Analisis Usaha Ayam Pedaging Kemitraan dan Mandiri Di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat.
ANALISIS USAHA AYAM PEDAGING KEMITRAAN DAN
MANDIRI DI KECAMATAN SELESAI DAN KECAMATAN
KUALA KABUPATEN LANGKAT
TESIS
Oleh :
TOMMY P A SINAGA 107039027/ MAG
PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
ANALISIS USAHA AYAM PEDAGING KEMITRAAN DAN
MANDIRI DI KECAMATAN SELESAI DAN KECAMATAN
KUALA KABUPATEN LANGKAT
TESIS
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
TOMMY P A SINAGA 107039027/ MAG
PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
(3)
Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada 19 AGUSTUS 2013
Pembimbing
Ketua : Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, Ms Anggota : Ir. Iskandarini, MM, PhD. Penguji : Ir. Diana Chalil, MSi, PhD.
(4)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
ANALISI USAHA AYAM PEDAGING KEMITRAAN DAN MANDIRI DI KECAMATAN SELESAI DAN KECAMATAN KUALA KABUPATEN LANGKAT
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan,
Tommy P A Sinaga NIM. 107039027/MAG
(5)
RIWAYAT HIDUP
TOMMY PASKAH ARIOS SINAGA, lahir di Pematang Siantar, Simalungun pada tanggal 03 April 1988 dari Bapak Jawalsin Sinaga dan Ibu Betty Christina Marpaung. Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1993 masuk Sekolah Dasar Negri Bukit lima PTPN-IV
Simalungun, tamat tahun 1999.
2. Tahun 1999 masuk Sekolah Menengah Pertama swata Putri Cahaya Medan, tamat 2002.
3. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Atas Negri 1 Medan, tamat tahun 2005.
4. Tahun 2005 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian dengan Jurusan Agribisnis di Universitas Sumatera Utara Medan, tamat tahun 2010.
5. Tahun 2011 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara..
(6)
Judul : Analisis Usaha Ayam Pedaging Kemitraan dan Mandiri Di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat. Nama : Tommy P A Sinaga.
NI M : 107039027
Program Study : Magister agribisnis
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof.Dr.Ir. Kelin Tarigan, Msi)
Ketua Anggota
(Ir.Iskandarini, MM, Ph.D)
Ketua Program Study, Dekan,
(7)
ABSTRACT
TOMMY, P.A. SINAGA. The Analysis of Partnership and Independent Business of Broilers in Selesai Subdistrict and in Kuala Subdistrict, Langkat District (Supervised by Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS as the Chairperson, and Ir. Iskandarini, M.M., Ph.D., as the member)
Broilers are a kind of fowls which are available for food, especially as animal protein supplier. Broiler chicken has the strategic potential for fulfilling the need for chicken in order to support the government program for the national self-supporting meat in 2014. Besides that, it can also be used as a prospective business commodity because business of broilers is a very promising one. Therefore, it is necessary to do a research on how big its economic value. The objective of the research was to analyze partnership and independent businesses of broilers in Selesai Subdistrict and in Kuala Subdistrict, Langkat District. The data consisted of primary and secondary data, and the research was conducted in 2013. The data were analyzed by using disparity test model of two independent samples and simple correlation by using an SPSS 17 software program.
The result of the analysis showed that there was the disparity in income, selling price, production, total cost, and supply between partnership broiler business and independent broiler business. From the viewpoints of income, selling price, total cost, and supply, independent broiler raisers was bigger than that of partnership boiler raisers; while from the viewpoints of its production, partnership broiler raisers were bigger than that of independent broiler raisers. The income of independent broiler raisers was higher than that of partnership broiler raisers. The R/C of independent broiler raisers was 21.24, and the R/C of partnership broiler raisers was 1.08. The correlation between the number of raised broilers and the supply (r) was 0.999 which indicated that there was significant correlation between the number of raised broilers and its supply.
(8)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dab Kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul : “Analisis Usaha Ayam Pedaging Kemitraan dan Mandiri di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat”.
Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan akademik menyelesaikan pendidikan Program Studi Pasca Sarjana Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih terdapat kekurangan, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS, selaku ketua pembimbing dan Ir. Iskandarini, M.M, Ph.D, salaku pembimbing kedua, yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk sepenuhnya, sehingga sampai selesainya penulis tesis ini.
Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu penyusunan tesi ini, terutama kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS, sebagai Dekan Fakultas Pertanian
2. Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S sebagai Ketua Program Studi Magister Agribisnis.
3. Pro
f. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS sebagai pembimbing I.
(9)
5. Dosen-dosen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 6. Staf Tata Usaha Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
7. Teman-teman Agribisnis angkatan IV yang telah memberikan dukungan. 8. Rekan-rekan yang membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harpan, semoga tesis ini bermanfaar bagi pengambil kebijakan di bidang Agribisnis, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya.
Medan, Juli 2013
Penulis
(10)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Kegunaan Penelitian ... 9
II.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 102.1. Landasan Teori ... 10
2.2. Teknis Usaha Ayam Potong ... 12
2.3. Penelitian Terdahulu ... 17
2.4. Kerangka Pemikiran ... 22
2.4. Hipotesis ... 25
III. METODE PENELITIAN ... 26
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 26
3.2. Metode Penentuan Sampel ... 26
3.3. Metode Analisis Data ... 27
3.4. Definisi Dan Batasan Operasional ... 30
3.4.1. Defenisi ... 30
3.4.2. Batasan Operasional ... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32
(11)
4.2.1. Keadaan Umum Peternak ... 36
4.3. Hasil Analisis dan Pembahasan ... 37
4.3.1. Hasil Analisis Perbedaan Pendapatan Ternak Ayam Pedaging Kemitraan dan Kemitraan Mandiri ... 37
4.3.2. Hasil Analisis Harga Ternak Pendapatan Ternak Ayam Pedaging Kemitraan dan Kemitraan Mandiri ... 38
4.3.3. Hasil Analisis Produksi Pendapatan Ternak Ayam Kemitraan dan Kemitraan Mandiri ... 40
4.3.4. Hasil Analisis Biaya Total Pendapatan Ternak Ayam Pedaging Kemitraan dan Kemitraan Mandiri ... 41
4.3.5. Hasil Analisis Penerimaan Pendapatan Ternak Ayam Pedaging Kemitraan dan Kemitraan Mandiri ... 43
4.4. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Ayam Pedaging Kemitraan Mandiri ... 44
4.4.1. Analisis Biaya ... 44
4.4.2. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Ayam Pedaging Kemitraan Mandiri ... 45
4.5. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Ayam Pedaging Kemitraan ... 46
4.5.1. Analisis Biaya ... 46
4.5.2. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Ayam Pedaging Kemitraan ... 48
4.6. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Ayam Pedaging Kemitraan dan Mandiri ... 49
4.7. Pembahasan ... 50
4.8. Analisis Korelasi Pearson ... 52
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
5.1. Kesimpulan ... 55
2.2. Saran ... 56
DAFTARPUSTAKA... 57 LAMPIRAN
(12)
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Populasi Ternak di Sumatera Utara………... 2
2. Konsumsi Daging Per Kapita Sumatera Utara………... 3
3. Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis Per Kecamatan………... 4
4. Produksi Daging Menurut Jenis Unggas Per Kecamatan………... 5
5. Suhu Ideal Kandang ... 12
6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 35
7. Jumlah Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 35
8. Prasarana Kesehatan... 36
9. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Pendapatan Peternak Ayam Pedaging Kemitaan dan Mandiri ... 37
10. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Harga Jual Peternak Ayam Pedaging Kemitaan dan Mandiri ………... 38
11. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Produksi Peternak Ayam Pedaging Kemitaan dan Mandiri ………... 40
12. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Biaya Total Peternak Ayam Pedaging Kemitaan dan Mandiri ……….. 41
13. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Penerimaan Peternak Ayam Pedaging Kemitaan dan Mandiri ………. 43
14.Nilai dan Persentase dari Total Biaya Usaha Ayam Pedaging Mandiri di Kabupaten Langkat Tahun 2013 ………... 45
(13)
16.Nilai dan Persentase dari Total Biaya Usaha Ayam Pedaging
Kemitraan di Kabupaten Langkat Tahun 2013 ………... ... 47
17.Penerimaan dan Pendapatan Usaha Ayam Pedaging Kemitraan
di Kabupaten Langkat ………. ... 48
18.Biaya dan Pendapatan Usaha Ayam Pedaging Kemitraan dan Mandiri
per 1000 Ekor ……….... ... 49
(14)
ABSTRACT
TOMMY, P.A. SINAGA. The Analysis of Partnership and Independent Business of Broilers in Selesai Subdistrict and in Kuala Subdistrict, Langkat District (Supervised by Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS as the Chairperson, and Ir. Iskandarini, M.M., Ph.D., as the member)
Broilers are a kind of fowls which are available for food, especially as animal protein supplier. Broiler chicken has the strategic potential for fulfilling the need for chicken in order to support the government program for the national self-supporting meat in 2014. Besides that, it can also be used as a prospective business commodity because business of broilers is a very promising one. Therefore, it is necessary to do a research on how big its economic value. The objective of the research was to analyze partnership and independent businesses of broilers in Selesai Subdistrict and in Kuala Subdistrict, Langkat District. The data consisted of primary and secondary data, and the research was conducted in 2013. The data were analyzed by using disparity test model of two independent samples and simple correlation by using an SPSS 17 software program.
The result of the analysis showed that there was the disparity in income, selling price, production, total cost, and supply between partnership broiler business and independent broiler business. From the viewpoints of income, selling price, total cost, and supply, independent broiler raisers was bigger than that of partnership boiler raisers; while from the viewpoints of its production, partnership broiler raisers were bigger than that of independent broiler raisers. The income of independent broiler raisers was higher than that of partnership broiler raisers. The R/C of independent broiler raisers was 21.24, and the R/C of partnership broiler raisers was 1.08. The correlation between the number of raised broilers and the supply (r) was 0.999 which indicated that there was significant correlation between the number of raised broilers and its supply.
(15)
I . PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia agar dapat hidup sehat, karena manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh sangat tergantung dari susunan komposisi bahan makanan yang dikonsumsi setiap harinya.
Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk memenuhi kebutuhan bersama. Fokus kemitraan adalah pemecahan persoalan secara bersama untuk mencapai tujuan bersama berdasar nilai-nilai luhur dan saling bergantung (Anonimous, 2008). Pentingnya kemitraan adalah karena keterbatasan sumberdaya di semua pihak, pergeseran posisi pelaku utama dari pemerintah dan swasta kepada masyarakat dan persoalan yang kompleks dan kronis.
Modal utama untuk membangun kemitraan adalah kepercayaan. Pihak-pihak luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan kerjasama kepada kelompok apabila kelompok tersebut bisa dipercaya. Kepercayaan itu sendiri akan terjadi apabila dilandasi oleh kejujuran, keadilan, keterbukaan, saling peduli, saling menghargai, saling menolong di antara kelompok.
Perkembangan peternakan di Sumatera Utara dapat dilihat dari data jumlah populasi ternak berikut:
(16)
Tabel 1. Populasi Ternak di Sumatera Utara (dalam ekor)
Populasi Ternak di Sumatera Utara (dalam ekor) No Jenis
Ternak
2002 2003 2004 2005 2006
1 Sapi perah 6.510 6.575 6.777 6.521 6.256
2 Sapi Potong
248.375 248.673 248.971 250.465 251.488 3 Kerbau 260.044 261.734 243.435 259.672 261.794
4 Kuda 5.655 5.668 5.681 4.379 4.053
5 Kambing 707.965 712.566 717.196 640.500 643.860 6 Domba 215.217 232.391 250.935 271.314 275.844 7 Babi 828.043 849.924 870.980 809.705 822.790 8 Ayam
Beras
22.222.545 23.118.780 23.122.148 21.280.380 20.153.175 9 Ayam
petelur
14.128.403 1.436.402 13.826.970 6.190.175 7065566 10 Ayam
pedaging
38.806.173 492.184.25 38.645.260 35.568.236 34.030.041 11 Itik 2.250.717 2.264.221 2.277.806 1.994.803 2.204.287
Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Statistik Peternakan 2007 Secara umum ternak dibagi dalam 3 bagian besar, yaitu ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Ternak besar terdiri dari sapi perah, kerbau, kuda, dan Sapi. Ternak kecil terdiri dari kambing, domba dan babi. Unggas terdiri dari ayam buras, ayam petelur, ayam pedaging, dan itik. Populasi ternak ayam pedaging merupakan populasi terbesar di Sumatera Utara. Adapun konsumsi daging per kapita di Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
(17)
Tabel 2. Konsumsi Daging Perkapita Sumatera Utara 2002-2006 (Kg/KPT/Thn)
No Daging 2002 2003 2004 2005 2006
1 Sapi 0.58 0.58 0.58 0.81 0.82
2 Kerbau 0.59 0.6 0.56 0.56 0.57
3 Kuda 0 0 0.06 0.1 0.01
4 Kambing 0.21 0.21 0.17 0.23 0.19
5 Domba 0.06 0.06 0.06 0.06 0.09
6 Babi 1.56 1.6 2.31 2.05 2.2
7 Ayam Beras
2.1 2.11 2.15 1.97 1.78
8 Ayam petelur
0.72 0.71 0.69 0.3 0.21
9 Ayam pedaging
3.06 3.11 3.71 3.45 3.17
10 Itik 0.1 0.1 0.1 0.08 0.07
Jumlah 8.97 9.06 10.39 9.52 9.11
Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Statistik Peternakan 2007
Jumlah konsumsi ayam pedaging lebih besar dibandingkan jumlah konsumsi lainnya karena permintaan ayam pedaging lebih besar dibandingkan ternak lain.
Ayam broiler/pedaging merupakan jenis hewan ternak kelompok unggas yang tersedia sebagai sumber makanan, terutama sebagai penyedia protein hewani. Daging ayam broiler mempunyai peluang strategis untuk memenuhi kebutuhan daging dalam rangka mendukung program pemerintah, yakni tercapainya swasembada daging nasional pada tahun 2014. Selain itu juga dapat dipakai sebagai komoditas usaha yang prospektif, karena usaha ternak ayam broiler menguntungkan. Sebagai usaha yang menguntungkan, menurut hasil observasi (Suwarta, 2011).
Adapun jumlah populasi ternak unggas per Kecamatan di Kabupaten Langkat sebagai berikut:
(18)
Tabel 3. Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis per Kecamatan JENIS UNGGAS
Kecamatan Ayam Ras Ayam
Kampung
Itik Lokal
No. Petelur Pedaging
1 Bahorok 0 0 56.945 2.604
2 Serapit 0 38.114 26.465 2.386
3 Salapian 0 389.140 29.021 2.453
4 Kutambaru 0 0 25.908 3.055
5 Sei Bingai 0 119.043 15.923 4.513
6 Kuala 0 536.040 48.520 3.145
7 Selesai 694.975 1.050.042 27.324 9.924
8 Binjai 59.076 42.431 71.149 3.865
9 Stabat 46.396 305.095 59.499 15.285
10 Wampu 0 13.225 17.301 10.579
11 Batang Serangan
0 0 4.569 2.865
12 Sawit Seberang
0 12.026 8.025 2.995
13 Padang Tualang
0 0 25.760 2.389
14 Hinai 0 46.167 29.486 4.312
15 Secanggang 0 0 77.332 11.991
16 Tanjung Pura
0 117.026 142.335 17.176
17 Gebang 0 0 27.277 5.037
18 Babalan 0 0 11.301 22.695
19 Sei Lepan 0 0 22.204 3.587
20 Brandan Barat
0 0 13.196 16.483
21 Besitang 0 0 13.565 6.536
22 Pangkalan Susu
0 0 12.544 9.933
23 Pematang Jaya
0 5.993 9.419
Jumlah / Total 800.447 2.668.349 771.642 173.227
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Langkat, 2010.
Jumlah populasi ternak ayam pedaging di Kabupaten langkat terbesar di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala. Jumlah ayam pedaging di Kecamatan Selesai tahun 2009 sebesar 1.050.042 dan jumlah ayam pedaging di Kecamatan Kuala sebesar 536.040.
(19)
Adapun dari jumlah populasi ayam pedaging di Kabupaten Langkat, maka di dapat produksi seperti Tabel berikut:
Tabel 4. Produksi Daging Menurut Jenis Unggas per Kecamatan
Kecamatan Ayam Ras Ayam
Kampung
Itik Lokal
No Petelur % Pedaging % % %
1 Bahorok 0 0.00 0 0.00 6,257 7.72 26 1.42
2 Serapit 0 0.00 0 0.00 2,883 3.55 25 1.37
3 Salapian 0 0.00 456,592 8.49 3,161 3.90 31 1.69
4 Kutambaru 0 0.00 68,204 1.27 1,436 1.77 24 1.31
5 Sei Bingai 0 0.00 261,641 4.86 1,734 2.14 47 2.57
6 Kuala 0 0.00 1,246,828 23.18 5,285 6.52 32 1.75
7 Selesai 77,126 88.34 1,717,204 31.93 2,976 3.67 106 5.79 8 Binjai 5,781 6.62 106,164 1.97 7,750 9.56 40 2.18 9 Stabat 4,400 5.04 848,510 15.78 6,481 7.99 165 9.01
10 Wampu 0 0.00 25,779 0.48 1,912 2.36 113 6.17
11 Batang Serangan
0 0.00 0 0.00 526 0.65 29 1.58
12 Sawit Seberang
0 0.00 23,750 0.44 899 1.11 31 1.69
13 Padang Tualang
0 0.00 0 0.00 2,834 3.49 24 1.31
14 Hinai 0 0.00 86,636 1.61 3,212 3.96 45 2.46
15 Secanggang 0 0.00 0 0.00 8,450 10.42 129 7.05
16 Tanjung Pura
0 0.00 536,799 9.98 14,742 18.18 185 10.10
17 Gebang 0 0.00 0 0.00 2,995 3.69 53 2.89
18 Babalan 0 0.00 0 0.00 1,302 1.61 235 12.83
19 Sei Lepan 0 0.00 0 0.00 2,436 3.00 37 2.02
20 Brandan 0 0.00 0 0.00 1,458 1.80 178 9.72
21 Besitang 0 0.00 0 0.00 1,495 1.84 69 3.77
22 Pangkalan Susu
0 0.00 0 0.00 202 0.25 106 5.79
23 Pematang Jaya
0 0.00 0 0.00 673 0.83 101 5.52
Jumlah / Total 87307 100.00 5378107 100.00 81099 100.00 1831 100.00
(20)
Berdasarkan Tabel diatas, jumlah produksi ayam pedaging di Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat sebesar 1.717.204 kg dan jumlah produksi ayam pedaging di Kecamatan Kuala sebesar 1.246.828 kg.
Dalam upaya untuk mengembangkan usaha ternak ayam broiler, disamping untuk mencapai target produksi, juga perlu diupayakan peningkatan pendapatan peternak. Pendapatan peternak meningkat dapat membuka peluang bagi peternak untuk mengembangkan usaha ternaknya, yakni dengan cara menambah skala usaha atau mengembangkan usaha di luar usaha ternak ayam broiler. Usaha ternak ayam pedaging di Kabupaten Langkat dilakukan dengan pola kemitraan dan mandiri. Sebagian besar pola kemitraan adalah Pola kontrak harga. Pola kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara peternak sebagai plasma dengan perusahaan (inti) sebagai mitra usaha. Inti menyediakan sapronak, bimbingan teknis, memasarkan hasil, dan lainnya. Sedangkan peternak plasma melakukan pemeliharaan ayam pedaging sebagai tindakan untuk mengimplementasikan perjanjian (akad) yang telah disepakati bersama untuk mencapai hasil yang ditargetkan.
Pola mandiri, semua biaya ditanggung peternak sendiri, pada peternak dengan pola kemitraan plasma, biaya sapronak ditanggung oleh inti. Pada pola kemitraan plasma, pembiayaan merupakan pengikat diantara kedua belah pihak dan merupakan sarana untuk mengimplementasikan kontrak yang telah disepakati bersama untuk mencapai tujuan. (Mubarok, 2004), Biaya dalam usaha ternak ayam pedaging dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni : (a) biaya peralatan, meliputi: biaya pembuatan kandang, tempat pakan, minum, dan lain-lain. (b) biaya sapronak, meliputi biaya untuk bibit, pakan, vitamin-obat-kimia (ovk) dan
(21)
(c) biaya operasional, meliput, listrik, dan tenaga kerja. Biaya sapronak bagi peternak kemitraan ditanggung oleh perusahaan, selain itu perusahaan juga menanggung penyuluhan untuk pelayanan peternak apabila dalam pengelolaannya menghadapai masalah. Misalnya pertumbuhan ayam kerdil, adanya serangan penyakit, dan karena gangguan lainnya. Dari tiga kelompok biaya tersebut yang pengaruhnya terhadap pendapatan adalah biaya sapronak dan biaya operasional (Anonimous, 2008).
Berkaitan dengan alokasi biaya untuk memaksimumkan pendapatan, peternak selalu berupaya untuk mengelola usahanya sebaik mungkin sehingga usaha ternaknya efisien. Menurut Usman (2002), efisiensi usaha ternak ayam broiler dipengaruhi oleh skala usaha, atau skala usaha ternak ayam broiler semakin besar usaha ternak ayam broiler semakin efisien, atau dengan skala usaha semakin besar usaha ternak ayam broiler semakin menguntungkan. Dalam keadaan harga produksi tinggi (menguntungkan) dan pada skala usaha tertentu, usaha ternak ayam pedaging dengan pola mandiri lebih menguntungkan. Namun demikian risiko usaha ditanggung oleh peternak kemitraan mandiri. Sementara itu risiko usaha peternak kemitraan ditanggung oleh perusahaan. Pada peternak pola kemitraan, peternak kemitraan rata-rata membayar biaya sapronak lebih rendah dari pada peternak kemitraan mandiri. Hal ini disebabkan karena kemitraan mandiri melayani sapronak terhadap kemitraan berasal dari berbagai sumber (bukan perusahaan sendiri) sehingga dapat mempermainkan harga untuk mendapatkan keuntungan lebih tinggi, sebaliknya lebih merugikan peternak kemitraan sehingga rata-rata pendapatan peternak kemitraan lebih rendah dibanding dengan pendapatan peternak mandiri. Oleh karena itu, dengan
(22)
permasalahan tersebut di atas penulis tertarik menganalisis tesis dengan judul ” Analisis Usaha Ayam Pedaging Kemitraan dan Mandiri di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala di Kabupaten Langkat.
1.2. Permasalahan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perbedaan pendapatan antara ayam pedaging kemitraan dan mandiri di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat? 2. Berapa biaya produksi, penerimaan, harga, dan R/C ayam pedaging kemitraan
dan mandiri di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat? 3. Bagaimana hubungan jumlah ternak yang dipelihara dengan penerimaan per
ekor
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis perbedaan pendapatan antara peternak ayam pedaging kemitraan dan mandiri di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat.
2. Untuk menganalisis biaya produksi, penerimaan, harga, dan R/C ayam pedaging kemitraan dan mandiri di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat.
3. Mencari hubungan jumlah ternak yang dipelihara dengan penerimaan per ekor.
(23)
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi yang dapat menambah pengetahuan mengenai pengusahaan ayam pedaging bagi petani dan masyarakat, pelaku bisnis, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan sehingga dapat memberikan daya tarik bagi mereka untuk menanamkan modal pada usaha ayam pedaging.
2. Bagi penulis sebagai bahan tambahan wawasan dan pengetahuan, serta melatih kemampuan berfikir dan mendapatkan pengalaman tentang permasalahan yang dibahas di lapangan dengan teori yang telah didapat dari perkuliahan.
3. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi dan tambahan informasi tentang analisis usaha ayam pedaging kemitraan dan mandiri di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat.
(24)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Menurut Suratiyah (2006), modal dapat dibagi dalam dua golongan yaitu modal tetap dan modal tidak tetap atau modal lancar. Modal tetap adalah modal yang dapat dipergunkan dalam berkali-kali proses produksi. Modal tetap ada yang bergerak dan tidak bisa dipindahkan, ada yang hidup maupun mati (misalnya cangkul, sabit, ternak) sedangkan yang tidak dapat dipindahkan juga ada yang hidup maupun mati (misalnya bangunan). Modal tidak tetap adalah modal yang hanya dapat digunakan dalam satu kali proses poduksi saja (misalnya pupuk dan bibit unggul untuk tanaman semusim).
Tenaga kerja merupakan faktor yang penting, tenaga kerja usaha tani dapat diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga diperoleh dengan upahan atau arisan tenaga kerja. Tenaga kerja manusia terdiri atas tenaga kerja pria wanita, dan anak-anak. Perhitungan tenaga kerja dari ketiga jenis tersebut berbeda-beda. Perhitungan tenaga kerja dalam kegiatan proses produksi adalah dengan menggunakan satuan HKP (Hernanto, 1991).
Pengelolaan memiliki peranan penting dalam produksi. Pengelolaan adalah faktor yang menggerakkan unsur-unsur produksi lainnya dalam tujuan menghasilkan produk yang diinginkan. Dalam usahatani, peran pengelolaan biasanya dibawakan oleh orang yang disebut petani (Tjakrawiralaksana,1985)
Penerimaan adalah perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan
(25)
Menurut Prawirokusumo (1990), ada beberapa pembagian tentang pendapatan, yaitu:
1. Pendapatan bersih (Net income) adalah penerimaan usaha dikurangi biaya produksi.
2. Pendapatan tenaga kerja (Labour income) adalah jumlah seluruh penerimaan dikurangi biaya produksi kecuali biaya tenaga kerja
3. Pendapatan tenaga kerja keluarga (Family's labour income) adalah pendapatan bersih ditambah tenaga kerja dalam keluarga
4. Pendapatan keluarga petani (Family's income) adalah pendapatan tenaga kerja keluarga petani ditambah bunga modal sendiri.
Menurut soekartawi (1995), biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan atas :
1. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. misalnya pajak tanah. 2. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi
yang diperoleh , misalnya biaya untuk sarana produksi.
Menurut Prawirokusumo (1990) Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan uang, yang termasuk didalamnya adalah
1. Sarana produksi yang habis terpakai, seperti bibit, pupuk, pestisida, bahan bakar, bunga modal dan penanaman lainnya.
(26)
2. Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang ataupun natura, pajak, iuran, pengairan, taksiran biaya penggunaan jika yang digunakan ialah tanah milik sendiri.
3. Biaya dari alat-alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat dan perkakas yang berupa penyusutan
4. Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap atau tenaga bergaji tetap
5. Penyusutan 6. Biaya-biaya lain
Sebelum melakukan pengembangan usaha hendaknya dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan itu layak atau tidak layak. Aspek yang perlu dikaji adalah aspek finansial (ekonomi) dan pasar (bagaimana permintaan dari produksi dan harga atas produksi yang dihasilkan). Jika aspek ini jelas maka prospek ke depan untuk usaha tersebut jelas, begitu juga sebaliknya apabila aspek ini tidak jelas maka prospek ke depan juga tidak jelas (Suratiyah, 2006).
2.2. Teknis Usaha Ayam Potong Pemilihan Bibit
Bibit yang baik mempunyai ciri : sehat dan aktif bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih serta lubang kotoran (anus) bersih.
(27)
Kondisi Teknis yang Ideal
1. Lokasi kandang. Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat.
2. Pergantian udara dalam kandang. Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi kandang harus baik.
3. Kemudahan mendapatkan sarana produksi. Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan.
4. Suhu udara dalam kandang. Suhu ideal kandang sesuai umur adalah :
Tabel 5. Suhu Ideal Kandang
Umur (hari) Suhu ( 0C )
01 – 07 34 – 32
08 – 14 29 – 27
15 – 21 26 – 25
21 – 28 24 – 23
29 – 35 23 – 21
Tata Laksana PemeliharaanPerkembangan
Tipe kandang ayam Broiler ada dua, yaitu bentuk panggung dan tanpa panggung (litter). Tipe panggung lantai kandang lebih bersih karena kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang sehingga pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang lebih besar. Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah.
Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk
(28)
pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.
Pakan
Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi).
Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar protein minimal 23%. Tahap kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai pakan berkadar protein 20 %. Jenis pakan biasanya tertulis pada kemasannya. Penambahan dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum memberikan berbagai nutrisi pakan dalam jumlah cukup untuk membantu pertumbuhan dan penggemukan ayam broiler. Dapat juga digunak dosis 1 cc/liter air minum/hari, yang mempunyai kandungan nutrisi lebih banyak dan lengkap.
(29)
Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang dipanen.
Vaksinasi
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.
Teknis Pemeliharaan
Minggu Pertama (hari ke-1-7). Kutuk/DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air minum hangat yang ditamba dosis + 1 - 2 cc/liter air minum ata minum/hari dan gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi. Pakan dapat diberikan dengan kebutuhan per ekor 13 gr atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak dibatasi. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran kecil (crumbles).
Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen air minum sudah berupa air dingin dengan penambaha air minum yang pertama). Vaksinasi yang pertama dilaksanakan pada hari ke-4.
(30)
Minggu Kedua (hari ke 8 -14). Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan. Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33 gr per ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam.
Minggu Ketiga (hari ke 15-21). Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gr per ekor atau 4,8 kg untuk 100 ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang kedua menggunakan vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air minum. Jika menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat lebih dahulu, agar ayam benar-benar merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin sebanyak-banyaknya. Perlakuan vaksin tersebut juga tetap ditamba
Minggu Keempat (hari ke 22-28). Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan pakan adalah 65 gr per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam. Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam mulai rentan terhadap penyakit.
Minggu Kelima (hari ke 29-35). Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering. Kebutuhan pakan adalah 88 gr per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam.
(31)
Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 - 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen.
Minggu Keenam (hari ke-36-42). Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg.
2.3. Penelitian Terdahulu
1. Struktur Biaya dan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Broiler di Kabupaten Sleman. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui struktur biaya usaha ternak ayam broiler, (2) Menghitung dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha ternak ayam broiler. Penelitian ini dilakukan di kabupaten Sleman, dengan sampel kecamatan Pakem, kecamatan Tempel dan kecamatan Kalasan. Sebagai satuan analisis adalah data primer hasil wawancara langsung dengan peternak, yakni peternak plasma (plasma-inti pabrikan dan plasma-inti mandiri) dan peternak mandiri. Alat analisis menggunakan metode diskriptif, dan regresi linier berganda dengan doubel log natural (Ln). Hasil menunjukkan bahwa : (1) (a) Biaya sapronak peternak plasma didominasi oleh biaya pakan dan biaya bibit. Biaya sapronak peternak mandiri didominasi oleh biaya pakan dan biaya bibit. (b) Biaya operasional peternak mandiri didominasi oleh biaya sekam, biaya tenaga kerja, dan biaya penyusutan. Biaya operasional peternak plasma didominasi oleh biaya gas, biaya sekam, dan biaya tenaga kerja. (2) (a) Rata-rata pendapatan peternak plasma lebih besar dari pada peternak mandiri, (b) Rata-rata pendapatan
(32)
peternak plasma-inti pabrikan lebih besar dari pada peternak plasma-inti mandiri, (c) Pendapatan usaha ternak ayam broiler dipengaruhi secara negatif oleh : harga bibit, harga pakan dan umur peternak, tetapi dipengaruhi secara positif oleh luas kandang, kemitraan, dan inti pabrikan.
2. Pola kemitraan inti plasma pada usaha peternakan ayam potong/broiler di kabupaten Grobogan, merupakan salah satu usaha pengembangan ekonomi kerakyaan yang bertumpu pada sektor agribisnis. Dengan pola kemitraan ini peternak diuntungkan dari segi permodalan, sedangkan perusahaan inti diuntungkan karena bisa memasarkan hasil produksi berupa sarana produksi peternakan. Permasalahan yang sering terjadi adalah adanya perusahaan inti yang kurang bertanggung jawab pada peternak plasmanya, hal ini disebabkan ketidakseimbangngan posisi tawar antara inti dan plasma pada perjanjian yang disepakati. Pihak inti dengan latar belakang yang lebih kuat, baik dari modal, SDM maupun manajemen menentukan seluruh isi perjanjian, sedangkan peternak plasma hanya menerima saja.
Penulisan tesis ini bertujuan mengetahui secara jelas bagaimana kedudukan dan hubungan hukum antara peternak plasma dan perusahaan inti, juga untuk mengetahui sejauh mana perjanjian kemitraan yang terjadi dapat memberikan perlindungan hukum bagi peternak.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan responden maka diketahui, bahwa peternak plasma yang ada di Kabupaten Grobogan juga mempunyai posisi yang lemah saat menerima perjanjian kemitraan yang ditawarkan olah perusahaan inti. Kondisi ini menyebabkan peternak plasma sering menanggung seluruh resiko dari perjanjian pola kemitraan, di satu sisi
(33)
perusahaan inti bisa dengan mudah membatalkan perjanjian secara sepihak apabila dirasakan pola kemitraan tersebut tidak lagi menguntungkan. Sedangkan peran pemerintah daerah sendiri masih sangat kurang untuk melindungi kepentingan peternak plasma, sebagai akibatnya peternak tidak bisa menuntut apabila perusahaan inti ingkar janji.
Di Kabupaten Grobogan samapai saat ini ada 5 PT yang melaksanakan kemitraan dengan pola inti plasma, yaitu: PT. Gema Usaha Ternak, PT. Mitra Makmur Sejahtera, PT. Surya Mitra Utama, PT. BMS (Bamboo Mitra Sejati) dan PT. Sierad Produce. Dari ke-lima PT tersebut hanya PT Gema Usaha Ternak dan PT. Mitra Makmur Sejahtera yang sering memberikan pembinaan pada petani plasmanya. Selain itu ke-dua PT tersebut juga tidak mengharuskan peternak plasmanya mengganti biaya produksi apabila terjadi kegagalan panen. Secara umum pada kondisi normal, perjanjian kemitraan dengan pola inti plasma ini saling menguntungkan kedua belah pihak. Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas peternak plasma yang ada di Kabupaten Grobogan, perlu kiranya pemerintah daerah membuat perangkat peratuan daerah yang mengatur perusahaan inti yang ingin berinvestasi, dengan demikian peternak plasma akan mempunyai posisi yang lebih kuat saat membuat perjanjian dengan perusahaan inti.
3. ARIF ARIA HERTANTO. Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran Jawa Timur”, 9 Nopember 2009. Kemitraan Usaha Ayam Ras Pedaging: Kajian Posisi Tawar dan Pendapatan ; Pembimbing Utama : Sumartono dan Pembimbing Pendamping Sri Tjondro Winarno.
(34)
Kemitraan adalah pola kerjasama antara perusahaan peternakan selaku mitra usaha inti (PT. Surya Gemilang Pratama) dengan peternak rakyat selaku mitra usaha plasma, yang dituangkan dalam bentuk ikatan kerjasama. Melalui kemitraan diharapkan terjadi kesetaraan hubungan antara peternak dengan mitra usaha inti sehingga memperkuat posisi tawar peternak, berkurangnya resiko usaha dan terjaminnya pasar yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan peternak. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendiskripsikan usaha ayam ras pedaging pola kemitraan dan non kemitraan; (2) Menganalisis posisis tawar peternak ayam ras pedaging pola kemitraan dan non kemitraaan; (3) menganalisis pendapatan peternak ayam ras pedaging pola kemitraan dan non kemitraaan. Penelitian dilaksanakan di wilayah sentra produksi ayam ras pedaging Kabupaten Gresik meliputi kecamatan Panceng, Dukun dan Ujung Pangkah, dengan mengambil sampel 30 peternak pola kemitraan dan 30 peternak pola non kemitraan secara acak. Data yang diperoleh dianalisis secara diskriptif, skoring, pendapatan dan titik impas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha ayam ras pedaging pola kemitraan dilaksanakan dengan cara kerjasama antara PT. Surya Gemilang Pratama selaku mitra usaha inti dengan peternak selaku mitra usaha plasma. Mitra usaha inti memberikan kredit agro input berupa bibit, pakan dan obatobatan dan dibayar peternak setelah panen. Peternak pola kemitraan sebagai pembudidaya. Sedangkan usaha ayam ras pedaging non kemitraan dilaksanakan secara mandiri oleh peternak tanpa kerjasama dengan pihak manapun. Skala usaha peternak kemitraan berkisar 2.500 s.d 10.000 ekor per periode produksi dengan kerataan 5.650 ekor. Sedangkan skala usaha peternak non kemitraan berkisar
(35)
500 s.d 8.000 ekor per periode produksi dengan kerataan 1.750 ekor. Tingkat mortalitas usaha ayam ras pedaging pola kemitraan mencapai 4,8 %, sedangkan non kemitraan 4,1%. Kerataan bobot hidup ayam panen ayam ras pedaging pola kemitraan 1,9 kg, sedangkan non kemitraan 2,8 kg. Tingkat konversi pakan pada usaha ayam ras pedaging pola kemitraan mencapai 1,44 sedangkan non kemitraan 1,48. Hasil analisis skor menunjukkan kerataan posisi tawar peternak pola kemitraan 10,3 termasuk kategori lemah, sedangkan perusahaan inti 29,6 termasuk kuat. Hal ini berarti dampak kemitraan ayam ras pedaging melemahka posisi tawar peternak. Hasil analisis pendapatan bahwa pada skala usaha yang sama yaitu 1.000 ekor, pendapatan peternak kemitraan Rp.3.284.939,00 sedangkan non kemitraan Rp10.837.210,00. Hal ini berarti dampak kemitraan usaha ayam ras pedaging menurunkan pendapatan peternak.
2.4. Kerangka Pemikiran
Usaha ayam pedaging merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak terlepas dari berbagai keunggulan yang dimilikinya antara lain masa produksi yang relatif pendek kurang lebih 32-35 hari, produktivitasnya yang tinggi, harga yang relatif murah, dan permintaan yang semakin meningkat. Beberapa faktor pendukung usaha budidaya ayam ras pedaging sebenarnya masih dapat terus dikembangkan, antara lain karena permintaan domestik terhadap ayam pedaging masih sangat besar. Kecenderungan ini dapat dihubungkan dengan pertumbuhan permintaan terhadap daging ayam rasyang rata-rata besarnya mencapai 8% per tahun.
(36)
Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten sentra pengembangan ayam ras pedaging. Hal ini didukung dengan luas areal dan topografi lahan yang dapat dimanfaatkan untuk usaha peternakan. Kondisi ini juga ditunjang oleh banyaknya perusahaan kemitraan pola Inti-Plasma dan beberapa poultry shop yang mendukung berkembangnya populasi ayam ras pedaging.
Usaha budidaya ayam ras pedaging (broiler) ini saat ini dikembangkan melalui pola kemitraan antara perusahaan dan peternak kemitraan dengan sistem Inti-Mitra dan juga pola kemitraan mandiri yang dikembangkan peternak mandiri melalui pendanaan mandiri atau pinjaman melalui kredit perbankan. Namun demikian usaha ini dipengaruhi oleh kendala dan permasalahan dalam aspek produksi. Untuk mengoptimalkan upaya pertumbuhandan pengembangan UMKM ini maka perlu kita ketahui profil dan permasalahan yang ada di peternak dan lingkungan terkait lainnya baik pelaku usaha, pedagang ayam (booker), perusahaan kemitraan dan peternak yang terlibat dalam pendapatan usaha ini.
Dalam menjalankan usaha ayam pedaging termasuk pemasarannya, secara umum terdapat 2 jenis pola pengelolaan. Pola tersebut adalah secara mandiri atau dalam bentuk plasma-inti. Denga pola mandiri, peternak melakukan semua aktivitas usahanya secara sendiri-sendiri tanpa melibatkan pihak lain sedangkandalam pola plasma-inti, peternak bekerja sama dengan perusahaan. Dalam hal ini pihak peternak bertindak sebagai plasma, sementara perusahaan sebagai inti.
Dengan pola mandiri, para peternak menjalankan aktivitas usahanya menggunakan modal sendiri. Sedangakan pada pola kemitraan, semua modal ditanggung oleh perusahaan inti. Sehingga penelitian ini ingin melihat
(37)
perbandingan pendapatan antara petani kemitraan dan mandiri di Kabupaten Langkat.
Dalam perhitungan analisis usaha peternak ayam pedaging kemitraan dan mandiri, biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel antara lain biaya pakan, biaya bibit, biaya obat-obatan, biaya alas ayam, biaya listrik dan biaya tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap yaitu biaya bangunan atau biaya kandang. Penerimaan usaha ayam pedaging diperoleh dari total produksi dikali dengan harga jual ayam pedaging. Pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan yang dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Dan untuk menganalisis kelayakan usaha ayam pedaging kemitraan dan mandiri di Kabupaten Langkat dianalisis secara ekonomi dengan metode analisis R/C.
(38)
Adapun skema kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Keterangan :
= Menyatakan Hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Harga
Penerimaan Peternak
Pengelolaan Usaha Ayam Pedaging Kemitraan dan Mandiri
Produksi
Pendapatan
R/C
Biaya yang dikeluarkan Peternak Kemitraan Biaya yang
dikeluarkan Peternak Mandiri
(39)
2.5. Hipotesis
1. Ada perbedaan pendapatan, harga jual, produksi, total biaya dan penerimaan antara peternak kemitraan dan mandiri di Kecamatan Selesai dan Kuala Kabupaten Langkat.
(40)
III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat. Adapun pertimbangan penentuan dikarenakan pada daerah tersebut merupakan sentra produksi ayam pedaging kemitraan dan mandiri.
3.2. Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam penentuan sample adalah metode sensus, karena jumlah populasi hanya 23, dimana peternak ayam pedaging mandiri sebanyak 16 dan kemitraan sebanyak 7 peternak. Menurut Supranto (2003), sensus adalah kegiatan pencataan yang menyeluruh terhadap elemen-elemen yang menjadi objek penyelidikan. Ini dilakukan pada populasi dengan jumlah sedikit. Suharsimi Arikunto (2002) juga menyatakan bahwa apabila populasi diatas 100 maka sampel diambil 10 – 25 % atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana sedangkan apabila populasi dibawah 100, maka responden diambil keseluruhan.
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data dari hasil wawancara langsung kepada petani responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan. Data sekunder merupakan data pelengkap yang dapat diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Pertanian serta literature – literature
(41)
Adapun jumlah peternak yang mengusahakan usaha ayam pedaging kemitraan sebanyak 7 peternak dan mandiri sebanyak 16 peternak di Kabupaten Langkat.
3.3. Metode Analisis Data
Untuk menjawab identifikasi masalah 1, dianalisis dengan metode uji beda dua sampel independen. Independent sample t-test adalah jenis uji statistika yang bertujuan untuk membandingkan rata-rata dua grup yang tidak saling berpasangan atau tidak saling berkaitan. Tidak saling berpasangan dapat diartikan bahwa penelitian dilakukan untuk dua subjek sampel yang berbeda.
Prinsip pengujian uji ini adalah melihat perbedaan variasi kedua kelompok data, sehingga sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu harus diketahui apakah variannya sama (equal variance) atau variannya berbeda (unequal variance).
Homogenitas varian diuji berdasarkan rumus:
Data dinyatakan memiliki varian yang sama (equal variance) bila F-Hitung < F-Tabel, dan sebaliknya, varian data dinyatakan tidak sama (unequal variance) bila F-Hitung > F-Tabel.
Bentuk varian kedua kelompok data akan berpengaruh pada nilai standar error yang akhirnya akan membedakan rumus pengujiannya.
(42)
Uji t untuk varian yang sama (equal variance) menggunakan rumus Polled Varians:
Uji t untuk varian yang berbeda (unequal variance) menggunakan rumus
Separated Varians:
(Sugiono, 2006).
Untuk identifikasi masalah ke-2, dianalisis dengan analisis biaya.
Mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan oleh responden digunakan rumus sebagai berikut :
TC = TFC + TVC Dimana :
TC : Total Cost (Total Biaya)
TFC : Total Fixed Cost (Jumlah Biaya Tetap)
TVC : Total Variable Cost (Jumlah Biaya Tidak Tetap)
Analisis Penerimaan dan Pendapatan
Penerimaan digunakan rumus sebagai berikut :
TR= Y x Py
TR : Total Penerimaan Total Revenue
(43)
Pendapatan digunakan rumus sebagai berikut :
π = TR –TC
π : Pendapatan
TR : Total Revenue (Total Penerimaan) TC : Total Cost (Total Biaya)
Untuk identifikasi masalah ke-3, dianalisis dengan analisis korelasi sederhana. Mengetahui hubungan antara jumlah ternak dengan penerimaan per ekor digunakan rumus sebagai berikut :
Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Koefisien korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara dua variabel. Analisis korelasi sederhana disebut dengan metode Pearson atau sering disebut Product Moment Pearson. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun).
∑
∑
−∑
∑ ∑
∑
−∑
− = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rxyMenurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00 - 0,199 = sangat rendah 0,20 - 0,399 = rendah
(44)
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat
3.4. Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari dan kesalahpahaman dan kekeliruan dalam proses penelitian, maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.4.1. Defenisi
1. Biaya produksi, adalah jumlah keseluruhan dari biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap dalam bentuk rupiah (Rp).
2. Harga produk adalah harga daging ayam yang diterima petani pada saat panen. Harga ini merupakan harga yang ada dalam perjanjian kontrak atau harga berlaku di daerah setempat (Rp/Kg).
3. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. (Rp/Ha/musim).
4. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya dengan satuan Rp
5. Produksi adalah seluruh hasil ternak yang dapat dijual dengan satuan (Kg). 6. Biaya bibit ayam pedaging Kemitraan dan Kemitraan mandiri adalah biaya
pembelian bibit yang dikeluarkan dalam ternak ayam (Rp).
7. Biaya pakan adalah biaya pembelian pakan dikeluarkan dalam usaha ayam pedaging Kemitraan dan Kemitraan mandiri(Rp).
(45)
8. Biaya obat-obatan adalah biaya pembelian obat-obatan yang dikeluarkan ayam pedaging Kemitraan dan Kemitraan mandiri(Rp).
9. Kemitraan adalah peternak ayam pedaging yang bekerjasama dengan perusahaan.
10. Mandiri adalah peternak ayam pedaging yang mengusahakan ternaknya secara mandiri.
3.4.2. Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat.
2. Penelitian dilakukan pada tahun 2013.
3. Sampel penelitian adalah peternak ayam pedaging kemitraan dan mandiri. 4. Kemitraan adalah peternak yang bekerjasama dengan perusahaan inti-plasma. 5. Mandiri adalah peternak yang pernah bekerjasama dengan inti plasma dan
(46)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Wilayah Profil Kabupaten Langkat Iklim Dan Wilayah
Iklim di wilayah Kabupaten Langkat termasuk tropis dengan indikator iklim sebagai berikut :
• Musim Kemarau : Februari s/d Agustus • Musim Hujan : September s/d Januari • Curah hujan rata-rata 2.205,43 mm/tahun
• Suhu rata-rata 28 derajat celcius - 30 derajat celcius
Kabupaten Langkat terletak antara : 3
WILAYAH
o
14` 00" - 4o 13` 00" Lintang Utara 97o
52` 00" - 98o
Luas areal : 6.263,29 Km
45` 00" Bujur Timur.
2
Letak di atas permukaan laut :
(626.326 Ha)
1. Kec. Babalan : 4 meter 2. Kec. Tanjung Pura : 4 meter 3. Kec. Binjai : 28 meter 4. Kec. Selesai : 30 meter
(47)
6. Kec. Bahorok : 105 meter
Batas-batas :
1. Utara : Kabupaten Aceh Tamiang dan Sela Malaka 2. Timur : Kabupaten Deli Serdang
3. Selatan : Kabupaten Karo
4. Barat : Kabupaten Aceh Tenggara / Tanah Alas Wilayah kabupaten Langkat meliputi:
• Kawasan hutan lindung seluas +- 266.232 Ha (42,51 %) dan kawasan lahan budidaya seluas +- 360.097 Ha (57,49 %).
• Kawasan hutan lindung terdiri dari kawasan pelestarian alam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) seluas +- 213.985 Ha.
• Kawasan Timur Laut seluas +- 9.520 Ha. • Kawasan Penyangga seluas +- 7.600 Ha.
• Kawasan Hutan Bakau seluas +- 20.200 Ha dan kawasan lainnya +- 14.927 Ha.
Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk Kabupaten Langkat berjumlah 902.986 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,14 persen pada periode 1990-2000 dan kepadatan penduduk sebesar 144,17 jiwa per km2
Untuk tahun 2008, berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kabupaten Langkat bertambah menjadi 1.042.523 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,80 untuk periode 2005-2010.
(48)
Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Stabat yaitu sebanyak 83.223 jiwa sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Pematang Jaya sebesar 14.779 jiwa. Kecamatan Stabat merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 918 jiwa per km2 dan Kecamatan Batang
Serangan merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 42 jiwa per km2
Jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin lebih banyak laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk laki-laki sebesar 521.484 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 521.039 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 100,09 persen.
.
Berdasarkan hasil SP2000 penduduk Kabupaten Langkat mayoritas bersuku bangsa Jawa (56,87 persen), diikuti dengan suku Melayu (14,93 persen), Karo (10,22 persen), Tapanuli / Toba (4,50 persen), Madina (2,54 persen) dan lainnya (10,94 persen). Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Langkat mayoritas agama Islam (90,00 persen), Kristen Protestan (7,56 persen), Kristen Katolik (1,06 persen), Budha (0,95 persen) dan lainnya (0,34 persen).
Adapun komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut:
(49)
Tabel 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Komposisi penduduk berdasarkan Matapencaharian
No Bidang pekerjaan 2009 2010 2011
1 Pertanian 136.032 158.154 186.145
2 Industri 13.237 17.773 16.291
3 Konstruksi 9.747 9.823 13.914
4 Perdagangan 46.833 50.414 66.647 5 Transportasi, pergudangan dan
komunikasi 13.283 10.606 8.611 6 Keuangan 1.640 277 1.125 7 Jasa Kemasyarakatan 12.576 12.049 14.856 8 Lainnya 304 795 3.931 Sumber : Langkat Dalam Angka , BPS
Pekerjaan terbesar penduduk Langkat berada di bidang pertanian. Jumlah ini mencapai 58 - 61 % dengan trend yang meningkat dari tahun 2009 ke tahun 2011. Hal ini sesuai dengan penduduk Langkat yang sebahagian besar berada di daerah pertanian dan perkebunan.
Tabel 7. Jumlah Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pengangguran Jumlah
2009 2010 2011
tidak tamat SD 4741 4224 3120
SD / Mi 9136 8728 6611
SMP / MTs 7588 10179 7317
SMA / SMK / MA 20450 15701 10834
Diploma / Universitas 3905 3592 1062
Sumber : Langkat Dalam Angka , BPS
Jumlah pengangguran terbesar adalah tamatan SMA/SMK/SMA. Hal ini terkait dengan semakin tinggiya tingkat pendidikan masyarakat, yang umumnya telah tamat SLTA. Dilihat dari data ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran
(50)
Tabel 8. Prasarana Kesehatan
Sumber : Langkat Dalam Angka , BPS
Trend jumlah fasilitas kesehatan publik beberapa diantaranya mengalami peningkatan dan beberapa lainnya mengalami penurunan. Fasilitas kesehatan yang mengalami penurunan adalah Rumah Sakut umum Daerah, Klinik Bersalin dan Balai Pengobatan. Penurunan terbesar adalah Balai Pengobatan yang berkurang sebanyak 15 unit di tahun 2011 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
4.2. Deskripsi Data atau Sampel 4.2.1. Keadaan Umum Peternak
Jumlah peternak mandiri di daerah penelitian sebanyak 16 peternak dan peternak kemitraan di daerah penelitian sebanyak 7 peternak. Dimana rata-rata jumlah ayam pedaging mandiri yang diusahakan sebanyak 19.623 ekor dan jumlah ayam pedaging kemitraan di daerah penelitian sebanyak 18.571 ekor. Tingkat pendidikan rata-rata peternak ayam potong di Kecamatan Langkat yaitu lulusan SLTP dan SMA
Prasarana Kesehatan
No. Sarana 2009 2010 2011
1 Rumah Sakit Umum Daerah 3 2 1
2 Rumah Sakit Swasta 2 1 5
3 BKIA/Klinik Bersalin 17 16 15
4 Apotek 24 24 30
5 Klinik Dokter Praktek Na Na Na
6 Puskesmas 28 30 30
7 Puskesmas Pembantu 158 161 164
8 Polindes/Balai Pengobatan 118 117 102
(51)
4.3. Hasil Analisis dan Pembahasan
4.3.1. Hasil Analisis Perbedaan Pendapatan Peternak Ayam Pedaging Kemitaan dan Mandiri Per Musim
Tabel 9. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Pendapatan Peternak Ayam Pedaging Kemitaan dan Mandiri
Total Biaya Produksi Peternak Ayam Pedaging Kemitraan
Peternak Ayam Pedaging Mandiri
Rata-Rata (Mean) Rp 42.537.142,86 Rp 13.777.500,00
Sig 0,171
Sig (2-tailed) 0,014
Sumber: Lampiran 13
a. Nilai signifikansi pada uji F
Hipotesis uji F sebagai berikut:
Ho: Kedua varians sama (varians ayam pedaging kemitraan dan mandiri adalah sama).
H1: Kedua varians berbeda (varians ayam pedaging kemitraan dan mandiri adalah berbeda).
Nilai signifikansi uji F diperoleh sebesar 0,171, dimana nilai F lebih besar
daripada α= 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua varians yaitu varians ternak ayam pedaging kemitraan dan mandiri adalah sama.
b. Nilai signifikansi pada t Tabel
Hipotesis uji t sebagai berikut:
Ho: Tidak ada perbedaan pendapatan antara ayam pedaging kemitraan dan mandiri.
(52)
H1: Ada perbedaan pendapatan antara ayam pedaging kemitraan dan mandiri.
Nilai signifikansi t diperoleh sebesar 0,014 lebih kecil daripada α= 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pendapatan ternak ayam pedaging kemitraan dan mandiri. Pada Tabel Group Statistik pada lampiran, terlihat rata-rata mean untuk ternak ayam pedaging kemitraan Rp 42.537.142,86 dan mean untuk ternak ayam pedaging mandiri sebesar Rp 13.777.500,00, artinya rata-rata pendapatan peternak ayam pedaging kemitraan lebih tinggi daripada rata-rata pendapatan peternak ayam pedaging mandiri karena populasi peternak ayam pedaging kemitraan yang jauh lebih tinggi daripada jumlah populasi peternak ayam pedaging mandiri.
Nilai t hitung positif, yang berarti pendapatan peternak ayam pedaging mandiri lebih tinggi daripada pendapatan peternak ayam pedaging kemitraan.
4.3.2. Hasil Analisis Perbedaan Harga Jual Peternak Ayam Pedaging Kemitraan dan Mandiri
Tabel 10. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Harga Jual Peternak Ayam Pedaging Kemitaan dan Mandiri
Total Biaya Produksi Peternak Ayam Pedaging Kemitraan
Peternak Ayam Pedaging Mandiri
Rata-Rata (Mean) Rp 16.678,59 Rp 19.937,50
Sig 0,019
Sig (2-tailed) 0,000
Sumber: Lampiran 13
(53)
Ho: Kedua varians sama (varians ayam pedaging kemitraan dan mandiri adalah sama).
H1: Kedua varians berbeda (varians ayam pedaging kemitraan dan mandiri adalah berbeda).
Nilai signifikansi uji F diperoleh sebesar 0,019, dimana nilai F lebih kecil
daripada α= 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua varians yaitu varians ternak ayam pedaging kemitraan dan mandiri adalah tidak sama.
b. Nilai signifikansi pada t Tabel
Hipotesis uji t sebagai berikut:
Ho: Tidak ada perbedaan harga jual antara ayam pedaging kemitraan dan mandiri.
H1: Ada perbedaan harga jual antara ayam pedaging kemitraan dan mandiri.
Nilai signifikansi t diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil daripada α= 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan harga jual ternak ayam pedaging kemitraan dan mandiri. Pada Tabel Group Statistik pada lampiran, terlihat rata-rata mean untuk ternak ayam pedaging kemitraan Rp 16678,57 dan mean untuk ternak ayam pedaging mandiri sebesar Rp 19937,50, artinya rata-rata harga jual peternak ayam pedaging mandiri lebih tinggi daripada rata-rata pendapatan peternak ayam pedaging kemitraan.
(54)
Nilai t hitung positif, yang berarti harga jual peternak ayam pedaging mandiri lebih tinggi daripada harga jual peternak ayam pedaging kemitraan karena saluran pemasaran peternak ayam pedaging mandiri yang langsung menjual hasil ternaknya ke pasar, sedangkan peternak ayam pedaging kemitraan menjual hasil ternaknya kepada mitranya. Hal ini yang menyebabkan selisih harga yang diberikan antara peternak ayam pedaging mandiri dan peternak ayam pedaging kemitraan.
4.3.3. Hasil Analisis Produksi Peternak Ayam Pedaging Kemitraan dan Mandiri
Tabel 11. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Produksi Peternak Ayam Pedaging Kemitaan dan Mandiri
Total Biaya Produksi Peternak Ayam Pedaging Kemitraan
Peternak Ayam Pedaging Mandiri
Rata-Rata (Mean) 33.542,86 Kg 3.538,75 Kg
Sig 0,000
Sig (2-tailed) 0,000
Sumber: Lampiran 13
a. Nilai signifikansi pada uji F
Hipotesis uji F sebagai berikut:
Ho: Kedua varians sama (varians ayam pedaging kemitraan dan mandiri adalah sama).
H1: Kedua varians berbeda (varians ayam pedaging kemitraan dan mandiri adalah berbeda).
(55)
Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua varians yaitu varians ternak ayam pedaging kemitraan dan mandiri adalah tidak sama.
b. Nilai signifikansi pada t Tabel
Hipotesis uji t sebagai berikut:
Ho: Tidak ada perbedaan produksi antara ayam pedaging kemitraan dan mandiri.
H1: Ada perbedaan produksi antara ayam pedaging kemitraan dan mandiri.
Nilai signifikansi t diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil daripada α= 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan produksi ternak ayam pedaging kemitraan dan mandiri. Pada Tabel Group Statistik pada lampiran, terlihat rata-rata mean untuk ternak ayam pedaging kemitraan 33.542,86 Kg dan mean untuk ternak ayam pedaging mandiri sebesar 3.538,75 Kg, artinya rata-rata produksi peternak ayam pedaging kemitraan lebih tinggi daripada rata-rata produksi peternak ayam pedaging mandiri.
Nilai t hitung positif, yang berarti produksi peternak ayam pedaging mandiri lebih tinggi daripada produksi peternak ayam pedaging kemitraan.
4.3.4. Hasil Analisis Biaya Total Peternak Ayam Pedaging Kemitraan dan Mandiri
Tabel 12. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Biaya Total Peternak Ayam Pedaging Kemitaan dan Mandiri
(56)
Total Biaya Produksi Peternak Ayam Pedaging Kemitraan
Peternak Ayam Pedaging Mandiri
Rata-Rata (Mean) Rp 51.900.000 Rp 56.991.250
Sig 0,000
Sig (2-tailed) 0,000
Sumber: Lampiran 13
a. Nilai signifikansi pada uji F
Hipotesis uji F sebagai berikut:
Ho: Kedua varians sama (varians ayam pedaging kemitraan dan mandiri adalah sama).
H1: Kedua varians berbeda (varians ayam pedaging kemitraan dan mandiri adalah berbeda).
Nilai signifikansi uji F diperoleh sebesar 0,000, dimana nilai F lebih kecil
daripada α= 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua varians yaitu varians ternak ayam pedaging kemitraan dan mandiri adalah tidak sama.
b. Nilai signifikansi pada t Tabel
Hipotesis uji t sebagai berikut:
Ho: Tidak ada perbedaan biaya total antara ayam pedaging kemitraan dan mandiri.
(57)
Nilai signifikansi t diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil daripada α= 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan biaya total ternak ayam pedaging kemitraan dan mandiri. Pada Tabel Group Statistik pada lampiran, terlihat rata-rata mean untuk ternak ayam pedaging kemitraan Rp 51.900.000 dan mean untuk ternak ayam pedaging mandiri sebesar Rp 56.991.250 artinya rata-rata biaya total peternak ayam pedaging mandiri lebih tinggi daripada rata-rata produksi peternak ayam pedaging kemitraan.
Nilai t hitung positif, yang berarti biaya total peternak ayam pedaging mandiri lebih tinggi daripada biaya total peternak ayam pedaging kemitraan, karena biaya-biaya yang dikeluarkan peternak ayam mandiri berasal dari biaya sendiri dan pembelian sarana produksi jga disediakan sendiri sehingga harga yang dibeli lebih mahal dibandingkan dengan peternak ayam pedaging mandiri yang seluruh sarana produksi disediakan oleh mitra.
4.3.5. Hasil Analisis Penerimaan Peternak Ayam Pedaging Kemitraan dan Mandiri
Tabel 13. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Penerimaan Peternak Ayam Pedaging Kemitaan dan Mandiri
Total Biaya Produksi Peternak Ayam Pedaging Kemitraan
Peternak Ayam Pedaging Mandiri
Rata-Rata (Mean) Rp 56.100.000 Rp 70.768.750
Sig 0,001
Sig (2-tailed) 0,000
Sumber: Lampiran 13
(58)
Ho: Kedua varians sama (varians ayam pedaging kemitraan dan mandiri adalah sama).
H1: Kedua varians berbeda (varians ayam pedaging kemitraan dan mandiri adalah berbeda).
Nilai signifikansi uji F diperoleh sebesar 0,001, dimana nilai F lebih kecil
daripada α= 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua varians yaitu varians ternak ayam pedaging kemitraan dan mandiri adalah tidak sama.
b. Nilai signifikansi pada t Tabel
Hipotesis uji t sebagai berikut:
Ho: Tidak ada perbedaan penerimaan antara ayam pedaging kemitraan dan mandiri.
H1: Ada perbedaan penerimaan antara ayam pedaging kemitraan dan mandiri.
Nilai signifikansi t diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil daripada α= 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan penerimaan ternak ayam pedaging kemitraan dan mandiri. Pada Tabel Group Statistik pada lampiran, terlihat rata-rata mean untuk ternak ayam pedaging kemitraan Rp 56.100.000 dan mean untuk ternak ayam pedaging mandiri sebesar Rp 70.768.750 artinya rata-rata penerimaan peternak ayam pedaging mandiri lebih tinggi daripada rata-rata penerimaan
(59)
Nilai t hitung positif, yang berarti penerimaan peternak ayam pedaging mandiri lebih tinggi daripada biaya total peternak ayam pedaging kemitraan karena harga jual peternak mandiri lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual peternak kemitraan sehingga berdampak terhadap penerimaan.
4.4. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Ayam Pedaging Mandiri 4.4.1. Analisis Biaya
Biaya yang dikeluarkan peternak ayam pedaging mandiri di Kabupaten Langkat dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari penyusutan, sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya bibit, biaya pakan, biaya listrik, biaya obat-obatan, biaya alas ayam dan biaya tenaga kerja.
Besarnya biaya tetap seperti penyusutan kandang hampir tidak ada keragaman, karena penyusutan peralatan yang di lihat dari umur ekonomi nya umumnya sama dan kualitas peralatan relatif juga sama.
Guna mengetahui apakah suatu usaha menguntungkan dan dapat dikembangkan atau tidak, maka perlu adanya analisis usaha. Untuk itu diperlukan informasi ekonomi yang menyangkut biaya produksi dan pendapatan. Biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel memiliki persentase yang berbeda. Besarnya nilai dan persentase dari biaya variabel usaha ayam pedaging mandiri tahun 2013 di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
(60)
Tabel 14. Nilai dan Persentase dari Total Biaya Usaha Ayam Pedaging Mandiri di Kabupaten Langkat Tahun 2013
No Jenis Biaya
Nilai
(Rp) Persentase (%)
1 2 Biaya Variabel Biaya Tetap 50.936.562,5 6.054.687,5 89,38 10,62
Jumlah 56.991.250 100,00
Sumber: Lampiran 4
Dilihat dari total biaya yang dikeluarkan dalam 1963 ekor ternak dikeluarkan biaya variabel sebesar Rp. 50.936.562,5 dan pengeluaran biaya tetap sebesar Rp. 6.054.687,5, dimana persentasi pengeluaran biaya variabel lebih besar dari biaya tetap. Adapun jumlah persentasinya pada biaya variabel sebesar 89,38% sedangkan persentasi variabel biaya tetap sebesar 10,62%.
4.4.2. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Ayam Pedaging Mandiri di Kabupaten Langkat
Tabel 15. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Ayam Pedaging Mandiri di Kabupaten Langkat
A Output Produksi Harga
Jual
Penerimaan
Produksi Ayam Pedaging 3538,74 Kg 19.937,5 1.132.300.000
B Penerimaan Total Biaya Pendapatan (TR-TC)
Rp 1.132.300.000 Rp 56.991.250 Rp 13.777.500
C Penerimaan Total Biaya R/C (TR/TC)
Rp 1.132.300.000 Rp 56.991.250 1,19 Sumber: Lampiran 6
Jika dilihat dari tabel diatas, maka dapat dilihat dalam skala usaha 1963 ekor ayam pedaging mandiri, diperoleh total biaya sebesar Rp 56.991.250 dimana total biaya berasal dari biaya kandang, biaya pakan, biaya listrik, biaya alas kandang, dan biaya obat-obatan yang digunakan. Dalam 1963 ekor ayam potong,
(61)
sebesar Rp. 19.937,5. maka diperoleh penerimaan sebesar 1.132.300.000 dan diperoleh pendapatan sebesar Rp 13.777.500 permusimnya. Satu musin ternak ayam pedaging selama 30-40 hari. Dilihat dari pendapatan usaha ayam pedaging mandiri di Kabupaten Langkat ,maka dapat disimpulkan bahwa usaha ayam pedaging kemitraan mandiri sangat menguntungkan dari segi pendapatan.
Untuk R/C diketahui sebesar 1,19 artinya setiap biaya Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,19. Hal ini disebabkan karena penerimaan yang tinggi (harga jual tinggi dan produksi yang tinggi) dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Berdasarka kriteria, menyatakan bahwa layak untuk diusahakan apabila nilai R/C ratio > 1, maka usaha ayam pedaging kemitraan mandiri di daerah penelitian layak untuk diusahakan.
4.5. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Ayam Pedaging Kemitraan 4.5.1. Analisis Biaya
Biaya yang dikeluarkan peternak ayam pedaging kemitraan di Kabupaten Langkat dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari penyusutan, sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya bibit, biaya pakan, biaya listrik, biaya obat-obatan, biaya alas ayam dan biaya tenaga kerja.
Besarnya biaya tetap seperti penyusutan kandang hampir tidak ada keragaman, karena penyusutan peralatan yang di lihat dari umur ekonomi nya umumnya sama dan kualitas peralatan relatif juga sama.
Guna mengetahui apakah suatu usaha menguntungkan dan dapat dikembangkan atau tidak, maka perlu adanya analisis usaha. Untuk itu diperlukan informasi ekonomi yang menyangkut biaya produksi dan pendapatan. Biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel memiliki persentase yang
(62)
berbeda. Besarnya nilai dan persentase dari biaya variabel usaha ayam pedaging kemitraan tahun 2013 di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 10 berikut:
Tabel 16. Nilai dan Persentase dari Total Biaya Usaha Ayam Pedaging Kemitraan di Kabupaten Langkat Tahun 2013
No Jenis Biaya
Nilai
(Rp) Persentase (%)
1 2 Biaya Variabel Biaya Tetap 474.762.857,1 43.750.000 91,56 8,44
Jumlah 518.512.857,1 100,00
Sumber: Lampiran 10
Dilihat dari total biaya yang dikeluarkan dalam 18.571 ekor ternak dikeluarkan biaya variabel sebesar Rp. 474.762.857,1 dan pengeluaran biaya tetap sebesar Rp. 43.750.000, dimana persentasi pengeluaran biaya variabel lebih besar dari biaya tetap. Adapun jumlah persentasinya pada biaya variabel sebesar 91,56% sedangkan persentasi variabel biaya tetap sebesar 8,44%. Pengeluaran biaya tetap dan biaya variabel jauh berbeda dikarenakan jumlah kapasitas ayam yang besar sehingga mengeluarkan lebih banyak biaya variabel seperti biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya listrik, biaya alas ayam dan biaya tenaga kerja yang digunakan.
4.5.2. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Ayam Pedaging Kemitraan di Kabupaten Langkat
Tabel 17. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Ayam Pedaging Kemitraan di Kabupaten Langkat
A Output Produksi Harga Jual Penerimaan
Produksi Ayam Pedaging 33.542,86 Kg
16.678,57 561.050.000
B Penerimaan Total Biaya Pendapatan (TR-TC)
Rp 561.050.000 Rp 518512.857,1 Rp 42.537.142,86
(63)
Jika dilihat dari tabel diatas, maka dapat dilihat dalam skala usaha 18.571 ekor ayam pedaging kemitraan, diperoleh total biaya sebesar Rp 518512.857,1 dimana total biaya berasal dari biaya kandang, biaya pakan, biaya listrik, biaya alas kandang, dan biaya obat-obatan yang digunakan. Dalam 18.571 ekor ayam potong, akan memperoleh produksi sebesar 33.542,86 Kg per musimnya. Harga jual per kg sebesar Rp. 16.678,57, maka diperoleh penerimaan sebesar 1.132.300.000 dan diperoleh pendapatan sebesar Rp 42.537.142,86 permusimnya. Satu musin ternak ayam pedaging selama 30-40 hari. Dilihat dari pendapatan usaha ayam pedaging plasma di Kabupaten Langkat ,maka dapat disimpulkan bahwa usaha ayam pedaging kemitraan sangat menguntungkan dari segi pendapatan.
Untuk R/C diketahui sebesar 1,09 artinya setiap biaya Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,09. Hal ini disebabkan karena penerimaan yang tinggi (harga jual tinggi dan produksi yang tinggi) dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Berdasarka kriteria, menyatakan bahwa layak untuk diusahakan apabila nilai R/C ratio > 1, maka usaha ayam pedaging kemitraan di daerah penelitian layak untuk diusahakan.
4.6. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Ayam Pedaging Kemitraan dan Mandiri
Table 18. Biaya dan Pendapatan Usaha Ayam Pedaging Kemitraan dan Mandiri per 1000 Ekor
No. Keterangan Kemitraan Mandiri
1 Total Biaya Rp 27.919.923,1 Rp 29.040.127,4
2 Produksi 1.806 Kg 1.803 Kg
3 Penerimaan Rp 30.210.384,6 Rp 36.060.509,6 4 Pendapatan Rp 2.290.461,54 Rp 7.020.382,17
(64)
Dilihat dari Tabel diatas, dalam 1000 ekor ayam pedaging pola kemitraan dan mandiri diperoleh total biaya yang dikeluarkan ayam pedaging mandiri lebih besar dibandingkan pengeluaran total biaya ayam pedaging kemitraan. Total biaya yang dikeluarkan ayam pedaging mandiri sebesar Rp 36.060.509,6 dan total biaya yang dikeluarkan peternak ayam pedaging kemitraan sebesar Rp 27.919.923,1.dari segi penerimaan peternak ayam pedaging mandiri juga lebih tinggi dibandingkan penerimaan peternak ayam pedaging kemitraan. Pernerimaan peternak ayam pedaging mandiri diperoleh sebesar Rp 36.060.509,6 sedangkan penerimaan peternak ayam pedaging kemitraan sebesar Rp 30.210.384,6. Hal ini dikarenakan harga jual peternak ayam pedaging mandiri lebih besar dibandingkan dengan peternak ayam pedaging kemitraan. Dengan demikian juga berpengaruh terhadap pendapatan. Pendapatan peternak ayam pedaging mandiri lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan peternak ayam pedaging kemitraan. Dalam 1000 ekor, pendapatan peternak ayam pedaging mandiri sebesar Rp 7.020.382,17 dan sedangkan pendapatan peternak ayam pedaging kemitraan dalam 1000 ekor yaitu Rp 2.290.461,54.
4.7. Pembahasan
1. Dilihat dari uraian diatas, peternak ayam pedaging mandiri di daerah penelitian lebih menguntungkan dibandingkan peternak ayam pedaging kemitraan. Akan tetapi, karena peternak ayam pedaging mandiri masih peternak kecil, total jumlah pendapatan lebih rendah di bandingkan dengan ayam pedaging kemitraan. Ini disebabkan karena pada peternak ayam pedaging mandiri menjual produksi dengan harga lebih tinggi dibandingkan
(65)
kemitraan telah memiliki atau harus menjual hasil produksinya kepada kemitraan yang telah bekerjasama dengan harga lebih murah. Tapi karena peternak ayam pedaging kemitraan dalam sekala besar, maka ada perbedaan pendapatan yang diperoleh patani ayam pedaging kemitraan dengan ayam pedaging kemitraan mandiri di daerah penelitian. Berdasarkan penelitian terdahulu di Jawa Timur, hasil kesimpulan juga usaha ayam pedaging mandiri lebih menguntungkan dibandingkan dengan usaha peternak ayam pedaging kemitraan, dalam 1.000 ekor ayam pedaging, peternak kemitraan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 3.284.939,00 dan sedangkan peternak ayam pedaging mandiri dalam 1.000 ekor menhasilkan pendapatan sebesar Rp. 10.837.210,00. Di lihat dari hasil, selisih pendapatan dalam 1.000 ekor usaha ayam pedaging dari segi pendapatan jauh berbeda.
2. Dilihat dari uraian diatas, ada perbedaan harga jual ternak ayam pedaging antara peternak ayam pedaging kemitraan dan mandiri, dimana harga jual peternak pedaging mandiri lebih tinggi dibandingkan harga jual peternak pedaging kemitraan. Ini dikarenakan peternak pedaging mandiri menjual sendiri hasil ternaknya ke pedagang pengumpul. Sedangkan peternak ayam pedaging kemitraan, mereka menjual hasil ternaknya ke pada mitra yang telah bekerjasama atau harga kontrak sehingga harga jual yang diterima peternak ayam pedaging kemitraan lebih rendah dibandingkan harga jual yang diterima peternak ayam pedaging mandiri.
3. Dilihat dari uraian diatas, ada perbedaan produksi antara peternak ayam pedaging kemitraan dengan peternak ayam pedaging mandiri. Produksi ayam pedaging kemitraan lebih tinggi dibandingkan produksi ayam pedaging
(1)
Data Diolah Ayam Pedaging Kemitraan dan Ayam Pedaging Mandiri di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat
No.
Penerimaan
(Rp) Peternak
1 53.550.000 Ayam Pedaging Mandiri 2 14.280.000 Ayam Pedaging Mandiri 3 289.170.000 Ayam Pedaging Mandiri 4 32.400.000 Ayam Pedaging Mandiri 5 36.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 6 108.300.000 Ayam Pedaging Mandiri 7 38.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 8 36.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 9 108.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 10 36.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 11 142.800.000 Ayam Pedaging Mandiri 12 17.850.000 Ayam Pedaging Mandiri 13 108.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 14 54.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 15 38.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 16 19.950.000 Ayam Pedaging Mandiri 17 211.050.000 Ayam Pedaging Kemitraan 18 904.500.000 Ayam Pedaging Kemitraan 19 313.500.000 Ayam Pedaging Kemitraan 20 564.300.000 Ayam Pedaging Kemitraan 21 470.250.000 Ayam Pedaging Kemitraan 22 452.250.000 Ayam Pedaging Kemitraan 23 1.011.500.000 Ayam Pedaging Kemitraan
(2)
Data Diolah Ayam Pedaging Kemitraan dan Ayam Pedaging Mandiri di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat No. Pendapatan(Rp) Peternak
1 12.990.000 Ayam Pedaging Mandiri
2 1.935.000 Ayam Pedaging Mandiri
3 69.495.000 Ayam Pedaging Mandiri
4 4.950.000 Ayam Pedaging Mandiri
5 4.805.000 Ayam Pedaging Mandiri
6 21.770.000 Ayam Pedaging Mandiri
7 3.010.000 Ayam Pedaging Mandiri
8 3.505.000 Ayam Pedaging Mandiri
9 19.480.000 Ayam Pedaging Mandiri
10 3.235.000 Ayam Pedaging Mandiri
11 38.185.000 Ayam Pedaging Mandiri
12 1.955.000 Ayam Pedaging Mandiri
13 20.230.000 Ayam Pedaging Mandiri
14 9.465.000 Ayam Pedaging Mandiri
15 2.840.000 Ayam Pedaging Mandiri
16 2.590.000 Ayam Pedaging Mandiri
17 20.650.000 Ayam Pedaging Kemitraan
18 26.800.000 Ayam Pedaging Kemitraan
19 19.200.000 Ayam Pedaging Kemitraan
20 23.600.000 Ayam Pedaging Kemitraan
21 51.010.000 Ayam Pedaging Kemitraan
22 42.000.000 Ayam Pedaging Kemitraan
(3)
Data Diolah Ayam Pedaging Kemitraan dan Ayam Pedaging Mandiri di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat
No.
Harga
Jual(Rp) Peternak
1 21.000 Ayam Pedaging Mandiri 2 21.000 Ayam Pedaging Mandiri 3 21.000 Ayam Pedaging Mandiri 4 20.000 Ayam Pedaging Mandiri 5 20.000 Ayam Pedaging Mandiri 6 19.000 Ayam Pedaging Mandiri 7 20.000 Ayam Pedaging Mandiri 8 18.000 Ayam Pedaging Mandiri 9 18.000 Ayam Pedaging Mandiri 10 18.000 Ayam Pedaging Mandiri 11 21.000 Ayam Pedaging Mandiri 12 21.000 Ayam Pedaging Mandiri 13 20.000 Ayam Pedaging Mandiri 14 20.000 Ayam Pedaging Mandiri 15 20.000 Ayam Pedaging Mandiri 16 21.000 Ayam Pedaging Mandiri 17 16.750 Ayam Pedaging Kemitraan 18 16.750 Ayam Pedaging Kemitraan 19 16.500 Ayam Pedaging Kemitraan 20 16.500 Ayam Pedaging Kemitraan 21 16.500 Ayam Pedaging Kemitraan 22 16.750 Ayam Pedaging Kemitraan 23 17.000 Ayam Pedaging Kemitraan
(4)
Data Diolah Ayam Pedaging Kemitraan dan Ayam Pedaging Mandiri di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat
No.
Produksi
(Kg) Peternak
1 2.550 Ayam Pedaging Mandiri 2 680 Ayam Pedaging Mandiri 3 13.770 Ayam Pedaging Mandiri 4 1.620 Ayam Pedaging Mandiri 5 1.800 Ayam Pedaging Mandiri 6 5.700 Ayam Pedaging Mandiri 7 1.900 Ayam Pedaging Mandiri 8 2.000 Ayam Pedaging Mandiri 9 6.000 Ayam Pedaging Mandiri 10 2.000 Ayam Pedaging Mandiri 11 6.800 Ayam Pedaging Mandiri 12 850 Ayam Pedaging Mandiri 13 5.400 Ayam Pedaging Mandiri 14 2.700 Ayam Pedaging Mandiri 15 1.900 Ayam Pedaging Mandiri 16 950 Ayam Pedaging Mandiri 17 12.600 Ayam Pedaging Kemitraan 18 54.000 Ayam Pedaging Kemitraan 19 19.000 Ayam Pedaging Kemitraan 20 34.200 Ayam Pedaging Kemitraan 21 28.500 Ayam Pedaging Kemitraan 22 27.000 Ayam Pedaging Kemitraan 23 59.500 Ayam Pedaging Kemitraan
(5)
Data Diolah Ayam Pedaging Kemitraan dan Ayam Pedaging Mandiri di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat No. Total Biaya (Rp) Peternak
1 40.560.000 Ayam Pedaging Mandiri 2 12.345.000 Ayam Pedaging Mandiri 3 219.675.000 Ayam Pedaging Mandiri 4 27.450.000 Ayam Pedaging Mandiri 5 31.195.000 Ayam Pedaging Mandiri 6 86.530.000 Ayam Pedaging Mandiri 7 34.990.000 Ayam Pedaging Mandiri 8 32.495.000 Ayam Pedaging Mandiri 9 88.520.000 Ayam Pedaging Mandiri 10 32.765.000 Ayam Pedaging Mandiri 11 104.615.000 Ayam Pedaging Mandiri 12 15.895.000 Ayam Pedaging Mandiri 13 87.770.000 Ayam Pedaging Mandiri 14 44.535.000 Ayam Pedaging Mandiri 15 35.160.000 Ayam Pedaging Mandiri 16 17.360.000 Ayam Pedaging Mandiri 17 190.400.000 Ayam Pedaging Kemitraan 18 877.700.000 Ayam Pedaging Kemitraan 19 294.300.000 Ayam Pedaging Kemitraan 20 540.700.000 Ayam Pedaging Kemitraan 21 419.240.000 Ayam Pedaging Kemitraan 22 410.250.000 Ayam Pedaging Kemitraan 23 897.000.000 Ayam Pedaging Kemitraan
(6)
Data Diolah Ayam Pedaging Kemitraan dan Ayam Pedaging Mandiri di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat
No.
Penerimaan
(Rp) Peternak
1 53.550.000 Ayam Pedaging Mandiri 2 14.280.000 Ayam Pedaging Mandiri 3 289.170.000 Ayam Pedaging Mandiri 4 32.400.000 Ayam Pedaging Mandiri 5 36.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 6 108.300.000 Ayam Pedaging Mandiri 7 38.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 8 36.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 9 108.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 10 36.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 11 142.800.000 Ayam Pedaging Mandiri 12 17.850.000 Ayam Pedaging Mandiri 13 108.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 14 54.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 15 38.000.000 Ayam Pedaging Mandiri 16 19.950.000 Ayam Pedaging Mandiri 17 211.050.000 Ayam Pedaging Kemitraan 18 904.500.000 Ayam Pedaging Kemitraan 19 313.500.000 Ayam Pedaging Kemitraan 20 564.300.000 Ayam Pedaging Kemitraan 21 470.250.000 Ayam Pedaging Kemitraan 22 452.250.000 Ayam Pedaging Kemitraan 23 1.011.500.000 Ayam Pedaging Kemitraan