 19 2013 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 4 2 4 4 2 2 3 1 1 4 Baik Buruk

22 L 19 2013 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 3 4 4 4 4 4 4 3 1 Buruk Baik


(10)

24 P 19 2013 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 3 4 4 4 4 4 4 3 1 Buruk Baik

25 P 19 2013 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 3 4 2 4 3 1 2 1 Buruk Buruk

26 P 20 2012 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 4 3 3 4 3 4 3 1 2 2 Buruk Buruk

27 P 20 2012 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Buruk Baik

28 P 20 2012 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 4 3 4 3 4 4 4 4 1 3 Buruk Baik

29 L 20 2012 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 2 3 4 2 4 4 3 1 1 1 Buruk Buruk

30 L 20 2012 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 3 3 4 4 2 2 3 1 1 1 Sedang Buruk

31 L 20 2012 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 4 3 3 4 2 1 1 1 Buruk Buruk

32 L 20 2012 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 3 4 2 4 3 4 4 4 3 1 Buruk Baik

33 L 19 2013 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 3 4 4 3 3 4 4 1 1 Buruk Baik

34 L 19 2013 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 3 4 4 4 3 4 3 3 2 Buruk Baik

35 P 19 2013 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 4 3 4 4 4 3 4 1 1 4 Buruk Baik

36 P 20 2012 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3 3 4 3 2 3 4 1 1 1 Buruk Buruk

37 P 19 2012 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 3 4 3 2 3 4 1 1 1 Buruk Buruk

38 P 18 2013 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 2 2 4 3 3 3 1 2 2 Buruk Buruk

39 P 19 2013 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 Buruk Baik

40 P 18 2013 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 4 4 4 4 3 3 3 4 1 3 Buruk Baik

41 L 18 2013 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 2 2 3 4 4 4 4 4 4 Buruk Baik

42 P 19 2012 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 4 1 3 3 3 1 2 2 1 1 Sedang Buruk

43 P 19 2012 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 4 3 4 4 4 2 3 1 1 3 Baik Buruk

44 P 19 2013 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 4 2 4 4 2 3 3 1 2 3 Sedang Buruk

45 L 18 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 4 3 4 4 3 3 4 2 1 4 Buruk Baik

46 L 20 2012 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3 3 4 4 4 3 4 3 3 2 Buruk Baik


(11)

49 P 19 2013 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Sedang Baik

50 P 19 2013 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 3 2 4 3 2 1 1 1 Buruk Buruk

51 P 19 2013 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 3 3 4 4 3 3 3 2 2 3 Sedang Baik

52 P 18 2013 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 4 4 4 3 3 3 3 1 1 Buruk Buruk

53 L 21 2011 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 4 4 4 4 4 4 4 1 1 4 Sedang Baik

54 P 20 2011 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 Sedang Baik

55 P 19 2013 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 Sedang Baik

56 P 19 2013 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 Sedang Baik

57 P 20 2012 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 4 3 4 4 2 4 1 1 1 1 Buruk Buruk

58 P 18 2013 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 4 4 4 4 4 4 4 1 1 2 Buruk Baik

59 P 18 2013 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Buruk Baik

60 P 18 2013 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 3 4 4 4 3 3 2 2 1 Buruk Baik

61 L 18 2013 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 2 2 4 1 4 4 3 1 1 4 Sedang Buruk

62 P 18 2013 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2 2 4 4 3 4 3 3 1 3 Buruk Buruk

63 L 18 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 Buruk Baik

64 L 19 2013 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 4 3 4 4 3 4 3 2 2 3 Sedang Baik

65 P 18 2013 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 3 4 3 3 2 4 4 2 2 Sedang Baik

66 L 19 2012 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 3 3 4 3 3 4 4 4 1 3 Buruk Baik

67 P 18 2013 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 3 4 4 4 4 1 2 2 2 Buruk Baik

68 P 18 2013 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 4 3 2 4 2 3 1 3 Buruk Buruk

69 P 19 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 4 4 3 3 4 1 1 2 Buruk Buruk

70 P 20 2012 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 Buruk Baik

71 P 20 2012 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 4 4 4 3 3 4 4 3 1 1 Sedang Baik

72 L 20 2011 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 3 3 4 4 3 3 2 1 1 Buruk Buruk


(12)

74 P 22 2011 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3 4 4 4 3 3 4 4 1 1 Buruk Baik

75 L 21 2011 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 3 3 3 4 4 3 3 2 1 1 Buruk Buruk

76 L 21 2011 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 4 4 4 4 3 3 3 2 1 1 Buruk Buruk

77 L 20 2011 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 4 4 4 1 3 3 3 1 1 1 Buruk Buruk

78 P 19 2013 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 3 3 3 3 4 4 3 4 1 1 Sedang Buruk

79 L 22 2011 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 4 3 3 3 4 3 4 3 1 1 Buruk Buruk

80 L 22 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 3 4 3 3 3 3 1 1 Buruk Buruk

81 L 19 2013 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 3 4 3 3 3 4 4 2 1 1 Sedang Buruk

82 P 20 2012 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 3 4 4 4 3 3 4 1 1 2 Sedang Buruk

83 L 20 2012 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 3 3 3 4 4 1 2 1 1 Buruk Buruk

84 L 22 2011 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 4 4 4 3 3 3 1 2 1 1 Buruk Buruk

85 L 19 2013 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4 4 4 4 3 3 3 2 1 1 Buruk Buruk

86 L 22 2011 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 3 3 4 4 4 4 1 1 1 Buruk Buruk

87 L 20 2012 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 4 4 3 3 4 4 4 4 1 1 Sedang Baik

88 L 22 2011 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 2 3 4 3 2 1 4 1 1 Buruk Buruk

89 L 20 2012 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 4 4 3 3 4 2 4 4 2 1 Buruk Baik

90 L 21 2011 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 3 3 3 3 4 4 4 2 1 1 Buruk Buruk

91 L 20 2011 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 4 4 4 4 3 3 3 4 1 1 Buruk Baik

92 L 21 2011 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 4 4 4 3 3 3 3 3 1 1 Sedang Buruk

93 L 22 2011 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 4 4 4 4 4 4 3 2 1 1 Sedang Baik

94 L 19 2013 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 3 3 3 1 4 3 3 3 1 1 Buruk Buruk

95 P 22 2011 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 4 4 3 4 4 3 3 3 1 1 Sedang Baik

96 L 21 2011 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 4 4 4 4 4 3 3 2 1 1 Buruk Baik


(13)

99 P 22 2012 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 3 2 1 2 3 3 3 2 1 1 Baik Buruk

100 P 22 2011 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2 1 2 3 3 3 2 1 1 Buruk Buruk

101 P 21 2012 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 4 3 4 3 4 4 4 4 2 3 Buruk Baik

102 P 21 2011 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 Buruk Baik

103 P 21 2012 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 Buruk Baik

104 L 21 2011 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 4 4 4 4 4 4 3 3 1 1 Baik Baik

105 L 20 2013 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 Buruk Baik

106 L 22 2011 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 4 4 4 4 3 3 3 2 1 2 Sedang Baik

107 P 21 2012 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 3 2 1 2 3 3 3 2 1 1 Baik Buruk

108 P 21 2012 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 4 2 3 4 4 2 3 1 1 3 Buruk Buruk

109 P 20 2012 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 3 3 4 4 3 3 4 1 2 3 Sedang Baik

110 P 21 2011 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 4 4 4 4 3 3 3 4 1 4 Sedang Baik

111 L 21 2011 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 4 4 4 4 3 3 3 4 1 4 Sedang Baik

112 L 20 2012 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 Sedang Baik

113 L 22 2011 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 3 3 4 4 3 3 4 2 2 3 Buruk Baik

114 P 20 2012 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 4 3 4 4 3 1 3 1 1 2 Buruk Buruk

115 L 20 2013 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 3 1 4 4 3 3 4 2 1 3 Buruk Buruk

116 P 20 2012 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 Buruk Baik

117 L 21 2012 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 4 4 4 4 4 4 4 2 1 1 Sedang Baik

118 L 21 2011 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 2 3 4 4 4 4 3 3 1 2 Buruk Baik

119 P 20 2013 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 Sedang Baik

120 L 21 2012 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 3 3 4 4 3 4 3 2 2 3 Buruk Baik

121 P 19 2013 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 3 2 2 4 3 3 4 3 1 1 Buruk Buruk

122 L 19 2013 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Buruk Baik


(14)

124 L 20 2012 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 Buruk Baik

125 P 21 2011 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 3 3 4 4 4 3 2 2 1 3 Buruk Buruk

126 P 18 2013 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 Baik Baik

127 L 19 2013 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 3 3 4 4 3 4 4 1 2 1 Sedang Buruk

128 P 19 2013 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4 4 3 4 3 3 3 3 2 2 Buruk Baik

129 P 18 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 3 4 4 2 3 4 1 1 4 Buruk Baik

130 L 20 2012 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3 2 3 4 3 3 3 1 1 4 Buruk Buruk

131 P 19 2012 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 3 3 4 1 3 4 1 1 3 1 Buruk Buruk

132 P 19 2012 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 4 4 2 4 3 1 1 1 Buruk Buruk

133 P 19 2013 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 4 2 4 4 2 1 2 2 1 1 Buruk Buruk

134 P 19 2012 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 Sedang Buruk

135 L 19 2012 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 4 4 4 4 4 4 4 3 2 1 Buruk Baik

136 P 19 2012 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 4 3 4 3 4 4 3 3 2 1 Buruk Baik

137 L 18 2013 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4 3 4 4 4 2 3 2 3 4 Buruk Baik

138 P 21 2011 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 Buruk Baik

139 P 18 2013 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 3 1 4 4 4 4 4 1 1 3 Sedang Buruk

140 P 19 2013 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 3 3 4 4 3 3 4 1 1 3 Sedang Buruk

141 P 18 2013 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 3 4 4 4 2 4 4 1 2 3 Sedang Baik

142 P 19 2012 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 2 2 4 3 3 4 4 3 1 3 Sedang Buruk

143 L 19 2013 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 3 4 4 3 2 4 1 1 3 Buruk Buruk

144 L 21 2011 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 3 2 4 4 4 4 4 1 1 2 Buruk Buruk

145 P 19 2012 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 3 4 4 4 3 4 4 1 1 2 Buruk Baik

146 L 20 2012 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 3 2 3 3 3 4 4 1 2 2 Sedang Buruk


(15)

149 P 21 2011 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 3 2 4 3 3 4 3 2 1 2 Baik Buruk

150 L 18 2013 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 2 1 4 3 2 2 2 4 2 2 Sedang Buruk

151 L 18 2012 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 3 2 4 2 4 3 3 2 1 2 Sedang Buruk

152 L 19 2013 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 4 3 2 3 3 1 1 1 Buruk Buruk

153 P 21 2011 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 3 2 4 3 4 4 4 3 1 2 Sedang Baik

154 L 20 2012 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3 3 4 4 2 4 3 1 1 3 Buruk Buruk

155 P 21 2011 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 4 4 4 3 3 1 1 2 Buruk Buruk

156 L 19 2013 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 4 3 4 4 4 4 4 4 2 1 Sedang Baik

157 L 18 2012 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 3 2 4 3 3 4 4 2 1 2 Sedang Buruk

158 P 20 2011 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 4 4 3 4 4 3 4 1 1 1 Baik Buruk

159 P 19 2013 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 3 3 3 4 4 3 3 2 1 1 Buruk Buruk


(16)

DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT JENIS KELAMIN Jenis Kelamin Responden

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Perempuan 86 53,8 53,8 53,8 Laki-laki 74 46,3 46,3 100,0 Total 160 100,0 100,0

DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT STAMBUK Stambuk Responden

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

2011 36 22,5 22,5 22,5

2012 47 29,4 29,4 51,9

2013 77 48,1 48,1 100,0

Total 160 100,0 100,0

DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT USIA Umur Responden

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

18 37 23,1 23,1 23,1

19 51 31,9 31,9 55,0

20 35 21,9 21,9 76,9

21 24 15,0 15,0 91,9

22 13 8,1 8,1 100,0


(17)

DISTRIBUSI JAWABAN PENGETAHUAN RESPONDEN Jawaban Pengetahuan 1

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Salah 73 45,6 45,6 45,6

Benar 87 54,4 54,4 100,0

Total 160 100,0 100,0

Jawaban Pengetahuan 2 Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Salah 83 51,9 51,9 51,9

Benar 77 48,1 48,1 100,0

Total 160 100,0 100,0

Jawaban Pengetahuan 3 Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Salah 81 50,6 50,6 50,6

Benar 79 49,4 49,4 100,0

Total 160 100,0 100,0

Jawaban Pengetahuan 4 Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Salah 74 46,3 46,3 46,3

Benar 86 53,8 53,8 100,0


(18)

Jawaban Pengetahuan 5 Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Salah 78 48,8 48,8 48,8

Benar 82 51,3 51,3 100,0

Total 160 100,0 100,0

Jawaban Pengetahuan 6 Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Salah 142 88,8 88,8 88,8

Benar 18 11,3 11,3 100,0

Total 160 100,0 100,0

Jawaban Pengetahuan 7 Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Salah 133 83,1 83,1 83,1

Benar 27 16,9 16,9 100,0

Total 160 100,0 100,0

Jawaban Pengetahuan 8 Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Salah 137 85,6 85,6 85,6

Benar 23 14,4 14,4 100,0


(19)

Jawaban Pengetahuan 9 Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Salah 123 76,9 76,9 76,9

Benar 37 23,1 23,1 100,0

Total 160 100,0 100,0

Jawaban Pengetahuan 10 Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Salah 148 92,5 92,5 92,5

Benar 12 7,5 7,5 100,0

Total 160 100,0 100,0

DISTRIBUSI JAWABAN TINDAKAN RESPONDEN Jawaban Tindakan 1

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

TIdak Pernah 6 3,8 3,8 3,8

Jarang 11 6,9 6,9 10,6

Kadang-kadang

69 43,1 43,1 53,8

Selalu 74 46,3 46,3 100,0


(20)

Jawaban Tindakan 2

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

TIdak Pernah 7 4,4 4,4 4,4

Jarang 32 20,0 20,0 24,4

Kadang-kadang

72 45,0 45,0 69,4

Selalu 49 30,6 30,6 100,0

Total 160 100,0 100,0

Jawaban Tindakan 3

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

TIdak Pernah 3 1,9 1,9 1,9

Jarang 9 5,6 5,6 7,5

Kadang-kadang

29 18,1 18,1 25,6

Selalu 119 74,4 74,4 100,0

Total 160 100,0 100,0

Jawaban Tindakan 4

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

TIdak Pernah 5 3,1 3,1 3,1

Jarang 10 6,3 6,3 9,4

Kadang-kadang

36 22,5 22,5 31,9

Selalu 109 68,1 68,1 100,0


(21)

Jawaban Tindakan 5

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Jarang 21 13,1 13,1 13,1

Kadang-kadang

71 44,4 44,4 57,5

Selalu 68 42,5 42,5 100,0

Total 160 100,0 100,0

Jawaban Tindakan 6

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

TIdak Pernah 4 2,5 2,5 2,5

Jarang 20 12,5 12,5 15,0

Kadang-kadang

65 40,6 40,6 55,6

Selalu 71 44,4 44,4 100,0

Total 160 100,0 100,0

Jawaban Tindakan 7

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

TIdak Pernah 8 5,0 5,0 5,0

Jarang 15 9,4 9,4 14,4

Kadang-kadang

67 41,9 41,9 56,3

Selalu 70 43,8 43,8 100,0


(22)

Jawaban Tindakan 8

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

TIdak Pernah 53 33,1 33,1 33,1

Jarang 42 26,3 26,3 59,4

Kadang-kadang

36 22,5 22,5 81,9

Selalu 29 18,1 18,1 100,0

Total 160 100,0 100,0

Jawaban Tindakan 9

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

TIdak Pernah 97 60,6 60,6 60,6

Jarang 38 23,8 23,8 84,4

Kadang-kadang

18 11,3 11,3 95,6

Selalu 7 4,4 4,4 100,0

Total 160 100,0 100,0

Jawaban Tindakan 10

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

TIdak Pernah 63 39,4 39,4 39,4

Jarang 30 18,8 18,8 58,1

Kadang-kadang

42 26,3 26,3 84,4

Selalu 25 15,6 15,6 100,0


(23)

DISTRIBUSI PENGETAHUAN RESPONDEN Tingkatan Pengetahuan

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Baik 35 21,9 21,9 21,9

Buruk 46 28,8 28,8 50,6

Sedang 79 49,4 49,4 100,0 Total 160 100,0 100,0

DISTRIBUSI TINDAKAN RESPONDEN Tingkatan Tindakan

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Baik 59 36,9 36,9 36,9

Buruk 101 63,1 63,1 100,0 Total 160 100,0 100,0

Case Processing Summary

HASIL ANALISIS HUBUNGAN (CHI-SQUARE)

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Tingkatan Pengetahuan

* Tingkatan Tindakan


(24)

Tingkatan Pengetahuan * Tingkatan Tindakan Crosstabulation Tingkatan

Tindakan

Total

Baik Buruk

Tingkatan Pengetahuan

Baik

Count 9 26 35

Expected Count

12,9 22,1 35,0

Buruk

Count 16 30 46

Expected Count

17,0 29,0 46,0

Sedang

Count 34 45 79

Expected Count

29,1 49,9 79,0

Total

Count 59 101 160

Expected Count

59,0 101,0 160,0

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson

Chi-Square

3,248a 2 ,197

Likelihood Ratio 3,328 2 ,189 N of Valid Cases 160

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,91.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, E. S. 2006. Sindrom Penglihatan Komputer (Computer Vision Syndrome).

Majalah Kedokteran Indonesia. 3 Maret. Halaman 297-300. Jakarta.

American Optometric Association. 2014. Computer Vision Syndrome. http://www.aoa.org/patients-and-public/caring-for-your-vision/protecting-your-vision/computer-vision-syndrome?sso=y. (29 April 2014).

Anggraini, Y. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Keluhan Computer Vision Syndrome (CVS) Pada Komputer PT.Bank Kalbar Kantor Pusat Tahun 2012. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Badan Pusat Statistik. 2012. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki/Menguasai Komputer Menurut Klasifikasi Daerah, 2005-2012.http://www.bps.go.id/menutab.php?kat=1&tabel=1&id_subyek=40 (29 April 2014)

Bali, J., Navin, N., dan Bali N. T. 2007. Computer Vision Syndrome : A Study of The Knowledge, Attitudes and Practices in Indian Opthalmologist. Indian Journal Opthalmologist. 55:289 – 93

Britain Office for National Statistics. 2012. Internet Access – Households and Individuals.

https://www.census.gov/hhes/computer/files/2012/Computer_Use_Infographi c_FINAL.pdf (29 April 2014)

Cameron, J. R., J. G. Skofronik, dan Rodrick M. G. 1992. Physics of The Body. 2th edition. Terjemahan B.U. Pendit. 2006. Fisika Tubuh Manusia. Edisi kedua. Jakarta:EGC.

Ganong, W. F. 2008. Review of Medical Physiology. 22th Edition. Mc. Graw Hill. Terjemahan A. Novrianti. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta:EGC.

Ilyas, S. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Cetakan kedelapan. Jakarta:Balai Penerbit FKUI


(26)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014). Pengertian Pengetahuan. http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.phpy (08 Mei 2014).

Khurana, A. K. 2007. Comprehensive Opthalmology. Fourth Edition. India:New Age International (P) Ltd.

Kusumawaty, S., S. R. Syawal, dan J. Sirajuddin. 2012. Computer Vision Syndrome Pada Pegawai Pengguna Komputer di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) TBK Makassar. Thesis. Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar.

Logaraj, M., V. M. Priya, N. Seetharaman, dan S. K. Hedge. 2013. Practice of Ergonomic Principles and Computer Vision Syndrome (CVS) Among Undergraduates Students In Chennai. National Journal of Medical Research 3(2):111-116.

Mubarak, W. I., N. Chayatin, K. Rozikin, dan Supradi. 2007. Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Jakarta:Graha Ilmu.

Mujaddidi, H. R. A. 2012. Analisis Faktor - Faktor Terhadap Kejadian Computer Vision Syndrome (CVS) Pada Pekerja Layout Editor di CV. “X” Temabalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.1(2): 731-737.

National Eye Institute. 2013. Dry Eye. Februari. National Institutes of Health. Notoadmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta:Rineka Cipta.

Rahman, Z. A. dan S. Sanip. 2011. Computer User : Demographic and Computer Related Factors that Predispose User to Get Computer Vision Syndrome. International Journal of Business, Humanities dan Technology.1(2):84-91. Reddy, S. C., C. K. Low, Y. P. Lim, L. L. Low, F. Mardina, dan M. P. Nursaleha.

2013. Computer Vision Syndrome : A Study of Knowledge and Practices In University Students. Journal Nepal Opthalmology. 5(10): 161-168.

Riordan, P. dan J. P. Whitcher. 2009 . Vaughan & Ausbury’s General Opthalmology. 17th Edition. Mc. Graw Hill. Terjemahan D. Susanto. 2009. Vaughan & Ausbury Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta:EGC.


(27)

Sadri, I. 2003. Uji Schirmer I Sebelum dan Sesudah 2 Jam Menggunakan Komputer. Thesis. Program Pasca Sarjana Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sholikhati, A., A. D. Yudisthira, dan H.S. Rahardjo. 2012. Jenis – Jenis Pengetahuan. Makalah. Program Pasca Sarjana Teknik Kimia Universitas Dipenogoro. Semarang.

Singh, S. dan J. Wadhwa. 2006. Impact of Computer Workstation Design on Health of the Users. Journal Human Ecol. 20(3):165-170.

Smitha, V. K. 2012. Asthenopia. Kepala Journal of Opthalmology.24(1): 40-43. Stella, C., Akhahowa A. E., dan O. B. Ajayi. 2007. Evaluation of Vision related

probelems among computer users. Proc of World Cong on Engeneering. London

United States Census Bureau. 2014. Households With a Computer and Internet Use: 1984-2012.

Van de Pol, C. 2013. Basic Anatomy and Physiology of The Human Visual System. Journal of United State Army Aeromedical Research Laboratory: 237-247.

Wahyuni, A. S. 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta:Bamboedoea Communication.

Wimalasundera, S. 2006. Computer Vision Syndrome. Gale Medical Journal 11(1):25-29.


(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Definisi Operasional 1. Tingkat Pengetahuan

a. Definisi Operasional : Tingkat pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara tahun ajaran 2013/2014 mengenai Computer Vision Syndrome meliputi pengertian, gejala yang timbul, penanangannya.

b. Cara Ukur : Angket

c. Alat Ukur : Kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan berganda dimana jika :

i. Jawaban benar diberi nilai 1 ii. Jawaban salah diberi nilai 0 d. Hasil Ukur :

i. Baik : Bila responden mampu menjawab

dengan benar 6-10 dari seluruh pertanyaan. ii. Cukup : Bila responden mampu menjawab

dengan benar 4-6 dari seluruh pertanyaan. iii. Buruk : Bila responden mampu menjawab

dengan benar <4 dari seluruh pertanyaan. Tindakan pencegahan mengenaiComputer Vision

Syndrome Tingkat pengetahuan

mengenai Computer Vision Syndrome


(29)

2. Tindakan Pencegahan

a. Definisi Operasional : Tindakan adalah segala sesuatu yang dilakukan mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara tahun ajaran 2013/2014 untuk menangani Computer Vision Syndrome.

b. Cara Ukur : Angket

c. Alat Ukur : Kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban dimana jika :

i. Jawaban Selalu (S) diberi poin 4

ii. Jawaban Kadang-kadang (K) diberi poin 3 iii. Jawaban Jarang (J) diberi poin 2

iv. Jawaban Tidak Pernah (TP) diberi poin 1 d. Hasil Ukur

i. Tindakan baik (Total Nilai >=30) ii. Tindakan buruk (Total Nilai <30) e. Skala Pengukuran : Nominal

3.3 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotess alternatif (Ha), dimana terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan Computer Vision Syndrome pada mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara tahun ajaran 2013/2014.


(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross-sectional study untuk mencari hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan Computer Vision Syndrome pada mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara Tahun Ajaran 2013/2014.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari April 2014 sampai dengan Desember 2014. Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan mulai September 2014 sampai dengan Oktober 2014.

4.2.3 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan. Adapun pertimbangan peneliti dikarenakan belum pernah ada penelitian mengenai hal ini sebelumnya dan Mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer setiap harinya menggunakan komputer untuk menunjang aktivitasnya.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara Tahun Ajaran 2013/2014 dalam pengertian ialah angkatan 2011 (120 orang), 2012 (132 orang) dan 2013 (144 orang). Sehingga, total populasi penelitian ini yaitu seluruh angkatan ialah 396 orang.


