gambaran epidemiologi penyakit kecacingan1

(1)

Penyakit Cacing Pada Anak SD di Polewali Mandar

Tahun 2006 -2007

Oleh :

Arsad Rahim Ali, SKM Ka. UPT Sistem Informasi Kesehatan

Dinkes Kab. Polewali Mandar ABSTRAK

Ditulis untuk mengetahui gambaran penyakit cacing pada anak Sekolah Dasar di Polewali Mandar selama tahun 2006-2007. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptis dari hasil pengambilan sampel faeces anak SD dari tahun 2006-2007 dan laporan-laporan hasil intervensi pencegahan dan penanggulangan penyakit kecacingan. Hasilnya adalah presentase positif faeces kecacingan mengalami penurunan dari tahun 2006 sebesar 34 % menjadi 13 % ditahun 2007, penurunan ini karena telah dilakukan intervensi berupa pemberian obat cacing ( obat Pirantel Pamoat 10 mg/kg BB dan Mebendazole 10 mg /kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak SD, disamping itu juga telah dilakukan pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS) dan beberapa pengembangan sarana dan prasarana air bersih pada SD dan perbaikan lingkungan desanya. Upaya Pencegahan harus terus dilakukan mengingat dampak dari kecacingan, bukan saja anak akan sakit kecacingan dan mengalami gangguan pertumbuhan (kurang gizi) dan anemia tetapi juga akan menggangu aktifitas sekolah anak, prestasi belajar dan bahkan ada yang drop out sekolah..


(2)

Pendahuluan

Di Indonesia gambaran berbagai penyakit telah terungkap secara lengkap misalnya gambaran penyakit gizi kurang, ispa, diare, kecacingan dan lain-lain, namun gambaran penyakit ini antar wilayah satu dengan wilayah yang lainnya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga upaya pendekatan penanggulangannyapun berbeda-beda.

Salah satu penyakit yang dapat dikaji dan memberikan gambaran besarnya masalah dan upaya penanggulangan adalah penyakit kecacingan pada anak Sekolah Dasar. Penyakit Kecacingan di Indonesia masih merupakan masalah besar atau masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya yang masih sangat tinggi yaitu kurang lebih antara 45-65 %, bahkan diwilayah-wilayah tertentu yang sanitasi yang buruk prevalensi kecacingan bisa mencapai 80%. Cacing-cacing yang menginfestasi anak dengan prevalensi yang tinggi ini adalah cacing gelang (ascaris lumbricoides), cacing cambuk (trichuris trichiura), cacing tambang (necator americanus) dan cacing pita, kalau di diperhatikan dengan teliti, cacing-cacing yang tinggal diusus manusia ini memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kejadian penyakit lainnya misalnya kurang gizi dengan infestasi cacing gelang yang suka makan karbohidrat dan protein diusus sebelum diserap oleh tubuh, kemudian penyakit anemia (kurang kadar darah) karena cacing tambang

suka isap darah diusus dan cacing-cacing cambuk dan pita suka sekali mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak serta mempengaruhi masalah-masalah non kesehatan lainnya misalnya turunnya prestasi belajar dan drop outnya anak SD.

Di Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2005, berdasarkan hasil survei terbatas oleh program SWLIC -2 prevalensi kecacingan pada anak SD masih berkisar 45-65 %. Karena prevalensinya yang masih sangat tinggi di Kabupaten Polewali Mandar, maka upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit kecacingan masuk dalam prioritas pembangunan kesehatan di Kabupaten Polewali Mandar. Bagaimana gambaran penyakit cacing pada anak SD dan

upaya pencegahan dan

penanggulangan di Kabupaten Polewali Mandar di tahun 2006-2007 dapat dijelaskan dalam artikel ini.

Tujuan

Untuk mengetahui gambaran penyakit cacing anak SD selama tahun 2006-2007, dan upaya-upaya tindakan pencegahan dan penanggulangan Penyakit Kecacingan di Kabupaten Polewali Mandar.

Penyakit Kecacingan

Kecacingan merupakan salah satu mikroorgisme penyebab penyakit dari kelompok helminth (cacing), membesar dan hidup dalam usus halus manusia, Cacing ini terutama


(3)

tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang buruk. Terutamanya pada anak-anak. Cacing-cacing tersebut adalah cacing gelang, cacing cambuk dan cacing tambang dan cacing pita. Beberapa hasil penelitian menunjukkan penyakit cacingan lebih banyak menyerang pada anak - anak sekolah dasar / MI dikarenakan aktifitas mereka yang lebih banyak berhubungan dengan tanah. Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk / C.kremi (Trichuris trichiura). Cacing sebagai hewan parasit tidak saja mengambil zat-zat gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak dinding usus sehingga mengganggu penyerapan zat-zat gizi tersebut. Anak –anak yang terinfeksi cacingan biasanya mengalami : lesu, pucat / anemia, berat badan menurun, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, kadang disertai batuk – batuk.

Secara keseluruhan gejala-gejala kecacingan adalah

• Berbadan kurus dan

perrtumbuhan terganggu

(kurang gizi)

• Kurang darah (anemia)

• Daya tahan tubuh

rendah,sering-sering sakit, lemah dan senang menjadi letih sehinnga sering tidak hadir sekolah dan mengakibatkan nilai pelajaran turun.

Gejala-gejala ini terjadi karena cacing Ascaris Lumbricoides hidup dalam rongga usus manusia dan mengambil makanan terutama karbohidrat dan protein, 1 ekor cacing akan mengambil karbohidrat 0,14 gram/hari dan protein 0,035 gram/hari.

Akibat adanya cacing ascaris dalam tubuh, maka anak yang mengkonsumsi makanan yang kurang gizi dapat dengan mudah akan jatuh kedalam kekurangan gizi buruk, sedangkan cacing trichuris dan cacing tambang disamping mengambil makanan juga akan menghisap darah sehingga dapat menyebabkan anemia.

Penularan kecacingan secara umum melalui dua cara

1. Anak buang air besar sembarangan – Tinja yang mengandungi telur cacing mencemari tanah – Telur menempel di tangan atau kuku ketika mereka sedang bermain– Ketika makan atau minum, telur cacing masuk ke dalam mulut – tertelan – kemudian orang akan cacingan dan seterusnya terjadilah infestasi cacing.

2. Anak buang air besar sembarangan – tinja yang mengandung telur cacing mencemari tanah – dikerumuni lalat – lalat hinggap di makanan atau minuman – makanan atau minuman yang mengandungi telur cacing masuk melalui mulut – tertelan – dan selanjutnya orang akan cacingan – infestasi cacingpun terjadi.


(4)

Gambar 1

siklus masuknya penyakit kecacingan pada tubuh manusia melaui dua cara yaitu Pertama : telur yang infektif masuk melalui mulut, tertelan kemudian masuk usus besar , beberapa lama hari kemudian menetas jadi larva lalu menjadi dewasa dan berkembang biak. Kedua : telur menetas ditanah lalu menjadi larva infektif kemudian masuk melalui kulit kaki atau tangan menerobos masuk ke pembuluh darah terus ke jantung berpindah paru-paru, lalu terjerat di tenggorakan masuk kerongkongan lalu usus halus kemudian menjadi dewasa dan berkembang biak.


(5)

Gambaran epidemiologi penyakit kecacingan

Epidemiologi kecacingan adalah gambaran tentang distribusi (tempat, orang dan waktu) dan determinan (faktor utama) terjadinya penyakit kecacingan dalam suatu populasi. Berdasarkan etiologi (kausa) suatu penyakit infeksi dan penyakit non infeksi, penyakit kecacingan ini diklasifikasikan sebagai penyakit infeksi atau merupakan mikroorganisme penyebab penyakit

yang dapat ditularkan

(Communicable Diseases-biological agents). Dan berdasarkan durasi kejadian akut, sub akut-sub kronik dan kejadian kronik, penyakit kecacingan ini biasanya digolongan sebagai penyakit kronik yaitu diatas 3 bulan baru ditahu gejala-gejalanya, sehingga spektrum penyakitnya atau luas penyakitnya biasa endemik. Penyebaran karakteristik manifestasi penyakit kecacingan dengan gejala kliniknya lebih banyak ditemukan tampa

gejala, namun kejadiannya sudah masuk dalam kondisi akut maka manifestasi kliniknya akan semakin jelas.

Klasifikasi Kecacingan

Penyakit kecacingan disebabkan oleh parasit cacing, dalam tubuh manusia parasit cacing mempunyai tubuh yang simestris bilateral dan tersusun dari banyak sel (multi seluler). cacing yang penting atau cacing yang sering menginfeksi tubuh manusia terdiri atas dua golongan besar yaitu filum platy-helmithes dan filum nemat-helminthes. Filum platy-helmithes terdiri atas dua kelas yang penting yaitu kelas cestoda dan kelas trematoda, sedangkan filum nemathehelmithes kelasnya yang penting adalah nematoda. Cacing gelang, cacing cambuk, cacing tambang dan cacing pita adalah kelas nematoda yang selalu parasitik pada tubuh manusia dan menjadikannya sebagai tempat hidup dan berkembang (reservoices hospes definitif). Berikut ini perbedaan Cestoda, Trematoda dan Nematoda


(6)

Tabel 1.

Perbedaan Kelas Mikroorganisme Cacing

(Cestoda, Trematoda dan Nematoda

Karakteristik

cacing Cestoda Trematoda Nematoda Bentuk Tubuh Pita,

bersegmen

Daun tak bersegmen Silindris, segmen (-)

Sistem

Reproduksi Hermafrodit (monoecius) Hermafrodit (monoecius) kecuali Schistosoma

Jantan dan betina (diecious)

Kepala Alat isap (+),

kait (+) Alat isap (+)Kait(-) Alat isap (-)Kait (-) Sistem

Pencernaan Tidak ada usus (-) Tak sempurnaAnus (-) SempurnaAnus (+) Rongga tubuh Tidak ada Tidak ada Ada

Sumber : Soedarta, (2007), Sinopsis Kedokteran Tropis, Airlangga University Press.


(7)

Besarnya Masalah dan Penanggulangan Penyakit Kecacingan

di Kabupaten Polewali Mandar

Berdasarkan hasil survei terbatas oleh program SWLIC -2 di tahun 2005 prevalensi kecacingan pada anak SD masih berkisar 45-65 %. Karena prevalensinya yang masih sangat tinggi di Kabupaten Polewali Mandar, maka upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit kecacingan masuk dalam prioritas pembangunan kesehatan di Kabupaten Polewali Mandar,

Hasil dari upaya menurunkan besarnya masalah dan upaya pencegahan serta penanggulangan penyakit kecacingan di Kabupaten Polewali Mandar selama tahun 2006-2007 dapat diperlihat pada tabel 2. hasil kumulatif pemeriksaan laboratorium faeces Kecacingan pada Anak SD di Polewali Mandar pada tahun 2006-2007. Tabel ini memperlihatkan gambaran hasil intervensi yang telah dilakukan selama tahun tersebut.


(8)

Tabel 2

Hasil Kumulatif Pemeriksaan Laboratorium Faeces Kecacingan murid SD

di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2006-2007

Tahun Jumlah SD

Jumlah murid diperiks

a

Positif Negatif

Jumla h

n % n %

2006 24 2288 783 34.22 1505 65.78 100.00

2007 69 2353 312 13.26 2041 86.74 100.00

Jumlah

Kumulatif 93 4641 1095 23.59 3546 76.41 100.00

Sumber :

Dinkes Polewali Mandar, (2008), Laporan Pemeriksaan Faeces anak SD di Polewali Mandar


(9)

Hasil kumulatif pemeriksaan Laboratorium Faeces kecacingan murid SD di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2006-2007 terlihat jelas penurunan presentase tahun 2006 sebesar 34,22 5 menjadi 13.26 % di tahun 2007. Penurunan ini karena hasil survei terbatas yang dilakukan ditahun 2005 yang memberikan gambaran kecacingan di kabupaten Polewali Mandar antara 35-45 % untuk segera di lakukan intervensi pemberian obat

cacing pada anak SD (obat pirantel Pamout 10 mg/ kg BB dan Albendazole 10 mg/kg BB), dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan, Pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan perbaikan Sarana air bersih serta sanitasi di desa lokasi SD intervensi. Intervensi ini telah memberikan hasil yang sangat signifikan pada ditahun 2006-2007.


(10)

Tabel 3

Jumlah SD dengan Presentase diatas dan dibawah Rata-rata

Kumulatif Kabupaten Polewali Mandar 2006-2007

Presen SD Kecacingan Jumlah SD

n %

> 23,59 28 30.11

<23,59 65 69.89

Jumlah Kumulatif 93 100


(11)

Pata tabel 3. dapat

diperlihatkan dari 93 SD yang dilakukan pengambilan sampel faeces untuk

pengujuian kecacingan, dibandingkan dengan nilai rata-rata

kecacingan (rerata

23,59%) ada 69,89 (atau 65 SD)

mempunyai presentase kecacingan diatas

rata-rata, dan

hanya 30,11 % (atau 28 SD) yang diatas rata-rata.. Kesimpulan Artikel ini memberikan gambaran epidemiologi pencegahan dan penanggulang an penyakit kecacingan di Kabupaten Polewali Mandar

selama tiga tahun

2005-2007

menunjukkan prevalensi kecacingan pada anak SD telah

mengalami penurunan dari 34 % ditahun 2006 menjadi 13 % di tahun 2007. Penurunan ini karena telah dilakukan

intervensi beruapa pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg dan

albendazole 100mg ) pada anak SD tiap tahunnya juga telah

dilakukan intervensi pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS) pada anak SD termasuk

pengembanga n sarana dan prasarana air bersih pada SD-SD tersebut. Upaya pencegahan dan penanggulang an harus terus dilakukan agar walaupun prevalensi telah turun, hal ini penting agar permasalahan kecacingan dan dampaknya terhadap tumbuh kembang anak SD diminimalisir misalnya

kurang gizi, anemia yang sangat

mempengaruh i prestasi belajar dan

drop out sekolah. Tinjauan Pustaka :Soedarta, (2007), Sinopsis Kedokteran Tropis, Airlangga University Press.Dinkes Polewali Mandar, (2008), Laporan Pemeriksaa n Faeces

anak SD di Polewali

Mandar.

PolewaliElmi dkk,

(2004), Status Gizi Dan

Infestasi Cacing Usus Pada Anak , Sekolah Dasar, e-USU Repository © 2004

Universitas Sumatera Utara


(1)

Tabel 1.

Perbedaan Kelas Mikroorganisme Cacing (Cestoda, Trematoda dan Nematoda Karakteristik

cacing Cestoda Trematoda Nematoda

Bentuk Tubuh Pita,

bersegmen

Daun tak bersegmen Silindris, segmen (-)

Sistem

Reproduksi Hermafrodit (monoecius) Hermafrodit (monoecius) kecuali Schistosoma

Jantan dan betina (diecious)

Kepala Alat isap (+),

kait (+) Alat isap (+)Kait(-) Alat isap (-)Kait (-) Sistem

Pencernaan Tidak ada usus (-) Tak sempurnaAnus (-) SempurnaAnus (+) Rongga tubuh Tidak ada Tidak ada Ada

Sumber : Soedarta, (2007), Sinopsis Kedokteran Tropis, Airlangga University Press.


(2)

Penanggulangan Penyakit Kecacingan

di Kabupaten Polewali Mandar Berdasarkan hasil survei terbatas oleh program SWLIC -2 di tahun 2005 prevalensi kecacingan pada anak SD masih berkisar 45-65 %. Karena prevalensinya yang masih sangat tinggi di Kabupaten Polewali Mandar, maka upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit kecacingan masuk dalam prioritas pembangunan kesehatan di Kabupaten Polewali Mandar,

Hasil dari upaya menurunkan besarnya masalah dan upaya pencegahan serta penanggulangan penyakit kecacingan di Kabupaten Polewali Mandar selama tahun 2006-2007 dapat diperlihat pada tabel 2. hasil kumulatif pemeriksaan laboratorium faeces Kecacingan pada Anak SD di Polewali Mandar pada tahun 2006-2007. Tabel ini memperlihatkan gambaran hasil intervensi yang telah dilakukan selama tahun tersebut.


(3)

Tabel 2

Hasil Kumulatif Pemeriksaan Laboratorium Faeces Kecacingan murid SD

di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2006-2007

Tahun Jumlah SD

Jumlah murid diperiks

a

Positif Negatif

Jumla h

n % n %

2006 24 2288 783 34.22 1505 65.78 100.00

2007 69 2353 312 13.26 2041 86.74 100.00

Jumlah

Kumulatif 93 4641 1095 23.59 3546 76.41 100.00

Sumber :

Dinkes Polewali Mandar, (2008), Laporan Pemeriksaan Faeces anak SD di Polewali Mandar


(4)

Hasil kumulatif pemeriksaan Laboratorium Faeces kecacingan murid SD di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2006-2007 terlihat jelas penurunan presentase tahun 2006 sebesar 34,22 5 menjadi 13.26 % di tahun 2007. Penurunan ini karena hasil survei terbatas yang dilakukan ditahun 2005 yang memberikan gambaran kecacingan di kabupaten Polewali Mandar antara 35-45 % untuk segera di lakukan intervensi pemberian obat

Pamout 10 mg/ kg BB dan Albendazole 10 mg/kg BB), dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan, Pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan perbaikan Sarana air bersih serta sanitasi di desa lokasi SD intervensi. Intervensi ini telah memberikan hasil yang sangat signifikan pada ditahun 2006-2007.


(5)

Tabel 3

Jumlah SD dengan Presentase diatas dan dibawah Rata-rata

Kumulatif Kabupaten Polewali Mandar 2006-2007 Presen SD Kecacingan Jumlah SD

n %

> 23,59 28 30.11

<23,59 65 69.89

Jumlah Kumulatif 93 100

Sumber : Data Sekunder Terolah


(6)

dapat

diperlihatkan dari 93 SD yang dilakukan pengambilan sampel faeces untuk

pengujuian kecacingan, dibandingkan dengan nilai rata-rata

kecacingan (rerata

23,59%) ada 69,89 (atau 65 SD)

mempunyai presentase kecacingan diatas

rata-rata, dan

hanya 30,11 % (atau 28 SD) yang diatas rata-rata.. Kesimpulan Artikel ini memberikan gambaran epidemiologi pencegahan dan penanggulang an penyakit kecacingan di Kabupaten Polewali Mandar

selama tiga tahun

2005-menunjukkan prevalensi kecacingan pada anak SD telah

mengalami penurunan dari 34 % ditahun 2006 menjadi 13 % di tahun 2007. Penurunan ini karena telah dilakukan

intervensi beruapa pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg dan

albendazole 100mg ) pada anak SD tiap tahunnya juga telah

dilakukan intervensi pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS) pada anak SD termasuk

pengembanga n sarana dan prasarana air bersih pada SD-SD

tersebut. Upaya

pencegahan

penanggulang an harus terus dilakukan agar walaupun prevalensi telah turun, hal ini penting agar permasalahan kecacingan dan dampaknya terhadap tumbuh kembang anak SD diminimalisir misalnya

kurang gizi, anemia yang sangat

mempengaruh i prestasi belajar dan

drop out sekolah. Tinjauan Pustaka :Soedarta, (2007), Sinopsis Kedokteran Tropis, Airlangga University Press.Dinkes Polewali Mandar, (2008), Laporan Pemeriksaa n Faeces

anak SD di Polewali

Polewali

Elmi dkk, (2004), Status Gizi Dan

Infestasi Cacing Usus Pada Anak , Sekolah Dasar, e-USU Repository © 2004

Universitas Sumatera Utara