Dokumen Perencanaan

(1)

LAPORAN KINERJA (LKJ)

BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH

TAHUN ANGGARAN 2016

BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG


(2)

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran strategis. Laporan Kinerja tahun 2016 merupakan laporan tahun kedua pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2015 – 2019. Penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas yang berfungsi, antara lain sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif, merupakan wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Daerah provinsi Lampung menuju terwujudnya Good Govermance dan sebagai wujud transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat disatu sisi dan di sisi lain merupakan alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja di setiap bidang lingkup Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.

Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung diukur atas dasar penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016. Secara umum capaian kinerja sasaran telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, meskipun beberapa sasaran belum menunjukkan capaian sesuai target. Berdasarkan analisis dan evaluasi obyektif yang disampaikan melalui Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 ini, diharapkan dapat terjadi optimalisasi dari peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kinerja seluruh pejabat dan pelaksana di Badan Ketahanan Pangan Daerah pada tahun-tahun selanjutnya, sehingga dapat mendukung Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah dalam mewujudkan Good Govermance dan Clean Government.

Bandar Lampung, Februari 2017 Kepala Dinas Ketahanan Pangan

Provinsi Lampung,

Ir. KUSNARDI, M.Agr.Ec

Pembina Utama Madya 19631123 198803 1 005


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

IKHTISAR EKSEKUTIF ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3 Tugas Pokok dan Fungsi BKPD ... 2

1.4 Struktur Organisasi BKPD ... 4

1.5 Isu Strategis/Permasalahan SKPD ... 4

BAB II. PERENCANAAN KINERJA ... 5

2.1 Rencana Strategis BKPD 2015-2019 ... 5

2.2 Perjanjian Kinerja Perubahan Tahun 2016 ... 11

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ... 15

3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016 ... 16

3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja ... 19

3.3 Realisasi Anggaran Kinerja Tahun 2016 ... 64

3.4 Analisis Efisiensi ... 65

BAB IV. PENUTUP ... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hubungan antara Misi, Tujuan dan Indikator Tujuan ... 7 Tabel 2. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja ... 8 Tabel 3. Program Tahun 2016 untuk Mendukung Pencapaian Sasaran

Strategis ... 10 Tabel 4. Sasaran Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi

Lampung Taun 2016... 11 Tabel 5. Perjanjian Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2016... 11 Tabel 6. Rencana Belanja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung Tahun Anggaran 2016 ... 12 Tabel 7. Alokasi Anggaran Rutin Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung ... 13 Tabel 8. Alokasi per Sasaran Pembangunan Tahun Anggaran 2016 ... 13 Tabel 9. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan

Ketahanan Pangan Daerah Provins Lampung Tahun 2015 ... 16 Tabel 10. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan

Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015 per Triwulan ... 17 Tabel 11. Pencapaian Kinerja Tahun 2015 di Bandingkan dengan Target

Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2016 .. 18 Tabel 12. Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Terpenuhinya Kebutuhan

Konsumsi Pangan per Kapita Masyarakat untuk Memenuhi

Kecukupan Energi dan Keamanan Pangan ... 19 Tabel 13. Rencana dan Realisasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Ketersediaan ... 21 Tabel 14. PPH Ketersediaan di Provins Lampung 2012 - 2016 ... 22 Tabel 15. Surplus/Minus Bahan Makanan Prov. Lampung Thn.2012-2016 . 23 Tabel 16. Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi

Lampung Tahun 2012 – 2016 ... 23 Tabel 17. Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya... 26 Tabel 18. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Berdasarkan NBM

Tahun 2016 ... 27 Tabel 19. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung

Tahun 2016 (Atap Tahun 2015) ... 30 Tabel 20. Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Menurunnya Jumlah


(5)

Tabel 21. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung

Tahun 2012 - 2016 ... 32 Tabel 22. Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam

Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun

2012 – 2016 ... 33 Tabel 23. Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Pangan Pokok

Di Tingkat Produsen dan Konsumen ... 39 Tabel 24. Data harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi

Lampung Tahun 2016 ... 40 Tabel 25. Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran Tahun

2016 di Provinsi Lampung ... 41 Tabel 26. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen di

Bandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra

Tahun 2012 – 2016 ... 41 Tabel 27. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen di

Bandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra

Tahun 2012 – 2016 ... 42 Tabel 28. Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan

Harapan, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein pada

Tahun 2016 ... 47 Tabel 29. Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2016 ... 48 Tabel 30. Perbandingan Target Nasional, Terget Renstra dan Realisasi

Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi ... 49 Tabel 31. Target dan Realisasi Capaian Indikator Konsumsi Energi

Di Provinsi Lampung Tahun 2016... 50 Tabel 32. Perbandingan Antara Target Nasional, Target Renstra

Dan Capaian Kinerja di Provinsi Lampung Tahun 2016 ... 51 Tabel 33. Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun

2012 – 2016 ... 52 Tabel 34. Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk

Pangan Segar yang Tersertifikasi ... 56 Tabel 35. Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister dan Sudah

Tersertiifikasi ... 56 Tabel 36. Target dan Realisasi Capaian Indikator Tingkat Keamanan

Pangan Segar yang di Uji ... 59 Tabel 37. Rekap Hasil Uji Cepat (Formalin, Boraks, Methyl Yellow,

Pestisida dan Rhodamin B dan Uji Laboratorium Provinsi


(6)

Tabel 38. Pencapaian Kinerja dan Anggaran ... 64 Tabel 39. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ... 66


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Persentase Pencapaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 2016 17

Gambar 2. Skor PPH Ketersediaan Prov. Lampung Th. 2012–2016... 22

Gambar 3. Ketersediaan Energi di Lihat dari Sumbernya Tahun 2012 – 2016 ... 24

Gambar 4. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya tahun 2012- 2016... 24

Gambar 5. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2016 ... 26

Gambar 6. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2016 ... 26

Gambar 7. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2016... 27

Gambar 8. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH Menurut Kelompok Pangan ... 28

Gambar 9. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016 ... 33

Gambar 10. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra Dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan Pangan ... 34

Gambar 11. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra Dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Tahun 2012 – 2016 ... 50

Gambar 12. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kegiatan untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein Tahun 2016 ... 51

Gambar 13. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012-2016... 52

Gambar 14. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016 ... 52

Gambar 15. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016 ... 53


(8)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung menetapkan 6 sasaran strategis dengan 9 indikator. Selanjutnya sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 5 (lima) program dan 44 (Empat Puluh Empat) kegiatan yang dibiayai dengan dana APBD Tahun 2016. Secara keseluruhan dapat diinformasikan bahwa capaian kinerja sasaran strategis yang ditetapkan rata-rata mencapai 88,89%. Dengan demikian tugas yang diamanatkan di dalam Rencana Strategis dapat dilaksanakan dengan baik.Sehingga secara ke seluruhan tercapainya target-target pembangunan tadi menggambarkan adanya komitmen yang kuat dari unsur pimpinan maupun staf Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam melaksan akan tugas pokok dan fungsinya.

Capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016, pada penurunan persentase jumlah penduduk miskin mencapai 0,43% hal ini berarti kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah tahun 2016 tidak mencapai target (1%), Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 75,08 belum mencapai target 85,60, Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen sudah melebihi target yaitu Rp. 3.776 dari target Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp. 3.700,-, Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen telah mencapai target, Coefisien Variabel (CV) dari hasil pemantauan telah mencapai 2% dari target CV < 10%, Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi belum mencapai target yaitu 78,0 dari target 85,0, konsumsi energi 1.856,7 kkal/kapita/hari belum mencapai target 2.019 kkal/kapita/hari dan konsumsi protein belum mencapai target 56,3 gr/kapita/hari terealisasi 50,30 gr/kapita/hari, untuk PPH konsumsi, konsumsi energi dan konsumsi protein menggunakan angka sementara, karena angka tetap baru akan diketahui nanti sekitar bulan Juni 2017, untuk Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi mencapai 7,33% dari target 10%, dan Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji telah melebihi target 80% (dibawah ambang batas) terealisasi 83,78. Secara ringkas seluruh capaian kinerja tersebut diatas telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung untuk meningkatkan kinerja dimasa-masa yang akan datang. Capaian kinerja tersebut merupakan hasil dari upaya–upaya dan langkah-langkah yang dirumuskan sebagai strategi pemecahan masalah yang selama ini ditemui. Tentunya upaya-upaya tersebut akan dimodifikasi sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi serta kemampuan sumber daya yang dimiliki guna pencapaian kinerja yang lebih tinggi ditahun berikutnya guna mewujudkan visi Gubernur Lampung “Lampung Maju Sejahtera 2019”.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketahanan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia.Selain itu, ketahanan pangan juga merupakan salah satu pilar ketahanan nasional suatu bangsa, dan menunjukkan eksistensi kedaulatan bangsa. Terkaitdengan hal tersebut, ketahanan pangan tidak akan dapat terwujud dengan hanya melibatkan satu komponen bangsa, tapi harus melibatkan seluruh komponen bangsa,baik pemerintah maupun masyarakat, harus bersama-sama membangun ketahanan pangan secara sinergi. Hal inilah yang kemudian dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang merumuskan ketahanan pangan sebagai “kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, halal, merata,dan terjangkau” dan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Undang-undang tentang Pangan tersebut kemudian dijabarkan dalam berbagai Peraturan Pemerintah untuk diimplementasikan dalam keputusan Pimpinan Pemerintah. Dalam rangka mencapai ketahanan pangan yang mantap dan berkesinambungan, ada 3 (tiga) komponen pokok yang harus diperhatikan:

1. Ketersediaan pangan yang cukup dan merata;

2. Keterjangkauan pangan yangefektif dan efisien; serta

3. Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, amandan halal.

