T IPS 1402444 Chapter 1

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Dalam pembentukan Pemerintahan Negara Indonesia, Pembukaan
Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah
mengamanatkan harapan bangsa kepada seluruh masyarakat salah satunya
ialah agar mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan menjadi satusatunya kunci untuk mewujudkan harapan bangsa tersebut. Undangundang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 menegaskan bahwa usaha
untuk menciptakan warganegara dengan karakter unggul merupakan
tanggung

jawab

sistem

pendidikan

(Kemendikbud,


2013).

Diberlakukannya undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 adalah
perwujudan dari amanat undang-undang dasar 1945. Sejak awal
kemerdekaan hingga saat ini undang-undang tentang sistem pendidikan di
Indonesia sudah mengalami berbagai perubahan, begitupun dengan
kurikulum pendidikan. Perubahan-perubahan tersebut tidak lain adalah
usaha pemerintah untuk mengoptimalkan pendidikan kita, sehingga
menghasilkan masyarakat Indonesia yang: (1) berkualitas serta proaktif
mampu menjawab tantangan zaman baik dalam dan luar negeri; (2)
masyarakat terdidik yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha
Esa; (3) masyarakat yang demokratis dan tanggung jawab.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan atau lebih populer KTSP
dirasa kurang optimal untuk mengembangkan pendidikan. Muslich (2007)
menyatakan, dalam KTSP, pemerintah merasa dalam kurikulum KTSP
konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya
mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya
melampaui tingkat perkembangan usia anak. Maka disusunlah Kurikulum
2013 dengan harapan ada perubahan pendidikan kearah yang lebih baik.
Agung Wiradimadja, 2016

Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

Hidayat (2013) mengemukakan bahwasanya Kurikulum 2013 merupakan
sebuah kurikulum yang mengedepankan pada sikap dan perilaku peserta
didik, pada hakikatnya kurikulum ini menginginkan manusia Indonesia
yang berakhlak mulia sesuai agamanya juga pandai dalam bertindak dan
berfikir. Pengembangan kurikulum 2013 merupakan salah satu strategi
untuk meningkatkan capaian pendidikan, yang dimana orientasi dari
kurikulum ini adalah pengikatan dan keseimbangan antara sikap (afektif),
keterampilan (psikomotor) dan pengetahuan (kognitif) sejalan dengan
amanat undang-undang no.20 tahun 2003. Landasan penyempurna
kurikulum 2013, Menurut Kemendikbud (2012, hlm. 2) Ada empat
landasan yang menjadi penyempurna Kurikulum 2013. Berikut adalah keempat landasan tersebut:
1. Landasan Yuridis
2. Landasan Filosofis
3. Landasan Teoritis

4. Landasan Empiris
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran dalam kurikulum
2013 pembelajaran secara saintifik pada tiap mata pelajaran dan tiap
jenjang, termasuk mata pelajaran IPS di tingkat sekolah menengah pertama
(SMP). Hal ini dimaksudkan agar peserta didik diberi kesempatan untuk
aktif mengembangkan potensi dirinya dan membangun pemahaman
terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan cara-cara yang
empiris. Tentu saja pendekatan pembelajaran seperti ini sangat bermanfaat
bagi peserta didik karena pembelajaran berfokus pada peserta didik
(student center). Peserta didik dapat merekontruksi pengetahuaan dan
pemahamannya

melalui

langkah-langkah

yang

saintific.


Langkah

pembelajaran pendekatan saintific menurut Nasution (2013, hlm. 1)
dilakukan dengan lima langkah yaitu tahap mengamati, bertanya,
mencoba, melakukan asosiasi, dan mengkomunikasikan.

Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Diberlakukannya kurikulum 2013 tidak tanpa kendala. Banyak
penolakan-penolakan baik dari praktisi pendidikan dalam hal ini guru
sebagai pendidik serta sebagian masyarakat yang menjadi pengamat
pendidikan. Pendekatan pembelajaran yang diharuskan secara saintific dan
model pembelajaran yang dianjurkan hanya tiga model saja yakni Problem
Based Learning, Project Based Learning dan Discovery-inquiry Based
Learning dirasa membatasi ruang gerak guru sebagai pendidik dalam

mengajar di kelas. Berikut adalah beberapa kasus pro dan kontra terhadap
kurikulum 2013:
Diberitakan oleh media massa Berita Satu pada tanggal 9
Desember 2014.

Gambar 1.1
Demo Penolakan Kurikulum 2013

Sumber: (Berita Satu, 2014, Sumber online diakses dari:
http://sp.beritasatu.com/home/aneh-pakar-bilang-k-13-bagustetapi-guru-dan-siswa-mengeluh/71302).

Jika kita perhatikan gambar demonstrasi penolakan terhadap
kurikulum 2013 yang diambil dari web “Berita Satu”, ada seorang pria
Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4


yang memegang poster dengan tulisan “Kurikulum 2013 = Membunuh
Kekritisan” dan seluruh tubuhnya diikat oleh tali yang menggambarkan
ketidak bebasan guru dalam mengembangkan materi, metode, pendekatan
maupun model belajar. Guru-guru yang menjadi pelaksana penerapan
Kurikulum 2013 dan peserta didik yang menjadi sasaran Kurikulum 2013
justru mengeluh. Seperti contoh Di SMAN 75 Semper Barat yang masih
menerapkan Kurikulum 2013, sudah berjalan selama tiga semester masih
terhambat berbagai masalah teknis seperti buku mata pelajaran berbasis
Kurikulum 2013 yang belum sepenuhnya diterima pihak sekolah, dan guru
yang belum mengerti betul metode pengajaran yang efektif bagi peserta
didik sesuai dengan tiga model pembelajaran yang dianjurkan oleh
Kemendikbud

(Berita

Satu,

2014, Sumber online diakses

dari:


http://sp.beritasatu.com/home/aneh-pakar-bilang-k-13-bagus-tetapi-gurudan-siswa-mengeluh/71302).
Ada juga yang mendukung penerapan Kurikulum 2013. Salah
satunya seperti yang diberitakan media massa Kompas, Suyanto sebagai
Dikdasmen Kemendikbud Samarinda menuturkan lahirnya kurikulum
2013 ini tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi pembentukannya sudah
melalui berbagai kajian yang cukup lama dan panjang, yakni sejak tahun
2010. Beliau menuturkan kurikulum 2013 akan tetap di terapkan pada
tahun ajaran 2013. Masalah penggunaan metode yang akan diterapkan
dalam pembelajaran, guru bisa mempelajari kembali tentang pendekatan
saintifik dan model-model pelajaran yang dianjurkan oleh Kemendikbud
(Damanik,

2013,

Sumber

online

diakses


dari:

http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/15/17104413/Dukungan.untuk.K
urikulum.Lebih.Besar.dari.Suara.Sumbang).
Menurut Qomariyah (2014, hlm. 25) dalam rangka menghadapi
implementasi kurikulum 2013 di MTs Al Fitroh, sekolah dan guru
pengajar bisa dinyatakan kurang siap dalam mendahadapi implementasi
kurikulum ini. Berdasarkan hasil wawancara terhadap para guru di MTs Al
Fitroh guru belum terbiasa dengan kurikulum 2013 karena pemahamannya
Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

tentang kurikulum ini masih kurang. Kebiasaan guru menggunakan
metode pembelajaran yang lama, dimana didalam metode itu terdapat
model dan pendekatan pembelajaran. Artinya pendekatan dan model

pembelajaran yang dianjurkan kurikulum 2013 belum dilaksanakan.
Bahkan ada yang menyatakan kurikulum ini agak ribet. Namun ada juga
guru

yang

mendukung

kurikulum

ini,

pasalnya

kurikulum

ini

menggunakan model dan pendekatan yang mengharuskan siswa belajar
aktif (student center) sehingga membuat pembelajaran lebih bermakna.

Serupa dengan MTs Al Fitroh di Semarang, SMA Negeri 2 Surakarta
dinilai memiliki persiapan yang masih kurang dalam menerapkan kurikulum
2013. Kurangnya persiapan berimbas terhadap pemahaman guru tentang
kurikulum 2013 yang masih kurang dan tentu proses pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dilapangan berantakan. Implemantasi pembelajaran belum
sepenuhnya sesuai dengan apa yang diharapkan dalam kurikulum 2013 ( Budi,

