Istilah dalam Epidemiologi penyakit menu

Istilah dalam Epidemiologi penyakit menular
22:49 HIMALOGI STIK TM NO COMMENTS
1.
Carrier  pembawa penyakit
Manusia/hewan t4 berdiamnya agent menular secara klinis tidak terlihat nyata.
2.
Case Fatality Rate  angka kefatalan
% dari jumlah penderita penyakit X dan meninggal karenanya.
3.
Chemopraphilaxis  pemberian bhn kimia
Untuk mencegah pertumbuhan/perkembangan infeksi.
4.
Cleaning  pembersihan
dgn air panas, sabun atau deterjen yg sesuai, mengisap debu/agent menular
5.
Communicable disease  penyakit menular
Penyakit yg disebabkan oleh agent penyebab menular atau hasil racunnya.
6.
Communicable period  waktu penularan
selama waktu t3 dimana agent menular dpt dipindahkan.
7.

Contact  berhubungan
Org/hewan yg telah berhubungan dg org/hewan terinfeksi atau ligkungan yg terkontaminasi.
8.
Contamination  kontaminasi
adanya agent menular pada permukaan tubuh/pakaian /t4 tidur/alat bedah/makanan/minuman dll
9.
Desinfektion  desinfeksi
Mematikan agent menular dg bahan kimia, alat/cara yg bersifat fisik yg mengena secara langsung
diluar tubuh.
10. Desinfestation  memusnahkan hewan kecil
semua proses secara fisik/kimia untuk memusnahkan hewan kecil yg tidak dikehendaki.
11. Endemic  Penyakit menetap
Adanya penyakit menular yg tetap dlm satu area geografis t3
12. Epidemic  KLB/wabah
kejadian luar biasa dr suatu penyakit t3 melebihi dari jumlah yang diperkirakan
13. Fumigation  mematikan dg mengunakan gas
Semua proses untuk mematikan hewan merugikan dilakukan dg gas
15. Health education  pendidikan kesehatan
16. Host  pejamu (tuan rumah)
Manusia/hewan hidup yg dpt memberikan kehidupan atau t4 tinggal untuk agent

17. Imune individual  kekebalan individu
18. Immunity  kekebalan
Terdiri dr kekebalan aktif dan pasif
19. Inapparent infection  infeksi tanpa adanya gejala yg jelas
20. Insidence rate  angka insiden
Nilai hasil bagi, antara jumlah penderita baru dg jumlah person dlm populasi yg ditentukan
21. Incubation period  masa inkubasi
22. Infected individual  individu yg terinfeksi
Manusia/hewan t4 berdiamnya suatu agent baik yg mempunyai gejala maupun tanpa gejala
23. Infection  infeksi
Masuk, bertumbuh dan berkembangnya agent dlm tubuh manusia/hewan
24. Infectious agent  agent yg mampu menimbulkan menginfeksi atau penyakit
25. Infectious disease  penyakit infeksi
Penyakit secara klinis tanpak nyata pada manusia/hewan yg merupakan akibat suatu infeksi
26. Infestation  tempat menempelnya dan berkembang biaknya agent pd tubuh/dlm pakaian
manusia/hewan.
27. Insectiside  insect (serangga), cide (membasmi)
zat kimia yg digunakan utk mematikan/membasmi serangga. larvasida, adultisida/imagosida,
akarisida (kutu2), lousisida (belalang), & mitisida (rayap)
28. Isolation  pemisahan org sakit

melakukan pemisahan selama ms penularan thdp orang/hewan yg terinfeksi
28. Molluscicide  Mollusca (binatang lunak)

zat kimia yg digunakan utk membasmi bekicot atau molluska lainnya.
29. Morbidity rate  Angka Kesakitan
30. Mortality rate  Angka Kematian
31. Nosocomial infection  Infeksi yg diperoleh di RS atau pd fasilitas yankes yg lain.
32. Pathogenicity  Kemampuan agent utk menyebabkan penyakit
33. Patient or sick people  Orang yg jelas sakit (pasien).
34. Personal hygiene  Higiene individu
Tindakan pencegahan individu utk meningkatkan kesehatan serta membtasi menyebarnya PM.
35. Prevalensi rate  Angka Prevalensi
Nilai hasil bagi, antara jumlah penderita (lama+baru) dg jumlah person dlm populasi yg ditentukan.
36. Quarantine  Pembatasan kegiatan orang/hewan sehat
37. Repellent  Bahan kimia yg diaplikasikan pd kulit/pakaian/tempat lainnya utk mengurangi
penyerangan arthopoda, larva cacing, dsb.
38. Report of disease  Laporan resmi atas terjadinya penularan penyakit pd manusia/hewan
39. Reservoir of infectious agent  Hewan, tanaman, tanah atau zat atau kombinasinya di mana
agent dpt scr normal hidup & berkembang.
40. Resistence  mekanisme tubuh membuat perlawanan atas penyerangan agent

41. Rodenticide  Bahan kimia utk memusnahkan rodensia (binatang pengerat sebangsa tikus).
42. Source of infection  Sumber Infeksi
43. Manusia, hewan, objek atau zat lainnya di mana agent berada.
44. Surveillense of desease  Pengawasan penyakit
45. penelitian yg cermat (pengumpulan & penilaian) dr segala aspek terjadinya & penyebaran
penyakit.
46. Susceptible  Orang/hewan yg dianggap tdk punya kekebalan yg cukup utk melawan agent
pathogen
47. Suspect case  Orang yg dicurigai menderita suatu penyakit.
48. Transmission of infectious agent  Cara atau mekanisme di mana agent menyebar dr sumber
atau reservoir ke manusia.
49. Virulense  Tingkat patogen suatu agent atau kemampuan uk menyerang & merusak jarigan
pejamu.
50. Zoonosis  Infeksi atau penyakit menular diularkan dari hewan ke pejamu.
Definisi – Definisi Epidemiologi
( Arti terminology)
1. “Carrier” – Orang atau binatang yang mengandung bibit penyekit tertentu tanpa menunjukkan gejala klinis
yangjelas dan berpotensi sebagai sumber penularan penyakit. Status sebagai “carrier” bisa bertahan dalam
individu dalam waktu yang lama dalam perjalanan penyakit tanpa menunjukkan gejala klinis yang jelas,
(dikenal sebagai carrier sehat atau “asymptomatic carrier”). Bisa juga status “carrier” ini terjadi pada waktu

