T IPS 1402444 Chapter 5

246

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pentingnya

ketercapaian

kompetensi



kompetensi

dalam

kurikulum 2013, karena hal tersebut menjadi bekal bagi peserta didik
untuk masa depannya kelak. Masa depan Indonesia ditentukan oleh
keberhasilan generasi mudanya masa kini. Kelak mereka lah yang

memimpin dan membangun negara ini. Oleh karena itu pemerintah
mengembangkan kurikulum ini sebagai persiapan masa depan Indonesia
yang lebih gemilang, seperti yang telah diharapkan seluruh masyarakat
saat ini yaitu generasi emas Indonesia tahun 2045. Pada tahun itu
diharapkan Indonesia menjadi negara yang maju, rakyatnya yang makmur,
dan berdikari.
Semua orang setuju untuk mencapai semua itu harus ada perbaikan
dalam diri masyarakatnya. Perbaikan dalam diri masyarakat tersebut
diantaranya adalah dalam ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Sesuai dengan tujuan IPS yang diungkapkan oleh Barr dkk. (1987) yakni
“...understanding, attitude and skills...”. Ketiganya bersinergi membangun
manusia Indonesia yang maju. Perbaikan tersebut hanya bisa dilakukan
hanya oleh pendidikan.
Berdasarkan latar belakang penelitian yang secara teoritis telah
disampaikan pada Bab sebelumnya oleh peneliti, penelitian ini ditujukan
untuk mengetahui bagaimana ketercapaian kompetensi inti yang telah
dicanangkan oleh pemerintah melalui kemendikbud sebagai salah satu
standar kelulusan (SKL kurikulum 2013) peserta didik dalam suatu
program pendidikan formal di sekolah, khususnya di SMP Negeri di kota
Bandung. Standar kelulusan adalah aturan baku dari pemerintah yang

harus dicapai oleh peserta didik, jika ia ingin lulus dalam setiap tingkat
Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

247

program pendidikan. Dilaksanakannya survey penelitian ini ialah untuk
mengetahui pengaruh penggunaan model – model pembelajaran kurikulum
2013 dalam pencapaian kompetensi inti.
Pertama, gambaran penggunan variasi model pembelajaran bukan
berarti ketiga model pembelajaran digunakan secara sekaligus dalam
setiap pertemuan. Tetapi model – model pembelajaran tersebut diterapkan
dalam pembelajaran secara bergantian yang disesuaikan dengan materi
pembelajaran dan kegiatan belajarnya. Misalkan pada materi pelajaran
berdasarkan KD (kompetensi dasar) 1 guru menggunakan problem based
learning sebagai model pembelajarannya. Selanjutnya pada KD 2, KD 3
dan seterusnya mengunakan model pembelajaran yang berbeda dengan
yang sebelumnya, bisa discoveri based learning atau project based

learning. Implementasi model pembelajaran ini bisa lebih dari satu kali
pertemuan sesuai dengan lamanya jam pelajaran untuk menerapkan materi
belajarnya yang telah direncanakan dalam program semester atau dalam
RPP yang dibuat guru. Ketiga model pembelajaran tersebut digunakan
secara berulang – ulang menyesuaikan dengan kegiatan belajar yang lebih
bermakna dan menantang bagi peserta didik.
Walaupun tidak ada pelarangan untuk memggunakan satu model
pembelajaran saja, sebaiknya dalam implementasi model – model
pembelajaran ini dilaksanakan secara bergaintian setiap pertemuan atau
materi yang diajarakan. Hal ini adalah untuk menghindari kejenuhan
peserta didik dalam belajar. Dapat dibayangkan jika guru menerapkan
hanya satu model pemebelajaran saja untuk semua materi pelajaran dalam
satu semester, dipastikan peserta didik akan merasa jenuh dalam belajar
karena kegiatannya hanya itu – itu saja. Dalam belajar pun harus ada
variasi, agar kegiatan belajar menyenangkan. Belajar yang menyenangkan
bukan hanya akan menambah motivasi belajar anak tetapi juga
meningkatkan pemahaman dan daya ingat peserta didik.
Kedua, pengaruh variasi model pembelajaran menunjukan hasil
adanya pengaruh positif pengunaan variasi model pembelajaran terhadap
Agung Wiradimadja, 2016

Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

248

pencapaian kompetensi inti. Jadi semakin bervariasi penggunaan model
pembelajaran maka semakin efektif pencapaian kompetensi inti. Berikut
hasil penelitian mengenai capaian atau efektifitas penggunaan model
pembelajaran secara statistik yang dideskripsikan pada tiap – tiap model
pembelajaran.
penggunaan model pembelajaran dicovery-inquiry based learning
hasilnya menunjukan secara positif ada pengaruh pencapaian kompetensi
inti melalui penggunaan model pembelajaran ini. Secara perhitungan,
besar pengaruh variabel discovery-inquiry based learning terhadap
kompetensi inti mencapai 20,9%. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
oleh Mettler dan didukung oleh Rahmalian bahwa pembelajaran
menggunakan model ini dipusatkan kepada peserta didik untuk
menemukan materi pelajaran. Sehingga pembelajaran IPS ini akan lebih
bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik berusaha merangkai

sendiri pemahamannya akan materi pelajaran itu dan hal tersebut akan
diingat lebih lama dibanding dengan pembelajaran yang disajikan oleh
guru dengan metode ceramah. Artinya belajar yang berdasarkan
pengalaman sendiri akan lebih melekat dalam pikiran peserta didik
tersebut. Sedangkan untuk hasil survey terkait model pembelajaran yang
paling disukai peserta didik, menunjukan 30,0% responden atau sebanyak
85 peserta didik menjawab discovery-inquiry based learning sebagai
model pembelajaran yang paling disukai. Dengan demikian ada model
pembelajaran lain yang lebih disukai oleh peserta didik lainnya.
Penggunaan model pembelajaran problem based learning hasilnya
menunjukan secara positif ada pengaruh pencapaian kompetensi inti
melalui penggunaan model pembelajaran ini. Secara perhitungan, besar
pengaruh variabel problem based learning terhadap kompetensi inti
mencapai 23,9%. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan peserta
didik untuk berusaha berfikir secara kritis membangun pemahaman dan
mencari solusi atas permasalahan sosial yang sedang ia pelajari. Tentunya
ini adalah termasuk cara belajar yang bermakna. Karena peserta didik akan
Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

249

merasa tertantang dalam belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS.
Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh Arends, menurutnya
pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran
yang digunakan untuk meningkatkan level berpikir tinggi. Gagne
menguatkan model pembelajaran ini memungkinkan seseorang untuk
meningkatkan kemandirian dalam berfikir. Adanya tantangan dalam
belajar IPS akan membuat peserta didik tidak akan merasa bosan dalam
belajar. Sedangkan hasil survey terkait model pembelajaran yang paling
disukai peserta didik menunjukan 30,4% responden atau sebanyak 86
peserta didik menjawab problem based learning sebagai model
pembelajaran yang paling disukai. Dengan demikian ada model
pembelajaran lain yang lebih disukai oleh peserta didik lainnya.
Penggunaan model pembelajaran project based learning Hasilnya
menunjukan secara positif ada pengaruh pencapaian kompetensi inti
melalui penggunaan model pembelajaran ini. Secara perhitungan, besar
pengaruh variabel project based learning terhadap kompetensi inti

mencapai 30,7%. Model pembelajaran ini berbeda dengan dua model
pembelajaran

sebelumnya.

Model

pembelajaran

ini

dapat

lebih

mengexplorasi kemampuan peserta didik dalam berfikir dan menerapkan
hasil pemikirannya kedalam suatu proyek yang ia kerjakan. Hal ini serupa
dengan yang duingkapkan oleh Harun, bahwa pembelajaran berbasis
proyek adalah sebuah model kegiatan dikelas yang berbeda dengan
biasanya. Kegiatan pembelajaran berbasis proyek berjangka waktu lama,

antardisiplin, berpusat pada peserta didik dan terintegrasi dengan masalah
dunia nyata. Hasil survey untuk model pembelajaran ini pun menunjukan
hasil yang lebih besar dibanding dengan dua model pembelajaran
sebelumnya. Untuk hasil survey model ini pembelajaran ini menunjukan
39,6% responden atau sebanyak 112 peserta didik menjawab project based
learning sebagai model pembelajaran yang paling disukai.
Berdasarkan keseluruahan hasil penelitian, model project based
learning lah yang mendapat nilai survey paling besar untuk model
Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

250

pembelajaran yang paling disukai oleh peserta didik. Loading factor-nya
pun menunjukan nilai yang lebih besar diantara model lainya dengan
perolehan 0,89 yang mengindikasikan terdapat proporsi variance yang
tinggi. Dan kompetensi yang paling tinggi tingkat ketercapaiannya ialah
kompetensi spiritual. Yang dibuktikan dengan nilai loading factor-nya

yang mencapai 0.90. Dimana nilai ini jauh lebih besar daripada
kompetensi inti lainnya. Hal ini mengindikasikan terdapat proporsi
variance yang untuk kompetensi spiritual.

