TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMERATAAN HARTA WARISAN YANG BERLAKU DI DESA BALONGWONO TROWULAN MOJOKERTO.
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM
PEMERATAAN HARTA WARISAN YANG BERLAKU DI DESA
BALONGWONO TROWULAN MOJOKERTO
SKRIPSI
OLEH:
ACHMAD ZAINUL ABIDIN
NIM: C01211006
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Jurusan Hukum Islam Prodi Ahwal Al Syakhsiyyah
Surabaya
2015
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem
Pemerataan Harta Warisan Yang Berlaku Di Desa Balongwono Trowulan
Mojokerto.” ini merupakan hasil penelitian lapangan yang bertujuan untuk
menjawab pertanyaan tentang Bagaimana sistem pemerataan harta warisan yang
berlaku di Desa Balongwono Trowulan Mojokerto? dan Bagaimana tinjauan
hukum Islam terhadap sistem pemerataan harta warisan yang berlaku di Desa
Balongwono Trowulan Mojokerto?
Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif analisis, yaitu suatu metode
yang menggambarkan dan menafsirkan data yang telah terkumpul dengaan
menggunakan pola pikir deduktif.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pembagian harta warisan di
Desa Balongwono menggunakan sistem pemerataan yang mana antara laki-laki
dan wanita dalam pembagian warisan disamaratakan dengan cara musyawarah.
Dalam praktek pembagiannya para ahli waris mengundang tokoh masyarakat,
kepala Desa dan kasun demi kelangsungan musyawarah. Hal tersebut tidak lepas
dari dasar emansipasi wanita dan kemaslahatan bersama. Dengan adanya sistem
pemerataan harta warisan ini maka kesejahteraan masyarakat Desa Balongwono
tercapai dengan dasar adanya keridhoan antara ahli waris. Hasil penelitian yang
diperoleh menjelaskan bahwa, di dalam al-Qur’an sudah sangat jelas bahwa besar
bagian antara laki-laki dan wanita adalah 2:1 tetapi ditinjau dari pelaksanaanya
dalam pembagian warisan di Desa Balongwono menggunakan musyawarah dan
Islam memperbolehkan adanya musyawarah meskipun didalam al-Qur’an tidak
menjelaskan musyawarah dalam hal warisan, dalam ushul fiqh juga menyebutkan
adanya maslahah mursalah yaitu demi kemaslahatan bersama dan dalam
Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 183 membuka kemungkinan pembagian
warisan menggunakan jalur perdamaian (kekeluargaan) dan diperbolehkan.
Dari hasil penelitian diatas maka hendaknya memikirkan kemaslahatan
dan kesejahteraan dalam pembagian warisan agar tidak menimbulkan kerusuhan
karena, masalah waris adalah masalah muamalah yang bisa diselesaikan dengan
kekeluargaan.
iv
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM...............................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ..............................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................
iii
PENGESAHAN ...................................................................................................
iv
MOTTO ................................................................................................................
v
ABSTRAK ............................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................
xi
DAFTAR TRANSLITERASI ..............................................................................
xii
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................................
6
C. Rumusan Masalah ....................................................................
7
D. Kajian Pustaka..........................................................................
7
E. Tujuan Penelitian .....................................................................
9
F. Kegunaan Hasil Penelitian .......................................................
10
G. Definisi Operasional .................................................................
10
H. Metode Penelitian ....................................................................
11
I. Sistematika Pembahasan ..........................................................
14
BAB II
BAB III
WARIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM .........................
15
A. Pengertian Waris dalam Hukum Islam ....................................
15
B. Dasar dan Sumber Hukum Kewarisan Islam ...........................
16
1. Al-Qur’an .............................................................................
16
2. Al-Hadist ..............................................................................
18
3. Ijtihad Ulama ........................................................................
20
4. Prinsip kewarisan Islam .......................................................
21
5. Rukun dan Syraat-Syarat Kewarisan Islam .........................
23
6. Sebab-Sebab mendapatkan Harta Warisan .........................
25
7. Halangan mendapatkan Warisan .........................................
28
8. Kelompok Ahli Waris ..........................................................
28
9. Penggolongan Ahi warisan ..................................................
29
C. Kesetaraan dalam Hukum Warisan ..........................................
37
Pemerataan Harta Warisan yang Berlaku di Desa Balongwono .......
42
A. Selayang Pandang Desa Balongwono ......................................
42
B. Letak Geografis Desa Balongwono .........................................
43
C. Sejarah Sistem Pemerataan Harta Warisan yang Berlaku Di Desa
Balongwono ..............................................................................
44
D. Prosesi Pembagian Harta Warisan di Desa Balongwono ......... 45
E. Proses Pembagian Harta Warisan di Desa Balongwono ..........
48
F. Pandangan Tokoh Agama dan Masyarakat Balongwono tentang
Pemerataan Harta Warisan .......................................................
51
BAB IV
Pemerataan Harta Warisan di Desa Balongwono Dalam Perspektif Hukum
Islam
A. Sistem Pemerataan Harta Warisan di Desa Balongwono dalam
BAB V
Perspektif Hukum Islam ........................................................
53
1. Al-Qur’an .........................................................................
53
2. Musyawarah dalam Hukum Islam ....................................
56
3. Ushul fiqh tentang Pemerataan Warisan .........................
58
4. Kompilasi Hukum Islam (KHI) ........................................
59
PENUTUP .......................................................................................
63
A. Kesimpulan ...............................................................................
63
B. Saran .........................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukum Islam merupakan hukum Allah SWT, sehingga menuntut
kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari
keimanannya terhadap Allah SWT. Keimanan akan wujud Allah SWT
menuntut kepercayaan akan segala sifat dan qudrat Allah SWT. Aturan Allah
SWT tentang tingkah laku manusia itu sendiri merupakan satu bentuk dari
iradat Allah SWT dan karena itu kepatuhan menjalankan aturan Allah SWT
merupakan perwujudan dari iman kepada Allah SWT.
Dalam Islam banyak ayat hukum al-Qur’an yang mengatur masalah
keluarga, termasuk perkawinan.Salah satuayattentangperkawinan di al-Qur’an
seperti dalam suratAn-Nisa>’ ayat 3:
ِ وإِ ْن ِﺧ ْﻔﺘﻢ أَﻻ ﺗـ ْﻘ ِﺴﻄُﻮا ِﰲ اﻟْﻴﺘﺎﻣﻰ ﻓَﺎﻧْ ِﻜﺤﻮا ﻣﺎ ﻃَﺎب ﻟَ ُﻜﻢ ِﻣﻦ اﻟﻨ
ﻼث
ُ ُْ
َ ُﱢﺴﺎء َﻣﺜْـ َﲎ َوﺛ
َ ََ
َ
َ َ ْ َ َ ُ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ﻚ أ َْد َﱏ أَﻻ ﺗَـ ُﻌﻮﻟُﻮا
َ ﺖ أَْﳝَﺎﻧُ ُﻜ ْﻢ ذَﻟ
ْ ﺎع ﻓَﺈ ْن ﺧ ْﻔﺘُ ْﻢ أَﻻ ﺗَـ ْﻌﺪﻟُﻮا ﻓَـ َﻮاﺣ َﺪ ًة أ َْو َﻣﺎ َﻣﻠَ َﻜ
َ ََوُرﺑ
Artinya: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah SWT sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan
pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang
baik.1
Kemudianjugaterdapat di Surat Al-Ahza>b ayat 37:
ِ ِ ُ وإِ ْذ ﺗَـ ُﻘ
ِ
ﻚ َواﺗ ِﱠﻖ اﻟﻠﱠﻪَ َوُﲣْ ِﻔﻲ ِﰲ
ْ ﺖ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ أ َْﻣ ِﺴ
َ ﻚ َزْو َﺟ
َ ﻚ َﻋﻠَْﻴ
َ ﻮل ﻟﻠﱠﺬي أَﻧْـ َﻌ َﻢ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َوأَﻧْـ َﻌ ْﻤ
َ
ِ
ِ
ِ
ِ
ﻧَـ ْﻔﺴ َ ﱠ
ﻀﻰ َزﻳْ ٌﺪ ﻣْﻨـ َﻬﺎ َوﻃًَﺮا َزﱠو ْﺟﻨَﺎ َﻛ َﻬﺎ
َ ََﺣ ﱡﻖ أَ ْن َﲣْ َﺸﺎﻩُ ﻓَـﻠَ ﱠﻤﺎ ﻗ
َ ﱠﺎس َواﻟﻠﱠﻪُ أ
َ ﻚ َﻣﺎ اﻟﻠﻪُ ُﻣْﺒﺪﻳﻪ َوَﲣْ َﺸﻰ اﻟﻨ
1
Depatemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahannya, (Bandung: Penerbit CV. Diponegoro,Cet. 10,
2009), 77.
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
ِ
ِ ِ
ِِ
ﻀ ْﻮا ِﻣﻨْـ ُﻬ ﱠﻦ َوﻃًَﺮا َوَﻛﺎ َن أ َْﻣُﺮ اﻟﻠﱠ ِﻪ
َ َﲔ َﺣَﺮ ٌج ِﰲ أ َْزَو ِاج أ َْدﻋﻴَﺎﺋ ِﻬ ْﻢ إِ َذا ﻗ
َ ﻟ َﻜ ْﻲ ﻻ ﻳَ ُﻜﻮ َن َﻋﻠَﻰ اﻟْ ُﻤ ْﺆﻣﻨ
(٣٧) َﻣ ْﻔ ُﻌﻮﻻ
Artinya: Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah SWT
telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat
kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah SWT",
sedang kamu Menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah SWT akan
menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah SWT-lah
yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri
keperluan terhadap Istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan
dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istriistri anak anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah
menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. dan adalah ketetapan Allah
SWT itu pasti terjadi.2
Diantara hubungan keluarga yang mengatur hubungan secara manusia yang
ditetapkan Allah SWT adalah aturan tentang harta warisan, yaitu harta dan
pemilikan yang timbul sebagai akibat dari suatu kematian. Harta yang telah
ditinggalkan oleh seseorang yang telah meninggal memerlukan pengaturan
tentang siapa yang berhak menerimanya dan berapa jumlahnya serta bagaimana
cara mendapatkanya.
Kematian seseorang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada diri,
keluarga, masyarakat dan sekitarnya. Selain itu, kematian tersebut menimbulkan
kewajiban orang lain bagi dirinya (si mayit) yang berhubungan dengan
pengurusan jenazahnya. Dengan kematian itu timbul pula akibat hukum lain
secara otomatis, yaitu adannya hubungan ilmu hukum yang menyangkut hak para
keluarga (ahli waris) terhadap seluruh harta peninggalannya. Bahkan masyarakat
2
Ibid., 423.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
dan negara pundalam keadaan tertentu mempunyai hak atas peninggalan
tersebut.3
kematian seseorang mengakibatkan timbulnya cabang ilmu hukum yang
menyangkut bagaimana cara penyelesaian harta peninggalan kepada keluarga (
ahli waris)-nya, dikenal dengan nama hukum waris. Dalam syariat Islam ilmu
tersebut terkenal dengan ilmu mawaris dan fiqh mawaris.Hukum kewarisan Islam
pada dasarnya berlaku untuk umat Islam di mana saja di dunia ini. Bagaimanapun
demikian, corak suatu negara Islam dan kehidupan masyarakat di negara atau di
daerah tersebut memberi pengaruh atas hukum kewarisan di daerah itu. Pengaruh
itu terbatas dan tidak dapat melampaui garis pokok dari ketentuan hukum
kewarisan Islam tersebut. Namun pengaruh tadi dapat terjadi pada bagian-bagian
yang berasal dari ijtihad atau pendapat-pendapat ahli hukum Islam sendiri.4
Allah SWT telah menentukan bagian warisan kepada orang yang berhak
dengan kadar yang berbeda-beda sesuai dengan kedaan diri mereka.Laki-laki
dijadikan pemimpin bagi wanita dan mereka dilebihkan atas wanita karena dua
perkara, yaitu anugerah Allah SWT dan karena usaha mereka (dengan ijinNya).5Dijelaskan dalam surat An-Nisa>’ ayat 34
3
Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Gema
Media Pratama,2002), 16.
4
Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika offest, 2008), 54.
5
Muhammad Bin Shaleh AL-Ustmaimin, Ilmu Waris Metode Praktis Menghitung Warisan dalam
Syariat Islam, (Jakarta: Ash-Shaf Media, 2007), 31.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu
Allah SWT telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang
lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah
SWT lagi memelihara diri, ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah SWT
telah memelihara (mereka), wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,
Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan
pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah SWT Maha
Tinggi lagi Maha besar.6
Karena anugerah Allah SWT, kaum laki-laki diberi kelebihan pada diri
mereka yaitu akal yang sempurna, baik dalam mengatur dan diberi kekuatan yang
lebih dalam berbuat dan taat. Oleh karena itu kaum laki-laki diberi keistimewaan
di atas kaum wanita dengan diangkat sebagai nabi, sebagai pemimpin,
menegakkan syi’ar-syi’ar (Islam) dan kesaksian dalam semua permasalahan,
wajib berijtihad, menegakkan shalat jum’at dan sejenisnya, juga mereka dijadikan
sebagai ahli waris yang mendapatkan bagian a>shabah, mendapatkan bagian
warisan yang lebih dan sejenisnya, karena usaha, mereka yaitu kaum laki-laki
memberikan harta kepada wanita ketika mengawini mereka dengan memberikan
mahar dan nafkah dalam kebutuhan hidupnya.7
Dalam bagian warisan laki-laki dibedakan dengan bagian wanita yaitu
bagian laki-laki sepertinya dua orang wanita, sebagaimana ketika ahli waris
terdiri dari anak-anak kandung dari jenis laki-laki dan wanita. Terkadang bagian
anak laki-laki disamakan dengan bagian anak wanita ketika ahli waris terdiri dari
anak laki-laki dan wanita ketika ahli waris terdiri dari beberapa anak laki-laki dan
dari anak-anak ibu (saudara seibu), dan bahkan terkadang bagian wanita lebih
banyak dari laki-laki seperti ketika ahli waris terdiri dari seorang suami,ibu
6
Depatemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahannya, (Bandung: Penerbit CV. Diponegoro,Cet. 10,
2009), 70.
7
Ibid.,XI.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
danbapak, maka dalam masalah ini bagian ibu lebih banyak dari bagian bapak,
hanya saja masalah ini diperselisihkan oleh para imam. Hukum waris dalam
Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengandung dualisme hukum, yaitu ada pasal
yang menjelaskan bahwa bagian laki-laki dan bagian wanita adalah dua
berbanding satu dan juga bisa dengan jalur perdamaian.8
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 176 mengatur bahwa besaran
bagian harta warisan bagi anak laki-laki dan wanita. Kepastian ketetapannya
tetap berpegang teguh pada norma surat An-Nisa>’ ayat 11. Namun dalam pasal
183 Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan pasal 176 terbuka kemungkinan adannya
penyimpangan melalui jalur perdamaian. Dalam pasal ini disebutkan bahwa
patokan penerapan besarnya bagian harta warisan bagi laki-laki dan wanita dapat
dijelaskan sebagai berikut :9
1. Bagian anak laki-laki dibandingkan dengan bagian anak wanita adalah dua
berbanding satu (2:1).
2. Melalui jalur perdamaian, dapat disepakati oleh ahli waris pembagian yang
menyimpang dari ketentuan pasal 176.
Dalam masyarakat Balongwono mempunyai prinsip yaitu mereka
mendukung emansipasi wanita Balongwono. Berkaitan dengan masalah warisan,
bahwa masalah pembagian waris di Balongwono menggunakan pembagian sama
rata (1:1), yaitu laki-laki mendapat satu bagian dan wanita mendapatkan satu
bagian, tetapi di samping itu, di dalam masyarakat Balongwono juga terdapat
salah satu keunikan diDesa Balongwono yang lebih mengutamakan wanita
daripada laki-laki, sehingga dalam pembagian waris mereka berpendapat laki-laki
dan wanita adalah sama dalam hal pembagian harta warisan. Menurut bapak
8
9
Kompilasi Hukum Islam Pasal 183 dan 176
Kompilasi Hukum Islam Pasal 183 dan 176
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Fauzan selaku sesepuh warga Desa Balongwono berpendapat Islam sangat
memuliakan wanita, bahwa al-Qur’an dan sunnah memberikan perhatian yang
sangat besar serta kedudukan yang terhormat kepada wanita.
Dengan adannya perbedaan hukum yang ada di dalam Kompilasi Hukum
Islam (KHI) pasal 176 dan 183, untuk mengetahui secara mendalam tentang
sistem pemerataan yang ada di Balongwono, maka penulis mencoba untuk
meneliti praktek di lapangan berkaitan tentang waris tersebut.penulis menemukan
bahwa masyarakat Balongwono membagi harta warisan dengan sama rata. Hal
tersebut yang menjadi latar belakang penulis melakukan penelitian tentang
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Pemerataan Harta Warisan Yang
Berlaku Di Desa Balongwono Trowulan Mojokerto”.
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi diperlukan untuk mengenali ruang lingkup pembahasan agar tidak
terjadi miss understanding dalam pemahaman pembahasannya. Adapun
identifikasi dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
a. Pengertian waris dalam hukum Islam
b. Sistem pemerataan warisan di Desa Balongwono
c. Syarat dan rukun waris
d. Sebab-sebab mendapatkan harta warisan
e. Asas hukum kewarisan Islam
f. Pemerataan dalam hukum kewarisan
g. Sistem kekeluargaan dalam hukum waris
h. Asas hukum kewarisan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
2. Batasan Masalah
Batasan masalah bertujuan untuk menetapkan batas-batas masalah
yang akan diteliti dan objek mana yang tidak termasuk dalam pembahasaan,
sehingga pembahasan menjadi lebih terarah dan tidak menyimpang dari fokus
penelitian, maka dari itu penulis memfokuskan dengan batasan sebagai
berikut:
a. Sistem pemerataan harta warisan yang berlaku di Desa Balongwono
Trowulan Mojokerto
b. Tinjauan hukum Islam terhadap sistem pemerataan harta warisan yang
berlaku di Desa Balongwono Trowulan Mojokerto
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
yang diambil adalah:
1. Bagaimana sistem pemerataan harta warisan yang berlaku di Desa
Balongwono Trowulan Mojokerto?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sistem pemerataan harta warisan
yang berlaku di Desa Balongwono Trowulan Mojokerto?
D. Kajian Pustaka
Sebelum penentuan judul bahasan dalam skripsi ini penulis melakukan penelitian
pustaka terdahulu yang berkaitan dengan judul yang penulis bahas. Penelitian
pustaka yang terdahulu yang berkaitan dengan penulis adalah sebagai berikut
a. Skripsi dengan judul Tradisi Pembagian Waris Di Lingkungan Masyarakat
Arab (studi kasus di Arab Tegal) yang ditulis oleh Arif Rahman. Fokus
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
bahasan dari skripsi ini adalah tata cara pembagian harta waris
berdasarkan adat Arab Tegal, tentang tradisi waris Arab Tegal dan juga
bentuk pembagian harta waris adat Arab Tegal. Ditinjau dari masyarakat
Arab Tegal yang mempunyai adat kewarisan yang sangat kental dan turun
temurun sejak dari dahulu.10
b. Skripsi dengan judul Pembagian Harta Warisan Antara Laki-Laki Dan
Perempuan yang ditulis oleh Abdul Wahid. Fokus bahasan skripsi ini
adalah tentang pemikiran Munawir Syadzali yang menyebutkan bahwa
bagian warisan perempuan adalah sama ditinjau dari perkembangan
zaman.11
c. Skripsi dengan judul Pelaksanaan Pembagian Warisan diDusun Gandu,
Desa Sendang Tirto, Blebah, Sleman yang ditulis oleh Abdul Rachman
membahas tentang kapan pelaksanaan pembagian warisan terjadi dan
melihat persamaan dan perbedaan mengenai pelaksanaan pembagian
warisan antara hukum adat Gandu dan hukum Islam. Fokus skripsi ini
adalah dari perbandingan hukum Islam dan hukum adat.12
d. Skripsi dengan judul Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Islam
ditinjau dari pelaksanaanya di kecamatan Tanah Merah kabupaten Indra
Giri Hilir. Ditinjau dari menurut hukum adat masyarakat Hilir dan faktor-
10
Arif Rahman, “Pembagian Waris di Lingkungan Masyarakat Arab, “Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, (Jakarta,2008).
11
Abdul Wahid, “Pembagian Harta Warisan antara laki-laki dan perempuan, skripsi Fakultas Ilmu
Hukum Islam STAIN Salatiga Jawa Tengah”, (Salatiga,2005).
12
Abdul Rachman, “Pembagian Warisan di Dusun Gandu,Desa Sendang Tirto, Blebah, Sleman, Skripsi
Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”, (Yogyakarta,2007).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
faktor yang menjadi penghambat dalam pembagian waris menurut adat
Hilir. 13
e. Skripsi dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Pembagian
Warisan Masyarakat desa Paciran kecamatan Paciran kabupaten
Lamongan Jawa Timur ditulis oleh Imam Wahyudi Membahas tentang
bagaimana praktek pembagian itu dilaksanakan sebelum pewaris
meninggal, yang kemudian dianalisis dari segi hukum Islam.14
Perbedaan dengan penulis yang teliti adalah meneliti tentang pembagian
pemerataan waris di Desa Balongwono,cara pembagianya, dan bagaimana
pandangan Islam tentang pemerataan warisan yang mengatasnamakan
emansipasi wanitajikaditinjaudenganhukum Islam.
E. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui system pemerataan harta warisan di Desa Balongwono
Trowulan Mojokerto.
b. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap sistem pemerataan
harta warisan yang berlaku di Desa Balongwono Trowulan Mojokerto.
13
Kamiludin, “Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Islam Ditinjau dari Pelaksanaanya di
Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir, Skrpisi Fakultas Hukum Universitas Islam Riau
Pekanbaru”, (Pekanbaru,2011).
14
Imam Wahyudi, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Pembagian Warisan Masyarakat desa
Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur, Skripsi Fakultas Syariah IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta”, (Yogyakarta,2001).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
F. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan akan diperoleh melalui penelitian ini yang
dilakukan oleh penulis adalah :
a. Untuk menambah ilmu dan memperluas wawasan intelektualitas bagi
mahasiswa atau masyarakat yang membaca hasil penelitian ini, khususnya
penulis sendiri.
b. Sebagai pengembangan wawasan mengenai masalah waris, terutama terutama
pemerataan harta warisan yang ada di Balongwono.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada masyarakat
Balongwono tentang waris.
G. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami skripsi ini, maka perlu diberikan
definisi yang jelas mengenai pokok kajian yang penulis bahas, yaitu:
1. Tinjauan hukum Islam menurut KHI dan ushul fiqh, adalah hukum Islam yang
akan mengarah pada al-Qur’an, al-Hadis, ushul fiqh dan Kompilasi Hukum
Islam yang berkaitan dengan sistem pembagian harta warisan.
2. Sistem pemerataan harta warisan adalah cara-cara atau metode-metode yang
bertujuan untuk mewujudkan keadilan dalam pendapatan harta warisan.
3. Harta warisan adalah sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal
baik berupa uang atau materi lainnya yang dibenarkan oleh syariat Islam
untuk diwariskan kepada ahli warisnya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
H. MetodelogiPenelitian
1. Data yang dikumpulkan
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka data pokok yang dikumpulkan
dalam penelitian adalah data mengenai tinjauan hukum Islam terhadap sistem
pemerataan harta warisan di Desa Balongwono Trowulan yang meliputi:
a. Data tentang sistem pemerataan harta warisan di Desa Balongwono
b. Data dari pihak-pihak terlibat dalam proses pelaksanaan pemerataan harta
warisan
2. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan sebagai bahan rujukan pencarian
data adalah sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer, yaitu data
yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya, yang digunakan dalam
karya ini adalah:
a. Kepala Desa Balongwono
b. Kompilasi Hukum Islam
c. Ushul Fiqh
Sumber data sekunder, yaitu data yang diambil dan diperoleh dari bahan
pustaka dengan mencari data atau informasi berupa benda-benda tertulis
seperti buku-buku, artikel, hard copy, dan artikel dari internet.15 Adapun data
skunder yang digunakanadalah:
a. Al-Qur’anul Karim dan Al-Sunnah
b. Kompilasi Hukum Islam ( KHI )
c. Fiqh Sunnah, karya Syaikh Sayyid Sabiq
d. Hukum Waris Islam, karya Muhammaad Ali Al-shabuny
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
115.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
e. Ilmu waris, karya fatchur rahman
f. Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, karya Yusuf Somawinata dan
Suparman Usman
g. Hukum Kewarisan Islam Indonesiakarya Sajuti Thalib
h. Ilmu Waris Metode Praktis Menghitung Warisan dalam Syariat Islam
karya Muhammad Bin Shaleh AL-Ustmaimin
i. Bapak Mudin Balongwono
j. Tokoh Masyarakat Balongwono
3. Teknik pengumpulan data
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan bentuk komunikasi
atau perekapan antara dua orang atau lebih, guna mandapatkan informasi
dengan cara bertanya langsung kepada subjek atau informan, untuk
mendapatkan sebuah informasi penting yang diinginkan guna mencapai
tujuannya dan memperoleh data yang di inginkan dan akan dijadikan
sebagai bahan laporan penelitian.16Bentuk wawancara ini dilakukan
dengan cara mengadakan dialog dan Tanya jawab dengan tokoh
masyarakat Desa Balongwono.
b. Study pustaka
Yang dimaksud study pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan study penelaah terhadap buku-buku yang ada hubunganya
dengan masalah yang dipecahkan.
16
S. Nasution, Metode Research (PenelitianIlmiah), (Jakarta: BumiAksara, 2008), 113.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
4. TeknikPengolaan Data
Setelah terkumpul, selanjutnya mengadakan analisis data, dalam hal
ini tahapan-tahapan yang akan ditempuh adalah sebagai berikut:
a.
Editing adalah pemeriksaan kembali terhadap data tentang sistem
pemerataan harta warisan yang berlaku di Desa Balongwono Trowulan
Mojokerto yang telah diperoleh dalam kejelasan untuk penelitian.
b.
Organizing adalah menyusun secara sitematis data yang diperoleh
tentang sistem pemerataan harta warisan yang berlaku di Desa
Balongwono Trowulan Mojokerto dalam kerangka paparan yang telah
direncanakan sebelumnya untuk memperoleh bukti-bukti dan gambaran
secara jelas tentang permasalahan yang diteliti.
5. Teknik Analisis Data
Dalam teknik analasis data, langkah selanjutnya menganalisis data
yaitu setelah data yang diperlukan terkumpul, maka penulis akan
menganalisis data tersebut dengan menggunakan metodedeskriptif analisis
dengan pola pikir deduktif yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau
gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki.17
Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir
deduktif, yakni bermula dari hal-hal yang bersifat umum yaitu berupa bukubuku atau kitab yang menjelaskan tentang warisan, khususnya dalam hal
sistem pemerataan harta warisan.
17
Moh. Nazir, Metode Penelitian,(Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005 ), 63.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Dari hasil analisi inilah diharapkan bisa menjadi suatu jawaban atas
rumusan masalah di atas dan sekaligus sebagai bahan untuk pembahasan hasil
penelitian dan bisa ditarik suatu kesimpulan.
6. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan jaminan bahwa pembahasan yang termuat dalam
penulisan ini benar-benar mengarah kepada tercapainya tujuan penelitian, maka
penulis membuat sistematika sebagai berikut:
Bab pertama : Berisi pendahuluan, bab ini mencakup latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaannya, definisi operasional dan metodologi penelitian,
dari data yang dikumpulkan, sumber data, teknik pengumpulan data
danteknikanalisa data.
Bab kedua: Berisi tentang landasan teori, bab ini mengemukakan tinjauan
tentang pemerataan harta warisan yang meliputi pengertian warisan, hokum
warisan, bagian warisan, dasar hukum warisan, kesetaraan dalam hukum warisan
Bab ketiga: Berisi pembahasan dalam bab ini mengemukakan gambaran
umum tentang keberadaan Desa Balongwono Trowulan Mojokerto, meliputi letak
geografis, keadaan agama, perekonomian masyarakat, pendidikan, deskripsi
tentang sistem pemerataan harta warisan, dan dasar diberlakukan
sistem
pemerataan harta warisan yang berlaku di Desa Balongwono Trowulan
Mojokerto.
Bab keempat: Analisis mengenai tinjauan hukum islam terhadap sistem
pemerataan warisan.
Bab kelima: Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
BAB II
WARIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A.
Pengertian Hukum kewarisan Islam
Kata waris berasal dari bahasa Arab miras. Bentuk jamaknya adalah
mawaris yang berarti adalah harta peninggalan orang meninggal yang akan
dibagikan kepada ahli waris.1
Hukum waris dalam Islam dinamakan ilmu faraidh yang artinya ilmu
pembagian atau yang lebih jelas diartikan suatu ilmu yang menerangkan tata cara
pembagian harta dari seseorang yang telah meninggal dengan pembagianpembagian yang telah ditentukan untuk dibagikan kepada yang berhak
menerima.2
Dalam istilah hukum yang baku digunakan kata kewarisan dengan
mengambil kata asal “waris” dengan tambahan awal “ke” dan akhiran “an”. Kata
waris itu sendiri dapat berarti orang pewaris sebagai subjek dan dapat berarti
pula proses. Dalam arti yang pertama mengandung makna “hal ilwan orang yang
menerima harta warisan” dalam arti kedua mengandung kata “hal ilwan peralihan
harta dari yang mati kepada yang masih hidup”. Arti terakhir ini yang digunakan
dalam istilah hukum.3
1
Dian Khairul Umam, Fiqh Mawaris, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 11.
Saifudin Arif, Praktek Pembagian Harta Peninggalan Berdasarkan Hukum Waris Islam, (Jakarta:
PP Darunnajah, 2007), 5.
3
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), 17.
2
15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hukum waris
merupakan hukum yang mengatur tentang perpindahan harta warisan dari orang
yang meninggal kepada para ahli waris dan dengan ketentuan bagian tertentu.
B.
Dasar-dasar dan Sumber Hukum Kewarisan Islam
Kewarisan Islam memiliki sumber-sumber hukum yang menjadi dalil atau
dasar sebagai penguat hukum kewarisan tersebut. Diantara sumber-sumber
hukum kewarisan dalam Islam diantaranya adalah, sebagai berikut:4
1. Dalil-dalil yang bersumber dari Al-Qur’an.
2. Dalil-dalil yang bersumber dari Al-Sunnah.
3. Dalil-dalil yang bersumber dari ijma’ dan ijtihad para ulama’.
Dasar hukum bagi kewarisan adalah nash atau apa yang ada didalam AlQur’an dan Al-Sunnah. Ayat-ayat Al-Qur’an yang mengatur secara langsung
tentang waris diantaranya adalah:
1. Q.S Al-Nisa>: 7
Artinya:”Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan
kerabatnya, dan bagi wanita ada hak dan bagian (pula) dari harta peninggalan
ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah
ditetapkan.”5
4
H.R. Otje Salman S., S.H, Hukum Waris Islam, (Bandung, Aditama, 2006), 3.
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan terjemahannya, (Surabaya:
Assalam,2010), 108.
5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
Garis hukum kewarisan pada ayat diatas (Q.S Al-Nisa> : 7) adalah sebagai
berikut:6
a. Bagi anak laki-laki ada bagian warisan dari harta peninggalan ibu bapaknya.
b. Bagi aqrabu>n (keluarga dekat) laki-laki ada bagian warisan dari harta
peninggalan aqrabu>n (keluarga dekat yang laki-laki atau perempuannya).
c. Bagi anak perempuan ada bagian warisan dari harta peninggalan ibu
bapaknya.
d. Bagi aqrabu>n (keluarga dekat) perempuan ada bagian warisan dari harta
peninggalan aqrabu>n (keluarga dekat yang laki-laki atau perempuannya)
e. Ahli waris itu ada yang menerima warisan sedikit, dan ada pula yang banyak.
Pembagian-pembagian itu ditentukan oleh Allah SWT.
Selanjutnya perlu dijelaskan bahwa ayat ke-7 surat An-Nisa
taraka. Sesuai dengan sistem ilmu hukum pada umumnya, dimana ditemui
perincian
nantinya
maka
perincian
yang khusus
itulah
yang mudah
memperlakukannya dan yang akan diperlakukan dalam kasus-kasus yang akan
diselesaikan.7
Kemudian dalam ayat selanjutnya surat Al-Nisa> ayat 8 :
6
Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta, PT. Bina Aksara, 1981), 7.
Ibid.,9.
7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Artinya:”dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang
miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang baik.”
2. Q.S. Al-Nisa>ayat 11 :
Artinya: Allah SWT mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua
orang anak perempuandan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua,
Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan
itu seorang saja, Maka ia memperoleh setengah harta. dan untuk dua orang ibubapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang
meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai
anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga;
jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat
seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat
yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat
(banyak) manfaatnya bagimu.ini adalah ketetapan dari Allah SWT.
Sesungguhnya Allah SWT Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.8
3.
Dasar Hukum Kewarisan Islam Dalam Al-Hadist
Dasar hukum kewarisan yang kedua yaitu dasar hukum yang terdapat
dalam hadits. Dari sekian banyak hadist Nabi Muhammad SAW yang menjadi
8
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan terjemahannya, (Surabaya:
Assalam,2010), 108.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
landasan hukum kewarisan Islam, penulis hanya mencantumkan beberapa dari
hadist Nabi, diantaranya sebagai berikut :
Hadist dari Muhammad Abdullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
yaitu:9
“ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻋﻦ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻲ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ
ﻗﺎﻻﻟﻔﺮاﺋﺾ ﺑﺎﻫﻠﻬﺎ ﻓﻤﺎ ﺑﻘﻲ ﻓﻬﻮ ﻻوﱄ رﺟﻞ ذﻛﺮاﳊﻘﻮا
Artinya: Dari Ibnu Abbas ra dari Nabi SAW bersabda berikan bagian
waris yang telah ditentukan bagian-bagiannya kepada mereka yang
berhak, kemudian apa yang telah tersisa maka diperuntukkan kerabat
paling dekat yang laki-laki.
Hadist Nabi yang diriwayatkan dari Imron bin Hussein menurut riwayat
Imam Abu Daud, yaitu:10
ﻋﻦ ﻋﻤﺮﺑﻦ ﺣﺴﲔ ان رﺟﻼ ﺟﺎء اﱄ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻲ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎل ان ﻟﺴﻲ اﺑﻦ ﻣﺎت
ﺎ ﲟﺲ ﻣﲑﺛﻪ ﺣﻘﻞ ﻟﻚ اﻟﺴﺪس
Artinya: Dari Umar bin Husain bahwa seorang laki-laki datang kepada
Nabi lalu berkata bahwasanya anak dari anak meninggalkan harta, Nabi
menjawab: untukmu seperenam.
Hadist Nabi yang diriwayatkan dari Usamah bin Zaid menurut riwayat
Tirmidzi, yaitu:11
9
Al-bukhori, Shahih Bukhori, Juz IV, (Kairo: Daar wa Mathba Asy-Sya’biy, T.t), 181.
Abu Daud, Sunanu Abi Daud, Juz II, (Kairo: Mustafa Al-Babiy, 152), 109.
11
Abu Musa Al-Tirmidziy, Al-Jami’u Ash-Shahih, Juz IV, (Kairo: Mustafa al-Babiy, 1938), 432.
10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
ﻋﻦ اﺳﺎﻣﺔ ﺑﻦ ﻳﺰﻳﺪ ﻋﻦ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻲ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل ﻻ ﻳﺮث اﳌﺴﻠﻢ اﻟﻜﺎﻓﺮ وﻻ اﻟﻜﺎﻓﺮ
اﳌﺴﻠﻢ
Artinya: Dari Usamah bin Zaid dari Nabi SAW: Orang Islam itu tidak
mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak mewarisi orang Islam.
Hadist Nabi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah menurut riwayat Imam
Ibnu Majah, yaitu:12
ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻲ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻗﺘﻞ ﻗﺘﻴﻞ ﻓﺎﻧﻪ ﻻ ﻳﺮﺛﻪ وان ﱂ ﻳﻜﻦ ﻟﻪ وارث ﻏﲑﻩ
وان ﻛﺎن ﻟﻪ واﻟﺪﻩ او واﻟﺪ ﻓﻠﻴﺲ ﻟﻘﺎﺗﻞ ﻣﲑث
Artinya: Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa membunuh seorang
korban, maka ia tidak dapat mewarisinya, walaupun korban tidak
mempunyai ahli waris lain selain dirinya sendiri, begitu juga walaupun
korban itu adalah orang tuanya atau anaknya sendiri. Maka bagi
pembunuh tidak berhak menerima warisan”.
4.
Dasar Hukum Kewarisan Islam Dalam Ijtihad Ulama
Ijtihad adalah menyelidiki dalil-dalil hukum dari sumbernya yang resmi
yaitu Al-Qur’an dan hadist kemudian menarik garis hukum dari padanya dalam
suatu masalah tertentu, misalnya berijtihad dari Al-Qur’an kemudian
mengalirkan garis-garis hukum kewarisan Islam dari padanya.13Dalam definisi
lainnya, ijtihad yaitu pemikiran para sahabat atau ulama’ yang memiliki cukup
syarat dan kriteria sebagai mujtahid untuk menjawab persoalan-persoalan yang
muncul dalam pembagian harta warisan. Yang dimaksud disini ijtihad dalam
12
13
Ibnu Majah, Juz II, (Kairo: Mustafa al-Babiy, t.t), 10.
M. Idris Lamulyo, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: t.p, 1984), 8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
menerapkan hukum, bukan untuk mengubah pemahaman atau ketentuan yang
telah ada.Meskipun Al-Qur’an dan Hadist telah memberi ketentuan terperinci
tentang pembagian harta warisan, tetapi dalam beberapa hal masih diperlukan
adanya ijtihad, yaitu terhadap hal-hal yang tidak ditentukan dalam kedua sumber
hukum tersebut. Misalnya mengenai bagian warisan bagi orang banci atau dalam
ilmu faraidh disebut khunsta>, harta warisan yang tidak habis terbagi kepada siapa
sisanya diberikan, bagian ibu apabila hanya bersama-sama dengan ayah atau
duda atau janda.14
5.
Prinsip-Prinsip kewarisan Dalam Islam
sebagai sumber hukum agama yang utamanya bersumber dari wahyu
Allah SWT yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, hukum kewarisan
Islam mengandung berbagai asas yang dalam beberapa hal berlaku pula dalam
hukum kewarisan yang bersumber dari akal manusia. Disamping itu, hukum
kewarisan Islam juga mempunyai corak tersendiri yang membedakannya dengan
hukum kewarisan lain. Berbagai asas hukum ini memperlihatkan bentuk
karakteristik dari hukum kewarisan Islam itu. Adapun mengenai prinsip-prinsip
kewarisan Islam yaitu :15-16-17
14
15
H.R. Otje Salman S., S.H, Hukum Waris Islam, (Bandung, Aditama, 2006), 10.
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Kencana, 2008), 13.
16
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006),
208-209.
17
Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, …,31.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
a. Prinsip ijbari, yaitu bahwa peralihan harta seseorang yang telah meninggal
dunia kepada yang masih hidup berlaku dengan sendirinya. Pewaris harus
memberikan 2/3 tirkahnya kepada ahli waris, sedangkan 1/3 lainnya pewaris
dapat berwasiat untuk memberikan harta waris tersebut kepada siapa yang
dikehendakinya yang disebut sebagai taqarrub. Ahli waris tidak boleh
menolak warisan, karena ahli waris tidak akan diwajibkan untuk membayar
hutang pewaris apabila harta pewaris tidak cukup untuk melunasi utangutangnya.
b. Prinsip bilateral, yaitu bahwa laki-laki maupun perempuan dapat mewaris dari
kedua belah pihak garis kekerabatan, atau dengan kata lain jenis kelamin
bukan merupakan penghalang untuk mewarisi atau diwarisi. Prinsip ini
terdapat dalam surat Al-Nisawa>rris.Sedangkan menurut KHI, mu>wa>rris adalah orang yang pada saat
meninggal dunia mempunyai hubungan darah dengan pewaris, beragama
Islam, dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.
c.
Ma>uru>u>s (harta waris), menurut hukum Islam, ma>uru>u>s adalah harta
benda yang ditinggalkan oleh pewaris yang akan diwarisi oleh para a
PEMERATAAN HARTA WARISAN YANG BERLAKU DI DESA
BALONGWONO TROWULAN MOJOKERTO
SKRIPSI
OLEH:
ACHMAD ZAINUL ABIDIN
NIM: C01211006
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Jurusan Hukum Islam Prodi Ahwal Al Syakhsiyyah
Surabaya
2015
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem
Pemerataan Harta Warisan Yang Berlaku Di Desa Balongwono Trowulan
Mojokerto.” ini merupakan hasil penelitian lapangan yang bertujuan untuk
menjawab pertanyaan tentang Bagaimana sistem pemerataan harta warisan yang
berlaku di Desa Balongwono Trowulan Mojokerto? dan Bagaimana tinjauan
hukum Islam terhadap sistem pemerataan harta warisan yang berlaku di Desa
Balongwono Trowulan Mojokerto?
Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif analisis, yaitu suatu metode
yang menggambarkan dan menafsirkan data yang telah terkumpul dengaan
menggunakan pola pikir deduktif.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pembagian harta warisan di
Desa Balongwono menggunakan sistem pemerataan yang mana antara laki-laki
dan wanita dalam pembagian warisan disamaratakan dengan cara musyawarah.
Dalam praktek pembagiannya para ahli waris mengundang tokoh masyarakat,
kepala Desa dan kasun demi kelangsungan musyawarah. Hal tersebut tidak lepas
dari dasar emansipasi wanita dan kemaslahatan bersama. Dengan adanya sistem
pemerataan harta warisan ini maka kesejahteraan masyarakat Desa Balongwono
tercapai dengan dasar adanya keridhoan antara ahli waris. Hasil penelitian yang
diperoleh menjelaskan bahwa, di dalam al-Qur’an sudah sangat jelas bahwa besar
bagian antara laki-laki dan wanita adalah 2:1 tetapi ditinjau dari pelaksanaanya
dalam pembagian warisan di Desa Balongwono menggunakan musyawarah dan
Islam memperbolehkan adanya musyawarah meskipun didalam al-Qur’an tidak
menjelaskan musyawarah dalam hal warisan, dalam ushul fiqh juga menyebutkan
adanya maslahah mursalah yaitu demi kemaslahatan bersama dan dalam
Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 183 membuka kemungkinan pembagian
warisan menggunakan jalur perdamaian (kekeluargaan) dan diperbolehkan.
Dari hasil penelitian diatas maka hendaknya memikirkan kemaslahatan
dan kesejahteraan dalam pembagian warisan agar tidak menimbulkan kerusuhan
karena, masalah waris adalah masalah muamalah yang bisa diselesaikan dengan
kekeluargaan.
iv
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM...............................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ..............................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................
iii
PENGESAHAN ...................................................................................................
iv
MOTTO ................................................................................................................
v
ABSTRAK ............................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................
xi
DAFTAR TRANSLITERASI ..............................................................................
xii
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................................
6
C. Rumusan Masalah ....................................................................
7
D. Kajian Pustaka..........................................................................
7
E. Tujuan Penelitian .....................................................................
9
F. Kegunaan Hasil Penelitian .......................................................
10
G. Definisi Operasional .................................................................
10
H. Metode Penelitian ....................................................................
11
I. Sistematika Pembahasan ..........................................................
14
BAB II
BAB III
WARIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM .........................
15
A. Pengertian Waris dalam Hukum Islam ....................................
15
B. Dasar dan Sumber Hukum Kewarisan Islam ...........................
16
1. Al-Qur’an .............................................................................
16
2. Al-Hadist ..............................................................................
18
3. Ijtihad Ulama ........................................................................
20
4. Prinsip kewarisan Islam .......................................................
21
5. Rukun dan Syraat-Syarat Kewarisan Islam .........................
23
6. Sebab-Sebab mendapatkan Harta Warisan .........................
25
7. Halangan mendapatkan Warisan .........................................
28
8. Kelompok Ahli Waris ..........................................................
28
9. Penggolongan Ahi warisan ..................................................
29
C. Kesetaraan dalam Hukum Warisan ..........................................
37
Pemerataan Harta Warisan yang Berlaku di Desa Balongwono .......
42
A. Selayang Pandang Desa Balongwono ......................................
42
B. Letak Geografis Desa Balongwono .........................................
43
C. Sejarah Sistem Pemerataan Harta Warisan yang Berlaku Di Desa
Balongwono ..............................................................................
44
D. Prosesi Pembagian Harta Warisan di Desa Balongwono ......... 45
E. Proses Pembagian Harta Warisan di Desa Balongwono ..........
48
F. Pandangan Tokoh Agama dan Masyarakat Balongwono tentang
Pemerataan Harta Warisan .......................................................
51
BAB IV
Pemerataan Harta Warisan di Desa Balongwono Dalam Perspektif Hukum
Islam
A. Sistem Pemerataan Harta Warisan di Desa Balongwono dalam
BAB V
Perspektif Hukum Islam ........................................................
53
1. Al-Qur’an .........................................................................
53
2. Musyawarah dalam Hukum Islam ....................................
56
3. Ushul fiqh tentang Pemerataan Warisan .........................
58
4. Kompilasi Hukum Islam (KHI) ........................................
59
PENUTUP .......................................................................................
63
A. Kesimpulan ...............................................................................
63
B. Saran .........................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukum Islam merupakan hukum Allah SWT, sehingga menuntut
kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari
keimanannya terhadap Allah SWT. Keimanan akan wujud Allah SWT
menuntut kepercayaan akan segala sifat dan qudrat Allah SWT. Aturan Allah
SWT tentang tingkah laku manusia itu sendiri merupakan satu bentuk dari
iradat Allah SWT dan karena itu kepatuhan menjalankan aturan Allah SWT
merupakan perwujudan dari iman kepada Allah SWT.
Dalam Islam banyak ayat hukum al-Qur’an yang mengatur masalah
keluarga, termasuk perkawinan.Salah satuayattentangperkawinan di al-Qur’an
seperti dalam suratAn-Nisa>’ ayat 3:
ِ وإِ ْن ِﺧ ْﻔﺘﻢ أَﻻ ﺗـ ْﻘ ِﺴﻄُﻮا ِﰲ اﻟْﻴﺘﺎﻣﻰ ﻓَﺎﻧْ ِﻜﺤﻮا ﻣﺎ ﻃَﺎب ﻟَ ُﻜﻢ ِﻣﻦ اﻟﻨ
ﻼث
ُ ُْ
َ ُﱢﺴﺎء َﻣﺜْـ َﲎ َوﺛ
َ ََ
َ
َ َ ْ َ َ ُ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ﻚ أ َْد َﱏ أَﻻ ﺗَـ ُﻌﻮﻟُﻮا
َ ﺖ أَْﳝَﺎﻧُ ُﻜ ْﻢ ذَﻟ
ْ ﺎع ﻓَﺈ ْن ﺧ ْﻔﺘُ ْﻢ أَﻻ ﺗَـ ْﻌﺪﻟُﻮا ﻓَـ َﻮاﺣ َﺪ ًة أ َْو َﻣﺎ َﻣﻠَ َﻜ
َ ََوُرﺑ
Artinya: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah SWT sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan
pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang
baik.1
Kemudianjugaterdapat di Surat Al-Ahza>b ayat 37:
ِ ِ ُ وإِ ْذ ﺗَـ ُﻘ
ِ
ﻚ َواﺗ ِﱠﻖ اﻟﻠﱠﻪَ َوُﲣْ ِﻔﻲ ِﰲ
ْ ﺖ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ أ َْﻣ ِﺴ
َ ﻚ َزْو َﺟ
َ ﻚ َﻋﻠَْﻴ
َ ﻮل ﻟﻠﱠﺬي أَﻧْـ َﻌ َﻢ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َوأَﻧْـ َﻌ ْﻤ
َ
ِ
ِ
ِ
ِ
ﻧَـ ْﻔﺴ َ ﱠ
ﻀﻰ َزﻳْ ٌﺪ ﻣْﻨـ َﻬﺎ َوﻃًَﺮا َزﱠو ْﺟﻨَﺎ َﻛ َﻬﺎ
َ ََﺣ ﱡﻖ أَ ْن َﲣْ َﺸﺎﻩُ ﻓَـﻠَ ﱠﻤﺎ ﻗ
َ ﱠﺎس َواﻟﻠﱠﻪُ أ
َ ﻚ َﻣﺎ اﻟﻠﻪُ ُﻣْﺒﺪﻳﻪ َوَﲣْ َﺸﻰ اﻟﻨ
1
Depatemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahannya, (Bandung: Penerbit CV. Diponegoro,Cet. 10,
2009), 77.
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
ِ
ِ ِ
ِِ
ﻀ ْﻮا ِﻣﻨْـ ُﻬ ﱠﻦ َوﻃًَﺮا َوَﻛﺎ َن أ َْﻣُﺮ اﻟﻠﱠ ِﻪ
َ َﲔ َﺣَﺮ ٌج ِﰲ أ َْزَو ِاج أ َْدﻋﻴَﺎﺋ ِﻬ ْﻢ إِ َذا ﻗ
َ ﻟ َﻜ ْﻲ ﻻ ﻳَ ُﻜﻮ َن َﻋﻠَﻰ اﻟْ ُﻤ ْﺆﻣﻨ
(٣٧) َﻣ ْﻔ ُﻌﻮﻻ
Artinya: Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah SWT
telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat
kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah SWT",
sedang kamu Menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah SWT akan
menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah SWT-lah
yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri
keperluan terhadap Istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan
dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istriistri anak anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah
menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. dan adalah ketetapan Allah
SWT itu pasti terjadi.2
Diantara hubungan keluarga yang mengatur hubungan secara manusia yang
ditetapkan Allah SWT adalah aturan tentang harta warisan, yaitu harta dan
pemilikan yang timbul sebagai akibat dari suatu kematian. Harta yang telah
ditinggalkan oleh seseorang yang telah meninggal memerlukan pengaturan
tentang siapa yang berhak menerimanya dan berapa jumlahnya serta bagaimana
cara mendapatkanya.
Kematian seseorang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada diri,
keluarga, masyarakat dan sekitarnya. Selain itu, kematian tersebut menimbulkan
kewajiban orang lain bagi dirinya (si mayit) yang berhubungan dengan
pengurusan jenazahnya. Dengan kematian itu timbul pula akibat hukum lain
secara otomatis, yaitu adannya hubungan ilmu hukum yang menyangkut hak para
keluarga (ahli waris) terhadap seluruh harta peninggalannya. Bahkan masyarakat
2
Ibid., 423.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
dan negara pundalam keadaan tertentu mempunyai hak atas peninggalan
tersebut.3
kematian seseorang mengakibatkan timbulnya cabang ilmu hukum yang
menyangkut bagaimana cara penyelesaian harta peninggalan kepada keluarga (
ahli waris)-nya, dikenal dengan nama hukum waris. Dalam syariat Islam ilmu
tersebut terkenal dengan ilmu mawaris dan fiqh mawaris.Hukum kewarisan Islam
pada dasarnya berlaku untuk umat Islam di mana saja di dunia ini. Bagaimanapun
demikian, corak suatu negara Islam dan kehidupan masyarakat di negara atau di
daerah tersebut memberi pengaruh atas hukum kewarisan di daerah itu. Pengaruh
itu terbatas dan tidak dapat melampaui garis pokok dari ketentuan hukum
kewarisan Islam tersebut. Namun pengaruh tadi dapat terjadi pada bagian-bagian
yang berasal dari ijtihad atau pendapat-pendapat ahli hukum Islam sendiri.4
Allah SWT telah menentukan bagian warisan kepada orang yang berhak
dengan kadar yang berbeda-beda sesuai dengan kedaan diri mereka.Laki-laki
dijadikan pemimpin bagi wanita dan mereka dilebihkan atas wanita karena dua
perkara, yaitu anugerah Allah SWT dan karena usaha mereka (dengan ijinNya).5Dijelaskan dalam surat An-Nisa>’ ayat 34
3
Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Gema
Media Pratama,2002), 16.
4
Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika offest, 2008), 54.
5
Muhammad Bin Shaleh AL-Ustmaimin, Ilmu Waris Metode Praktis Menghitung Warisan dalam
Syariat Islam, (Jakarta: Ash-Shaf Media, 2007), 31.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu
Allah SWT telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang
lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah
SWT lagi memelihara diri, ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah SWT
telah memelihara (mereka), wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,
Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan
pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah SWT Maha
Tinggi lagi Maha besar.6
Karena anugerah Allah SWT, kaum laki-laki diberi kelebihan pada diri
mereka yaitu akal yang sempurna, baik dalam mengatur dan diberi kekuatan yang
lebih dalam berbuat dan taat. Oleh karena itu kaum laki-laki diberi keistimewaan
di atas kaum wanita dengan diangkat sebagai nabi, sebagai pemimpin,
menegakkan syi’ar-syi’ar (Islam) dan kesaksian dalam semua permasalahan,
wajib berijtihad, menegakkan shalat jum’at dan sejenisnya, juga mereka dijadikan
sebagai ahli waris yang mendapatkan bagian a>shabah, mendapatkan bagian
warisan yang lebih dan sejenisnya, karena usaha, mereka yaitu kaum laki-laki
memberikan harta kepada wanita ketika mengawini mereka dengan memberikan
mahar dan nafkah dalam kebutuhan hidupnya.7
Dalam bagian warisan laki-laki dibedakan dengan bagian wanita yaitu
bagian laki-laki sepertinya dua orang wanita, sebagaimana ketika ahli waris
terdiri dari anak-anak kandung dari jenis laki-laki dan wanita. Terkadang bagian
anak laki-laki disamakan dengan bagian anak wanita ketika ahli waris terdiri dari
anak laki-laki dan wanita ketika ahli waris terdiri dari beberapa anak laki-laki dan
dari anak-anak ibu (saudara seibu), dan bahkan terkadang bagian wanita lebih
banyak dari laki-laki seperti ketika ahli waris terdiri dari seorang suami,ibu
6
Depatemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahannya, (Bandung: Penerbit CV. Diponegoro,Cet. 10,
2009), 70.
7
Ibid.,XI.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
danbapak, maka dalam masalah ini bagian ibu lebih banyak dari bagian bapak,
hanya saja masalah ini diperselisihkan oleh para imam. Hukum waris dalam
Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengandung dualisme hukum, yaitu ada pasal
yang menjelaskan bahwa bagian laki-laki dan bagian wanita adalah dua
berbanding satu dan juga bisa dengan jalur perdamaian.8
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 176 mengatur bahwa besaran
bagian harta warisan bagi anak laki-laki dan wanita. Kepastian ketetapannya
tetap berpegang teguh pada norma surat An-Nisa>’ ayat 11. Namun dalam pasal
183 Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan pasal 176 terbuka kemungkinan adannya
penyimpangan melalui jalur perdamaian. Dalam pasal ini disebutkan bahwa
patokan penerapan besarnya bagian harta warisan bagi laki-laki dan wanita dapat
dijelaskan sebagai berikut :9
1. Bagian anak laki-laki dibandingkan dengan bagian anak wanita adalah dua
berbanding satu (2:1).
2. Melalui jalur perdamaian, dapat disepakati oleh ahli waris pembagian yang
menyimpang dari ketentuan pasal 176.
Dalam masyarakat Balongwono mempunyai prinsip yaitu mereka
mendukung emansipasi wanita Balongwono. Berkaitan dengan masalah warisan,
bahwa masalah pembagian waris di Balongwono menggunakan pembagian sama
rata (1:1), yaitu laki-laki mendapat satu bagian dan wanita mendapatkan satu
bagian, tetapi di samping itu, di dalam masyarakat Balongwono juga terdapat
salah satu keunikan diDesa Balongwono yang lebih mengutamakan wanita
daripada laki-laki, sehingga dalam pembagian waris mereka berpendapat laki-laki
dan wanita adalah sama dalam hal pembagian harta warisan. Menurut bapak
8
9
Kompilasi Hukum Islam Pasal 183 dan 176
Kompilasi Hukum Islam Pasal 183 dan 176
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Fauzan selaku sesepuh warga Desa Balongwono berpendapat Islam sangat
memuliakan wanita, bahwa al-Qur’an dan sunnah memberikan perhatian yang
sangat besar serta kedudukan yang terhormat kepada wanita.
Dengan adannya perbedaan hukum yang ada di dalam Kompilasi Hukum
Islam (KHI) pasal 176 dan 183, untuk mengetahui secara mendalam tentang
sistem pemerataan yang ada di Balongwono, maka penulis mencoba untuk
meneliti praktek di lapangan berkaitan tentang waris tersebut.penulis menemukan
bahwa masyarakat Balongwono membagi harta warisan dengan sama rata. Hal
tersebut yang menjadi latar belakang penulis melakukan penelitian tentang
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Pemerataan Harta Warisan Yang
Berlaku Di Desa Balongwono Trowulan Mojokerto”.
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi diperlukan untuk mengenali ruang lingkup pembahasan agar tidak
terjadi miss understanding dalam pemahaman pembahasannya. Adapun
identifikasi dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
a. Pengertian waris dalam hukum Islam
b. Sistem pemerataan warisan di Desa Balongwono
c. Syarat dan rukun waris
d. Sebab-sebab mendapatkan harta warisan
e. Asas hukum kewarisan Islam
f. Pemerataan dalam hukum kewarisan
g. Sistem kekeluargaan dalam hukum waris
h. Asas hukum kewarisan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
2. Batasan Masalah
Batasan masalah bertujuan untuk menetapkan batas-batas masalah
yang akan diteliti dan objek mana yang tidak termasuk dalam pembahasaan,
sehingga pembahasan menjadi lebih terarah dan tidak menyimpang dari fokus
penelitian, maka dari itu penulis memfokuskan dengan batasan sebagai
berikut:
a. Sistem pemerataan harta warisan yang berlaku di Desa Balongwono
Trowulan Mojokerto
b. Tinjauan hukum Islam terhadap sistem pemerataan harta warisan yang
berlaku di Desa Balongwono Trowulan Mojokerto
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
yang diambil adalah:
1. Bagaimana sistem pemerataan harta warisan yang berlaku di Desa
Balongwono Trowulan Mojokerto?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sistem pemerataan harta warisan
yang berlaku di Desa Balongwono Trowulan Mojokerto?
D. Kajian Pustaka
Sebelum penentuan judul bahasan dalam skripsi ini penulis melakukan penelitian
pustaka terdahulu yang berkaitan dengan judul yang penulis bahas. Penelitian
pustaka yang terdahulu yang berkaitan dengan penulis adalah sebagai berikut
a. Skripsi dengan judul Tradisi Pembagian Waris Di Lingkungan Masyarakat
Arab (studi kasus di Arab Tegal) yang ditulis oleh Arif Rahman. Fokus
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
bahasan dari skripsi ini adalah tata cara pembagian harta waris
berdasarkan adat Arab Tegal, tentang tradisi waris Arab Tegal dan juga
bentuk pembagian harta waris adat Arab Tegal. Ditinjau dari masyarakat
Arab Tegal yang mempunyai adat kewarisan yang sangat kental dan turun
temurun sejak dari dahulu.10
b. Skripsi dengan judul Pembagian Harta Warisan Antara Laki-Laki Dan
Perempuan yang ditulis oleh Abdul Wahid. Fokus bahasan skripsi ini
adalah tentang pemikiran Munawir Syadzali yang menyebutkan bahwa
bagian warisan perempuan adalah sama ditinjau dari perkembangan
zaman.11
c. Skripsi dengan judul Pelaksanaan Pembagian Warisan diDusun Gandu,
Desa Sendang Tirto, Blebah, Sleman yang ditulis oleh Abdul Rachman
membahas tentang kapan pelaksanaan pembagian warisan terjadi dan
melihat persamaan dan perbedaan mengenai pelaksanaan pembagian
warisan antara hukum adat Gandu dan hukum Islam. Fokus skripsi ini
adalah dari perbandingan hukum Islam dan hukum adat.12
d. Skripsi dengan judul Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Islam
ditinjau dari pelaksanaanya di kecamatan Tanah Merah kabupaten Indra
Giri Hilir. Ditinjau dari menurut hukum adat masyarakat Hilir dan faktor-
10
Arif Rahman, “Pembagian Waris di Lingkungan Masyarakat Arab, “Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, (Jakarta,2008).
11
Abdul Wahid, “Pembagian Harta Warisan antara laki-laki dan perempuan, skripsi Fakultas Ilmu
Hukum Islam STAIN Salatiga Jawa Tengah”, (Salatiga,2005).
12
Abdul Rachman, “Pembagian Warisan di Dusun Gandu,Desa Sendang Tirto, Blebah, Sleman, Skripsi
Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”, (Yogyakarta,2007).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
faktor yang menjadi penghambat dalam pembagian waris menurut adat
Hilir. 13
e. Skripsi dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Pembagian
Warisan Masyarakat desa Paciran kecamatan Paciran kabupaten
Lamongan Jawa Timur ditulis oleh Imam Wahyudi Membahas tentang
bagaimana praktek pembagian itu dilaksanakan sebelum pewaris
meninggal, yang kemudian dianalisis dari segi hukum Islam.14
Perbedaan dengan penulis yang teliti adalah meneliti tentang pembagian
pemerataan waris di Desa Balongwono,cara pembagianya, dan bagaimana
pandangan Islam tentang pemerataan warisan yang mengatasnamakan
emansipasi wanitajikaditinjaudenganhukum Islam.
E. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui system pemerataan harta warisan di Desa Balongwono
Trowulan Mojokerto.
b. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap sistem pemerataan
harta warisan yang berlaku di Desa Balongwono Trowulan Mojokerto.
13
Kamiludin, “Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Islam Ditinjau dari Pelaksanaanya di
Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir, Skrpisi Fakultas Hukum Universitas Islam Riau
Pekanbaru”, (Pekanbaru,2011).
14
Imam Wahyudi, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Pembagian Warisan Masyarakat desa
Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur, Skripsi Fakultas Syariah IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta”, (Yogyakarta,2001).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
F. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan akan diperoleh melalui penelitian ini yang
dilakukan oleh penulis adalah :
a. Untuk menambah ilmu dan memperluas wawasan intelektualitas bagi
mahasiswa atau masyarakat yang membaca hasil penelitian ini, khususnya
penulis sendiri.
b. Sebagai pengembangan wawasan mengenai masalah waris, terutama terutama
pemerataan harta warisan yang ada di Balongwono.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada masyarakat
Balongwono tentang waris.
G. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami skripsi ini, maka perlu diberikan
definisi yang jelas mengenai pokok kajian yang penulis bahas, yaitu:
1. Tinjauan hukum Islam menurut KHI dan ushul fiqh, adalah hukum Islam yang
akan mengarah pada al-Qur’an, al-Hadis, ushul fiqh dan Kompilasi Hukum
Islam yang berkaitan dengan sistem pembagian harta warisan.
2. Sistem pemerataan harta warisan adalah cara-cara atau metode-metode yang
bertujuan untuk mewujudkan keadilan dalam pendapatan harta warisan.
3. Harta warisan adalah sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal
baik berupa uang atau materi lainnya yang dibenarkan oleh syariat Islam
untuk diwariskan kepada ahli warisnya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
H. MetodelogiPenelitian
1. Data yang dikumpulkan
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka data pokok yang dikumpulkan
dalam penelitian adalah data mengenai tinjauan hukum Islam terhadap sistem
pemerataan harta warisan di Desa Balongwono Trowulan yang meliputi:
a. Data tentang sistem pemerataan harta warisan di Desa Balongwono
b. Data dari pihak-pihak terlibat dalam proses pelaksanaan pemerataan harta
warisan
2. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan sebagai bahan rujukan pencarian
data adalah sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer, yaitu data
yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya, yang digunakan dalam
karya ini adalah:
a. Kepala Desa Balongwono
b. Kompilasi Hukum Islam
c. Ushul Fiqh
Sumber data sekunder, yaitu data yang diambil dan diperoleh dari bahan
pustaka dengan mencari data atau informasi berupa benda-benda tertulis
seperti buku-buku, artikel, hard copy, dan artikel dari internet.15 Adapun data
skunder yang digunakanadalah:
a. Al-Qur’anul Karim dan Al-Sunnah
b. Kompilasi Hukum Islam ( KHI )
c. Fiqh Sunnah, karya Syaikh Sayyid Sabiq
d. Hukum Waris Islam, karya Muhammaad Ali Al-shabuny
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
115.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
e. Ilmu waris, karya fatchur rahman
f. Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, karya Yusuf Somawinata dan
Suparman Usman
g. Hukum Kewarisan Islam Indonesiakarya Sajuti Thalib
h. Ilmu Waris Metode Praktis Menghitung Warisan dalam Syariat Islam
karya Muhammad Bin Shaleh AL-Ustmaimin
i. Bapak Mudin Balongwono
j. Tokoh Masyarakat Balongwono
3. Teknik pengumpulan data
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan bentuk komunikasi
atau perekapan antara dua orang atau lebih, guna mandapatkan informasi
dengan cara bertanya langsung kepada subjek atau informan, untuk
mendapatkan sebuah informasi penting yang diinginkan guna mencapai
tujuannya dan memperoleh data yang di inginkan dan akan dijadikan
sebagai bahan laporan penelitian.16Bentuk wawancara ini dilakukan
dengan cara mengadakan dialog dan Tanya jawab dengan tokoh
masyarakat Desa Balongwono.
b. Study pustaka
Yang dimaksud study pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan study penelaah terhadap buku-buku yang ada hubunganya
dengan masalah yang dipecahkan.
16
S. Nasution, Metode Research (PenelitianIlmiah), (Jakarta: BumiAksara, 2008), 113.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
4. TeknikPengolaan Data
Setelah terkumpul, selanjutnya mengadakan analisis data, dalam hal
ini tahapan-tahapan yang akan ditempuh adalah sebagai berikut:
a.
Editing adalah pemeriksaan kembali terhadap data tentang sistem
pemerataan harta warisan yang berlaku di Desa Balongwono Trowulan
Mojokerto yang telah diperoleh dalam kejelasan untuk penelitian.
b.
Organizing adalah menyusun secara sitematis data yang diperoleh
tentang sistem pemerataan harta warisan yang berlaku di Desa
Balongwono Trowulan Mojokerto dalam kerangka paparan yang telah
direncanakan sebelumnya untuk memperoleh bukti-bukti dan gambaran
secara jelas tentang permasalahan yang diteliti.
5. Teknik Analisis Data
Dalam teknik analasis data, langkah selanjutnya menganalisis data
yaitu setelah data yang diperlukan terkumpul, maka penulis akan
menganalisis data tersebut dengan menggunakan metodedeskriptif analisis
dengan pola pikir deduktif yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau
gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki.17
Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir
deduktif, yakni bermula dari hal-hal yang bersifat umum yaitu berupa bukubuku atau kitab yang menjelaskan tentang warisan, khususnya dalam hal
sistem pemerataan harta warisan.
17
Moh. Nazir, Metode Penelitian,(Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005 ), 63.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Dari hasil analisi inilah diharapkan bisa menjadi suatu jawaban atas
rumusan masalah di atas dan sekaligus sebagai bahan untuk pembahasan hasil
penelitian dan bisa ditarik suatu kesimpulan.
6. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan jaminan bahwa pembahasan yang termuat dalam
penulisan ini benar-benar mengarah kepada tercapainya tujuan penelitian, maka
penulis membuat sistematika sebagai berikut:
Bab pertama : Berisi pendahuluan, bab ini mencakup latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaannya, definisi operasional dan metodologi penelitian,
dari data yang dikumpulkan, sumber data, teknik pengumpulan data
danteknikanalisa data.
Bab kedua: Berisi tentang landasan teori, bab ini mengemukakan tinjauan
tentang pemerataan harta warisan yang meliputi pengertian warisan, hokum
warisan, bagian warisan, dasar hukum warisan, kesetaraan dalam hukum warisan
Bab ketiga: Berisi pembahasan dalam bab ini mengemukakan gambaran
umum tentang keberadaan Desa Balongwono Trowulan Mojokerto, meliputi letak
geografis, keadaan agama, perekonomian masyarakat, pendidikan, deskripsi
tentang sistem pemerataan harta warisan, dan dasar diberlakukan
sistem
pemerataan harta warisan yang berlaku di Desa Balongwono Trowulan
Mojokerto.
Bab keempat: Analisis mengenai tinjauan hukum islam terhadap sistem
pemerataan warisan.
Bab kelima: Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
BAB II
WARIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A.
Pengertian Hukum kewarisan Islam
Kata waris berasal dari bahasa Arab miras. Bentuk jamaknya adalah
mawaris yang berarti adalah harta peninggalan orang meninggal yang akan
dibagikan kepada ahli waris.1
Hukum waris dalam Islam dinamakan ilmu faraidh yang artinya ilmu
pembagian atau yang lebih jelas diartikan suatu ilmu yang menerangkan tata cara
pembagian harta dari seseorang yang telah meninggal dengan pembagianpembagian yang telah ditentukan untuk dibagikan kepada yang berhak
menerima.2
Dalam istilah hukum yang baku digunakan kata kewarisan dengan
mengambil kata asal “waris” dengan tambahan awal “ke” dan akhiran “an”. Kata
waris itu sendiri dapat berarti orang pewaris sebagai subjek dan dapat berarti
pula proses. Dalam arti yang pertama mengandung makna “hal ilwan orang yang
menerima harta warisan” dalam arti kedua mengandung kata “hal ilwan peralihan
harta dari yang mati kepada yang masih hidup”. Arti terakhir ini yang digunakan
dalam istilah hukum.3
1
Dian Khairul Umam, Fiqh Mawaris, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 11.
Saifudin Arif, Praktek Pembagian Harta Peninggalan Berdasarkan Hukum Waris Islam, (Jakarta:
PP Darunnajah, 2007), 5.
3
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), 17.
2
15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hukum waris
merupakan hukum yang mengatur tentang perpindahan harta warisan dari orang
yang meninggal kepada para ahli waris dan dengan ketentuan bagian tertentu.
B.
