DINAMIKA KOMUNIKASI WARGA NEGARA ASING DAN WARGA NEGARA LOKAL DIPUSPA AGRO.

(1)

DINAMIKA KOMUNIKASI WARGA NEGARA ASING DAN

WARGA LOKAL DI PUSPA AGRO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh :

Firman Arga Arjiansah

NIM. (B76212103)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Firman Arga Arjiansah. B76212103, 2016. Dinamika Komunikasi Warga Asing dan Warga Lokal di Puspa Agro ( Studi Kualitatatif Deskriptif ). Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Dinamika Komunikasi

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk Mengetahui proses adaptasi yang timbul dalam komunikasi yang terjadi antara warga negara asing dan warga Lokal, (2) Untuk Mengetahui pengalaman (dinamika dan hambatan-hambatan yang muncul) selama berkomunikasi antara warga Negara asing dan warga negara Indonesia.

Penelitian ini dilakukan di Puspa Agro,Sidoarjo, Jawa Timur. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam dengan para informan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pengumpulan data melalui dokumen beberapa buku-buku, jurnal, internet dan foto-foto yang berhubungan dengan topic penelitian.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pada awalnya perbedaan budaya khusunya dalam hal bahasa menjadi tantangan peneliti baik bagi Warga Asing maupun Warga Lokal dalam berkomunikasi. sehingga komunikasi yang terjadi antara Warga Asing dan Warga Lokal sangatlah berliku-liku dan mengalami kesulitan. Dengan adanya perbedaan antara bahasa tersebut menimbulkan adanya dinamika komunikasi diantara mereka saat berkomuniaksi, Namun seiring berjalannya waktu interaksi dengan adanya adaptasi yang dilakukan oleh keduanya komunikasi yang terjadi berangsung membaik. Selain itu kebutuhan manusia sebagai mahkluk sosialuntuk berinteraksi mendorong keduanya agar selalu terlibat dalam percakapan.


(7)

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN (sampul dalam ) ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I : PENDAHULUAAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 5

E. Penelitian Terdahulu ... 6

F. Defenisi Konsep Penelitian ... 7

G. Metode Penelitian ... 13

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 13

2. Subyek, Objek, dan tempatPenelitian ... 15

3. Objek Penelitian ... 15

H. Teknik Pengumpulan Data ... 17

I. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II : KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Adaptasi... 22

2. Komunikasi ... 27

3. Dinamika Komunikasi ... 32

4. Proses Komunikasi ... 36

5. Komunikasi Non Verbal ... 38

6. Komunikasi Antarbudaya ... 40


(8)

8. Warga Negara Asing ... 45

B. Kajian Teori ... 45

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Profil Data 1. Deskripsi Lokasi penelitian ... 50

2. Deskripsi Subjek Penelitian ... 55

3. Deskripsi Objek Penelitian ... 57

B. Deskripsi Data Penelitian ... 58

BAB IV : INTERPRETASI HASIL PENELITIAN A. Analisi Data ... 72

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori Akomodasi ... 81

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90 B. Saran ...

94

DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENULIS LAMPIRAN


(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang tidak dapat dilepaskan dari dunia komunikasi, mulai dari bangun tidur hingga akan tidur kembali. Sebelum berangkat kerja atau sekolah, berbagai kegiatan komunikasi mereka lakukan, seperti mendengarkan radio atau music dalam format CD (Compact Disk) atau DVD (Digital Versatile Disc), menonton acara televise, membaca koran, atau majalah, atau bercengkerama dengan anggota keluarga.1

Pasalnya, komunikasi memberikan dampak besar terhadap setiap kegiatan manusia. Tanpa adanya komunikasi yang baik, tidak akan ada hubungan yang baik antar sesama manusia. Manusia pun beragam-ragam, berbeda budaya, persepsi, ras, warna kulit, bahasa, dan lain sebagainya.Hal tersebut pun mempengaruhi system komunikasi.Jika bahasa yang digunakan berbeda, otomatis system komunikasinya juga berbeda. Mereka harus menyamakan persepsi masing-masing terlebih dahulu terhadap pesan yang akan disampaikan.

Komunikasi dapat diartikan sebagai „transfer informasi’ atau pesan

(message) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima sebagai komunikan. Dalam proses komunikasi tersebut bertujuan untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua pihak yang terlibat dalam proses

1


(10)

2

komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan pesan/informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi.2

Komunikasi menurut Harold D. Lasswell, sebagaimana dikutip oleh Sendjaja cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: Who

Says What In Which Channel To Whom With What Effect? (Siapa mengatakan apa

dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana?). Sedangkan menurut Shannon dan Weaver adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.3

Banyak hal yang bisa mempengaruhi komunikasi, salah satunya adalah latar belakang budaya atau suku bangsa. Menurut Wikipedia, kelompok etnik atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut seperti kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri biologis.

Dalam komunikasi, kebudayaan menjadi salah satu factor yang berpengaruh dalam kelanjutan suatu hubungan.Latar belakang budaya yang dimiliki seseorang menjadi pengaruh yang besar karena didalamnya terdapat sikap dan ciri-ciri khusus yang berbeda-beda tergantung daerahnya

2

Drs. Tommy Suprapto, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi ( Jakarta: PT. Buku Kita, 2009), hlm. 5

3


(11)

3

masing.Sebagai contoh, orang Amerika berkomunikasi dengan orang Indonesia, mereka mengalami kesusahan komunikasi karena perbedaan latar belakang dan budaya.

Latar belakang budaya merupakan salah satu faktor penghambat warga asing untuk berkomunikasi, akan tetapi itu semua bisa diatasi dengan dinamika komunikasi yang terjadi berulang-ulang antara warga asing dan pribumi yang mempunyai budaya yang berbeda.dinamika komuniasi adalah kegiatan berkomunikasi yang dilakukan secara terus-menerus sehingga menimbulkan perubahan tata hidup masyarakat baik menggunkan komunkasi interpersonal, dengan berbagai media, effek dan lain-lain.

Contoh kasusnya seperti yang terjadi pada masyarakat atau warga asing yang tinggal dan menetap di kawasan perumahan Puspa Agro, Sidoarjo, Jawa Timur. Mereka tetap tinggal di kawasan perumahan Puspa Agro meskipun mengetahui bahwa mayoritas warga disana adalah pribumi atau warga Indonesia, mereka melakukan kegiatan sehari-hari mereka seperti berbelanja kebutuhan pokok, menggunakan jasa transportasi umum, dan juga kegiatan lain yang melibatkan komunikasi langsung antara mereka dengan warga pribumi. Mereka juga merupakan warga negara asing yang sudah tinggal lama di Indonesia hampir 5 tahun, tapi mereka tetap ingin berkomunikasi dan bergaul dengan masyarakat Indonesia meskipun mereka seringkali terlihat kesusahan saat hendak melakukan komunikasi. Begitu pula dengan warga pribumi yang mengalami kesusahan saat berkomunikasi dengan mereka. Seperti contoh saat warga asing membeli kebutuhan pokok, mereka mengunakan bahasa siyarat dan mengunakan bahasa indonesia semampu mereka yang di dapat dari dari dinamika komunikasi yang


(12)

4

terjadi beerulang-ulang sebelumnya, adapun juga saat mereka berpergian dengan mengunakan angkutan umum merekea juga melakukan dengan cara tersebut adapun juga yang mengguaka media HP ( Hand Phone) dengan cara mentranslate bahasa mereka terlebih dahulu ke bahasa Indonesai lalu menunjukannya ke sopir, dan ketika Namun dengan keterbatasan budaya dan bahasatersebut , mereka tetap terlihat enjoy tinggal di Indonesia dan bahkan sudah hidup di Indonesia selama beberapa tahun.

Oleh karena itu, peneliti ingin mencari tahu sebab dan alasan para warga Negara asing tersebut betah tinggal berlama-lama di Indonesia meskipun banyak halangan yang ditemui ketika mereka melakukan komunikasi dengan orang-orang Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas yang sudah peneliti paparkan, maka dapat ditarik rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses adaptasi yang timbul dalam komunikasi yang terjadi antara warga negara asing dan warga negara Indonesia?

2. Bagaimanakah pengalamanselama berkomunikasi antara warga Negara asing dan warga negara Indonesia?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui proses adaptasi yang timbul dalam komunikasi yang


(13)

5

2. Mengetahui pengalaman selama berkomunikasi antara warga Negara asing dan warga negara Indonesia.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis

Penelitian ini pada dasarnya berkaitan dengan orang yang mempunyai permasalahan komunikasi karena perbedaan latar belakang dan budaya menjadikan penelitian ini sebagai kajian bagi para peneliti lain untuk mengembangkan penelitian yang sejenis. Juga sebagai sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan bagi institusi maupun akademisi dan mahasiswa tentang dinamika komunikasi warga Negara asing dan warga Negara Indonesia.

2. Secara Praktis

Penelitian ini dilakukan dengan harapan akan bermanfaat bagi masyarakat luas dalam menerima dan memahami dinamika komunikasi yang terjadi antara warga Negara asing dengan warga Negara Indonesia. Serta diharapkan penelitian ini dapat menjadi kajian dalam masalah dinamika komunikasi yang sering terjadi di era global ini.

E. KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN

Untuk menyempurnakan penelitian ini, maka peneliti melihat dan berdasar pada kajian penelitian terdahulu yang relevan, yaitu:


(14)

6

Skripsi karya Muhammad Hyqal Kevinzky, 2012.Mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

dengan judul skripsi “Proses dan Dinamika Komunikasi Dalam Menghadapi

Culture Shock Pada Adaptasi Mahasiswa Perantauan. (Kasus Adaptasi

Mahasiswa Perantau di UNPAD Bandung)”

Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses dan dinamika komunikasi mahasiswa perantauan di UNPAD Bandung dalam beradaptasi, ketika menghadapi culture shock.Culture Shock merupakan gejala social yang dialami oleh perantau ketika pindah dan mendiami daerah dengan

culture budaya yang berbeda.Penelitian ini menggunakan beberapa konsep dan teori besar diantaranya CAT, KAB, dan adaptasi budaya.Penelitian ini menggunakan metode snowball dan purposive sampling dalam pemilihan informannya, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis tematik.Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa terdapat sejumlah kecenderungan seseorang dalam beradaptasi dengan budaya asing disekitarnya yang kemudian menentukan pemilihan tipe adaptasinya agar bisa bertahan di perantauan.

F. DEFINISI KONSEP

1. Pengertian Dinamika

Kata dinamika berasal dari bahasa inggris yakni dynamic yang artinya dinamis; dinamik, dan bersemangat. Kata dinamik menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu gerak (dari dalam); tenaga yang menggerakkan; semangat. Secara harfiah, dinamika sesuatu yang mengandung arti tenaga, kekuatan, selalu


(15)

7

bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan.

Menurut slamet Santoso4 Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik. Jadi, dinamika berarti adanya interaksi dan Interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbale balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan.

Dynamic is Facts or concepts which refer to conditions of change, expecially to forces

Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semngat kelompok (good spirit) terus menerus berada dalam kelompok itu oleh karena itu, kelompok tersebut bersifat Dinamis, artinya setiap saat kelompok atau individu tersebut dapat berubah.

2. Definisi Komunikasi

Menurut Saundra Hybels dan Richard L. Weafer II, bawha komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan, dan perasaan. Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan dan tulisan, tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, atau menggunakan alat bantu disekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan5.

4

Drs. Slamet Santoso, M.Pd. Dinamika Kelompok. Jakarta, PT Bumi Aksara. 2004.cet-1. Hal. 5

5

Dr. Alo Liliweri M. S, 2002, Makna budaya dalam Komunikasi Antarbudaya.hal.3 Yogyakarta


(16)

8

Kedua Billie J. Walhstrom mengungkapkan komunikasi adalah (1) pernyataan diri yang efektif; (2) pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi; (3) pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan kode lain; (4) pengalihan informasi dari seseorang ke orang lain; (5) pertukaran makna antar pribadi dengan system symbol; (6) proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu (walhstrom, 1992, hlm. 9).

Ketiga, komunikasi yaitu (1) informasi yang dialihkan di antara para pengguna, atau proses untuk menyatakan persetujuan atas perjanjian; (2) bagian dari teknologi yang berkaitan dengan representasi, peralihan, interprestasi, dan pemrosesan data diantara manusia di berbagai tempat; (3) komunikasi adalah mesin (carey, 1998).

Keempat, Carey menyatakan bahwa komunikasi merupakan suatu proses

“ritual” yang mengemukkan informasi melalui dua model, yiatu: (1) model

transmisi, yakni model yang tidak secara langsung mengutamakan perluasan pesan dalm ruang, tetapi diarahkan untuk mengelola masyarakat dalam satuan waktu, model yang tidak mengutamakan tindakan untuk mengambil bagian dalam informasi, tetapi representasi dari pertukaran keyakinan; (2) sebagai pola dasar

suatu „ritual’ untuk menarik orang lain agar turut serta dalam kebersamaan

Kelima, komunikasi adalah transmisi informasi dari seseorang individu atau kelompok kepada individu atau kelompok lain. Komunikasi merupakan dasar semua bentuk interaksi social. Dalam konteks tatap muka, komunikasi tidak saja diperlihatkan melalui penggunaan bahasa semata-mata, tetapi menggunakan juga


(17)

9

tanda-tanda tubuh yang membutuhkan interprestasi tentang apa yang dikatakan oleh orang lain. Dengan berkembangya media tulisan dan elektronik, seperti radio, televise, atau computer, komunikasi mengubah relasi tatap muka dengan cepat.

Keenam, komunikasi harus dipahami sebagai interaksi antar pribadi yang menggunakan system symbol linguistic, misalnya meliputi verbal (kata-kata),

paraverbal, dan nonverbal.System „serba tempat’ artinya komunikasi itu serba ada sehingga komunikasi itu ada di mana-mana.

3. Dinamika Komunikasi

Menurut KBBI, dinamika berarti gerak (dari dalam); tenaga yang menggerakkan; semangat. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau pe rilaku, baik langsung secara lisan maupun melalui media. Adapun menurut Cherry, istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari bahasa latin Communico yang artinya membagi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pengalaman itu meliputi Dinamika Komunikasi yang terdiri dari apa, seperti apa, ada bagaimana komunikasi yang terjadi antar dua orang atau lebih terjadi.Dinamika komunikasi terjadi sebagai variasi dan cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis,


(18)

10

kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideology. Adapun beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya dinamika komunikasi, diantaranya yaitu dimana individu atau kelompok memiliki tujuan yang realistis, sederhana, dan menguntukan, bagi mereka, interaksi antar individu atau kelompok yang berbeda latar belakang (budaya, etnis, bangsa, dan bahasa) guna untuk membangun komunikasi yang baik dan menciptakan hubungan yang erat walaupun berbeda, adanya perubahan sosial yang terjadi, dan adanya perubahan situasi ekonomi yang mengharuskan timbulnya dinamika untuk memenuhi kebutuhan.

4. Warga Negara Lokal/Indonesia

Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan.

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah ( dari uu kewarganegaraan 2006.html)6

1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI 2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI

6


(19)

11

3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara asing (WNA), atau sebaliknya

4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut

5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggaldunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI 6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI

7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin

8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahirtidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.

9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah megara Republik Indonesiaselama ayah dan ibunya tidak diketahui

10.anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunyatidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.

Contoh dari warga Negara lokal yang dapat dikatakan warga Negara adalah yaitu seperti warga yang tinggal dan berdagang yang berda di kawasan Puspa Agro yang mayoritasnya adalah warga lokal yang mayoritas berasal dari Madura, Nganjuk, Jombang, dan Sekitarnya yang dimana daerah tersebut adalah daerah yang ada dalam kepulauan Indonesia.


(20)

12

Bukan warga negara atau biasa disebut orang asing adalah orang yang tinggal di suatu negara namun secara hukum bukan termasuk warga negara Indonesia.Namun bukan warga negara tetap harus patuh terhadap pemerintah.Contoh bukan warga negara adalah seperti duta besar beserta stafnya, kontraktor asing, pengusaha asing, dan sebagainya.Yang membedakan antara bukan warga negara dan warga negara adalah hak-hak dan kewajiban seperti yang dimiliki warga negara tidak dimiliki oleh seseorang yang bukan warga negara.

Dalam penelitian kali ini yang dikatakan orang asing adalah warga Negara Afghanistan, Somalia, dan Sudan yang menetap dan tinggal di Indonesia khususnya di kawasan Puspa Agro.

G. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan etnografi Studi etnografi (ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Etnografi7 adalah pendekatan empiris dan teoretis yang bertujuan mendapatkan deskripsi dan analisis mendalam tentang kebudayaan berdasarkan penelitian lapangan yang intensif. Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli, sebagaimana dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski,

7

Penjelasan tetang etnografi yang dikutip dalam Barker, Chris. Cultural Studies: Teori dan Praktik, Terj, Nurhadi. Yogyakarta : Kreasi Wacana. 2006 hal 29


(21)

13

bahwa tujuan “etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi lebih dari itu,

etnografi belajar dari masyarakat”.8

Inti etnografi adalah upaya untuk memperlihatkan makna-makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Beberapa makna tersebut terekspresikan secara langsung dalam bahasa, dan diantara makna yang diterima, banyak yang disampaikan hanya secara tidak langsung melalui kata-kata dan perbuatan, sekalipun demikian, di dalam masyarakat, orang tetap menggunakan system makna yang kompleks ini untuk mengatur tingkah laku mereka, untuk memahami diri mereka sendiri dan orang lain, serta untuk memahami dunia tempat mereka hidup.9

Berdasarkan pada pendekatan di atas, maka jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yang mana peneltian ini hanyalah memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian dalam metode ini hanya bersifat menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya peristiwa yang dialami atau tentang suatu proses yang sedang berlangsung.

8

P. Spradley, James.Op.cit.hal 3-4

9

P. Spradley, James. Metode Etnografi. Terj. Misbah. Yogyakarta : Tiara Wacana, 2006 hal 5


(22)

14

Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan suatu hubungan dan tidak menguji hipotesis ataupun memuat prediksi.10

2. Subyek, Objek, dan Tempat Penelitian a. Subjek

Narasumber atau informan adalah orang yang bisa memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan dalam penelitian kita.11 Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah warga asing yang bertempat tinggal di puspa agro yang kebanykan berasal dari Afghanistan, Somalia, dan Sudan, dalam penelitian ini peneliti memilih Rizaq yang berasal dari Afghanistan yang telah tinggal selama 3 tahun, sebagai Subyek dari penelitian sedangkan Muhammad Taufiq sebagai warga lokal yang berasal dari nganjuk yang sudah berjualan selama 4 tahun di Puspa Agro Sebagai Key Informan.

b. Objek penelitian

Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010 : 12), objek adalah keseluruhan gejala yang ada di sekitar kehidupan manusia.apabila dilihat dari sumbernya, objek dalam penelitian kualitatif menurut Spardly disebut sosial situation atau situasi sosial yang terdiri dari tiga

10

Jalaluddin Rahmat, Metode Komunikasi Penelitian, (Bandung: Remaja Rosda Karya , 2001), hlm, 24.

11

Andi Prastoyo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Prespektif Rancangan Penelitian


(23)

15

elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors), ada aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono:49)12.

Dalam penelitian kali ini yang merupakan Objek dari penelitian adalah Dinamika Komunikasi yang terjadi antara warga asing dan lokal yang berada di Puspa Agro.

c. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di PUSPA AGRO yang bertempat di Jl. Raya Sawunggaling No. 177 – 183, Jemundo, Kletek, Taman, Kec. Sidoarjo, Jawa Timur

3. Jenis dan data penelitian a. Sumber data

Data dalam penelitian ini akan disajikan dari berbagai macam sumber, yakni:

a. Narasumber (informan) Dalam penelitian kualitatif posisis narasum bersangat penting, bukan sekedar memberi respon, melainkan juga sebagai pemilik informasi. Karena itu, ia disebut informan (orang yang memberikan informasi, sumber informasi, sumber data) atau disebut juga subyek yang diteliti. Karena ia juga aktor atau pelaku yang ikut melakukan berhasil tidaknya penelitian berdasarkan informasi yang diberikan.

12


(24)

16

Informan yang dimaksud adalah Warga Negara Asing dan Warga Negara lokal.

b. Peristiwa Atau Aktivitas Data atau informasi juga dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktivitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dari peristiwa atau kejadian ini, peneliti bias mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung. Dengan mengamati sebuah peristiwa atau aktivitas, peneliti dapat melakukan cross check terhadap informasi verbal yang diberikan oleh subyek yang diteliti. c. Dokumen atau Arsip Dokumen merupakan bahan tertulis atau

benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau dokumen tertulis seperti arsip data base surat-surat rekaman gambar benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu peristiwa. Dokumen yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan komunikasi dan interaksi yang dilakukan oleh warga Negara asing dengan warga lokal.

H. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data dikumpulkan dengan dua cara:


(25)

17

Sebagai alat pengumpulan data, observasi merupakan langkah yang langsung akan memberikan sumbangan yang sanagat penting dalam penelitian deskriptif. Jenis-jenis informasi tertentu dapat diperoleh dengan baik melalui pengamatan langsung oleh peneliti. Sehingga observasi dapat disimpulkan menjadi sebuah pengamatan dan pencatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.13 Hal-hal yang diobservasi yaitu berkaitan dengan komunikasi dan interaksi warga Negara asing dan warga Negara lokal yang tinggal serta berada di dalam puspa agro.

b. Wawancara mendalam (Indept interviewing)

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan pertanyaan langsung kepada narasumber atau ahli yang berwenang dalam suatu masalah (termasuk akademisi dan tokoh masyarakat). Informan dalam penelitian ini warga Negara asing dan warga Negara lokal yang tinggal serta berada di dalam puspa agro.

c. Studi Dokumentasi dan Arsip

Studi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan atau memahami data-data sekunder dengan berpijak pada berbagai literatur dan dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian.

Validasi Data

13

Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 52


(26)

18

Peneliti melakukan enam dari delapan alternatif strategi validasi yang lazim digunakan, yaitu: (1) triangulasi sumber data, melibatkan kelompok

informan yang posisinya “berseberangan” satu sama lain; (2) peer review

melalui peer debriefing sessions, di mana terdapat “devil’s advocate”; (3) klarifikasi sejak dini tentang posisi peneliti sebagai aktivis partai PKS sehingga kemungkinan-kemungkinan bisa dapat lebih mudah dikendalikan dan diwaspadai oleh pihak-pihak yang mengikuti proses penelitian ini dan membaca hasilnya; (4) mengumpanbalikkan data, analisis, penafsiran, dan kesimpulan sementara kepada beberapa informan, (5) thick description yang menggambarkan berbagai proses dan setting yang terkait dengan subjek penelitian, sehingga memungkinkan pembaca mempertimbangkan sejauh mana temuan-temuan penelitian ini dapat digeneralisasikan

Analisis data

Analisis data merupakan proses pencarian dan perencanaan secara sistematik dari semua data dan bahan yang telah terkumpul. Sehingga peneliti mengerti benar makna yang telah dikemukakan, dan dapat menyajikan kepada orang lain secara jelas. Karena metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, maka analisis data juga bersifat kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, hasilnya diedit dan dianalaisis dengan menggunakan deskrptif interpretatif.


(27)

19

Untuk dapat menyajikan data yang telah terkumpul dan masih berserakan menjadi suatu bentuk laporan utuh, yang menarik dan bermakna secara runtut dan logis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:14

1. Pengumpulan Data

Peneliti memeriksa hubungan semua data yang diperoleh, apakah sudah lengkap atau ada informasi tambahan yang diperlukan. Juga dapat digunkan untuk mengecek kembali kebenaran data yang diperoleh.

2. Reduksi Data

Reduksi data sebagai suatu proses pemilihan atau seleksi, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan, yang terus menerus selama proyek berorientasi.

3. Penyajian Data

Data yang direduksi, ditampilkan atau disajikan sebagai sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan dari penarikan kesimpulan dalam bentuk tertentu atau dalam suatu data telah terorganisasi.

4. Kesimpulan

14


(28)

20

Kesimpulan merupakan hasil akhir dalam penelitian kualitatif.Dalam tahap ini peneliti berusaha menginterprestasikan dan memberikan makna yang penuh dari data yang terkumpul.

I. SISTEMATIKA PENJELASAN

Dalam penelitian ini memiliki sistematika pembahasan, yang dapat dipakai untuk memudahkan bagi peneliti untuk mengurutkan pembahasan yang hendak dikajinya, serta meberikan gambaran yang lebih jelas pada proposal ini, adapun sistematika pembahasan ini terdiri dari lima bab, yaitu:

1. BAB I :

Pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengontrol dalam memahami pembahasan pada bab-bab berikutnya. Pada bab ini terdiri dari Konteks Penelitian, Fokus Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Penelitian Terdahulu, Definisi Konsep, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

2. BAB II :

Kajian Teoretis, adalah uraian tentang landasan teori yang bersumber dari kepustakaan. Pada bab ini terdiri dari Kajian Pustaka dan Kajian Teori. 3. BAB III :

Penyajian Data, berisi tentang deskripsi umum objek penelitian serta deskripsi hasil penelitian.

4. BAB IV :

Analisis Data, yakni menganalisis hasil temuan penelitian serta konfirmasi temuan dengan teori.


(29)

21


(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Adaptasi

Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi1. Menurut Karta Sapoetra adaptasi mempunyai dua arti. Adaptasi yang pertama disebut penyesuaian diri yang autoplastis (auto artinya sendiri, plastis artinya bentuk), sedangkan pengertian yang kedua penyesuaian diri yang alloplastis (allo artinya yang lain,

plastis artinya bentuk). Jadi adaptasi ada yang artinya “pasif” yang mana kegiatan pribadi di tentukan oleh lingkungan. Dan ada yang artinya “aktif” yang mana pribadi mempengaruhi lingkungan

Menurut Suparlan2 adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:

1. Syarat dasar alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kesetabilan tempratur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan tubuh lainnya).

2. Syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan gelisah).

3. Syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturun, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh).

1

(Di kutip dari : Kamus Sosiologi Antropologi, Penerbit Indah Surabaya, 2001, hal 10).

2

Tim Pengemban Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, PT. Imperial Bhakti Utama, 2007, cet 2


(31)

23

Menurut Soerjono Soekanto3 memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi, yakni :

1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. 2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan

3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah. 4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan

5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.

6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.

Dari batasan-batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan ataupun suatu kondisi yang diciptakan. Lebih lanjut tentang proses penyusuaian tersebut. Aminuddin menyebutkan bahwa penyesuaian dengan tujuan-tujuan tertentu, di antaranya:

a. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. b. Menyalurkan ketegangan sosial.

c. Mepertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial. d. Bertahan hidup.

Di dalam adaptasi juga terdapat pola-pola dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Suyono, pola adalah suatu rangkaian unsur-unsur yang sudah menetap mengenai suatu gejala dan dapat dipaki sebagai contoh dalam hal menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri. Dari definisi tersebut di atas, pola adaptasi dalam penelitian kali ini adalah sebagai unsur-unsur yang sudah

3


(32)

24

menetap dalam proses adaptasi yang dapat menggambarkan proses adaptasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam interaksi, tingkah laku maupun dari masing-masing adat-istiadat kebudayaan yang ada. Proses adaptasi berlangsung dalam suatu perjalanan waktu yang tidak dapat diperhitungkan dengan tepat, kurun waktunya bisa cepat, lambat, atau justru berakhir dengan kegagalan.

Dalam buku Intercultural Communication in Context yang di tulis oleh Judiht N. Martin dan Thomas K. Nakayama, disebutkan bahwa terdapat sejumlah model yang dapat menerangkan proses adaptasi seseorang, salah satunya yang sering digunakan adalah U-Curve atau U-Curve Theory, teori ini berdasarkan riset penelitian yang dilakukan oleh ahli sosiologi dari Norwegia, Sverre yang menginterview pelajar/mahasiswa asal Norwegia yang belajar di A.S. model ini telah digunakan kepada banyak kelompok migran atau perantau yang berbeda-beda. Disebutkan bahwa terdapat 4 tahapan dalam adaptasi budaya,

1. Honeymoon

Tahap ini adalah rasa dimana seseorang masih memiliki semangat dan rasa penasaran yang tinggi serta mengebu-gebu dengan suasana baru yang akan di jalani. Individu tersebut mungkin tetap akan merasa asing, kangen rumah dan merasa sendiri namun masih terlena dengan keramahan penduduk lokal terhadap orang asing.

2. Frustation

Fase ini adalah tahap dimana rasa semangat dan perasaan yang mengebu-gebu tersebut berubah menjadi rasa frustasi, jengkel dan tidak mampu berbuat apa-apa karena realita yang sebenarnya tidak sesuai dengan ekpektasi yang dimiliki pada awal tahapan.