(31)

4.3.2. Sampel

Penghitungan sampel pada penelitian ini menggunakan rumus menurut Wahyuni (2007) sebagai berikut :

n = N.(z1-a/2)2 . p(1-p) (N-1)d2 + (Z1-a/2)2 . p(1-p) Keterangan

n = Besar Sampel Minimum

N = Jumlah Populasi

(z1-a/2)2 = Nilai distribusi normal baku (tabel z) pada α tertentu (1,96) P = Harga proporsi daftar pustaka (0,8)

d = Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (5%=0.05) n = (396).(1,96)2.(0,8).(0,2) = 151,9222

(396-1).(0,05)2 + (1,96)2.(0,8).(0,2)

Maka besar sampel minimum yang diperlukan dalam penelitian ini dengan pembulatan adalah sekitar 160 orang yang diambil dengan cara consecutive sampling.

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi A. Kriteria Inklusi

a. Mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara Tahun Ajaran 2013/2014

b. Menggunakan Komputer kurang lebih 2 jam setiap harinya. c. Bersedia menjadi responden.

d. Sedang tidak berada dalam keadaan sakit yang berhubungan dengan mata seperti keratitis, ambliopia, dll.

B. Kriteria Ekslusi


(32)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan angket dengan cara ukur menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan terdiri atas 20 pertanyaan yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan tindakan pencegahan mengenai Computer Vision Syndrome..

4.4.1. Data Primer

Data primer dari penelitian ini berasal dari sampel peneltian. Data ini diambil dari hasil jawaban pertanyaan pada kuesioner yang telah dibagikan oleh peneliti.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder dari penelitian ini berasal dari informasi yang didapatkan dari universitas melalui website resmi universitas mengenai jumlah mahasiswa angkatan 2011, 2012, dan 2013 di Program Studi Ilmu Komputer.

4.4.3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah angket, dimana cara ukur penelitian ini menggunakan kuesioner. Adapun kuesioner ini terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabiltas sebelum digunakan sebagai alat ukur. Pada saat pembagian kuesioner juga disertakan lembar identitas responden, lembar tujuan dan informed consent sebagai bukti kesedian responden menjadi bahan penelitian.

4.4.4. Prosedur Pengambilan Data

Kuesioner yang telah divalidasi dicetak dan digabung bersama dengan lembar tujuan, lembar identitas dan informed consent sebanyak 160. Kemudian peneliti mendatangi calon responden dan menjelaskan tujuan penelitian dan meminta persetujuan. Jika calon responden mengerti dan mengikuti penelitian dan masuk dalam kriteria inklusi, maka calon responden itu harus menandatangani


(33)

pertanyaan, responden diberikan souvenir. Kemudian hasil dari 160 kuesioner di analisa secara komputerisasi.

4.5. Metode Analisis Data

Pengolahan dan analisis data penelitian ini dilakukan secara komputerisasi menggunakan program statistik yaitu Statistical Product and Service Solution (SPSS). Untuk memperoleh data dari hasil penelitian atau kuesioner ini meliputi langkah berikut (Wahyuni, 2007) :

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa kembali kelengkapan data pada setiap lembar kuesioner meliputi identitas responden dan jawaban pertanyaan. Jika ada data yang belum lengkap maka dilakukan wawancara ulang kepada responden.

2. Coding

Data yang telah diediting, kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer yaitu meliputi dengan memberikan kode yang berbeda pada tiap sampel.

3. Entry

Data-data yang telah diberikan kode, kemudian dimasukkan ke dalam program komputer

4. Cleaning data

Setelah dimasukkan seluruh data, peneliti melakukan pemeriksaan kembali terhadap data untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

Data yang telah diperiksa kembali dapat disimpan untuk kemudian dianalisis.

6. Analisis data

Analisis data yang dilakukan secara komputerisasi dengan menganalisa secara univariat dan bivariat. Analisa bivariate menggunakan uji hipotesis untuk menganalisa hubungan antar dua variabel.


(34)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Sumatera Utara, terletak di Jalan Universitas No.9A Kampus USU, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi ini memiliki 5 Program Studi yaitu, Sistem Komputer, Ilmu Komputer/Informatika, Sistem Informasi, Teknologi Informasi, Rekayasa Perangkat Lunak.

Program Studi Komputer memiliki 4 angkatan yaitu angkatan 2011, 2012, 2013, dan 2014. Setiap angkatan memiliki 3 kelas yaitu Kom A, Kom B, dan Kom C yang dibedakan berdasarkan jadwal. Setiap kelas terdiri dari beberapa kursi dan meja, proyektor, papan tulis, dan perlengkapan listrik. Selain kelas yang seluruhnya berada di lantai 1, di lantai 2 dan 3 juga terdapat laboratorium komputer untuk mendukung aktivitas mahasiswa. Selain itu juga terdapat kantin dan interner Wi-fi yang disediakan oleh fakultas untuk mahasiswa.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer/Informatika. Mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer/Informatika yang aktif tahun ajaran 2013/2014 ialah 396 orang, yang terbagi dalam 3 angkatan yaitu angkatan 2011, 2012, dan 2013. Penelitian ini mengambil sebanyak 160 mahasiswa sebagai respondennya.

A. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil 160 kuesioner yang telah dikumpulkan dan dikomputerisasi, dikelompokkan responden menurut Jenis Kelamin, dengan hasil sebagai berikut.


(35)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Laki-Laki 74 46.3

Perempuan 86 53.8

Total 160 100

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, dapat diketahui bahwa responden yang lebih banyak bersedia mengikuti penelitian ini adalah perempuan, yaitu sebanyak 86 orang (53.8 %). Sedangkan responden laki-laki hanya sebanyak 74 orang (46.3%).

B. Karakteristik Responden berdasarkan Usia

Dari hasil 160 kuesioner yang telah dikumpulkan dan dikomputerisasi, dikelompokkan responden menurut Usia, dengan hasil sebagai berikut.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia

Usia Frekuensi (Orang) Persentase (%)

18 37 23.1

19 51 31.9

20 35 21.9

21 24 15.0

22 13 8.1

Total 160 100

Berdasarkan hasil tabel 5.2 diatas, responden yang mengikuti penelitian ini, terbanyak pada usia 19 tahun yaitu sebanyak 51 orang (31.9%). Paling rendah partisipasinya pada penelitian ini berusia 22 tahun, yaitu sebanyak 13 orang (8.1%).

C. Karakteristik Responden berdasarkan Angkatan

Dari hasil 160 kuesioner yang telah dikumpulkan dan dikomputerisasi, dikelompokkan responden menurut Angkatan, dengan hasil sebagai berikut.


(36)

Angkatan Frekuensi (Orang) Persentase (%)

2011 36 22.5

2012 47 29.4

2013 77 48.1

Total 160 100

Berdasarkan hasil tabel 5.3 diatas, responden yang mengikuti penelitian ini paling banyak berasal dari angkatan 2013 yaitu sebanyak 77 orang (48.1%). Paling sedikit partisipasinya berasal dari angkatan 2011 yaitu sebanyak 36 orang (22.5%), serta Angkatan 2012 hanya berpartisipasi sebanyak 47 orang (29.4%).

5.1.3. Hasil Analisis Data

Dari hasil 160 kuesioner yang telah dikumpulkan dan dikomputerisasi, dilakukan analisa univariate untuk melihat tingkat pengetahuan dan tindakan pencegahan, kemudian dilakukan analisa bivariat untuk melihat hubungan antar dua variabel tersebut.

1. Tingkat Pengetahuan Responden

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, diberikan 10 pertanyaan, dimana jawaban dari responden didistribusikan pada tabel sebagai berikut.


(37)

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Tingkat Pengetahuan Responden

NO PERNYATAAN JAWABAN

RESPONDEN

BENAR SALAH

N % N %

1. Pengertian CVS 87 54.4 73 45.6

2. Gejala pada CVS 77 48.1 83 51.9

3. Waktu Istirahat saat menggunakan Komputer 79 49,4 81 50,6 4. Menjaga Kefokusan Mata 86 53.8 74 46.3 5. Jarak Layar Monitor dengan Mata 82 51.3 78 48.8 6. Tingkat sudut kepala 18 11.3 142 88.8 7. Pencahayaan yang digunakan 27 16.9 133 83.1

8. Posisi kerja 23 14.4 137 85.6

9. Posisi materi 37 23.1 123 76.9

10. Fungsi Mengedip 12 7.5 148 92.5

N = Frekuensi (Orang) ; % = Persentase (%)

Berdasarkan tabel 5.4 diatas, jawaban responden yang terbanyak benar adalah pertanyaan no.1 mengenai Pengertian CVS yaitu sebanyak 87 (54.4%) responden menjawab dengan benar dan 73 orang (45.6%) menjawab dengan salah. Sedangkan jawaban responden yang terbanyak salah adalah pertanyaan no.10 mengenai Fungsi Mengedip yaitu sebanyak 12 (7.5%) responden menjawab dengan benar dan 148 orang (92.5%) menjawab dengan salah.

Dari jawaban tingkat pengetahuan dikelompokkanlah menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang, dan buruk. Sesuai dengan definisi operasionalnya, yang dikategorikan pengetahuan baik, jika responden menjawab pertanyaan benar lebih dari 6 pertanyaan, sedang jika menjawab 4 hingga 6 pertanyaan, dan buruk jika kurang dari 4 pertanyaan dengan hasil sebagai berikut.


(38)

Tabel 5.5. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Baik 13 8.1

Sedang 48 30.0

Buruk 99 61.9

Total 160 100

Berdasarkan tabel 5.5 diatas, didapati bahwa tingkat pengetahuan responden terbanyak adalah kategori buruk yaitu sebanyak 99 responden (61.9%) hanya dapat menjawab kurang dari 4 pertanyaan dengan benar. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang baik jumlahnya paling sedikit hanya 13 responden (8.1%). Kemudian, responden dengan tingkat pengetahuan yang sedang sebanyak 48 orang (30.0%).

2. Tindakan Pencegahan Responden

Pertanyaan tindakan pencegahan terdiri dari 10 pertanyaan, dimana jawaban dari responden didistribusikan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Tindakan Pencegahan Responden NO PERNYATAAN JAWABAN RESPONDEN

SELALU KADANG JARANG TIDAK PERNAH

N % N % N % N %

1. Mengistirahatkan Mata

74 46.3 69 43.1 11 6.9 6 3.8

2. Memfokuskan Mata

49 30.6 72 45.0 32 20.0 7 4.4

3. Mengatur posisi kerja

119 74. 4


(39)

N = Frekuensi (Orang) ; % = Persentase (%)

Berdasarkan tabel 5.6 diatas, diperoleh data bahwa tindakan nomor 3 dalam mengatur posisi kerja merupakan tindakan yang paling banyak dilakukan responden, yaitu sebanyak 119 responden (74.4%). Sedangka tindakan nomor 9 mengenai pemeriksaan mata paling sedikit dilakukan oleh responden yaitu hanya sebanyak 7 responden (4.4%).

Dari jawaban tindakan pencegahan dikategorikan atas 2 yaitu, baik dan buruk. Sesuai dengan definisi operasional, seorang responden dikatakan memiliki tindakan pencegahan yang baik jika mendapat nilai lebih atau sama dengan 30. Sedangkan responden yang dikatakan dengan buruk memiliki nilai lebih kecil dari 30 dengan hasil sebagai berikut.

Tabel 5.7. Distribusi Tindakan Pencegahan Responden

Tindakan Pencegahan Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Baik 77 48.1

Buruk 83 51.9

Total 160 100

5. Mengatur posisi materi

68 42.5 71 44.4 21 13.1 0 0

6. Mengatur Pencahayaan

71 44.4 65 40.6 20 12.5 4 2.5

7. Mengatur posisi monitor

70 43.8 67 41.9 15 9.4 8 5.0

8. Menggunakan layar anti silau

29 18.1 36 22.5 42 26.3 53 33.1

9. Memeriksakan mata

7 4.4 18 11.3 38 23.8 97 60.6

10. Mencari tahu informasi

penggunaan yang baik dan benar

25 15.6 42 26.3 30 18.8 1


(40)

Berdasarkan tabel 5.7 diatas, didapati hasil bahwa tindakan pencegahan responden terbanyak adalah buruk yaitu sebanyak 83 orang (51.9%), dan selebihnya memiliki tindakan pencegahan yang baik yaitu sebanyak 77 orang (48.1%).

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan

Computer Vision Syndrome.

Hasil penilaian kategori tingkat pengetahuan akan ditabulasi silang dengan tindakan pencegahan responden. Kategori tingkat pengetahuan terbagi menjadi 3 yaitu, baik, sedang, dan buruk dan akan ditabulasikan dengan kategori tindakan pencegahan yang terbagi menjadi 2 kategori yaitu, baik dan buruk. Dari hasil tabulasi ini akan dilihat bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan.

Tabel 5.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Responden.

Tindakan Pencegahan Total

Baik Buruk 13

Tingkat Pengetahuan

Baik 3 10 48

Sedang 26 22 9

Buruk 48 51 160

Total 77 83 160

Dari tabel 5.8 diatas, dilakukanlah uji analisis statistik chi-square test untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan responden. Hasilnya didapati value chi-square tests adalah 3,974, df=2, dan p-value adalah 0,137 (p-p-value>0.05). Berdasarkan analisis statistik tersebut disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan mahasiswa Computer Vision Syndrome pada Program Studi


(41)

Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara tahun ajaran 2013/2014 (Ho gagal ditolak).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Tingkat Pengetahuan Responden

Hasil penelitian mendapati bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara mengenai Computer Vision Syndrome sangat buruk. Lebih dari setengah total responden (99 orang) menjawab pertanyaan benar kurang dari 4 (pengetahuan buruk). Responden yang merupakan mahasiswa yang setiap harinya menggunakan komputer sebagai alat kerja, seharusnya memiliki pengetahuan mengenai Computer Vision Syndrome.

Hasil yang berbeda didapat pada penelitian di Malaysia yang dilakukan oleh Reddy et al. (2013) pada mahasiswa yang setiap harinya menggunakan komputer. Reddy mendapati bahwa mahasiswa tersebut memiliki pengetahuan yang baik bagaimana cara mengenai Computer Vision Syndrome dikarenakan tepatnya informasi didapat mahasiswa tersebut.

Pengetahuan dipengaruhi oleb berbagai faktor, antara lain Pendidikan, Pekerjaan, Umur, Minat, Pengalaman, Kebudayaan, dan Informasi (Mubarak, 2007). Dari hasil pengamatan dan wawancara kepada responden, pengetahuan responden yang buruk diduga peneliti dipengaruhi oleh minat dan informasi. Kurangnya minat responden mengetahui dan mencari tahu informasi mengenai kesehatan kerja dan kesehatan mata khususnya mengenai Computer Vision Syndrome menyebabkan pengetahuan yang buruk. Seharusnya mahasiswa yang telah mudah mengakses informasi tersebut karena adanya internet dan Wi-Fi yang disediakan fakultas. Hal ini juga diperburuk dengan tidak adanya mata kuliah yang menjelaskan mengenai kesehatan kerja dan kesehatan mata.


(42)

5.2.2. Tindakan Pencegahan Responden

Tindakan pencegahan yang dilakukan responden masih buruk. Hanya 77 responden yang melakukan tindakan pencegahan dengan kriteria baik, selebihnya 88 responden memiliki tindakan dengan kriteria buruk. Tindakan pencegahan sangat penting dilakukan oleh responden untuk mencegah terjadinya Computer Vision Syndrome.

Dari hasil kuesioner didapati responden masih belum melakukan pencegahan yang baik, seperti mengistirahatkan mata, mengatur posisi, mengatur pencahayaan, menggunakan layar anti silau. Dalam hal pengistirahatan mata, menurut Stella et.al (2007) dan Wimalasundra (2006), penggunaan komputer yang berlebihan tanpa disertai dengan istirahat dapat menyebabkan gejala Computer Vision Syndrome. Dari hasil wawancara dan asumsi peneliti, buruknya pencegahan hal ini terjadi karena responden terlalu fokus pada pekerjaannya.

Pengaturan posisi, baik itu pengaturan tempat duduk, monitor komputer atau pun material yang dikerjakan, menurut Reddy et.al (2013) dan Logaraj (2013), sangat mempengaruhi terjadi gejala Computer Vision Syndrome. Dari hasil pengamatan peneliti terhadap keadaan di kelas responden, asumsi peneliti, buruknya pencegahan dikarenakan kondisi dari kelas tidak mendukung. Dimana kursi yang digunakan oleh responden tidak sesuai dengan prinsip ergonomik penggunaan komputer sehingga menyebabkan pengaturan posisi saat menggunakan komputer menjadi buruk.

Menurut Mujaddidi (2012) dan Rahman dan Sanip (2011). pengaturan pencahayaan dan penggunaan layar anti silau sedikit mengambil peran penting terhadap gejala Computer Vision Syndrome. Dari pengamatan dan wawancara, asumsi peneliti, kondisi kelas yang tidak mendukung, serta adanya tambahan biaya untuk membeli alat mencegah layar agar tidak silau, sehingga responden tidak melakukannya.