Ketiga komponen tersebut perlu diwujudkan sampai tingkat rumah tangga,dengan: 1. Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang beragam untuk peningkatan

ketersediaan pangan dengan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan;

2. Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk kesehatan;

3. Mengembangkan perdagangan pangan regional dan antar daerah, sehingga menjamin pasokan pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);

4. Memanfaatkan pasar pangan internasional secara bijaksana bagi pemenuhan konsumen yang beragam;serta

5. Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di perkotaan dan perdesaan dalam mengakses pangan yang bersifat pokok.


(10)

Upaya untuk mewujudkan pemantapan ketahanan pangan tersebut, kemudian dijabarkan dalam berbagai kegiatan pembangunan ketahanan pangan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung (BKPD). Guna mengetahui kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan tersebut selama tahun 2016, disusunlah Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

1.2 Maksud dan Tujuan

Laporan Kinerja (LKj) tahun 2016 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Kepada Gubernur Lampung selaku Pimpinan Daerah tertinggi di Provinsi Lampung.

Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk :

1. Mengetahui sejauhmana kinerja Badan Ketahanan Pangan tahun 2016;

2. Memenuhi kewajiban Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selama tahun 2016.

1.3. Tugas Pokok dan Fungsi SKPD

Tugas Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung yaitu : “Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang ketahanan pangan, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung mempunyai funngsi, sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan teknis pengelolaan ketahanan pangan;

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketahanan pangan;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang ketahanan pangan

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur di bidang Ketahanan Pangan; 5. Pengelolaan administrative.

Pembangunan ketahanan pangan, sangat diperlukan kerjasama yang sinergis dan terarah antar institusi dan komponen masyarakat serta koordinasi program dankegiatan berbagai subsektor dan sektor. Guna mewujudkan sinergi dan harmonisasi kebijakan dan program, serta memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan antar sektor, antar wilayah, dan antar waktu, dibentuk Dewan Ketahanan Pangan(DKP) yang bertugas merumuskan kebijakan serta melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui Peraturan Gubernur Lampung Nomor 9 tanggal 2 April tahun 2008 yang disempurnakan dengan Peraturan Gubernur Lampung


(11)

Nomor 25 tahun 2013 tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP), dalam peraturan ini Gubernur berkedudukan sebagai ketua dan Wakil Gubernur sebagai ketua harian.

BKP selaku Sekretariat DKP memfasilitasi pelaksanaan tugas Wakil Gubernur selaku Ketua Harian DKP dalam membantu Gubernur untuk :

1. Merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi Lampung dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan Dewan Ketahanan Pangan Nasional; dan

2. Merumuskan kebijakan dalam rangka mendorong keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan ketahanan pangan

3. Melaksanakan evaluasi dan pengendalian perwujudan ketahanan pangan.

Tugas Badan Ketahanan Pangan Daerah meliputi kegiatan di bidang: penyediaan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, serta mutu dan keamanan pangan. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung didukung oleh 6 Eselon III dengan struktur organisasi, yaitu: 1. Sekretariat Badan,

mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.

2. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan,

mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, pemantapan ketersediaan dan akses pangan serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan

3. Bidang Distribusi dan Harga Pangan,

mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, identifikasi, pembinaan,

pengembangan dan pemantauan distribusi dan harga pangan serta cadangan pangan.

4. Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan

mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan konsumsi dan keamanan pangan.

5. Bidang Mutu dan Keamannan Pangan

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, identifikasi, pembinaan, pengembangan dan pemantauan serta pengendalian mutu dan keamanan pangan

6. UPT

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyelenggaranan pelayanan administrasi di bidang sertifikasi mutu dan keamanan pangan produk hasil pertanian secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan pangan dan kepastian.


(12)

1.4 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Daerah

1.5 Isu Strategis/Permasalahan Badan Ketahanan Pangan Daerah

1. Penanganan kerawanan pangan

2. Peningkatan stabilitas pasokan, harga dan distribusi pangan 3. Peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat 4. Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan segar

KEPALA BADAN

SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUB BI DANG DI STRIBUSI PANGAN

SEKRETARIS

BIDANG KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN

PANGAN

BIDANG KONSUMSI DAN

PENGANEKA-RAGAMAN PANGAN

BI DANG MUTU DAN KEAMANAN PANGAN

BIDANG DISTRIBUSI DAN HARGA PANGAN

SUB BAGIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN

EVALUASI

SUB BI DANG KETERSEDIAAN DAN

AKSES PANGAN

SUB BI DANG KERAWANAN PANGAN

SUB BI DANG HARGA DAN CADANGAN

PANGAN

SUB BI DANG KONSUMSI

PANGAN SUB BI DANG

PENGANEKA-RAGAMAN PANGAN

UPT

SUB BI DANG MUTU PANGAN

DAN GI ZI

SUB BI DANG KEAMANAN PANGAN


(13)

BAB II.

PERENCANAAN KINERJA

2.1 Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015 – 2019

Terdapat beberapa dokumen perencanaan nasional dan daerah yang menjadi dasar bagi perencanaan kinerja. Beberapa dokumen tersebut adalah Rencana Pembangunan Nasional dan Daerah berupa Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD). Pada lingkup Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dokumen perencanaan lima tahunan berupa dokumen Rencana Strategis (Renstra) SKPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD.

Berdasarkan RPJMD Provinsi Lampung maka disusunlah Rencana Strategik Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tahun 2015 – 2019 yang merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat arah, kebijakan dan strategi serta program – program pembangunan ketahanan pangan yang akan dilaksanakan langsung oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung maupun mendorong Badan Ketahanan Pangan Daerah Kabupaten/Kota serta peran aktif masyarakat.

Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program pembangunan ketahanan pangan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu 2015 – 2019 dengan penekanan pada pencapaian sasaran prioritas Nasional, Daerah dan Standar Pelayanan Minimal (SPM).Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung ini memuat visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program, indikator yang akan dicapai sampai tahun 2019.

2.1.1 Visi dan Misi

Pada periode Renstra 2015 – 2019 tidak ada lagi visi dan misi SKPD namun mengikuti Visi Gubernur yaitu :

“ Lampung Maju dan Sejahtera 2019”

Visi tersebut dimaksudkan untuk menjadikan Provinsi Lampung merupakan daerah yang maju dan berdaya saing. Menjadi wilayah maju mempunyai pengertian Provinsi Lampung menjadi daerah dengan kinerja ekonomi tinggi dimana untuk menjadi daerah yang maju harus di dukung dengan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya yang tinggi akan didapatkan bila status kesehatan masyarakat Provinsi Lampung


(14)

juga tinggi. Menjadi wilayah sejahtera mempunyai pengertian bahwa masyarakat Provinsi Lampung yang sejahtera dalam arti sejahtera secara ekonomi, makmur dengan pembagian yang lebih adil dan merata, jumlah penduduk terkendali, derajat kesehatan tinggi, angka harapan hidup tinggi, kualitas pelayanan sosial lebih baik. Masyarakat sejahtera juga harus terjamin hak-haknya dan memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan hidup, memperoleh pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial serta kebutuhan dasar yang layak

Pada periode Renstra 2015 – 2019 tidak ada lagi misi SKPD namun mengikuti Misi Gubernur. Untuk mewujudkan Visi Gubernur Lampung maka telah dirumuskan menjadi 5 (lima) misi yaitu:

1. Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah 2. Meningkatkan infrastruktur untuk pengembangan ekonomi dan pelayanan sosial 3. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, IPTEK dan inovasi, budaya

masyarakat dan Toleransi kehidupan beragama

4. Meningkatkan pelestarian SDA dan kualitas lingkungan hidup yang berkelanjutan 5. Menegakkan supremasi hukum, mengembangkan demokrasi berbasis kearifan lokal,

dan memantapkan kepemerintahan yang baik dan antisipatif

Sektor Ketahanan Pangan masuk dalam Misi Pertama dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) 2015-2019 Provinsi Lampung yaitu :“Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat Kemandirian

Daerah”.

2.1.2 Tujuan

Mengacu kepada misi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :

Misi Pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian pangan

Tujuan : 1. Memperkuat penyediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya lokal

2. Menurunkan jumlah penduduk rawan pangan

3. Memperkuat sistem distribusi dan stabilisasi harga pangan pokok 4. Meningkatkan konsumsi pangan yang beragam, bergizi,

seimbang dan aman melalui penguatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

5. Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat untuk memenuhi kecukupan gizi yang bersumber dari pangan lokal


(15)

Indikator Tujuan : 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan (%) 3. Harga gabah kering panen ( GKP) di tingkat produsen (Rp.) 4. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (%) 5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

6. Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kap/hr) 7. Jumlah Konsumsi Protein (gram/kap/hr)

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi 9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji (%)

Tabel 1. Hubungan antara Misi, Tujuan dan Indikator Tujuan

No. Tujuan Indikator Tujuan Satuan

Kondisi Akhir 2019 1. 2. 3. 4. 5. 6. Memperkuat penyediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya lokal Menurunkan jumlah penduduk rawan pangan Memperkuat sistem distribusi dan stabilisasi harga pangan pokok

Meningkatkan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman melalui penguatan

pengetahuan dan kesadaran masyarakat

Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat untuk memenuhi kecukupan gizi yang bersumber dari pangan lokal

Meningkatkan keamanan pangan segar

1. Skor PPH ketersediaan

2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan 3. Harga Gabah Kering Panen

(GKP) di Tingkat produsen 4. Koefisien Variasi Pangan

(beras) di tingkat konsumen 5. Skor Pola Pangan Harapan

(PPH) Konsumsi

6. Jumlah Konsumsi energi 7. Jumlah Konsumsi Protein

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji - % Rp. % - Kkal/kap/hr Gram/kap/hr % % 88,7 1 ≥ HPP CV<10% 87,7 2.064 57,0 10 80% (dibawah ambang batas)

2.1.3 Sasaran Strategis

Mengacu pada misi yang telah ditetapkan, maka sasaran yang hendak dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :


(16)

Misi Pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian pangan

sasaran : 1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam 2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen 4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman 5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi

(AKG)

6. Tercapainya keamanan pangan segar

Tabel 2. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja

NO Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan

Kondisi Awal (2015) Kondisi Akhir RPJMD 1. 2. 3. 4. 5. 6. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam Penurunan jumlah penduduk rawan pangan Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

Peningkatan

keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

Peningkatan

konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

Tercapainya

keamanan pangan segar

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

2. Persentase Penurunan

Jumlah Penduduk Rawan Pangan

3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen 4. Koefisien Variasi Pangan

(beras) di tingkat konsumen 5. Skor Pola Pangan Harapan

(PPH) Konsumsi

6. Jumlah Konsumsi Energi 7. Jumlah Konsumsi Protein

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

9. Persentase Tingkat

Keamanan Pangan Segar yang diuji - % Rp/Kg % - Kkal/kap/hr Gram/kap/hr % % 87,52 1 ≥ HPP CV<10% 84,1 2.004 56,1 10 80% (dibawah ambang batas) 88,70 1 ≥ HPP CV<10% 87,70 2.064 57 10 80% (dibawah ambang batas)

2.1.4 Strategi, Arah Kebijakan Daerah, Program dan Indikator Kinerja Dalam Renstra 2015 – 2019

Berdasarkan visi, misi serta tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka upaya pencapaiannya selanjutnya dijabarkan secara sistematis melalui perumusan strategis, arah kebijakan dan program. Selain itu untuk mengukur capaian kinerjanya maka dirumuskan pula indikator sebagai tolok ukur kinerjanya.


(17)

2.1.4.1 Strategi

Strategi untuk mencapai misi pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah, adalah terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk memenuhi kecukupan energi per kapitadengan cara :

1. Memprioritaskan pembagunan ekonomi berbasis pertanian dan perdesaan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

2. Pemenuhan pangan bagi kelompok masyarakat terutama masyarakat miskin transien dan kronis akibat bencana alam melalui pendistribusian bantuan pangan

3. Pemberdayaan masyarakat agar mampu memanfaatkan pangan beragam, bergizi dan aman (B2SA) berbasis sumberdaya lokal

4. Promosi dan edukasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan pangan B2SA berbasis sumberdaya lokal

5. Pengawasan dan pemantauan keamanan pangan segar

2.1.4.2 Arah Kebijakan Daerah

Arah kebijakan daerah untuk mencapai Misi pertama Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah, adalah untuk pemantapan ketahanan pangan, yang meliputi aspek :

1. Aspek ketersediaan pangan

Dalam aspek ketersediaan pangan difokuskan pada peningkatan ketersediaan pangan yang beranekaragam berbasis potensi sumberdaya lokal dan memantapkan penanganan kerawanan pangan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan kelaparan

2. Keterjangkauan pangan

Difokuskan pada stabilisasi harga dan pasokan pangan serta pengelolaan cadangan pangan

3. Pemanfaatan pangan.

Difokuskan pada pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan melalui pemberdayaan pekarangan pangan dan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya dan kearifan lokal ditunjang dengan pengawasan keamanan pangan segar.

2.1.4.3 Program untuk mencapai sasaran

Berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran strategis dan arah kebijakan yang telah ditetapkan dalam Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, maka upaya yang dilakukan untuk pencapaiannya dijabarkan secara sistematis melalui perumusan program prioritas daerah. Adapun Program Prioritas untuk mendukung masing-masing sasaran tahun 2016 adalah sebagai berikut :


(18)

Tabel 3. Program Tahun 2016 untuk M endukung Pencapaian Sasaran Strategis

No Sasaran Strategis Indikator Jumlah Program

1. 2. 3. 4. 5. 6. .

Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan

aman

Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

Tercapainya keamanan pangan segar

1. Skor Pola Pangan Harapan

Ketersediaan

2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/tahun)

3. Harga gabah kering panen

(GKP) di tingkat produsen (Rp./Kg)

4. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (CV)

5. Skor Pola Pangan Harapan

(PPH) Konsumsi

6. Jumlah Konsumsi Energi

(kkal/kap/hari)

7. Jumlah Konsumsi Protein

(gr/kap/hari)

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang Diuji (%)

1 Program

2.1.5 Tema, Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah 2.1.5.1 Tema Pembangunan Daerah

Peraturan Gubernur Lampung nomor 36 tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), tema dan prioritas pembangunan Provinsi Lampung tahun 2016 adalah Memperkuat sinergi pembangunan infrastruktur, pelayanan publik dan ekonomi untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah menuju Lampung maju dan sejahtera.

2.1.5.2 Prioritas Pembangunan Daerah

Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2016, priortas pembangunan Daerah Lampung adalah sebagai berikut :

1. Memperkuat daya dukung infrastruktur dan konektivitas wilayah

2. Revitalisasi pertanian dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan rakyat yang berkeadilan

3. Memperluas kesempatan kerja dan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan

4. Penguatan inovasi teknologi, pematapan IPTEK, industri dan perdagangan serta energi terbarukan

5. Peningkatan pariwisata dan kebudayaan daerah melalui snergi antar pemangku kepentingan

6. Pemantapan pengelolaan sumber daya alam, lingkungan dan penanggulangan bencana


(19)

7. Reformasi birokrasi melalui peningkatan kerjasama dan tatakelola pemerintahan yang baik

Bidang ketahanan pangan masuk dalam prioritas kedua, yaitu revitalisasi pertanian dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan rakyat yang berkeadilan.

2.1.5.3 Sasaran Pembangunan Daerah

Untuk mendukung pelaksanaan tema pembangunan tersebut diatas, maka ditetapkan prioritas pembangunan Provinsi Lampung tahun 2016 bersama dengan sasarannya sebagai berikut :

Tabel 4. Sasaran Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi Lampung tahun 2016

NO PRIORITAS SASARAN

1 Bidang Ketahanan Pangan : “Revitalisasi pertanian dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan rakyat yang berkeadilan ”

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam 2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat

produsen dan konsumen

4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

6. Tercapainya keamanan pangan segar

2.2 Perjanjian Kinerja (PK) Perubahan Tahun 2016

Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan dokumen pernyataan atau kesepakatan atau perjanjian antara atasan dan bawahan untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan suatu instansi. Dokumen ini memuat sasaran strategis, indikator kinerja utama beserta target kinerja dan anggaran. Penyusunan PK 2015 dilakukan dengan mengacu kepada RPJMD, RKPD 2015, IKU dan APBD.

Tabel 5. Perjanjian Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2016

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1.

2.

3.

4.

Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang

1. Skor Pola Pangan Harapan

(PPH) Ketersediaan

2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/thn)

3. Harga Gabah Kering Panen

(GKP) di Tingkat produsen (Rp./Kg)

4. Koefisien Variasi Pangan

(beras) di tingkat konsumen (CV)

5. Skor Pola Pangan Harapan

(PPH) Konsumsi

85,6

1

≥ HPP

CV < 10%


(20)

5.

6.

sehat dan aman

Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

Tercapainya keamanan pangan segar

6. Jumlah Konsumsi Energi

(kkal/kap/hr)

7. Jumlah Konsumsi Protein

(gr/kap/hari)

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%)

2.019 56,3 10% 80% (dibawah ambang batas) Program :

1. Pelayanan Administrasi Perkantoran 2. Peningkatan Sarana dan Prasarana

Aparatur

3. Peningkatan Disiplin Aparatur

4. Peningkatan Pengembangan Sistem

Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

5. Peningkatan Diversifikasi dan

Peningkatan Ketahanan Pangan

Anggaran

Rp. 607.831.250,- Rp. 119.000.000,-

Rp. 3.600.000,- Rp. 77.007.000,-

Rp. 4.375.466.750,-

Keterangan APBD APBD APBD APBD APBD

J u m l a h APBD Rp. 5.182.905.000,-

6. Peningkatan Diversifikasi dan

Ketahanan Pangan Masyarakat

Rp. 16.433.042.000,- APBN

J u m l a h APBN Rp. 16.433.042.000,-

T O T A L Rp. 21.615.947.000,-

2.2.1 Rencana Anggaran Tahun 2016

Jumlah Anggaran untuk Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung tahun 2016 sebesar Rp. 11.099.541.790,- yang digunakan untuk membiayai Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung, secara rinci rencana anggaran Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung dapat dillihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6. Rencana Belanja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2016

No. Uraian Rencana %

1. 2.

Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung

5.916.636.790 5.182.905.000

53,30 46,70

J u m l a h 11.099.541.790 100


(21)

Alokasi anggaran Belanja Langsung Tahun Anggaran 2016 yang dialokasikan untuk membiayai program pendukung kelancaran kegiatan yang langsung mendukung pencapaian sasaran BKPD Provinsi Lampung, sebagai berikut:

Tabel 7. Alokasi Anggaran Rutin Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

No. Program Anggaran (Rp.) %

Program Pendukung (Rutin) 1.

2.

3.

4.

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Program Peningkatan Disiplin Aparatur

Program Peningkatan

Pengembangan Sistem Pelaporan capaian Kinerja dan Keuangan

607.831.250 119.000.000 3.600.000 77.007.000 11,73 2,30 0,07 1,48

Program Pencapaian Sasaran

1. Program Peningkatan Diversifikasi dan Peningkatan Ketahanan Pangan

4.375.466.750 84,42

J u m l a h 5.182.905.000 100

Alokasi anggaran Belanja Langsung Tahun Anggaran 2016 yang dialokasikan untuk membiayai kegiatan-kegiatan prioritas yang langsung mendukung pencapaian sasaran pembangunan adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Alokasi per Sasaran Pembangunan Tahun Anggaran 2016

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Anggaran %

1. 2. 3. 4. 5. 6. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

Tercapainya keamanan pangan segar

1. Skor Pola Pangan

Harapan (PPH) Ketersediaan

2. Skor Pola Pangan

Harapan (PPH) Konsumsi 3. Jumlah Konsumsi Energi

(kkal/kap/hr)

4. Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hari)

5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/thn)

6. Harga Gabah Kering

Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp./Kg)

7. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen (CV)

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)

9. Persentase Tingkat

Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%)

637.165.750 397.000.000 196.312.000 2.813.839.000 331.150.000 14,56 9,07 4,49 64,31 7,57


(22)

Pada tabel di atas, jumlah anggaran untuk program/kegiatan sebesar Rp. 4.375.466.750, untuk pencapaian indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan, Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi, jumlah konsumsi energi, jumlah konsumsi protein dibiayai dengan anggaran sebesar 14,56%, untuk pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan dibiayai dengan anggaran sebesar 9,07%, untuk pencapaian indikator Harga Gabah Di Tingkat Produsen dan Harga Beras di Tingkat Konsumen di biayai dengan anggaran 4,09%, untuk pencapaian indikator Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi sebesar 64,31 karena didalamnya termasuk dana DAK untuk pembangunan gedung Laboratorium dan gedung UPT Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan. Sementara untuk pencapaian target indikator Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji dibiayai dengan anggaran 7,57% dari anggaran kegiatan untuk pencapaian indikator (Program Peningkatan Diversifikasi dan Peningkatan Ketahanan Pangan).


(23)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Pendekatan manajemen pembangunan berbasis kinerja, yang utama adalah bahwa pembangunan diorientasikan pada pencapaian menuju perubahan yang lebih baik. Hal ini mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/kegiatan yang sudah direncanakan. Esensi dari manajemen pembangunan berbasis kinerja adalah orientasi untuk mendorong perbaikan, dimana program/kegiatan dan sumber daya anggaran adalah alat yang dipakai untuk mencapai rumusan perubahan, baik pada level keluaran, hasil maupun dampak. Pendekatan ini juga sejalan dengan prinsip Good Govermance dimana salah satu pilarnya, yaitu akuntabilitas, akan menunjukkan sejauh mana sebuah instansi pemerintahan telah memenuhi tugas dan mandatnya dalam penyediaan layanan public yang langsung bisa dirasakan hasilnya oleh masyarakat, sehingga pengendalian dan pertanggungjawaban program/kegiatan menjadi bagian penting dalam memastikan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah kepada public telah dicapai.

Dalam hal ini, Laporan Kinerja pemerintah merupakan bentuk realisasi kinerja dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam pemyusunan laporan kinerja adalah pegukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja (Permenpan Nomor 53 tahun 2014 tentang petunjuk teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara reviu atas laporan kinerja instansi pemerintah).

Sedangkan untuk skala penilaian terhadap kinerja pemerintah, menggunakan pijakan Permendagri No. 54 tahun 2010, sebagai berikut :

No. Interval Nilai Realisasi Kinerja

Kriteria Penilaian Realisasi

Kinerja Kode

1. 91 ≤ Sangat Tinggi

2. 76 ≤ 90 Tinggi

3. 66 ≤ 75 Sedang

4. 51 ≤ 65 Rendah


(24)

3.1

Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016

Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 9. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016

No Indikator Kinerja Capaian 2015 Tahun 2016 Target Akhir Renstra Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%)

Target Capaian %

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

70,31 85,6 75,08 87,71 96,32 77,95

2. Persentase

Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/th)

0,68 1 0,43 43 1% 43

3. Harga Gabah

Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp/Kg) ≥ HPP Rp. 4.100 ≥ HPP Rp. 3.700 ≥ HPP Rp. 3.776

100 ≥ HPP HPP tahun 2019 belum diketahui 4. Coefisien Variasi

pangan beras di tingkat konsumen

CV : 6% CV<10% CV : 2% 100 CV <10% 100

5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

79,3 85,0 78,0 91,76 92,5 84,32

6. Jumlah Konsumsi energi(kkal/kap/hr)

1.841,5 2.019 1.856,7 91,96 2.150 86,36

7. Jumlah Konsumsi Protein(gr/kap/hr)

49,6 56,3 50,3 89,34 57 88,25

8. Persentase Peningkatan

Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)

3,16 10 7,33 73,3 10 73,3

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%)

91,39 80% 83,78 104,73 80% 104,73

Dari 9 indikator kinerja sasaran yang merupakan indikator kinerja utama (IKU) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016, 5 indikator menunjukkan capaian lebih dari 91, 2 indikator kinerja memiliki capaian 76 ≤ 90, 1 indikator kinerja

memiliki capaian 66 ≤ 75 dan 1 indikator menunjukkan capaian kinerja antara ≤ 50. berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 terdapat 5 indikator menunjukkan capaian sangat tinggi, 2 indikator menunjukkan capaian tinggi, 1 indikator menunjukkan capaian sedang dan 1 indikator menunjukkan capaian sangat rendah.


(25)

Gambar 1. Persentase Pencapaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 2016

Sementara bila dilihat dalam kerangka triwulan, perbandingan antara rencana dan realisasi kinerja untuk seluruh sasaran adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 per Triwulan

No Sasaran Strategi Indikator Kinerja Satuan

Target Tahun

an

Triwulan Target Realisasi %

1. Peningkatan

ketersediaan pangan yang beragam

Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan

- 85,6 Triwulan I 85,6 79,3 92,64 Triwulan II 85,6 79,3 92,64 Triwulan III 85,6 79,3 92,64 Triwulan IV 85,6 75,08 87,71 2. Penurunan jumlah

penduduk rawan pangan

Pesentase Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

% 1 Triwulan I 1 0,68 68 Triwulan II 1 0,68 68 Triwulan III 1 0,68 68 Triwulan IV 1 0,43 43 3. Stabilnya harga pangan

pokok di tingkat produsen dan konsumen

Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen

Rp/kg 3.700≤ Triwulan I 3.700 ≤ 3.915 100 Triwulan II 3.700 ≤ 3.577 99 Triwulan III 3.700 ≤ 3.822 100 Triwulan IV 3.700 ≤ 3.776 100 Coefisien Variasi pangan

beras di tingkat konsumen

% 10% > Triwulan I 10% > 6 100 Triwulan II 10% > 6 100 Triwulan III 10% > 6 100 Triwulan IV 10% > 2 100 4. Peningkatan

keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

- 85,0 Triwulan I 85,0 79,3 93,29 Triwulan II 85,0 79,3 93,29 Triwulan III 85,0 79,3 93,29 Triwulan IV 85,0 78,0*) 91,76

5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

Jumlah Konsumsi Energi

Kkal/kap/hr 2.019 Triwulan I 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan II 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan III 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan IV 2.019 1.856,7*) 91,96 Jumlah Konsumsi

Protein

Gram/kap/hr 56,3 Triwulan I 56,3 49,6 88,10 Triwulan II 56,3 49,6 88,10 Triwulan III 56,3 49,6 88,10 Triwulan IV 56,3 50,3*) 89,34 6. Tercapainya keamanan

pangan segar

Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

-% 10 Triwulan I 10 7,4 74 Triwulan II 10 7,4 74 Triwulan III 10 7,4 74 Triwulan IV 10 7,33 73,3 Persentase Tingkat

Keamanan Pangan Segar yang di Uji

% 80 Triwulan I 80 91,39 114,24 Triwulan II 80 91,39 114,24 Triwulan III 80 91,39 114,24 Triwulan IV 80 83,78 104,73 Catatan *) menggunakan angka sementara karena hasil realisasi baru diketahui pada bulan Juni 2016

Sangat Tinggi 55,56% Tinggi 22,22% Sangat Rendah 11,11% Sedang 11,11%

Tingkat Capaian IKU Tahun 2016

Sangat Tinggi 55,56% Tinggi 22,22% Sedang 11,11% Sangat Rendah 11,11%


(26)

Beberapa IKU yang diuraikan diatas, penetapan target dan pengukuran realisasi triwulan dilakukan dengan menggunakan proxy indikator karena karakter indikator yang spesifik, termasuk tentang metode pengukuran indikator. Indikator yang dimaksud dan penjelasan mengapa dipergunakan proxy indikator adalah sebagai berikut :

1. Sebagian indikator merupakan indikator pada level outcome, dimana pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan, belum tentu akan berkontribusi pada pencapaian target kinerja IKU secara langsung, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan.

2. Sebagian indikator mempergunakan data yang dihasilkan oleh pengukuran secara periodik oleh lembaga diluar Badan Ketahanna pangan Daerah, yang biasanya dilakukan sekali dalam setahun, indikator yang masuk dalam kategori ini adalah PPH Ketersediaan, Skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, Konsumsi energi dan Konsumsi Protein.

Tabel 11. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Dibandingkan dengan Target Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2017

No Sasaran

Strategi

Indikator

Kinerja Satuan

Tahun 2016 Tahun 2017

Target Capaian Realisasi Target

RPJMD PK

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Ketersediaan - 85,6 75,08 87,71 88,0 88,0

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan

%/Tahun 1 0,43 43 1 1

3. Stabilnya harga pangan pokok d tingkat produsen dan konsumen

Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen

Rp/Kg

HPP≤

3.700≤ 3.776 100 3.700 3.700

Coefisien Variasi pangan beras di tingkat

konsumen

% <10% 2% 100 < 10% < 10%

4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Konsumsi - 85,0 78,0 91,76 85,9 85,9

5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

Jumlah Konsumsi

Energi Kkal/kap/hr 2.019 1.856,7 91,96 2.034 2.034 Jumlah Konsumsi

Protein Gram/kap/hr 56,3 50,3 89,34 56,5 56,5 6. Tercapainya

keamanan pangan segar Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

% 10 7,33 73,3 10 10

Persentase Tingkat Keamanan

Pangan Segar yang di Uji

%

80% (dibawah

ambang batas)


(27)

3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja

Bagian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang menjelaskan laporan kinerja secara umum sebagaimana telah diuraikan dalam sub bab sebelumnya. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung memiliki 6 sasaran, yaitu :

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam 2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen 4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) 6. Tercapainya keamanan pangan segar

yang diukur dengan 9 indikator, yaitu :

1. Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan

2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan 3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen 4. Coefisien variasi pangan beras di tingkat konsumen 5. Skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi

6. Jumlah konsumsi energi 7. Jumlah konsumsi protein

8. Persentase peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi 9. Persentase tingkat keamanan pangan segar yang di uji

Penyajian untuk sub bab ini akan disajikan per indikator. Beberapa indikator yang terkait digabungkan menjadi satu dalam analisis ini.

Capaian kinerja tahun 2016 merupakan capaian kinerja tahun kedua dari periode 5 (lima) tahun RPJMD dan Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung. Adapun gambaran pencapaian indikator kinerja pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Rencana dan Realisasi Capaian Indikator Kinerja BKPD TA. 2016

NO Sasaran

Srategis Indikatir Kinerja Satuan

2016 2019 Target Realisasi % Target

RPJMD %

1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

- 85,6 75,08 87,71 96,32 77,95

2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

2. Persentase

Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan

%/Tahun 1 0,43 43 1 43

3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen

3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen

Rp/Kg HPP≤ 3.700

3.776 100 HPP≤ Belum diketahui HPP nya

4. Coefisien Variasi pangan beras di


(28)

NO Sasaran

Srategis Indikatir Kinerja Satuan

2016 2019 Target Realisasi % Target

RPJMD %

tingkat konsumen

4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman

5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

- 85,0 78,0*) 91,76 92,5 84,32

5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)

6. Jumlah Konsumsi Energi

Kkal/kap/hr 2.019 1.856,7*) 91,96 2.150 86,36

7. Jumlah Konsumsi Protein

Gram/kap/hr 56,3 50,30*) 89,34 57 88,25

6. Tercapainya keamanan pangan segar

8. Persentase

Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

% 10 7,33 73,3 10 73,3

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji

% 80%

(dibawah ambang

batas)

83,78 104,73 80 104,73

Catatan *) Angka sementara

Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam menjalankan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat diukur berdasarkan pencapaian outcome. Pengukuran tersebut dilakukan mengingat outcome merupakan hasil dari berfungsinya output yang telah dilaksanakan bidang yaitu Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Bidang Distribusi dan Harga Pangan, Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan, Bidang Mutu dan Keamanan Pangan, UPT serta Sekretariat Badan Ketahanan Pangan Daerah. Pengukuran capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah tersebut dilaksanakan secara tahunan, sedangkan pengukuran realisasi keuangan dan fisik output kegiatan dipantau secara bulanan dan tri wulanan melalui Laporan realisasi kinerja dan realisasi keuangan.

Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar mampu menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliable sebagai bahan pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar untuk menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka mencapai target kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa indikator kinerja dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang saling terkait digabung menjadi satu dalam analisis ini. Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung per indikator dapat dijelaskan sebagai berikut :


(29)

S

KOR

P

OLA

P

ANGAN

H

ARAPAN

(PPH)

K

ETERSEDIAAN

Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu yang strategis bagi Indonesia mengingat kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi pangan memiliki dimensi yang terkait dengan dimensi sosial, ekonomi dan politik.Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai subsistem, subsistem utamanya adalah ketersediaan pangan, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut. Subsistem ketersediaan pangan mencakup aspek produksi dan cadangan pangan.

Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun produksi pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume pangan yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya serta stabil penyediaannya dari waktu ke waktu. Untuk itu aspek cadangan pangan merupakan salah satu komponen penting dalam ketersediaan pangan yang dapat berfungsi menjaga kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan, disamping itu juga dapat digunakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan pangan yang bersifat sementara disebabkan gangguan atau terhentinya pasokan bahan pangan, misalnya karena putusnya prasarana dan sarana transportasi akibat bencana alam.

Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 13. Rencana dan Realisiasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

No Indikator Kinerja Capaian 2015

Tahun 2016 Target

Akhir Renstra

Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%)

Target Capaian %

1. Skor Pola Pangan Harapan

Ketersediaan

70,31 85,60 75,08 87,71 88,70 84,64

Pada indikator skor pola pangan harapan (PPH) Ketersediaan pada tahun 2016 ini ditargetkan 85,6 dan terealisasi 75,08 atau 87,71%, meskipun pencapaian kinerjanya belum mencapai 100% tetapi pencapaian kinerjanya sudah tergolong tinggi yaitu mencapai 87,71%.

Untuk mengetahui perkembangan skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan selama lima tahun terakhir di Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(30)

Tabel 14. Pola Pangan Harapan (PPH Ketersediaan) di Provinsi Lampung 2012 – 2016

Kelompok Pangan Skor Maks

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

2012 2013 2014 2015 2016

Padi-Padian Umbi-Umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji

Berminyak

Kacang-Kacangan Gula

Sayur dan Buah Lain-Lain 25 2,5 24 5 1 10 2,5 30 - 25 2,5 7,08 5,0 0 1,55 2,5 30,0 - 25 1,97 10,06 2,36 - 1,97 2,5 30 - 25 2,00 9,87 2,82 - 1,72 2,50 30,00 - 25 1,65 9,40 1,03 - 0,73 2,50 30.00 - 25 1,0 10,7 3,2 1,0 1,6 2,5 30,0 -

T O T A L 100 73,63 73,86 73,92 70,31 75,08

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Daerah Prov. Lampung

Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah prov. Lampung

Gambar2. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016

Jika dilihat dari tabel diatas menunjukkkan bahwa PPH ketersediaan di Provinsi Lampung sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan, hanya saja pada Tahun 2015 mengalami penurunan hal ini dikarenakan ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan ketersediaannya sehingga masih dibawah skor maksimal, untuk komoditi padi-padian, gula, sayur dan buah ketersediaannnya sudah melebihi dari skor maksimal, sementara untuk kelompok pangan umbi-umbian, hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, dan kacang-kacangan ketersediaannya masih di bawah skor maksimal yang menyebabkan skor PPH ketersediaan di Provinsi Lampung belum ideal yang menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/berimbang. Dan pada tahun 2016 skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan mengalami peningkatan yaitu 75,08, meskipun mengalami peningkatan di

73,63 73,86 73,92

70,31 75,08 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

SKOR PPH KETERSEDIAAN


(31)

tahun 2016 ini, tapi PPH ketersediaan menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100.

Sementara jika dilihat dari surplus atau minus ketersediaan bahan pangan selama lima tahun terakhir di provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 15. Surplus/Minus Bahan Makanan Provinsi Lampung Th. 2012 – 2016

No

. Komoditas

Surplus (+)/Minus (-) (ton)

2012 2013 2014 2015 2016

I 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Pangan Nabati Beras Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sayur Buah Minyak Goreng Gula Pasir 889.523 1.508.442 -87.733 1.671 -2.796 6.810.249 11.125 -340.047 1.230.602 49.240 650.819 952.622 1.506.991 -91.857 1.442 -3.469 6.752.862 8.367 -360.415 1.609.894 -48.954 722.018 780.725 1.557.589 -85.814 274 -77 8.122.537 19.889 -444.243 1.481.576 -63.528 628.267 873.967 1.509.246 -80.588 7.257 -9 6.657.508 14.042 - 20.764.046 - - 1.020.287 1.315.733 - 87.702 2.440 - 1 6.101.486 1.337 - - 16.613 531.241 II. 1. 2. 3. 4. Pangan Hewani Daging Telur Susu Ikan -4.528 87.443 -341.961 248.798 19.134 98.106 -350.308 491.323 5.927 3.176 -362.463 367.435 - -15.943 - 7.913 6.897 2.231 - 362.707 - Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

Data Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung telah cukup, dicerminkan dengan tersedianya energi dan protein yang telah melebihi standar yang ditetapkan melalui Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). Sebagai gambaran ketersediaan bahan pangan Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 16. Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016.

No. Uraian Standar WNPG Tahun 2012 (ATAP 2011) Tahun 2013 (ATAP 2012) Tahun 2014 (ATAP 2013) Tahun 2015 (ATAP 2014) Tahun 2016 (ATAP 2015 1 Energi

(kal/kap/hr) 2.200 2.870,04 2.911,84 2.987,84 2.735,29 2.819

a. Nabati 2.791,68 2.800,13 2.877,91 2.630,63 2.686

b. Hewani 78,36 111,71 109,93 104,66 133

2

Protein

(gram/kap/hr) 57 58,31 68,23 55,90 67,93 68,67

a. Nabati 49,36 55,47 43,57 55,65 51,82

b. Hewani 8,95 12,76 12,33 12,28 16,85


(32)

Gambar 3. Ketersediaan Energi dilihat dari Sumbernya tahun 2012 - 2016

Gambar 4. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya Tahun 2012 – 2016

Dalam upaya pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah melakukan penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM).Tabel Neraca Bahan Makanan ini menyajikan gambaran menyeluruh tentang pola penyediaan pangan di suatu wilayah dalam periode tertentu. Neraca Bahan Makanan (NBM) digunakan sebagai salah satu bahan dalam menyusun kebijakan ketersediaan pangan, maka NBM harus disusun secara lengkap, tepat waktu dan berkelanjutan dari suatu periode ke periode berikutnya. Tabel NBM ini dapat digunakan untuk mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan, komposisi atau pola ketersediaan energi atau zat gizi lainnya. Selain itu juga digunakan sebagai acuan dalam

- 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Tahun 2015

Tahun 2016 78,36 111,71 109,93

104,66 133,00 2.791,68 2.800,13 2.877,91

2.630,63 2.686,00 2.870,04 2.911,84 2.987,84

2.735,29 2.819,00

Sumber Hew ani Sumber Nabati Total Energi

0 10 20 30 40 50 60 70

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 8,95

12,76 12,33 12,28

16,85 51,19

49,36

55,47

43,57

51,82 66,41

58,31

68,23

55,9

68,67

Sumber Hew ani Sumber Nabati Total Protein


(33)

perencanaan produksi/pegadaan pangan serta sebagai bahan dalam penetapan kebijakan pangan dan gizi.

Pada tahun 2016 ini ditargetkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan sebesar 85,6 tetapi dari hasil penyusunan NBM ternyata PPH ketersediaan di Provinsi Lampung baru mencapai 75,08, masih lebih rendah dari yang di inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100. Dari hasil penghitungan ketersediaan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukan bahwa ketersediaan pangan di provinsi Lampung masih di dominasi oleh kelompok pangan padi-padian (66,54%), kelompok gula (7,96%), kelompok sayur/buahan (10,97%), pangan hewani (4,55%), minyak dan lemak (5,51%), kelompok umbi-umbian (1,73%), serta diikuti kelompok kacang-kacangan dengan kontribusi energi sebesar 0,69%.

Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut belum seluruhnya mencapai skor maksimum,. Sedangkan kelompok pangan yang memiliki skor dibawah skor maksimal PPH yaitu kelompok umbi-umbian sebesar 1,0 (skor maksimal 2,5), kelompok pangan hewani sebesar 10,7 (skor maksimal 24) kelompok kacang-kacangan sebesar 1,6 (skor maksimal 10) dan kelompok minyak dan lemak sebesar 3,2 (skor maksimal 5). Hal ini mengakibatkan tidak seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang dipersyaratkan. Sedangkan kelompok bahan pangan yang melebihi skor maksimal akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang. Untuk pemenuhan ketersediaan energi, protein dan lemak yang berimbang, maka untuk komoditas yang produksinya masih rendah (kelompok umbi-umbian, kacang-kacangan,kelompok pangan hewani, kelompok minyak dan lemak) agar dilakukan peningkatan produksi dengan memanfaatkan potensi lahan yang tersedia, sementara kelebihan ketersediaan untuk beberapa komoditas pangan di Provinsi Lampung seperti beras dan ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai aset provinsi untuk di eksport guna meningkatkan pendapatan daerah.

Salah sat u cara unt uk menget ahui t ingkat ket ahanan pangan adalah dengan mengukur rasio ket ersediaan dengan konsumsi pangan. Rasio pangan ini berguna sebagai masukan bagi pemangku kepent ingan unt uk memperbaiki dan meningkat kan penyediaan pangan dalam rangka mew ujudkan ket ahanan pangan Provinsi Lampung. Unt uk melihat kecukupan ket ersediaan dan konsumsi, dilakukan perbandingan antara ket ersediaan dan konsumsi akt ual dengan angka kecukupan ket ersediaan dan konsumsi dalam bent uk energi dan

prot ein. Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata individu memperoleh

bahan pangan. Pada tahun 2016 ini angka kecukupan energi tingkat ketersediaan di targetkan 2.400 Kkal/kapita/hari, dari hasil penyusunan neraca bahan makanan Provinsi Lampung tahun 2016 angka kecukupan energi tingkat ketersediaan mencapai 2.819


(34)

Kkal/kapita/hari (117,45% dari target angka kecukupan energi di tingkat ketersediaan sebesar 2.400 Kkal/kapita/hari). Dari total ketersediaan energi, sumbangan terbesar berasal dari pangan nabati yaitu sebesar 2.686 kkal/kapita/hari atau 95,28% dan sisanya 4,72% yang berasal dari pangan hewani. Secara rinci sumber energi dari kelompok pangan tersebut sebagai berikut :

Tabel17. Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya

Sumber Pangan Ketersediaan energi Ketersediaan Protein

Kkal/kapita/hari % Gram/kap/hari %

Nabati 2.686 95,28 51,82 75,46

Hewani 133 4,72 16,85 24,54

Total 2.819 100 68,67 100

Sumber : Data NBM Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2016

Gambar 5. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2016

Gambar 6. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2016

NABATI; 95,28% HEWANI;

4,72%

KETERSEDIAAN ENERGI

75,46% 24,54%

Ketersediaan Protein


(35)

Total ketersediaan protein adalah sebesar 68,67 gram/kapita/hari atau lebih besar 9 % dari angka yang dianjurkan yakni 63 gram/kapita/hari. Jika dilihat sumbangannya menurut masing-masing kelompok pangan, ketersediaan energi, protein dan lemak masih di dominasi kelompok padi-padian yaitu sebesar 1.876 kkal/kapita/hari atau 66,55%, kemudian diikuti kelompok buah-buahan 10,03%, gula 7,95%, makanan berpati 1,74%, daging 1,06%, minyak dan lemak 5,36%, ikan 2,66%, sayuran 0,99%, telur 0,92%, dan buah/biji berminyak 2,69%. Sedangkan yang memberi sumbangan yang paling kecil adalah kelompok susu dengan ketersediaan energi yang hanya mencapai 1% per 1000 kkal/kapita/hari. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 7. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2016

Berdasarkan penghitungan ketersediaan pangan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan tahun 2016 didapatkan Pola Pangan Harapan (PPH) Provinsi Lampung menurut kelompok pangan sebagai berikut :

Tabel 18. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung berdasarkan NBM Th. 2016

Kelompok Pangan

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Kalori % %

AKE*) Bobot

Skor Aktual Skor AKE Skor Maks Skor PPH

Padi-padian 1.876 66,54 78,2 0,50 33,27 39,09 25,00 25,00

Umbi-umbian 49 1,73 2,0 0,50 0,87 1,02 2,50 1,0

Pangan Hewani 128 4,55 5,4 2,00 9,11 10,70 24,00 10,7

Minyak &Lemak 155 5,51 6,5 0,50 2,75 3,23 5,00 3,2

Buah/Biji

Berminyak 58 2,04 2,4 0,50 1,02 1,20 1,00 1,0

Kacang-kacangan 20 0,69 0,8 2,00 1,39 1,63 10,00 1,6

Gula 224 7,96 9,3 0,50 3,98 4,67 2,50 2,50

Sayur dan Buah 309 10,97 12,9 5,00 54,85 64,44 30,00 30,00

Lain-lain - - - -

Total 2.819 100 117,5 107,24 125,98 100 75,08

Padi-Padian ; 66,55% Buah-Buahan

; 10,03% Gula 7,95%

M inyak dan Lemak 5,36%

Ikan 2,66% M akanan Berpati

1,74%

Daging 1,06%

Sayuran 0,99% Telur 0,92%

% KONTRIBUSI KELOM POK PANGAN

Padi-Padian 66,55% Buah-Buahan 10,03% Gula 7,95%

M inyak dan Lemak 5,36% Buah/ Biji Beminyak 2,69% Ikan 2,66%

M akanan Berpati 1,74% Daging 1,06%

Sayuran 0,99% Telur 0,92%


(36)

Gambar 8. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH menurut Kelompok Pangan

Bila dilihat dari persentase AKE bahwa situasi ketersediaan pangan berdasarkan pola pangan harapan (Kualitas) di Provinsi Lampung pada tahun 2016 memiliki ketersediaan energi sebesar 2.819 kkal/kapita/hari atau lebih 17,45% dari angka kecukupan gizi (2.400 kkal/kapita/hari) dengan skor PPH 75,08 yang menyatakan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100. Meskipun ketersediaan energi berdasarkan Neraca Bahan Makanan (Kuantitas) telah mencapai 2.819 kkal/kapita/hari atau surplus sebesar 17,45% dari angka kecukupan gizi (2.400 kkal/kapita/hari) namun secara kualitas (skor PPH 75,08) belum ideal. Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena :

1. Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut belum seluruhnya mencapai skor maksimal hal ini berakibat tidak seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang dipersyaratkan

2. Kelompok pangan yang terlalu melebihi skor maksimal akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang

3. Penyebab belum idealnya kualitas ketersediaan pangan ini juga disebabkan pada beberapa kelompok pangan masih dibawah skor maksimal, yaitu pangan hewani (4,55%), minyak dan lemak (5,51%), kelompok umbi-umbian (1,73%), serta diikuti kelompok kacang-kacangan dengan kontribusi energi sebesar 0,69%. Kondisi ini dikarenakan produksi untuk masing-masing kelompok pangan tersebut relatif masih rendah.

Ketersediaan Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap 2015) menunjukkan bahwa ketersediaan yang mengalami surplus antara lain : beras surplus 1.020.287 ton, Jagung surplus 1.315.733 ton, Kacang Tanah surplus 2.440 ton, Ubi

Skor M aksimum 0,00

10,00 20,00 30,00

25,00

2,50 24,00

5,00 1,00

10,00 2,50

30,00

0,00 25,00

1,00 10,70

3,20

1,00 1,60 2,50 30,00

0,00 Skor M aksimum Skor PPH


(37)

Kayu surplus 6.101.486 ton, Ubi Jalar surplus 1.337 ton, cabe merah 4.122, daging sapi 6.897 ton, daging ayam ras dan buras 7.157 ton, telur 2.231 ton, gula pasir 531.241 ton, dan minyak goreng 16.613 ton, sedangkan untuk komoditas kedelai, kacang hijau, bawang merah, dan susu ketersediaannya mengalami kekurangan/minus. Untuk kedelai minus 87.702 ton, kacang hijau minus 1 ton, bawang merah minus 315. 220 ton, dan susu minus 362.707 ton. Data lengkap ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung tahun 2016 (atap 2015) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(38)

Tabel 19. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap Tahun 2015)

No. Komoditas Produksi (Ton)

Benih/Pakan/Tercecer

Ketersediaan (Ton)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Konsumsi/kapita (Kg/Kap/Th)

Total Konsumsi

(Ton) Surplus/Minus

Ketersediaan /Konsumsi

(%)

Skor

% (Ton)

Padi 3.641.895 7,3 265.858 3.376.037

1. Beras 2.133.655 3,3 70.411 2.063.245 9.890.538 105,45 1.042.957 1.020.287 197,83 1

2. Jagung 1.502.800 11 165.308 1.337.492 9.890.538 2,20 21.759 1.315.733 6.146,79 1

3. Kedelai 9.815 5 491 9.324 9.890.538 9,81 97.026 - 87.702 9,61 4

4. Kacang Tanah 4.963 5 248 4.715 9.890.538 0,23 2.275 2.440 207,26 1

5. Kacang Hijau 2.445 7 171 2.274 9.890.538 0,23 2.275 - 1 99,96 3

6. Ubi Kayu 7.387.084 15 1.108.063 6.279.021 9.890.538 17,95 177.535 6.101.486 3.537 1

7. Ubi Jalar 28.494 12 3.419 25.075 9.890.538 2,40 23.737 1.337 105,63 1

8. Bawang Merah 1.987 1.987 9.890.538 33,18 317.207 - 315.220 0,63 4

Cabe Merah 31.273 31.273 9.890.538 2,84 27.151 4.122 115,18 1

9. Daging Sapi 12.337 12.337 9.890.538 0,55 5.440 6.897 226,79 1

10. Daging ayam ras dan buras

57.203 57.203 9.890.538 5,06 50.046 7.157 114,30 1

Susu 78,19 78 9.890.538 36,68 362.785 - 362.707 0,02 4

11. Telur (ayam,itik) 79.377 79.377 9.890.538 7,80 77.146 2.231 102,89 1

Gula Pasir 723.711 723.711 9.890.538 19,46 192.470 531.241 376,01 1

12. Minyak Goreng 129.167 129.167 9.890.538 11,38 112.554 16.613 114,76 1

Keterangan : Skor 1 : Surplus (rasio > 114%)

Skor 2 : Swasembada ( rasio 100 – 114%) Skor 3 : Cukup (rasio 95 – 100%)


(39)

Jika dibandingkan dengan tahun 2015, pencapaian skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan pada tahun 2016 mengalami peningkatan, pada tahun 2015 skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan mencapai 70,31 dan pada tahun 2016 naik menjadi 75,08. Hal ini dikarenakan persentase kontribusi kelompok pangan ada yang mengalami peningkatan seperti kelompok pangan umbi-umbian, kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, dan kelompok kacang-kacangan.

Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan juga di bandingkan dengan target di renstra dan target nasional jauh lebih rendah target renstra dan nasional pada tahun 2016 sebesar 85,6, sedangkan pencapaian di tahun 2016 baru 75,08 atau baru mencapai 87,71% dari target renstra dan nasional

Ada beberapa masalah dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, antara lain :

1. Ketersediaan pangan sangat fluktuatif dari tahun ketahun sehingga untuk mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan pangan perlu adanya program dan kegiatan yang mendukung tercapainya ketersediaan pangan suatu wilayah.

Solusi

1. Untuk menghadapi ketersediaan pangan yang sangat fluktuatif kiranya perlu dilakukan penekanan laju pertumbuhan penduduk, penekanan laju alih fungsi lahan, serta penekanan tingkat konsumsi yang melebihi standar

2. Ketersediaan pangan di Lampung yang masih rendah perlu ditingkatkan melalui peningkatan produksi dan produktivitas dengan memanfaatkan potensi wilayah 3. Penguatan distribusi pangan karena pergerakan komoditas sangat mobile dan di

Provinsi Lampung masih terdapat beberapa komoditas yang sangat tergantung pasokan dari luar


(40)

PERSENTASE PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK RAWAN PANGAN (% )

Realisasi pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan, sebagai berikut :

Tabel 20. Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Persentase Menurunnya Jumlah Penduduk Rawan Pangan

No Indikator Kinerja Capaian 2015

Tahun 2016 Target

Akhir Renstra Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%)

Target Capaian %

1. Persentase

Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%)

0,68 1 0,43 43 1% 43

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa target indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1% hanya bisa dicapai 0,43% atau terealisasi 43%. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran menurunnya jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1% tidak tercapai. Berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010, indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan menunjukkan capaian sangat

rendah,

Dalam pencapaian target penurunan jumlah penduduk rawan pangan 1% ini sulit untuk tercapai karena kemiskinan terdiri dari banyak faktor yang mempengaruhi dan harus diselesaikan secara lintas sektoral. kemiskinan berhubungan erat dengan kerawanan pangan yang ditinjau dalam dua dimensi:

a. Kedalaman dengan kategori ringan, sedang, dan berat

b. Jangka waktu/periode kejadian dengan kategori kronis untuk jangka panjang dan transien untuk jangka pendek/fluktuasi

Selain itu kemiskinan juga berhubungan erat dengan tingkat pengangguran, karena terkait dengan pendapatan penduduk (faktor ekonomi) dan daya beli masyarakat. Berdasarkan tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah penduduk dan jumlah penduduk miskin sejak tahun 2011 – 2016 cenderung turun :

Tabel 21. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016

Tahun Jumlah Penduduk Miskin ( Ribu Jiwa) Persentase Penduduk Miskin

Kota Desa Jumlah Kota Desa Jumlah

2012 (Maret) 2012 ( Sept) 2013 (Maret) 2013 (Sept) 241,10 240,11 235,47 224,81 1.023,39 990,05 939,88 919,95 1.264,48 1.230,16 1.175,35 1.144,76 12,00 11,88 11,59 10,89 17,63 16,96 15,99 15,62 16,18 15,65 14,86 14,39


(41)

2014 (Maret) 2014 (Sept) 2015 (Maret) 2015 (Sept) 2016 (Maret) 2016 (Sept) 230,63 224,21 233,27 197,94 233,39 227,44 912,28 919,73 930,22 902,74 936.21 912,34 1.142,92 1.143,93 1.163,49 1.100,68 1.169,60 1.139,78 11,08 10,68 10,94 9,25 10,53 10,15 15,41 15,46 15,56 15,05 15,69 15,24 14,28 14,21 14,35 13,53 14,29 13,86

Sumber Data : BPS Provinsi Lampung

Gambar 9. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Th. 2012 - 2016

Berdasarkan penyebaran penduduk miskin tahun 2012 - 2016, bahwa jumlah penduduk miskin di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan. Pada tahun 2016 penurunan penduduk miskin sebesar 0,43% sementara target nasional dan target Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Pada tahun 2016 dalam penurunan penduduk rawan pangan yaitu 1%, hal ini berarti bahwa kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung tahun 2016 dalam menurunkan jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1% per tahun tidak mencapai target, sementara kalau dilihat dari rata-rata penurunan penduduk rawan pangan selama lima tahun yaitu 1,08% menunjukkan bahwa kinerja Badan ketahanan Pangan Provinsi Lampung selama lima tahun telah melebihi target dalam upaya penurunan penduduk rawan pangan.

