Dokumen Perencanaan
RENCANA KERJA (RENJA)
TAHUN 2015
BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH
PROVINSI LAMPUNG
KATA PENGANTAR
Rencana Kerja (RENJA) merupakan suatu gambaran dalam rangka melakukan
persiapan/rencana penyelenggaraan program kerja yang diselenggarakan pada Tahun
2015, dan mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung Tahun 2015-2019.
Dalam Rencana Kerja (RENJA) ini telah disajikan beberapa program/kegiatan,
baik program/kegiatan lanjutan maupun program/kegiatan prioritas yang kesemuanya
menggambarkan visi dan misi dari pada Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung yang merupakan bagian dari gambaran umum Rencana Strategis Provinsi.
Dengan adanya Rencana Kerja (RENJA) Badan Ketahanan Pangan Daerah
diharapkan dapat dijadikan pedoman dan petunjuk dalam penyusunan program kerja
tahunan yang terarah dan berkesinambungan, sehingga lebih berdayaguna dan
berhasilguna bagi penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan peningkatan
pelayanan masyarakat, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari Kolusi, Korupsi
dan Nepotisme (KKN).
Demikian Rencana Kerja Tahunan (RENJA) Tahun 2015 ini dibuat dengan
harapan dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan dan kinerja aparatur dimasa
mendatang.
Bandar Lampung,
KEPALA BADAN,
Ir. Kusnardi, M. Agr, EC
Pembina Utama Muda
NIP. 19631123 198803 1 005
2014
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................
i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................
ii
BAB
I. PENDAHULUAN .........................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ................................................................................
1
1.2 Landasan Hukum ...........................................................................
1
1.3 Maksud dan Tujuan ......................................................................
3
1.4 Sistematika Penulisan ................................................................
3
BAB
II. HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD
TAHUN 2013...............................................................................................
2.1 Evaluasi Pelaksanaan.......... ........................................................
2.2 Permasalahan dan Solusi...........................................................
2.3 Strategi Pemecahan Masalah/Hambatan............................
4
4
12
15
BAB
III. RENCANA STRATEGIS,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,.......................
3.1 Visi dan Misi....................................................................................
3.2 Tujuan...............................................................................................
3.3 Strategi..............................................................................................
3.4 Sasaran dan Indikator Sasaran..............................................
3.5 Program dan Kegiatan .................................................................
18
18
19
20
21
23
BAB
IV. PENUTUP ......................................................................................................
29
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia untuk hidup dan
beraktifitas, dengan demikian pangan sangat mempengaruhi stabilitas Nasional,
stabilitas nasional dapat terguncang jika ketersediaan pangan tidak terjamin.
Secara umum Ketahanan Pangan dapat dikatakan terwujud apabila tersedianya pangan
yan cukup dan merata untuk seluruh penduduk, kemudian setiap penduduk
mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi gizi guna
menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari.
Ketahanan Pangan pada tingkat rumah tangga merupakan landasan bagi Ketahanan
Pangan masyarakat, yang selanjutnya menjadi pilar bagi ketahanan pangan daerah dan
nasional. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka salah satu prioritas utama
pembangunan ketahanan pangan adalah memberdayakan masyarakat, agar mampu
menanggulangi masalah pangannya secara mandiri, serta mewujudkan ketahanan
pangan rumah tangganya secara berkelanjutan.
Salah satu upaya Pemerintah untuk mewujudkan Ketahanan Pangan dilaksanakan
melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan,
yang menyatakan bahwa penyediaan pangan diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi pangan rumah tangga yang terus berkembang dari waktu ke
waktu melalui : a) pengembangan sistem produksi pangan yang bertumpu pada
sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal; b) pengembangan efisiensi sistem usaha
pangan; c) pengembangan teknologi produksi pangan; d) pengembangan sarana dan
prasarana produksi pangan; dan e) mempertahankan dan mengembangkan lahan
produktif.
1.2 Landasan Hukum
Dalam penyusunan Renja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi LampungTahun
2015, peraturan perundangan yang digunakan sebagai landasan hukum adalah:
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat
I Lampung;
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;
3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
4. Undang – Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 1
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
8. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan
daerah;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan
kinerja instansi pemerintah;
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah;
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber
Daya Lokal;
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
15. Peraturan Menteri Pertanian No.43/Permentan/0T.140/10/2009 tentang
Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis
Sumberdaya Lokal;
16. Peraturan Menteri Pertanian No.65/Permentan/0T.140/12/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan
Kabupaten/Kota;
17. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Daerah Daerah Provinsi Lampung Nomor 12 Tahun 2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Lampung;
18. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 5 Tahun 2014 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Lain sebagai Bagian dari Perangkat Daerah Pada
Pemerintah Provinsi Lampung;
19. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 9 Tahun 2008 tentang pembentukan
Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung. Selanjutnya Pergub tersebut
diperbaharui melalui Peraturan Gubernur Lampung Nomor 25 tahun 2013
tentang Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung;
20. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 46 Tahun 2009 tentang Gerakan
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal
di Provinsi Lampung;
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 2
21. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 26 Tahun 2010 tentang Penyediaan dan
Penyaluran Cadangan Pangan Pokok (Beras) Pemerintah Provinsi Lampung;
22. Peraturan Gubernur nomor 33 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan
Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga
Teknis Daerah di Provinsi Lampung;
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud disusunnya Renja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung adalah
sebagai dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu)
tahun dengan berpedoman pada Renstra - SKPD, hasil evaluasi pelaksanaan program
dan kegiatan periode sebelumnya, masalah yang dihadapi, dan usulan program serta
kegiatan yang berasal dari masyarakat.
Tujuan disusunnya Renja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung adalah:
1. merumuskan rancangan program kegiatan dan pendanaan untuk 1 tahun
mendatang.
2. memberi arah dan petunjuk tentang tahapan - tahapan program dan kegiatan
selama 1 tahun.
1.4 Sistematika Penulisan
Dokumen Renja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampun tahun 2015
disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN memuat; latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan
serta sistematika penulisan.
BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU memuat; evaluasi
pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu dan capaian Renstra SKPD, analisis kinerja
pelayanan SKPD, isu - isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD, review
terhadap rancangan awal RKPD, penelaahan usulan program dan kegiatan masyarakat.
BAB III.TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN memuat; telaahan terhadap
kebijakan nasional, tujuan dan sasaran renja.
BAB IV. PENUTUP memuat; catatan penting yang mendapatkan perhatian, kaidah kaidah pelaksanaan, rencana tindak lanjut.
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 3
BAB II
HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN 2013
2.1 HASIL PELAKSANAAN
Pembangunan Ketahanan Pangan melalui alokasi APBD TA. 2012 dilaksanakan
melalui 5 (lima ) Program yaitu: 1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan; 2)
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 3) Program Peningkatan Sarana
dan Prasarana Aparatur ; 3) Program Peningkatan Disiplin Aparatur; 4)
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan; 5) Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan.
Melalui dana APBN 2013, Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan
Masyarakat TA. 2013 terdiri dari 4 kegiatan utama yaitu :
1.) Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan; 2) Pengembangan
Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan; 3) Pengembangan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar; 4) Dukungan Manajemen
dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan.
Alokasi anggaran baik APBD maupun APBN TA. 2013 yang dilaksanakan oleh Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung sebagian besar merupakan dana Bantuan
Sosial (Bansos) dan selebihnya diperuntukan pada kegiatan pembinaan, monitoring,
evaluasi dan pendampingan. Dana bansos banyak diperoleh melalui APBN sedangkan
untuk pembinaan, pemantauan dan pendampingan diperoleh melalui APBD. Kegiatan
utama pada BKPD Provinsi Lampung adalah sebagai berikut :
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 4
a. Aspek Ketersediaan
Ketersediaan Pangan Strategis di Prov. Lampung Tahun 2013
(ARAM II Tahun 2013)
Komoditas
Produksi
Ketersediaan
Konsumsi/
Total
Surplus/Minus
(Ton)
(Ton)
Kapita
Konsumsi
Ketersediaan
(Kg/Kap/Thn)
(Ton)
(Ton)
Beras
1.885.446
1.823.227
90,40
864.242
958.984
Jagung
1.725.727
1.535.897
6,24
59.656
1.476.241
5.550
5.273
10,22
97.705
Kc.Tanah)*
13.775
13.086
0,91
8.700
Kc. Hijau)*
4.176
3.884
0,62
5.927
9.633.560
8.188.526
34,20
326.959
7.861.567
51.712
45.507
3,28
31.357
14.149
2.169.480
1.952.532
35,84
342.638
1.609.894
186.100
167.490
59,82
571.891
9.033
9.033
0,18
1.721
7.312
buras**
40.981
40.981
3,05
29.159
11.822
Susu **
360,17
360
36,68
350.668
Telur (ayam,itik)**
99.827
99.827
0,18
1.721
98.106
Ikan***
588.712
500.405
0,95
9.082
491.323
Gula Pasir****
864.483
864.483
7,52
71.893
792.591
48.750
48.750
10,11
96.654
Kedelai
Ubikayu
Ubijalar)*
Buah-Buahan)^
Sayuran)^
Daging Sapi**
-
92.433
4.386
-
-
2.044
404.401
Daging ayam ras dan
Minyak goreng****
-
-
Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata individu memperoleh
bahan pangan. Total ketersediaan energi untuk dikonsumsi penduduk Provinsi
Lampung berdasarkan NBM tahun 2012 mencapai 2.808,29 Kalori/kapita/hari
(27,65% dari Angka Kecukupan Energi di tingkat ketersediaan sebesar 2.200 Kalori,
hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, Tahun 2004).
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 5
350.308
47.904
Dari total ketersediaan energi tersebut, sumbangan terbesar berasal dari pangan nabati
yaitu sebesar 2.668,75 kalori/kapita/hari atau 95,03% dan sisanya sebesar 139,54
kal/kap/hari atau 4,97% yang berasal dari pangan hewani
Ketersediaan Energi, Protein dan Lemak menurut Sumbernya :
Sumber Pangan
Energi (kal/kap/hari)
Nabati
Hewani
2.668,75
Total
139,54 2.808,29
%
Nabati
% Hewani
Standar WNPG
95,03
4,97
2.200
Protein (g/kap/hari)
52,89
17,85
70,74
74,77
25,23
57
Lemak (g/kap/hari)
22,02
6,88
28,90
76,19
23,81
48,88*
Perkembangan Ketersediaan Energi, Protein, dan Lemak
di Provinsi Lampung
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 6
Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata individu memperoleh
bahan pangan. Total ketersediaan energi untuk dikonsumsi penduduk Provinsi
Lampung berdasarkan NBM tahun 2012 mencapai 2.808,29 Kalori/kapita/hari
(27,65% dari Angka Kecukupan Energi di tingkat ketersediaan sebesar 2.200 Kalori,
hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, Tahun 2004).
Dari total ketersediaan energi tersebut, sumbangan terbesar berasal dari pangan nabati
yaitu sebesar 2.668,75 kalori/kapita/hari atau 95,03% dan sisanya sebesar 139,54
kal/kap/hari atau 4,97% yang berasal dari pangan hewani
Ketersediaan Energi, Protein dan Lemak menurut Sumbernya
Sumber Pangan
Nabati
Hewani
Total
%
Nabati
% Hewani
Standar
WNPG
2.668,75
139,54
2.808,29
95,03
4,97
2.200
Protein (g/kap/hari)
52,89
17,85
70,74
74,77
25,23
57
Lemak (g/kap/hari)
22,02
6,88
28,90
76,19
23,81
48,88*
Energi (kal/kap/hari)
Total ketersediaan protein adalah sebesar 70,71 gram/kapita/hari atau lebih besar
24,11% dari angka yang dianjurkan (57 g/kapita/hari).
Sedangkan ketersediaan lemak sebesar 28,90 g/kapita/hari atau masih kurang 40,88%
terhadap angka yang dianjurkan yakni 48,88 g/kapita/hari (berdasarkan ketentuan
WHO Tahun 2000).
No
1
Kelompok
Pangan
Padi-padian
Gram/
Kap/Hari
Kalori
567,11 2.022,04
%
72,00
% AKE*) Bobot
91,91
0,50
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Skor
Aktual
36,00
Skor AKE
45,96
Page 7
Skor
Maks
Skor
PPH
25,00 25,00
2
Umbi-umbian
41,23
86,46
3,08
3,93
0,50
1,54
1,97
2,50 1,97
3
110,75
138,48
4,93
6,29
2,00
9,86
12,59
24,00 12,59
11,49
103,70
3,69
4,71
0,50
1,85
2,36
5,00 2,36
-
-
-
-
0,50
-
-
6
Pangan Hewani
Minyak dan
Lemak
Buah/Biji
Berminyak
Kacangkacangan
5,53
20,64
0,74
0,94
2,00
1,47
1,88
10,00 1,88
7
Gula
113,48
413,08
14,71
18,78
0,50
7,35
9,39
2,50 2,50
8
Sayur dan Buah
49,17
23,87
0,85
1,09
5,00
4,25
5,43
30,00 5,43
9
Lain-lain
Total
-
-
100,00
127,65
-
62,32
79,56
4
5
2.808,29
100,00
-
51,71
Berdasarkan persentase AKE bahwa situasi ketersediaan pangan secara kualitas (PPH)
dengan ketersediaan energi sebesar 2.808,29 kal/kap/hari
Atau lebih dari 27,65% dari AKG (2.200 kal/kapita/hari) memiliki skor PPH sebesar
51,71.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum
beragam/berimbang karena total PPH belum mencapai skor 100 yang bermakna belum
ideal yang berakibat tidak seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang
dipersyaratkan
Kelompok pangan yang terlalu melebihi skor maksimal akan memberikan kelebihan
kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang
Salah satu upaya untuk menstabilkan ketersediaan pangan adalah dengan
penyelenggaraan cadangan pangan daerah (Surat Menteri Pertanian Republik
Indonesia No. 89/PP 310/M/4/2008 tanggal 9 April 2006 dan Nomor :
113/PP.310/M/5/2008 tanggal 13 Mei 2008). Pengelolaan cadangan pangan
ini dilakukan bekerjasama dengan Perum Bulog Divre Lampung sebagai gudang
cadangan pangan daerah yang tersebar di dolog wilayah Kabupaten lampung
Tengah, Konsilog Lampung Selatan, Dolog Lampung Utara dan Gudang Bulog
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
1,00
Page 8
Divre Lampung di Bandar Lampung. Total cadangan pangan Pemprov Lampung
hingga tahun 2013 sebanyak 186.078 kg dengan perincian Tahun Anggaran
2013 sebanyak 20.500 kg, TA. 2012 sebanyak 71.333,33 kg, TA. 2011 sebanyak
46.511,63 kg dan TA. 2010 sebanyak 47.732,7 kg. Kekurangan penyediaan
cadangan pangan ini (13,922 ton( di rencanakan akan dipenuhi pada tahun
2014 dan diharapkan target pemenuhan cadangan pangan sebesar 200 ton
dapat tercapat sebelum tahun 2015
Aspek Distribusi
Salah satu subsistem dari ketahanan pangan yaitu subsistem distribusi pangan
merupakan suatu proses yang menyalurkan produk komoditas pangan dari produsen
hingga ke konsumen akhir secara tepat waktu dan jumlah yang cukup serta terjangkau
oleh daya beli masyarakat. Proses penyampaian produk komoditas pangan dari
tingkat produsen merupakan rantai distribusi yang dilakukan oleh pelaku-pelaku
distribusi pangan. Pelaku-pelaku distribusi pangan memegang peranan penting dalam
mendistribusikan komoditas pangan.
Para pelaku komoditas pangan antara lain
pedagang perantara/pengumpul, pedagang grosir, distribusi, agen/sub agen.
Keberadaan para pelaku distribusi pangan seringkali menimbulkan spekulatif
(misalnya menimbun, memborong) yang berdampak terhadap gejolak harga pangan di
tingkat konsumen. Selain itu para pelaku distribusi pangan seringkali menimbulkan
spekulatif yang berdampak terhadap gejolak harga pangan di tingkat konsumen. Selain
itu para pelaku distribusi juga dapat mengambil marijin yang lebih besar dari marijin
yang diterima oleh produsen.
Aspek Konsumsi dan Keamanan Pangan :
Pemantapan Ketahanan Pangan dicirikan dengan setiap warga mengkonsumsi pangan
yang cukup dalam jumlah dan mutu, gizi, aman, beragam dan terjangkau. Untuk itu
pengembangan konsumsi pangan dilakukan dengan berbasis pada keanekaragaman
baik sumber bahan pangan maupun kelembagaan dan budaya lokal.
Identifikasi masalah pangan dan gizi merupakan proses penentuan jenis dan besar
masalah yang terjadi pada suatu wilayah tertentu. Berdasarkan data Susenas jenis dan
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 9
besar masalah konsumsi pangan dapat diketahui dari 3 Aspek yaitu Aspek Kuantitas,
Kualitas maupun Keragaman (PPH).
Aspek kuantitas konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi biasanya
dalam satuan kkal/kap/hr atau gr/kap/hr, dapat dihitung berdasarkan kelompok
pangan atau komoditi pangan.
Aspek Kualitas konsumsi pangan adalah kandungan gizi ( energi, protein, lemak dan
gizi lainnya) dari pangan yang dikonsumsi, dibandingkan dengan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) masing-masing, dalam hal ini AKG Energi adalah 2.000 kkal dan protein 52
gr/kap/hr.
Skor PPH digunakan untuk menghitung sejauh mana pangan 3B yang dikonsumsi telah
memenuhi keragaman yang dianjurkan.
Apabila keragaan konsumsi pangan berada di bawah anjuran, maka tingkat konsumsi
masyarakat perlu ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan dan pengetahuan
pangan dan gizi, serta peningkatan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Pada
Tabel 1.1 di bawah ini disajika ketegori tingkat kecukupan gizi (TKG) masyarakat.
Tabel 1.1. Kategori pencapaian tingkat kecukupan gizi (TKG) masyarakat
No.
Persentase pencapaian
tingkat kecukupan gizi (TKG)
1
< 70 %
2
80 % - 90 %
Defisit Ringan
3
90 % - 119 %
Normal
4
> 120 %
Kategori
Defisit Berat
Kelebihan Konsumsi Pangan
Agar usaha peningkatan perilaku masyarakat tentang penganekaragaman konsumsi
pangan dapat dilaksanakan secara lebih terarah, maka dipandang perlu melakukan
pemantauan kebiasaan makan sehingga dapat diperoleh suatu gambaran situasi
konsumsi pangan/pola konsumsi pangan masyarakat, serta upaya-upaya perubahan
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 10
pola konsumsi pangan masyarakat menuju Beragam, Bergizi dan Berimbang sesuai
dengan konsumsi yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Pemantauan dalam rangka penyusunan analisis dan pemetaan pola konsumsi pangan
dapat dilakukan secara berkala maupun rutin disesuaikan dengan kondisi dan dana
yang tersedia dengan maksud untuk memantau pola konsumsi pangan masyarakat dari
waktu ke waktu. Data pola konsumsi pangan yang diperoleh dapat digunakan oleh
pemerintah daerah sebagai dasar untuk merancang tindakan intervensi yang
diperlukan berkaitan dengan pengembangan dan perbaikan pola konsumsi pangan
daerah setempat.
Tabel 1.2. Komposisi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang
No
Kelompok Pangan
Gram
Energi
% AKG
Skor PPH
1.
Padi-padian
275
1.000
50.0
25.0
2.
Umbi-umbian
100
120
6.0
2.5
3.
Pangan Hewani
150
240
12.0
24.0
4.
Minyak dan Lemak
20
200
10.0
5.0
5.
Buah/biji berminyak
10
60
3.0
1.0
6.
Kacang-kacangan
35
100
5.0
10.0
7.
Gula
30
100
5.0
2.5
8.
Sayur dan Buah
250
100
6.0
30.0
9.
Lain-lain
-
60
3.0
0.0
2.000
100
100
TOTAL
Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka telah disusun pedoman umum identifikasi
dan pemetaan
pola konsumsi pangan masyarakat yang dapat digunakan sebagai
analisis dan Pemetaan Pola Konsumsi Pangan bagi institusi dan petugas yang
menangani konsumsi baik di tingkat pusat maupun daerah untuk memantau
perkembangan pola konsumsi pangan masing-masing daerah.
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 11
Agar produk pertanian dapat kompetitif dan menjadi primadona dunia diperlukan
dukungan aspek keamanan pangan. Pemerintah Provinsi Lampung melalui Peraturan
Gubernur Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pembentukan, Organisasi d
an Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan
Produk Hasil Pertanian pada Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung yang
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan
administrasi di bidang sertifikasi mutu dan keamanan pangan produk hasil pertanian
secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi,
keamanan dan kepastian. Sertifikasi diberikan kepada pelaku usaha yang telah
memenuhi persyaratan administrasi dan teknis, telah di lakukan inspeksi lapangan
oleh inspector, memenuhi uji laboratorium residu pestisida (dibawah ambang batas)
dan telah melalui proses pengambilan keputusan pada sidang komisi teknis. Sertifikast
berlaku 3 (tiga) tahun dan akan diperpanjang apabila ada permohonan perpanjangan
dan lulus survelen. Sejak terbentuk nya Unit Pelaksana Teknis Balai Sertifikasi Mutu
dan Keamanan Pangan Segar sudah melaksanakan sertifikasi 27 pelaku usaha. Pada
tahun 2013 Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung melalui UPT Balai
Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan Produk Hasil Pertanian Lampung telah
menerbitkan 100 sertifikasi Prima 3 kepada 100 pelaku usaha di 4 kabupaten
(Lampung Barat, Lampung Tengah, Lampung Selatan dan Tanggamus
2.2
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Dalam upaya melanjutkan pelaksanaan Program Pembangunan Ketahanan Pangan di
Provinsi Lampung yang mengarah pada kemandirian pangan, masih banyak
permasalahan yang dihadapi baik dalam aspek : ketersediaan pangan, kerawanan
pangan, distribusi pangan, peyediaan cadangan pangan, penganekaragaman konsumsi
pangan, penanganan cadangan pangan, kelembagaan ketahanan pangan, maupun
manajemen ketahanan pangan.
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 12
Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
1.
Provinsi Lampung (Aram II BPS 2013) mengalami Surplus pada beberapa
komoditas pangan strategis khususnya beras mencapai : 958,984 Ton, tetapi
Kerawanan pangan dan kasus gizi buruk masih terjadi karena distribusi pangan
yang tidak merata, sarana/ prasarana kurang memadai, serta terjadinya bencana
alam.
2.
Pemantauan situasi ketersediaan dan cadangan pangan masyarakat belum
dilakukan secara periodik dan berkelanjutan oleh kab/kota.
3.
Kabupaten/Kota belum mampu menyediakan cadangan pangan daerah.
4.
Kabupaten/kota belum seluruhnya memanfaatkan cadangan pangan pemerintah
pusat yang dialokasikan di kab/kota untuk intervensi kenaikan harga beras dan
penanganan daerah bencana (transien).
5.
Pembinaan dan pemberdayaan kemandirian pangan pada desa rawan pangan
dan kelompok rawan pangan dihadapkan pada kendala sarana dan infrastruktur
serta kemampuan tenaga pendamping dan penyuluh lapangan;
6.
Meskipun komitmen penyediaan cadangan pangan pemerintah telah disepakati
oleh provinsi dan kabupaten/kota, namun belum semua kab/kota yang telah
melaksanakan komitmen sehingga pengelolaan kelembagaan cadangan pangan
pemerintah Provinsi Lampung dan masyarakat belum berkembang dengan
optimal.
7.
Dalam pelaksanaan Desa Mandiri Pangan 10 Kab/Kota tidak secara periodik
menyampaikan laporan pelaksanaan program secara rutin dan laporan evaluasi
pertahap perdesaan sehingga menyulitkan dalam pelaksaaan pembinaan,
monitoring dan evaluasi kegiatan.
Aspek Distribusi
1.
Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi sistem pemasaran hasil-hasil
pangan merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi produsen dan konsumen
pangan khusunya pada saat panen raya, pada musim paceklik dan hari-hari besar
disebabkan a). Lemahnya disiplin dan penegakan peraturan untuk menjamin
sistem pemasaran yang adil dan bertanggungjawab, b). Terbatasnya fasilitas
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 13
perangkat keras dan lunak untuk mendukung transparansi informasi pangan dan
c). Terbatasnya kemampuan teknis petugas dan pelaku pemasaran
2.
Kurangngya koordinasi/kerjasama kelembagaan pemerintah dan kelembagaan
masyarakat dalam mendorong stabilitas harga dan distribusi pangan di sentra
produksi pangan. Pembinaan distribusi dan harga pangan oleh Badan Ketahanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung, melalui pelaksanaan monitoring dan
pemantauan harga pangan strategis belum berjalan secara maksimal dan
berkelanjutan; penyediaan hasil analisis, peta distribusi pangan strategis serta
hasil kajian distribusi dan harga pangan yang akurat masih terbatas dan belum
tersedia secara periodik.
Aspek Konsumsi
1.
Keterbatasan dalam memberikan dukungan program bagi dunia usaha dan
asosiasi yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal;
2.
Kurangnya fasilitasi pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk meningkatkan
aksesibilitas pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman;
3.
Masih terbatasnya dukungan sosialisasi, promosi dalam penganekaragaman
konsumsi pangan melalui berbagai media;
4.
Masih sedikit informasi menu/kuliner berbasis pangan lokal.
Aspek Mutu dan Keamanan Pangan
1.
Masyarakat sebagian besar baik konsumen maupun pelaku usaha belum
menyadari pentingnya mutu dan keamanan pangan;
2.
Belum dipahaminya dan belum diterapkannya cara-cara budidaya dan produksi
pertanian yang baik dan benar;
3.
Minimnya sumberdaya manusia dan tenaga teknis dalam mendukung
pembangunan ketahanan pangan bidang mutu dan keamanan pangan;
4.
Belum tersediaanya Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan
(pupuk, pestisida dan cemaran kimia;)
5.
Kurangnya anggaran uji laboratorium untuk residu pestisida.
Aspek Kelembagaan dan Manajemen Ketahanan Pangan
1.
Belum tersusunya Standar Pelayanan Minimal bidang ketahanan pangan provinsi
dan kabupaten/kota;
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 14
2.
Bentuk
lembaga/unit
kerja
ketahanan
pangan
yang
dibentuk
di
kabupaten/kabupaten belum seragam sehingga manajemen kelembangaan
ketahanan pangan menjadi tidak optimal;
2.3
Strategi Pemecahan Masalah/Hambatan
Potensi dan tantangan untuk mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi Lampung
secara umum masih cukup tersedia. Masih tersedia potensi sumberdaya alam yang
belum dimanfaatkan secara optimal. Sedangkan kapasitas sumberdaya manusia dan
teknologi memiliki potensi untuk ditingkatkan dalam upaya mendukung ketersediaan
dan distribusi pangan serta perbaikan konsumsi pangan. Penguatan kelembagaan
ketahanan pangan pemerintah dan masyarakat berpeluang besar untuk mendorong
pencapaian sasaran program ketahanan pangan di Provinsi lampung.
Dalam upaya
tindak lanjut pemecahan masalah/hambatan yang dihadapi dalam pembangunan
ketahanan pangan di Provinsi Lampung dilakukan beberapa hal yaitu :
1.
Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran serta
pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasiltasi prasarana umum
distribusi, serta pengaturan agar proses distribusi pangan terselenggara secara
teratur, adil dan bertanggung jawab. Begitu juga peran masyarakat baik bersifat
individu berskala kecil, usaha kelompok/koperasi hingga perusahanan besar
dalam pengembangan usaha distribusi di bidang jasa, pemasaran, pengakutan,
pengolahan dan penyimpanan perlu terus ditingkatkan;
2.
Koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan, penyempurnaan
program dan kegiatan dalam pengembangan sistem distribusi melalui
peningkatan pemantauan dan analisis harga pangan serta pengembangan
kelembagaan distribusi pangan masayarakat serta peningkatan akses pangan.
3.
Peningkatan
koordinasi
dalam
perumusan
kebijakan
konsumsi
dan
keamanan pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola konsumsi
pangan serta pengembangan kelembagaan pedesaan dalam
diversifikasi
konsumsi pangan;
4.
Peningkatan sosialisasi dan promosi dalam penganekaragaman konsumsi
pangan melalui berbagai media;
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 15
5.
Peningkatan pengetahuan pelaku usaha, kelompok wanita/tani sehingga
meningkatnya pengetahuan dalam pengembangan diversifikasi konsumsi
pangan.
6.
Peningkatan koordinasi lintas sektor dan subsektor terkait dengan keamanan
pangan;
7.
Perlu dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan mutu
dan keamanan pangan baik dari segi aturan maupun sarana pendukung seperti
laboratori.
8.
Kabupaten/kota harus melakukan analisis ketersediaan pangan meliputi :
analisis pola panen bulanan, analisa prognosa ketersediaan pangan menjelang
HBKN, analisis Ketersediaan pangan berdasarkan pola pangan harapan,
identifikasi potensi sumber daya pangan lokal, analisa cadangan pangan. Belum
semua kab/kota melakukan analisis ini; Hasil analisa ini sebagai bahan dasar
penentu kebijakan daerah di bidang ketahanan pangan.
9.
Kab/kota harus memanfaatkan cadangan pangan pemerintah pusat di daerah
masing-masing untuk intervesi bencana alam dan kenaikan harga beras.
10.
Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2012 tentang pangan dan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang standar pelayanan
minimal bidang ketahanan pangan provinsi dan kab/kota, bahwa penyediaan
pangan merupakan kewajiban pemerintah dan masyarakat selain itu dengan
kondisi Provinsi Lampung yang rawan terhadap bencana, dihimbau agar
kab/kota dapat mengalokasikan cadangan pangan milik daerah (pemerintah
daerah); provinsi (200 ton) dan kab/kota (masing-masing 100 ton), melalui DAK
Bidang pertanian maupun sumber dana yang sah lainnya.
11.
Perlunya dilakukan sosialisasi Standar Pelayanan Minimal bidang Ketahaan
Pangan
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota
sehingga
dalam
pelaksanaan
program/kegiatan pembangunan ketahanan pangan dapat lebih terarah dan
tepat sasaran.
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 16
BAB III
RENCANA STRATEGIS
3.1 VISI DAN MISI
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 2007 dan telah ditetapkannya
Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor : 10 tahun 2007 tanggal 12 Desember
2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi
Lampung, Badan Ketahanan Pangan Daerah merupakan salah satu Lembaga Teknis
Daerah. Yang bertujuan mewujudkan Ketahanan Pangan. Dengan berakhirnya tahapan
Rencana Strategis 2010 -2014 maka Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah perlu
dirumuskan kembali mengacu Renstra Provinsi Lampung dan Badan Ketahanan
Pangan Kementerian Pertanian.
Visi
Visi pembangunan Provinsi Lampung ini merupakan kondisi akhir daerah dan wilayah
Lampung yang dikehendaki oleh seluruh komponen pemangku kepentingan
(stakeholders) di Provinsi Lampung dalam periode 2015—2019.
Hal-hal penting memasuki tahapan III dari RPJPD Provinsi Lampung, adalah:
1. Mengembangkan kemajuan daerah dan meningkatkan pemerataan kualitas dan
kesejahteraan antar wilayah;
2. Dinamika ekonomi yang atraktif dimantapkan dengan memperluas jangkauan
jaringan kerja kegiatan ekonomi dalam skala Nasional dan Internasional.
3. Pengembangan, Pemanfaatan dan penerapan Iptek serta Penguatan Inovasi pada
upaya optimalisasi pendayagunaan potensi sumber daya dan infrastruktur.
Oleh karenanya penting sekali menjadikan visi pembangunan Provinsi Lampung
menjadi visi bersama (shared vision). Dengan mendasarkan modal dasar Provinsi
Lampung, tantangan yang dihadapi dalam 5 (lima) tahun ke depan, dan mengacu pada
visi pembangunan jangka panjang Indonesia Tahun 2005-2025 dan visi pembangunan
jangka panjang Provinsi Lampung Tahun 2005-2025, maka visi Badan Ketahanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung sama dengan visi Provinsi Lampung Tahun 2015—
2019 yaitu:
Lampung Maju dan Sejahtera 2019
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 17
Visi tersebut dimaksudkan untuk menjadikan Provinsi Lampung merupakan daerah
yang maju dan berdaya saing. Menjadi wilayah maju mempunyai pengertian Provinsi
Lampung menjadi daerah dengan kinerja ekonomi tinggi dimana untuk menjadi daerah
yang maju harus di dukung dengan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber
daya yang tinggi akan didapatkan bila status kesehatan masyarakat Provinsi Lampung
juga tinggi.
Menjadi wilayah sejahtera mempunyai pengertian bahwa masyarakat
Provinsi Lampung yang sejahtera dalam arti sejahtera secara ekonomi, makmur dengan
pembagian yang lebih adil dan merata, jumlah penduduk terkendali, derajat kesehatan
tinggi, angka harapan hidup tinggi, kualitas pelayanan sosial lebih baik. Masyarakat
sejahtera juga harus terjamin hak-haknya dan memiliki kesempatan yang sama untuk
meningkatkan hidup, memperoleh pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan pelayanan
sosial serta kebutuhan dasar yang layak.
Misi
Pada periode Renstra 2015 – 2019 tidak ada lagi misi SKPD namun mengikuti Misi
Gubernur. Untuk mewujudkan Visi Gubernur Lampung maka telah dirumuskan
menjadi 5 (lima) misi yaitu:
1. Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah
2. Meningkatkan infrastruktur untuk pengembangan ekonomi dan pelayanan sosial
3. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, IPTEK dan inovasi, budaya
masyarakat dan Toleransi kehidupan beragama
4. Meningkatkan pelestarian SDA dan kualitas lingkungan hidup yang berkelanjutan
5. Menegakkan supremasi hukum, mengembangkan demokrasi berbasis kearifan
lokal, dan memantapkan kepemerintahan yang baik dan antisipatif
Sektor Ketahanan Pangan masuk dalam Misi Pertama dalam RPJMD (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah) 2015-2019 Provinsi Lampung yaitu :
Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat Kemandirian Daerah .
Misi ini adalah upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi (pro growth)
melalui pengembangan potensi dan keunggulan yang dimiliki Provinsi Lampung
dengan memperkuat investasi (pro investment) diberbagai sektor dan ekonomi yang
berbasis kerakyatan dan kemitraan. Pertumbuhan ekonomi yang kuat ditandai juga
oleh upaya pemerataan dengan trickle down effect yang tinggi.
Upaya memperkuat ekonomi Lampung dengan mengembangkan potensi dan
keunggulan yang dimiliki dengan orientasi ekonomi nasional dan global. Ekonomi
berbasis agro terus dimantapkan dan diperkuat, kemudian ditransformasikan ke
ekonomi berbasis industri, perdagangan, dan jasa berbasis teknologi. Investasi baru
(dalam dan luar negeri) harus dipacu untuk memperluas kesempatan kerja.
Pembangunan ekonomi dan pemerataannya harus diorientasikan untuk mengurangi
pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan menurunkan jumlah
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 18
penduduk miskin. Pembangunan ekonomi tidak mengeksploitisasi sumber daya alam
dan tidak merusak lingkungan.
Perkuatan ekonomi merupakan penciptaan daya saing berkelanjutan atau sustainable
competitive advantage sebagai hasil dari pengelolaan sumber daya didukung
kompetensi yang tinggi (core competence). Produktivitas barang dan jasa yang
dihasilkan dengan kualitas tinggi dan berdaya saing sehingga meningkatkan nilai
tambah produk dan kemandirian daerah. Penguatan kemandirian daerah diindikasikan
oleh kapasitas fiskal yang tinggi terutama dicirikan oleh pendapatan asli daerah (PAD)
yang tinggi.
Dampak akhir dari pembangunan ekonomi Lampung adalah kesejahteraan sosial yang
berkeadilan. Kesejahteran dicapai melalui pemberdayaan dan partisipasi masyarakat,
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
Urusan pemerintahan yang terkait dengan Misi 1 antara lain Urusan Pertanian, Urusan
Kelautan dan Perikanan, Urusan Kehutanan, Urusan Perindustrian, Urusan
Perdagangan, Urusan Pangan, Urusan Koperasi dan UMKM, Urusan Penanaman Modal
dan Perijinan, Urusan Pariwisata, serta Urusan Pendapatan.
3.2. Tujuan
Mengacu kepada misi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai atau
dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :
Tujuan
:
Mewujudkan pemantapan ketahanan pangan masyarakat sampai tingkat perseorangan
secara berkelanjutan melalui penganekaragaman pangan, penguatan ketersediaan,
distribusi pangan, dan kualitas konsumsi pangan yang bermutu dan aman berbasis
sumberdaya lokal.
Indikator Tujuan :
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
2. Jumlah Konsumsi energi (kkal/kap/hr)
3. Jumlah Konsumsi Protein (gram/kap/hr)
4. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
5. Persentase Jumlah Penduduk Rawan Pangan %)
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp.)
7. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen (%)
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 19
3.3 STRATEGI
Ketahanan pangan mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional, minimal
dalam tiga hal. Pertama, akses terhadap pangan dan gizi yang cukup merupakan hak
yang paling azasi bagi manusia. Kedua, pangan memiliki peranan yang penting dalam
pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Ketiga, ketahanan pangan
merupakan salah satu pilar utama untuk menopang ketahanan pangan ekonomi dan
ketahanan nasional yang berkelanjutan. Untuk memenuhi hal tersebut, diperlukan
ketersediaan pangan yang cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi dan beragam
dengan harga yang terjangkau.
Mewujudkan ketahanan pangan bukanlah pekerjaan yang mudah, untuk itu diperlukan
kebijakan yang integratif, holistik karena berbagai hal. Peningkatan jumlah penduduk
dan kesejahteraan masyarakat Indonesia telah mendorong peningkatan kebutuhan
pangan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Sejalan dengan itu, komposisi
menu makanan rumah tangga juga berubah secara bertahap kearah peningkatan mutu
konsumsi.
Dalam mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi Lampung, sangat dipengaruhi oleh
(1) ketersediaan pangan pokok, menyangkut kebijakan lintas sektor dari hulu sampai
hilir seperti kepemilikan lahan yang sempit, akses permodalan petani, distribusi pupuk,
kepastian
harga
jual
petani,
penanganan
pasca
panen;
(2)
lambatnya
penganekaragaman pangan menuju pola makan bergizi, seimbang dan aman,
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menyebabkan konsumsi karbohidrat
masih didominasi beras, walaupun sumber lain cukup tersedia secara lokal; (3)
masalah keamanan pangan, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap keamanan
pangan; (4) kerawanan pangan dan gizi, yang sangat berkaitan erat dengan
kemiskinan.
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 20
3.4
Sasaran dan indikator sasaran
Sasaran
program
pembangunan
Pangan
Daerah
Provinsi
ketahanan
Lampung
pangan
pada
tahun
pada
Badan
2015-2019
Ketahanan
adalah
:
Mengacu pada misi yang telah ditetapkan, maka sasaran yang hendak dicapai
atau dihasilkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu Terpenuhinya
kebutuhan konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk
memenuhi kecukupan energi per-kapita,
dengan indikator kinerja sebagai
berikut :
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
2. Jumlah Konsumsi energi
3. Jumlah Konsumsi Protein
4. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
7. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji.
Indikator Kinerja dari sasaran strategis diatas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 21
Tabel 1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Indikator Tujuan dan Sasaran
Visi : Lampung Maju dan Sejahtera 2019
Misi : Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat Kemandirian Pangan
Tujuan
Indikator Tujuan
Mewujudkan
pemantapan
ketahanan
pangan
masyarakat
sampai tingkat
perseorangan
secara
berkelanjutan
melalui
penganekaragaman
pangan,
penguatan
ketersediaan,
distribusi
pangan dan
kualitas
konsumsi
pangan yang
bermutu dan
aman berbasis
sumberdaya
lokal
Sasaran
1. Skor Pola Pangan Harapan Terpenuhinya
kebutuhan
(PPH) Konsumsi
konsumsi
2. Jumlah Konsumsi energi
pangan yang
3. Jumlah Konsumsi Protein beragam,
bergizi,
4. Skor Pola Pangan Harapan
seimbang dan
(PPH) Ketersediaan
aman untuk
5. Persentase
Penurunan memenuhi
Jumlah Penduduk Rawan kecukupan
energi
per
Pangan
kapita
6. Harga Gabah Kering Panen
(GKP) di Tingkat produsen
7. Koefisien Variasi Pangan
(beras)
di
tingkat
konsumen
8. Persentase
Peningkatan
Produk Pangan Segar yang
Tersertifikasi
9. Persentase
Tingkat
Keamanan Pangan Segar
yang di Uji
Target
2019
Indikator Kinerja
1. Skor Pola Pangan Harapan
(PPH) Konsumsi
87,7
2. Jumlah Konsumsi energi
2.064
3. Jumlsh Konsumsi Protein
57,00
4. Skor Pola Pangan Harapan
(PPH) Ketersediaan
88,7
5. Persentase
Penurunan
Jumlah Penduduk Rawan
Pangan
1
6. Harga Gabah Kering Panen
(GKP)
di
Tingkat
produsen
7. Koefisien Variasi Pangan
(beras)
di
tingkat
konsumen
8. Persentase Peningkatan
Produk Pangan Segar yang
Tersertifikasi
HPP
CV
TAHUN 2015
BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH
PROVINSI LAMPUNG
KATA PENGANTAR
Rencana Kerja (RENJA) merupakan suatu gambaran dalam rangka melakukan
persiapan/rencana penyelenggaraan program kerja yang diselenggarakan pada Tahun
2015, dan mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung Tahun 2015-2019.
Dalam Rencana Kerja (RENJA) ini telah disajikan beberapa program/kegiatan,
baik program/kegiatan lanjutan maupun program/kegiatan prioritas yang kesemuanya
menggambarkan visi dan misi dari pada Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung yang merupakan bagian dari gambaran umum Rencana Strategis Provinsi.
Dengan adanya Rencana Kerja (RENJA) Badan Ketahanan Pangan Daerah
diharapkan dapat dijadikan pedoman dan petunjuk dalam penyusunan program kerja
tahunan yang terarah dan berkesinambungan, sehingga lebih berdayaguna dan
berhasilguna bagi penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan peningkatan
pelayanan masyarakat, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari Kolusi, Korupsi
dan Nepotisme (KKN).
Demikian Rencana Kerja Tahunan (RENJA) Tahun 2015 ini dibuat dengan
harapan dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan dan kinerja aparatur dimasa
mendatang.
Bandar Lampung,
KEPALA BADAN,
Ir. Kusnardi, M. Agr, EC
Pembina Utama Muda
NIP. 19631123 198803 1 005
2014
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................
i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................
ii
BAB
I. PENDAHULUAN .........................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ................................................................................
1
1.2 Landasan Hukum ...........................................................................
1
1.3 Maksud dan Tujuan ......................................................................
3
1.4 Sistematika Penulisan ................................................................
3
BAB
II. HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD
TAHUN 2013...............................................................................................
2.1 Evaluasi Pelaksanaan.......... ........................................................
2.2 Permasalahan dan Solusi...........................................................
2.3 Strategi Pemecahan Masalah/Hambatan............................
4
4
12
15
BAB
III. RENCANA STRATEGIS,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,.......................
3.1 Visi dan Misi....................................................................................
3.2 Tujuan...............................................................................................
3.3 Strategi..............................................................................................
3.4 Sasaran dan Indikator Sasaran..............................................
3.5 Program dan Kegiatan .................................................................
18
18
19
20
21
23
BAB
IV. PENUTUP ......................................................................................................
29
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia untuk hidup dan
beraktifitas, dengan demikian pangan sangat mempengaruhi stabilitas Nasional,
stabilitas nasional dapat terguncang jika ketersediaan pangan tidak terjamin.
Secara umum Ketahanan Pangan dapat dikatakan terwujud apabila tersedianya pangan
yan cukup dan merata untuk seluruh penduduk, kemudian setiap penduduk
mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi gizi guna
menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari.
Ketahanan Pangan pada tingkat rumah tangga merupakan landasan bagi Ketahanan
Pangan masyarakat, yang selanjutnya menjadi pilar bagi ketahanan pangan daerah dan
nasional. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka salah satu prioritas utama
pembangunan ketahanan pangan adalah memberdayakan masyarakat, agar mampu
menanggulangi masalah pangannya secara mandiri, serta mewujudkan ketahanan
pangan rumah tangganya secara berkelanjutan.
Salah satu upaya Pemerintah untuk mewujudkan Ketahanan Pangan dilaksanakan
melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan,
yang menyatakan bahwa penyediaan pangan diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi pangan rumah tangga yang terus berkembang dari waktu ke
waktu melalui : a) pengembangan sistem produksi pangan yang bertumpu pada
sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal; b) pengembangan efisiensi sistem usaha
pangan; c) pengembangan teknologi produksi pangan; d) pengembangan sarana dan
prasarana produksi pangan; dan e) mempertahankan dan mengembangkan lahan
produktif.
1.2 Landasan Hukum
Dalam penyusunan Renja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi LampungTahun
2015, peraturan perundangan yang digunakan sebagai landasan hukum adalah:
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat
I Lampung;
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;
3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
4. Undang – Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 1
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
8. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan
daerah;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan
kinerja instansi pemerintah;
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah;
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber
Daya Lokal;
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
15. Peraturan Menteri Pertanian No.43/Permentan/0T.140/10/2009 tentang
Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis
Sumberdaya Lokal;
16. Peraturan Menteri Pertanian No.65/Permentan/0T.140/12/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan
Kabupaten/Kota;
17. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Daerah Daerah Provinsi Lampung Nomor 12 Tahun 2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Lampung;
18. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 5 Tahun 2014 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2009 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Lain sebagai Bagian dari Perangkat Daerah Pada
Pemerintah Provinsi Lampung;
19. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 9 Tahun 2008 tentang pembentukan
Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung. Selanjutnya Pergub tersebut
diperbaharui melalui Peraturan Gubernur Lampung Nomor 25 tahun 2013
tentang Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung;
20. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 46 Tahun 2009 tentang Gerakan
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal
di Provinsi Lampung;
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 2
21. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 26 Tahun 2010 tentang Penyediaan dan
Penyaluran Cadangan Pangan Pokok (Beras) Pemerintah Provinsi Lampung;
22. Peraturan Gubernur nomor 33 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan
Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga
Teknis Daerah di Provinsi Lampung;
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud disusunnya Renja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung adalah
sebagai dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu)
tahun dengan berpedoman pada Renstra - SKPD, hasil evaluasi pelaksanaan program
dan kegiatan periode sebelumnya, masalah yang dihadapi, dan usulan program serta
kegiatan yang berasal dari masyarakat.
Tujuan disusunnya Renja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung adalah:
1. merumuskan rancangan program kegiatan dan pendanaan untuk 1 tahun
mendatang.
2. memberi arah dan petunjuk tentang tahapan - tahapan program dan kegiatan
selama 1 tahun.
1.4 Sistematika Penulisan
Dokumen Renja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampun tahun 2015
disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN memuat; latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan
serta sistematika penulisan.
BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU memuat; evaluasi
pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu dan capaian Renstra SKPD, analisis kinerja
pelayanan SKPD, isu - isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD, review
terhadap rancangan awal RKPD, penelaahan usulan program dan kegiatan masyarakat.
BAB III.TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN memuat; telaahan terhadap
kebijakan nasional, tujuan dan sasaran renja.
BAB IV. PENUTUP memuat; catatan penting yang mendapatkan perhatian, kaidah kaidah pelaksanaan, rencana tindak lanjut.
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 3
BAB II
HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN 2013
2.1 HASIL PELAKSANAAN
Pembangunan Ketahanan Pangan melalui alokasi APBD TA. 2012 dilaksanakan
melalui 5 (lima ) Program yaitu: 1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan; 2)
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 3) Program Peningkatan Sarana
dan Prasarana Aparatur ; 3) Program Peningkatan Disiplin Aparatur; 4)
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan; 5) Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan.
Melalui dana APBN 2013, Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan
Masyarakat TA. 2013 terdiri dari 4 kegiatan utama yaitu :
1.) Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan; 2) Pengembangan
Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan; 3) Pengembangan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar; 4) Dukungan Manajemen
dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan.
Alokasi anggaran baik APBD maupun APBN TA. 2013 yang dilaksanakan oleh Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung sebagian besar merupakan dana Bantuan
Sosial (Bansos) dan selebihnya diperuntukan pada kegiatan pembinaan, monitoring,
evaluasi dan pendampingan. Dana bansos banyak diperoleh melalui APBN sedangkan
untuk pembinaan, pemantauan dan pendampingan diperoleh melalui APBD. Kegiatan
utama pada BKPD Provinsi Lampung adalah sebagai berikut :
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 4
a. Aspek Ketersediaan
Ketersediaan Pangan Strategis di Prov. Lampung Tahun 2013
(ARAM II Tahun 2013)
Komoditas
Produksi
Ketersediaan
Konsumsi/
Total
Surplus/Minus
(Ton)
(Ton)
Kapita
Konsumsi
Ketersediaan
(Kg/Kap/Thn)
(Ton)
(Ton)
Beras
1.885.446
1.823.227
90,40
864.242
958.984
Jagung
1.725.727
1.535.897
6,24
59.656
1.476.241
5.550
5.273
10,22
97.705
Kc.Tanah)*
13.775
13.086
0,91
8.700
Kc. Hijau)*
4.176
3.884
0,62
5.927
9.633.560
8.188.526
34,20
326.959
7.861.567
51.712
45.507
3,28
31.357
14.149
2.169.480
1.952.532
35,84
342.638
1.609.894
186.100
167.490
59,82
571.891
9.033
9.033
0,18
1.721
7.312
buras**
40.981
40.981
3,05
29.159
11.822
Susu **
360,17
360
36,68
350.668
Telur (ayam,itik)**
99.827
99.827
0,18
1.721
98.106
Ikan***
588.712
500.405
0,95
9.082
491.323
Gula Pasir****
864.483
864.483
7,52
71.893
792.591
48.750
48.750
10,11
96.654
Kedelai
Ubikayu
Ubijalar)*
Buah-Buahan)^
Sayuran)^
Daging Sapi**
-
92.433
4.386
-
-
2.044
404.401
Daging ayam ras dan
Minyak goreng****
-
-
Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata individu memperoleh
bahan pangan. Total ketersediaan energi untuk dikonsumsi penduduk Provinsi
Lampung berdasarkan NBM tahun 2012 mencapai 2.808,29 Kalori/kapita/hari
(27,65% dari Angka Kecukupan Energi di tingkat ketersediaan sebesar 2.200 Kalori,
hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, Tahun 2004).
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 5
350.308
47.904
Dari total ketersediaan energi tersebut, sumbangan terbesar berasal dari pangan nabati
yaitu sebesar 2.668,75 kalori/kapita/hari atau 95,03% dan sisanya sebesar 139,54
kal/kap/hari atau 4,97% yang berasal dari pangan hewani
Ketersediaan Energi, Protein dan Lemak menurut Sumbernya :
Sumber Pangan
Energi (kal/kap/hari)
Nabati
Hewani
2.668,75
Total
139,54 2.808,29
%
Nabati
% Hewani
Standar WNPG
95,03
4,97
2.200
Protein (g/kap/hari)
52,89
17,85
70,74
74,77
25,23
57
Lemak (g/kap/hari)
22,02
6,88
28,90
76,19
23,81
48,88*
Perkembangan Ketersediaan Energi, Protein, dan Lemak
di Provinsi Lampung
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 6
Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata individu memperoleh
bahan pangan. Total ketersediaan energi untuk dikonsumsi penduduk Provinsi
Lampung berdasarkan NBM tahun 2012 mencapai 2.808,29 Kalori/kapita/hari
(27,65% dari Angka Kecukupan Energi di tingkat ketersediaan sebesar 2.200 Kalori,
hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, Tahun 2004).
Dari total ketersediaan energi tersebut, sumbangan terbesar berasal dari pangan nabati
yaitu sebesar 2.668,75 kalori/kapita/hari atau 95,03% dan sisanya sebesar 139,54
kal/kap/hari atau 4,97% yang berasal dari pangan hewani
Ketersediaan Energi, Protein dan Lemak menurut Sumbernya
Sumber Pangan
Nabati
Hewani
Total
%
Nabati
% Hewani
Standar
WNPG
2.668,75
139,54
2.808,29
95,03
4,97
2.200
Protein (g/kap/hari)
52,89
17,85
70,74
74,77
25,23
57
Lemak (g/kap/hari)
22,02
6,88
28,90
76,19
23,81
48,88*
Energi (kal/kap/hari)
Total ketersediaan protein adalah sebesar 70,71 gram/kapita/hari atau lebih besar
24,11% dari angka yang dianjurkan (57 g/kapita/hari).
Sedangkan ketersediaan lemak sebesar 28,90 g/kapita/hari atau masih kurang 40,88%
terhadap angka yang dianjurkan yakni 48,88 g/kapita/hari (berdasarkan ketentuan
WHO Tahun 2000).
No
1
Kelompok
Pangan
Padi-padian
Gram/
Kap/Hari
Kalori
567,11 2.022,04
%
72,00
% AKE*) Bobot
91,91
0,50
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Skor
Aktual
36,00
Skor AKE
45,96
Page 7
Skor
Maks
Skor
PPH
25,00 25,00
2
Umbi-umbian
41,23
86,46
3,08
3,93
0,50
1,54
1,97
2,50 1,97
3
110,75
138,48
4,93
6,29
2,00
9,86
12,59
24,00 12,59
11,49
103,70
3,69
4,71
0,50
1,85
2,36
5,00 2,36
-
-
-
-
0,50
-
-
6
Pangan Hewani
Minyak dan
Lemak
Buah/Biji
Berminyak
Kacangkacangan
5,53
20,64
0,74
0,94
2,00
1,47
1,88
10,00 1,88
7
Gula
113,48
413,08
14,71
18,78
0,50
7,35
9,39
2,50 2,50
8
Sayur dan Buah
49,17
23,87
0,85
1,09
5,00
4,25
5,43
30,00 5,43
9
Lain-lain
Total
-
-
100,00
127,65
-
62,32
79,56
4
5
2.808,29
100,00
-
51,71
Berdasarkan persentase AKE bahwa situasi ketersediaan pangan secara kualitas (PPH)
dengan ketersediaan energi sebesar 2.808,29 kal/kap/hari
Atau lebih dari 27,65% dari AKG (2.200 kal/kapita/hari) memiliki skor PPH sebesar
51,71.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum
beragam/berimbang karena total PPH belum mencapai skor 100 yang bermakna belum
ideal yang berakibat tidak seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang
dipersyaratkan
Kelompok pangan yang terlalu melebihi skor maksimal akan memberikan kelebihan
kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang
Salah satu upaya untuk menstabilkan ketersediaan pangan adalah dengan
penyelenggaraan cadangan pangan daerah (Surat Menteri Pertanian Republik
Indonesia No. 89/PP 310/M/4/2008 tanggal 9 April 2006 dan Nomor :
113/PP.310/M/5/2008 tanggal 13 Mei 2008). Pengelolaan cadangan pangan
ini dilakukan bekerjasama dengan Perum Bulog Divre Lampung sebagai gudang
cadangan pangan daerah yang tersebar di dolog wilayah Kabupaten lampung
Tengah, Konsilog Lampung Selatan, Dolog Lampung Utara dan Gudang Bulog
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
1,00
Page 8
Divre Lampung di Bandar Lampung. Total cadangan pangan Pemprov Lampung
hingga tahun 2013 sebanyak 186.078 kg dengan perincian Tahun Anggaran
2013 sebanyak 20.500 kg, TA. 2012 sebanyak 71.333,33 kg, TA. 2011 sebanyak
46.511,63 kg dan TA. 2010 sebanyak 47.732,7 kg. Kekurangan penyediaan
cadangan pangan ini (13,922 ton( di rencanakan akan dipenuhi pada tahun
2014 dan diharapkan target pemenuhan cadangan pangan sebesar 200 ton
dapat tercapat sebelum tahun 2015
Aspek Distribusi
Salah satu subsistem dari ketahanan pangan yaitu subsistem distribusi pangan
merupakan suatu proses yang menyalurkan produk komoditas pangan dari produsen
hingga ke konsumen akhir secara tepat waktu dan jumlah yang cukup serta terjangkau
oleh daya beli masyarakat. Proses penyampaian produk komoditas pangan dari
tingkat produsen merupakan rantai distribusi yang dilakukan oleh pelaku-pelaku
distribusi pangan. Pelaku-pelaku distribusi pangan memegang peranan penting dalam
mendistribusikan komoditas pangan.
Para pelaku komoditas pangan antara lain
pedagang perantara/pengumpul, pedagang grosir, distribusi, agen/sub agen.
Keberadaan para pelaku distribusi pangan seringkali menimbulkan spekulatif
(misalnya menimbun, memborong) yang berdampak terhadap gejolak harga pangan di
tingkat konsumen. Selain itu para pelaku distribusi pangan seringkali menimbulkan
spekulatif yang berdampak terhadap gejolak harga pangan di tingkat konsumen. Selain
itu para pelaku distribusi juga dapat mengambil marijin yang lebih besar dari marijin
yang diterima oleh produsen.
Aspek Konsumsi dan Keamanan Pangan :
Pemantapan Ketahanan Pangan dicirikan dengan setiap warga mengkonsumsi pangan
yang cukup dalam jumlah dan mutu, gizi, aman, beragam dan terjangkau. Untuk itu
pengembangan konsumsi pangan dilakukan dengan berbasis pada keanekaragaman
baik sumber bahan pangan maupun kelembagaan dan budaya lokal.
Identifikasi masalah pangan dan gizi merupakan proses penentuan jenis dan besar
masalah yang terjadi pada suatu wilayah tertentu. Berdasarkan data Susenas jenis dan
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 9
besar masalah konsumsi pangan dapat diketahui dari 3 Aspek yaitu Aspek Kuantitas,
Kualitas maupun Keragaman (PPH).
Aspek kuantitas konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi biasanya
dalam satuan kkal/kap/hr atau gr/kap/hr, dapat dihitung berdasarkan kelompok
pangan atau komoditi pangan.
Aspek Kualitas konsumsi pangan adalah kandungan gizi ( energi, protein, lemak dan
gizi lainnya) dari pangan yang dikonsumsi, dibandingkan dengan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) masing-masing, dalam hal ini AKG Energi adalah 2.000 kkal dan protein 52
gr/kap/hr.
Skor PPH digunakan untuk menghitung sejauh mana pangan 3B yang dikonsumsi telah
memenuhi keragaman yang dianjurkan.
Apabila keragaan konsumsi pangan berada di bawah anjuran, maka tingkat konsumsi
masyarakat perlu ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan dan pengetahuan
pangan dan gizi, serta peningkatan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Pada
Tabel 1.1 di bawah ini disajika ketegori tingkat kecukupan gizi (TKG) masyarakat.
Tabel 1.1. Kategori pencapaian tingkat kecukupan gizi (TKG) masyarakat
No.
Persentase pencapaian
tingkat kecukupan gizi (TKG)
1
< 70 %
2
80 % - 90 %
Defisit Ringan
3
90 % - 119 %
Normal
4
> 120 %
Kategori
Defisit Berat
Kelebihan Konsumsi Pangan
Agar usaha peningkatan perilaku masyarakat tentang penganekaragaman konsumsi
pangan dapat dilaksanakan secara lebih terarah, maka dipandang perlu melakukan
pemantauan kebiasaan makan sehingga dapat diperoleh suatu gambaran situasi
konsumsi pangan/pola konsumsi pangan masyarakat, serta upaya-upaya perubahan
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 10
pola konsumsi pangan masyarakat menuju Beragam, Bergizi dan Berimbang sesuai
dengan konsumsi yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Pemantauan dalam rangka penyusunan analisis dan pemetaan pola konsumsi pangan
dapat dilakukan secara berkala maupun rutin disesuaikan dengan kondisi dan dana
yang tersedia dengan maksud untuk memantau pola konsumsi pangan masyarakat dari
waktu ke waktu. Data pola konsumsi pangan yang diperoleh dapat digunakan oleh
pemerintah daerah sebagai dasar untuk merancang tindakan intervensi yang
diperlukan berkaitan dengan pengembangan dan perbaikan pola konsumsi pangan
daerah setempat.
Tabel 1.2. Komposisi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang
No
Kelompok Pangan
Gram
Energi
% AKG
Skor PPH
1.
Padi-padian
275
1.000
50.0
25.0
2.
Umbi-umbian
100
120
6.0
2.5
3.
Pangan Hewani
150
240
12.0
24.0
4.
Minyak dan Lemak
20
200
10.0
5.0
5.
Buah/biji berminyak
10
60
3.0
1.0
6.
Kacang-kacangan
35
100
5.0
10.0
7.
Gula
30
100
5.0
2.5
8.
Sayur dan Buah
250
100
6.0
30.0
9.
Lain-lain
-
60
3.0
0.0
2.000
100
100
TOTAL
Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka telah disusun pedoman umum identifikasi
dan pemetaan
pola konsumsi pangan masyarakat yang dapat digunakan sebagai
analisis dan Pemetaan Pola Konsumsi Pangan bagi institusi dan petugas yang
menangani konsumsi baik di tingkat pusat maupun daerah untuk memantau
perkembangan pola konsumsi pangan masing-masing daerah.
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 11
Agar produk pertanian dapat kompetitif dan menjadi primadona dunia diperlukan
dukungan aspek keamanan pangan. Pemerintah Provinsi Lampung melalui Peraturan
Gubernur Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pembentukan, Organisasi d
an Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan
Produk Hasil Pertanian pada Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung yang
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan
administrasi di bidang sertifikasi mutu dan keamanan pangan produk hasil pertanian
secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi,
keamanan dan kepastian. Sertifikasi diberikan kepada pelaku usaha yang telah
memenuhi persyaratan administrasi dan teknis, telah di lakukan inspeksi lapangan
oleh inspector, memenuhi uji laboratorium residu pestisida (dibawah ambang batas)
dan telah melalui proses pengambilan keputusan pada sidang komisi teknis. Sertifikast
berlaku 3 (tiga) tahun dan akan diperpanjang apabila ada permohonan perpanjangan
dan lulus survelen. Sejak terbentuk nya Unit Pelaksana Teknis Balai Sertifikasi Mutu
dan Keamanan Pangan Segar sudah melaksanakan sertifikasi 27 pelaku usaha. Pada
tahun 2013 Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung melalui UPT Balai
Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan Produk Hasil Pertanian Lampung telah
menerbitkan 100 sertifikasi Prima 3 kepada 100 pelaku usaha di 4 kabupaten
(Lampung Barat, Lampung Tengah, Lampung Selatan dan Tanggamus
2.2
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Dalam upaya melanjutkan pelaksanaan Program Pembangunan Ketahanan Pangan di
Provinsi Lampung yang mengarah pada kemandirian pangan, masih banyak
permasalahan yang dihadapi baik dalam aspek : ketersediaan pangan, kerawanan
pangan, distribusi pangan, peyediaan cadangan pangan, penganekaragaman konsumsi
pangan, penanganan cadangan pangan, kelembagaan ketahanan pangan, maupun
manajemen ketahanan pangan.
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 12
Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
1.
Provinsi Lampung (Aram II BPS 2013) mengalami Surplus pada beberapa
komoditas pangan strategis khususnya beras mencapai : 958,984 Ton, tetapi
Kerawanan pangan dan kasus gizi buruk masih terjadi karena distribusi pangan
yang tidak merata, sarana/ prasarana kurang memadai, serta terjadinya bencana
alam.
2.
Pemantauan situasi ketersediaan dan cadangan pangan masyarakat belum
dilakukan secara periodik dan berkelanjutan oleh kab/kota.
3.
Kabupaten/Kota belum mampu menyediakan cadangan pangan daerah.
4.
Kabupaten/kota belum seluruhnya memanfaatkan cadangan pangan pemerintah
pusat yang dialokasikan di kab/kota untuk intervensi kenaikan harga beras dan
penanganan daerah bencana (transien).
5.
Pembinaan dan pemberdayaan kemandirian pangan pada desa rawan pangan
dan kelompok rawan pangan dihadapkan pada kendala sarana dan infrastruktur
serta kemampuan tenaga pendamping dan penyuluh lapangan;
6.
Meskipun komitmen penyediaan cadangan pangan pemerintah telah disepakati
oleh provinsi dan kabupaten/kota, namun belum semua kab/kota yang telah
melaksanakan komitmen sehingga pengelolaan kelembagaan cadangan pangan
pemerintah Provinsi Lampung dan masyarakat belum berkembang dengan
optimal.
7.
Dalam pelaksanaan Desa Mandiri Pangan 10 Kab/Kota tidak secara periodik
menyampaikan laporan pelaksanaan program secara rutin dan laporan evaluasi
pertahap perdesaan sehingga menyulitkan dalam pelaksaaan pembinaan,
monitoring dan evaluasi kegiatan.
Aspek Distribusi
1.
Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi sistem pemasaran hasil-hasil
pangan merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi produsen dan konsumen
pangan khusunya pada saat panen raya, pada musim paceklik dan hari-hari besar
disebabkan a). Lemahnya disiplin dan penegakan peraturan untuk menjamin
sistem pemasaran yang adil dan bertanggungjawab, b). Terbatasnya fasilitas
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 13
perangkat keras dan lunak untuk mendukung transparansi informasi pangan dan
c). Terbatasnya kemampuan teknis petugas dan pelaku pemasaran
2.
Kurangngya koordinasi/kerjasama kelembagaan pemerintah dan kelembagaan
masyarakat dalam mendorong stabilitas harga dan distribusi pangan di sentra
produksi pangan. Pembinaan distribusi dan harga pangan oleh Badan Ketahanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung, melalui pelaksanaan monitoring dan
pemantauan harga pangan strategis belum berjalan secara maksimal dan
berkelanjutan; penyediaan hasil analisis, peta distribusi pangan strategis serta
hasil kajian distribusi dan harga pangan yang akurat masih terbatas dan belum
tersedia secara periodik.
Aspek Konsumsi
1.
Keterbatasan dalam memberikan dukungan program bagi dunia usaha dan
asosiasi yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal;
2.
Kurangnya fasilitasi pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk meningkatkan
aksesibilitas pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman;
3.
Masih terbatasnya dukungan sosialisasi, promosi dalam penganekaragaman
konsumsi pangan melalui berbagai media;
4.
Masih sedikit informasi menu/kuliner berbasis pangan lokal.
Aspek Mutu dan Keamanan Pangan
1.
Masyarakat sebagian besar baik konsumen maupun pelaku usaha belum
menyadari pentingnya mutu dan keamanan pangan;
2.
Belum dipahaminya dan belum diterapkannya cara-cara budidaya dan produksi
pertanian yang baik dan benar;
3.
Minimnya sumberdaya manusia dan tenaga teknis dalam mendukung
pembangunan ketahanan pangan bidang mutu dan keamanan pangan;
4.
Belum tersediaanya Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan
(pupuk, pestisida dan cemaran kimia;)
5.
Kurangnya anggaran uji laboratorium untuk residu pestisida.
Aspek Kelembagaan dan Manajemen Ketahanan Pangan
1.
Belum tersusunya Standar Pelayanan Minimal bidang ketahanan pangan provinsi
dan kabupaten/kota;
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 14
2.
Bentuk
lembaga/unit
kerja
ketahanan
pangan
yang
dibentuk
di
kabupaten/kabupaten belum seragam sehingga manajemen kelembangaan
ketahanan pangan menjadi tidak optimal;
2.3
Strategi Pemecahan Masalah/Hambatan
Potensi dan tantangan untuk mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi Lampung
secara umum masih cukup tersedia. Masih tersedia potensi sumberdaya alam yang
belum dimanfaatkan secara optimal. Sedangkan kapasitas sumberdaya manusia dan
teknologi memiliki potensi untuk ditingkatkan dalam upaya mendukung ketersediaan
dan distribusi pangan serta perbaikan konsumsi pangan. Penguatan kelembagaan
ketahanan pangan pemerintah dan masyarakat berpeluang besar untuk mendorong
pencapaian sasaran program ketahanan pangan di Provinsi lampung.
Dalam upaya
tindak lanjut pemecahan masalah/hambatan yang dihadapi dalam pembangunan
ketahanan pangan di Provinsi Lampung dilakukan beberapa hal yaitu :
1.
Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran serta
pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasiltasi prasarana umum
distribusi, serta pengaturan agar proses distribusi pangan terselenggara secara
teratur, adil dan bertanggung jawab. Begitu juga peran masyarakat baik bersifat
individu berskala kecil, usaha kelompok/koperasi hingga perusahanan besar
dalam pengembangan usaha distribusi di bidang jasa, pemasaran, pengakutan,
pengolahan dan penyimpanan perlu terus ditingkatkan;
2.
Koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan, penyempurnaan
program dan kegiatan dalam pengembangan sistem distribusi melalui
peningkatan pemantauan dan analisis harga pangan serta pengembangan
kelembagaan distribusi pangan masayarakat serta peningkatan akses pangan.
3.
Peningkatan
koordinasi
dalam
perumusan
kebijakan
konsumsi
dan
keamanan pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola konsumsi
pangan serta pengembangan kelembagaan pedesaan dalam
diversifikasi
konsumsi pangan;
4.
Peningkatan sosialisasi dan promosi dalam penganekaragaman konsumsi
pangan melalui berbagai media;
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 15
5.
Peningkatan pengetahuan pelaku usaha, kelompok wanita/tani sehingga
meningkatnya pengetahuan dalam pengembangan diversifikasi konsumsi
pangan.
6.
Peningkatan koordinasi lintas sektor dan subsektor terkait dengan keamanan
pangan;
7.
Perlu dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan mutu
dan keamanan pangan baik dari segi aturan maupun sarana pendukung seperti
laboratori.
8.
Kabupaten/kota harus melakukan analisis ketersediaan pangan meliputi :
analisis pola panen bulanan, analisa prognosa ketersediaan pangan menjelang
HBKN, analisis Ketersediaan pangan berdasarkan pola pangan harapan,
identifikasi potensi sumber daya pangan lokal, analisa cadangan pangan. Belum
semua kab/kota melakukan analisis ini; Hasil analisa ini sebagai bahan dasar
penentu kebijakan daerah di bidang ketahanan pangan.
9.
Kab/kota harus memanfaatkan cadangan pangan pemerintah pusat di daerah
masing-masing untuk intervesi bencana alam dan kenaikan harga beras.
10.
Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2012 tentang pangan dan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang standar pelayanan
minimal bidang ketahanan pangan provinsi dan kab/kota, bahwa penyediaan
pangan merupakan kewajiban pemerintah dan masyarakat selain itu dengan
kondisi Provinsi Lampung yang rawan terhadap bencana, dihimbau agar
kab/kota dapat mengalokasikan cadangan pangan milik daerah (pemerintah
daerah); provinsi (200 ton) dan kab/kota (masing-masing 100 ton), melalui DAK
Bidang pertanian maupun sumber dana yang sah lainnya.
11.
Perlunya dilakukan sosialisasi Standar Pelayanan Minimal bidang Ketahaan
Pangan
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota
sehingga
dalam
pelaksanaan
program/kegiatan pembangunan ketahanan pangan dapat lebih terarah dan
tepat sasaran.
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 16
BAB III
RENCANA STRATEGIS
3.1 VISI DAN MISI
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 2007 dan telah ditetapkannya
Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor : 10 tahun 2007 tanggal 12 Desember
2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi
Lampung, Badan Ketahanan Pangan Daerah merupakan salah satu Lembaga Teknis
Daerah. Yang bertujuan mewujudkan Ketahanan Pangan. Dengan berakhirnya tahapan
Rencana Strategis 2010 -2014 maka Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah perlu
dirumuskan kembali mengacu Renstra Provinsi Lampung dan Badan Ketahanan
Pangan Kementerian Pertanian.
Visi
Visi pembangunan Provinsi Lampung ini merupakan kondisi akhir daerah dan wilayah
Lampung yang dikehendaki oleh seluruh komponen pemangku kepentingan
(stakeholders) di Provinsi Lampung dalam periode 2015—2019.
Hal-hal penting memasuki tahapan III dari RPJPD Provinsi Lampung, adalah:
1. Mengembangkan kemajuan daerah dan meningkatkan pemerataan kualitas dan
kesejahteraan antar wilayah;
2. Dinamika ekonomi yang atraktif dimantapkan dengan memperluas jangkauan
jaringan kerja kegiatan ekonomi dalam skala Nasional dan Internasional.
3. Pengembangan, Pemanfaatan dan penerapan Iptek serta Penguatan Inovasi pada
upaya optimalisasi pendayagunaan potensi sumber daya dan infrastruktur.
Oleh karenanya penting sekali menjadikan visi pembangunan Provinsi Lampung
menjadi visi bersama (shared vision). Dengan mendasarkan modal dasar Provinsi
Lampung, tantangan yang dihadapi dalam 5 (lima) tahun ke depan, dan mengacu pada
visi pembangunan jangka panjang Indonesia Tahun 2005-2025 dan visi pembangunan
jangka panjang Provinsi Lampung Tahun 2005-2025, maka visi Badan Ketahanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung sama dengan visi Provinsi Lampung Tahun 2015—
2019 yaitu:
Lampung Maju dan Sejahtera 2019
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 17
Visi tersebut dimaksudkan untuk menjadikan Provinsi Lampung merupakan daerah
yang maju dan berdaya saing. Menjadi wilayah maju mempunyai pengertian Provinsi
Lampung menjadi daerah dengan kinerja ekonomi tinggi dimana untuk menjadi daerah
yang maju harus di dukung dengan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber
daya yang tinggi akan didapatkan bila status kesehatan masyarakat Provinsi Lampung
juga tinggi.
Menjadi wilayah sejahtera mempunyai pengertian bahwa masyarakat
Provinsi Lampung yang sejahtera dalam arti sejahtera secara ekonomi, makmur dengan
pembagian yang lebih adil dan merata, jumlah penduduk terkendali, derajat kesehatan
tinggi, angka harapan hidup tinggi, kualitas pelayanan sosial lebih baik. Masyarakat
sejahtera juga harus terjamin hak-haknya dan memiliki kesempatan yang sama untuk
meningkatkan hidup, memperoleh pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan pelayanan
sosial serta kebutuhan dasar yang layak.
Misi
Pada periode Renstra 2015 – 2019 tidak ada lagi misi SKPD namun mengikuti Misi
Gubernur. Untuk mewujudkan Visi Gubernur Lampung maka telah dirumuskan
menjadi 5 (lima) misi yaitu:
1. Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah
2. Meningkatkan infrastruktur untuk pengembangan ekonomi dan pelayanan sosial
3. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, IPTEK dan inovasi, budaya
masyarakat dan Toleransi kehidupan beragama
4. Meningkatkan pelestarian SDA dan kualitas lingkungan hidup yang berkelanjutan
5. Menegakkan supremasi hukum, mengembangkan demokrasi berbasis kearifan
lokal, dan memantapkan kepemerintahan yang baik dan antisipatif
Sektor Ketahanan Pangan masuk dalam Misi Pertama dalam RPJMD (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah) 2015-2019 Provinsi Lampung yaitu :
Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat Kemandirian Daerah .
Misi ini adalah upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi (pro growth)
melalui pengembangan potensi dan keunggulan yang dimiliki Provinsi Lampung
dengan memperkuat investasi (pro investment) diberbagai sektor dan ekonomi yang
berbasis kerakyatan dan kemitraan. Pertumbuhan ekonomi yang kuat ditandai juga
oleh upaya pemerataan dengan trickle down effect yang tinggi.
Upaya memperkuat ekonomi Lampung dengan mengembangkan potensi dan
keunggulan yang dimiliki dengan orientasi ekonomi nasional dan global. Ekonomi
berbasis agro terus dimantapkan dan diperkuat, kemudian ditransformasikan ke
ekonomi berbasis industri, perdagangan, dan jasa berbasis teknologi. Investasi baru
(dalam dan luar negeri) harus dipacu untuk memperluas kesempatan kerja.
Pembangunan ekonomi dan pemerataannya harus diorientasikan untuk mengurangi
pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan menurunkan jumlah
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 18
penduduk miskin. Pembangunan ekonomi tidak mengeksploitisasi sumber daya alam
dan tidak merusak lingkungan.
Perkuatan ekonomi merupakan penciptaan daya saing berkelanjutan atau sustainable
competitive advantage sebagai hasil dari pengelolaan sumber daya didukung
kompetensi yang tinggi (core competence). Produktivitas barang dan jasa yang
dihasilkan dengan kualitas tinggi dan berdaya saing sehingga meningkatkan nilai
tambah produk dan kemandirian daerah. Penguatan kemandirian daerah diindikasikan
oleh kapasitas fiskal yang tinggi terutama dicirikan oleh pendapatan asli daerah (PAD)
yang tinggi.
Dampak akhir dari pembangunan ekonomi Lampung adalah kesejahteraan sosial yang
berkeadilan. Kesejahteran dicapai melalui pemberdayaan dan partisipasi masyarakat,
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
Urusan pemerintahan yang terkait dengan Misi 1 antara lain Urusan Pertanian, Urusan
Kelautan dan Perikanan, Urusan Kehutanan, Urusan Perindustrian, Urusan
Perdagangan, Urusan Pangan, Urusan Koperasi dan UMKM, Urusan Penanaman Modal
dan Perijinan, Urusan Pariwisata, serta Urusan Pendapatan.
3.2. Tujuan
Mengacu kepada misi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai atau
dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :
Tujuan
:
Mewujudkan pemantapan ketahanan pangan masyarakat sampai tingkat perseorangan
secara berkelanjutan melalui penganekaragaman pangan, penguatan ketersediaan,
distribusi pangan, dan kualitas konsumsi pangan yang bermutu dan aman berbasis
sumberdaya lokal.
Indikator Tujuan :
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
2. Jumlah Konsumsi energi (kkal/kap/hr)
3. Jumlah Konsumsi Protein (gram/kap/hr)
4. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
5. Persentase Jumlah Penduduk Rawan Pangan %)
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp.)
7. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen (%)
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 19
3.3 STRATEGI
Ketahanan pangan mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional, minimal
dalam tiga hal. Pertama, akses terhadap pangan dan gizi yang cukup merupakan hak
yang paling azasi bagi manusia. Kedua, pangan memiliki peranan yang penting dalam
pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Ketiga, ketahanan pangan
merupakan salah satu pilar utama untuk menopang ketahanan pangan ekonomi dan
ketahanan nasional yang berkelanjutan. Untuk memenuhi hal tersebut, diperlukan
ketersediaan pangan yang cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi dan beragam
dengan harga yang terjangkau.
Mewujudkan ketahanan pangan bukanlah pekerjaan yang mudah, untuk itu diperlukan
kebijakan yang integratif, holistik karena berbagai hal. Peningkatan jumlah penduduk
dan kesejahteraan masyarakat Indonesia telah mendorong peningkatan kebutuhan
pangan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Sejalan dengan itu, komposisi
menu makanan rumah tangga juga berubah secara bertahap kearah peningkatan mutu
konsumsi.
Dalam mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi Lampung, sangat dipengaruhi oleh
(1) ketersediaan pangan pokok, menyangkut kebijakan lintas sektor dari hulu sampai
hilir seperti kepemilikan lahan yang sempit, akses permodalan petani, distribusi pupuk,
kepastian
harga
jual
petani,
penanganan
pasca
panen;
(2)
lambatnya
penganekaragaman pangan menuju pola makan bergizi, seimbang dan aman,
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menyebabkan konsumsi karbohidrat
masih didominasi beras, walaupun sumber lain cukup tersedia secara lokal; (3)
masalah keamanan pangan, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap keamanan
pangan; (4) kerawanan pangan dan gizi, yang sangat berkaitan erat dengan
kemiskinan.
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 20
3.4
Sasaran dan indikator sasaran
Sasaran
program
pembangunan
Pangan
Daerah
Provinsi
ketahanan
Lampung
pangan
pada
tahun
pada
Badan
2015-2019
Ketahanan
adalah
:
Mengacu pada misi yang telah ditetapkan, maka sasaran yang hendak dicapai
atau dihasilkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu Terpenuhinya
kebutuhan konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk
memenuhi kecukupan energi per-kapita,
dengan indikator kinerja sebagai
berikut :
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
2. Jumlah Konsumsi energi
3. Jumlah Konsumsi Protein
4. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
7. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji.
Indikator Kinerja dari sasaran strategis diatas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015
Page 21
Tabel 1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Indikator Tujuan dan Sasaran
Visi : Lampung Maju dan Sejahtera 2019
Misi : Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat Kemandirian Pangan
Tujuan
Indikator Tujuan
Mewujudkan
pemantapan
ketahanan
pangan
masyarakat
sampai tingkat
perseorangan
secara
berkelanjutan
melalui
penganekaragaman
pangan,
penguatan
ketersediaan,
distribusi
pangan dan
kualitas
konsumsi
pangan yang
bermutu dan
aman berbasis
sumberdaya
lokal
Sasaran
1. Skor Pola Pangan Harapan Terpenuhinya
kebutuhan
(PPH) Konsumsi
konsumsi
2. Jumlah Konsumsi energi
pangan yang
3. Jumlah Konsumsi Protein beragam,
bergizi,
4. Skor Pola Pangan Harapan
seimbang dan
(PPH) Ketersediaan
aman untuk
5. Persentase
Penurunan memenuhi
Jumlah Penduduk Rawan kecukupan
energi
per
Pangan
kapita
6. Harga Gabah Kering Panen
(GKP) di Tingkat produsen
7. Koefisien Variasi Pangan
(beras)
di
tingkat
konsumen
8. Persentase
Peningkatan
Produk Pangan Segar yang
Tersertifikasi
9. Persentase
Tingkat
Keamanan Pangan Segar
yang di Uji
Target
2019
Indikator Kinerja
1. Skor Pola Pangan Harapan
(PPH) Konsumsi
87,7
2. Jumlah Konsumsi energi
2.064
3. Jumlsh Konsumsi Protein
57,00
4. Skor Pola Pangan Harapan
(PPH) Ketersediaan
88,7
5. Persentase
Penurunan
Jumlah Penduduk Rawan
Pangan
1
6. Harga Gabah Kering Panen
(GKP)
di
Tingkat
produsen
7. Koefisien Variasi Pangan
(beras)
di
tingkat
konsumen
8. Persentase Peningkatan
Produk Pangan Segar yang
Tersertifikasi
HPP
CV