Selain itu dari hasil kuesioner didapati bahwa, responden tidak rutin melakukan pemeriksaan mata dan pencarian informasi. Asumsi peneliti, responden memiliki minat yang kurang dalam hal mencari tahu dan skrinning


(43)

5.3.3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan

Dari hasil tabulasi silang, didapati tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan dengan hasil p-value 0.137 (>0.05). Penelitian Reddy et al. (2013) pada mahasiswa dan Bali et al. (2007) pada dokter mata, mendapati bahwa responden pada penelitian masing-masing memiliki pengetahuan dan tindakan yang baik. Walaupun tidak dilakukan uji hubungan antara keduanya namun, dapat diambil kesimpulan menurut penelitian mereka bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan.

Tidak ada hubungan pengetahuan dengan tindakan pada responden diduga dikarenakan kurang tepat pengetahuan dalam melaksanakan tindakan pencegahan. Contohnya, banyak responden mengatur jarak layar komputer dengan mata dan responden tersebut sering melakukannya saat menggunakan komputer, namun responden tersebut tidak mengetahui jarak yang baik. Contoh lainnya, banyak responden yang mengistirahatkan matanya setelah beberapa saat menggunakan komputer, namun responden tersebut tidak mengetahui rentang waktu kapan harus istirahat dan intensitasnya


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan Computer Vision Syndrome pada mahasiwa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara Tahun Ajaran 2013/2014, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan tentang Computer Vision Syndrome pada mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara Tahun Ajaran 2013/2014 masih buruk.

2. Tindakan pencegahan tentang Computer Vision Syndrome pada mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara Tahun Ajaran 2013/2014 dikategorikan masih buruk

3. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan Computer Vision Syndrome. pada mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara Tahun Ajaran 2013/2014.

6.2. Saran

Saran yang dapat disampaikan penulis pada karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Agar seluruh mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer Universitas

Sumatera Utara mencari informasi mengenai Computer Vision Syndrome dan bagaimana mencegah terjadinya gejala dengan baik dan benar.

2. Agar pihak fakultas menyediakan mata kuliah mengenai kesehatan kerja khususnya kesehatan mata dalam hal pencegahan terhadap Computer Vision Syndrome.

3. Agar dilakukan penelitian yang lebih mendalam atau rinci, seperti faktor apa yang dominan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan tindakan pencegahan.


(45)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Organ Refraksi

Menurut Khurana (2007), struktur organ yang berperan sebagai media refraksi dari anterior hingga posterior mata ialah :

1. Air Mata 2. Kornea

3. Aqueus Humor 4. Lensa

5. Vitreus Humor

2.1.1. Air Mata

Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :

1. Sistem produksi atau glandula lakrimal yang terletak di tempero antero superior rongga orbita.

2. Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal (Ilyas, 2010).

Air mata mengalir dari lakus lakrimalis melalui pungtum lakrimalis dan kanalikuli ke sakus lakrimalis, yang terletak di dalam fossa glandula lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berlanjut ke bawah dari sakus dan bermuara ke meatus inferior rongga hidung. Air mata diarahkan ke dalam pungtum oleh isapan kapiler, gravitasi, dan kedipan palpebrae. Kombinasi kekuatan isapan kapiler dalam kanalikuli, gravitasi, dan aktivitas memompa otot Horner-perluasan muskulus orbikularis okuli ke belakang sakus lakrimalis akan meneruskan aliran air mata ke bawah melalui duktus nasolakrimalis ke dalam hidung (Riordan dan Whitcher, 2009).


(46)

2.1.2. Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang avaskular, dengan bentuk yang cembung seperti kubah. Kornea terletak di depan mata kira-kira berdiameter 11 mm (0,43 inci) dan memiliki ketebalan 500 mikrometer di sentral dan 700 mikrometer di pinggir. Kornea memiliki 5 lapisan yaitu, 90% terdiri dari kolagen yang disusun membentuk suatu lapisan terletak di tengah disebut stroma dan 10% terdiri lapisan epitelium dan lapisan Bowman di bagian depan kornea dan membran Descemet dan lapisan endotelium di bagian belakang kornea. Lapisan epitel dan lapisan Bowmen berfungsi menjaga stroma dari gangguan hidrasi. Membran Descement dibelakang juga memiliki fungsi yang sama untuk protektif, sedangkan endotelium berfungsi sebagai penyalur nutrisi (Van de Pol, 2013).

2.1.3. Aqueus Humor

Aqueus humor adalah cairan yang mengisi ruang dimata di antara kornea dan lensa. Aqueus dihasilkan oleh badan siliari, dimana akan mengalir ke ruangnya diantara lensa dan iris melalui pupil. Fungsi aqueus ada 2, yaitu menyediakan nutrisi untuk kornea dan juga sebagai media refraksi (Van de Pol, 2013).

Volumenya adalah sekitar 250 mikroliter, dan kecepatan pembentukannya memiliki variasi diurnal yaitu 2,5 mikroliter/menit. Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi dibandingkan plasma. Komposisi aqueus humor serupa dengan plasma, kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi tetapi protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah (Riordan dan Whitcher, 2009).

2.1.4. Lensa

Seperti kornea, lensa adalah struktur transparan dan avaskular. Namun tidak seperti kornea, lensa memiliki kemampuan untuk mengubah bentuk dalam hal meningkatkan atau menurunkan kekuatan refraksi ketika cahaya datang ke mata (Van de Pol, 2013).


(47)

Lensa memiliki ketebalan 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa tergantung pada zonula di belakang iris, zonula menghubungkannya dengan korpus siliari. Bagian anterior lensa ialah aqueus humor dan di sebelah posteriornya terdapat vitreus. Bagian terdapat selapis epitel subskapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Seiring dengan bertambah usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksinya sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastik (Riordan dan Whitcher, 2009).

2.1.5. Vitreus Humor

Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk dua per tiga volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus optikus. Vitreus mengandung air sekitar 99%. Sisa 1%-nya meliputi dua komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreous karena kemampuannya mengikat banyak air (Riordan dan Whitcher, 2009).

Tabel 2.1. Indeksi Bias Kornea dan Bagian Optis Mata Lainnya

Sumber: Fisika Tubuh Manusia. Edisi kedua. 2006.

Bagian Mata Indeks Bias

Kornea 1,34

Aqueous Humour 1,33

Penutup Lensa 1,38

Bagian Tengah Lensa 1,41


(48)

Gambar 2.1. Anatomi Mata Sumber : National Eye Institute. 2013

2.2. Fisiologi Refraksi 2.2.1. Prinsip Refraksi

Hasil pembiasaan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, vitreus humor , aqueus humor, lensa, dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat.

Mata emetropia akan mempunyai penglihatan normal atau 6/6 atau 100%. Bila media penglihatan, seperti kornea, lensa dan badan kaca keruh maka sinar tidak dapat diteruskan ke makula lutea. Pada keadaan media penglihatan keruh maka penglihatan tidak akan normal. Keseimbangan dalam pembiasaan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan, kelengkungan kornea, dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata


(49)

melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Bila terdapat kelainan pembiasaan sinar oleh kornea (mendatar atau mencekung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmat (Ilyas, 2010).

2.2.2. Akomodasi

Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasaan lensa bertambah kuat. Kekuatan akomodasi akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi (mencembung). Kekuatan akomodasi diatur oleh refleks akomodasi.

Dikenal beberapa teori akomodasi seperti :

1. Teori Akomodasi Hemholtz : Dimana Zonula Zinn kendor akibat kontraksi otor siliar sirkuler, mengakibatkan lensa yang elastis menjadi cembung dan diater menjadi kecil.

2. Teori akomodasi Thsemig : Dasarnya adalah bahwa nukleus lensa tidak dapat berubah bentuk, tetapi yang dapat berubah bentuk adalah bagian lensa superfisial atau korteks lensa. Pada waktu akomodasi terjadi tegangan pada zonula zinn sehingga nukleus lensa terjepit dan bagian superfisial di depan nukleus akan mencembung (Ilyas, 2010)

Pada keadaan istirahat, lensa dipertahankan berada dalam keadaan tegang oleh ligamentum lensa. Karena bahan lensa bersifat lentur dan kapsul lensa memiliki elastisitas yang tinggi, lensa tertarik menjadi gepeng. Apabila pandangan diarahkan ke benda yang dekat, otot siliaris akan berkontraksi. Hal ini mengurangi jarak antara tepi badan siliaris dan melemaskan ligamentum lensa sehingga lensa mengerut mengambil bentuk yang lebih cembung (Ganong, 2008).


(50)

2.3. Computer Vision Syndrome

2.3.1. Definisi

Computer Vision Syndrome digambarkan adalah sekelompok masalah pada mata dan gangguan penglihatan yang disebabkan oleh penggunaan komputer. Banyak Individu yang mengalami ketidaknyamanan dan gangguan penglihatan ketika melihat layar komputer dalam periode yang lama. Tingkat kenyamanan meningkat sesuai dengan lama penggunaan komputer (American Optometric Assosiation, 2014).

Pengertian lainnya, Computer Vision Syndrome adalah masalah mata majemuk yang berkaitan dengan pekerjaan jarak dekat yang dialami seseorang selagi atau berhubungan dengan penggunaan komputer (Affandi, 2005).

2.3.2. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang didapati dari Computer Vision Syndrome diantaranya adalah :

a. Mata Tegang

Mata tegang adalah salah satu istilah ketidaknyamanan penglihatan. Istilah dikalangan medis disebut astenopia yang didefinisikan sebagai keluhan subjektif penglihatan berupa penglihatan yang tidak nyaman (Affandi, 2005).

Dorland (Edisi 31, 2010) mendefinisikan astenopia adalah kelemahan atau mudah lelahnya organ-organ penglihatan, yang disertai nyeri mata, nyeri kepala, penglihatan kabur dan gejala lainnya.

Menurut penelitian Kusumawaty et al. (2012) didapati bahwa mata tegang atau astenopia ialah gejala tersering yang dikeluhkan oleh penderita Computer Vision Syndrome (90,6%). Penelitian ini juga didukung oleh Singh dan Wadhawa (2006); (90%) dan Anggraini (2013); (73,6%) dimana didapati mata tegang adalah gejala paling sering dialami.

Pada pengguna komputer, konsentrasi pada layar dengan jarak yang dekat dapat menimbulkan spasme dari otot siliaris. Akibat terlalu


(51)

(Smitha, 2012). Astenopia juga dapat disebabkan oleh gangguan refraksi (hipermetropi atau miopi), cahaya layar berlebihan, kesulitan koordinasi mata, dan kondisi lingkungan pemakaian komputer yang tidak baik (Affandi, 2005).

b. Sakit Kepala

Sakit kepala adalah keluhan tidak nyaman lainnya dan keluhan ini sering menjadi sebab utama mengapa masyarakat menjalani pemeriksaan mata. Sakit kepala oleh faktor penglihatan sering muncul di arah kepala bagian frontal. Keluhan terjadi paling sering menjelang tengah dan atau akhir hari dan jarang muncul ketika bangun pagi hari dan lebih terasa pada satu sisi kepala.

Para pengguna komputer lebih besar kemungkinannya mengalami sakit kepala jenis otot tegang. Hal ini dapat dipicu oleh berbagai bentuk stress, termasuk kecemasan dan depresi, dan dapat juga dipicu oleh berbagai kondisi gangguan mata, serta kondisi tempat yang tidak layak seperti cahaya terlalu silau ataupun kurang cahaya dan penempatan posisi komputer atau duduk yang tidak benar (Affandi, 2005)

c. Mata Kabur

Pada keadaan normal cahaya tidak berhingga akan berfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan, maka dengan adanya daya akomodasi benda dapat difokuskan pada retina atau makula lutea. Dengan berakomodasi, maka benda pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung atau mencekung. Mata kabur adalah keadaan dimana cahaya yang datang tidak terfokus di retina (Ilyas, 2010).

Faktor lingkungan salah satu penyebab mata kabur. Salah satunya dapat disebabkan oleh layar monitor yang kotor, sudut penglihatan yang kurang baik, ada refleksi cahaya yang menyilaukan atau monitor yang dipakai berkualitas tidak baik (Affandi, 2005).


(52)

d. Mata Kering

Mata kering menggambarkan produksi air mata yang tidak cukup atau ketidaknormalan dari komposisi air mata. Gejala mata kering bervariasi pada tiap-tiap orang seperti perasaan tidak enak dimata, rasa benda asing, mata merah, rasa terbakar (Sadri, 2003).’

Air mata di produksi oleh kelenjar lakrimal, yang dibutuhkan untuk kesehatan mata dan penglihatan yang jelas. Air mata membasahi seluruh permukaan mata untuk menjaga kelembapan dan menyingkirkan mata dari debu dan debris. Air mata juga membantu melindungi mata dari bakteri dan jenis infeksi (National Eye Institute, 2013).

Penelitian telah menunjukkan bahwa kecepatan berkedip pengguna komputer turun secara bermakna pada saat bekerja di depan komputer. Hal ini disebabkan karena konsentrasi pada tugas atau kisaran gerak mata yang relatif terbatas. Banyaknya penguapan (evaporarasi) air mata terkait dengan lamanya terbuka mata. Bila memandang monitor yang lebih tinggi, akan menyebabkan bukaan mata lebih lebar dan semakin meningkatkan penguapan. Penguapan ini lah yang menyebabkan mata kering (Affandi, 2005).

e. Sakit pada Leher dan Bahu

Pada situasi penggunaan komputer, penglihatan pekerja sering terhalang oleh karena itu mereka harus menyesuaikan posisi tubuh untuk mengurangi beban pada penglihatan. Untuk mengurangi beban tersebut maka mereka harus mendongak ke atas dan sedikit condong ke depan agar posisi mata nyaman dan tepat melihat komputer. Condong ke depan ini lah yang dapat membuat beban pada otot leher dan bahu sehingga menyebabkan sakit pada leher dan bahu (Affandi, 2005).

f. Penglihatan Ganda

Diplopia adalah keadaan melihat sebuah benda ganda bila dilihat dengan satu atau dua mata. Diplopia terjadi akibat penglihatan kedua mata serentak pada daerah retina yang tidak sekoresponden. Rangsangan retina


(53)

yang tidak sekoresponden ini terjadi oleh gangguan kedudukan kedua sumbu bola mata yang tidak sejajar (Ilyas, 2010).

Ketika melihat sebuah objek yang jaraknya dekat, otot mata mengkonvergensikan kedua mata ke arah hidung. Konvergensi ini memungkinkan kedua mata untuk mempertahankan peletakan kedua bayangan pada tempat setara di kedua retina. Bila kemampuan untuk tetap mengunci posisi kedua mata hilang, mata akan tak searah dan tertuju pada titik yang berbeda. Ketika kedua mata mentransmisikan bayangan tersebut maka akan terjadi penglihatan ganda (Affandi, 2005).

2.3.3. Diagnosa

Computer Vision Syndrome dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif. Pemeriksaan yang dilakukan dengan penekanan khusus, yang terdiri dari (American Optometric Association, 2014) :

a. Riwayat pasien untuk menentukan gejala-gejala yang dialami oleh pasien, termasuk dengan riwayat gangguan penyakit sebelumnya, riwayat penggunaan obat ataupun keadaan lingkungan saat bekerja yang dapat berkontribusi terhadap gejala-gejala yang berkaitan dengan penggunaan komputer.

b. Pengukuran ketajaman visual untuk menilai sejauh mana penglihatan yang telah terpengaruhi.

c. Pemeriksaan refraksi untuk menentukan kekuatan lensa yang diperlukan untuk mengkompensasi kesalahan refraksi (rabun jauh, rabun dekat atau astigmatisma).

d. Melakukan pengujian bagaimana mata fokus, bergerak, dan bekerja sama. Untuk melihat gambaran yang jelas, gambaran yang diperlihatkan haruslah dalam keadaan mata yang efektif mengubah fokus, pergerakan dan kerja sama yang serempak.


(54)

2.3.4. Penanganan

Solusi untuk masalah penglihatan yang berkaitan dengan komputer bervariasi. Namun, penanganan Computer vision Syndrome biasanya dapat diatasi dengan memperoleh perawatan mata secara teratur dan membuat perubahan dalam cara Anda menggunakan komputer (American Optometric Association, 2014)

a. Perawatan Mata

Dalam beberapa kasus, individu tidak memerlukan penggunaan kacamata untuk kegiatan sehari-hari. Mereka dapat menggunakan kacamata yang diresepkan secara khusus untuk penggunaan komputer. Selain itu, orang-orang yang sudah memakai kacamata mendapati bahwa resep mereka saat inipun tidak dapat memberikan visual yang optimal pada saat menggunakan komputer.

Kacamata atau lensa kontak yang diresepkan untuk penggunaan umum mungkin tidak memadai untuk penggunaan komputer. Peresepan lensa untuk memenuhi kemampuan visual yang khusus dari penggunaan komputer mungkin diperlukan. Desain lensa khusus dengan kekuatan lensa atau tints lensa atau pelapis yang dapat membantu untuk memaksimalkan kemampuan visual dan kenyamanan.

Beberapa pengguna komputer yang mengalami masalah dengan memfokuskan mata atau koordinasi mata yang tidak memadai dapat dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak. Sebuah program terapi penglihatan mungkin diperlukan untuk mengobati masalah-masalah tertentu. Terapi penglihatan, juga disebut pelatihan visual, adalah program terstruktur kegiatan visual yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan penglihatan. Terapi ini melatih mata dan otak untuk bekerja bersama lebih efektif. Pelatihan mata ini membantu mengobati kekurangan dalam gerakan mata, kefokusan mata, kerja sama mata, dan memperkuat koneksi mata dan otak. Pelatihan ini dapat dilakukan di kantor juga di rumah atau dimana dan kapan saja.


(55)

b. Melihat Komputer

Beberapa faktor penting dalam mencegah atau mengurangi gejala Computer Vision Syndrome harus dilakukan dengan komputer dan bagaimana cara penggunaannya. Ini termasuk kondisi pencahayaan, kenyamanan kursi, lokasi bahan referensi, posisi monitor, dan penggunaan sisa istirahat. Adapun cara untuk mencegah atau mengurangi gejala Computer Vision Syndrome adalah :

1. Lokasi layar komputer. Kebanyakan orang merasa lebih nyaman untuk melihat komputer ketika mata mencari ke bawah. Secara optimal, layar komputer harus 15 sampai 20 derajat di bawah tingkat mata (sekitar 4 atau 5 inci) yang diukur dari pusat layar dan 20 sampai 28 inci dari mata.

2. Bahan referensi. Bahan-bahan ini harus terletak di atas keyboard dan di bawah monitor. Jika hal ini tidak mungkin, pemegang dokumen dapat digunakan di samping monitor. Tujuannya adalah untuk memberi kenyamanan saat melihat dokumen sehingga Anda tidak perlu memindahkan kepala Anda untuk melihat dari dokumen ke layar.

3. Pencahayaan. Posisikan layar komputer untuk menghindari silau, terutama dari overhead pencahayaan atau jendela. Gunakan tirai atau gorden pada jendela dan mengganti lampu di meja lampu dengan lampu watt rendah.

4. Layar Anti-silau. Jika tidak ada cara untuk meminimalkan silau dari sumber cahaya, pertimbangkan untuk menggunakan penyaring silau layar. Filter ini mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan dari layar.

5. Posisi tempat duduk. Kursi harus nyaman empuk dan sesuai dengan tubuh. Tinggi kursi harus disesuaikan sehingga kaki Anda beristirahat datar di lantai. Jika kursi Anda memiliki lengan, mereka harus disesuaikan untuk memberikan dukungan


(56)

lengan saat Anda mengetik. Pergelangan tangan Anda tidak harus beristirahat pada keyboard saat mengetik.

6. Istirahat. Untuk mencegah kelelahan mata, cobalah untuk mengistirahatkan mata Anda ketika menggunakan komputer untuk waktu yang lama. Istirahatkan mata Anda selama 15 menit setelah dua jam penggunaan komputer terus menerus. Juga, untuk setiap 20 menit melihat komputer, lihatlah pandangan yang jauh selama 20 detik untuk memberi kesempatan mata Anda untuk kembali fokus.

7. Berkedip. Untuk meminimalkan mata kering ketika menggunakan komputer, upayakan untuk berkedip sering. Berkedip secara rutin pada saat penggunaan komputer dapat membuat mata Anda lembab.

8. Pemeriksaan mata secara teratur dan kebiasaan menonton yang tepat dapat membantu untuk mencegah atau mengurangi perkembangan gejala yang berhubungan dengan Computer Vision Syndrome.

Gambar 2.2. Posisi Penggunaan Komputer yang baik dan benar Sumber : American Optometric Association. 2014


(57)

2.4. Pengetahuan

2.4.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoadmodjo, 2012).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dgn hal.

Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman. Pengetahuan diawali dari rasa ingin tahu yang ada dalam diri manusia. Pengetahuan selama ini diperoleh dari proses bertanya dan selalu di tujukan untuk menemukan kebenaran (Sholikhati, 2012).

2.4.2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2012), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.


(58)

Contoh dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan-makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan yang


(59)

dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-peniliaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.

2.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut Mubarak et al. (2007) ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.


(60)

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

d. Minat

Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. e. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akn timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan

g. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.5. Tindakan atau Praktik 2.5.1. Definisi Tindakan

Tindakan adalah proses pelaksanaan atau praktikan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan


(61)

antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak yang lain (Notoadmodjo, 2012).

2.5.2. Tingkatan Tindakan

Menurut Notoadmodjo (2012) terdapat beberapa tingkatan Tindakan, yaitu:

a. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya, dan sebagainya.

b. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai tingkat praktik kedua. Misalnya, seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana.

2.5.3. Indikator Tindakan

Menurut Notoadmodjo (2012), terdapat indikator-indikator tindakan, yaitu:


(1)

mendoakan serta memberikan bantuan dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

6. Angelia Sitanggang, Juniarto Sihotang, Togu Naipospos, Andi Situmorang, Handayani, Nelvina Ginting, Rezky Pamaska, dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam hal bertukar pikiran dan memberi motivasi penulis dan menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.

Harapan penulis semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah dan penelitian ini jauh dari sempurna, baik dari segi materi maupun teknik penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kedepannya demi perbaikan penelitian ini.

Medan, 12 Desember 2014 Penulis


(2)

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1. Anatomi Organ Refraksi ... 5

2.1.1.Air Mata ... 5

2.1.2. Kornea ... 6

2.1.3. Aqueus Humor ... 6

2.1.4. Lensa ... 6

2.1.5. Vitreus Humor ... 7

2.2. Fisiologi Refraksi ... 8

2.2.1. Prinsip Refraksi... ... 8

2.2.2. Akomodasi ... 9

2.3. Computer Vision Syndrome ... 10

2.3.1. Definisi... ... 10

2.3.2. Manifestasi Klinis ... 10

2.3.3. Diagnosa... ... 13

2.3.4. Penanganan ... 14

2.4. Pengetahuan ... 17

2.4.1. Definisi... ... 17

2.4.2. Tingkatan Pengetahuan ... 17

2.4.3. Faktor yang Mempengengaruhi Pengetahuan... 19

2.5. Tindakan ... 20

2.5.1 Definisi... ... 20

2.5.2.Tingkatan Tindakan ... 21


(3)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 23

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 23

3.2. Definisi Operasional... 23

3.3. Hipotesis... 24

BAB 4 METODE PENELITIAN... 25

4.1. Jenis Penelitian ... 25

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 26

4.5. Metode Analisis Data ... 27

BAB 5HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

5.1. Hasil ... 29

5.1.1. Deskripsi Lokasi ... 29

5.1.2. Karakteristik Responden ... 29

5.1.3. Analisis Data ... 31

5.2. Pembahasan ... 36

5.2.1. Tingkat Pengetahuan Responden ... 36

5.2.2. Tindakan Pencegahan Responden ... 37

5.2.3. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan ... 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

6.1. Kesimpulan... 39

6.2. Saran... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN


(4)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1. Indeks Bias Kornea dan Bagian Optis Mata 7

Lainnya

5.1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis 30 Kelamin

5.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia 30 5.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Angkatan 31 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Tingkat Pengetahuan 32

Responden

5.5. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden 33

5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Tindakan Pencegahan 34 Responden

5.7. Distribusi Tindakan Pencegahan Responden 35

5.8. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan 36 PencegahanResponden.


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1. Anatomi Mata 8


(6)

x

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Curricullum Vitae

LAMPIRAN 2 Persetujuan Komite Etik Fakultas Kedokteran USU

LAMPIRAN 3 Persetujuan Penelitian Fakultas Ilmu Komputer dan

Teknologi Informatika USU

LAMPIRAN 4 Lembar Penjelasan

LAMPIRAN 5 Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan

(Informed Consent)

LAMPIRAN 6 Kuesioner