Analisis profil peternak terhadap pendapatan dalam usaha ternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN DALAM USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN
PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI Oleh :
ARIEF PERMANA 080306048
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PROFIL PETERNAK TERHADAP PENDAPATAN DALAM USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN
PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI Oleh:
ARIEF PERMANA 080306048/PETERNAKAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi : Analisis profil peternak terhadap pendapatan dalam usaha

ternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten

Deli Serdang


Nama

: Arief Permana

NIM : 080306048

Program studi : Peternakan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA Ketua

Ir. Iskandar Sembiring, MM Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, MSi Ketua Program Studi Peternakan

Tanggal lulus :


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
ARIEF PERMANA: “Analisis Profil Peternak Terhadap Pendapatan Dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”, dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan ISKANDAR SEMBIRING.
Peternakan sapi potong merupakan usaha mayoritas masyarakat di Kecamatan Pancur Batu dimana terdapat perbedaan profil dari masyarakat tersebut, oleh sebab itu perlu diketahui analisis variabel skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan system pemeliharaan ternak yang menggambarkan profil peternak terhadap pendapatan di Kecamatan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara mulai September 2012 sampai Januari 2013. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan unit responden keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Sampel diperoleh melalui metode Proportional Stratified Random Sampling dan diperoleh 147 orang peternak sebagai sampel, yaitu dari desa Baru, desa Tuntungan II, desa Sukaraya, desa Sei Glugur, desa Tanjung Anom dan desa Tuntungan I, masing-masing berjumlah 36, 31, 29, 21, 18 dan 12 orang peternak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan berpengaruh negatif terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Kata Kunci : Profil Peternak, Pendapatan Peternak
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
ARIEF PERMANA: “Farmer Profile of Income Analysis in Beef Cattle Business at Subdistrict Pancur Batu District Deli Serdang”, supervised by ARMYN HAKIM DAULAY and ISKANDAR SEMBIRING.
Beef cattle constitute the majority of the business community in the Subdistrict Pancur Batu where there are differences in the profile of the community, so pleace note analysis variable that business scale, farmers age , educational level, farming experience, number of dependent, level of generation farmers and system management showed farmer profile of income in these subdistricts. This research was conducted in the sibdistrict Pancur Batu district Deli Serdang North Sumatera, whish began on September 2012 until Januari 2013. This study uses survey respondents with a unit that family a maintains beef cattle. Sampels obtained via Proportional Stratified Random Sampling method. Retrieved 147 people farmers in the sample, which was from the village of Baru, Tuntungan II village, Sukaraya village, Sei Glugur village, Tanjung Anom village and the village of Tuntungan I, each amounted to 36, 31, 29, 21, 18 and 12 farmers.
The results showed that business scale has a positive effect on increasing revenue. While farmers age, educational level, farming experience, number of dependents, level of generation farmers and system management has a negative effect on beef cattle breeder in the sibdistrict Pancur Batu district Deli Serdang North Sumatera. Keywords: Farmer Profile, Income Farmers
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 17 Desember 1990 dari bapak Salim dan ibu Jamiah. Penulis merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMU Rakyat Sei Glugur, Pancur Batu pada tahun yang sama masuk Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN). Penulis memilih program studi Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Program Studi Peternakan. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi ekstrauniversitas sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP) dan Wakil Gubernur Mahasiswa Fakultas Pertanian USU. Penulis juga pernah menjadi asisten Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi Peternakan.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Kecamatan Hamparan Perak dari tanggal 21 Juni sampai 28 Juli 2011.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan penulis kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul dari skripsi ini adalah “Analisis Profil Peternak Terhadap Pendapatan dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang” .
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Armyn Hakim Daulay selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Iskandar Sembiring selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan meberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian dan sampai pada ujian akhir.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Peternakan, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ....................................................................................................... i ABSTRACT....................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii
PENDAHULUAN Latar belakang.................................................................................................. 1 Identifikasi Masalah ......................................................................................... 2 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3 Hipotesis Penelitian.......................................................................................... 3 Kegunaan Penelitian......................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Daerah Pancur Batu.................................................................... 5 Ternak Sapi Potong .......................................................................................... 7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ................................................... 9 Profil Peternak.................................................................................................. 10
Skala Usaha............................................................................................... 10 Umur Peternak .......................................................................................... 10 Tingkat Pendidikan ................................................................................... 11 Pengalaman Beternak................................................................................ 12 Jumlah Tanggungan Keluarga .................................................................. 12 Tingkat Generasi Peternak ........................................................................ 13 Sistem Pemeliharaan Ternak..................................................................... 13 Usaha Peternakan Rakyat................................................................................. 14 Panca Usaha Ternak......................................................................................... 15 Pendapatan Usaha Ternak ................................................................................ 19 Analisis Usaha.................................................................................................. 21
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 23 Penentuan Responden Penelitian ..................................................................... 23 Pengumpulan data ............................................................................................ 24 Analisis Data .................................................................................................... 24 Parameter Penelitian......................................................................................... 27
HASIL DAN PEMBAHASAN Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Potong ........................................................ 29 Karakteristik Responden ................................................................................. 30 Pengaruh Variabel terhadap Pendapatan Peternak.......................................... 32
Universitas Sumatera Utara


