T PD 1302390 Chapter1

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Otto
Soemarwoto (Zulkifli, 2014, hlm. 11) lingkungan hidup adalah jumlah semua
benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi
kehidupan kita.

Peran penting lingkungan tersebut dapat dikatakan optimal jika

kualitas lingkungan masih sangat baik. Lingkungan yang baik dibentuk oleh
kondisi tanah, air, dan udara yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan parameter
kualitas lingkungan dengan menggunakan Enviromental Quality Index (EQI) pada
dasarnya mengukur kualitas atau kondisi lingkungan dari medianya (air, udara,
dan lahan), beban pencemar toksik, keanekaragaman hayati, dan pertumbuhan
penduduk (Djajadilaga, 2010, hlm. 5). Tinggi rendahnya kualitas lingkungan
tergantung pada kecerdasan perilaku manusia yang menempatinya.
Udara sebagai salah satu unsur pembentuk lingkungan terdiri dari berbagai

jenis gas,

diantaranya

oksigen dan karbondioksida. Oksigen merupakan bagian

udara yang dihirup manusia pada waktu bernapas, dan dihasilkan oleh tumbuhan
melalui proses fotosintesis. Sebaliknya, karbondioksida merupakan gas yang
dikeluarkan oleh manusia ketika bernapas, dan digunakan oleh tumbuhan sebagai
bahan yang diolah dalam proses fotosintesis. Hal ini sejalan dengan Sugiarti
(2009) mengemukakan bahwa
Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandingannya tidak
tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan
sekitarnya.

Dalam

udara

terdapat


oksigen

(O 2 )

untuk

bernafas,

karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon (O 3 )
untuk menahan sinar ultra violet.
Dengan demikian, komposisi gas penyusun udara sangat tergantung pada
keadaan dan aktivitas dari para pelaku lingkungan terutama manusia. Manusia
dengan segala dinamikanya, seiring dengan perkembangan waktu, mengalami
kemajuan dalam berbagai aspek, misalnya dalam ilmu dan teknologi. Kemajuan
Neni Setiawati, 2016
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA D ALAM PENGHIJAUAN TERAS SEKOLAH MELALUI TEKNIK
PEMBELAJARAN TAND UR PAD A PEMBELAJARAN IPS D I KELAS IV SD NEGERI 2 BOJONG KOTA
TASIKMALAYA
1 | perpustakaan.upi.edu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2

ilmu dan teknologi yang seharusnya diimbangi dengan peningkatan kearipan
manusia terhadap lingkungan, justru sebaliknya. Berbagai kejadian menunjukkan
bahwa peningkatan fasilitas hidup tidak disertai dengan peningkatan perilaku
baik. Munculnya berbagai bangunan megah tidak disertai dengan penghijauan
yang maksimal. Akibatnya semakin hari udara terasa semakin panas. Lahan
pesawahan banyak yang dijadikan perumahan, demikian juga dengan area hutan
yang berfungsi sebagai paru-paru dunia kian berkurang disebabkan oleh keinginan
manusia yang tidak bertanggungjawab untuk mendapatkan keuntungan duniawi.
Indonesia dulu termasuk sebagai negara penghasil oksigen terbanyak di dunia.
Namun, praktek ilegal loging yang terjadi di berbagai wilayah, serta alih fungsi
lahan demi keuntungan pribadi menjadikan Indonesia sebagai negara yang
kekurangan oksigen.
Suasana hijau di kota -kota telah berubah menjadi bangunan bertingkat.
Kondisi ini berpengaruh pada ketersediaan air dan udara segar. Tumbuhan yang
berperan sebagai produsen oksigen menjadi berkurang. Hutan berperan mendaur
ulang air sebanyak sekitar 70%. Tetapi karena hutan sudah rusak, air menjadi

langka. Udara yang dihirup pun menjadi kotor karena telah terkontaminasi oleh
berbagai bahan kimia yang dihasilkan dari berbagai sumber polusi. Salah satunya
kendaraan bermotor. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)
Kota Bandung, telah melakukan uji kandungan udara dari tahun ke tahun. Ketua
BPLHD

Kota

Bandung

mengemukakan

bahwa

kandungan

CO

(karbonmonoksida) yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor pada akhir pekan
mencapai 2.500 kg per hari. Hal ini merupakan akibat dari daya tarik Kota

Bandung yang menjadi tujuan wisata di akhir pekan. Jumlah kendaraan yang
masuk

ke

Kota

(karbonmonoksida).

Bandung

berakibat

pada

penambahan

jumlah

CO


Lingkungan yang sejuk pun menjadi sangat langka karena

kandungan di udara lebih didominasi oleh karbondioksida dan karbonmonoksida
sebagai hasil pembakaran dari kendaraan bermotor. Berdasarkan penelitian para
ahli di Amerika di bawah naungan CGD (Center for Global Development)
Indonesia ternyata termasuk negara penghasil karbondioksida terbanyak di dunia
yaitu 92.900.000 ton CO 2 . (Chakrawati, 2011, hlm 25). Tentu saja hal ini sangat
Neni Setiawati, 2016
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA D ALAM PENGHIJAUAN TERAS SEKOLAH MELALUI TEKNIK
PEMBELAJARAN TAND UR PAD A PEMBELAJARAN IPS D I KELAS IV SD NEGERI 2 BOJONG KOTA
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

berpengaruh

terhadap


kesehatan manusia.

Kandungan karbondioksida yang

dihirup dalam jumlah 0,1 % dalam sekali proses pernapasan, sebanding dengan
komposisi

udara

di

alam

sekitar.

Tetapi

sekarang

kondisinya


sudah

memprihatinkan, karena jumlah karbondioksida sangat banyak.
Berdasarkan kondisi nyata dan hasil riset tersebut menunjukkan bahwa
lingkungan tempat kita tinggal sudah berbahaya. Melihat kondisi lingkungan yang
semakin hari semakin rusak maka kesadaran akan menjaga lingkungan sangatlah
penting. Kesadaran ini harus ditanamkan sejak dini melalui pendidikan yang
bertujuan untuk membangun sebuah masyarakat berkelanjutan yang memiliki
kesadaran pentingnya lingkungan hidup. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai
cara, misalnya mengajak siswa menanam tumbuhan, memeliharanya, serta belajar
berempati

terhadap

tumbuhan.

Cara

ini diharapkan


dapat

menumbuhkan

kesadaran siswa terhadap pentingnya lingkungan. Kesadaran inilah yang disebut
sebagai ecoliteracy (melek ekologi).
Begitu banyak manfaat yang diperoleh dengan memiliki sikap ecoliteracy.
(Goleman,

2012,

hlm. 16-17) mengungkapkan bahwa orang yang paham

ecoliteracy yaitu sebagai berikut:
1. Ecoliterate people recognize that they are members of a web of diverse
relationship within their communities and beyond.
2. Ecoliterate people tend to be more aware that systems exist on various
levels of scale.
3. Ecoliterate people collectively practice a way of life that fulfills the needs

of the present generation while simultaneously supporting nature’s
inherent ability to sustain life into the future.
Ungkapan Goleman tersebut mengandung makna sebagai berikut:
1. Orang ecoliteracy yaitu pengakuan sebagai anggota dari sebuah jaringan
dari berbagai macam hubungan dalam dan di luar anggota.
2. Selanjutnya orang ecoliteracy menyadari bahwa setiap sistem memiliki
tingkatannya masing- masing.
3. Selain itu, orang ecoliteracy secara kolektif mempraktikan hidup yang
memenuhi kebutuhan mereka pada masa sekarang dengan memperhatikan
kemampuan alam untuk mempertahankan hidup di masa depan. Dengan
Neni Setiawati, 2016
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA D ALAM PENGHIJAUAN TERAS SEKOLAH MELALUI TEKNIK
PEMBELAJARAN TAND UR PAD A PEMBELAJARAN IPS D I KELAS IV SD NEGERI 2 BOJONG KOTA
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

demikian


orang

ecoliteracy

tidak

pernah

menyakiti

alam

apalagi

merusaknya.
Pendidikan ecoliteracy akan lebih baik jika ditanamkan sejak dini. Sekolah
Dasar merupakan salah satu tempat yang tepat sebagai lembaga formal yang
memiliki peranan penting dalam pembentukan sikap anak, termasuk sikap
ecoliteracy.
Untuk mengetahui sikap ecoliteracy siswa Sekolah Dasar, maka peneliti
melakukan penelitian yang difokuskan pada penghijauan teras sekolah pada siswa
kelas IV SD Negeri 2 Bojong yang berlokasi di Kecamatan Cipedes Kota
Tasikmalaya.

Hasil yang diperoleh setelah pengamatan menunjukkan sikap

ecoliteracy siswa masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari sikap ketidakpedulian
siswa terhadap lingkungan sekolah yang ditunjukkan dengan perilaku berikut.
1) Banyak siswa yang membuang sampah bungkus jajanan pada pot tanaman
sekolah yang jumlahnya masih terbatas.
2) Kurangnya empati siswa terhadap tanaman yang berada di lingkungan
sekolah,

ditunjukkan dengan kebiasaan memotong daunnya dan dibuat

mainan, serta membiarkan tanaman kekeringan.
3) Masih banyak siswa yang belum memahami arti penting tumbuhan bagi
kehidupan manusia.
Masalah serupa tentang keprihatinan terhadap rendahnya ecoliteracy siswa
juga dialami oleh peneliti sebelumnya, yaitu Fajar Kusumah Solihin (2013) yang
melakukan penelitian tentang ecoliteracy

dengan latar belakang rendahnya

kepedulian siswa terhadap lingkungan, khususnya kepedulian terhadap tanaman.
Penelitiannya berjudul “Peningkatan Ecoliteracy melalui Pembelajaran Bertanam
Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Kelas IV Sekolah Dasar
Negeri Sindangsuka V Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut”. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, ecoliteracy siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran
praktik menanam.
Berdasarkan hal di atas,
ecoliteracy

pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan

siswa harus dilakukan dengan cara melibatkan siswa aktif secara

langsung. Salah satu teknik pembelajaran yang mampu mengaktifkan seluruh
Neni Setiawati, 2016
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA D ALAM PENGHIJAUAN TERAS SEKOLAH MELALUI TEKNIK
PEMBELAJARAN TAND UR PAD A PEMBELAJARAN IPS D I KELAS IV SD NEGERI 2 BOJONG KOTA
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

siswa dalam kegiatan pembelajaran IPS untuk meningkatkan ecoliteracy siswa
dalam pemanfaatan lahan sekolah yaitu melalui teknik pembelajaran TANDUR.
Teknik

Pembelajaran

TANDUR

merupakan

bagian

dari Quantum

Teaching yang dikemukakan Bobbi de Porter et al. Menurut (DePorter, 2006)
model pembelajaran kuantum merupakan gabungan bermacam-macam interaksi
yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Teknik Pembelajaran TANDUR
memberikan peluang yang banyak kepada siswa untuk melakukan praktek dalam
pembelajaran. Sebelum tahap praktek, guru memfasilitasi siswa untuk memiliki
motivasi dan mengetahui arah tujuan pembelajaran yang akan dialami sebagai
suatu tindakan yang bermakna. Menurut (DePorter, 2006, hlm. 88) Teknik
Pembelajaran TANDUR efektif menumbuhkan daya tarik dan minat belajar siswa
pada kelas dan mata pelajaran apa pun. Selain itu, Fidoh Zuhriah (dalam Iin
Hendriyani, 2010, hlm. 4) mengemukakan bahwa teknik pembelajaran TANDUR
dapat

membantu

guru

dalam

menciptakan

suasana

pembelajaran

yang

menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Siswa
banyak belajar dengan cara membangun pengetahuannya sendiri.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membuat penelitian
dengan judul: “Peningkatan Ecoliteracy Siswa melalui Teknik Pembelajaran
TANDUR dalam Penghijauan Teras Sekolah pada Pembelajaran IPS

(Penelitian

Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri 2 Bojong).
B. Rumusan dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Merujuk pada kondisi yang digambarkan pada latar belakang dan
identifikasi masalah, maka permasalahan yang menjadi fokus kajian dalam
penelitian, adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana perencanaan teknik pembelajaran TANDUR pada penghijauan
teras sekolah di Kelas IV SD Negeri 2 Bojong?
b. Bagaimana pelaksanaan teknik pembelajaran TANDUR pada penghijauan
teras sekolah di Kelas IV SD Negeri 2 Bojong?
c. Bagaimana peningkatan ecoliteracy siswa kelas IV SD Negeri 2 Bojong
dalam penghijauan teras sekolah?
Neni Setiawati, 2016
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA D ALAM PENGHIJAUAN TERAS SEKOLAH MELALUI TEKNIK
PEMBELAJARAN TAND UR PAD A PEMBELAJARAN IPS D I KELAS IV SD NEGERI 2 BOJONG KOTA
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

2. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka peneliti
menerapkan salah satu teknik pembelajaran TANDUR yang merupakan inti atau
kerangka

utama

dalam Quantum

Teaching.

Dengan teknik

pembelajaran

TANDUR ini, siswa akan praktek menanam dan merawat tumbuhan yang
ditempatkan pada teras sekolah. Target dari penelitian ini yaitu

menumbuhkan

sikap peduli siswa terhadap lingkungan khususnya pada tumbuhan.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk

mengetahui

perencanaan

teknik

pembelajaran

TANDUR

pada

penghijauan teras sekolah dalam meningkatkan ecoliteracy siswa Kelas IV
SD Negeri 2 Bojong.
2. Untuk

mengetahui pelaksanaan teknik

pembelajaran TANDUR

pada

penghijauan teras sekolah dalam meningkatkan ecoliteracy siswa Kelas IV
SD Negeri 2 Bojong.
3. Untuk mengetahui peningkatan ecoliteracy siswa dalam penghijauan teras
sekolah siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bojong.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat kita peroleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
a. Dapat meningkatkan ecoliteracy siswa.
b. Dapat membantu siswa untuk lebih mensyukuri lingkungan sekolah dalam
memanfaatkan, mengelola, memelihara dan melestarikannya.
c. Dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas khususnya pada mata pelajaran IPS.
2. Bagi guru
a. Memberikan alternatif bagi guru dalam memfasilitasi pembelajaran.
Neni Setiawati, 2016
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA D ALAM PENGHIJAUAN TERAS SEKOLAH MELALUI TEKNIK
PEMBELAJARAN TAND UR PAD A PEMBELAJARAN IPS D I KELAS IV SD NEGERI 2 BOJONG KOTA
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

b. Memberikan rujukan bagi guru dalam melakukan inovasi pembelajaran
IPS.

3. Bagi sekolah
a. Dapat menghidupkan suasana pembelajaran dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran IPS di sekolah.
b. Mengenalkan inovasi pembelajaran yang bisa dipergunakan oleh guruguru di sekolah agar lebih termotivasi untuk memfasilitasi pembelajaran
yang lebih bermakna.
4. Bagi Peneliti Lain
a. Memberikan

masukan

pengetahuan

baru

dan

pengalaman penelitian

menerapkan metode tandur untuk meningkatkan ecoliteracy siswa pada
mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar.
b. Memberikan informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian
lanjutan.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tesis ini yaitu Bab I, Pendahuluan di
dalamnya terdapat latar belakang masalah, rumusan dan pemecahan masalah,
tujuan

dan

penelitian,

manfaat

penelitian,

batasan

istilah

dan

sistematika

penulisan. Bab II, Kajian Pustaka membahas mengenai ecoliteracy, pentingnya
ecoliteracy untuk siswa Sekolah Dasar, teknik pembelajaran TANDUR, tindakan
penghijauan teras sekolah, hasil penelitian terdahulu dan hipotesis tindakan. Bab
III, Metodologi Penelitian, yaitu: lokasi dan waktu penelitian, subyek penelitian,
metode dan desain penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengolahan dan analisis data, dan validasi data. Bab IV, Hasil Penelitian dan
Pembahasan. Bab V, Penutup yaitu simpulan, implikasi, dan rekomendasi.

Neni Setiawati, 2016
PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA D ALAM PENGHIJAUAN TERAS SEKOLAH MELALUI TEKNIK
PEMBELAJARAN TAND UR PAD A PEMBELAJARAN IPS D I KELAS IV SD NEGERI 2 BOJONG KOTA
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu