EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR KANK

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR
KANKER SERVIKS
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1. ARDILA HASBI
2. SASWIKA DAROH SARAGIH
3. TIKA SYAHPUTRI
4. WILDA ANGGRI OKTAVIA LESTARI
5. MERI ASRIATI
6. RAHSIKA DARNA DESKY
7. NANDA HAFIZAH
8. NURUL HASANAH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT DELI HUSADA DELITUA
T.A. 2017/2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk

memenuhi tugas dan juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
“Kanker Serviks”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing kami telah banyak membimbing kami dalam penyusunanan makalah
ini..
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima
kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk
itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat
untuk kami dan untuk pembaca.

Delitua,

Juni 2017

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.


Latar Belakang
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di

dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10%
sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju ke dalam rahim. [4] Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona
transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak
akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat
dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki.
Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh
dunia dan umumnya terjadi di negara berkembang.
Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan
perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi
sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang.
Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku
seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks.

Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks
dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.

Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah
kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan
pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir
80% kasus berada di negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik
merupakan penyebab utama kematian wanita dan kasusnya turun secara drastik
semenjak diperkenalkannya teknik skrining pap smear oleh Papanikolau. Namun,
sayang hingga kini program skrining belum lagi memasyarakat di negara
berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker serviks masih
tetap tinggi.
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan
diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi
prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi
dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu
saja terapi ini masih berupa “simptomatis” karena masih belum menyentuh dasar
penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar
atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian.
Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit

secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi
kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk
membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada
perluasan penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran
penyakit melalui sistem stadium.

1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks uterus dan apa sajakah
kalsifikasi dan gejala klinis dari kanker serviks ?
2. Apa yang menjadi faktor penyebab dan faktoe resiko dari kanker serviks ?
3. Bagaimanakah gambaran epidemiologi kanker serviks ?
4. Bagaimanakah patologi, penyebaran, dan diagnosis dari kanker serviks ?
5. Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan kanker serviks ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kanker Serviks

Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker
pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia,
kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama. Kanker serviks yang
sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu
relatif cepat.
Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan
dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu
epithelium yang normal sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan
merupakan proses yang perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun.
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim
yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara
bertahap, tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang
mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi
kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia
sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma in-situ (KIS), kemudian
berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS dikenal
juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi karsinoma in-situ
diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma
invasif berkisar 3-20 tahun.


Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik,
yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah
memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh
tubuh penderita.

2.1.1

Klasifikasi Kanker Serviks

Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak penganutnya adalah yang
dibuat oleh IFGO (International Federation of Ginekoloi and Obstetrics) yaitu
sebagai berikut :
Stage 0

: Casrsinoma insitu = Ca intraepithelial = Ca preinvasif.

Stage 1

: Ca terbatas pada cerviks.


Stage 1 a

: Disertai invasi daro stoma (preclinical-Ca) yang hanya diketahui

secara histology.
Stage 1 b

: Semua kasus-kasus lainnya dari stage 1.

Stage 2

: Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke panggul, telah

mengenai dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian proximal.
Stage 3

: Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian bawah vagina

Stage 4


: Sudah mengenai organ-organ yang lain

2.1.2

Gejala Klinis Kanker Serviks
Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan sedikit

darah, pendarahan pastkoital atau perdarahan pervagina yang disangka sebagai
perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih

khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofitik), fluor
albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas.
Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
2. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal. Timbulnya perdarahan
setelah masa menopause. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna

kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah.
Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
1. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan
terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat
lainnya.
2. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian
bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau
timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
2.2 Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Serviks
1. Faktor Penyebab
HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak. Sebagai
tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Wanita

perokok mengandung konsentrat nikotin dan kotinin didalam serviks mereka yang
merusak sel. Laki-laki perokok juga terdapat konsetrat bahan ini pada sekret
genitalnya, dan dapat memenuhi servik selama intercourse.Defisiensi beberapa
nutrisional dapat juga menyebabkan servikal displasia.National Cancer Institute
merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya mengkonsumsi lima kali buahbuahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat melakukan ini,

pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan seperti vitamin E atau
beta karoten setiap hari.
2. Faktor Resiko
1.

Pola hubungan seksual
Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker serviks

meningkat seiring meningkatnya jumlah pasangan.aktifitas seksual yang dimulai
pada usia dini, yaitu kurang dari 20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktr resko
terjadinya kanke servks. Hal ini diuga ada hubungannya dengan belum matannya
derah transformas pada sia tesebut bila serin terekspos. Frekuensi hubungna
seksual juga berpengaruh pada lebih tingginya resiko pada usia tersebut, tetapi
tidak pada kelompok usia lebih tua.
2.

Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering melahirkan. Semakin

sering melahirkan,maka semain besar resiko terjamgkit kanker serviks. Pemelitian

di Amerika Latin menunjukkan hubungan antara resiko dengan multiparitas
setelah dikontrol dengan infeksi HPV.

3.

Merokok
Beberapa penelitian menunukan hubungan yang kuat antara merokok dengan

kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel konfounding sepert pola
hubungna seksual. Penemuan lain mempekhatkan ditemkanna nikotin paa cairan
serviks wanita perokok bahan ini bersifata sebaai kokassnoen dan bersama-sma
dengan kasinoge yan elah ada selanjutnya mendoron pertumbuhan ke arah kanker.
4.

Kontrasepsi oral
Peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh lama pemakaian

kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian
kanker serviks invasive terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain
mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi
daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun penelitian serupa yang
dilakukan oleh peritz dkk menyimpulkan bahwa aktifitas seksual merupakan
confounding yang erat kaitannya dengan hal tersebut.
WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan penggunaan
kontrasepsi oral dengan risko terjadinya kanker serviks, menyimpulkan bahwa
sulit untuk menginterpretasikan hubungan tersebut mengingat bahwa lama
penggunaan kontraseps oral berinteraksi dengan factor lain khususnya pola
kebiasaan seksual dalam mempengaruhi resiko kanker serviks. Selain itu, adanya
kemungkinan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lain lebih sering
melakukan pemeriksaan smera serviks,sehingga displasia dan karsinoma in situ
nampak lebih frekuen pada kelompok tersebut. Diperlukan kehati-hatian dalam
menginterpretasikan asosiasi antara lama penggunaan kontrasepsi oral dengan
resiko kanker serviks karena adanya bias dan faktor confounding.

5.

Defisiensi gizi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu seperti
betakaroten dan vitamin A serta asam folat, berhubungna dengan peningkatan
resiko terhadap displasia ringan dan sedang.. Namun sampasaat ini tdak ada
indikasi bahwa perbaikan defisensi gizi tersebut akan enurunkan resiko.
6.

Sosial ekonomi

Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat antara
kejadian kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga
diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen
pada wanita dengan tingkat pendidkan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi
nutrisi, multilaritas dan kebersihan genitalia juga dduga berhubungan dengan
masalah tersebut.
7.

Pasangan seksual

Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi bahan yang
menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen ternyata memberi resiko
yang rendah terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya kebersihan genetalia
yang dikaitkan dengan sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap
kejadian kanker serviks. Jumlah pasangan ganda selain istri juga merupakan factor
resiko yang lain.
3.

Epidemiologi Kanker Serviks

1.

Distribusi Menurut Umur
Proses terjadinya kanker leher rahim dimulai dari sel yang mengalami mutasi

lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang
disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, sedang, displasia berat dan

akhirnya menjadi Karsinoma In-Situ (KIS), kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai
tingkatan pra-kanker. Klasifikasi terbaru menggunakan nama Neoplasma
Intraepitel Serviks (NIS). NIS 1 untuk displasia ringan, NIS 2 untuk displasia
sedang dan NIS 3 untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.
NIS umumnya ditemukan pada usia muda setelah hubungan seks pertama
terjadi. Selang waktu antara hubungan seks pertama dengan ditemukan NIS
adalah 2-33 tahun. Untuk jarak hubungan seks pertama dengan NIS 1 selang
waktu rata-rata adalah 12,2 tahun, NIS 1 dengan NIS 2 rata-rata13,9 tahun dan
NIS 2 samppai NIS 3 rata-rata 11,7 tahun. NIS akan berkembang sesuai dengan
pertambahan usia, sehingga NIS pada usia lebih dari 50 tahun sudah sedikit dan
kanker infiltratif meningkat 2 kali.
Kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur 60-69 tahun terlihat sama
banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih sering ditemukan pada kelompok
umur 30-39 tahun, sedangkan untuk stadium IB dan II sering ditemukan pada
kelompok umur 40-49 tahun, stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok
umur 60-69 tahun.
2.

Distribusi Menurut Tempat

Frekwensi kanker rahim terbanyak dijumpai pada negara-negara berkembang
seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan Filipina. Di Amerika
Latin dan Afrika Selatan frekwensi kanker rahim juga merupakan penyakit
keganasan terbanyak dari semua penyakit keganasan yang ada lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh American Cancer Society (2000) membuktikan
bahwa kanker rahim lebih sering terjadi pada kelompok wanita minoritas seperti

imigran Vietnam, Afrika dan wanita India. Hal ini berkaitan dengan anggapan
mereka bahwa wanita yang tidak melakukan gonta-ganti pasangan (promikuitas)
tidak perlu melakukan Pap smear.
4.1.

Patologi Kanker Serviks

Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektoserviks
(portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar junction
(SCJ). Pada wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang pada wanita diatas 35
tahun, didalam kanalis serviks.
Tumor dapat tumbuh :
1. Eksofitik. Mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai massa proliferatif
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung
infitratif membentuk ulkus
3. Ulseratif. Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis
dengan melibatkan fornices vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks
normal secara alami mengalami metaplasi/erosi akibat saling desak kedua
jenis epitel yang melapisinya. Dengan masuknya mutagen, portio yang
erosif (metaplasia skuamos) yang semula faali berubah menjadi patologik
(diplatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk
akhirnya menjadi karsinoma invasive. Sekali menjadi mikroinvasive,
proses keganasan akan berjalan terus.

1.

Penyebaran Kanker Serviks
Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3

arah : a) ke arah fornices dan dinding vagina, b) ke arah korpus uterus, dan c) ke
arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum
rektovaginal dan kandung kemih.
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel
tumor dapat menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam
(hipogastrika). Penyebaran melalui pembuluh darah (bloodborne metastasis) tidak
lazim. Karsinoma serviks umumnya terbatas pada daerah panggul saja.
Tergantung dari kondisi immunologik tubuh penderita KIS akan berkembang
menjadi mikro invasif dengan menembus membrana basalis dengan kedalaman
invasi 1mm dari membrana basalis, atau