Rekapitulasi Data ............................................................................................. 39 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................. 40 Saran ....................................................................................................... 40 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 41
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No. Hal 1. Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Deli Serdang menurut Kecamatan.... 6 2. Populasi ternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu menurut desa ................ 7 3. Penggunaan makanan oleh berbagai ternak ......................................................... 16 4. Karakteristik responden di daerah penelitian tahun 2012 ..................................... 30 5. Analisis varian pendapatan dan hasil penduga parameter..................................... 33 6. Analisis regresi linear berganda pengaruh jumlah ternak, umur peternak, tingkat
pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan ternak terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang........... .......................................................................................................33 7. Rekapitulasi data ....................................................................................................39
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal. 1. Karakteristik sosial dan ekonomi responden................................................... 43 2. Descriptive Statistics....................................................................................... 48 3. Variables Entered/Removedb .......................................................................... 48 4. Correlations .....................................................................................................49 5. Model Summary..............................................................................................50 6. Anovab.............................................................................................................50 7. Coefficientsa ....................................................................................................50
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
ARIEF PERMANA: “Analisis Profil Peternak Terhadap Pendapatan Dalam Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”, dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan ISKANDAR SEMBIRING.
Peternakan sapi potong merupakan usaha mayoritas masyarakat di Kecamatan Pancur Batu dimana terdapat perbedaan profil dari masyarakat tersebut, oleh sebab itu perlu diketahui analisis variabel skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan system pemeliharaan ternak yang menggambarkan profil peternak terhadap pendapatan di Kecamatan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara mulai September 2012 sampai Januari 2013. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan unit responden keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Sampel diperoleh melalui metode Proportional Stratified Random Sampling dan diperoleh 147 orang peternak sebagai sampel, yaitu dari desa Baru, desa Tuntungan II, desa Sukaraya, desa Sei Glugur, desa Tanjung Anom dan desa Tuntungan I, masing-masing berjumlah 36, 31, 29, 21, 18 dan 12 orang peternak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan berpengaruh negatif terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Kata Kunci : Profil Peternak, Pendapatan Peternak
Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
ARIEF PERMANA: “Farmer Profile of Income Analysis in Beef Cattle Business at Subdistrict Pancur Batu District Deli Serdang”, supervised by ARMYN HAKIM DAULAY and ISKANDAR SEMBIRING.
Beef cattle constitute the majority of the business community in the Subdistrict Pancur Batu where there are differences in the profile of the community, so pleace note analysis variable that business scale, farmers age , educational level, farming experience, number of dependent, level of generation farmers and system management showed farmer profile of income in these subdistricts. This research was conducted in the sibdistrict Pancur Batu district Deli Serdang North Sumatera, whish began on September 2012 until Januari 2013. This study uses survey respondents with a unit that family a maintains beef cattle. Sampels obtained via Proportional Stratified Random Sampling method. Retrieved 147 people farmers in the sample, which was from the village of Baru, Tuntungan II village, Sukaraya village, Sei Glugur village, Tanjung Anom village and the village of Tuntungan I, each amounted to 36, 31, 29, 21, 18 and 12 farmers.
The results showed that business scale has a positive effect on increasing revenue. While farmers age, educational level, farming experience, number of dependents, level of generation farmers and system management has a negative effect on beef cattle breeder in the sibdistrict Pancur Batu district Deli Serdang North Sumatera. Keywords: Farmer Profile, Income Farmers
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya
penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Seekor atau kelompok ternak sapi dapat menghasilkan suatu bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan lain sebagainya. Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani.
Ternak sapi potong di Indonesia sebagai salah satu sumber makanan berupa daging, produktivitasnya masih sangat memperihatinkan karena jumlahnya masih jauh dari target yang dibutuhkan konsumen. Hal ini disebabkan oleh produksi daging masih rendah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah produksi daging masih rendah, antara lain populasi dan produksi sapi yang rendah.
Hal yang tampak di Sumatera Utara ada beberapa daerah yang sangat padat, ada yang sedang, tetapi ada yang sangat jarang atau terbatas penyebaran populasi ternak sapi potong. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi besarnya penghasilan atau pendapatan masyarakat pada daerah tersebut sehingga timbul perbedaan dalam segi ekonomi maupun dalam pemenuhan gizi hewani khususnya daging sapi setiap daerah. Sehubungan hal diatas maka penulis mencoba untuk meneliti dan menganalisa faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong pada suatu daerah berdasarkan jumlah kepemilikan.
Universitas Sumatera Utara