B. Saran
Pada bagian ini, peneliti mengajukan saran bagi beberapa pihak
yang terkait dengan penelitian ini. Berdasarkan pengalaman peneliti
malaksanakan survey pengaruh penggunaan variasi model pembelajaran
kurikulum 2013 terhadap ketercapaian kompetensi inti pada mata
pelajaran IPS di SMP Negeri kota Bandung adalah sebagai berikut:
Bagi peneliti sendiri penelitian ini memberikan informasi bahwa
penggunaan variasi model pembelajaran menunjukan adanya efektivitas
terhadap pencapaian kompetensi inti. Hal ini memotivasi peneliti sebagai
guru untuk menerapakan pembelajaran menggunakan model pembelaran
yang bervariasi. Agar pembelajaran tercapai secara efektiv yakni guru dan
peserta didik tidak jenuh dalam belajar dan pencapaian kompetensi yang
harus diraih oleh peserta didik pun teraih secara efektiv.
Bagi pihak sekolah, mengingat pentingnya penerapan variasi
model pembelajaran kurikulum 2013, karena model – model pembelajaran
yang telah diajukan dalam kurikulum 2013 telah menjadi aturan baku yang

harus diterapkan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran, termasuk
mata pelajaran IPS. Model – model pembelajaran ini juga mendukung
pendekatan scientific, dimana pendekatan ini pun merupakan pendekatan
yang wajib dilaksanakan dalam pembelajaran kurikulum 2013. Alangkah
baiknya, pihak sekolah memperhatikan guru dalam penerapan variasi
Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

251

model – model pembelajaran ini. Jika ada guru yang masih kesulitan
dalam melaksanakan pembelajaran mengunakan variasi model – model ini
sebisa mungkin sekolah melaksanakan pelatihan dan pembekalan bagi
guru – guru tersebut, seperti in hause trainning, MGMP dan lain – lain.
Bagi pihak guru, variasi model pembelajaran kurikulum 2013 jika
diterapkan dengan sungguh-sungguh dan baik, maka proses pembelajaran
di kelas akan lebih bermakna, karena pembelajaran bersifat student center.
Dimana kegiatan belajar berfokus pada peserta didik untuk mencari

penemuan – penemuan baru dalam belajar. Pencapaian tujuan belajar pun
bisa dicapai dengan optimal, seperti hasil survey dalam penelitian ini yang
menunjukan bahwa variasi model – model pembelajaran kurikulum 2013
berpengaruh signifikan terhadap ketercapaian kompetensi inti. Dimana
kompetensi ini ini sebagai salah satu dari standar kelulusan peserta didik.
Bilamana ada guru yang masih kesulitan dalam penerapan variasi model
pembelajaran kurikulum 2013 ini, jangan diam dan pasrah saja. Tetapi
harus dipelajari, bahkan jangan sungkan untuk bertanya atau minta
bantuan rekan sejawat, pihak sekolah atau pihak lainnya yang sudah lebih
paham terlabih dahulu untuk mempelajari model – model pembelajaran
ini.
Bagi pihak peserta didik, variasi model pembelajaran kurikulum
2013

ini

memberikan

kesempatan

untuk

lebih

mengembangkan

kemampuannya dalam belajar. Konsep belajar pada model ini disandarkan
pada konsep belajar konstruktivistik. Dimana belajar kontruktivistik
memfasilitasi peserta didik untuk merangkai pemahaman terhadap materi
pelajaran, berdasarkan proses belajar mandiri atau pun belajar secara
kooperatif. Hal ini sangat berguna, belajar dengan cara demikian dapat
meningkatkan level berfikir, cara belajar, menemukan konsep – konsep
atau hal baru dan dapat lebih mengingat materi pelajaran karena apa yang
dipelajari oleh peserta didik ditemukan sendiri oleh peserta didik, bukan
hasil yang disajikan oleh guru.

Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

252

Bagi peneliti selanjutnya, peneliti berharap hasil dari penelitian ini
dapat menjadi rujukan dalam penelitiannya. Tidak hanya itu peneliti
berharap penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut agar ada
pengembangan pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik.
Untuk pengembangan penelitian ini, diharapkan agar peneliti
selanjutnya merencanakan penelitian lebih matang, dan dikembangkan
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Agar mendapat hasil
penelitian yang tidak salah arah, lebih mendalam dan tidak terdapat
kendala di lapangan maupun dalam penulisan penelitian.

Agung Wiradimadja, 2016
Pengaruh Penggunaan Variasi Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Terhadap Ketercapaian
Kompetensi Inti Pada Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu