SE 27 PJ 2015 Pemeriksaan oleh Petugas Pemeriksa Pajak

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Yth. 1. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak
2. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak;
3. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;
4. Para Kepala Kantor Pelayanan;
di seluruh Indonesia
SURAT EDARAN
NOMOR SE - 27/PJ/2015
TENTANG
PEMERIKSAAN OLEH PETUGAS PEMERIKSA PAJAK
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
A. Umum
Sehubungan dengan adanya kewenangan untuk melaksanakan pemeriksaan oleh selain
Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor
206.2/PMK.01/2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, dipandang perlu dibuat petunjuk pelaksanaan
pemeriksaan oleh Petugas Pemeriksa Pajak sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri
Keuangan tersebut.
B. Maksud dan Tujuan
1. Surat Edaran ini dimaksudkan untuk dijadikan sebagai acuan bagi Kepala KPP

dalam melakukan penunjukan, pengalokasian, pelaksanaan, dan pengawasan
pemeriksaan oleh Petugas Pemeriksa Pajak.
2. Surat Edaran ini disusun dengan tujuan menciptakan tertib administrasi dalam
penunjukan, pengalokasian, pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan
pemeriksaan oleh Petugas Pemeriksa Pajak.

C. Ruang Lingkup
Surat Edaran ini mencakup beberapa hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

kebijakan umum;
penunjukan Petugas Pemeriksa Pajak;
susunan keanggotaan tim Petugas Pemeriksa Pajak;
penugasan pemeriksaan;

Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.


5.
6.
7.
8.

jangka waktu pemeriksaan;
pos yang dilakukan pemeriksaan;
teknik pemeriksaan yang dilakukan; dan
ketentuan lainnya.

D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2009;
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara
Pemeriksaan; dan
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instasi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak;

E. Materi

1. Kebijakan Umum
a. Petugas Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak, selain Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak, yang
ditunjuk oleh Kepala Kantor, yang diberi tugas, wewenang dan tanggung
jawab oleh Direktur Jenderal Pajak untuk melaksanakan pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009 (Undang-Undang KUP).
b. Petugas Pemeriksa Pajak berkedudukan di Kantor Pelayanan Pajak.
c. Petugas Pemeriksa Pajak diberikan kewenangan untuk melaksanakan
pemeriksaan dengan ruang lingkup, jenis dan kriteria pemeriksaan tertentu.
d. Kebijakan penetapan jenis dan kriteria pemeriksaan harus memperhatikan
metode kerja dan proses bisnis dari masing-masing seksi yang menjalankan
fungsi pemeriksaan/verifikasi yang akan melakukan pemeriksaan sesuai
dengan tugas dan fungsinya sehingga dapat berjalan efektif dan menghasilkan
output yang maksimal dengan memperhatikan Peraturan Menteri Keuangan
nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal DJP.


2. Penunjukan Petugas Pemeriksa Pajak
a. Kepala Kantor diberikan kewenangan untuk menunjuk Petugas Pemeriksa Pajak.
b. Penunjukan Petugas Pemeriksa Pajak dilakukan dengan menerbitkan surat
Keputusan Kepala Kantor tentang Penunjukan Petugas Pemeriksa Pajak dengan
menggunakan formulir sebagaimana contoh pada Lampiran 1 Surat Edaran ini.
c. Petugas Pemeriksa Pajak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) pendidikan formal serendah-rendahnya:
a) Diploma III di bidang akuntansi/perpajakan/PBB/penilai atau Diploma III
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.

lainnya yang telah lulus diklat teknis dasar perpajakan;
b) SMA atau sederajat, dalam hal sebagai berikut:
i. diangkat sebagai Account Representative (AR); atau
ii. ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan sebagai berikut:




pemberian NPWP secara jabatan;
penghapusan NPWP; dan/atau

pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak;

2) nilai kinerja pegawai 2 (dua) tahun terakhir minimal baik; dan
3) diutamakan pegawai yang:
a) telah mengikuti diklat setingkat pemeriksaan dasar;
b) telah mengikuti On the Job Training (OJT) pemeriksaan pajak;
c) memiliki pengalaman melakukan pemeriksaan pajak; atau
d) memiliki keahlian/pengetahuan khusus pada bidang tertentu yang
berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan.
d. Petugas Pemeriksa Pajak terdiri dari:
1) Kepala Seksi Pemeriksaan dan pelaksana di seksi Pemeriksaan;
2) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi dan AR di seksi Pengawasan dan
Konsultasi yang mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak; dan
3) Kepala Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan dan pelaksana di seksi
Ekstensifikasi dan Penyuluhan.
e. Pegawai tersebut tidak sedang menjalani hukuman disiplin terkait dengan aspek
integritas yaitu permintaan dan/atau penerimaan gratifikasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

f. Terhadap pegawai yang ditunjuk menjadi Petugas Pemeriksa Pajak, diberikan
Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak.
3. Susunan Keanggotaan Tim Petugas Pemeriksa Pajak
a. Pemeriksaan dilakukan oleh Tim Petugas Pemeriksa Pajak yang terdiri dari
seorang supervisor, seorang ketua tim dan seorang atau lebih anggota tim dan
dalam keadaan tertentu ketua tim dapat merangkap sebagai anggota tim.
b. Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam huruf a antara lain:
1) Pemeriksaan yang dilakukan oleh Petugas Pemeriksa Pajak yang berada
diseksi Pengawasan dan Konsultasi yang mempunyai tugas melakukan
pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;
2) Pemeriksaan yang dilakukan oleh Petugas Pemeriksa Pajak yang berada
diseksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan;
c. Susunan keanggotaan sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat dikombinasikan
dengan Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak.
d. Penunjukan supervisor, ketua tim, dan anggota tim dilakukan oleh Kepala Kantor
dengan mempertimbangkan kompetensi dan pengalaman kerja.
4. Penugasan Pemeriksaan
a. Petugas Pemeriksa Pajak ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan sebagai
berikut:
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.


1) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
a) Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak orang pribadi atau badan dalam hal
terdapat data yang bersifat konkret antara lain:
i. hasil klarifikasi/konfirmasi Faktur Pajak;
ii. bukti pemotongan pajak penghasilan;
iii. keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang
KUP; atau
iv. data lain yang dapat digunakan untuk menghitung kewajiban
perpajakan yang tidak dilakukan verifikasi.
b) Pemeriksaan Rutin terhadap Wajib Pajak orang pribadi dalam hal Wajib
Pajak:
i. menggunakan norma perhitungan penghasilan neto;
ii. melakukan pekerjaan bebas (Wajib Pajak orang pribadi profesi) yang
menyelenggarakan pembukuan dengan peredaran bruto setinggitingginya Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah);
iii. tidak memiliki kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas;
iv. melakukan penyerahan kepada pemungut dengan nilai sekurangkurangnya 75% dari total penyerahan;
v. memenuhi persyaratan tertentu sesuai pasal 17D UU KUP baik yang

diterbitkan SKPPKP maupun yang tidak diterbitkan SKPPKP; atau
vi. mengajukan permohonan restitusi PPN dengan nilai penyerahan
setinggi-tingginya Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dalam
satu Masa Pajak.
c) Pemeriksaan Rutin terhadap Wajib Pajak badan dalam hal:
i. pemeriksaan dilakukan untuk menetapkan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak Lokasi;
ii. Wajib Pajak melakukan penyerahan kepada pemungut dengan nilai
sekurang-kurangnya 75% dari total penyerahan;
iii. Wajib Pajak memenuhi persyaratan tertentu sesuai pasal 17D UU
KUP baik yang diterbitkan SKPPKP maupun yang tidak diterbitkan
SKPPKP; atau
iv. Wajib Pajak mengajukan permohonan restitusi PPN dengan nilai
penyerahan setinggi-tingginya Rp4.200.000.000,00 (empat miliar dua
ratus juta rupiah) dalam satu Masa Pajak.
Pemeriksaan terhadap objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor P-3
atas Wajib Pajak yang tidak mengembalikan Surat Pemberitahuan Objek
Pajak (SPOP).
d) Pemeriksaan terhadap objek PBB sektor P-3 dilakukan sesuai dengan
ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor

256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan.
e) Pemeriksaan Bea Meterai terhadap Wajib Pajak yang mendapatkan izin
pelunasan Bea Meterai dengan sistem komputerisasi.
2) Pemeriksaan Tujuan Lain yang dilakukan di KPP.
b. Penugasan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) huruf a)
dilakukan oleh Petugas Pemeriksa Pajak yang berada di seksi Pemeriksaan
dan/atau seksi yang mempunyai tugas melakukan pengawasan Wajib Pajak.
c. Penugasan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) huruf b), c), d)
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.