(33)

25

Tahap ini adalah tahap penyesuaian kembali, di mana seseorang akan mulai untuk mengembangkan berbagai macam cara untuk bisa beradaptasi dengan keadaan yang ada.

4. Resolution

Fase yang terakhir di mana seiring dengan waktu, seseorang kemudian akan sampai pada 4 kemungkinan, yang pertama, Full participation: dia akan mencapai titik nyaman dan berhasil membina hubungan serta menerima kebudayaan yang baru tersebut, yang kedua,

Accomodation: bisa menerima tapi dengan beberapa catatan dalam hal-hal tertentu tidak bisa ditolerir, yang ketiga, Fight: tidak merasa nyaman namun berusaha menjalani sampai dia kembali ke daerah asalnya dengan segala daya upaya, dan yang terakhir, Flight: di mana pimigran secara fisik ataupun psikologi menghindari kontak untuk lari dari situasi yang membuat dia frustasi.

B. Pengertian Komunikasi

Banyaknya pengertian dan definisi komunikasi semakin menambah kompleksitas permasalahan definisi komunikasi dalam berbagai dimensi kehidupan manusia. Latar belakang pendidikan seseorang menentukan kea rah mana komunikasi di definisikan.Fenomena ini di tandai dengan lahirnya tokoh atau ahli komuniasi yang berlatar belakang bukan dari ke ilmuan komunikasi, namun ikut membesarkan perkembangan dan pertumbuhan ilmu komunikasi. Misalnya Harold D. Laswell yang ahli politik, Shanon Weaver yang ahli matematika dan juga lainnya.


(34)

26

Yang perlu diingat bahwa istilah komunikasi berasal dari bahasa inggris

communication yang berasal dari bahasa latin communication dan bersumber dari kata

communis yang berarti sama, yaitu sama makna. Kesamaan makna ini mengandung pengertian bahwa antara komuni kator dan komunikan memiliki persepsi yang sama tentang apa yang sedang di komunikasikan atau di bicarakan. Pihak komunikator memiliki sifat komunikatif. Sedangkan sifat komunikatif didapatkan jika kedua belah pihak mempunyai sifat empati.

Komunikasi, sebuah istilah atau kalimat yang akan lebih mudah di ucapkan daripada mencarai definisi yang kembar. Menerut Thcodore Clevenger Jr (dalam littlejohn, 2009 : 4) masalah yang selalu ada daam mendefinisikan komunikasi untuk tujuan penelitian atau ilmiahberasal dari fakta bahwa kata kerja “berkomunikasi” memilikin posisi yang kuat dalam kosakata umum dan karnannya dan tidak mudah didefinisikan untuk tujuan ilmiah.

Frank dance mencoba memberikan tiga konseptual yang membentuk dimensi dasar definisi komunikasi, tingkat pengamatan, tujuan, dan penilaian normative. Dimensi pengamatan atau keringkasan yaitu definisi komunikasi yang diberikan berdasarkan katagori pengertian yang masih luas, umum, dan bebas.Misalnya, definisi

komunikasi sebagai “proses yang menghubungan semua bagian yang terputus-putus” merrupakan definisi yang umum. Dimensi tujuan yaitu definisi komunikasi yang mengambarkan proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan maksud yang tertentu.Misalnya, definisikomunikasi yang menerangkakan tentang “ situasi tersebutmerupakan sebuah sumber yang mengirimkan sebuah pesan kepada

penerimadengan tujuan tertentu untuk mempengarui perilaku penerima”. Dimensi

penilaian normative yaitu definisi komuniaksi yang menyertakan pertanyaan tentang keberhasilan, keefektifan, atau ketepatan. Misalnya komunikasi didefinisikan


(35)

27

“komunikasi merupakan pertukaran sebuah pemikiran atau gagasan.Asumsinya adalah sebuah pemikiran atau gagasan yang berhasil di tukarkan.”4

Sulitnya member kesepakatan tentang definisi komunikasi yang tunggal bukan bererti ilmu komunikasi mengalami stagnasi keilmuan namun justru memberikan peluang terhadap lahirnya varian-varian definisi komunikasi yang lebih kompleks.

Richard L. Wiseman memberikan definisi komunikasi sebagai proses yang melibatkan pertukaran pesan dan penciptaan makna.5 Definisi ini memberikan pengertian bahwa komunikasi efektif apabila orang tersebut menafsirkan pesan yang sama seperti apa yang disampaikan oleh komunikator. Komunikasi efektif apabila kita mampu meminimalkan keslah pahaman. Kesalah pahaman, bagaimanapun sering terjadi ketika kita berkomunikasi dengan mayoritas orang asing.Kita menafsirkan

pesan orang asing „dengan menggunkan kerangka acuan mereka.Ketika kita berinteraksi dengan orang asing’ kita mungkin tidak mengenali komunikasi yang

efektif” ada kemungkinan bahwa penafsiran kita tentang pesan orang asing berbeda

dari mereka maksudkan, dan dapat sebaliknya mereka menginterpretasikan pesan kita berbeda dari yang kita maksudkan.

Beberapa ahli komunikasi telah memberikan definisi yang beragam tentang komunikasi, diantaranya adalah :

a. Carl I. Hovland

Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain.6

4

Stephen W. LittleJhon & Karen A. Foss.Teori Komunikasi. (Jakarta : PT. Salemba Humanika, 2009). 4-5

5

Richard L. Wiseman, Intercultural Communication Theory. (California State University, Fullerton, 1995), 5

6

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung : Remaja Rostda Karya, 1999), 10


(36)

28

b. Everett M. Rogers

Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubahtingkah laku mereka.7

c. McLaughlin

Komuniasi adlah saling menukar ide-ide dengan cara apa saja yang efektif.8 d. Himstreet dan Baty

Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi di antara dua oran atau lebih melalui suatu system symbol-simbol, isyarat-isyarat, ada perilaku yang sudah lazim.9

e. Onong Uhcana Effendy

Komunikasi adalah proses penyampaiain pesan dalam bentuk bentuk lambing-lambang bermakna sebagi panduan pikiran ada perasaan berupa ide, informasi kepercayaan, harapan, imbauan, ada sebagaiinya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, atau perilaku.10

Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa komunikasi adalah merupakan suatau proses pembagian makna atau ide-ide di antara dua orang atau lebih ada mereka mendapatkan saling pengertian tentang pesan yang disampaikan. Tanpa ada kesamaan pengertian diantara peserta komunikasi maka tidak ada sebuah tindak komunkasi.

7

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), 1

8

Ted J. Mc Laughlin, communication, ( Columbus : Charles E. Merril Books, Inc. 1964), 21

9

William C. Himstreet dan Wayne Murlin Baty, Bussines Communication : Principlesand Methods. ( Boston: publishing Company, 1990), 6

10


(37)

29

Pesan komunikasi dapat disampaikan melalui lambing atau symbol verbal maupun non verbal menurut Porter Ada Samovar11sebuah perilaku (bik verbal maupun non verbal) dapat dikatakan sebagai pesan apabila memenuhi dua syarat yitu :pertama kita harus diobservasi oleh seseorang, kedua perilaku harus mengandung makna. Dengan demikian inti dari sebuah proses komunikasi adalah andanya pembagian makna diantara perserta komunikasi.

Pengertian komunikasi juga ada yang mengesampingkan efek berupa dapat di terima atau tidaknya pesan yang yang telah disampaikan. Namun hanya mencerminkan dimensi penyampaian informasi. Contoh definisi atau pengertian komunikasi yang demikian sebagaimana pendapat-pendapat di bahwah ini :

a. Gebner

Komukasi adalah penyajian informasi , ide , emosi, skill, ada sterusnya, dengan menggunakan symbol, kata, gambar, figure, grafik ada lain-lain. Hal ini merupakan aksi atau prses penyampaian yamh biasanya disebut komunikasi.12 b. Wexley ada Yukl

Komunikasi didefinisikan sebagai penyampaian informasi di antara dua orang atau lebih.13

c. Marvin E. Mundel. P.E

Komunikasi adalah penyampaian pikiran, pendapat, informasi, atau sikap dengan berbicara, menulis, atau member isyarat.14

11

Dalam Dedy Mulyana, Komunikasi Antar Budaya, (Bandung : Remaja Rosyda Karya, 2000), 12

12

Reed H. Blake, A Taxonomi of consept In Communication, (USA : Hasting Hause. Publisher Inc. 1979), 3

13

Kennet N. Wexley ada Garry A. yukl.Organizational Behavior and Personal Psycology, ( IIIionis : Homewood Inc, 1977), 286

14

Marvin E. Mundel. Motion and Time Study, ( New Delhi : Prentise Hall India Privent Limited, 1981), 201


(38)

30

d. Manoppa ada Saiyadain

Komunikasi berarti menjelaskan ide ada informasi kepada orang lain.15 e. Pitfield

Komunikasi dpat dikatakan sebagai suatu proses penyampaian pikiran seseorang atau orang-orang kepada seseorang atau orang lain.16\

C. Dinamika Komunikasi

Menurut Effendy dalam bukunya yang berjudul “Dinamika Komunikasi” menjelaskan bahwa dinamika komunikasi adalah apa, seperti apa, ada bagaimana komunikasi yang terjadi antar dua orang atau lebih terjadi. Detail-detail penting baik verbal maupun nonverbal, situasi, emosi, ada hal-hal lainnya yang memberikan pengaruh dalam terjadinya sebuah komunikasi.Dinamika tersebut bisa berupa hambatan tau malah mendukung kualitas dari sebuah komuniaksi.17

Dinamika komunikasi yang terjadi pada individu atau kelompok bukanlah sebuah hasil atau produk melainkan sebuah proses. Dinamika komunikasi merupakan sebuah keputusan yang di ambil oleh individu atau kelompok dimana mereka dituntut harus mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dan latarbelakang yang berbeda (budaya, etnis, bangsa, dan bahasa) dimana mereka yang berasal dari Negara yang berbeda dan menetap di Indonesia mau tidak mau mereka harus dapat beradaptasi dengan warga Indonesia yang memiliki latarbelakang (budaya, etnis, bangsa, dan bahasa) yang berbeda dan pada akhirnya akan timbul dinamika komunikasi, dimana

15

Arun monappa ada Mirza S. Saiyadain.Personal Management, ( New Delhi ; Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, 1983), 255

16

Ronald R. Pietfield, Buseness Organization, (London : Mac Donald & Evans Limited, 1977), 86

17

Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M. A. Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(39)

31

saat mereka berinteraksi, dimana warga asing berkomuniaksi menyesuaikan dengan warga Indonesia yang berada.