Tabel 22. Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2012 - 2016

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

Target Nasional 1% 1% 1% 1% 1%

Target Renstra 1% 1% 1% 1% 1%

Realisasi Capaian Kinerja 0,92% 1,26% 0,18% 0,68% 0,43%

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 11,88

10,89 10,68

9,25

10,15 16,96

15,62 15,46

15,05 15,24 15,65

14,39 14,21

13,53 13,86

Kota Desa Jumlah


(42)

Gambar 10. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan Pangan

Kegiatan yang di kelola oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam rangka mewujudkan penurunan penduduk rawan pangan yaitu :

a. Pengembangan desa mandiri pangan b. Analisa dan pemantauan SKPG dan PDRP c. Pengembangan cadangan pangan pemerintah d. Pengembangan lumbung pangan masyarakat

e. Analisa dan penyusunan peta ketahanan dan kerentanan pangan. f. Akses Pangan

g. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan

Pada tahun 2016 ini pengembangan desa mandiri pangan selain dilakukan pemantauan dan pembinaan di 97 desa mandiri pangan juga dilakukan pembinaan dan pemantauan di 6 kawasan mandiri pangan.evaluasi dari hasil pemantaun dan pembinaan, dampak dari kegiatan pengembangan desa mandiri pangan, antara lain :

• meningkatkan kelembagaan khususnya Kelompok Afinitas dan Lembaga Keuangan Desa (LKD) namun masih kurang untuk Tim Pendamping Desa (TPD)

• Menurunkan tingkat kemiskinan

• Menurunkan kerawanan pangan

• Meningkatkan tahan pangan

• Meningkatkan pola pikir

Pada tahun 2016 ini ada 6 kawasan desa mandiri pangan tahap pengembangan yang tersebar di 6 kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Way Kanan, Tanggamus, Lampung Utara, Tulang Bawang, dan Lampung Barat. Dari Hasil pembinaan dan pemantauan untuk kegiatan kawasan mandiri pangan ini dampaknya belum terlihat

0,92%

1,26%

0,18%

0,68%

0,43%

1% 1% 1% 1% 1%

0,00% 0,20% 0,40% 0,60% 0,80% 1,00% 1,20% 1,40%

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

Realisasi Kinerja Target Renstra Target Nasional


(43)

karena rata-rata pemberian bantuan modal dari anggaran APBN ke kawasan desa mandiri pangan untuk usaha kelompok belum menunjukkan perubahan yang signifikan, pada umumnya dana tersebut untuk usaha pertanian, seperti menanam bawang merah, jahe, memelihara ikan dsb.

Berdasarkan analisa Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) situasi pangan dan Gizi di Provinsi Lampung dalam kondisi rawan, dengan faktor penyebab dominan yaitu indikator ketersediaan, dari 15 Kabupaten tidak ada satupun dalam kondisi aman, untuk faktor ketersediaan pangan dalam kondisi waspada yaitu Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Timur, Lampung Tengah, Pesawaran, Pringsewu, Mesuji, dan Tulang Bawang Barat, sementara Kabupaten yang dalam kondisi rawan yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan Metro. Dari hasil analisa SKPG rasio ketersediaan terhadap konsumsi mormatif serealia dan umbi umbian di provinsi Lampung memiliki rasio ketersediaan pangan yang baik, hanya di Kota Metro dan Kota Bandar Lampung. Sedangkan akses terhadap pangan, Provinsi Lampung masih dikategorikan aman, dari 15 Kabupaten tiadak ada yang posisi rawan, untuk akses pangan di Provinsi Lampung dalam kondisi aman dan waspada. Sementara untuk indikator pemanfaatan pangan di Provinsi Lampung masih relatif aman, hanya Kabupaten Tanggamus dan Bandar Lampung yang kondisi rawan untuk pemanfaatan pangannya. Jika dilihat secara keseluruhan dari ketiga indikator (Komposit) yang dalam kondisi aman hanyalah Kabupaten Pringsewu, kondisi waspada yaitu Kabupaten Lampung Barat, Lampung Timur, Lampung Tengah, Pesawaran, Mesuji dan Tulang Bawang Barat, sementara Kabupaten yang rawan jika dilihat dari ke tiga indikator tersebut yaitu Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan Metro.

Dari hasil penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan (FSVA) di 2.632 desa di bagi dalam 4 kelompok prioritas, yaitu : 130 desa/pekon pada prioritas 1, 358 desa/pekon pada prioritas 2, 719 desa/pekon prioritas 3, 1.425 desa/pekon prioritas 4. Faktor yang menyebabkan desa/pekon tersebut menjadi rawan terhadap kerentanan pangan disebabkan oleh :

a. Tingginya rasio rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah rata-rata 0,2004. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 2 – 4 rumah tangga dari 10 rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.

b. Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar dengan rata-rata data rasio sebesar 0,0831 hal ini diasumsikan bahwa terdapat 7 – 8 rumah tangga dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki sanitasi yang baik.


(44)

c. Tingginya Rumah Tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dengan rata-rata 0,0369. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 – 4 rumah tangga dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki akses ke air bersih.

d. Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dengan rata-rata 0,2450. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 – 4 rumah tangga dari 10 rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.

Pada tahun 2016 kegiatan cadangan pangan tidak direalisasikan karena adanya surat dari bulog Nomor 384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang perjanjian pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi adanya kenaikan harga berdasarkan keputusan direksi perum bulog no. KD-199/DK000/07/2015 ditetapkan sebesar Rp. 8.790/kg, dan kita diharuskan melakukan penyesuaian harga terhadap stock milik Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung yang di titipkan di gudang Bulog sebagai kompensasi terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Pada tahun 2016 ini kegiatan cadangan pangan pemerintah daerah tidak direalisasikan karena adanya surat dari bulog nomor : 384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang perjanjian pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi adanya kenaikan harga berdasarkan keputusan direksi perum bulog No. KD-199/DK000/07/2015 ditetapkan sebesar Rp. 8.790/kg, dan kita diharuskan melakukan penyesuaian harga terhadap stok milik Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung yang dititipkan di gudang bulog sebagai kompensasi terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Dengan adanya surat tersebut Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tidak merealisasikan pengadaan cadangan pangan pemerintah yang akan dititipkan ke bulog, karena belum ditemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan surat penyesuaian harga tersebut terhadap stok cadangan pangan pemerintah yang sudah dititipkan di bulog. Sehingga pada APBD-P tahun 2016 kegiatan cadangan pangan anggarannya diubah.

Dalam rangka pengembangan cadangan pangan, selain melalui cadangan pangan pemerintah diupayakan juga dari cadangan pangan yang ada di masyarakat yaitu lumbung pangan masyarakat. Berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan menyatakan bahwa ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Peranan lumbung pangan di masa lalu lebih bersifat sosial dan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di musim paceklik.

Peranan lumbung ini pernah diupayakan untuk digantikan oleh kelembagaan alternatif dengan mengintegrasikan seluruh lembaga sosial pedesaan dalam suatu organisasi modern. Namun kelembagaan alternatif tersebut ternyata mengalami kegagalan dan


(1)

M ENGENALKAN M AKANAN B2SA KEPADA ANAK –ANAK SD

INSPEKSI LAPANG DAN PENGAM BILAN CONTOH UNTUK PENERBITAN SERTIFIKASI PRIM A 3 KOM ODITAS JERUK DI LAM PUNG SELATAN


(2)

INSPEKSI LAPANG DAN PENGAM BILAN CONTOH UNTUK PENERBITAN SERTIFIKASI HEALTH CERTIFICATE ( HC ) PALA


(3)

KELOM POK BUDIDAYA IKAN TAWAR DI KAWASAN M ANDIRI PANGAN


(4)

Pemusnahan buah yang positif formalin oleh managemen swalayan

PENYERAHAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA (APN) TK. PROVINSI LAM PUNG TAHUN 2016 PADA SAAT PERINGATAN HPS KE 36


(5)

PENYERAHAN HADIAH PEM ENANG LOM BA KUDAPAN BERBAHAN SINGKONG


(6)

PEM BINAAN KE KELOM POK LUM BUNG