masa inkubasi, pada masa “convalescence” atau sesudah masa “convalescence” dimana disini gejala klinis
penyakitnya jelas (dikenal sebagai “carrier” inkubasi atau “concalescence carrier”). Dari berbagai jenis
“carrier” diatas, status “carrier” bisa pendek bisa sangat panjang (disebuat sebagai “carrier” sementara atau
“transient carrier” atau “carrier” kronis).
2. “Case Fataly Rate” - (Angka Kematian Kasus) : Biasanya dinyatakan dalam presentase orang yang
didiagnosa dengan penyakit tertentu kemudian meninggal karena penyakit tersebut dalam kururn waktu
tertentu.
3. “Chemoprophylaxis” – Pemberian bahan kimia termasuk antibiotik yang ditujukan untuk mencegah
berkembangnya infeksi atau berkembangnya infeksi menjadi penyakit yang manifes. “Chemoprophylaxis”
juga dimaksudkan untuk mencegah penularan penyakit kepada orang lain. Sedangkan “Chemotherapy”
dimaksudkan pemberian bahan kimia dengan tujuan untuk mengobati suatu penyakit yang secara klinis
sudah manifes dan untuk mencegaj perkembangan penyakit lebih lanjut.

4. Pembersihan – Menghilangkan bahan organic atau bahan infeksius dri suatu permukaan dengan cara
mencuci dan menggosok menggunakan deterjen atau pembersih vacuum dimana agen infeksi ini
kemungkinan tempat yang cocok untuk hidup dan berkembang biak pada permukaan tersebut.
5. Penyakit Menular – Penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu atau oleh produk toxin yang
didapatkan melalui penularan bibit penyakit atau toxin yang diproduksi oleh bibit penyakit tersebut dari
orang yang terinfeksi, dari binatang atau dari reservoir kepada orang yang rentan; baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui tumbuh-tumbuhan atau binatang pejamu, melalui vector atau melalui

lingkungan.
6. Masa Penularan – Adalah waktu pada saat dimana bibit penyakit mulai ditularkan baik secara langsung
maupun tidak langsung dari orang yang sakit ke orang lain, dari binatang yang sakit ke manusia atau dari
orang yang sakit ke binatang termasuk ke arthropoda. Untuk penyakit tertentu seperti Diptheria dan Infeksi
Streptococcus dimana selaput lendir terkena sejak awal masuknya bibit penyakit, maka masa penularannya
dihitung mulai dari saat kontak pertama dengan sumber infeksi sampai dengan saat bibit penyakit tidak lagi
ditularkan dari selaput lendir yang terinfeksi, yaitu waktu sebelum munculnya gejala prodromal sampai
berhentinya status sebagai carrier, jika yang bersagkutan berkembang menjadi carrier. Ada penyakitpenyakit tertentu justru lebih menular pada masa inkubasi dibandingkan dengan pada waktu yang
bersangkutan memang benar-benar jatuh sakit (contohnya adalah Hepatitis A, campak). Pada penyakitpenyakit sepeti TBC, kusta, sifilis, gonorrhea dan jenis salmonella tertentu masa penularannya berlangsung
lama dan terkadang intermiten pada saat lesi kronis secara terus menerus mengeluarkan cairan yang
infeksius dari permukaan atau lubang-lubang tubuh.
Untuk penyakit yang ditularkan oleh arthropoda seperti malaria, demam kuning, masa penularannya atau
masa infektivitasnya adalah pada saat bibit penyakit ada dalam jumlah cukup dalam tubuh manusia baik itu
dalam darah maupun jaringan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi sehingga memungkinkan vector
terinfeksi dan menularkannya kepada orang lain.
Masa penularan untuk vector arthropoda yaitu pada saat bibit penyakit dapat disemikan dalam jaringan
tubuh arthropoda dalam bentuk tertentu dalam jaringan tertentu (stadium infektif) sehingga dapat
ditularkan.
7. Kontak – Orang atau binatang sedemikian rupa mempunyai hubungan dengan orang atau binatang yang
sakit atau dengan lingkungan yang tercemar yang menyebabkan mereka kemungkinan besar terkena infeksi

8. Kontaminasi – Ditemukannya bibit penyakit dipermukaan tubuh, pakaian, tempat tidur, mainan anak-anak,
instrumen, duk atau pada benda-benad lainnya termasuk air dan makanan. Polusi berbeda dengan
kontaminasi, dimana polusi diartikan adanya bahan pencemar dalam jumlah yang berlebihan di dalam
lingkungan dan tidak harus berupa agen insfeksius. Kontaminasi permukaan tubuh manusia tidak berati
orang tersebut berperan sebagai “carrier”.
9. Disinfektan – Upaya untuk membunuh bibit penyakit di luar tubuh manusia dengan menggunakan bahan
kimia atau bahan fisis. Disinfektan pada tingkat yang tinggi akan membunuh semua mikro organisme
kecuali spora. Diperlukan upaya lebih jauh untuk membunuh spora dari bakteri.
Untuk membunuh spora diperlukan kontak yang lebih lama dengan disinfektan dalam konsentrasi tertentu
setelah dilakukan pencucian dengan deterjen secara benar.
Konsentrasi bahan kimia yang diperlukan antara lian Glutaraldehyde 2%, H2O2 6% yang sudah
distabilkan, Asam paracetat 1%, paling sedikitnya diberikan minimal 20 menit. Disinfektan pada tingkat
o
menengah tidak membunuh spora. Spora akan mati jika dilakukan pasteurisasi selama 30 menit 75 C
o
(167 F) atau dengan menggunakan disinfektan yang sudah direkomendasikan oleh EPA.
Disinfektasi Segera, adalah disinfektasi yang dilakukan segera setelah lingkungan tercemar oleh cairan
tubuh dari orang yang sakit atau suatu barang yang tercemar oleh bahan infeksius. Sebelum dilakukan
disinfektasi terhadap barang atau lingkungan maka upayakan agar sesedikit mungkin kontak dengan cairan
tubuh atau barang-barang yang terkontaminasi tersebut.

Disinfektasi Terminal, adalah upaya disinfektasi yang dilakukkan setelah penderita meninggal, atau setelah
penderita dikirm ke Rumah Sakit, atau setelah penderita

berhenti sebagai sumber infeksi, atau setelah dilakukan isolasi di Rumah Sakit atau setelah tindakantindakan lain dihentikan. Disinfektasi terminal jarang dilakukan; biasanya melakukan pemebersihan
terminal sudah mencukupi dilakukan bersama-sama dengan aerasi kamar serta membiarkan sinar matahari
masuk kamar sebanya-banyaknya menyinari ruangan tempat tidur dan meja kursi.
Disinfektasi hanya diperlukan untuk penyakit yang ditularkan secara tidak langsung; sentralisasi dengan
uap atau Insenerasi tempat tidur dan peralatan lain dianjurkan untuk penyakit demam Lassa atau penyakit
yang sangat infeksius lainnya.
Sterilisasi, adalah penghancuran semua bentuk dari bibit penyakit baik dengan cara memanaskan,
penyinaran, menggunakan gas (ethylene oksida, formaldehyde) atau denganpemberian bahan kimia.
10. Disinfestasi – Tindakan yang dilakukan baik fisis maupun kimiawi dengan maksud untuk menghancurkan
atau menghilangkan binatang-binatang kecil yang tidak diinginkan khususnya arthropoda atau rodensia
yang hadir di lingkungan manusia, binatang peliharaan, dipakaian (lihat Insektisida dan Rodentisida).
Disinfestasi termasuk menghilangkan kutu yaitu Pediculus humanus, pada manusia.
Synonim dari disinfestsai adalah disinseksi, disinsektisasi jika yang dihilangkan hanya insekta.
11. Endemis – Suatu keadaan dimana suatu penyakit atau agen infeksi tertentu secara terus menerus ditemukan
disuatu wilayah tertentu, bisa juga dikatakan sebagai suatu penyakit yang umum ditemukan disuatu
wilayah.
Sedangkan Hyperendemis adalah keadaan diman penyakit tertentu selalu ditemukan di suatu wilayah

dengan insiden yang tinggi. Dan Holoendemis adalah keadaan dimana suatu penyakit selalau ditemukan di
suatu wilayah dengan prevalensi yang tinggi, awalnya menyerang penduduk usia muda dan menimpa
sebagian besar penduduk contohnya malaria di daerah tertentu (lihat zoonosis).
12. Epidemi (Wabah) - Timbulnya suatu penyakit yang menimpa sekelompok masyarakat atau suatu wilayah
dengan angka kejadian yang melebihi angka normal dari kejadian penyakit tersebut. Beberapa jumlah
penderita untuk bisa dikatakan telah terjadi Epidemi sangat tergantung dari jenis penyakit, jumlah dan tipe
penduduk yang tertimpa, pengalaman masa lalau, jarangnya terpajan dengan penyakit tersebut, waktu dan
tempat kejadian. Dengan demikian epidemisitas sangat relatif tergantung kepada bagaumana kejadian
biasanya dari penyakit tersebut di suatu wilayah yang sama, pada penduduk tertentu pada musim yang
sama.
Sebagai contoh satu kasus penyakit tertentu yang lama tidak muncul kemudian tiba-tiba muncul atau suatu
kasus penyakit yang sebelumnya belum pernah dikenal, muncul maka segera harus dilakukan penyelidikan
epidemiologis dan juika kemudian penyakit tersebut menjadi dua kasus dalam waktu yang cepat di tempat
tersebut maka ini sebagai bukti telah terjadi penularan dan dianggap telah terjadi epidemi (lihat laporan
suatu penyakit dan zoonosis).
13. Penyinaran Makanan - Teknologi tertentu yang dapat memberikan dosis spesifik dari radiasi pengion dari
suatu sumber radio isotope (Cobalt 60) atau dari mesin yang dapat menghasilkan sinar electron atau sinar
X. Dosis yang diperlukan untuk penyinaran makanan dan alat-alat : rendah yaitu sekitar 1 kilo Grays
(kGy) atau kurang, digunakan untuk sisinfeksi insekta dari buah-buahan, bumbu atau biji-bijian; disinfeksi
parasit dari ikan dan daging; medium 1 – 10 kGy (biasanya 1-4 kGy), dipakai untuk pasteurisasi dan untuk

menghancurkan bakteri dan jamur, dan tinggi 10 – 15 kGy, digunakan untuk sterilisasi makanan, peralatan
medis dn alat kesehatan (cairan iv, implan, semprit, jarum suntik, benang, klip, jas operasi, duk).
14. Fumigasi – Proses yang ditujukan untik membunuh binatang tertentu seperti arthropoda dan rodensia dengan
menggunakan gas kimia (lihat insektisida dan rodentisida).
15. Penyuluhan Kesehatan - Adalah suatu proses yang ditujukan kepada individu atau kelompok penduduk agar
mereka bisa berperilaku sehat dalam menjaga dan memelihara kesehatan mereka. Penyuluhan kesehatan
dimulai dari masyarakat dalam keadaan seperti apa adanya yaitu pandangan mereka selama ini terhadap
masalah kesehatan. Dengan memebrikan penyuluhan kesehatan kepada mereka dimaksudkan untuk
mengembangkan sikap dan tanggung jawab sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dalam
masalah kesehatan. Khusus kaitannya dengan pemberantasan penyakit menular maka penyuluhan

