Tanya Bisnis : Bagaimana Cara Mengendalikan Karyawan mpdf
SYNCORE - always deliver value
Tanya Bisnis : Bagaimana Cara Mengendalikan Karyawan
posted by admin on February 6, 2012
[Mbak Nur] : Saya memiliki bisnis yang saya warisi dari orang tua saya dua tahun yang lalu.
Rata-rata karyawan saya telah bekerja 10-20 tahun. Saat ini saya ingin membuat perubahan agar
bisnis keluarga saya ini bisa dikelola secara profesional. Tetapi masalahnya adalah para karyawan
agak sulit dikendalikan. Mereka selalu mendebat ide-ide saya, walaupun secara halus. Saya
merasa mereka kurang percaya dengan kemampuan saya dalam mengelola bisnis, dan mereka
merasa jauh lebih tahu. Instruksi saya, pun ketika mereka tidak membantah, hanya dikerjakan
setengah-setengah sehingga hasilnya pun tidak maksimal. Aturan-aturan yang saya tetapkan,
misalnya terkait aturan kepegawaian, sering dilanggar, dan saya juga tidak bisa memberikan
sanksi. Karena pihak-pihak yang melanggar adalah para pengawai senior, sehingga saya takut
sankis tersebut justru memperburuk keadaan. Saya merasa binggung saat ini, saya sangat yakin
bahwa perusahaan harus berubah karena tingkat persaingan dan tantangan kedepan bakal
tambah berat, tetapi karyawan saya sepertinya telah merasa nyaman dengan keadaan saat ini dan
menolak untuk berubah.
[SYNCORE Consulting] Mbak Nur, kami sangat bangga di usia yang masih muda tetapi mbak Nur
sudah memiliki tanggungjawab yang tidak kecil. Masalah yang dialami mbak Nur adalah masalah
klasik yang sering dialami perusahaan-perusahaan yang tengah menjalani perubahan menuju
perusahaan yang professional. Satu hal terpenting esensi pengendalian adalah mengarahkan
segenap karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan. Mengendalikan sangat berbeda dengan
menguasai. Contoh paling gampang untuk mengendalikan adalah seperti seorang pilot
mengendalikan pesawat. Ada satu saat pilot memacu pesawat ada satu saat pilot harus
memperlambat, membelokkan atau menurunkan pesawat. Jadi mengendalikan bukan mengekang,
tetapi memastikan bahwa setiap karyawan tahu tujuan perusahaan, member mereka ruang untuk
berkontribusi, selalu mengukur pencapaian dan memberikan support apabila terjadi masalah.
Menurut pengalaman kami untuk sukses melakukan transformasi untuk menjadikan organisasi
dikendalikan oleh system bukan dikendalikan oleh orang, ada beberapa tahapan yang harus
dilalui.
1. Goal Setting
Pemimpin harus memiliki visi yang jauh kedepan untuk membawa perusahaan bertahan dari
persaingan dan menjadi lebih baik dari kondisi saat ini. Perubahan adalah sesuatu yang harus
kita jalani, karena lingkungan terus berubah. Mempertahankan apa yang terbukti sukses di
masa lalu, bukan jaminan kita akan terus bertahan di bisnis, karena inovasi terus terjadi,
pemain baru berdatangan, teknologi berubah, tren social berubah dan selera konsumen pun
terus berubah. Sebuah tantangan sulit untuk berubah ketika keadaan baik-baik saja. Orang
akan bertanya apa alas an kita harus berubah. Untuk ini pemimpin harus merumuskan tujuan
(goals) dengan sangat jelas dan terperinci. Pemimpin harus meyakinkan orang-orang kunci di
perusahaan bahwa saat ini perusahaan perlu ada perubahan, dan perubahan itu dimaksudkan
untuk membawa perusahaan kearah lebih baik.
2. Target Setting
Setelah goals dirumuskan dan disepakati oleh orang-orang kunci, maka selanjutnya adalah
menentukan milestone (tahap pencapaian) dan target. Sebelum menentukan target perlu
dirumuskan dahulu indicator atau ukuran pencapaian hasil, yang seringkali kita kenal dengan
KPI (Key Performance Indicators). Ukuran pencapaian hasil ini sebisa mungkin tidak banyak,
untuk masing-masing bagian diberi target 2-5 KPI sudah cukup.
3. Strategi
Ketika target sudah disepakati maka masing-masing bagian harus dilibatkan dalam rencana
untuk mencapai target tersebut. Bagaimanapun orang-orang dilapangan lebih tahu bagaimana
cara mengerjakan dan mencapai sesuatu. Tetapi bagaimana kalau mereka ternyata tidak bisa
membuat rencana? Maka yang ada perlu memiliki seorang manajer. Beda antara seorang
manajer dengan staff, salah satunya adalah pada fungsi perencanaan. Banyak orang yang
mahir untuk mengerjakan sesuatu, tetapi sangat kesulitan dalam membuat rencana yang
matang sehingga orang lain bisa menjalankan pekerjaan tersebut hanya dengan membaca
rencana tersebut. Apabila masalahnya di sisi manajerial, maka perlu solusi-solusi khusus
untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk itu pimpinan masih harus terlibat penuh dalam
penyusunan strategi dan rencana ini untuk memastikan bahwa strategi dan rencana yang
dibuat memang tepat untuk meraih target yang telah ditetapkan.
4. Operasional
Apabila strategi dan rencana telah ditetapkan maka masalah berikutnya adalah di level
operasional. Pemimpin harus memiliki kepercayaan penuh terhadap anak buahnya, sehingga
untuk urusan operasional pemimpin harus memiliki kemampuan untuk delegasi. Ketika
rencana tidak bisa dijalankan dengan baik, maka biasanya ada 4 masalah, yaitu Instruksi/SOP,
SDM, System atau Budaya. Dengan kata lain apabila rencana tidak bisa dijalankan di
operasional kita harus bertanya apakah instruksi atau SOP kurang jelas, apakah SDM tidak
kompeten atau tidak berkomitmen, apakah system tidak tersedia atau system jadi penghambat
ataukah budaya organisasi tidak mendukung. Masing-masing masalah tersebut memiliki solusi
yang berbeda-beda.
5. Reward & Punishment
Selanjutnya apabila rencana telah dilaksanakan maka wajib ada evaluasi secara rutin.
Karyawan pada dasarnya akan senang kalau pekerjaannya diperhatikan, diberi penghargaan
kalau berhasil menjalankan tugasnya dan diberi bimbingan kalau ada hal yang belum benar.
Masalah terkait SDM biasanya terkait tiga tidak ,yaitu Tidak Tahu, Tidak Mampu dan Tidak
Mau. Kalau tidak tahu kita beri tahu atau kita berikan instruksi tertulis yang terperinci, kalau
tidak Mampu kita latih, tetapi kalau tidak mau satu-satunya jalan adalah kita tunjukkan pintu
untuk keluar.
Demikian mbak Nur jawaban yang bisa kita berikan secara singkat. Kami berharap mbak Nur
dengan team bisa melalui masa transisi ini dengan baik. Selalu ingat bahwa Nakhoda yang hebat
tidak lahir dari laut dan tenang, dan ketika kita tidak berlayar ke laut yang luas maka kita tidak
akan sampai kemana-mana.
Untuk pembaca yang ingin menanyakan masalah bisnisnya bisa dikirim ke
[email protected], semakin anda terperinci dalam memberikan latar belakang
masalah perusahaan anda, semakin mudah bagi kami untuk berbagi pengalaman dan
pengetahuan kami.
Sukses untuk entrepreneur Indonesia
Tags:
Permalink | Last updated on August 28, 2014
Tanya Bisnis : Bagaimana Cara Mengendalikan Karyawan
posted by admin on February 6, 2012
[Mbak Nur] : Saya memiliki bisnis yang saya warisi dari orang tua saya dua tahun yang lalu.
Rata-rata karyawan saya telah bekerja 10-20 tahun. Saat ini saya ingin membuat perubahan agar
bisnis keluarga saya ini bisa dikelola secara profesional. Tetapi masalahnya adalah para karyawan
agak sulit dikendalikan. Mereka selalu mendebat ide-ide saya, walaupun secara halus. Saya
merasa mereka kurang percaya dengan kemampuan saya dalam mengelola bisnis, dan mereka
merasa jauh lebih tahu. Instruksi saya, pun ketika mereka tidak membantah, hanya dikerjakan
setengah-setengah sehingga hasilnya pun tidak maksimal. Aturan-aturan yang saya tetapkan,
misalnya terkait aturan kepegawaian, sering dilanggar, dan saya juga tidak bisa memberikan
sanksi. Karena pihak-pihak yang melanggar adalah para pengawai senior, sehingga saya takut
sankis tersebut justru memperburuk keadaan. Saya merasa binggung saat ini, saya sangat yakin
bahwa perusahaan harus berubah karena tingkat persaingan dan tantangan kedepan bakal
tambah berat, tetapi karyawan saya sepertinya telah merasa nyaman dengan keadaan saat ini dan
menolak untuk berubah.
[SYNCORE Consulting] Mbak Nur, kami sangat bangga di usia yang masih muda tetapi mbak Nur
sudah memiliki tanggungjawab yang tidak kecil. Masalah yang dialami mbak Nur adalah masalah
klasik yang sering dialami perusahaan-perusahaan yang tengah menjalani perubahan menuju
perusahaan yang professional. Satu hal terpenting esensi pengendalian adalah mengarahkan
segenap karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan. Mengendalikan sangat berbeda dengan
menguasai. Contoh paling gampang untuk mengendalikan adalah seperti seorang pilot
mengendalikan pesawat. Ada satu saat pilot memacu pesawat ada satu saat pilot harus
memperlambat, membelokkan atau menurunkan pesawat. Jadi mengendalikan bukan mengekang,
tetapi memastikan bahwa setiap karyawan tahu tujuan perusahaan, member mereka ruang untuk
berkontribusi, selalu mengukur pencapaian dan memberikan support apabila terjadi masalah.
Menurut pengalaman kami untuk sukses melakukan transformasi untuk menjadikan organisasi
dikendalikan oleh system bukan dikendalikan oleh orang, ada beberapa tahapan yang harus
dilalui.
1. Goal Setting
Pemimpin harus memiliki visi yang jauh kedepan untuk membawa perusahaan bertahan dari
persaingan dan menjadi lebih baik dari kondisi saat ini. Perubahan adalah sesuatu yang harus
kita jalani, karena lingkungan terus berubah. Mempertahankan apa yang terbukti sukses di
masa lalu, bukan jaminan kita akan terus bertahan di bisnis, karena inovasi terus terjadi,
pemain baru berdatangan, teknologi berubah, tren social berubah dan selera konsumen pun
terus berubah. Sebuah tantangan sulit untuk berubah ketika keadaan baik-baik saja. Orang
akan bertanya apa alas an kita harus berubah. Untuk ini pemimpin harus merumuskan tujuan
(goals) dengan sangat jelas dan terperinci. Pemimpin harus meyakinkan orang-orang kunci di
perusahaan bahwa saat ini perusahaan perlu ada perubahan, dan perubahan itu dimaksudkan
untuk membawa perusahaan kearah lebih baik.
2. Target Setting
Setelah goals dirumuskan dan disepakati oleh orang-orang kunci, maka selanjutnya adalah
menentukan milestone (tahap pencapaian) dan target. Sebelum menentukan target perlu
dirumuskan dahulu indicator atau ukuran pencapaian hasil, yang seringkali kita kenal dengan
KPI (Key Performance Indicators). Ukuran pencapaian hasil ini sebisa mungkin tidak banyak,
untuk masing-masing bagian diberi target 2-5 KPI sudah cukup.
3. Strategi
Ketika target sudah disepakati maka masing-masing bagian harus dilibatkan dalam rencana
untuk mencapai target tersebut. Bagaimanapun orang-orang dilapangan lebih tahu bagaimana
cara mengerjakan dan mencapai sesuatu. Tetapi bagaimana kalau mereka ternyata tidak bisa
membuat rencana? Maka yang ada perlu memiliki seorang manajer. Beda antara seorang
manajer dengan staff, salah satunya adalah pada fungsi perencanaan. Banyak orang yang
mahir untuk mengerjakan sesuatu, tetapi sangat kesulitan dalam membuat rencana yang
matang sehingga orang lain bisa menjalankan pekerjaan tersebut hanya dengan membaca
rencana tersebut. Apabila masalahnya di sisi manajerial, maka perlu solusi-solusi khusus
untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk itu pimpinan masih harus terlibat penuh dalam
penyusunan strategi dan rencana ini untuk memastikan bahwa strategi dan rencana yang
dibuat memang tepat untuk meraih target yang telah ditetapkan.
4. Operasional
Apabila strategi dan rencana telah ditetapkan maka masalah berikutnya adalah di level
operasional. Pemimpin harus memiliki kepercayaan penuh terhadap anak buahnya, sehingga
untuk urusan operasional pemimpin harus memiliki kemampuan untuk delegasi. Ketika
rencana tidak bisa dijalankan dengan baik, maka biasanya ada 4 masalah, yaitu Instruksi/SOP,
SDM, System atau Budaya. Dengan kata lain apabila rencana tidak bisa dijalankan di
operasional kita harus bertanya apakah instruksi atau SOP kurang jelas, apakah SDM tidak
kompeten atau tidak berkomitmen, apakah system tidak tersedia atau system jadi penghambat
ataukah budaya organisasi tidak mendukung. Masing-masing masalah tersebut memiliki solusi
yang berbeda-beda.
5. Reward & Punishment
Selanjutnya apabila rencana telah dilaksanakan maka wajib ada evaluasi secara rutin.
Karyawan pada dasarnya akan senang kalau pekerjaannya diperhatikan, diberi penghargaan
kalau berhasil menjalankan tugasnya dan diberi bimbingan kalau ada hal yang belum benar.
Masalah terkait SDM biasanya terkait tiga tidak ,yaitu Tidak Tahu, Tidak Mampu dan Tidak
Mau. Kalau tidak tahu kita beri tahu atau kita berikan instruksi tertulis yang terperinci, kalau
tidak Mampu kita latih, tetapi kalau tidak mau satu-satunya jalan adalah kita tunjukkan pintu
untuk keluar.
Demikian mbak Nur jawaban yang bisa kita berikan secara singkat. Kami berharap mbak Nur
dengan team bisa melalui masa transisi ini dengan baik. Selalu ingat bahwa Nakhoda yang hebat
tidak lahir dari laut dan tenang, dan ketika kita tidak berlayar ke laut yang luas maka kita tidak
akan sampai kemana-mana.
Untuk pembaca yang ingin menanyakan masalah bisnisnya bisa dikirim ke
[email protected], semakin anda terperinci dalam memberikan latar belakang
masalah perusahaan anda, semakin mudah bagi kami untuk berbagi pengalaman dan
pengetahuan kami.
Sukses untuk entrepreneur Indonesia
Tags:
Permalink | Last updated on August 28, 2014