Kecamatan Pancur Batu merupakan salah satu daerah penyebaran populasi ternak di Kabupaten Deli Serdang yang berpotensi untuk dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan daging dengan melihat pertambahan populasi ternak yang tiap tahunnya bertambah. Dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2011 populasi sapi potong di Kecamatan Pancur Batu mencapai 2.817 ekor.
Dalam melaksanakan usaha ternak sapinya, peternak berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efesien dalam menjalankan dan mengelola usahanya. Karakteristik sosial ekonomi peternak (skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan ternak) dapat mempengaruhi peternak dalam mengambil keputusan yang dapat memberikan pengaruh keuntungan bagi usaha ternaknya. Peternak berusaha untuk mengalokasikan faktor produksi (lahan, modal dan tenaga kerja) seefisien mungkin untuk memperoleh hasil dan keuntungan maksimal.
Identifikasi Masalah Usaha ternak sapi dalam bentuk usahatani merupakan salah satu usaha
yang dikelola oleh petani/peternak dengan peran ekonomi yang relatif terbatas. Usaha tenak sapi potong merupakan salah satu jenis usaha yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Usaha peternakan ini ada yang dijadikan sebagai pekerjaan utama, ada juga yang dijadikan sebagai pekerjaan sampingan.
Universitas Sumatera Utara

Permasalahan umum yang perlu diketahui berkaitan dengan hal-hal penting yang menyangkut segi ekonomi peternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut :

• Adakah pengaruh skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan ternak terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ?
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh profil
peternak (skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan ternak) terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang .
Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil dugaan sementara
bahwa profil peternak (skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, tingkat generasi peternak dan sistem pemeliharaan ternak) berpengaruh positif terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang .
Universitas Sumatera Utara

Kegunaan Penelitian Menjadi acuan bagi peternak sapi potong dalam melakukan pemeliharaan
ternak sapi potong guna meningkatkan pendapatannya, bagi instansi yang terkait khususnya dapat menjadi acuan dalam rangka pembangunan usaha ternak sapi potong di wilayah yang bersangkutan atau di daerah lain dan menjadi sumber informasi bagi kalangan akademisi dan peneliti lainnya.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Daerah Pancur Batu Luas Kecamatan Pancur Batu adalah 122,53 Km2 atau sekitar 12.253 Ha,
yang terdiri dari 25 Desa dan 112 dusun, dengan Ibukota Kecamatan terletak di Desa Tengah. Keadaan alam Kecamatan Pancur Batu pada umumnya mempunyai 2 (dua) iklim musim yaitu musim kemarau dan musim hujan yang mana kedua iklim tersebut dipengaruhi oleh angin laut dan angin pegunungan. Secara administratif Kecamatan Pancur Batu berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu : sebelah Utara Kecamatan Sunggal dan Kota Medan, sebelah Selatan Kecamatan Sibolangit, sebelah Timur Namo Rambe dan sebelah Barat Kutalimbaru (Badan Pusat Statistik, 2011).
Kecamatan Pancur Batu merupakan salah satu daerah penyebaran populasi ternak di Kabupaten Deli Serdang yang berpotensi untuk dikembangkannya populasi ternak sapi potong menjadi lebih baik lagi karena kawasan tersebut termasuk salah satu wilayah di Provinsi Sumatera Utara yang perkembangan populasi ternak sapi potong pada tahun 2011 di Kecamatan Pancur Batu mencapai 2.817 ekor (Badan Pusat Statistik, 2011).
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Deli Serdang menurut Kecamatan

No Kecamatan

1 Gunung Meriah 2 S.T.M Hulu 3 Kutalimbaru 4 Sibolangit 5 Pancur Batu 6 Namo Rambe 7 Biru-biru 8 S.T.M Hilir 9 Bangun Purba 10 Galang 11 Tanjung Morawa 12 Patumbak 13 Deli Tua 14 Sunggal 15 Hamparan Perak 16 Labuhan Deli 17 Percut Sei Tuan 18 Batang Kuis 19 Pantai Labu 20 Beringin 21 Lubuk Pakam 22 Pagar Merbau
Total

Luas wilayah (km2)
76,65 223,38 179,96 174,92 122,53 62,30 89,69 190,50 129,95 150,29 131,75 46,79
9,36 92,52 230,15 127,23 190,79 40,34 81,85 52,69 31,19 62,89 2.497,72

Jumlah sapi potong
2 410 6.901 690 2.817 5.307 264 11.435 3.575 3.134 2.037 649 513 3.196 10.697 818 7.384 1.419 251 1.627 422 8.796 65.270

Jumlah KK (Kepala Keluarga)
745 3.219 5.419 8.757 20.839 9.055 8.507 7.786 5.308 15.025 44.655 20.795 13.715 56.268 35.929 13.973 87.787 12.964 9.926 12.129 18.708 1.305 420.305

Kepadatan sapi / luas wilayah
0,02 1,83 38,34 3,94 22,99 85,18 2,94 60,02 27,51 20,85 15,46 13,87 54,80 34,54 46,47 6,42 38,70 0,35 3,06 30,87 13,52 20,75 542,43

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang (2011)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2. Populasi ternak sapi potong di Kecamatan Pancur Batu menurut Desa

No Desa

Luas desa Jumlah Jumlah (km2) sapi KK

Jumlah Kepadatan KK sapi/luas

potong (Kepala peternak wilayah

Keluarga)

1 Baru

2,72 261 1.610

120

95,95


2 Bintang Merah 6,99 33 293 15

4,72

3 D.Simbelang A

4,89

44

630

20

8,99

4 Durin Jangak 4,91 48 491 22

9.77


5 Durin Tongal 9,11 174 668 60 19.09

6 Gunung Tinggi 5,09 196 434 90 38,50

7 Hulu

2,14 37 906 17 17,28

8 Lama

1,68 76 1.332 35 45,23

9 Namo Simpur 2,19 59 332 27 26,94

10 Namo Riam

5,15 63 412 29 12,23

11 Namo Rih


4,09 174 299 60 42,54

12 Namo Bintang

4,99 186

546

74

45,47

13 Pertampilan

4.39 37 356 26

7,41

14 Salam Tani

9,74 180

348

57 41,28

15 Simalingkar A

3,41 276

840

70 28,33

16 Sembahe Baru

3,57 124

720

57 36,36

17 Sei Glugur

20,40 152 1.436

70 42,57

18 Sugau

4,19 22

36 10

1,07

19 Sukaraya

3,92 207

968

95 49,40

20 Tanjung Anom

5,24

83 2.287

38 21,17

21 Tuntungan I

3,44 131

836

60

25

22 Tuntungan II

3,52 222 1.130

102

64,53

23 Tiang Layar 4,15 20 393 9 4,81

24 Tengah

1,15 12 537

5 10,43

25 P.Simalingkar

1,49

0 1.699

0

0

Total

122,53 2.817 20.839 1.168

699,07

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang (2011)

Kepemilikan Kepemilikan sapi/KK sapi/jumlah penduduk KK peternak
0,16 2,17 0,11 2,2 0,06 2,2 0,09 2,18 0,26 2,9 0,45 2,17 0,04 2,17 0,05 2,17 0,17 2,18 0,15 2,17 0,58 2,9 0,12 2,51 0,10 1,42 0,51 3,15 0,32 3,94 0,17 2,17 0,10 2,17 0,06 2,2 0,21 2,17 0,03 2,18 0,15 2,18 0,19 2,17 0,05 2,22 0,02 2,4
00 4,15 56,29

Ternak Sapi Potong
Untuk memulai suatu peternakan sapi potong sebaiknya perlu terlebih dahulu mengadakan pengenalan terhadap berbagai bangsa/jenis sapi potong, terutama menyangkut hal seperti pertumbuhan, produksi dan lain hal yang menentukan perkembangan sapi tersebut sehingga apabila hendak mendirikan peternakan atau memelihara ternak sudah mendapat gambaran umum akan hal-hal apa yang perlu diadakan untuk menjamin perkembangan ternak tersebut dengan baik (Abidin dan Simanjuntak, 1977).

Universitas Sumatera Utara

Para peternak sapi harus menyadari bahwa daerah tropis seperti di Indonesia ini suhu udaranya relatif tinggi, sehingga sangat berpengaruh terhadap kehidupan ternak sapi. Bagi bangsa-bangsa sapi lokal (tropis) hal ini tidak akan menimbulkan gangguan yang berat (stress). Bangsa-bangsa sapi tropis yang kita kenal ialah Zebu (Bos indicus) dan Banteng (Bos sondaicus), atau hasil persilangan dari kedua golongan tersebut. Penyebaran Zebu di daerah tropis, khususnya di Asia, ternyata lebih banyak dibandingkan dengan sapi-sapi Eropa (Bos taurus) (AAK, 1991).
Sapi-sapi asli Indonesia yang terkenal yaitu : sapi Bali, sapi Ongole sedangkan sapi lainnya seperti sapi Madura, sapi Aceh dan sapi Lampung tidak begitu terkenal karena sifat penyebaran dan pertumbuhan tidak begitu menonjol bila dibandingkan dengan kedua sapi tersebut (Abidin dan Simanjuntak, 1977).
Menurut Idris et al. (1991), sapi Ongole berukuran besar dan gagah, watak sabar dan tenaga kuat, baik untuk pekerjaan yang berat. Tanda-tandanya : kepala tidak terlalu panjang, profil melengkung sekali, leher pendek dan tebal, tubuh padat, besar dan kuat. Panjang tubuh ± 110 cm dari tingginya. Tinggi sapi jantan 140-160 cm, betina 130-140 cm. Kaki agak panjang tetapi kuat. Ambing kurang baik tumbuhnya. Warna bulu putih atau abu-abu dengan kuning tua.
Sapi dari daerah yang beriklim sedang mempunyai kerangka yang relatif kurang kompak, sedangkan sapi-sapi tropis mempunyai kerangka persegi, anggota badan lebih besar, lipatan kulit menggantung antara kerongkongan dan brisket sapi tertentu yang besar dengan kulit yang berbulu sangat pendek (Lawrie, 1995).
Universitas Sumatera Utara

Karakteristik sapi dari tipe potong adalah : bentuk tubuh padat, dalam, lebar dan kaki pendek. Badan seluruhnya berisi daging. Sela garis tubuh lurus dan rata. Kepala pendek dan lebar pada frontalisnya. Leher tebal dan bahu berisi. Punggung dan pinggang lebar. Kemudi lebar. Dada lebar dan dalam. Dilihat dari samping, tubuh tampak seperti segi empat panjang dan dalam. Pertumbuhan tulang, dagingdan lemak badan tampak baik (Idris et al., 1991).
Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Produksi Ternak sapi potong sebagai salah satu sumber makanan berupa daging,
produktivitasnya masih sangat memprihatinkan karena volumenya masih sangat jauh dari target yang diperlukan konsumen. Hal ini disebabkan oleh produksi daging masih sangat rendah (Pane dan Ismed, 1986).
Rendahnya populasi ternak sapi merupakan salah satu faktor penyebab volume produksi daging masih rendah. Pada umumnya, selama ini di negara kita sebagian besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam skala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998).
Disamping itu, ternak sapi yang dipelihara ini masih merupakan bagian kecil dari seluruh usaha pertanian dan pendapatan total. Tentu saja usaha berskala kecil ini terdapat banyak kelemahan. Diantaranya adalah sebagai produsen perorangan pasti tidak dapat memanfaatkan sumber daya produktivitasnya yang tinggi seperti pada sektor usaha besar dan modern. Sebab pada usaha kecil ini baik dalam pengadaan pakan, bibit, transportasi, pemeliharaan dan lain sebagainya
Universitas Sumatera Utara

akan menjadi jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan usaha skala besar (Tafal, 1981).
Menurut Sugeng (2001), tingkat produksi yang rendah diakibatkan beberapa faktor sebagai berikut : faktor tujuan pemeliharaan, faktor bibit dan faktor pakan tersedia terbatas.
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan adalah faktor genetik, faktor lingkungan serta interaksi faktor genetik dengan lingkungan. Seekor ternak yang genetiknya tidak menghasilkan daging, walaupun hidupnya dalam lingkungan yang baik tidak akan menghasilkan daging yang baik tetapi hidup dalam lingkungan yang jelek juga tidak akan menghasilkan daging yang memuaskan (Lasley, 1978).
Menurut Berg dan Butterfield (1976), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertambahan berat badan adalah bangsa ternak, umur ternak, jenis kelamin dan makanannya serta lingkungannya. Profil Peternak Skala Usaha
Menurut Soekartawi (1995), bahwa pendapatan usaha ternak sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara

Umur Semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa
keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi (Chamdi, 2003).
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2009).
Tingkat Pendidikan Model pendidikan yang digambarkan dalam pendidikan petani bukan
pendidikan formal yang acap kali mengasingkan pertanian dan realitas. Pendidikan petani yang dikembangkan adalah pendidikan yang memungkinkan tiap-tiap pribadi berkontak dengan orang lain, pekerjaan dan dengan dirinya sendiri (kebutuhan, perasaan, dorongan, saling memberi dan menerima, berbicara dan mendengarkan). Model pendidikan ini mempunyai ideal yang mengarah pada suatu sasaran agar petani mempunyai mentalitas yang baik yang disertai dengan penguasaan manajemen dasar serta memiliki skill dalam praktek bertani, yang akhirnya membawa petani untuk memperoleh produksi yang optimal. Produksi yang optimal tentu merupakan suatu langkah penting untuk memenuhi kebutuhan (Wiryono, 1997).
Universitas Sumatera Utara

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).
Menurut Soekartawi et al. (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. Peternak yang tingkat pendidikannya lebih tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar pendapatan peternak namun kenyataan di lapangan berbeda seperti yang telah diuraikan diatas karena pada dasarnya peternak yang ada di daerah peneltian masih tergolong berpendidikan menengah.
Pengalaman Beternak
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian
(Fauzia dan Tampubolon, 1991).
Faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan di daerah tersebut (Abidin dan Simanjuntak, 1997).
Universitas Sumatera Utara

Jumlah Tanggungan Keluarga Semakin besarnya jumlah anggota petani atau peternak akan semakin
besar pula tuntutan kebutuhan keuangan rumah tangga. Hal demikian besarnya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusaha tani. Keluarga yang memiliki sebidang tanah tetap saja jumlahnya semakin sempitnya dengan pertambahan anggota secara terus-menerus, sementara kebutuhan akan diproduksi termasuk pangan semakin bertambah (Daniel, 2002).
Tingkat Generasi Peternak Pada umumnya pengetahuan tentang beternak diperoleh dari orang tua.
Orang tua menurunkan generasi cara beternak kepada anak-anaknya. Generasi peternak akan berjalan dengan sendiri secara turun-temurun. Sehingga bisa dipastikan apabila orang tuanya dahulu peternak maka generasi peternak akan diturunkan kepada anak-anaknya. Hal demikian dapat didorong dengan adanya kemauan dan motivasi dari generasi penerus peternak itu sendiri (http://generasi-peternak.com.-tingkat).
Sistem Pemeliharaan Ternak Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang
hari berada di dalam kandang. Mereka makan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat menjadi gemuk dan kotorannya pun cepat bisa terkumpul dalam
Universitas Sumatera Utara

jumlah yang lebih banyak sebagai pupuk. Sapi-sapi memperoleh perlakuan yang lebih teratur atau rutin dalam hal pemberian pakan, pembersihan kandang, memandikan sapi, menimbang, mengendalikan penyakit (Sugeng, 2001).
Sistem pemeliharaan semi-intensif adalah kegiatan pemeliharaan ternak dengan sistem pengembalaan yang dilakukan secara teratur dan baik. Dalam kondisi tertentu, pemilik sudah mulai menaruh perhatian terhadap ternak yang dipeliharanya, terutama ketika ternak akan melahirkan dan digemukan untuk dipotong dengan mengurung ternak selama sehari penuh. Dalam hal ini pemilik sudah mulai menjaga kebersihan kandang dan memberikan obatobatan/konsentrat sebagai tambahan makanan. (Mulyono dan Sarwono, 2007).
Sistem pemeliharaan ekstensif merupakan beternak secara tradisional yaitu campur tangan peternak terhadap ternak peliharaanya hampir tidak ada. Ternak dilepas begitu saja dan pergi mencari pakan sendiri di lapangan pengembalaan, pinggiran hutan atau tempat lain yang banyak ditumbuhi rumput dan sumber pakan. Sesuai dengan habitat aslinya, ternak menyukai pakan dari tanaman di daerah perbukitan (Mulyono dan Sarwono, 2007).
Usaha Peternakan Rakyat Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain : skala usaha
kecil dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap perubahan-perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1988).
Universitas Sumatera Utara

Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak. Pada umumnya ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia berlahan sempit, permodalan terbatas, tingkat pengetahuan petani yang terbatas dan kurang dinamik serta pendapatan petani yang rendah (Soekartawi et al., 1986).
Di dalam pertanian rakyat, hampir tidak ada usaha tani yang memproduksi satu macam hasil saja. Disamping hasil-hasil tanaman, usaha pertanian rakyat meliputi pula usaha-usaha peternakan, perikanan dan kadang-kadang usaha pencarian hasil hutan (Mubyarto, 1991).
Usahatani atau usaha peternakan mempunyai ciri khas yang mempengaruhi prinsip-prinsip manajemen dan teknik-teknik yang digunakan. Usahatani dan usaha peternakan sering dianggap sebagai usaha yang lebih banyak resikonya dalam hal output dan perubahan harga serta pengaruh cuaca terhadap keseluruhan proses produksi (Kay dan Edward, 1994) .
Menurut Kay dan Edward (1994), dalam usahatani dan usaha peternakan, pembagian kerja dan tugas manajemen jarang dilakukan, kecuali untuk skala usaha besar. Petani dalam usahatani tidak hanya menyumbangkan tenaga saja, tetapi lebih dari itu. Dia adalah pemimpin (manager) usahatani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara

Panca Usaha Ternak Potong Bibit
Menurut Sugeng (2001), dalam hal penelitian bibit dengan cara seleksi dan penyingkiran ternak yang kurang baik dari kelompok yang dipelihara tidak perlu dilakukan. Laju pertumbuhan ternak yang bagaimanapun tidak perlu dihiraukan. Yang terpenting bagi peternak adalah ternak yang dipelihara itu tetap bisa berkembang biak.
Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah keterampilan memilih bibit ternak, sebagai pejantannya digunakan pemacak milik desa atau milik pemerintah atau dengan inseminasi buatan (Dinas Peternakan, 1983).
Pakan Keberhasilan suatu usaha ternak hanya mungkin tercapai apabila
faktor-faktor penunjangnya memperoleh perhatian yang penuh. Salah satu faktor utamanya adalah makanan disamping faktor genetis dan manajemen. Oleh karena itu, bibit ternak yang baik dan dari jenis yang unggul harus diimbangi dengan pemberian makanan yang baik pula (AAK, 1991)
Sistem alat pencernaan dari berbagai jenis-jenis ternak mencerminkan pula macam bahan makanan yang dapat dimakannya. Ternak ruminansia atau pemamah biak mempunyai alat pencernaan yang berbeda dari non ruminansia. Ruminansia menggunakan hijauan sebagai bahan makanan utama sebaliknya
Universitas Sumatera Utara

ternak - ternak non ruminansia menggunakan kosentrat sebagai bahan makanan pokok ( Abidin dan Simanjuntak, 1997).

Ternak sapi sebagai salah satu hewan ruminansia beralat pencernaan yang terbagi atas empat bagian yakni rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Dengan alat ini, sapi mampu menampung jumlah bahan pakan yang lebih besar dan mampu mencerna bahan pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi. Sehingga pakan pokok hewan ini berupa hijauan atau rumput dan pakan penguat sebagai tambahan. Pada umumnya bahan pakan hijauan diberikan dalam jumlah 10 % dari berat pakan dan pakan penguat cukup 1 % dari berat badan (Sugeng, 2000).

