Analisis hukum Islam terhadap kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA USAHA
TERNAK AYAM POTONG DI DESA TANGGUL WETAN KECAMATAN
TANGGUL KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

Oleh
M. Wahyunus Ashari
(C72213141)

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
2017

ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan judul
“ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA USAHA TERNAK
AYAM POTONG DI DESA TANGGUL WETAN KECAMATAN TANGGUL
KABUPATEN JEMBER”. Skripsi ini bertujuan menjawab pertanyaan

diantaranya adalah: (1) Bagaimana bentuk kerjasama usaha ternak ayam potong
di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember (2) Bagaimana
analisis hukum Islam terhadap kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa
Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.
Berkenaan dengan itu data yang dikumpulkan berupa para pelaku akad,
akad yang digunakan, praktik kerjasama usaha ternak ayam potong, persyaratan
dalam praktik kerjasama. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa
observasi dan wawancara. serta teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir induktif
untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, kerjasama usaha ternak ayam
potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember sesuai
dengan pengertian Shirkah. Pemodal memberikan modal berupa anakan ayam
serta pemodal juga memiliki tugas untuk mencari pembeli untuk menjual hasil
panen ayam tersebut. Pengelolah juga mengeluarkan modal berupa biaya pakan
dan perawatan mulai dari anakan sampai panen. Pembagian hasil yang dilakukan
yaitu ketika mendapatkan keuntungan hasil penjualan panen dikurangi modal
yang dikeluarkan masing-masing pihak dan hasil bersih dibagi sama rata antara
pihak pemodal dengan pihak pengelolah. Akan tetapi ketika mengalami kerugian
pembagiannya, penjualan hasil panen tidak dikurangi modal yang dikeluarkan

sehingga hasil kotor dibagi 60% untuk pihak pengelolah dan 40% untuk pihak
pemodal. ketika mengalami kerugian hanya pihak pengelola yang merasa
dirugikan. Menurut pandangan hukum Islam praktek kerjasama ini tidak sesuai
karena dalam masalah pembagian hasil keuntungan dan kerugian tidak dijelaskan
diwal sehingga hanya pihak pengelolah saja yang merasakan kerugian dalam
kerjasama ini. Hal ini tidak sependapat dengan pendapat fuqaha yang
menjelaskan harus ada kejelasan dalam pembagian keuntungan dan kerugian agar
tujuan dari suatu kerjasama dapat tercapai yaitu saling membantu / meringankan
beban orang lain.
Sejalan dengan kesimpulan diatas, hendaknya dalam membuat akad
perjanjian kerjasama ini membuat akad mengenai pembagian hasil usaha tidak
merugikan salah satu pihak. Dengan adanya pelaksanaan dalam kerjasama
tersebut, diharapkan akan mampu menciptakan rasa solidaritas dalam
bekerjasama serta kerugian bisa ditanggung bersama agar tidak ada rasa kecewa
dalam melakukan kerjasama tersebut.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Dalam .........................................................................................

i

Pernyataan Keaslian................................................................................

ii

Persetujuan Pembimbing ........................................................................

iii

Pengesahan ..............................................................................................

iv

Abstrak ....................................................................................................


v

Kata Pengantar........................................................................................

vi

Daftar Isi .................................................................................................

viii

Daftar Tabel ............................................................................................

x

Daftar Gambar ........................................................................................

xi

Daftar Transliterasi .................................................................................


xii

BAB I

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.

BAB II

Latar Belakang Masalah ...........................................
Identifikasi Masalah Dan Batasan Masalah .............
Rumusan Masalah .....................................................

Kajian Pustaka ..........................................................
Tujuan Penelitian ......................................................
Kegunaan Hasil Penelitian........................................
D
\ efinisi Oprasional ...................................................
Metode Penelitian .....................................................
Sistematika Penulisan ...............................................

1
6
7
7
9
10
10
11
17

TEORI SHIRKAH
Pengertian Shirkah ....................................................

Dasar Hukum Shirkah ...............................................
Rukun Dan Syarat Shirkah ......................................
Macam-Macam Shirkah ............................................
1. Shirkah Amlak ....................................................
2. Shirkah Uqūd ......................................................
E. Batalnya Shirkah.......................................................
F. Pembagian Hasil Shirkah ..........................................
A.
B.
C.
D.

19
23
24
29
29
30
34
36


viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III

KERJASAMA USAHA TERNAK AYAM POTONG DI DESA
TANGGUL WETAN KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN
JEMBER
A. Profil Desa Tanggul Wetan ......................................
1. Letak Geografis ..................................................
2. Luas Wilayah......................................................
3. Keadaan Penduduk .............................................
4. Kehidupan Masyarakat ......................................
B. Kerjasama Usaha Ternak Ayam Potong di
Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul
Kabupaten Jember ....................................................
1. Latar Belakang Kerjasama ................................
2. Perjanjian Dalam Kerjasama ..............................

3. Praktik Dalam Kerjasama ..................................
4. Mekanisme Bagi Hasil Kerjasama .....................
5. Permasalahan Dalam Kerjasama ........................

BAB IV

39
39
40
41
42
43
43
46
47
54
55

ANALISIS TERHADAP KERJASAMA USAHA TERNAK
AYAM POTONG DI DESA TANGGUL WETAN

KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER .
A. Analisis Terhadap Kerjasama Usaha Ternak Ayam Potong di
Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember
...................................................................................
58
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kerjasama Usaha Ternak
Ayam Potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul
Kabupaten Jember .....................................................
62

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................
B. Saran .........................................................................

68
69

Daftar Pustaka ........................................................................................


70

Lampiran-lampiran

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Daftar Tabel
Tabel

Halaman

3.1

Sensus Penduduk Desa Tanggul .................................................

39

3.2

Perbandingan Modal Kedua Belah Pihak ....................................

50

3.3

Neraca Perdagangan Mengalami Keuntungan ............................

53

3.4

Neraca Perdagangan Ketika Mengalami Kerugian .....................

56

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Daftar Gambar
Gambar

Halaman

3.1 Skema Alur Kerjasama Usaha Ternak Ayam ...................................

49

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan manusia sehari-hari sebagai subjek hukum ataupun
sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari kegiatan bermuamalah. Sebagai
contoh dalam sehari-hari banyak sekali kegiatan muamalah yang dilakukan
manusia, seperti transaksi jual beli, sewa menyewa, utang piutan. Dalam
bermuamalah akan timbul hak dan kewajiban pada dua sisi. Maksudnya,
pada satu pihak ada hak untuk menuntut sesuatu dan di pihak lain menjadi
kewajiban untuk memenuhinya.1 Sebagaimana hakikatnya manusia sebagai
makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri tanpa berinteraksi dengan manusia yang lainnya, manusia
juga bisa bekerjasama dalam berbisnis dengan manusia lain. Hal ini yang
membuat manusia berinteraksi, bersatu, berorganisasi dan saling membantu
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
Indonesia sebagai negara yang bermayoritas Islam tentu saja tak akan
lepas dari bagaimana bermuamalah dengan baik dan benar yang di anjurkan
dalam Al-Qur’a>n. Agama Islam tidak pernah membatasi manusia dalam
mencari harta sebanyak banyak asal kan tidak bertentangan dengan dasardasar dan prinsip-prinsip yang mengatur secara baik persoalan muamalah
yang dilalui oleh setiap manusia dalam kehidupan sehari hari.

1

Titik Wulandari, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: kencana, 2010), 200.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Dalam bermuamalah manusia yang satu dengan yang lainnya
diperintahkan untuk saling tolong-menolong atau bekerjasama diantara
sesamanya dalam melakukan hal baik. Karena dalam tolong menolong akan
mempermudah untuk mendapatkan segala kebutuhan. Dan janganlah umat
Islam untuk bekerjasama dalam hal yang buruk. Karena sangat dilarang oleh
Al-Qur’a>n Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’a>n surat Al- Ma>idah ayat
2 yang berbunyi:
               
  

“...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya”2
Serta dalam usaha dan kerjasama tersebut hendaklah didasari dengan
prinsip rela sama rela sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.
Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa> ayat 29 yang berbunyi :
          
              

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah

2

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Mikraj
Khazanah Ilmu, 2010)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”(Q.S. an-Nisaֿ’ : 29)3
Salah satu bentuk kerjasama bagi hasil dalam hukum Islam adalah

Shirkah. Shirkah adalah suatu akad atau perjanjian antara dua orang atau
lebih, dimana pihak pertama memberikan modal usaha, sedangkan pihak lain
menyediakan tenaga ataupun lahan. Akan tetapi dalam kerjasama bisa saja
salah satu pihak memberi modal sekaligus tenaga dan pihak lainnya murni
hanya memberikan modal saja dalam hal ini bisa juga disebut sebagai

Shirkah ina>n.4
Dalam Shirkah ina>n bukan hanya dalam pembagian hasil harus dibagi
sesuai dengan kesepakatan akan tetapi dalam hal kerugian juga dilakukan hal
yang sama. Hal ini bertujuan agar tercapainya unsur saling rela dalam
kerjasama itu sendiri dan tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan
dalam kerjasama. Apabila ada salah satu pihak yang merasa dirugikan maka
kerjasama bisa dikatakan gagal atau tidak sah.
Pengertian secara teknis Shirkah adalah akad kerja sama antara
pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha. Dimana
laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan. Akad Shirkah
merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang berdasarkan
kepercayaan.

3

Ibid., 107.

4

http://id.m.wikipedia.org/wiki/musyarakah.html, diakses pada tanggal 03 oktober 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Shirkah menurut ahli fiqih yaitu suatu akad antara dua orang atau lebih
ataupun antara seseorang dengan kelompok, yang salah satu pihak menjadi
pemodal dan yang satu pihak lain menjadi pengelola dengan sifat ingin
tolong menolong sesama mahkluk Allah SWT dengan kesepakatan yang di
sepakati bersama antara para pihak yang melakuakan akad Shirkah.
Sedangkan menurut fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000,

Shirkah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh pemilik modal kepada
pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.5.
Macam macam Shirkah ada dua yaitu :
a. Shirkah al-Amla>k ( perserikatan dalam kepemilikan)

Shirkah al-amla>k adalah dua orang atau lebih memiliki harta
bersama tanpa melalui akad Shirkah. Status harta masing-masing orang
yang berserikat, sesuai dengan hak masing-masing, bersifat berdiri
sendiri secara hukum. Apabila masing-masing ingin bertindak hukum
terhadap harta serikat itu, maka harus ada izin dari mitranya, karena
seseorang tidak memiliki kekuasaan atas bagian harta orang yang
menjadi mitra serikatnya.
b. Shirkah al-Uqu>d ( perserikatan berdasarkan suatu akad)

Shirkah al-Uqu>d adalah Shirkah yang akadnya disepakati dua
orang atau lebih untuk mengikatkan diri dalam perserikatan modal dan
keuntungan.