kesehatan ditujukan kepada upaya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penyakit menular,
penilaian terhadap perilaku masyarakat yang ada kaitannya dengan penyebaran serta peningkatan frekuensi
penyakit menular, pengenalan cara-cara pengobatan (Synonim : pendidikan penderita, pendidikan untuk
kesehatan, pendidikan kepada masyarakat, pendidikan kesehatan masyarakat).
16. Kekebalan Kelompok (Herd inmunixty) – Adalah kekebalan dari sekelompk orang atau masyarakat.
Kemampuan dari sekelompok orang untuk menanngkal invasi atau penyebaran suatu penyakit infeksi jika
mereka yang kebal mencapai proporsi yang cukup tinggi di masyarakat.
17. Pejamu/Tuan Rumah/Inang – Disebut juga “Host”, hospes ialah orang atau binatang termasuk burung dan
arthropoda yang mengandung bibit penyakit tertentu yang didapatkan secara alamiah (bukan sebagai hasil

eksperimen). Protozoa dab cacing tertentu mempunyai beberapa oejamu dari spesies binatang yang berbeda
dalam stadium perkembangan mereka. Pejamu dimana parasit mencapai maturitas atau melewatkan
stadium seksual mereka disebut sebagai pejamu perimer atau pejamu difinitif, sedangkan pejamu dimana
parasit melewatkan stadium larva atau stadium asexual disebuet sebagai pejamu sekunder atau pejamu
intermediair. Pejamu perantara (transport host) adalah “carrier” dimana organisme bertahan hidup tetapi
tidak mengalamui perkembangan.
18.

Individu Yang Kebal – Orang atau binatang yang memiliki antibody spesifik dan atau memiliki antibody
seluler akibat infeksi atau pemberian imunisasi yang dialami sebelumnya. Atau suatu kondisi sebagai akibat
pengalaman spesifik sebelumnya sebagai suatu respons sedemikian rupa yang mencegah berkembangnya
penyakit terhadap reinfeksi dari bibit penyakit tertentu. Tingkat imunitas seseorang sangat relatif; tingkat
perlindungan tertentu mungkin cukup kuat terhadap infeksi yang biasanya tetapi tidak mencukupi untuk
infeksi yang berat atau infeksi yang melewati “Port d’entre” yang tidak biasanya; Daya lindung juga
berkurang pada pemberian pengobatan “immumosuppressive” atau karena menderita penyakit lain dan
proses ketuaan (lihat Resistensi).
19. Imunitas – Kekebalan yang dikaitkan dengan adanya antibody atau sel yang mempunyai tanggap kebal
terhadap mikro organisme dari penyakit infeksi tertentu atau terhadap toksinnya. Kekeblan yang efektif
meliputi kekebalan seluler berkaitan dengan sentisisai T-Lymphocite dan atau imunitas humoral yang
didasarkan kepada reaksi B-Lymphocite.
Kekebalan Pasif di dapat baik secara alamiah maupun didapat dari ibu melalui ari ari, atau didapat secara
buatan dengan memberikan suntikan zat kebal (dari serum binatang yang sudah dikebalkan, serum
hiperium dari orang yang baru sembuh dari penyakit tertentu atau “human immune serum globulin”;
kekebalan yang diberikan relatif pendek (beberapa hari atau beberapa).
Imunitas humorial aktif, hilang setelah beberapa tahun yang didapat baik secara alamiah karena infeksi
dengan atau tanpa gejala klinis atau diperoleh secara buatan dengan menyuntikkan agen infeksi yang sudah
dibunuh atau dilemahkan atau dalam bentuk vaksinnya ke dalam tubuh manusia.
20. Infeksi yang tidak kelihatan (Inapparent Infection) – Adalah terjadinya infeksi pada pejamu tanpa disertai
dengan gejala klinis yang jelas. Infeksi ini hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan laboratorium seperti
melalui pemeriksaan darah, skin test (Synonim; asymptomatik, subklinis, “occult infection”)
21. Angka Insidensi (Incidence Rate) – Jumlah kasus baru penyakit tertentu yang dilaporkan pada periode waktu
tertentu, tempat tertentu dibagi dengan jumlah penduduk dimana penyakit tersebut berjanngkit. Biasanya
dinyatakan dalam jumlah kasus per 1000 dtau per 100.000 penduduk per tahun. Angka ini bisa
diberlakukan bagi umur tertentu, jenis kelamin tertentu atau karakteristik spesifik dari penduduk. (lihat
Angka morbiditas, Angka Prevalensi).
“Attack rate” atau “Case Rate” adalah proporsi yang menggambarkan insidensi kumulatif dari kelompok
tertentu, yang diamati dalam waktu yang terbatas dalam situasi tertentu misalnya pada waktu terjadi
kejadian luar biasa atau wabah. Dinyatakan dalam prosentase (jumlah kasus per 100 penduduk).
Sedangkan “Attack rate” Sekunder adalah jumlah penderita baru yang terjadi dalam keluarga atau
institusi dalam periode masa inkubasi tertentu setelah terjadi kontak dengan kasus primer, dihubungkan
dengan total keseluruhan kontak; deniominatornya/penyebutnya bisa terbatas hanya kepada kontak yang
rentan saja jika hal ini diketahui dengan jelas.
Angka Infeksi adalah proporsi yang menggambarkan insidensi dari semua infeksi yang terjadi baik yang
kelihatan maupun yang tidak kelihatan.

22. Masa Inkubasi – Yaitu interval waktu antara kontak awal dengan bibit penyakit dan awal munculnya gejala
penyakit yang dikaitkan dengan infeksi tersebut. Didalam tubuh vector adalah waktu antara msauknya
mikro organisme ke dalam tubuh vector dan waktu dimana vector tersebut mampu menyebarkan penyakit
(Masa Inkubasi Ekstrinsik).
Waktu antara orang terpajan dengan parasit sampai ditemukannya parasit tersebut dalam darah atau feces
dinamakan masa percobaan.

23. Orang yang terinfeksi – Seseorang atau binatang yang mengandung bibit penyakit baik dia menunjukkan
gejala klinis maupun tidak (lihat pasien atau orang sakit), atau infeksi yang tidak kelihatan (lihat Carrier).
Orang atau binatang yang infeksius adalah dari mana bibit penyakit secara alamiah bisa didapat.
24. Infeksi – masuk dan berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit ke dalam tubuh manusia atau binatang.
Infeksi tidak sama dengan penyakit infeksius; akibatnya mungkin tidak kelihatan (lihat infeksi yang tidak
kelihatan) mungkin juga manifes (lihat penyakit infeksi). Ditemukannya bibit penyakit di permukaan
tubuh, dipermukaan alat-alat, pada alat-alat yang tercemar tanah disebut sebagai kontaminasi (lihat
infestrasi dan kontaminasi) bukan infeksi.
25. Agen Infeksius – Adalah organisme (virus, rickettsia, bacteria, fungus, protozoa, cacing) yang bisa
menimbulkan infeksi atau penyakit infeksi. Infektivitas menunjukkan kemampuan dari agen infeksius
untuk masuk, hidup dan berkembang biak di dalam tubuh pejamu; Tingkat infeksius adalah tingkat
kemudahan dari bibit penyakit tertentu ditularkan dari satu pejamu ke pajamu lain
26. Penyakit Infeksius – Penyakit pada manusia atau binatang yang manifes secara klinis sebagai akibat dari
infeksi (lihat infeksi)
27. Infestasi – Berlaku untuk orang atau binatang yaitu hinggap dan berkembang biakanya arthropoda di
permukaan tubuh manusia atau di pakaian. Sedangkan tempat atau peralatan yang terinfestasi adalah
apabila alat atau tenpat tersebut memberikan tempat berteduh bagi arthropoda atau rodensia.
28. Insektisida - Bahan kimia yang dipakai untuk memusnahkan insekta, pemakaiannya bisa dalam bentuk
tepung, cairan, cairan yang dibuat menjadi pertikel, aerosol, disemprotkan baik yang menggunakan residu
maupun tidak. Sedangkan Larvasida istilah yang digunakan bagi bahan kimia yang dipakai untuk bahan
kimia yang digunakan untuk membunuh bentuk dewasa dari arthropoda. Istilah Insektisida kerap dipakai
untuk membunuh kutu dan agas. Istilah-istilah lain seperti lousisida, mitisida juga kadang-kadang dipakai.
24. Infeksi – masuk dan berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit ke dalam tubuh manusia atau binatang.
Infeksi tidak sama dengan penyakit infeksius; akibatnya mungkin tidak kelihatan (lihat infeksi yang tidak
kelihatan) mungkin juga manifes (lihat penyakit infeksi). Ditemukannya bibit penyakit di permukaan
tubuh, dipermukaan alat-alat, pada alat-alat yang tercemar tanah disebut sebagai kontaminasi (lihat
infestrasi dan kontaminasi) bukan infeksi.
25. Agen Infeksius – Adalah organisme (virus, rickettsia, bacteria, fungus, protozoa, cacing) yang bisa
menimbulkan infeksi atau penyakit infeksi. Infektivitas menunjukkan kemampuan dari agen infeksius
untuk masuk, hidup dan berkembang biak di dalam tubuh pejamu; Tingkat infeksius adalah tingkat
kemudahan dari bibit penyakit tertentu ditularkan dari satu pejamu ke pajamu lain
26. Penyakit Infeksius – Penyakit pada manusia atau binatang yang manifes secara klinis sebagai akibat dari
infeksi (lihat infeksi)
27. Infestasi – Berlaku untuk orang atau binatang yaitu hinggap dan berkembang biakanya arthropoda di
permukaan tubuh manusia atau di pakaian. Sedangkan tempat atau peralatan yang terinfestasi adalah
apabila alat atau tenpat tersebut memberikan tempat berteduh bagi arthropoda atau rodensia.

28. Insektisida - Bahan kimia yang dipakai untuk memusnahkan insekta, pemakaiannya bisa dalam bentuk
tepung, cairan, cairan yang dibuat menjadi pertikel, aerosol, disemprotkan baik yang menggunakan residu
maupun tidak. Sedangkan Larvasida istilah yang digunakan bagi bahan kimia yang dipakai untuk bahan
kimia yang digunakan untuk membunuh bentuk dewasa dari arthropoda. Istilah Insektisida kerap dipakai
untuk membunuh kutu dan agas. Istilah-istilah lain seperti lousisida, mitisida juga kadang-kadang dipakai.
Rekomendasi yang diberikan untuk isolasi penderita yang ada pada seksi 9B2 untuk tiap-tiap penyakit my
be allude terhadap metode yang direkomendasikan oleh CDC (CDC Guideline for Isolation Precaution in
Hospital) merupakan “category specific isolation precaution” sebagai tambahan terhadap “Universal
Precaution” yang didasarkan kepada cara-cara penularan penyakit tertentu. Kategori-kategori tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Isolasi ketat; kategori ini dirancang untuk mencegah transmisi dari bibit penyakit yang sangat virulen
yang dapat ditularkan baik melalui udara maupun melalui kontak lanngsung.
Cirinya adalah selain disediakan ruang perawatan khusus bagi penderita juga bagi mereka yang keluar
masuk ruangan diwajibkan memakai masker, lab jas, sarung tangan.
Ventilasi ruangan tersebut juga dijaga dengan tekanan negatif dalam ruangan.
2. Isolasi kontak; Diperlukan untuk penyakit-penyakit yang kurang menular atau infeksi yang kurang
serius, untuk penyakit-penyakityang terutama ditularkan secara langsung sebagai tambahan terhadap
hal pokok yang dibutuhkan, diperlukan kamar tersendiri, namun penderita dengan penyakit yang sama
boleh dirawat dalam satu kamar, masker diperlukan bagi mereka yang kontak secara langsung dengan
penderita, lab jas diperlukan jika kemungkinan terjadi kontak dengan tanah atau kotoran dan sarung
tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan yang infeksius.
3. Isolasi pernafasan; Dimaksudkan untuk mencegah penularan jarak dekat melalui udara, diperlukan
ruangan bersih untuk merawat penderita, namun mereka yang menderita penyakit yang sama boleh
dirawat dalam ruangan yang sama. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang diperlukan,
pemakaian masker dianjurkan bagi mereka yang kontak dengan penderita, lab jas dan sarung tangan
tidak diperlukan.
4. Isolasi terhadap Tuberculosis (Isolasi BTA); Ditujukan bagi penderita TBC paru dengan BTA positif
atau gambaran radiologisnya menunjukkan TBC aktif. Spesifikasi kamar yang diperlukan adalah
kamar khusus dengan ventilasi khusus dan pintu tertutup. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok
yang dibutuhkan masker khusus tipe respirasi dibutuhkan bagi mereka yang masuk ke ruangan
perawatan, lab jas diperlukan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan sarung tangan atidak
diperlukan.
5. Kehati-hatian terhadap penyakit Enterie; Untuk penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan langsung
atau tidak langsung melalui tinja. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang diperlukan, perlu
disediakan ruangan khusus bagi penderita yang hygiene perorangannya jelek. Masker tidak diperlukan
jika ada kecenderungan terjadi soiling dan sarung tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan yang
terkontaminasi.
30. Moluskasida – Bahan kimia yang dipakai untuk membunuh keong dan mollusca lainnya.
31. Angka Kesakitan – Adalah angka insidensi (q.v) yang dipakai untuk menyatakan jumlah keseluruhan orang
yang menderita penyakit yang menimpa sekelompok penduduk pada periode waktu tertentu. Sekelompok
penduduk bisa mengacu pada jenis kelamin tertentu, umur tertentu atau yang mempunyai cirri-ciri tertentu.
32. Angka Kematian – Angka yang perhitungannya sama dengan perhitungan angka insidensi yaitu
pembilangnya (Numerator) adalah jumlah mereka yang mati pada periode waktu tertentu yang menimpa
sekelompok penduduk, biasanya dalam satu tahun, sedangkan penyebutnya (Denominator) adalah jumlah
orang yang mempunyai resiko mati pada paeriode yang sama.
Angka Kematian Kasar dinyatakan dalam seluruh kematian oleh karena semua sebab, biasanya kematian
per 1000 penduduk.

Angka Kematian Spesifik untuk penyakit tertentu adalah jumlah kematian oleh sebab penyakit tertentu
saja, biasanya terhadap 100.000 penduduk. Penduduk bisa dirujuk berdasarkan umur, jenis kelamin atau
cirri-ciri lainya. Angka kematian ini jangan disalah artikan dengan Angka Fatalitas/case fatality Rate (q.v),
(Synonim : Angka Mortalitas).
33. Infeksi Nosokomial – Infeksi yang terjadi pada pnederita yang sedang dirawat di Rumah Sakit dimana infeksi
ini belum ada pada waktu penderita masuk ke Rumah Sakit; atau infeksi residual pada waktu dirawat di
Rumah Sakit sebelumnya. Termasuk juga infeksi yang muncul setelah penderita keluar Rumah Sakit, dan
juga infeksi yang mengenai staf dan fsailitas Rumah Sakit (synonym : infeksi yang didapat di Rumah Sakit)
34. Patogenisitas – adalah kemampuan yang dimiliki oleh bibit penyakit untuk membuat orang menjadi sakit,
atau untuk membuat sekelompok penduduk yang terinfeksi menjadi sakit.
35. Penderita atau Orang Sakit – adalah orang yang menderita suatu penyakit.
36. Higiene Perorangan – Dalam bidang peberantasan penyakit menular maka upaya untuk mellindungi diri
terhadap penyakit menjadi tanggung jawab individu dalam menjaga kesehatan mereka dan mengurangi
penyebaran penyakit, terutama penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung.
Upaya – upaya yang dapat dilakukan oleh setiap orang adalah :
1. Selalu mencuci tangan setelah kencing dan buang air besar dan sebelum makan dan minum
2. jauhkan tangan dan peralatan yang kotor atau barang-barang lain yang dipakai untuk keperluan WC
dari mulut, hidung, mata, telinga, alat kelamin dan luka
3. Hindari pemakaian alat-alat untuk makan dn minum tidak bersih begitu juga hindari pemakaian
handuk, saputangan, sisir, sikat rambut dan pipa rokok yang kotor.
4. jauhi percikan dari orang lain pada saat mereka batuk, bersih, tertawa atau berbicara.
5. Cuci tangan setelah menyentuh penderita dan memegang barang-barang milik penderita
6. Jaga kebersihan tubuh dengan setiap saat mandi secara teratur dengan air bersih dn sabun.
37. Angka Prevalensi - Jumlah keseluruhan orang yang sakit yang menggambarkan kondisi tertentu yang
menimpa sekelompok penduduk tertentu pada titik waktu tertentu (Point Prevalence), atau pada periode
waktu tertentu (Period Prevalence), tanpa melihat kapan penyakit itu mulai dibagi dengan jumlah
penduduk yang mempunyai resiko tertimpa penyakit pada titik waktu tertentu atau periode waktu tertentu.
38. Karantina – Pembatasan aktivitas yang ditujukan terhadap orang atau binatang yang telah kont ak dengan
orang/binatang yang menderita penyakit menular pada masa penularan (lihat Kontak). Tujuannya adalah
untuk mencegah penularan penyakit pada masa inkubasi jika penyakit tersebut benar-benar diduga akan
terjadi. Ada dua jenis tindakan karantina yaitu :
1. Karantina Absolut atau Karantina Lengkap : ialah pembatasan ruang gerak terhadap mereka yang
telah terpajan dengan penderita penyakit menular. Lamanya pembatasan ruang gerak ini tidak lebih
dari masa inkubsai terpajang penyakit menular tersebut. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk
mencegah orang ini kontak dengan orang-orang lain yang belum terpajan.
2. Karantina yang dimodifikasi : Suatu tindakan selektif berupa pembatasan gerak bagi mereka yang
terpajan dengan penderita penyakit menular. Biasanya pertimbangannya adalah perkiraan terhadap
adanya perbedaan tingkat kerentanan terhadap bahaya penularan. Modifikasi ini dilakukan untuk
menghadapi situasi tertentu. Sebagai contoh misalnyamelarang anak-anak tertentu masuk sekolah.
Pengecualian terhadap anak-anak yang sudah dianggap kebal terhadap tindakan-tindakan tertentu yang
ditujukan kepada anak-anak yang rentan. Pembatasan yang dilakukan terhadap annggota militer pada
pos-pos atau asrama-asrama militer. Kegiatan karantina yang dimodifikasi meliputi :

- Surveilans Individu, yaiut pengamatan medis yang ketat dilakukan terhadap individu yang diduga
terpajan dengan sumber penyakit agar timbulnya gejala penyakit dapat segera diketahui tanpa
membatasi ruang gerak mereka.
- Segregasi, yaitu pemisahan sebagian kelompok (orang atau binatang) dari induk kelompoknya
dengan tujuan dan pertimbangan khusus agar dapat dilakukan pengamatan dengan baik;
pemisahan anak-anak yang rentan dari anak-anak yang sudah kebal; pembuatan perbatasan
penyangga yang sanitair untuk melindungi mereka yang belum terinfeksi dari mereka yang sudah
terinfeksi.
39. Repelan – adalah bahan kimia yang digosokkan di kulit, pakaian atau tempat lain dengan maksud :
1. Mencegah serangga menggigit/menyerang
2. Mencegah larva cacing masuk melalui kulit
40. Pelaporan Penyakit – Adalah laporan resmi yang ditujukan kepada pejabat kesehatan yang berwenang yang
berisikan kejadian penyakit yang menimpa orangatau binatang.
Penyakit yang menimpa manusia dilaporkan ke Dinas Kesehatan setempat sedangkan penyakit yang
menyerang binatang/ternak dilaporkan kepada Dinas Pertanian/Dinas Peternakan. Sedangkan penyakitpenyakit hewan tertentu (200 jenis) yang juga menyerang hewan maupun manusia dilaporkan baik kepada
Dinas Kesehatan maupun Dinas Pertanian/Dinas Peternakan.
Pejabat Kesehatan yang berwenang akan menrbitkan daftar dari penyakit-penyakit yang harus dilaporkan
sesuai dengan keperluan (lihat Pelaporan Penyakit Menular).
Laporan penyakit ini juga meliputi penyakit-penyakit yang diduga mempunyai arti penting dalam bidang
kesehatan masyarakat, biasanya penyakit-penyakit yang memerlukan tindakan investigasi atau yang
memerlukan tindakan pemberantasan tertentu jika seseorang mendapatkan infeksi dri daerah tertentu
sedangkan laporan penyakitnya dilaporkan di daerah lain, maka pejabat kesehatan yang menerima laporan
kasus tersebut hendaknya memberitahukan pejabat kesehatan dari daerah dimana infeksi tersebut didapat.
Hal ini penting dilakukan terutama jika diperlukan pemeriksaan kontak (contact person), pemeriksaan
makanan atau jika diperlukan pemeriksaan air atau brang-barang lain yang diduga sebagai sumber infeksi.
Notifikasi ini diperlukan tidak hanya terhadap penyakit-penyakit yang rutin harus dilaporkan tetapi juga
terhadap penyakit-penyakit yang timbul KLB/Wabah walaupun penyakit tersebut tidak masuk dalam daftar
penyakit yang wajib dilaporkan (lihat Wabah). Pelaporan khusus yang diperlukan dalam IHR (International
Health Regulation) tercantum dalam Pelaporan Penyakit Menular.
41. Reservoir (dari penyakit infeksi) – Setiap orang, binatang, arthropoda, tumbuh-tumbuhan, tanah atau
barang-barang (atau kombinasi dari keduanya) dimana bibit penyakit biasanya hidup dan berkembang biak
serta hiduonya sangat tergantung pada inang tempatnya menumpang. Bibit penyakit tersebut biak
sendemikian rupa sehingga dapat ditularkan kepada inang lain yang rentan.
42. Resistensi – Merupakan Resultante dari mekanisme tubuh yang dapat menghalang-halangi atau mencegah
invasi, multipliksi dari bibit penyakit kedalam tubuh atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang
diakibatkan oleh racun yang dikelurkan oleh bibit penyakit.
Resistensi Inheren – Adalah kemapuan tubuh bertahan terhadap serangan bibit penyakit yang tidak
tergantung kepada kekebalan spesifik baik humoral maupun seluler; daya tahan ini biasanya daladm bentuk
struktur anatomis dan fisiologis yang menjadi cirri individu yang didapatkan secara genetis baik yang
bersifat permanen ataupun temporer (lihat Imunitas) (Synonim : Imunitas nonspesifik)
43. Rodentisida – Suatu bahan kimia yang dipergunakan untuk membunuh rodensia, umumnya setelah ditelan
oleh rodensia tersebut.
44. Sumber Infeksi – Orang, binatang, barang/bahan dari mana bibit penyakit ditularkan pada orang lain. Sumber
infeksi harus dibedakan dengan Sumber Kontaminasi yaitu sebagai contoh septic tank yang meluap
mencemari sumber air atau juru masak yang terinfeksi mencemari salad yang disajikan.

45. Surveilans Penyakit – Berbeda dengan surveilans terhadap manusia (lihat Karantina 2), surveilans penyakit
adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melihat seluruh aspek dari muncul dan
menyebarnya suatu penyakit agar dapat dilakukan penanggulangan yang efektif. Didalamnya meliputi
pengumpulan secara sistematik dan evaluasi dari :
1. Laporan Kesakitan dan Kematian
2. Laporan khusus dari hasil investigasi atau dari kasus perorangan
3. Isolasi dan identifikasi dari bahan infeksius oleh laboratorium.
4. Data tentang ketersediaan dan pemakaian serta dampak dari pemakaian vaksin dan toxoids, globulin
imun, insektisida dan bahan-bahan yang digunakan dalam pemberantasan.
5. Informasi yang berkaitan dengan tingkat imunitas dari segmen masyarakat tertentu.
6. Data epidemiologis yang dianggap relevan.
Laporan yang berisikan rangkukman dari data-data diatas hendaknya dibuat dan disebar luaskan
kepada mereka yang membutuhkan yang ingin mengetahui hasil dari kegiatan surveilans.
Prosedur diatas berlaku umum di semua tingkatan secara local maupun internasional.
Surveilans Serologis – Kegiatan yang mengidentifikasikan pola infeksi masa lalu dan sampai saat ini dengan
menggunakan pemeriksaan serologis.
46. Susceptible (Rentan) – Seseorang atau binatang yang tidak memiliki daya tahan yang cukup untuk melawan
bibit penyakit tertentu untuk mencegah dirinya tertulari jika mereka terpajan dengan bibit penyakit tersebut.
47. Tersangka – Tersangka dalam pemberantasan penyakit menular dimaksudkan adalah kesakitan yang diderita
seseorang dimana gejala dan perjalanan penyakitnya megidentifikasikan bahwa mereka kemungkinan
menderita sesuatu penyakit menular tertentu.
48. Penularan Penyakit Infeksi – Mekanisme dimana penyakit infeksi ditularkan dari suatu sumber atau
reservoir kepada seseorang. Mekanisme tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penularan Langsung; mekanisme ini menularkan bibit penyakit langsung dari sumbernya kepada orang
atau binatang lain melalui “Port d’entre”. Hal ini bisa melalui kontak langsung seperti melalui
sentuhan, gigitan, ciuman, hubungan seksual, percikan yang mengenai conjunctiva, selaput lendir dari
mata, hidung atau mulut pada waktu orang lain bersin, batuk, meludah, bernyanyi atau bercakap
(biasanya pada jarak yang kurang dari 1 meter)
2. Penularan Tidak Langsung
a. Penularan Melalui Alat – Alat yang terkontaminasi seperti mainan anak-anak, saputangan, kain
kotor, tempat tidur, alat masak atau alat makan, instrumen bedah atau duk; air, makanan, susu,
produk biologis seperti darah, serum, plasma, jaringan organ tubuh, atau segala sesuatu yang
berperan sebagai perantara dimana bibit penyakit di “angkut” dibawa kepada orang/binatang yang
rentan dan masuk melalui “Port d’entre” yang sesuai.
Bibit penyakit tersebut bisa saja berkembang biak atau tidak pada alat tersebut sebelum ditularkan
kepada orang/binanat yang rentan.
b. Penularan Melalui Vektor – (i) Mekanis : Cara mekanis ini meliputi hal-hal yang sederhana seperti
terbawanya bibit penyakit pada saat serangga merayap ditanah baik terbawa pada kakinya atau
pada belalainya, begitu pula bibit penyakit terbawa dalam saluran pencernaan serangga.
Bibit penyakit tidak mengalami perkembangbiakan. (ii) Biologis : cara ini meliputi terjadinya
perkembangbiakan (propagasi/multiplikasi), maupun melalui siklus perkembangbiakan atau
kombinasi kedua-duanya.
(“cyclopropagative”) sebelum bibit penyakit ditularkan oleh serangga kepada orang/binatang lain.
Masa inkubsi ekstrinsik diperlukansebelum serangga menjadi infektif. Bibit penyakit bisa
ditularkan secara vertical dari induk serangga kepada anaknya melalui telur (“transovarium

transmission”); atau melalui transmis transtadial yaitu Pasasi dari satu stadium ke stadium
berikutnya dari siklus hidup parasit didalam tubuh serangga dari bentuk nimfe ke serangga
dewasa.
Penularan dapat juga terjadi pada saat serangga menyuntikkan air liurnya waktu menggigit atau
dengan cara regurgitasi atau dengan cara deposisi kotoran serangga pada kulit sehingga bibit
penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui luka gigitan serangga, luka garukan. Cara
penularan seperti ini bukanlah cara penularan mekanis yang sederhana sehingga serangga yang
menularkan penyakit dengan cara ini masih bisa disebut sebagai vektor penyakit.
3. Penularan Melalui Udara – Penyebaran bibit penyakit melalui “Port d’entre” yang sesuai, biasanya
saluran pernafasan. Aerosol berupa berupa partikel ini sebagian atau keseluruhannya mengandung
mikro organisme. Partikel ini bisa tetap melayang-layang diudara dalam waktu yang lama sebagian
tetap infektif dan sebagian lagi ada yang kehilangan virulensinya.
Partikel yang berukuran 1 – 5 micron dengan mudah masuk kedalam alveoli dan tertahan disana.
Percikan (droplet) dan partikel besar lainnya tidak dianggap sebagai penularan melalu udara (airborne);
(lihat Penularan Langsung)
a. “Droplet Nuclei” – Biasanya berupa residu ukuran kecil sebagai hasil penguapan dari cairan
percikan yang dikeluarkan oleh inang yang terinfeksi.
“Droplet Nuclei” ini bisa secara sengaja dibuat dengan semacam alat, atau secara tidak sengaja
terjadi di labortorium mikrobiologi dan tempat pemotongan hewan, di tempat perawatan tanaman
atau di kamr otopsi.
Biasanya “Droplet Nuclei” ini bertahan cukup lama di udara.
b. Debu – Partikel dengan ukuran yang berbeda yang muncul dari tanah (misalnya spora jamur yang
dipisahkan dari tanah oleh udara atau secara mekanisme), dari pakaian, dari tempat tidur atau kutu
yang tercemar.
49. Kewaspadaan Universal - (lihat di bawah judul isolasi), merupakan kewaspadaan universal terhadap darah
dan cairan.
50. Virulensi – Adalah tingkat patogenisitas dari bibit penyakit yang digambarkan dengan “Case Fatality Rate”
dan atau dengan kemampuan dari bibit penyakit menembus dan merusakkan jaringan tubuh dari inang.
51. Zoonosis – Infeksi atau penyakit infeksi yang ditularkan secara alamiah oleh binatang bertulang belakang
(vertebrata) kepada manusia. Dia bisa termasuk golongan enzootic atau epizootic (lihat Endemi dan
Epidemi).