Uji Preferensi Oviposisi Bactrocera dorsalis (Diptera : Tephritidae) Pada Beberapa Fase Warna Kematangan Buah Jeruk Tanah Karo di Laboratorium
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jeruk
Botani Tanaman
Tanaman jeruk termasuk dalam susunan taksonomi sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo :
Rutales Famili : Rutaceae Genus : Citrus Species : Citrus sinensis L.
Tanaman jeruk mempunyai akar tunggang panjang dan akar serabut
(bercabang pendek kecil) serta akar-akar rambut. Bila akar tunggang mencapai
tanah yang keras atau yang terendam air, maka pertumbuhannya akan berhenti.
Tetapi bila tanahnya gembur, panjang akar tunggang mencapai 4 meter. Akar
cabang yang mendatar bisa mencapai 6-7 meter (Soelarso, 1996 dalam Ginting,
2004).
Tanaman jeruk berupa pohon dengan tinggi antara 2-3 m. Batangnya
mempunyai duri yang kuat. Cabang muda umumnya pipih bersudut, warnanya
hijau tua agak mengilat dan bila batang sudah tua akan terdapat retak-retak halus
yang pada sudut ketiak akan terdapat duri yang umumnya berwarna hijau tua
(Pracaya, 2003 dalam Bangun, 2009).
Helaian daun berbentuk bulat telur memanjang, elliptis atau berbentuk
lanset dengan ujung tumpul, melekuk ke dalam sedikit, tepinya bergerigi beringgit
sangat lemah dengan panjang 3,5-8cm. Bunganya mempunyai diameter 1,52,5cm, berkelamin dua daun mahkotanya putih. Bunga beraturan berbentuk anak
payung, tandan atau malai (Wahyuningsih, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Komposisi Jeruk Manis
Komposisi buah jeruk manis terdiri dari bermacam-macam, diantaranya
air 70-92 % (tergantung kualitas buah ), gula, asam organik, asam amino, vitamin,
zat warna, mineral, dan lain-lain. Buah jeruk manis yang semakin tua, kandungan
gulanya semakin bertambah, tetapi kandungan asamnya berkurang dan jika
langsung terkena sinar matahari akan mengandung gula lebih banyak. Pada waktu
masih muda banyak mengandung asam oksalat, tetapi akan berkurang pada waktu
buah masak. Kandungan asam sitrat jeruk manis pada waktu muda cukup banyak,
tetapi setelah buah masak semakin berkurang sampai dua per tiga bagian. Asam
amino adalah persenyawaan yang dapat menjadi struktur protein, selama
perkembangan buah, kandungan asam amino berubah-ubah secara kuantitatif dan
kualitatif. Buah jeruk manis Valencia dan Washinton semakin tua kandungan
prolinenya semakin tinggi. Selain itu kandungan carotenoid dapat memberikan
warna kuning, orange, dan merah diantaranya yaitu xanthophyll, violaxanthin,
lycopene. Kandungan flavonoid terbagi menjadi dua yang tidak ada rasa disebut
hesperidin sedangkan limonin menyebabkan rasa pahit pada sari buah jeruk manis
(Pracaya, 2000).
Pada umumnya buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang berguna
untuk kesehatan manusia. Sari buah jeruk mengandung 40-70 mg vitamin C per
100 g bahan, tergantung jenisnya. Makin tua buah jeruk, biasanya makin
berkurang kandungan vitamin C-nya tetapi buah jeruk manis yang langsung
terkena sinar matahari akan mengandung lebih banyak vitamin C-nya. Vitamin C
terdapat dalam sari buah, daging dan kulit, terutama pada lapisan terluar kulit
buah (Pangesti, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Adapun komposisi kimia buah jeruk manis dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 1. Kandungan dalam Buah Jeruk
Komponen
Jumlah per 100 gram
Energi
45 kkal
Protein
0,9 gram
Lemak
0,2 gram
Karbohidrat
11,2 gram
Fosfor
23 mg
Kalsium
33 mg
Besi
0,4 mg
Vitamin A
190 SI
Vitamin B1
0,08 mg
Vitamin C
49 mg
Air
87,2 gram
(Sumber : Anshori, 2006)
Tingkat kematangan buah berpengaruh terhadap kehidupan lalat buah.
Buah yang lebih matang lebih disukai oleh lalat buah untuk meletakkan telur
daripada buah yang masih hijau. Tingkat kematangan buah sangat mempengaruhi
populasi lalat buah. Jenis pakan yang banyak mengandung asam amino, vitamin,
mineral, air, dan karbohidrat dapat memperpanjang umur serta meningkatkan
keperidian lalat buah. Peletakan telur dipengaruhi oleh bentuk, warna, dan tekstur
buah. Bagian buah yang ternaungi dan agak lunak merupakan tempat ideal untuk
peletakan telur (Siwi, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Hama Lalat Buah Bactrocera dorsalis
Biologi
Menurut Rosmaini et al., (2014) klasifikasi lalat buah sebagai berikut
kingdom : Animalia, Phylum : Arthropoda, Class : Insecta, Order : Diptera,
Family : Tephritidae, Genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera dorsalis.
Famili tephritidae beranggotakan lalat-lalat yang berukuran kecil sampai
sedang yang biasanya yang mempunyai bintik-bintik atau pita (band) pada sayap
sayapnya. Bintik-bintik tersebut seringkali membentuk pola menarik dan rumit.
Pada kebanyakan jenis lalat buah sel anak pada sayapnya memiliki juluran distal
yang lancip di bagian posterior (Handayani, 2015).
Lalat buah mengalami perkembangan sempurna atau dikenal dengan
holometabola yang memiliki 4 fase metamorfosis yaitu: telur, larva, pupa, dan
imago. Telur diletakkan pada buah berkelompok 2-15 butir. Lalat buah betina
dapat meletakkan telur 1- 40 butir/hari. Seekor lalat betina dapat meletakkan telur
100-500 butir (Handayani, 2004). Menurut Riski (2015), bahwa satu ekor betina
Bactrocera dorsalis dapat menghasilkan telur sebanyak 22.6-32.8 butir/imago/5
hari.
Telur berwarna putih transparan berbentuk bulat panjang dengan salah
satu ujungnya runcing yang berukuran kurang lebih 1 mm. Telur lalat buah
berbentuk seperti pisang memiliki ukuran panjang dan lebar 1,17 × 0,21 mm.
Lalat buah betina akan meletakkan telur lebih cepat dalam kondisi yang terang,
sebaliknya pupa lalat tidak akan menetas apabila terkena cahaya (Setiawan, 2015).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Kelompok Telur Bactrocera dorsalis (Budiawan et al., 2011)
Larva berwarna putih keruh atau putih kekuningan, berbentuk bulat
panjang dengan salah satu ujungnya runcing (Gambar 2). Tubuh larva lalat buah
terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, toraks (tiga ruas), dan abdomen (delapan
ruas). Fase larva terdiri atas tiga instar. Larva membuat saluran-saluran di dalam
buah dan mengisap cairan buah. Larva hidup dan berkembang dalam daging buah
selama 6-9 hari dan menyebabkan buah menjadi busuk (Mardiasih, 2010).
Gambar 2. Larva Bactrocera. dorsalis
Pupa awalnya dari berwarna putih, kemudian mengalami perubahan warna
menjadi kekuningan dan coklat kemerahan. Perkembangan pupa tergantung
dengan kelembapan tanah. Kelembapan tanah yang sesuai dengan stadium pupa
adalah 0-9 %. Masa perkembangan pupa antara 4–10 hari. Pupa berada di dalam
tanah sekitar 2– 3 cm di bawah permukaan tanah. Pupa berubah menjadi imago
setelah 13-16 hari kemudian (BPPH, 2014).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Pupa Bactrocera dorsalis
Imago lalat buah umumnya memiliki ciri-ciri penting di kepala, toraks,
sayap, dan abdomen. Panjang tubuh lalat dewasa sekitar 3,5–5mm, berwarna
hitam kekuningan. Kepala dan kaki berwarna coklat. Thorak berwarna hitam,
abdomen jantan berbentuk bulat sedangkan betina terdapat alat tusuk. Siklus
hidup lalat buah dari telur sampai imago berlangsung selama kurang lebih 27 hari
(Astriyani, 2014).
a
b
Gambar 4: Imago Bactrocera dorsalis (a) jantan, (b) betina
Universitas Sumatera Utara
Gejala Serangan
Lalat betina mengunakan ovipositornya menusuk buah atau sayur untuk
meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis. Setelah telur menetas, larva akan
menggerek buah dan menyebabkan buah membusuk di bagian dalam. Bila
diamati, pada buah yang terserang akan tampak lubang kecil kehitaman bekas
tusukan. Buah menjadi rusak, lembek, busuk dan akhirnya rontok. Lalat buah juga
meletakkan telurnya tidak hanya di dalam buah, tetapi juga pada bunga dan
batang. Batang yang terserang menjadi benjolan seperti bisul sehingga buah yang
dihasilkan kecil-kecil dan menguning (Rosmaini et al., 2014).
Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak.
Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak
telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena
aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva
akan makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak.
Buah tersebut apabila dibelah pada daging buah terdapat ulat-ulat kecil dengan
ukuran
antara
4-10
mm
yang
biasanya
meloncat
apabila
tersentuh
(Sunarno dan Stefen, 2013).
a
b
Gambar 5. Gejala Serangan Bactrocera dorsalis pada jeruk (a) setelah dibelah, (b) masih utuh
Larva lalat buah hidup dan berkembang di dalam daging buah selama 6-9
hari. Larva pengorek daging buah sambil mengeluarkan enzim perusak atau
Universitas Sumatera Utara
pencerna yang berfungsi melunakkan daging buah sehingga mudah dihisap dan
dicerna. Enzim tersebut diketahui yang mempercepat pembusukan, selain bakteri
pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan buah. Jika aktivitas
pembusukan (karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang
menjadi meluas) sudah mencapai tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah,
bersamaan dengan masaknya buah, larva lalat buah siap memasuki tahap pupa,
larva masuk ke dalam tanah dan menjadi pupa (Sunarno, 2011).
Pupa berwarna coklat dan berbentuk oval dengan panjang 5 mm. Lalat
dewasa berwarna kecoklatan, dada berwarna gelap dengan dua garis kuning
membujur dan pada bagian perut terdapat garis melintang (Rahmawati, 2014).
Preferensi Oviposisi
Peletakan telur merupakan masalah yang penting bagi lalat buah,
mengingat kehidupan larva sepenuhnya terjadi di dalam tubuh inang. Induk lalat
buah harus memilih tanaman inang yang tepat, terutama dari segi pemenuhan gizi
bagi keturunannya. Induk lalat buah sangat menyukai inang yang berupa buah
setengah masak. Menurut Adrika (2004) pada tanaman jambu biji, pepaya, pisang,
jeruk, dan mangga. Bactrocera dorsalis lebih menyukai buah yang matang
daripada buah muda.
Bactrocera dorsalis lebih menyukai warna kuning dan putih dibandingkan
dengan warna-warna lainnya. Bila buah menjelang masak dan warna kuning
mulai tampak, lalat betina dapat mengenali inangnya untuk bertelur. Lalat
Tephritidae yang menyerang buah, umumnya tertarik oleh substansi yang
mengandung ammonia dalam buah, contoh lainnya protein hidrolisis atau protein
autolisis. Oleh karena itu zat-zat tersebut dapat digunakan sebagai perangkap lalat
buah, baik jantan maupun betina. Lalat buah jantan mengenal pasangannya selain
Universitas Sumatera Utara
melalui feromon, juga melalui kilatan warna tubuh dan pita atau bercak pada
sayap (Budiawan et al., 2011).
Uji preferensi dilakukan untuk mengetahui tingkat preferensi suatu hama
terhadap varietas yang diuji, sehingga dapat ditentukan apakah suatu varietas
menjadi inang utama atau sebagai inang alternatif. Makin tinggi tingkat preferensi
suatu hama berarti makin rentan suatu varietas, sehingga dapat ditentukan apakah
suatu varietas dapat dijadikan sebagai sumber gen ketahanan atau tidak. Variabel
yang diamati dalam uji prefensi adalah intensitas serangan hama, populasi larva,
dan berat larva (Sianipar, 2008).
Menurut penelitian yang dilakukan Oka (2005), preferensi adalah dipilih
atau disukainya suatu varietas lain untuk tempat bertelur, sebagai pakan, maupun
tempat berlindung. Menurut penelitian yang dilakukan Untung (2001), ciri-ciri
morfologi tanaman dapat menghasilkan rangsangan fisik untuk kegiatan makan
serangga atau kegiatan peletakan telur. Selain itu, ciri-ciri fisiologi yang
mempengaruhi serangga biasanya berupa zat-zat kimia yang dihasilkan oleh
metabolisme tanaman. Hal ini didukung penelitian Sianipar (2008) bahwa
kandungan gula menentukan preferensi lalat buah terhadap berbagai jenis buah,
maka semakin tinggi kandungan gula yang terdapat di dalam buah akan lebih
disukai oleh lalat buah.
Perilaku Serangga dalam Mencari Inang
Sebagaimana pada serangga fitofagus terutama lalat buah, terdapat
hubungan antara tanaman dengan serangga. Hubungan tersebut dapat terjadi
secara fisik maupun secara kimiawi terutama dengan adanya senyawa yang
mudah menguap dan mampu menolak (repellent) maupun menarik (attractant)
kehadiran serangga ke tanaman inang. Rangsang yang bisa menarik serangga
Universitas Sumatera Utara
secara
umum
inang
dan
berupa
tergolong
rangsang
senyawa
bau
yang
kimia
dikeluarkan
hasil
oleh
metabolisme
tanaman
sekunder
(Setiawan, 2015).
a
b
Gambar 6. Bactrocera dorsalis betina meletakkan telur kedalam daging buah jeruk
(a) fase II, (b) fase III
Aktivitas lalat buah dalam menemukan tanaman inang ditentukan oleh
warna, bentuk, dan aroma (bau) dari buah. Menurut Abadi (2014) lalat buah aktif
pada sore hari menjelang senja. Bactrocera spp., berkopulasi biasanya pada senja
hari. Lalat buah termasuk serangga yang kuat terbang, lalat jantan mampu terbang
4 – 15 mil (6,44 – 24,14 km) tergantung pada kecepatan dan arah angin. Lalat
buah banyak beterbangan di antara pohon-pohon buahan bila buah sudah hampir
matang atau masak.
Salah satu cara serangga mengenali inangnya yaitu dengan cara stimulus
visual melalui indera penglihatan, selain itu juga secara stimulus chemical melalui
indera penciuman. Serangga dari ordo diptera kelompok hama, umumnya
memiliki ketertarikan serangga terhadap inang melaui rangsangan visual akibat
Universitas Sumatera Utara
dari warna. Hal ini berarti bahwa tiap fase warna buah juga merupakan faktor
pendukung untuk hama ini mau meletakkan telurnya (Setiawan, 2015),
Lalat buah betina memiliki alat peletak telur disebut ovipositor. Menurut
Rahmawati (2014) lalat betina meletakkan telurnya di dalam buah sedalam 2-4
mm melalui kulit buah. Lalat buah betina dapat meletakkan 10 sampai 12 telur
setiap hari dan sekitar 200-250 telur selama hidupnya, dimana penelitian
Karindah et al., (2013) sebelumnya mengungkapkan bahwa pada hari ke-8, lalat
buah betina mulai bertelur pada masing-masing tempat peneluran. Jumlah telur
pada tempat peneluran beraroma jeruk terus bertambah hingga hari ke-14.
Sedangkan Siwi (2014) mengungkapkan bahwa tingkat kematangan buah
berpengaruh terhadap kehidupan lalat buah. Buah yang lebih matang lebih disukai
oleh lalat buah untuk meletakkan telur daripada buah yang masih hijau. Tingkat
kematangan buah sangat mempengaruhi populasi lalat buah. Jenis pakan yang
banyak mengandung asam amino, vitamin, mineral, air, dan karbohidrat dapat
memperpanjang umur serta meningkatkan keperidian lalat buah. Peletakan telur
dipengaruhi oleh bentuk, warna, dan tekstur buah. Bagian buah yang ternaungi
dan agak lunak merupakan tempat ideal untuk peletakan telur (Siwi, 2014).
Pengendalian Hama
1.
Peraturan dan Kebijakan
Pencegahan B. dorsalis ini telah banyak yang dilakukan, salah satunya
yaitu
penerapan
Peraturan
Pemerintah
Menteri
Pertanian
No.37/KPTS/HK.060/I/2006. Peraturan ini menjelaskan tentang pencegahan,
penyebaran, dan masuknya lalat buah dari wilayah atau negara lain. Pengendalian
B. dorsalis dengan membungkus buah dan penyemprotan insektisida sintetik
(Sunarno, 2011).
Universitas Sumatera Utara
2.
Pembungkusan
Berbagai upaya pengendalian lalat buah telah dilakukan, baik secara
tradisional dengan membungkus buah dengan kantong plastik, kertas koran atau
daun kelapa maupun dengan menggunakan insektisida kimia. Disamping itu,
petani mengendalikan lalat buah dengan atraktan, yaitu senyawa yang dapat
menarik lalat buah jantan. Pengendalian lalat buah lainnya yaitu dengan
menggunakan
musuh
alami
sebagai
pengatur
keseimbangan
di
alam
(Astriyani, 2014).
3.
Perangkap
Penggunaan perangkap dengan umpan sebenarnya ditujukan untuk
memantau populasi lalat buah yang ada di lapangan atau mendeteksi spesies lalat
buah. Pengendalian lalat buah menggunakan perangkap dengan atraktan akan
berhasil apabila perangkap dipasang secara terus menerus dan dalam jumlah yang
banyak. Atraktan yang digunakan berupa bahan kimia sintetis yang dapat
mengeluarkan bau atau aroma makanan lalat buah seperti aroma buah atau bau
wewangian berahi lalat betina. Perangkap yang berisi atraktan yang sudah
dicampur dengan insektisida akan menarik lalat buah untuk masuk ke dalam
perangkap karena aroma atraktan dan akan menarik lalat buah untuk masuk ke
dalam perangkap karena aroma atraktan dan akan menyebankan lalat buah mati
karena pengaruh insektisida (Abadi, 2014).
4.
Sanitasi
Bertujuan untuk memutus atau mengganggu daur hidup lalat buah
sehingga perkembangan lalat buah dapat ditekan. Sanitasi kebun dilakukan 24
dengan cara menggumpulkan buah-buah terserang, baik yang gugur maupun yang
masih berada dipohon, kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar atau
Universitas Sumatera Utara
dibenamkan dalam tanah. Dengan demikian, larva-larva yang masih terdapat di
dalam buah tidak dapat meneruskan siklus hidupnya untuk menjadi pupa dalam
tanah. Namun demikian sebagian besar petani beranggapan bahwa sanitasi buah
buah yang gugur tidak berguna dan membuang-buang waktu saja. Untuk
mengganggu daur hidup lalat buah dapat juga dilakukan pencacahan
(pembongkaran) tanah yang agak dalam dibawah tajuk pohon (tetapi harus hatihati agar tidak melukai akar) merata dan sering. Pupa yang terdapat di dalam
tanah akan terkena sinar matahari, terganggu hidupnya dan akhirnya mati
(Abadi, 2014).
Universitas Sumatera Utara
Tanaman Jeruk
Botani Tanaman
Tanaman jeruk termasuk dalam susunan taksonomi sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo :
Rutales Famili : Rutaceae Genus : Citrus Species : Citrus sinensis L.
Tanaman jeruk mempunyai akar tunggang panjang dan akar serabut
(bercabang pendek kecil) serta akar-akar rambut. Bila akar tunggang mencapai
tanah yang keras atau yang terendam air, maka pertumbuhannya akan berhenti.
Tetapi bila tanahnya gembur, panjang akar tunggang mencapai 4 meter. Akar
cabang yang mendatar bisa mencapai 6-7 meter (Soelarso, 1996 dalam Ginting,
2004).
Tanaman jeruk berupa pohon dengan tinggi antara 2-3 m. Batangnya
mempunyai duri yang kuat. Cabang muda umumnya pipih bersudut, warnanya
hijau tua agak mengilat dan bila batang sudah tua akan terdapat retak-retak halus
yang pada sudut ketiak akan terdapat duri yang umumnya berwarna hijau tua
(Pracaya, 2003 dalam Bangun, 2009).
Helaian daun berbentuk bulat telur memanjang, elliptis atau berbentuk
lanset dengan ujung tumpul, melekuk ke dalam sedikit, tepinya bergerigi beringgit
sangat lemah dengan panjang 3,5-8cm. Bunganya mempunyai diameter 1,52,5cm, berkelamin dua daun mahkotanya putih. Bunga beraturan berbentuk anak
payung, tandan atau malai (Wahyuningsih, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Komposisi Jeruk Manis
Komposisi buah jeruk manis terdiri dari bermacam-macam, diantaranya
air 70-92 % (tergantung kualitas buah ), gula, asam organik, asam amino, vitamin,
zat warna, mineral, dan lain-lain. Buah jeruk manis yang semakin tua, kandungan
gulanya semakin bertambah, tetapi kandungan asamnya berkurang dan jika
langsung terkena sinar matahari akan mengandung gula lebih banyak. Pada waktu
masih muda banyak mengandung asam oksalat, tetapi akan berkurang pada waktu
buah masak. Kandungan asam sitrat jeruk manis pada waktu muda cukup banyak,
tetapi setelah buah masak semakin berkurang sampai dua per tiga bagian. Asam
amino adalah persenyawaan yang dapat menjadi struktur protein, selama
perkembangan buah, kandungan asam amino berubah-ubah secara kuantitatif dan
kualitatif. Buah jeruk manis Valencia dan Washinton semakin tua kandungan
prolinenya semakin tinggi. Selain itu kandungan carotenoid dapat memberikan
warna kuning, orange, dan merah diantaranya yaitu xanthophyll, violaxanthin,
lycopene. Kandungan flavonoid terbagi menjadi dua yang tidak ada rasa disebut
hesperidin sedangkan limonin menyebabkan rasa pahit pada sari buah jeruk manis
(Pracaya, 2000).
Pada umumnya buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang berguna
untuk kesehatan manusia. Sari buah jeruk mengandung 40-70 mg vitamin C per
100 g bahan, tergantung jenisnya. Makin tua buah jeruk, biasanya makin
berkurang kandungan vitamin C-nya tetapi buah jeruk manis yang langsung
terkena sinar matahari akan mengandung lebih banyak vitamin C-nya. Vitamin C
terdapat dalam sari buah, daging dan kulit, terutama pada lapisan terluar kulit
buah (Pangesti, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Adapun komposisi kimia buah jeruk manis dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 1. Kandungan dalam Buah Jeruk
Komponen
Jumlah per 100 gram
Energi
45 kkal
Protein
0,9 gram
Lemak
0,2 gram
Karbohidrat
11,2 gram
Fosfor
23 mg
Kalsium
33 mg
Besi
0,4 mg
Vitamin A
190 SI
Vitamin B1
0,08 mg
Vitamin C
49 mg
Air
87,2 gram
(Sumber : Anshori, 2006)
Tingkat kematangan buah berpengaruh terhadap kehidupan lalat buah.
Buah yang lebih matang lebih disukai oleh lalat buah untuk meletakkan telur
daripada buah yang masih hijau. Tingkat kematangan buah sangat mempengaruhi
populasi lalat buah. Jenis pakan yang banyak mengandung asam amino, vitamin,
mineral, air, dan karbohidrat dapat memperpanjang umur serta meningkatkan
keperidian lalat buah. Peletakan telur dipengaruhi oleh bentuk, warna, dan tekstur
buah. Bagian buah yang ternaungi dan agak lunak merupakan tempat ideal untuk
peletakan telur (Siwi, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Hama Lalat Buah Bactrocera dorsalis
Biologi
Menurut Rosmaini et al., (2014) klasifikasi lalat buah sebagai berikut
kingdom : Animalia, Phylum : Arthropoda, Class : Insecta, Order : Diptera,
Family : Tephritidae, Genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera dorsalis.
Famili tephritidae beranggotakan lalat-lalat yang berukuran kecil sampai
sedang yang biasanya yang mempunyai bintik-bintik atau pita (band) pada sayap
sayapnya. Bintik-bintik tersebut seringkali membentuk pola menarik dan rumit.
Pada kebanyakan jenis lalat buah sel anak pada sayapnya memiliki juluran distal
yang lancip di bagian posterior (Handayani, 2015).
Lalat buah mengalami perkembangan sempurna atau dikenal dengan
holometabola yang memiliki 4 fase metamorfosis yaitu: telur, larva, pupa, dan
imago. Telur diletakkan pada buah berkelompok 2-15 butir. Lalat buah betina
dapat meletakkan telur 1- 40 butir/hari. Seekor lalat betina dapat meletakkan telur
100-500 butir (Handayani, 2004). Menurut Riski (2015), bahwa satu ekor betina
Bactrocera dorsalis dapat menghasilkan telur sebanyak 22.6-32.8 butir/imago/5
hari.
Telur berwarna putih transparan berbentuk bulat panjang dengan salah
satu ujungnya runcing yang berukuran kurang lebih 1 mm. Telur lalat buah
berbentuk seperti pisang memiliki ukuran panjang dan lebar 1,17 × 0,21 mm.
Lalat buah betina akan meletakkan telur lebih cepat dalam kondisi yang terang,
sebaliknya pupa lalat tidak akan menetas apabila terkena cahaya (Setiawan, 2015).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Kelompok Telur Bactrocera dorsalis (Budiawan et al., 2011)
Larva berwarna putih keruh atau putih kekuningan, berbentuk bulat
panjang dengan salah satu ujungnya runcing (Gambar 2). Tubuh larva lalat buah
terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, toraks (tiga ruas), dan abdomen (delapan
ruas). Fase larva terdiri atas tiga instar. Larva membuat saluran-saluran di dalam
buah dan mengisap cairan buah. Larva hidup dan berkembang dalam daging buah
selama 6-9 hari dan menyebabkan buah menjadi busuk (Mardiasih, 2010).
Gambar 2. Larva Bactrocera. dorsalis
Pupa awalnya dari berwarna putih, kemudian mengalami perubahan warna
menjadi kekuningan dan coklat kemerahan. Perkembangan pupa tergantung
dengan kelembapan tanah. Kelembapan tanah yang sesuai dengan stadium pupa
adalah 0-9 %. Masa perkembangan pupa antara 4–10 hari. Pupa berada di dalam
tanah sekitar 2– 3 cm di bawah permukaan tanah. Pupa berubah menjadi imago
setelah 13-16 hari kemudian (BPPH, 2014).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Pupa Bactrocera dorsalis
Imago lalat buah umumnya memiliki ciri-ciri penting di kepala, toraks,
sayap, dan abdomen. Panjang tubuh lalat dewasa sekitar 3,5–5mm, berwarna
hitam kekuningan. Kepala dan kaki berwarna coklat. Thorak berwarna hitam,
abdomen jantan berbentuk bulat sedangkan betina terdapat alat tusuk. Siklus
hidup lalat buah dari telur sampai imago berlangsung selama kurang lebih 27 hari
(Astriyani, 2014).
a
b
Gambar 4: Imago Bactrocera dorsalis (a) jantan, (b) betina
Universitas Sumatera Utara
Gejala Serangan
Lalat betina mengunakan ovipositornya menusuk buah atau sayur untuk
meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis. Setelah telur menetas, larva akan
menggerek buah dan menyebabkan buah membusuk di bagian dalam. Bila
diamati, pada buah yang terserang akan tampak lubang kecil kehitaman bekas
tusukan. Buah menjadi rusak, lembek, busuk dan akhirnya rontok. Lalat buah juga
meletakkan telurnya tidak hanya di dalam buah, tetapi juga pada bunga dan
batang. Batang yang terserang menjadi benjolan seperti bisul sehingga buah yang
dihasilkan kecil-kecil dan menguning (Rosmaini et al., 2014).
Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak.
Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak
telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena
aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva
akan makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak.
Buah tersebut apabila dibelah pada daging buah terdapat ulat-ulat kecil dengan
ukuran
antara
4-10
mm
yang
biasanya
meloncat
apabila
tersentuh
(Sunarno dan Stefen, 2013).
a
b
Gambar 5. Gejala Serangan Bactrocera dorsalis pada jeruk (a) setelah dibelah, (b) masih utuh
Larva lalat buah hidup dan berkembang di dalam daging buah selama 6-9
hari. Larva pengorek daging buah sambil mengeluarkan enzim perusak atau
Universitas Sumatera Utara
pencerna yang berfungsi melunakkan daging buah sehingga mudah dihisap dan
dicerna. Enzim tersebut diketahui yang mempercepat pembusukan, selain bakteri
pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan buah. Jika aktivitas
pembusukan (karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang
menjadi meluas) sudah mencapai tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah,
bersamaan dengan masaknya buah, larva lalat buah siap memasuki tahap pupa,
larva masuk ke dalam tanah dan menjadi pupa (Sunarno, 2011).
Pupa berwarna coklat dan berbentuk oval dengan panjang 5 mm. Lalat
dewasa berwarna kecoklatan, dada berwarna gelap dengan dua garis kuning
membujur dan pada bagian perut terdapat garis melintang (Rahmawati, 2014).
Preferensi Oviposisi
Peletakan telur merupakan masalah yang penting bagi lalat buah,
mengingat kehidupan larva sepenuhnya terjadi di dalam tubuh inang. Induk lalat
buah harus memilih tanaman inang yang tepat, terutama dari segi pemenuhan gizi
bagi keturunannya. Induk lalat buah sangat menyukai inang yang berupa buah
setengah masak. Menurut Adrika (2004) pada tanaman jambu biji, pepaya, pisang,
jeruk, dan mangga. Bactrocera dorsalis lebih menyukai buah yang matang
daripada buah muda.
Bactrocera dorsalis lebih menyukai warna kuning dan putih dibandingkan
dengan warna-warna lainnya. Bila buah menjelang masak dan warna kuning
mulai tampak, lalat betina dapat mengenali inangnya untuk bertelur. Lalat
Tephritidae yang menyerang buah, umumnya tertarik oleh substansi yang
mengandung ammonia dalam buah, contoh lainnya protein hidrolisis atau protein
autolisis. Oleh karena itu zat-zat tersebut dapat digunakan sebagai perangkap lalat
buah, baik jantan maupun betina. Lalat buah jantan mengenal pasangannya selain
Universitas Sumatera Utara
melalui feromon, juga melalui kilatan warna tubuh dan pita atau bercak pada
sayap (Budiawan et al., 2011).
Uji preferensi dilakukan untuk mengetahui tingkat preferensi suatu hama
terhadap varietas yang diuji, sehingga dapat ditentukan apakah suatu varietas
menjadi inang utama atau sebagai inang alternatif. Makin tinggi tingkat preferensi
suatu hama berarti makin rentan suatu varietas, sehingga dapat ditentukan apakah
suatu varietas dapat dijadikan sebagai sumber gen ketahanan atau tidak. Variabel
yang diamati dalam uji prefensi adalah intensitas serangan hama, populasi larva,
dan berat larva (Sianipar, 2008).
Menurut penelitian yang dilakukan Oka (2005), preferensi adalah dipilih
atau disukainya suatu varietas lain untuk tempat bertelur, sebagai pakan, maupun
tempat berlindung. Menurut penelitian yang dilakukan Untung (2001), ciri-ciri
morfologi tanaman dapat menghasilkan rangsangan fisik untuk kegiatan makan
serangga atau kegiatan peletakan telur. Selain itu, ciri-ciri fisiologi yang
mempengaruhi serangga biasanya berupa zat-zat kimia yang dihasilkan oleh
metabolisme tanaman. Hal ini didukung penelitian Sianipar (2008) bahwa
kandungan gula menentukan preferensi lalat buah terhadap berbagai jenis buah,
maka semakin tinggi kandungan gula yang terdapat di dalam buah akan lebih
disukai oleh lalat buah.
Perilaku Serangga dalam Mencari Inang
Sebagaimana pada serangga fitofagus terutama lalat buah, terdapat
hubungan antara tanaman dengan serangga. Hubungan tersebut dapat terjadi
secara fisik maupun secara kimiawi terutama dengan adanya senyawa yang
mudah menguap dan mampu menolak (repellent) maupun menarik (attractant)
kehadiran serangga ke tanaman inang. Rangsang yang bisa menarik serangga
Universitas Sumatera Utara
secara
umum
inang
dan
berupa
tergolong
rangsang
senyawa
bau
yang
kimia
dikeluarkan
hasil
oleh
metabolisme
tanaman
sekunder
(Setiawan, 2015).
a
b
Gambar 6. Bactrocera dorsalis betina meletakkan telur kedalam daging buah jeruk
(a) fase II, (b) fase III
Aktivitas lalat buah dalam menemukan tanaman inang ditentukan oleh
warna, bentuk, dan aroma (bau) dari buah. Menurut Abadi (2014) lalat buah aktif
pada sore hari menjelang senja. Bactrocera spp., berkopulasi biasanya pada senja
hari. Lalat buah termasuk serangga yang kuat terbang, lalat jantan mampu terbang
4 – 15 mil (6,44 – 24,14 km) tergantung pada kecepatan dan arah angin. Lalat
buah banyak beterbangan di antara pohon-pohon buahan bila buah sudah hampir
matang atau masak.
Salah satu cara serangga mengenali inangnya yaitu dengan cara stimulus
visual melalui indera penglihatan, selain itu juga secara stimulus chemical melalui
indera penciuman. Serangga dari ordo diptera kelompok hama, umumnya
memiliki ketertarikan serangga terhadap inang melaui rangsangan visual akibat
Universitas Sumatera Utara
dari warna. Hal ini berarti bahwa tiap fase warna buah juga merupakan faktor
pendukung untuk hama ini mau meletakkan telurnya (Setiawan, 2015),
Lalat buah betina memiliki alat peletak telur disebut ovipositor. Menurut
Rahmawati (2014) lalat betina meletakkan telurnya di dalam buah sedalam 2-4
mm melalui kulit buah. Lalat buah betina dapat meletakkan 10 sampai 12 telur
setiap hari dan sekitar 200-250 telur selama hidupnya, dimana penelitian
Karindah et al., (2013) sebelumnya mengungkapkan bahwa pada hari ke-8, lalat
buah betina mulai bertelur pada masing-masing tempat peneluran. Jumlah telur
pada tempat peneluran beraroma jeruk terus bertambah hingga hari ke-14.
Sedangkan Siwi (2014) mengungkapkan bahwa tingkat kematangan buah
berpengaruh terhadap kehidupan lalat buah. Buah yang lebih matang lebih disukai
oleh lalat buah untuk meletakkan telur daripada buah yang masih hijau. Tingkat
kematangan buah sangat mempengaruhi populasi lalat buah. Jenis pakan yang
banyak mengandung asam amino, vitamin, mineral, air, dan karbohidrat dapat
memperpanjang umur serta meningkatkan keperidian lalat buah. Peletakan telur
dipengaruhi oleh bentuk, warna, dan tekstur buah. Bagian buah yang ternaungi
dan agak lunak merupakan tempat ideal untuk peletakan telur (Siwi, 2014).
Pengendalian Hama
1.
Peraturan dan Kebijakan
Pencegahan B. dorsalis ini telah banyak yang dilakukan, salah satunya
yaitu
penerapan
Peraturan
Pemerintah
Menteri
Pertanian
No.37/KPTS/HK.060/I/2006. Peraturan ini menjelaskan tentang pencegahan,
penyebaran, dan masuknya lalat buah dari wilayah atau negara lain. Pengendalian
B. dorsalis dengan membungkus buah dan penyemprotan insektisida sintetik
(Sunarno, 2011).
Universitas Sumatera Utara
2.
Pembungkusan
Berbagai upaya pengendalian lalat buah telah dilakukan, baik secara
tradisional dengan membungkus buah dengan kantong plastik, kertas koran atau
daun kelapa maupun dengan menggunakan insektisida kimia. Disamping itu,
petani mengendalikan lalat buah dengan atraktan, yaitu senyawa yang dapat
menarik lalat buah jantan. Pengendalian lalat buah lainnya yaitu dengan
menggunakan
musuh
alami
sebagai
pengatur
keseimbangan
di
alam
(Astriyani, 2014).
3.
Perangkap
Penggunaan perangkap dengan umpan sebenarnya ditujukan untuk
memantau populasi lalat buah yang ada di lapangan atau mendeteksi spesies lalat
buah. Pengendalian lalat buah menggunakan perangkap dengan atraktan akan
berhasil apabila perangkap dipasang secara terus menerus dan dalam jumlah yang
banyak. Atraktan yang digunakan berupa bahan kimia sintetis yang dapat
mengeluarkan bau atau aroma makanan lalat buah seperti aroma buah atau bau
wewangian berahi lalat betina. Perangkap yang berisi atraktan yang sudah
dicampur dengan insektisida akan menarik lalat buah untuk masuk ke dalam
perangkap karena aroma atraktan dan akan menarik lalat buah untuk masuk ke
dalam perangkap karena aroma atraktan dan akan menyebankan lalat buah mati
karena pengaruh insektisida (Abadi, 2014).
4.
Sanitasi
Bertujuan untuk memutus atau mengganggu daur hidup lalat buah
sehingga perkembangan lalat buah dapat ditekan. Sanitasi kebun dilakukan 24
dengan cara menggumpulkan buah-buah terserang, baik yang gugur maupun yang
masih berada dipohon, kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar atau
Universitas Sumatera Utara
dibenamkan dalam tanah. Dengan demikian, larva-larva yang masih terdapat di
dalam buah tidak dapat meneruskan siklus hidupnya untuk menjadi pupa dalam
tanah. Namun demikian sebagian besar petani beranggapan bahwa sanitasi buah
buah yang gugur tidak berguna dan membuang-buang waktu saja. Untuk
mengganggu daur hidup lalat buah dapat juga dilakukan pencacahan
(pembongkaran) tanah yang agak dalam dibawah tajuk pohon (tetapi harus hatihati agar tidak melukai akar) merata dan sering. Pupa yang terdapat di dalam
tanah akan terkena sinar matahari, terganggu hidupnya dan akhirnya mati
(Abadi, 2014).
Universitas Sumatera Utara