5

Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 diakses pada tanggal 22 Oktober 2016

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Adapun kerjasama atau Shirkah yang terjadi di Desa Tanggul Wetan
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember ialah kerjasama dalam usaha ternak
ayam potong antara pihak pemasok anakan ayam dengan peternak. Dalam
hal ini pihak pemasok ayam bermodal anakan ayam potong kepada peternak
(pihak pengelola), sedangkan pengelola juga mengeluarkan modal untuk
pakan ayam potong serta tenaga untuk memelihara ayam-ayam tersebut agar
tumbuh dan siap untuk dijual.
Pada saat akad pihak pemasok ayam memberikan syarat kepada pihak
pihak pengelola yang berupa pembagian hasil dalam usaha ternak ayam
potong. Pembagian hasil keuntungan dibagi rata 50%-50% antara pihak
pemasok ayam dengan pihak pengelola, akan tetapi apabila terjadi kerugian
dalam usaha ternak ayam potong tersebut prosentasenya berubah menjadi
40% untuk pemodal dan 60% untuk pihak pengelola.
Permasalahan yang terjadi dalam kerjasama tersebut ialah dalam
pembagian hasil ketika mengalami kerugian meskipun pihak pengelola
mendapatkan pembagian 60%, akan tetapi itu masih belum cukup untuk
mengembalikan modal pakan yang telah dikeluarkan. Sedangkan hasil yang
didapat oleh pihak pemodal dengan 40%. Dari penjualan hasil panen sudah
dapat mengembalikan modal yang dikeluarkan .6
Berangkat dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut secara rinci untuk mengkajian hukumnya
dalam tinjauan hukum Islam. Maka akan diajukan penelitian penulisan
6

Bapak Rudi, Wawancara, Kota Jember, 19 Oktober 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

skripsi ini adalah tentang praktek Kerjasama Usaha Ternak Ayam Potong di
Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.

B.

Identifikasi dan Batasan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalahmasalah sebagai berikut:
1. Akad yang digunakan dalam kerjasama antara pemasok ayam potong

dengan pihak pengelola.
2. Sistem kerjasama antara pemasok ayam potong dengan pihak pengelola.
3. Mekanisme pembagian kerugian dalam kerjasama antara pemasok ayam

potong dengan pengelola.
4. Akibat yang ditimbulkan dengan kerjasama antara pemasok ayam potong

dengan pengelola.
5. Manfaat yang diperoleh masing – masing pihak dengan adanya kerjasama

tersebut.
6. Praktik kerjasama antara pemasok ayam potong dengan pengelola.
7. Analisis hukum Islam terhadap praktik kerjasama usaha ayam potong

antara pemasok ayam potong dengan pengelola.
Agar pembahasan dapat fokus dan mencapai apa yang diharapkan,
maka perlu dibatasi ruang lingkup dalam permasalahan ini, yaitu
1. Praktik kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul Wetan
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

2. Analisis Hukum Islam terhadap praktik kerjasama usaha ternak ayam
potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember

C.

Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang melatar belakangi masalah di atas, penulis
merumuskan dua rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul
Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember ?
2. Bagaimana Analisis Hukum Islam terhadap kerjasama usaha ternak ayam
potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang
sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang di teliti sehingga terlihat jelas
bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan duplikasi
dari kajian atau penelitian yang telah ada.7
Dari hasil pengamatan peneliti tentang kajian-kajian sebelumnya,
peneliti temukan beberapa kajian di antaranya : skripsi yang ditulis oleh
Neneng Choirunnisa yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap
Kerjasama Budidaya Lele Antara Petani Dengan Pemasok Bibit di Desa
Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan”. Penelitian tersebut

7

Tim Penyusun Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Surabaya : Fakultas Syariah dan Ekonomi
Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), 8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

menjelaskan tentang pembagian keuntungan dan kerugian yang tidak adil
yaitu keuntungan yang didapatkan petani pengelola lebih sedikit karena hasil
panen harus dijual ke pemasok bibit dan hasil penjualan tersebut juga
dikurangi dengan modal yang telah diberikan oleh pemasok bibit kepada
petani karena dianggap sebagai pinjaman, sisa penjualan itulah yang diberikan
pemasok kepada petani lele. Sedangkan pemasok memperoleh keuntungan
yang lebih banyak karena ia dapat menjual hasil panen tersebut kepada
pemasok lain dengan harga yang lebih tinggi. Sehingga kerugian hanya
ditanggung oleh petani lele.8
Kemudian skripsi yang ditulis oleh saudari Nuroini yang berjudul
“Praktik kerjasama pertanian melon di Desa Trebungan Kecamatan Mangaran
Kabupaten Situbondo”. Penelitian ini menjelaskan tentang pelaksanaan
praktik kerjasama pertanian melon yang mana sistem yang digunakan adalah
sistem bunga. Praktik kerjasama ini dianggap tidak sah karena bunga adalah
riba yang dilarang oleh agama.9
Serta skripsi yang ditulis oleh Abdul Basith, dengan judul “Analisis
Hukum Islam Terhadap Sistem Bagi Hasil Usaha Warung Kopi di Desa
Pabean Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo, Tahun 2013”, skripsi ini
mengangkat permasalahan yang dibahas adalah mengenai bagaimana sistem
bagi hasil usaha warung kopi di Desa Pabean Kecamatan Sedati Kabupaten

Neneng Choirunnisa, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Kerjasama Budidaya Lele Antara Petani
Dengan Pemasok Bibit di Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan”, (Skripsi--Uin

8

Sunan Ampel, Surabaya, 2015,)9.
9
Nuroini‚”Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktik Kerjasama Pertanian Melon di Desa Trebungan
Kabupaten Situbondo”, (Skripsi-- IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2012),80.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Sidoarjo dan juga bagaimana menurut Islamnya. Dan penulis menyimpulkan
bahwa sistem bagi hasil yang dijalankan di warung kopi tersebut sudah sesuai
dengan pengertian shirkah dan tidak ada ada unsur ghara>r.10
Penelitian tersebut di atas dengan penelitian yang sedang peneliti
lakukan mempunyai aspek kesamaan yaitu sama-sama mengkaji tentang
kerjasama. Adapun perbedaannya yaitu penelitian sebelumnya adalah terdapat
ketidaksamaan pembagian apabila terjadi kerugian dalam usaha ternak ayam
potong di Desa Tanggul Wetan . Sehingga dinilai merugikan pihak pengelola,
dalam hal ini pengelola bukan hanya menyumbangkan jasa tapi juga
menyumbang modal dalam bentuk pakan dan personalia dalam usaha ternak
tersebut.

E.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dihasilkan dari penelitin skripsi ini adalah
sebagaimana berikut:
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan praktek dalam kerjasama usaha
ternak ayam di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten
Jember.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan analisis hukum Islam terhadap
dalam kerjasama usaha ternak ayam di Desa Tanggul Wetan Kecamatan
Tanggul Kabupaten Jember.

Abdul Basith, "Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Bagi Hasil Usaha Warung Kopi di
Desa Pabean Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo‛ (Skripsi —IAIN Sunan Ampel: Surabaya,

10

2013), 20.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

F.

Kegunaan Hasil Penelitian
Dari permasalahan di atas, penelitian dan penulisan ini diharapkan
mempunyai nilai tambah dan manfaat baik untuk penulis maupun pembaca,
sekurang-kurangnya untuk dua aspek yaitu:
1. Secara

teoritis,

dapat

digunakan

sebagai

tambahan

untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan tentang kerjasama dalam hukum
ekonomi Islam sehingga dapat dijadikan informasi bagi para pembacanya.
2. Secara praktis, dapat memberikan pemahaman secara jelas tentang
kerjasama usaha ternak ayam potong yang ditinjau dari hukum ekonomi
Islam.

G.

Definisi Operasional
Untuk memperjelas kemana arah pembahasan masalah yang akan
diteliti serta menghindari dari kesalahfahaman bagi para pembaca dalam
memahami judul skripsi ini, maka penulis perlu memberikan definisi dari
judul tersebut, yakni dengan menguraikan sebagai berikut:
Hukum Islam:

Hukum yang bersumber dari Al- Quran dan AlHadis (sebagai Syari’ah) dan sumber- sumber
lain yang wujudnya berupa kitab – kitab fiqih
semua madzhab (sebagai fiqh) dan pendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

ahli hukum Islam atau peraturan DSN (sebagai
fatwa) tentang Shirkah.
Kerjasama Usaha:

Praktek bisnis usaha yang dilakukan oleh dua
orang

pihak

dalam

membangun

sebuah

kegiatan ekonomi serta adanya pembagian
keuntungan yang terdapat didalamnya dibagi
dua secara merata.
Ternak Ayam Potong: Sebuah usaha perternakan yang didirikan
oleh beberapa orang dan bergerak di bidang
peternakan yaitu jenis ayam potong.

H.

Metodologi Penelitian
Untuk memperoleh data serta informasi yang aktual, relevan dan
objektif, metode yang akan digunakan penulis sebagai pedoman dan acuan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Oleh karena itu, penulis
memaparkan metode penelitian yang digunakan dengan tujuan untuk
memperjelas serta mempertegas arah dan tujuan penelitian ini.
1.

Jenis penelitian
Penelitian yang dilakukan berbentuk penelitian lapangan (field

research)11 karena penulis harus terjun langsung ke lapangan dan terlibat

11

J.R Raco, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Grasindo, 2010) Hlm 9.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

dengan masyarakat setempat. Sedangkan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif,
Penggunaan metode kualitatif ini bertujuan agar data yang
diperoleh lebih lengkap, lebih mendalam, terperinci dan bermakna sesuai
penelitian kualitatif yang menekankan pada pengamatan atas orang
dalam lingkungannya, berinteraksi, dan berusaha memahami bahasa
mereka tentang dunia sekitarnya.
2.

Pendekatan Penelitian
Peneliti menggunakan pendekatan dengan pola pikir deskriptif
kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskriptif secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat- sifat, populasi daerah
tertentu.12

3.

Objek penelitian
Kerjasama usaha ternak ayam potong terjadi di Desa Tanggul
Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember menjadi objek penelitian
serta menjadi lokasi penelitian bagi penulis.

4.

Data yang dikumpulkan.
Data yang dikumpulkan yakni data yang perlu dihimpun untuk
menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah meliputi:

Suryana, Metodologi Penelitian : Model Praktis Penelitian kuantitatif dan Kualitatif.
(Universitas Pendidikan Indonesia : 2010), 14.
12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

a. Keadaan geografis, perekonomian masyarakat di lokasi tempat
penelitian yaitu masyarakat Desa Tanggul Wetan Kecamatan
Tanggul Kabupaten Jember. Adapun pemilihan lokasi ini didasari
karena di desa tersebut kerjasama usaha ternak ayam potong
dilakukan.
b. Data tentang mekanisme kerjasama usaha ternak ayam potong di
Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Yaitu
tentang
1) Pelaku akad
2) Akad yang dilakukan dalam transaksi
3) Praktik kerjasama uasaha ternak ayam potong
4) Persyaratan dalam praktik kerjasama uasaha ternak ayam
potong.
5.

Sumber Data
Sumber data yakni sumber dari mana data akan digali, baik primer
maupun sekunder.13
a. Data Primer
Sumber data primer yaitu data yang diambil dari sumber data
primer atau sumber pertama di lapangan yang diperoleh peneliti dari

13

Tim Penyusun Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Surabaya : Fakultas Syariah dan Ekonomi
Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), 9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

sumber asli.14 Pelaku kerjasama usaha ayam potong diantaranya
yaitu:
1) Pemodal Ayam Potong
2) Pengelola Ayam Potong Dalam Kerjasama.
b. Data Sekunder.
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
tidak langsung, yaitu buku-buku kepustakaan dan catatan-catatan
atau dokumen-dokumen tentang apa saja yang berkait dengan
pembahasan ini. Sumber data sekunder tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Wahbah az-Zuhaily, Al-Fiqhu Al-Islami Wa Adillatuhu.
2) Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah: Jilid 4.
3) Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam
4) Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah.
5) Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian syariah.
6.

Teknik Pengumpulan data
a. Observasi
Teknik pengamatan dengan cara mengamati (melihat,
memperhatikan, mendengarkan, dan mencatat secara sistematis
objek yang diteliti)15 yang dilakukan untuk pengumpulan data

Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam , (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008),
103
15
Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam …,150.
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

tentang kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul
Wetan.
1) Akad yang dilakukan dalam transaksi
2) Praktik dalam kerjasama usaha ternak ayam potong
3) Sistem bagi hasil usaha dalam kerjasama usaha ternak ayam
potong
b. Interview
Teknik interview sering kali disebut sebagai teknik
wawancara yaitu suatu teknik untuk mengumpulan data yang
akurat untuk kerluan proses pemecahan masalah tertentu, sesuai
dengan data.16 Teknik ini bertujuan untuk menggali data-data yang
akurat terhadap pihak yang melakukan kerjasama usaha ternak
ayam potong di Desa Tanggul Wetan.
7.

Teknik pengelohan data
Tahapan pengolahan data dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :

a.

Organizing
Yaitu suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan,
pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan penelitian.17 Teknik
ini digunakan untuk menyusun data dan mensistematiskan data

16
17

Ibid, 50.
Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 66.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

yang diperoleh tentang analisis hukum Islam terhadap kerjasama
usaha ternak ayam potong.

b.

Editing
Yaitu kegiatan memperbaiki kualitas data (mentah) serta
menghilangkan

keraguan

akan

kebenaran/ketetapan

data

tersebut.18 Teknik ini digunakan untuk pemeriksaan kembali data
yang diperoleh dari segi kejelasan serta kesesuaian data tentang
analisis hukum Islam terhadap kerjasama usaha ternak ayam
potong.

c.

Analizing
Setelah data terkumpul, kemudian langkah selanjutnya
adalah

menganalisis

data.

Analisis

data,

yaitu

proses

penyederhanaan data kebentuk yang lebih mudah dibaca dan
dipahami.19
8.

Teknik Analisis Data
Penulis melakukan teknik deskriftif analisis kualitatif, yaitu
menggambarkan kondisi, situasi, atau fenomena yang tertuang dalam
data yang diperoleh dari kerjasama usaha ternak potong ayam di Desa
Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember kemudian
dianalisis dengan hukum Islam.

18
19

Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Surabaya : Hilal Pustaka, 2013), 235
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989), 263.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan pola pikir
induktif. Pola pikir induktif menganalisis data yang bersifat khusus
mengenai kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul
Wetan

Kecamatan

Tanggul

Kabupaten

Jember

kemudian

menganalisisnya dengan data yang bersifat umum dalam teori hukum
Islam dan kemudian diambil suatu kesimpulan.

I.

Sistematika Pembahasan
Skripsi tersusun dalam lima bab dan masing-masing bab terdiri dari
beberapa sub bab pembahasan, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
dalam pemahaman, adapun sistematikanya adalah sebagai berikut.
Bab pertama adalah pendahuluan, berisi tentang latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, berisi penjelasan tentang Shirkah yang berisi pengertian

Shirkah, dasar hukum Shirkah, syarat dan rukun Shirkah, macam – macam
Shirkah, berakhirnya Shirkah dan sistem bagi hasil dan kerugian dalam
Shirkah.
Bab ketiga, berisikan tentang kerjasama usaha ternak ayam potong
antara pihak pemasok ayam dan pihak pengelola ( peternak ) mencangkup
tentang, latar belakang kerjasama, perjanjian dalam kerjasama, praktik

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

kerjasama, mekanisme bagi hasil kerjasama, permasalahan dalam kerjasama.
Serta memuat tentang profil Desa Tanggul Wetan .
Bab keempat, yaitu berisikan tentang analisis hukum Islam terhadap
kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan
Tanggul Kabupaten Jember. Dalam bab ini penulis menganalisis tentang
praktik kerjasama usaha ternak ayam potong dan analisis hukum Islam
terhadap kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul Wetan
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.
Bab kelima, penutup kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.
Kesimpulan yang dimaksud jawaban dari rumusan masalah dalam hasil
penelitian secara keseluruhan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TEORI SHIRKAH (KERJASAMA)

A. PENGERTIAN SHIRKAH
Menurut istilah bahasa, kerjasama adalah hubungan aktivitas dengan
kegiatan pengelolahan suatu usaha. Pengelolahan yang terjadi antara dua
pihak atau lebih sebagian hasil yang keluar untuk mencapai tujuan dan
keuntungan bersama. Keuntungan yang didapat dalam suatu kerjasama akan
dibagi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Ada berbagai macam jenis kerjasama yang dapat diketahui. Seperti
kerjasama yang kedua belah pihak atau anggota yang bekerjasama sama-sama
mengeluarkan uang. Atau ada pula hanya salah satunya mengeluarkan modal
uang sedangkan pihak lainnya bermodal tenaga atau pengalaman dalam
bidang usaha.
Para pemilik modal yang tidak mempunyai keahlian ataupun
keterampilan dapat melakukan kerjasam dengan pihak tang dirasa memiliki
keahlian dalam usaha tertentu. Agar harta dari pemilik modal dapat terjaga
dalam bentuk suatu usaha yang bersifat produktif, sehingga dapat
dikembangkan dan menghasilkan keuntungan.
Disisi lain bagi pihak yang tidak mempunyai modal untuk usaha sangat
terbantu akan adanya pemberian modal tersebut. Sehingga dapat
mengembangkan keterampilan dalan usaha tersebut serta terhindar dari
pengangguran. Tidak jarang pula dengan ada bantuan modal pihak yang

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

awalnya tidak memiliki modal usaha dapat memiliki modal sendiri untuk
mengembangkan usahanya.21
Sementara dalam terminologi ilmu fiqih, arti shirkah yaitu
percampuran salah satu harta dari dua harta dengan harta lainnya.22 Maksud
percampuran ialah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain
sehingga tidak mungkin untuk dibedakan.23
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah shirkah adalah
kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan,
atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah.24 Bisa juga artinya membagikan sesuatu antara dua orang
atau lebih menurut hukum kebiasaan yang ada.
Para fuqaha25 berbeda pendapat mengenai pengertian shirkah,
diantaranya:
1.

Menurut Malikiyah

Shirkah adalah suatu izin untuk bertindak secara hukum bagi dua
orang yang bekerjasama terhadap harta mereka.26
2.

Menurut Syafi’iyah dan Hanabilah

Shirkah adalah hak bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada
sesuatu yang mereka sepakati bersama.27

Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1997), Hlm. 13.
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta; Kencana Prenadamedia Group, 2012), hlm. 220.
23
Ibid,. Hlm. 220
24
Ibid,. Hlm. 220
25
Fuqaha adalah kumpulan dari ahli fiqh yang menyangkut tentang peribadatan.
26
Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islamy wa adillatuh, jilid 5. h. 441
27
Ibid., h. 441
21

22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

3.

Menurut Hanafiyah

Shirkah adalah akad yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja
sama dalam modal keuntungan.28
4.

Menurut Sayyid Sabiq,

Shirkah ialah akad antara dua orang yang berserikat dalam modal
dan keuntungan.29
5.

Menurut Hasbi Ash-Shiddieqie,

Shirkah ialah akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk
ta'awun30 dalam bekerja pada suatu usaha dan membagi keutungannya.31
M. Ali Hasan menjelaskan juga tentang shirkah . shirkah adalah suatu
perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan orang-orang atau badan
hukum. Pihak-pihak yang bekerja sama dengan penuh kesadaran untuk
meningkatkan

kesejahteraan

anggota

atas

dasar

sukarela

secara

kekeluargaan.32
M. Syafi’i Anwar berpendapat tentang shirkah. Menurut ia shirkah
yaitu perjanjian kesepakatan bersama antara beberapa pemilik modal untuk
menyertakan modalnya pada suatu usaha, yang biasanya berjangka waktu

28

Ibid., h. 441

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah: Jilid 4, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), 317.
Ta’awun adalah Tolong- menolong terhadap semua mahkluk Allah SWT. Orang yang memliki
sifat ta’awun biasanya lebih menghindari permusuhan mengutamakan persaudaraan.
31
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), 125.
32
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada,
29

30

2003, hlm. 161.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

panjeng. Resiko laba dan rugi dibagi secara berimbang dengan penyertaan
modal.33

Shirkah juga hampir sama dengan mudharabah yaitu sama-sama akad
yang menggunakan sistem kepercayaan (Uqud al-amanah). Akad kepercayaan
ini akan menuntut para pihak yang melakukan akad untuk berlaku jujur dan
menjunjung tinggi keadilan.34
Akan tetapi ada pula perbedaan antara akad shirkah dengan akad
mudharabah yaitu terletak pada besarnya kontribusi atas menajemen dan
keuangan atau salah satu diantara itu.35 Maksudnya kontribusi atas
manajemen atas keuangan yang diikeluarkan karena dalam akad mudharabah
modal hanya berasal dari satu pihak saja, sedangkan akan berbeda dengan akad
shirkah modal bisa berasal dari salah satu pihak dan pihak lain bermodal
dengan keterampilan atau keahlian yang lain.
Dari beberapa penjelasan tentang shirkah diatas dapat penulis
mempunyai kesimpulan bahwasannya, shirkah

adalah suatu akad

percampuran harta antara dua orang atau lebih yang salah satu pihak menjadi
pemodal dan yang satu pihak lain menjadi pengelola dengan sifat ingin tolong
menolong sesama mahkluk Allah SWT dengan pembagian keuntungan dibagi
sesuai dengan penyertaan modal masing-masing. Ataupun pembagian
keuntungan sesuai dengan kesepakatan yang disepakati bersama antara para
pihak yang melakukan akad shirkah.

Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta; Sinar Grafika), Hlm. 74.
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah,. Hlm 224
35
Ibid., Hlm. 224
33

34

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

B. DASAR HUKUM
Ada beberapa dasar hukum shirkah yang menjadi pegangan bagi para
ulama, yaitu :
1. Al-Qur’an

ََٓ ُ ۡ ُ َ َ َ
ُُ
‫ُ َ ٰ َ َٓۡ َۡ َ َۡ ُ َ ٓ َ م‬
ۡ
‫صية‬
‫مِن ذ ٰ ِك ف‬...
ِ ‫ث ِم ۢن َبع ِد َو‬
ِ ‫صي لة ي َ ب ِ ا أو لي ٍن غۡ ضارل ۚ و‬
ۚ ِ ‫َُ ُء ِِ ٱث‬
ُ ‫م َِن ٱّ ِۗ َو‬
ٞ ‫ٱّ َع ِي ٌ َح ِي‬
Artinya: “ maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu,

sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau
sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi
mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang
demikian itu sebagai) syari´at yang benar-benar dari
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Penyantun” (QS. An-Nisa> :12).36

           …
 …    

Artinya: "....Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang

berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada
sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh" (QS. Shad: 24)37
Kedua ayat diatas menunjukkan perkenan dan pengakuan Allah SWT,
akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta, hanya saja dalam surah
An-Nisa>: 12 perkongsian terjadi secara otomatis karena waris, sedangkan
dalam surah Shad ayat 24 terjadi atas dasar akad (ikhtiyar).38

36

Al-Qur'an dan Terjemahannya.,
Ibid.
38
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank syari’ah suatu pengenalan umum, Jakarta: Tazkia institute,
1999, hlm 130
37

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

2. Hadis

Dalam sunnah Nabi Muhammad SAW ditemukan sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Daud. Hadis ini menguatkan pendapat tentang
diperbolehkannya sebuah kerjasama yang disebut dalam Islam dengan
istilah Shirkah. Nabi Muhammad SAW mengemukakan bahwa:

‫ى‬
‫ى‬
‫كي ماَم ََن أح ُد ُُا ى‬
ُ ‫ أناَ ثال‬: ‫َع ْنَ ىأِ ُ َريْ ْرة َر ىض َي اللَهُ َعْهُ ا َن الَلهَ قَال‬
ُ‫صاحبَهُ فىإذا َخانَه‬
َ َ َ ْ ُ ْ َ ‫ث ال َش ىريْ ْ ى‬
(‫ت ىم ْن بَْيى ىه َما )روا ابوداود‬
ْ ‫َخَر َج‬
Dari Abu Hurairah ia merafa’kannya- berkata: sesungguhnya Allah
SWT berfirman: “Aku (orang) ketiga dari dua orang yang berkongsi
selama salah seorang di antara keduanya tidak berkhianat kepada
yang lainnya. Apabila ia berkhianat kepada yang lainnya maka aku
keluar dari keduanya.” (HR. Abu Daud).39

Maksud dari hadis diatas adalah bahwa Allah SWT memperboleh kan
suatu kerjasama serta akan menurunkan barakah pada harta mereka,
memberikan pengawasan dan pertolongan kepada mereka serta mengurus
terpeliharanya atas harta mereka. Selama dalam perkongsian ataupun
kerjasama tersebut tidak terjadi ada pengkhianatan ataupun penipuan serta
perbuatan yang menyakitkan salah satu pihak sehingga menghilangnya unsur
kerelaan dalam kerjasama tersebut. Apabila ada pengkhianatan ataupung
menghilangnya unsur kerelaan atas kerjasama tersebut maka Allah SWT akan
mencabut barakah dari harta tersebut ataupun bisa diartikan oleh penulis
sebagai batalnya akad tersebut.40

39

Ibn Hajar Al- Asqalani, Bulu>ghul Mara>m, terjemahan dari Bulu>ghul Al-Mara>m hadis No. 902,
hlm 358
40
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah., Hlm 224

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

C. RUKUN DAN SYARAT
Dalam suatu kerjasama diperlukan adanya suatu rukun dan syarat-syarat
agar menjadi sah. Syarat sahnya suatu akad apabila terpenuhi semua rukun
dari akad tersebut. Apabila salah satu dari rukun tidak terpenuhi dalam suatu
akad, maka akad tersebut menjadi tidak sah dalam menjalankannya.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa rukun shirkah yang harus ada
dalam melakukan kerjasama antara dua orang atau lebih sebagai berikut :
1. Para pihak yang melakukan perjanjian shirkah (al-‘a>qidain).
2. Sighot (ijab dan qabul).
3. Objek dari akad (mahallul ‘aqad ) bisa berupa harta (modal) dan
pekerjaan.41
Menurut ulama Hanafiyah shirkah hanya mempunyai satu rukun yaitu:
ijab dan qabul. Sedangkan orang yang berakad dan obyeknya bukan termasuk
rukun, tetapi termasuk syarat.42
Adapun syarat dalam akad shirkah menurut jumur ulama antara lain :
1. Pihak-pihak yang melakukan akad (al-‘a>qidain)
Dalam hal ini pihak yang melakukan akad haruslah

memenuhi

persyaratan kecakapan bertindak hukum (mukallaf), antara lain ;

41
42

Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta; Sinar Grafika), Hlm. 76.
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah., Hlm. 220.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

a. Orang yang berakal
Maksud dari berakal adalah orang yang melakukan akad tidak
dalam keadaan gila taupun kehilangan kesadaran seperti orang mabuk.43
b. Baligh
Baligh disini diartikan bahwa para pihak yang melakukan akad
shirkah sudah dalam kategori orang dewasa, yaitu kelayakan seseorang
untuk menerima hak dan kewajiban untuk melakukan tindakan-tindakan
secara hukum. Sehingga seluruh perbutannya dapat dipertanggung
jawabkan secara hukum. 44
c. Dengan kehendak sendiri.
Maksudnya yaitu tidak ada unsur paksaan dari salah satu pihak
ataupun dari pihak lain. Sehingga unsur kerelaan dalam akad tersebut
dapat tercapai.
2. Sighot (ijab dan qabul).
Akad Shirkah dapat terjadi bila terdapat ijab kabul oleh pihak yang
memiliki modal dan keahlian. Tidak ada suatu ketentuan tentang ijab kabul
harus diucapkan ataupun harus dituangkan dalam bentuk tulisan. Karena
yang terpenting dalam ijab kabul yaitu adanya bentuk persetujuan kedua
belah pihak untuk melakukan akad shirkah.45

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta; PT Rajagrafindo Persada,2007), Hlm.
108.
44
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah., Hlm. 118
45
Helmi Karim, Fiqh Muamalah., Hlm. 14
43

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Ijab kabol dinilai tidak sah apabila pihak pihak ataupun salah satu
pihak sekiranya terpaksa dalam melakukannya. Karena pada dasarnya
suatu ijab kabol itu harus mencerminkan suatu kerelaan untuk bekerja
sama, untuk itu tidak sah hukumnya apabila salah satu pihak merasa
melakukan kerjasama dengan rasa terpaksa.
3. Obyek akad (mahallul ‘aqad).
Para ahli hukum islam mensyaratkan beberapa syarat terhadap objek
akad, antara lain46;
a. Objek akad dapat diserahkan atau dapat dilaksanakan
Maksudnya objek akad berupa benda atau barang, manfaat benda,
atau pekerjaan yang dapat dilaksanakan.
b. Objek akad harus tertentu atau dapat ditentukan.
Artinya objek akad diketahui dengan jelas oleh para pihak
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sengketa. Unsur
ketidakjelasan dalam objek yang ditentukan dapat persengketaan
sehingga dapat membatalkan akad.
c. Objek akad dapat ditransaksikan menurut syara>.
Maksudnya objek akan tersebut tidak dilarang oleh hukum seperti
suatu sifat objek tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukannya
sebuah transaksi contoh: jual beli ikan laut yang belum ditangkap oleh
nelayan.

46

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah., Hlm. 191.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Adapula objek akad seharusnya tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, contoh: menjual sebuah pohon dipinggirjalan yang
phon itu digunakan sebagai penghijauan untuk lahan dipinggir jalan.
Dan yang terpenting objek akad tidak mengandung unsur yang
mengharamkan seperti terdapat unsur ghara>r.
Mengenai objek akad yang berupa harta ataupun modal hendaklah
berupa :
a. Barang modal hendaklah dapai dihargai secara umum yang dimaksudkan
adalah berupa uang47, apabila modal berupa barang maka harus dinilai
dengan tunai dan disepakati bersama.48
b. Modal yang disertakan oleh keduabelah pihak menjadi modal bersama
dalam usaha kerjasama, tidaklah untuk dipersoalkan lagi dari mana
modal tersebut. 49
Dewan Syariah Nasional mengemukakan dalam fatwah tentang
pembiayaan musyarakah, mengenai pekerjaan mempunyai syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Partisipasi para pihak dalam kerjasama merupakan dasar dalam
pelaksanaan musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi pekerjaan
bukanlah merupakan menjadi syarat.
b. Pekerjaan yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam musyarakah
haruslah jelas, maksudnya dalam kerjasama ini pekerjaan yang

Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam., Hlm. 76
Fatwah DSN Nomor : 08/DSN-MUI/IV/2000. Tentang Pembiayaan Musyarakah
49
Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam., Hlm. 76
47

48

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

dilakukan oleh kedua belah pihak harus dijelaskan dalam kontrak
perjanjian yang disepakiti bersama.
4. Tujuan (maud}u’ al-‘aqad).
Tujuan disini masuk rukun keempat menurut para ahli kontenporer
islam, dibedakan dengan objek akad. Objek akad merupakan tempat
terjadinya akibat hukum. Maksudnya objek akad adalah suatu faktor utama
terjadinya suatu akibat hukum. Akan tetapi berbeda dengan tujuan akad
yang diartikan sebagai maksud para pihak yang bila terealisasi timbul
akibat hukum terhadap objek tersebut. Dan juga tidak boleh bertentangan
dengan hukum Islam serta memberi keuntungan kepada kedua belah pihak
sehingga tidak ada yang merasa dirugikan dalam akad.50 Adapun tujuan
dari akad shirkah tersebut antara lain ;
1) Memberikan keuntungan kepada para anggota pemilik modal
2) Memberikan lapangan pekerjaan.
3) Memberikan bantuan berupa modal untuk membuka suatu usaha.51

D. MACAM MACAM SHIRKAH
Macam-macam shirkah , para ulama' fiqih memberikan beberapa
macam shirkah , sebagian ulama' ada yang memperoleh shirkah tertentu dan

50
51

Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 125.
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah., Hlm. 226.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.u