Pada tabel dibawah ini dapat dilihat penggunaan makanan oleh berbagai ternak sebagai berikut :

Tabel 3. Penggunaan makanan oleh berbagai ternak

Babi Unggas (%) (%)

Penguat / konsetrat 97,4

95,3

Hijauan

2,6 4,7

Sumber : Ir. Susetyo, dkk (1969).

Sapi Perah (%)
26,2
73,8

Sapi Potong (%)
18,4
81,6

Sapi potong (%) 6,0 94,0

Di negara kita pemberian makanan pada ternak belum begitu diperhatikan.

Pada umumnya ternak hanya diberikan makanan hijauan dengan cara

menggembalakan di lapangan ataupun diarit untuk diberikan pada ternaknya. Pada

umumnya kualitas rumput tersebut sangat rendah, karena jarang terdapat

pemeliharaan rumput-rumputan hijauan makanan ternak secara khusus untuk

makanann ternaknya (Abidin dan Simanjuntak, 1977).

Universitas Sumatera Utara

Kandang
Perkandangan dan peralatan sangat penting dalam menentukan sukses tidaknya sesuatu perusahaan ternak sapi. Oleh karena itu sangat perlu untuk merencanakan pembuatan kandang dengan peralatan seefisien mungkin. Peternakan sapi dengan sistem pemeliharaan di pasture (padang pengembalaan), kandang diperlukan hanya untuk malam hari dimana sapi – sapi tersebut pada pagi harinya dilepas pada padang pengembalaan ini dapat dibuat pula kandang yang dilengkapi dengan atap yang bisa terbuat dari genteng atau rumbia atau bisa juga tanpa atap. Lantainya sebaiknya di semen. Sebagai patokan umum seekor sapi dewasa membutuhkan tempat seluas 2,5 sampai 3 m2 (kira – kira 1,5 x 2 m) per ekornya (Abidin dan Simanjuntak, 1977).
Luas kandang per ekor 1,5 m x 1,8 m = 2 m2. Membuat kandang untuk kapasitas 8-10 ekor di bawah satu atap lebih ekonomis daripada kapasitas 2-3 ekor di dalam satu atap. Lantai kandang, baik lantai tanah, adukan semen, aspal, batubatu dan sebagainya, harus dibuat agak sedikit miring. Kemiringan lantai kandang cukup dibuat 5 cm saja. Kemiringan lantai ini bertujuan agar air kencing sapi tidak berhenti dan bercampur dengan kotoran dan tilam (bedding) yang dipakai sebagai alas ternak, sehingga kesehatan sapi tetap terjamin (AAK, 1991).
Kontruksi kandang menurut Sugeng (2001), dibangun dengan perencanaan yang benar akan menjamin kenyamanan hidup ternak, sebab bangunan kandang sangat erat hubungannya dengan kehidupan ternak.
Sehubungan dengan kebutuhan hidup ternak sapi untuk beradaptasi ini, maka perencanaan bangunan kandang yang perlu diperhatikan ialah : iklim
Universitas Sumatera Utara

setempat, kontruksi dan bahan bangunan. Ketiga faktor ini perlu diperhatikan karena faktor-faktor tersebut akan membawa kenyamanan bagi ternak apabila kesemuanya tadi dipadu dengan baik (AAK, 1991).
Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Penyakit yang timbul pada sapi potong biasannya dibagi atas empat macam yaitu : 1) external parasitis, 2) internal parasitis, 3) penyakit menular dan 4) penyakit tidak menular. Pencegahan terhadap timbulnya penyakit lebih penting daripada mengobati. Oleh karena itulah maka para peternak selalu menjaga kesehatan dari pada ternak–ternaknya melalui sanitasi yang baik, penyemprotan dengan desinfektan dan vaksinasi secara teratur. Ternak-ternak akan mudah tertular penyakit bila manajemennya kurang baik. Parasit-parasit dan penyakit biasanya berkembang baik pada ternak-ternak yang kondisinya tidak baik dan dapat menyebar pada ternak-ternak yang sehat lainnya (Abidin dan Simanjuntak, 1977).
Sapi yang terkena penyakit biasanya menimbulkan kerugian besar terlebih penyakit menular, walaupun terkadang tidak menyebabkan kematian secara langsung namun dapat merusak kesehatan. Misalnya penyakit brucellosis dan tubercullose, anthrax, mulut dan kuku. Penanggulangan perlu secara dini. Para peternak tidak perlu mengetahui masalah-masalah kedokteran hewan, tetapi yang perlu adalah pengenalan berbagai jenis penyakit dan sebabya, akibat serangan, gejala yang tampak, penyebarannya, pencegahan dan pemberantasannya (AAK, 1991).
Universitas Sumatera Utara

Pemasaran Permintaan pasar atas daging sapi meningkat terus dari tahun ke tahun
sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan taraf hidup rakyat disertai dengan pengertian mengenai kepentingan pangan dan gizi. Hal tersebut sangat erat hubungannya dengan kehidupan sosial dan agama, seperti musim haji, musim hajatan (pernikahan, dll), hari Natal dan tahun Baru, dan puncaknya adalah hari raya Idul Fitri dan bulan Syawal (Darmono, 1993).
Pada tahun 1994, proyeksi permintaan daging sapi di Indonesia adalah 324.000 ton, sedangkan daging sapi yang tersedia adalah 308.000 ton dan sebagian besar dipenuhi dari produksi lokal. Dengan demikian, terdapat kelebihan permintaan sebesar 16.000 ton. Kesenjangan antara permintaan dan pemasokan daging sapi tersebut merupakan peluang pemasaran bagi daging sapi di Indonesia (Arifin, 1993).
Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan pengetahuan masyarakat tentang gizi berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat ke arah gizi berimbang sehingga memberikan peluang pemasaran hasil-hasil peternakan. Disamping itu, terbukanya perdagangan internasional mengakibatkan kemungkinan ekspor ternak dan hasil semakin meningkat bila diikuti dengan peningkatan kualitas (Gunawan et al., 1993).
Universitas Sumatera Utara

Pendapatan Usaha Ternak Biaya Produksi
Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat di ukur untuk menghasilkan suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1988).
Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumber daya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya biaya variabel.
Biaya tetap (fix cost) adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegitan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan ( Widjaja, 1999).
Depresiasi asuransi, perbaikan rutin, pajak dan bunga modal termasuk ke dalam biaya tetap, sedangkan pakan, bibit, pupuk, obat-obatan, bahan bakar dan kesehatan ternak termasuk biaya tidak tetap (Kay dan Edward, 1994).
Pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi (input) yang diperlukan pada proses produksi. Untuk sarana produksi yang dibeli dimasukkan dalam biaya tunai, sedangkan untuk sarana produksi yang tidak dibeli dimasukkan dalam biaya diperhitungkan (Soeharjo dan Patong, 1973).
Universitas Sumatera Utara

Penerimaan dan Pendapatan Soekartawi et al. (1986) menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai
produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual.
Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan bahwa penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga per satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada tingkat usaha tani atau harga jual petani.
Penerimaan dalam usaha tani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi (Kay dan Edward, 1994).
Soeharjo dan Patong (1973), menyebutkan bahwa dalam analisis pedapatan diperlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran sama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.
Analisis usaha Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu
usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang di hadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari
Universitas Sumatera Utara

titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Hernanto (1996), menyatakan bahwa analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh. Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu :
(1) arus biaya dan penerimaan (cash flow), yaitu berupa biaya operasional (2) neraca (balance sheet), yaitu berupa harta, utang dan modal (3) pertelaan pendapatan (income statement), yaitu menyangkut laporan laba-rugi berupa pendapatan dikurangi dengan beban (biaya).
Pendapatan (income statement) lebih menunjukkan kepada sumber-sumber penerimaan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai penerimaan tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana ril untuk periode selanjutnya. Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memilki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis usaha juga dapat memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit, pakan, kandang serta lamanya modal akan kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.
Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat di tingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatanya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli
Serdang Provinsi Sumatera Utara mulai bulan September 2012 sampai dengan bulan Januari 2013.
Penentuan Responden Penelitian Responden terdiri dari para peternak sapi di Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang. Metode responden yang digunakan adalah metode survei dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode penarikan responden yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Pada tahap pertama pemilihan 6 buah desa dari beberapa desa yang ada di Kecamatan Pancur Batu dengan metode penarikan responden secara Proportional Stratified Random Sampling. Wirartha (2006), yaitu desa yang kepadatan ternak sapinya tinggi, sedang dan jarang, dimana penentuan kepadatan ternak sapi potong yang tinggi (desa Baru dan Tuntungan II), sedang (desa Sei Glugur dan Sukaraya) dan jarang (desa Tanjung Anom dan Tuntungan I) tersebut ditentukan dengan melihat data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang dalam angka 2011.
Universitas Sumatera Utara

2. Pada tahap kedua pemilihan responden secara acak sederhana, diambil masing-masing 30% dari seluruh peternak dari setiap desa sampel. Wirartha (2006), menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan data statistik ukuran sampel paling kecil 30 % sudah dapat mewakili populasi.
Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder. 1. Data primer diperoleh dari monitoring terhadap kegiatan usaha ternak sapi potong melalui wawancara dan pengisian daftar kuisioner. 2. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang dan Kantor Kecamatan Pancur Batu.
Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil wawancara dilapangan diolah dan ditabulasi
kemudian dibuat rataannya. Kemudian data rataan dimasukkan kedalam neraca keuangan masing-masing peternak dan diambil rataan pendapatan peternak.
Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis pendapatan dan analisis regresi linear berganda dengan rumus sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara

• Analisis Pendapatan Pd =

TR – TC

Dimana:

Pd : adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak sa