Beberapa asumsi mengatakan bahwa dinamika komunikasi juga ikut berperan dalam terjadinya dinamika sosial, dimana komunikasi terlibat di dalamnya antara lain

Pertama, bahwakomunikasi menghasilkan perubahan –perubahan pengertian, dan hal itu bukan saja terjadi secara individual bahkan bisa bersifat sistematik. Asumsu

Kedua, bahwa dalam proses komunikasi terjadi sosialisasi nilai. Wilbur Schramm menyatakan bahwa kegiatan komunikasi juga bisa dilihat dari kedudukan fenomena dalam kehidupan sosial. Komunikasi pada dasarnya membuat individu menjadi bagian dari lingkungan sosial. Asumsi ketiga, komunikasi merupakan cara penulran perilaku sehingga dapat disimpulkan bahwa Dinamika komunikasi juga melatarbelakngi timbulnya Dinamika Sosial.

Adapun proses dinamika komunikasi yang terjadi dimulai dari diri individu sebagai pribadi yang masuk kedalam lingkungan yang baru atau kelompok yang baru yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada. Mereka di ibaratkan dengan Es yang membeku, kemudian individu yang bersangkutan akan berusaha untuk mengenal individu lainya. Setelah saling mengenal di mulailah kegiatan berkomunikai dengan individu lainnya, baik berkomunikasi dengan individu yang memiliki latarbelakang yang sama maupun latar belakang yang berbeda ( baik perbedaan budaya, etnis, dan bahasa). Dinmana proses tersebut pada akhirnya akan membuat dinamika komunikasi yang terjadi dari individu yang memiliki latar belakang yang bebeda tersebut.


(40)

32

D. Faktor Penghambat

1. Hambatan Sosio-antro-psikologis a. Hambatan antropologis

Manusia, meskipun satu sama lain sama dalam jenisnya sebagai mahluk hidup

“homo sapiens”, tetapi ditakdirkan berbeda dalam banyak hal. Berbeda dalam

postur, warna kulit, dan kebudayaan, yang ada pada kelanjutannya berbeda dalam gaya hidup (way if life), norma, kebiasaan, dan bahasa.18

Dalam melancarkan komunikasinya seorang komunikator tidak bisa berhasil apabila ia tidak mengenal siapa komunikan yang dijadikan sasarannya. Yang

dimaksud dengan “siapa” disini bukan nama yang disandang melainkan ras apa, bangsa apa, atau suku apa. Dengan mengenal dirinya, akan mengenal pula kebudayaanya, gaya hidup, dan norma kehidupannya , kebiasaanya, dan bahasanya.

b. Hambatan psikologis

Faktor psikologis sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi. Hal ini umumnya di sebabkan si komunikator sebelum melancarkan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan.

c. Hambatan Semantis

Kalau hambatan sosiologis-antropologis-psikologis terdapat pada pihak komunikan, maka hambatan simantis terdapat pada diri komunikator. Faktor

semantis menyangkut bahasa yang di pergunakan komunikator sebagai “alat”

untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan, demi kelancaran komunikasinya seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan semantic ini, sebab salahucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah

18

Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M. A. Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(41)

33

pengertian(misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation), yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi.

d. Hambatan Mekanis

Hambatan mekanis dijumpai pada media yang di gunakan dalam melancarkan komunikasinya.

e. Hambatan Ekologis

Hamabtan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsunya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan. Contohnya, suara riuh orang-orang, kebisingan lalu-lintas, suara hujan, dan lain-lain saat komunikator berkomunikasi dengan komunikan.

E. Proses Berlangsungnya Komunikasi

Bila kita memikirkan komunikasi suatu proses, ada beberapa karakteristik lainnya yang membantu kita untuk memahami bagaimana sebenarnya komunikasi berlangsung.

Pertama19, komunikasi itu dinamik. Komunikasi adalah suatu aktifitas yang terus berlangsung dan selalu berubah. Kedua, komunikasi itu interaktif. Komunikasi terjadi antar narasumber dan penerima. Ini mengimpilikasikan dua orang atau lebih yang membawa latar belakang dan pengalaman unik mereka masing-masing ke peristiwa komunikasi, ini mempengaruhi interaksi mereka. Katiga ,komunikasi tidak dapat dibalik (irreversible), artinya sekali telah mengatakan sesuatu dan seseorang telah menerima dan men-decode pesan, kita tidak dapat menarik kembali pesan itu dan sama sekali meniadakan pengaruhnya.

19

Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si. Komunikasi Antarbudaya satu perspektif multidimensi.( Jakarta: Bumi Aksara, 2013). Ed.1 cet.2


(42)

34

Keempat, komunikasi berlangsung dalam konteks fisik dan konteks sosial. Ketika kita berinteraksi dengan seseorang, iteraksi tidaklah terisolasi, tetapi ada dalam lingkungan fisik tertentu dan dinamika sosial tertentu. Lingkungan fisik meliputi objek fisik tertentu seperti mebel, karpet, cahaya, keheningan, atau kebisingan, dan sebagainya. Artinya symbol yang bersifat fisik juga mempengaruhi komunikasi.

Sebagai contoh, perundingan perdamaian untuk berakhirnya perang dunia ke 2 anatara pihak sekutu dengan jerman di Parisyang menghabiskan waktu banyak untuk memutuskan bentuk meja yang dapat diterima semua pihak. Meskipun tampaknya tidak penting, hal ini justru penting sekali bagi para perunding. Oleh karena itu, suatu meja dengan sisi-sisi yang sama secara simbolik menunjukkan kesederajatan semua pihak yang mengikuti perundingan tersebut., contoh lain saat perundingan antara pihak Republik Indonesia dengan Negara Belanda tahun 1948 ada yang namanya dalam sejarah Konfrensi Meja Bundar ( KMB ) Bung Hatta dan kawan-kawan meminta kesetaraan dalam berunding sebagai Negara merdeka dan berdaulat.

Kontek sosial menentukan hubungan sosial antar-sumber dan penerima. Perbedaan posisi seperti guru-murid, atasan-bawahan, orang tua-anak, dan sebagainya. Konteks sosial mempengaruhi proses komunikasi, bentuk bahasa yang digunakan, penghormatan atau kurangnya penghormatan yang ditunjukkan kepada seseorang, waktu, suasana hati, siapa berbicara dengan siapa dan derajat kegugupan atau kepercayaan diri yang diperhatikan seseorang, semua itu sebagian saja dai aspek-aspek komunikasi yang di pengaruhi oleh konteks sosial.

Artinya, komunikasi manusia tidak terjadi dalam ruang hampa sosial, komunikasi terjadi dalam suatu lingkungan sosial yang komples. Lingkungan sosial


(43)

35

ini merefleksikan bagaimana orang hidup, bagaimana ia berinteraksi dengan orang lain. Lingkungan sosial adalah budaya, dan bahasa.

F. KOMUNIKASI NON VERBAL

Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi fasial, gerak anggota tubuh, pakaian, warna, music, waktu dan ruang, serta rasa, sentuhan dan bau. Sedangkan komunikasi paralinguistic adalah komunikasi verbal dan nonverbal, meliputi : kualitas suara, seperti kecepatan berbicara, tekanan suara, dan vokalisasi, yang bukan kata, yang digunakan untuk menunjukkan makna atau emosi. Demikian menurut Delozier sebagaimana yang di kutip Jahi.20

Malcom21 menyatakan, bahwa komunikasi nonverbal berupa sikap badan, ekspresi wajah, dan gerak isyarat. Myers (1976: 149-150) menjelaskan, bahwa komunikasi nonverbal adalah pengiriman informasi kepada orang lain melalui nada suara, pandangan (tatapan), isyarat, sentuhan, dan lain-lain.

Selanjutnya, Weaver22 menyatakan bahwa komunikasi nonverbal dilakukan apabila kita berkomunikasi dengan orang lain melalui hal-hal seperti: ekspresi wajah, postur, isyarat, perubahan nada suara, dan rangkaian serta irama kata-kata. Effendi23 mengatakan bahwa komunikasi nonverbal dilakukan dengan isyarat atau dengan gerak gerik atau tingkah laku tanpa mengatakan sepatah katapun, tetapai yang penting ialah harus ada tujuan.

20

Amri Jahi, Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan Di Negara Ke Tiga, Suatu Pengantar.

(Jakarta : Gramedia. 1988), 3

21

Malcom Hardy dan Steve Heyes, Pengantar Psikologi, Alih Bahasa : Soenardji. (Jakarta Erlangga,1978). 56

22

Richard L. Weaver. Understanding Interpersonal Communication. (Glenview Iiionis : Scot Foresmen, 1978). 145

23

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja Rosyda karya,1984). 49


(44)

36

Fungsi komuniaksi nonverbal ialah menganti kemampuan berbicara, sebagai isyarat sikap terhadap orang lain, sebagai isyarat emosi, dan sebagai alat bantu dalam komunikasi verbal. Peran komunikasi nonverbal dalam komunikasi adalah pertama, komunikasi nonverbal sebagai pengganti wicara. Komunikasi nonverbal dapat menggantikan kemampuan bicara (komunikasi verbal) apabila komunikasi verbal tidak mungkin dilakukan.

Kedua, komunikasi nonverbal sebagai isyarat sikap terhadap orang lain. Sebuah contoh mengenai cara bagaimana berbagai isyarat bergabung untuk membentuk suatu komunikasi, ialah pengisyaratan sikap bersahabat dan keakraban. Malclom mengatakan bahwa derajat keakraban diisyaratkan dengan setidak-tidaknya empat faktor, yitu posisi dekat, pandangan mata, senyuman, dan topic pembicaraan pribadi.

Ketiga, komunikasi nonverbal sebagai isyarat. Beberapa ekspresi wajah dapat menunjukan emosional misalnya, marah, sedih, gembira, kesal, dan sebagainya. Separuh bagian atas wajah, di sekitar mata dan alis mata, dapat mengisyaratkan emosi.

Keempat, komunikasi nonverbal sebagai alat bantu dalam komunikasi verbal. Pada saat berbicara melalui telepon kita mengeluarkan suara-suara seperti “ya”.

“Hmm..m”, dan lain-lain , untuk menunjukkan bahwa kita masih tetap mendengarkan. Dan di dalam komunikasi tatap muka pun kita dapat melakukanya dengan menggunakan berbagai isyarat.


(45)

37

G. KOMUNIAKSI ANTARBUDAYA

1. Pengertian Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tiak dapat dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi ada kebudayaan terletak pada variasi langkah ada cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok social, pelintasan komunikasi itu menggunakan kode-kode pesan, baik secara verbal maupun nonverbal, yang secara alamiah selalu digunakan dalam semua konteks interaksi. Pusat perhatian studi komunikasi ada kebudayaan juga meliputi bagaimana menjajaki makna, pola-pola tindakan, dan bagaimana makna serta pola-pola itu diartikulasi dalam sebuah kelompok social, kelompok budaya, kelompok politik, proses pendidikan, bahkan lingkungan teknoligi yang melibatkan interaksi antarmanusia.

Lalu apakah komunikasi antarbudaya itu?Pertama, Andrea L. rich ada Dennis M. Ogawa menyatakan dalam buku Intercultural Communication, A Reader bahwa komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antar orang-orang yang berbeda kebudayaannya, misalnya antar suku bangsa, etnis, ras, ada kelas social.24

Kedua, Samavor ada Porter juga menyatakan komunikasi antarbudaya terjadi di antara produsen pesan ada penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda (1976, hlm. 4).

Ketiga, Charley H. Dood mengungkapkan komunikasi abtarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi, atau kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakng kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta (1991, hlm. 5).

24


(46)

38

Keempat, komunikasi antarbudaya adalah suatu proses komunikasi simbolik, interpretative, transaksional, dan kontekstual yang dilakukan oleh sejumlah orang yang memiliki perbedaan derajat kepentingan memberikan interpretasi ada harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk perilaku tertentu sebagai makna yang di pertukarkan.

Kelima, “Intercultural communication” yang disingkat “ICC”, mengartikan

komunikasi antarbudaya sebagai interaksi antarpribadi, antara seseorang anggota dengan kelompok yang berbeda.

Keenam, Gou-Ming Chen dan William J. Starosta mengatakan bahwa

komunikasi antarbudaya adalah proses negoisasi antar pertukaran system simbolik yang membimbing perilaku manusia, ada membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya, komuniksi antarbudaya itu dilakukan dengan negoisasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui symbol) yang sedang dipertengtangkan. Symbol tidak dengan sendirinya mempunyai makna, tetapi dia dapat berarti dalam satu konteks, ada makna-makna itu dinegoisasikan atau diperjuangkan. Melalui pertukaran system simbolyang tergantung dari persetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogam namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita. Menunjukan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakannya dari kelompok lain, dinamika identitas dan perbedaan kerja tatkala itu terjadi, membentuk satu kelompok ada mengidentifikasnya dengan berbagai cara.


(47)

39

Setelah beberapa pengertian di atas mengenai pengertian komunikasi antar budaya dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi antarpribadi merupakan interaksi antarpribadi ada komunikasi antarpribadiyang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latarbelakang kebudayaan yang berbeda. Akibatnya, interaksi ada komunikasi yang sedang dilakukan itu membutuhkan tingkat keamanan ada sopan santun tertentu, serta peramalan tentang sebuah atau lebih aspek tertentu terhadap lawan bicara.

Pengertian-pengertian tersebut membenarkan sebuah hipotesis proses komunikasi antarbudaya bahwa semakin besar derajat perbedaan antarbudaya maka semakin besar pula kita kehilangan peluang untuk meramalkan suatu tingkat kepastian. Tampaknya tidak ada jaminan akurasi atas interpretasi pesan-pesan, baik verbal maupun nonverbal.Hal ini disebabkan karena ketika kita berkomunikasi dengan seseorang dari kebudayaan yang berbeda maka kita juga memiliki perbedaan dam sejumlah ha, misalnya derajat ambiguitas, kebingungan, ada suasana misterius yang tak dapat dijelaskan, tidak bermanfaat, bahkan tampak tidak familiar.

H. Warga Negara Lokal

Warga Negara sebagai pendukung sebuah Negara merupakan landasan bagi adanya Negara. Dengan kata lain bahwa warga Negara adalah salah satu unsure penting bagi sebuah Negara, selain unsure lainnya.25

Warga Negara itu sendiri bisa diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsure Negara.26Istilah ini juga bisa disebut hamba

25

Pada umumnya dapatlah dikatakan suatu Negara harus memenuhi syarat-syarat bagi keberadaan Negara yang merupakan unsure penting Negara. Syarat-syarat yang di maksud ialah : pertama harus ada wilayahnya, kedua, harus terdapat rakyatatau warga Negara, ketig, harus ada pemerintahan yang berkuasa terhadap seluruh daerah ada rakyatnya, serta keempat harus ada tujuan. Lihat C.S.T. Kamsil, Ilmu Negara ( umum ada Indonesia ), Jakarta; Pradnya Paramita, cet.ke1, 2001, hlm 148.


(48)

40

atau kawulah Negara.27Meskipun demikian istilah warga Negara dirasa lebih sesuai dengan kedudukannya sebagai orang-orang merdeka bila dibandingkan istilah hamba atau kawulah Negara, karena warga Negara mengandung arti peserta, anggota atau warga yang menjadi bagian dari suatu Negara.

Sejalan dengan definisi di atas, AS Hikam mendefinisikan bahwa warga Negara (citizenship) adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk Negara itu sendiri.Istilah ini menurutnya lebih baik daripada istilah kawula Negara, karena kawula Negara betul-betul berarti obyek yang berarti orang yang dimiliki ada mengabdi kepada Negara.

Oleh karenanya, kewernegaraan menurut AS Hikam harus mencakup tiga dimensi utama: 1) dimensi keterlibatan aktif dalam komunitas, 2) dimensi pemenuhan hak-hak dasar yaitu. Hak politik, ekonomi, ada hak social cultural, serta 3) dimensi dialog ada keberadaan ruang public yang bebas.28

Istilah warga Negara ada rakyat menunjuk pada obyek yang sama.29Yakni sebagai anggota Negara.30Meskipun demikian terdapat perbedaan antara pengertian warga Negara, rakyat ada bangsa. Warga Negara adalah pendukung Negara atau dalam arti lain warga sebuah Negara yang bersifat aktif. Sedang rakyat adalah masyarakat yang mempunyai persamaan kedudukan sebagai obyek pengaturan ada penataan oleh Negara ada mempunyai ikatan sebagai kesatuan dalam hubungan keorganisasian Negara.

26

Tim ICCE UIN, Demokrasi, Hak Asasi Manusia ada Masyarakat Madani, Jakarta : ICCE UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundantion ada Prenada Media, 2003, hlm. 73.

27 Ibid 28

Muhammad A.S Hikam, Politik Kewarganegaraan :Landasan Redemokrasi di Indonesia, Jakarta : Penerbit Erlangga, 1999, hlm. 166.

29

Harsono , Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan, Yogyakarta : Liberty, cet. Ke-1, 1992, hlm. 1.

30

Lihat Koerniatmanto soetoprawiro, Hukum Kewarganegaraan ada Ke Imigrasian Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, cet, ke-1, 1994, hlm. 1. Lihat pula S. Gautama.


(49)

41

Baik status sebagai warga Negara maupun sebagai penduduk mempunyai konsekuensi hukum, yaitu menyangkut hak-hak ada kewajibannya.Konsekuensi hukum dari status warga Negara lebih luas dari pada status sebagai penduduk.Pembagian penduduk menjadi warga Negara ada orang asing sangatlah penting.Hl ini dikarenakan beberapa hak ada kewajiban yang dimiliki warga Negara ada warga asing berbeda.Hak ada kewajiban penduduk yang bukan warga Negara adalah terbatas.31

Perbedaan anatara kelompok warga Negara dengan orang asing terletak pada hubungan yang ada antara Negara dengan warga Negara dengan masing-masing kelompok tersebut.Hubungan antara Negara dengan warga Negara lebih erat dibandingkan hubungan antar Negara dengan orang asing.

I. Waga Negara Asing

Orang asing adalah warga Negara asing yang berada ada atau bertempat tinggal pada suatu Negara tertentu. Dengan kata lain bahwa orang asing adalah semua orang yang bertempat tinggal pada suatu Negara tertentu, tetapi dia bukan warga Negara tersebut.

B. Kajian Teori Teori Akomodasi

31


(50)

42

Teori yang disusun oleh Howard Giles ini merupakan salah satu teori perilaku yang paling berpengaruh dalam ilmu komunikasi. Teori Akomodasi ( accommodation theory

)menjelaskan bagaimana ada mengapa kita menyesuaikan perilaku komunikasi kita dengan perilaku komunikasi orang lain.32 Pernakah anda memperhatikan, misalnya, dua orang yang sedang berbicara sama-sama menyilangkan tangan di dada mereka atau mereka saling meniru gerak tubuh (gesture) lawan bicaranya. Giles menyebut perilaku meniru ini dengan sebutan

“konvergensi” atau menjadi satu (coming togheter) sedangkan lawannya adalah

“divergensi” atauh menjauh/terpisah (moving apart) yang terjadi jika pembicara mulai memperkuat perbedaan mereka.

Akomodasi pada kedua bentuk tersebut, baik konvergensi atau divergensi dapat terjadi pada semua perilaku komunikasi melalui percakapan termasuk kesamaan atau perbedaan dalam hal intonasi suara, kecepatan, aksen, volume suara, kata-kata, tata bahasa, gerak tubuh, ada lain-lain. Baik konvergensi ada divergensi dapat bersifat mutual, kedua pembicara menjadi sama-sama menyatu atau sama-sama menjauh. Konvergensi dapat juga

bersifat “sebagian” (partial) atau “lengkap” ( complete). Misal anda dapat berbicara agak cepat agar dapat mendekati tingkat kecepatan lawan bicara anda, atau anda berbicara secepat mungkin agar bisa menyamai tingkat lawan bicara anda.

Walaupun akomodasi terkadang dilakukan secara sadar namun pembicaraan biasanya lebih banyak tidak sadar ia tengah melakukannya. Akomodasi lebih sering merupakan proses bawah sadar. Kita mungkin lebih sadar dengan adanya diverensi daripada konvergensi, karena divergensi menunjukkan perbedaan sehingga lebih muda diperhatikan.

Para peniliti menemukan bahwa akomodasi dapat memiliki peran penting dalam komunikasi karena dapat memperkuat identitas social ada penyatuan, namun sebaliknya

32

Howard Giles, Justine Coupland dan Nikolas Coupland, Accomodation Theory :Communication, Context and Consequence dalam Littlejohn dan Fos,hlm. 147


(51)

43

dapat pula perbedaan ada pemisahan. Misalnya, kovergensi sering terjadi ketika seseorang meminta persetujuan orang lain. Hal ini dapat terjadi sejumlah kelompok yang sudah memiliki kesamaan. Dengan kata lain, Persamaan akan lebih mudah menimbulkan solidaritas.

Kenvergensi adakalanya disukai ada mendapatkan apresiasi atau sebaliknya tidak disukai. Orang cenderung memberikan respons positif kepada orang lain yang berupaya mengikuti atau meniru gaya bicara atau pilihan kata-katanya, tetapi orang tidak menyukai terlalu banyak konvergensi, khususnya jika hal itu tidak sesuai atau tidak pantas. Dalam hal ini, seseorang yang tidak meniru gaya bicara lawan bicaranya tetapi meniru hal lain yang di anggap sama dengan lawan bicara ( stereotype) dapat menimbulkan masalah.

Tentu saja orang tidak selalu ingin menyamakan perilakunya dengan perilaku lawan bicaranya untuk mendapat persetujuan. Sering kali seseorang yang memiliki status yang lebih tinggi akan memperlambat kecepatan bicaranya atau menggunakan pilihan kata yang lebih sederhana ketika ia berbicara kepada seseorang yang memiliki status lebih mudah untuk meningkatkan pengertian diantara mereka dan sebaliknya.

Walaupun imbalannya terkadang cukup positif, namun perilaku meniru gaya bicara orang lain dapat menimbulkan kerugian karena kovergensi minumbulkan upaya cukup kuat yang bahkan dapat menyebabkan seseorang kehilangan identitasnya. Perilaku kovergensi bahkan sering kali dipandang sebagai tindakan abnormal ada tidak disetujui. Selain meniru, orang juga perlu mepertahankan gayanya sendiri atau menjauh dari gaya lawan bicaranya. Kita perlu mempertahankan gaya kita sendiri jika kita ingin memperkuat identitas kita. Masyarakat dari etnis atau suku tertentu yang memiliki logat atau aksen bicara yang unik terkadang berupaya untuk mempertahankan ada melestarikan gaya bicaranya yang unik ini di tengah dominasi ada pengaruh dari suatu bentuk budaya homogeny yang dominan. .


(52)


(53)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Profil Data

1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Profile Pasar Induk Puspa Agro

Pasar induk Puspa Agro dikembangkan dengan lahan seluas 50 hektar. Diproyeksikan sebagai pasar induk terbesar dan terlengkap di Indonesia, Puspa Agro dikelola dengan konsep mengintergrasikan berbagai produk agro dalam satu kawasan yang tertata rapi. Bahkan, untuk mengoptimalkan pengolahan Puspa Agro, PT. Jatim Graha Utama (JGU) – Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik pemprov Jatim selaku pengembang ada pengelola mega proyek ini melengkapinya dengan berbagai fasilitas yang memadai.1

Tentang latar belakang di bangunnya Puspa Agro, setidaknya terdapat empat hal yang mendasarinya, pertama, melimpahnya produksi pangan ada holtikultura Jatim. Indikasinya, Jatim mampu memasok produk pangan ada holtikultura sekitar 35% terhadap stok nasional. Kedua, masih terbatasnya akses ada kurangnya pasar yang representative untuk memasarkan produksi petani di Jatim. Ketiga, belum tersedianya tempat atau pasar khusus untuk memasarkan produk pangan ada holtikultura (agrobis) dalam skala besar. Ada keempat, masih terbukanya

1


(54)

51

peluang untuk meningkatkan penjualan hasil pertanian, baik untuk skala regional, nasional, maupun internasional (ekspor).

Besarnya potensi ada peluang itulah yang mendasari pembangunan Puspa Agro. Lewat Puspa Agro, akan di bangun sector pertanian modern yang berbudaya industry untuk mengembangkan industry pertanian yang berbasis pedesaan. Dengan demikian, pengembangan Puspa Agro tidak saja membuka peluang bisnis bagi investor, tetapi sekaligus meningkatkan kesehjateraan petani lewat peningkatan nilai ekonomi produk yang dihasilkan petani. Puspa Agro juga dimaksudkan mengubah pola piker ada pola kerja petni yang sederhana menjadi petani modern, melalui akses pasar yang lebih luas. Selain itu, keberadaan Puspa Agro juga bisa dijadikan sarana untuk mendidik petani memperbaiki mutu produksiny, pada giliranya hal itu akan berdampak pada peningkatan nilai tambah dan pendapatan mereka. Tidak hanya itu, jika dikelola secara maksimal, Puspa Agro ke depan juga berdampak dan berkontribusi positif bagi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Jatim. Selain itu, juga bisa meningkatkan devisa dari hasil ekspor ada menciptakan lapangan kerja baru di sector ini.

Berbagai produk pangan ada holtikultura mengisi lapak dan kios Puspa Agro, di antaranya, beras ada palawija, buah-buahan, sayur, daging, ikan, ayam potong, ada aneka komoditas penunjang lainnya. Semuanya akan tertata rapi dengan proyeksi mampu menampung lebih dari 5.000 petani ada pedagang.


(55)

52

Tahap 1 yang diresmikan pada 17 Juli 2012 terbangun dua los gedung, berupa satu gedung untuk grosir sayur sebanyak 394 lapak. Tahap 2 Puspa Agro membangun 2 los Grosir besar, yakni los buah ada los beras atau palawija, masing-masing berukuran 60 m x 136 m (ukuran los terbesar di Indonesia) ada di operasikan maret 2011. Masing-masing los gedung berkapasitas 192 lapak @ berukuran 4x6 m. Dengan demikian, total yang sudah dibangun sebanyak 1.942 lapak/kios, selain itu, pada tahun 2012 Puspa Agro juga membangun los khusus pet sop sebanyak 32 unit lapak (masing-masing lapak terbuka 12 unit ada lapak tertutup sebanyak 20 unit).

Saat ini los-los bangunan yang sudah di bangun Puspa Agro di atas menjadi enam gedung berikut zona komoditas yang ditampungnya, antara lain yaitu, gedung khusus aneka produk, daging dan ikan, Pet shop, sayur, buah, dan beras ada palawija. Selain enam bangunan utama tersebut, Puspa Agro telah membangun membangun fasilitas penunjang. Diantaranya 4 twin tower apartement sederhana berkapasitas sekitar 400 unit. Rencananya, apartemen sederhana ini dibangun sebanyak 5 twin tower dengan total kpasitas sekitar 500 unit. Fasilitas lain yang telah terbangun adalah 3 unit gedung, 10 unit ruko, 2 unit cold Storage gedung tani (multifunction hall), jembatan timbang, composing, pusat pembibitan tanaman hias (nursery), masjid, area parker, ada aneka tanaman di ruang terbuka hijauh, serta pintu gerbang Puspa Agro.

Puspa Agro dibangun ada dikembangkan di atas tiga pilar yang diintehrasikan oleh manajemen yang bekerja secara professional. Ketiga


(56)

53

pilar itu adalah Puspa Agro sebagai sarana perdagangan, sarana pendidikan, ada sarana wisata Agro. Ketiga pilar dikelola secara sinergis yang akan memfungsikan Puspa Agro sebagai sala satu pengungkit perekonomian Jatim.

Pilar sebagai sarana perdagangan sector agro di Jatim dilandasi fakta, kontribusi pertanian Jatim terdpat stok nasional rata0rata mencapai 35%. Besarnya kontribusi itu selama ini belum diakomodasi dengan menyiapkan pasar induk yang secara representative mampu menampung ada mendistribusikan komoditas agro Jatim. Fungsi sebagai sarana perdagangan itu saja tidak diarahkan untuk skala lokal, tetapi juga untuk skala regional, bahkan untuk pasar eksport.

Pilar sebagai sarana pendidikan, kedepan akan membangun gedung diklat yang sebagai sarana pendidikan bagi stekholder yang peduli pada agrobis, pendidikan seputar agrobi juga diperuntukan bagi para petani ada pedagang. Tujuannya agar mereka mampu memproduksi komoditas agro dengan kualitas bagus, sekaligus mampu memperdayakannya. Hal ini sama juga diberikan kepada peserta didik untuk memberikan pengetahuan dasar tentang agrobis.

Pilar sebagai sarana wisata agro dilakukan dengan membangun kawasan khusus untuk pariwisata bagi keluarga dengan harapan, masyarakat lebih mencintai produk agro Jatim. Pembangunan kawasan khusus ini akan dipadukan konsepnya dengan wisata belanja agro yang komoditasnya tersebut di los-los pasar induk Puspa Agro.


(57)

54

Pasar induk modern Puspa Agro memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai sentra perdagangan agro (agrobis), tidak saja di skala lokal ada regional, tetapi berpotensi kuat menjadi barometer perdagangan di kawasan Indoesia Timur, Bahkan, Puspa Agro akan menjadi sarana efektif untuk menembus pasar Internasional (ekspor) atau

global market. Diperkirakan, potensi transaksi di Puspa Agro mencapai Rp. 10 triliun hingga Rp. 12 Triliun pertahun.

a. Sasaran/ Tujuan

1) Mengubah pola pikir petani yang sederhana menajdi petani modern. 2) Mendidik petani memperbabaiki mutu produksinya.

3) Menigkatkan nilai tumbuh produksinya. 4) Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). 5) Meningkatkan devisa dari hasil ekspor. 6) Menciptakan lapangan kerja baru.

b. Visi & Misi


(1)

93

perbedaan budaya khusunya bahasa menjadi tantangan tersendiri baik Warga

Asing maupun Warga Lokal di Puspa Agro dalam berkomunikasi sehingga proses

komunikasi antara Warga Asing dan Warga Lokal sangat berliku, dan mengalami

kesulitan. Komunikasi nonverbal yang digunakan baik Warga Asing maupun

Warga lokal menggunakan bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Terkadang juga

ketika Warga Asing dan Warga Lokal berkomunikasi tersebut memadukan antara

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris karna keterbatasan bahasa yang dimiliki

oleh keduanya. Namun beberapa Warga Asing yang telah tinggal lama dan

mengikuti kursus dapat berkomunikasi dengan variatif. Adapun juga yang telah

mampu fasih dengan bahasa Indonesia sehingga keitika warga lokal

berkomunikasi dengan bahasa Indonesia merekea mampu mengerti, paham, dan

mampu menjawabnya dengan bahasa Indonesia. Sementara Warga Asing yang

baru ataupun kurus yang tidak mampu berbahasa Indonesia mereka menggunakan

komunikasi Nonverbal menggunakan bahasa Isyarat untuk menegaskan apa yang

dia maksud saat berkomunikasi. Adapun yang menggunakan media seperti

Handphone sebagai penunjang mereka saat berkomunikasi dimana mereka

menerjemahkan pembicaraan mereka dalam Bahasa Inggris ke bahasa Indonesia

dan menunjukannya ke warga lokal Yang tak memahami dengan bahasa Inggris.

Tak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh warga asing, proses

komunikasi Warga lokal juga menggunakan tatap muka dan komunikasi

nonverbal dalam hal ini menggunakan bahasa isyarat sama halnya yang dilakukan

oleh warga asing. Dimana diketahui bahwa pengetahuan tentang bahasa Inggris


(2)

94

berlangsung antara warga lokal maupun warga asing, warga lokal mampu

berbicara bahasa inggris sedikit-sedikit

Ada beberapa faktor pendukung dalam berjalannya komunikasi agar

berjalan dengan lancer diantaranya adalah kebutuhan Sosial untuk berinteraksi

guna memenuhi kebutuhan, adapaun juga penghambat dalam proses komunikasi

yang berlangsung yaitu dari segi bahasa dimana keduanya memiliki perbedaan

bahasa. Dari proses kegiatan komunikasi yang berlangsung dapat disumpulkan

bahwa Dinamika Komunikasi yang terjadi baik warga asing maupun Warga lokal

adalah, dinamika bahasa yang biasanya mereka menggunakan bahasa Inggris

atupun Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi kini mereka menggunakan kedua

bahasa tersebut. Selain itu hambatan yang terjadi saat berkomunikasi juga

menimbulkan dinamika komunikasi dimana bahasa Isyarat dan media komunikasi

hanphone digunakan untuk membatu komunikasi yang berlangsung serta

mengatasi perbedaan bahasa dalam komunikasi.

B. Saran

1. Penulis berharap dengan perbedaan bahasa yang dimiliki oleh Warga

Asing dan lokal yang berada di kawasan Puspa Agro Komunikasi dapat

berjalan dengan lebih baik lagi dan langgeng kedepannya. Dan dinamika

komunikasi yang timbul akibat perbedaan bahasa saat berkomunikasi

bukan menjadi sebuah hambatan melainkan faktor pendorong agar tetap


(3)

95

berkomunikasi dapat timbul dimanasaja tidak hanya pada perbedaan

Warga Asing dan Lokal.

2. Bagi pihak Pengolala apartement tempat tinggal Warga Asing di Puspa

Agro agar mewajibkan semua penghuni apartemen untuk mengikuti

kegiatan kursus bahasa Indonesia guna untuk menunjang komunikasi

Warga asing yang memiliki perbedaan bahasa agar komunikasi dapat

berjalan dengan baik dan dinamika komunikasi yang terjadi tidak

menjadikan alasan sebagai hambatan untuk melakukan kegiatan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Nurdin, S.Ag. M .Si, Drs. Agoes Moh. Moefad. SH., M.Si, Advan Navis

Zubaidi. S.ST.M.Si, Rahmat Harianto .S. Ip, Pengantar Ilmu Komunikasi,,

Surabaya, CV. Mitra Media Nusantara, Cet-1, 2013.

Amri Jahi, Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan Di Negara Ke Tiga,

Suatu Pengantar. (Jakarta : Gramedia. 1988), 3

Arun monappa ada Mirza S. Saiyadain.Personal Management, ( New Delhi ; Tata

McGraw-Hill Publishing Company Limited, 1983), 255

Dalam Dedy Mulyana, Komunikasi Antar Budaya, (Bandung : Remaja Rosyda

Karya, 2000), 12

Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si. Komunikasi Antarbudaya satu perspektif

multidimensi.( Jakarta: Bumi Aksara, 2013). Ed.1 cet.2

Dr. Alo Lilweri, M. S. 2002, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya,

Yogyakarta: LKis Yogyakarta

Drs, Slamet Santoso, M. Pd. , Dinamika Kelompok. Jakarta, Bumi Aksara, 2006

Hartono Hadi Suprapto, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Liberty, cet.III,

Yogyakarta: 1999, hlm. 48

Harsono , Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan, Yogyakarta : Liberty,

cet. Ke-1, 1992, hlm. 1.

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2000), 1

Howard Giles, Justine Coupland dan Nikolas Coupland, Accomodation Theory

:Communication, Context and Consequence dalam Littlejohn dan

Fos,hlm. 147

Jalaluddin Rahmat, Metode Komunikasi Penelitian, (Bandung: Remaja Rosda

Karya , 2001),

Kennet N. Wexley ada Garry A. yukl.Organizational Behavior and Personal

Psycology, ( IIIionis : Homewood Inc,977), 286


(5)

Marvin E. Mundel. Motion and Time Study, ( New Delhi : Prentise Hall India

Privent Limited, 1981), 201

Muhammad Syahrur, Dirasat Islamiyah, Muashirah Fi al Daulat wa al

Mujtama’,terjemahan SyaifudinZuhri ada Badrus Syamsul Fatah

Tirani Islam, Genealogi Masyarakat ada Negara” Yogyakarta : LKIS,

cet ke-1, 2003, hlm. 90.

Muhammad A.S Hikam, Politik Kewarganegaraan :Landasan Redemokrasi di

Indonesia, Jakarta : Penerbit Erlangga, 1999, hlm. 166.

Nikmah Hadiati S, SIP., M.Si. Sosiologi Komunikasi, Pasuruan, Lunar Media. Cet

1. 2010

Onong Suchjana Effendy, kamus komunikasi, (Bandung : Mandar Maju. 1989), 60

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja

Rosyda karya,1984). 49

Prof. Dr. H. Ismail Nawawi Uha, MPA,M.Si.2012, Komunikasi Lintas Budaya.

Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya.

Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A. 2005. Metodologo Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M. A. Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT

. Remaja Rosdakarya.

Richard L. Wiseman, Intercultural Communication Theory. (California State

University, Fullerton, 1995), 5

Reed H. Blake, A Taxonomi of consept In Communication, (USA : Hasting Hause.

Publisher Inc. 1979), 3

Ronald R. Pietfield, Buseness Organization, (London : Mac Donald & Evans

Limited, 1977), 86

Richard L. Weaver. Understanding Interpersonal Communication. (Glenview

Iiionis : Scot Foresmen, 1978). 145

Stephen W. LittleJhon & Karen A. Foss.Teori Komunikasi. (Jakarta : PT. Salemba

Humanika, 2009). 4-5

Ted J. Mc Laughlin, communication, ( Columbus : Charles E. Merril Books, Inc.


(6)

Tim ICCE UIN, Demokrasi, Hak Asasi Manusia ada Masyarakat Madani, Jakarta

: ICCE UIN Syarif hidayatullah dengan The Asia Foundantion ada Prenada

Media, 2003, hlm. 73.

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2004),

William C. Himstreet dan Wayne Murlin Baty, Bussines Communication :

Principlesand Methods. ( Boston: publishing Company, 1990), 6

Puspa Agrojatim.com