dan e) dilakukan oleh Petugas Pemeriksa Pajak yang berada di seksi Pemeriksaan.
d. Penugasan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam angka 2) dilakukan oleh:
1) Petugas Pemeriksa Pajak yang berada di seksi Pemeriksaan; atau
2) Petugas Pemeriksa Pajak yang berada di seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan,
dalam hal pemeriksaan untuk:
a) Pemberian NPWP secara jabatan; dan
b) Pengukuhan dan pencabutan PKP secara jabatan;
5. Jangka Waktu Pemeriksaan
Jangka waktu pemeriksaan yang dilakukan oleh Petugas Pemeriksa Pajak terdiri dari:

a. Jangka waktu pengujian pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam angka 4 huruf
a angka 1) huruf a) dan e) paling lama 2 (dua) bulan dan jangka waktu
pembahasan paling lama 2 (dua) bulan.
b. Jangka waktu pengujian pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam angka 4 huruf
a angka 1) huruf b) dan c) paling lama 4 (empat) bulan dan jangka waktu
pembahasan paling lama 2 (dua) bulan.
c. Jangka waktu pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam angka 4 huruf a angka
2) sesuai dengan jangka waktu yang diatur dalam ketentuan tentang Tata Cara
Pemeriksaan yang berlaku.
d. Jangka waktu pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam angka 4 huruf aangka 1)
huruf d) sesuai dengan jangka waktu yang diatur dalam ketentuan tentang Tata
Cara Pemeriksaan PBB yang berlaku.
6. Pos yang Dilakukan Pemeriksaan
a. Pemeriksaan terhadap kewajiban PPh Badan atau PPh orang pribadi dilakukan
terhadap pos-pos sebagai berikut:
1) penghasilan bruto/peredaran usaha;
2) kredit pajak; dan
3) pos-pos lainnya tidak bersifat wajib, namun dapat dilakukan dalam hal
Petugas Pemeriksa Pajak memandang perlu untuk melakukan pengujian pos
dimaksud.

b. Pemeriksaan terhadap kewajiban PPN dilakukan terhadap pos-pos sebagai
berikut:
1) Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak; dan
2) pajak yang dapat diperhitungkan.
c. Pemeriksaan terhadap kewajiban pajak selain yang dimaksud pada angka 6 huruf
a dan b dilakukan terhadap pos-pos sebagai berikut:
1) objek pajak; dan
2) pajak yang dapat diperhitungkan.
d. Pemeriksaan Khusus dalam rangka menindaklanjuti data yang bersifat konkret
sebagaimana dimaksud pada angka 4 huruf a angka 1) huruf a) dilakukan hanya
terhadap pos yang terkait.
e. Atas pos-pos yang dilakukan pemeriksaan atau tidak dilakukan pemeriksaan
dituangkan dan dijelaskan dalam audit plan dan audit program.
7. Teknik Pemeriksaan yang Dilakukan
a. Pemeriksaan oleh Petugas Pemeriksa Pajak dilakukan dengan menerapkan teknikDisalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.

teknik pemeriksaan sebagai berikut:
1) pemanfaatan informasi internal dan eksternal Direktorat Jenderal Pajak;
2) pengujian keabsahan dokumen;
3) penelusuran angka-angka;
4) penelusuran bukti;
5) ekualisasi atau rekonsiliasi;
6) permintaan keterangan atau bukti;
7) konfirmasi;
8) pengujian kebenaran penghitungan matematis; dan/atau
9) wawancara.
b. Dalam hal dipandang perlu, Petugas Pemeriksa Pajak dapat memilih teknik
pemeriksaan lain sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai metode dan
teknik pemeriksaan yang berlaku.
8. Ketentuan Lainnya
a. Tata cara pemeriksaan yang dilakukan oleh Petugas Pemeriksa Pajak
dilakukan berdasarkan ketentuan tentang Tata Cara Pemeriksaan yang
berlaku.
b. Terhadap hal-hal lainnya yang terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan oleh
Petugas Pemeriksa Pajak yang tidak diatur dalam Surat Edaran ini, diatur
berdasarkan peraturan yang berlaku.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 April 2015
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
ttd.
SIGIT PRIADI PRAMUDITO
NIP 195909171987091001

Tembusan:
1. Para Tenaga Pengkaji di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak; dan
2. Kepala Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan.

Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.