Dasar-dasar dan Sumber Hukum Kewarisan Islam
Kewarisan Islam memiliki sumber-sumber hukum yang menjadi dalil atau
dasar sebagai penguat hukum kewarisan tersebut. Diantara sumber-sumber
hukum kewarisan dalam Islam diantaranya adalah, sebagai berikut:4
1. Dalil-dalil yang bersumber dari Al-Qur’an.
2. Dalil-dalil yang bersumber dari Al-Sunnah.
3. Dalil-dalil yang bersumber dari ijma’ dan ijtihad para ulama’.
Dasar hukum bagi kewarisan adalah nash atau apa yang ada didalam AlQur’an dan Al-Sunnah. Ayat-ayat Al-Qur’an yang mengatur secara langsung
tentang waris diantaranya adalah:
1. Q.S Al-Nisa>: 7
Artinya:”Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan
kerabatnya, dan bagi wanita ada hak dan bagian (pula) dari harta peninggalan
ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah
ditetapkan.”5
4
H.R. Otje Salman S., S.H, Hukum Waris Islam, (Bandung, Aditama, 2006), 3.
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan terjemahannya, (Surabaya:
Assalam,2010), 108.
5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
Garis hukum kewarisan pada ayat diatas (Q.S Al-Nisa> : 7) adalah sebagai
berikut:6
a. Bagi anak laki-laki ada bagian warisan dari harta peninggalan ibu bapaknya.
b. Bagi aqrabu>n (keluarga dekat) laki-laki ada bagian warisan dari harta
peninggalan aqrabu>n (keluarga dekat yang laki-laki atau perempuannya).
c. Bagi anak perempuan ada bagian warisan dari harta peninggalan ibu
bapaknya.
d. Bagi aqrabu>n (keluarga dekat) perempuan ada bagian warisan dari harta
peninggalan aqrabu>n (keluarga dekat yang laki-laki atau perempuannya)
e. Ahli waris itu ada yang menerima warisan sedikit, dan ada pula yang banyak.
Pembagian-pembagian itu ditentukan oleh Allah SWT.
Selanjutnya perlu dijelaskan bahwa ayat ke-7 surat An-Nisa
taraka. Sesuai dengan sistem ilmu hukum pada umumnya, dimana ditemui
perincian
nantinya
maka
perincian
yang khusus
itulah
yang mudah
memperlakukannya dan yang akan diperlakukan dalam kasus-kasus yang akan
diselesaikan.7
Kemudian dalam ayat selanjutnya surat Al-Nisa> ayat 8 :
6
Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta, PT. Bina Aksara, 1981), 7.
Ibid.,9.
7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Artinya:”dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang
miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang baik.”
2. Q.S. Al-Nisa>ayat 11 :
Artinya: Allah SWT mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua
orang anak perempuandan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua,
Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan
itu seorang saja, Maka ia memperoleh setengah harta. dan untuk dua orang ibubapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang
meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai
anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga;
jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat
seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat
yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat
(banyak) manfaatnya bagimu.ini adalah ketetapan dari Allah SWT.
Sesungguhnya Allah SWT Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.8
3.
Dasar Hukum Kewarisan Islam Dalam Al-Hadist
Dasar hukum kewarisan yang kedua yaitu dasar hukum yang terdapat
dalam hadits. Dari sekian banyak hadist Nabi Muhammad SAW yang menjadi
8
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan terjemahannya, (Surabaya:
Assalam,2010), 108.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
landasan hukum kewarisan Islam, penulis hanya mencantumkan beberapa dari
hadist Nabi, diantaranya sebagai berikut :
Hadist dari Muhammad Abdullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
yaitu:9
“ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻋﻦ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻲ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ
ﻗﺎﻻﻟﻔﺮاﺋﺾ ﺑﺎﻫﻠﻬﺎ ﻓﻤﺎ ﺑﻘﻲ ﻓﻬﻮ ﻻوﱄ رﺟﻞ ذﻛﺮاﳊﻘﻮا
Artinya: Dari Ibnu Abbas ra dari Nabi SAW bersabda berikan bagian
waris yang telah ditentukan bagian-bagiannya kepada mereka yang
berhak, kemudian apa yang telah tersisa maka diperuntukkan kerabat
paling dekat yang laki-laki.
Hadist Nabi yang diriwayatkan dari Imron bin Hussein menurut riwayat
Imam Abu Daud, yaitu:10
ﻋﻦ ﻋﻤﺮﺑﻦ ﺣﺴﲔ ان رﺟﻼ ﺟﺎء اﱄ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻲ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎل ان ﻟﺴﻲ اﺑﻦ ﻣﺎت
ﺎ ﲟﺲ ﻣﲑﺛﻪ ﺣﻘﻞ ﻟﻚ اﻟﺴﺪس
Artinya: Dari Umar bin Husain bahwa seorang laki-laki datang kepada
Nabi lalu berkata bahwasanya anak dari anak meninggalkan harta, Nabi
menjawab: untukmu seperenam.
Hadist Nabi yang diriwayatkan dari Usamah bin Zaid menurut riwayat
Tirmidzi, yaitu:11
9
Al-bukhori, Shahih Bukhori, Juz IV, (Kairo: Daar wa Mathba Asy-Sya’biy, T.t), 181.
Abu Daud, Sunanu Abi Daud, Juz II, (Kairo: Mustafa Al-Babiy, 152), 109.
11
Abu Musa Al-Tirmidziy, Al-Jami’u Ash-Shahih, Juz IV, (Kairo: Mustafa al-Babiy, 1938), 432.
10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
ﻋﻦ اﺳﺎﻣﺔ ﺑﻦ ﻳﺰﻳﺪ ﻋﻦ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻲ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل ﻻ ﻳﺮث اﳌﺴﻠﻢ اﻟﻜﺎﻓﺮ وﻻ اﻟﻜﺎﻓﺮ
اﳌﺴﻠﻢ
Artinya: Dari Usamah bin Zaid dari Nabi SAW: Orang Islam itu tidak
mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak mewarisi orang Islam.
Hadist Nabi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah menurut riwayat Imam
Ibnu Majah, yaitu:12
ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻲ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻗﺘﻞ ﻗﺘﻴﻞ ﻓﺎﻧﻪ ﻻ ﻳﺮﺛﻪ وان ﱂ ﻳﻜﻦ ﻟﻪ وارث ﻏﲑﻩ
وان ﻛﺎن ﻟﻪ واﻟﺪﻩ او واﻟﺪ ﻓﻠﻴﺲ ﻟﻘﺎﺗﻞ ﻣﲑث
Artinya: Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa membunuh seorang
korban, maka ia tidak dapat mewarisinya, walaupun korban tidak
mempunyai ahli waris lain selain dirinya sendiri, begitu juga walaupun
korban itu adalah orang tuanya atau anaknya sendiri. Maka bagi
pembunuh tidak berhak menerima warisan”.
4.
Dasar Hukum Kewarisan Islam Dalam Ijtihad Ulama
Ijtihad adalah menyelidiki dalil-dalil hukum dari sumbernya yang resmi
yaitu Al-Qur’an dan hadist kemudian menarik garis hukum dari padanya dalam
suatu masalah tertentu, misalnya berijtihad dari Al-Qur’an kemudian
mengalirkan garis-garis hukum kewarisan Islam dari padanya.13Dalam definisi
lainnya, ijtihad yaitu pemikiran para sahabat atau ulama’ yang memiliki cukup
syarat dan kriteria sebagai mujtahid untuk menjawab persoalan-persoalan yang
muncul dalam pembagian harta warisan. Yang dimaksud disini ijtihad dalam
12
13
Ibnu Majah, Juz II, (Kairo: Mustafa al-Babiy, t.t), 10.
M. Idris Lamulyo, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: t.p, 1984), 8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
menerapkan hukum, bukan untuk mengubah pemahaman atau ketentuan yang
telah ada.Meskipun Al-Qur’an dan Hadist telah memberi ketentuan terperinci
tentang pembagian harta warisan, tetapi dalam beberapa hal masih diperlukan
adanya ijtihad, yaitu terhadap hal-hal yang tidak ditentukan dalam kedua sumber
hukum tersebut. Misalnya mengenai bagian warisan bagi orang banci atau dalam
ilmu faraidh disebut khunsta>, harta warisan yang tidak habis terbagi kepada siapa
sisanya diberikan, bagian ibu apabila hanya bersama-sama dengan ayah atau
duda atau janda.14
5.
Prinsip-Prinsip kewarisan Dalam Islam
sebagai sumber hukum agama yang utamanya bersumber dari wahyu
Allah SWT yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, hukum kewarisan
Islam mengandung berbagai asas yang dalam beberapa hal berlaku pula dalam
hukum kewarisan yang bersumber dari akal manusia. Disamping itu, hukum
kewarisan Islam juga mempunyai corak tersendiri yang membedakannya dengan
hukum kewarisan lain. Berbagai asas hukum ini memperlihatkan bentuk
karakteristik dari hukum kewarisan Islam itu. Adapun mengenai prinsip-prinsip
kewarisan Islam yaitu :15-16-17
14
15
H.R. Otje Salman S., S.H, Hukum Waris Islam, (Bandung, Aditama, 2006), 10.
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Kencana, 2008), 13.
16
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006),
208-209.
17
Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, …,31.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
a. Prinsip ijbari, yaitu bahwa peralihan harta seseorang yang telah meninggal
dunia kepada yang masih hidup berlaku dengan sendirinya. Pewaris harus
memberikan 2/3 tirkahnya kepada ahli waris, sedangkan 1/3 lainnya pewaris
dapat berwasiat untuk memberikan harta waris tersebut kepada siapa yang
dikehendakinya yang disebut sebagai taqarrub. Ahli waris tidak boleh
menolak warisan, karena ahli waris tidak akan diwajibkan untuk membayar
hutang pewaris apabila harta pewaris tidak cukup untuk melunasi utangutangnya.
b. Prinsip bilateral, yaitu bahwa laki-laki maupun perempuan dapat mewaris dari
kedua belah pihak garis kekerabatan, atau dengan kata lain jenis kelamin
bukan merupakan penghalang untuk mewarisi atau diwarisi. Prinsip ini
terdapat dalam surat Al-Nisawa>rris.Sedangkan menurut KHI, mu>wa>rris adalah orang yang pada saat
meninggal dunia mempunyai hubungan darah dengan pewaris, beragama
Islam, dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.
c.
Ma>uru>u>s (harta waris), menurut hukum Islam, ma>uru>u>s adalah harta
benda yang ditinggalkan oleh pewaris yang akan diwarisi oleh para a