2014, hlm. 14)
Pemerintah selalu melakukan usaha peningkatan mutu guru melalui
pelatihan dan tidak sedikit dana yang dialokasikan. Sayangnya usaha yang
diberikan pemerintah kurang memberikan dampak yang signifikan
terhadap peningkatan mutu guru. Minimal, ada dua hal yang menyebabkan
pelatihan guru belum berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.
Pertama, pelatihan tidak berbasis pada permasalahan nyata di dalam kelas.
Kedua, hasil pelatihan hanya menjadi ilmu pengetahuan saja, tidak
diterapkan pada pembelajaran di kelas atau kalaupun diterapkan hanya
sekali, dua kali saja dan seterusnya kembali seperti semula sebelum
pelatihan (Sanusi, 2011, hlm. 68). Hasil penelitian Federasi Serikat Guru
Indonesia atau FSGI pada tahun 2013 (dalam Ahmad, 2014, hlm. 102)
menyangkut pelatihan dan persiapan implementasi kurikulum 2013 di 17

kabupaten/kota di 10 provinsi di tanah air menunjukkan bahwa terdapat
sejumlah masalah krusial dan kegagalan sistemik pelatihan persiapan guru.
Pelatihan tidak merubah mindset guru, yaitu menggunakan pendekatan
tradisional, tutor berceramah, peserta didik mendengarkan.
Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

Kenyataannya banyak guru belum bisa mengembangkan metode
pengajaran yang efektif, karena masih lemahnya pemahaman guru
terhadap problem based learning, dicovery-inquiry based learning dan
project based learning. Pengalaman penulis sendiri ketika mewawancarai
rekan guru-guru di sebuah sekolah menengah kejuruan swasta SMK
Pemuda Sumedang mereka kesulitan dalam menggunakan model belajar
dan menerapkan langkah-langkahnya karena terpaku harus menggunakan
pendekatan saintifik dan model pembelajaran seperti: discovery-inquiry
based learning, problem based learning, dan project based learning. Buku
pegangan guru yang dibagikan dari pemerintah mencantumkan langkahlangkah pembelajaran yang monoton tiap pertemuan, yakni siswa dibagi
dalam kelompok-kelompok lalu berdiskusi dengan model yang itu-itu saja
tiap pertemuannya. Mengingat bahwa metode adalah strategi yang
digunakan guru untuk mentransfer materi pelajaran kepada peserta didik
agar pembelajaran berjalan efektif dan menyenangkan. Sebetulnya
kurikulum 2013 tidak seperti itu. Walaupun ada anjuran penggunaan
model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran guru tetap dapat
mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif, hanya saja mau atau
tidak gurunya untuk berfikir kritis menyusun rencana pembelajaran yang
inovatif, efektif dan menyenangkan bagi peserta didik.
Kurikulum 2013 melahirkan pro dan kontra di kalangan
pendidikan. Terlepas dari itu, mau tidak mau suka atau tidak suka para
praktisi pendidikan (guru) harus menjalankan kurikulum ini. Hanya saya
mau atau tidak pemerintah melaui Kemendiknas sebagai pakar pendidikan
bernegosisasi dengan para guru untuk menampung aspirasi dan saran para
guru atau juga memberikan pemahaman agar kurikulum ini dapat diterima
oleh semua guru.
Standar kompetensi lulusan dalam kurikulum 2013 ada dua yang
harus di capai, yakni (1) Kompetensi inti dan (2) Kompetensi dasar. Isi
dari Kompetensi inti secara keseluruhan memiliki kesamaan tiap mata
Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

pelajaran, namun pada point tiga dan empat kompetensi inti akan
dijabarkan secara rinci pada tiap kompetensi dasar mata pelajaran.
Menurut PP No. 32 tahun 2013 Kompetensi Inti adalah tingkat
kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus
dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program.
Seorang peserta didik dapat dinyatakan lulus dalam belajar manakala
peserta didik tersebut telah mencapai kompetensi inti yang telah
dicanangkan oleh kemendikbud dalam kurikulum 2013. Berikut adalah isi
dari Kompetensi Inti yang harus dicapai oleh setiap peserta didik
(Kemendikbud, 2013):
1. Spiritual
2. Sosial
3. Pengetahuan
4. Keterampilan
Poin-poin Kompetensi Inti (KI) diatas merupakan indikator kelulusan
peserta didik dalam pembelajaran. KI diatas diterapkan dalam semua mata
pelajaran, namun pada poin ke-tiga (aspek pengetahuan) dan poin keempat (aspek implementasi)

akan dijabarkan secara rinci dalam

Kompetensi Dasar (KD) sesuai tiap-tiap mata pelajaran. Jika semua poin
tersebut belum tercapai artinya peserta didik tersebut belum berhasil dalam
belajar dan harus diulang pada tahun ajaran berikutnya.
Dalam belajar ada dua cara untuk meningkatkan hasil atau pencapaian
belajar peserta didik, yakni belajar kontruktivistik dan behavioristik.
Dimana

berdasarkan

teori

belajar

kontruktivistik,

proses

belajar

dilaksanakan dengan cara student center. Dimana pembelajaran tidak akan
disajikan oleh guru melainkan peserta didik sendiri yang merangkai
pemahamannya. Sedangkan berdasarkan teori belajar behavioristik
dilakukan dengan pemberian stimulus kepada peserta didik dan adanya
tanggapan berupa respon terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

tersebut. Melalui kedua cara belajar tersebut akan terjadi perubahan pola
belajar dan hasil belajar peserta didik.
IPS adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari di tingkat sekolah
menengah pertama. Welton dan Mallan (1988) mengungkapkan “Social
studies is a compisite subject area based on finding and processes drawn
from the social science disciplines”. Artinya IPS sebagai mata pelajaran
gabungan terutama dari disiplin ilmu-ilmu sosial, temuan-temuan yang
berdasarkan dari social science dan proses-proses yang dilakukan oleh
ilmuan-ilmuan sosial dalam menghasilkan temuan. Sedangkan Pengertian
IPS menurut Somantri (2001, hlm. 74) IPS adalah suatu penyerderhanaan
disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainnya serta
masalah-masalah sosial terkait yang dikemas secara ilmiah dan psikologis
untuk tujuan pendidikan. Dapat kita simpulkan ilmu pengetahuan sosial
sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah menengah pertama (SMP)
adalah integrasi dari ilmu-ilmu sosial seperti; Sejarah, geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi, dan politik dimana pengintegrasian ilmu-ilmu
sosial ini adalah untuk pendidikan. Mata pelajaran IPS membantu peserta
didik untuk cermat dalam mengambil perannya dalam kehidupan seharihari. Seseorang yang cakap secara sosial akan luwes memposisikan dirinya
di masyarakat. IPS juga bertujuan agar peserta didik mampu mengambil
keputusan dengan memilah-milah mana yang baik, mana yang buruk dan
mana yang benar, mana yang salah.
Tidak hanya materi pelajaran yang harus diperhatikan oleh guru IPS.
Model pembelajaran apa yang akan digunakan di kelas pada saat belajar
menjadi kewajiban bagi guru untuk direncanakan sebagai strategi
tercapainya pembelajaran yang mengacu kepada standar kompetensi
lulusan. Ketercapaian kompetensi inti adalah salah satu kriteria standar
kompetensi lulusan tiap mata pelajaran, termasuk mata pelajaran IPS.
Dengan lahirnya kurikulum 2013 ini menimbulkan rasa penasaran bagi
penulis, seberapa besar pengaruh variasi penggunaan model pembelajaran
Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

terhadap ketercapaian kompetensi inti kurikulum 2013 mata pelajaran IPS.
Apakah kompetensi inti dari mata pelajaran IPS dalam kurikulum 2013
sudah tercapai dengan baik atau belum. Berdasarkan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Asih (2014) di SMP Negeri 1 Blado menarik
kesimpulan penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran IPS masih
belum efektif. Pasalnya kebiasaan pola pembelajaran lama masih tetap
kuat, dimana siswa kurang memiliki ruang aktif. Faktor lain sebagai
penghambat penerapan kurikulum 2013 di sekolah ini diantaranya
kurangnya pengalaman dan pemahaman guru dalam penerapan kurikulum
2013, serta kurangnya pemahaman peserta didik terhadap kurikulum 2013,
sehingga tidak ada respon positif dari peserta didik. Berbeda dengan hasil
Penelitian Asih, hasil penelitian selanjutnya oleh Permatasari dkk. (2015)
di SMA/MTA Surakarta menyimpulkan bahwa pembelajaran Sejarah yang
berorientasi pada kompetensi inti kurikulum 2013 sesuai dengan prosedur
Kurikulum 2013 dalam peraturan pemerintah. Pelaksanaan pembelajaran
sejarah di SMA/MTA Surakarta dengan mengacu pada kompetensi inti
Kurikulum 2013 telah berhasil diwujudkan dengan pendekatan scientific
melalui tahap 5 M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan).
Berdasarkan permasalahan diatas, rasa penasaran peneliti terhadap
pengaruh penggunaan variasi model pembelajaran dan adanya hasil
penelitian terdahulu, penulis akan melakukan penelitian guna mengatahui
jawaban dari permasalahan tersebut. Peneliti mengajukan penelitian
dilakukan dengan teknik survey deskriptif mengenai pengaruh penggunaan
variasi model pembelajaran terhadap ketercapaian kompetensi inti mata
pelajaran IPS. Penelitin ini akan disandarkan kepada teori belajar
kontruktivistik dan teori belajar behavioristik. Maka untuk itu, dibuatlah
judul penelitian: Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran
Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian Kompetensi Inti Pada Mata
Pelajaran IPS Di SMP Negeri Kota Bandung. Penulis berharap dari
Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

penelitian ini didapat data akurat mengenai ketercapaian kompetensi inti
mata pelajaran IPS pendidikan pada tingkat SMP di kota Bandung.
Harapan penulis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kekurangan
dan memberikan saran sebagai perbaikan terhadap kurikulum selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, dirumuskan masalah pokok untuk
penelitian penelitian ini, yaitu: “Bagaimana pengaruh variasi penggunaan
model pembelajaran kurikulum 2013 terhadap ketercapaian kompetensi
inti pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri Kota Bandung?”. Agar
penelitian lebih jelas dan terarah masalah pokok tersebut dikembangkan
menjadi pertanyaan-pertanyaan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran penggunaan variasi model pembelajaran dan
ketercapaian kompetensi inti berdasarkan kurikulum 2013?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan variasi model pembelajaran terhadap
kurikulum 2013?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini ialah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran kurikulum 2013
terhadap ketercapaian kompetensi inti pada mata pelajaran IPS di SMP
Negeri Kota Bandung. Agar lebih jelas tujuan penelitian ini dibembangkan
sebagai berikut:
1. Mengetahui gambaran penggunaan variasi model pembelajaran dan
ketercapaian kompetensi inti berdasarkan kurikulum 2013.
2. Mengetahui pengaruh penggunaan variasi model pembelajaran
terhadap kurikulum 2013.

Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang akan dilaksanakan ada 2, yakni
manfaat teoritis dan manfaat praktis:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini adalah sebagai memperkaya keilmuan serta
sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu kajian
dalam pengembangan model dan metode pembelajaran IPS
2. Manfaat Praktis.
Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih data
untuk melihat pengaruh metode pembelajaran terhadap ketercapaian
kompetensi inti dalam mata pelajaran IPS di Kota Bandung. Berikut
adalah berbagai pihak yang mungkin tercakup dalam manfaat ini sebagai
berikut:
1. Untuk guru
Sebagai bahan masukan bagi guru dalam mengembangkan metode
dalam model pembelajaran kurikulum 2013 agar tercapainya
kompetensi inti dalam mata pelajaran IPS
2. Untuk peserta didik
Agar pembelajaran mudah dipahami dan menyenangkan sehingga
mampu mencapai kompetensi inti dalam mata pelajaran IPS
3. Untuk Peneliti
Dari kegiatan penelitian, penulis berharap penelitian ini menjadi
pembelajaran penulis, sebagai bekal dalam menyusun metode yang
cocok untuk model pembelajaran kurikulum 2013 yang mampu
mencapai kompetensi inti dalam mata pelajaran IPS, sehingga
mampu mengembangkan proses pembelajaran IPS yang lebih
bermakna bagi peserta didik dan khususnya penulis sebagai
pendidik.

Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12

E. Sistematika Penelitian
1. Bab I Pendahuluan.
Pada Bab I ini berisi tentang, latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sitematika
penelitian
2. Bab II Kajian Teori.
Pada Bab II ini memaparkan kajian teori mengenai rujukan-rujukan
teori

para

ahli

yang

dijadikan

sebagai

landasan

dalam

mengembangkan konseptual permasalahan dan kajian di dalam
penelitian ini.
3. Bab III Metode Penelitian.
Bab III ini mencangkup lokasi dan subjek penelitian, desain
penelitian,

metode

penelitian,

definisi

operasional,

instrumen

penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
4. Bab IV Hasil Penelitian.
Di dalam Bab IV ini adalah pemaparan deskripsi hasil pengolahan
data penelitian dan analisis hasil penelitian yang diperoleh selama
pelaksanaan penelitian.
5. Bab V Kesimpulan dan Saran.
Bab V ini berisi mengenai resume atau kesimpulan hasil penelitian
yang di dapatkan berdasarkan rumusan yang di ajukan dalam
penelitian ini dan saran yang diajukan oleh penulis.

Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu