NEGARA WARGA NEGARA DAN AGAMA

NEGARA, WARGA NEGARA DAN AGAMA







Disusun Oleh:
Alita Linjzia Karlina
Deska Mudina Aunurhawa
Falarima Lahmudin
Halimatu Sadiah
Novi Efrina
Kelompok:
3 (Tiga)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
PROGRAM PTK PAUD ANGKATAN KE-3
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta
salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah diutus kemuka bumi ini sebagai
Rahmatanlil Alamin.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarga Negaraan
dalam membahas Negara, Agama dan Warga Negara.Dimana dalam makalah ini diharapkan
lebih membuka wawasan berpikir dibidang terkait dengannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.

Tangerang
Selatan, Maret 2013

Penyusun

DAFTAR ISI


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara merupakan organisasi sekelompok orang yang bersama-sama mendiami dan
tinggal di satu wilayah dan mengakui suatu pemerintahan. Unsur-unsur terbentuknya suatu
negara secara konstitutif adalah wilayah, rakyat, dan pemerintahan. Sesuai dengan UUD 1945
pasal 26 ayat 1, warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orangorang bangsa lain yang bertempat tinggal di Indonesia, dan mengakui Indonesia sebagai tanah
airnya dan bersikap setia kepada NKRI yang disahkan dengan UU. Indonesia menganut sistem
pemerintahan demokrasi sesuai dengan Pancasila. Dimana warga negaranya diberi kebebasan
untuk menyalurkan aspirasinya tetapi tentunya dalam konteks yang positif. Sistem demokrasi ini
menandakan bahwa Indonesia sangat menghargai warga negaranya sebagai mahluk ciptaan Allah
SWT dan mengakui persamaan derajat manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar tentang sebuah negara dan bagaimana teori tentang terbentuknya
negara?
2. Bagaimana hubungan negara dengan warga negaranya dan agamanya?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui tentang konsep dasar dan teori tentang terbentuknya negara.
2. Mengetahui tentang hubungan negara dengan warga negaranya dan agamanya.

3. Bagaimana hubungan itu di masa order baru dan pasca order baru.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Tentang Negara
Secara terminologi, negara diartikan sebagai organisasi tertinggi diantara satu kelompok
masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam satu kawasan, dan mempunyai
pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstruktif yang pada galibnya
dimiliki oleh suatu negara berdaulat: Masyarakat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat.
Lebih lanjut dari pengertian di atas negara identik dengan hak dan wewenang.

Tujuan sebuah negara dapat bermacam-macam dintaranya;
a.
Memperluas kekuasaan
b.
Menyelenggarakan kepentingan umum
c.
Mencapai kesejahteraan hukum
Dalam konsep dan ajaran Plato, tujuan negara adalah untuk memajukan kesusilaan
manusia, sebagai perseorangan dan sebagai mahluk sosial.

Menurut Ibnu Arabi, tujuan negara adalah agar manusia bisa menjalankan kehidupnnya dengan
baik, jauh dari sengketa dan menjaga intervensi pihak-pihak asing.
Sedangkan dalam konteks negara Indonesia, tujuan negara adalah untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial yang telah tertuang dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
 Unsur-unsur Negara
Ada empat unsur dalam suatu negara yaitu;
a.
Rakyat
b. Wilayah
c.
Pemerintah
d.
Pengakuan negara lain ( pengakuan secara de facto dan de jure)
Menurut Mahfud M.D ketiga unsur ini disebut juga dengan unsur konstutif.
B. Teori Tentang Terbentuknya Negara
1. Teori kontak sosial
Teori kontak sosial atau teori perjanjian masyarakat beranggapan bahwa negara dibentuk
berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat dalam tradisi sosial masyarakat

a.
Thomas hobbes (1588-1679)
Bagi Hobbes keadaan alamiah sama sekali bukan keadaan yang aman dan sejahtera tapi
sebaliknya. Oleh karena itu dibutuhkan kontak atau perjanjian bersama individu-individu yang
tadinya hidup dalam keadaan alamiah berjanji akan menyerahkan semua hak-hak kodrat yang
dimilikinya kepada seseorang atau sebuah badan yang disebut negara.
b.
John Locke ( 1632-1704)
Berbeda dengan Hobbes john Lock menanggap bahwa keadaan yang alamiah sebagai suatu
keadaan yang damai, penuh komitmen baik dan saling menolong antara individu dalam
masyarakat. Tetapi ia berpendapat bahwa keadaan ideal tersebut memiliki potensi kekacauan
lantaran tidak adanya organisasi dan pimpinan yang mengatur kehidupan mereka.
c.
Jean Jacques Rouseau
Berbeda dengan keduanya, menurut Rouseau keberadaan suatu negara bersandar pada perjanjian
warga negara untuk mengikatkan diri dengan suatu pemerintah yag dilakukan melalui organisasi
politik. Menurutnya pemerintahan dasar konraktual, melainkan hanya organisasi politiklah yang
dibentuk melalui kontak.
2.


Teori Ketuhanan (Teokrasi)

Doktrin ini memiliki pandangan bahwa hak pemerintah yang dimiliki oleh para raja adalah
berasal dari Tuhan. Mereka mendapat mandat Tuhan untuk bertahta sebagai penguasa. Para raja
mengklaim sebagai wakil Tuhan di dunia yang mempertanggung jawabkan kekuasaannya hanya
pada Tuhan, bukan kepada manusia.
3.

Teori kekuatan

Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena adanya dominasi
negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan menjadi pembenaran (raison d’etre)
dari terbentuknya suatu negara. Melalui proses penaklukan suatu negara. Dengan kata lain,
terbentuknya suatu negara karena pertarungan kekuatan dimana sang pemenang memiliki
kekuatan untuk membuat suatu negara.
Bentuk-bentuk Negara
Negara memiliki bentuk yang berbeda-beda diantaranya;
1.
Negara kesatuan
Merupakan suatu bentuk negara yang merdeka dan berdaulat dengan satu pemerintah pusat yang

berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam pelaksanaannya, negara kesatuan ini
terbagi dalam dua macam sistem pemerintahan yaitu pemerintahan sentral dan otonomi.
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah sistem pemerintahan yang langsung dipimpin
oleh pemerintahan pusat, dan pemerintahan dibawahnya melaksanakan kebijakan pemerintahan
pusat. ( Pemerintahan Orde Baru)
b. Negara kesatuan dalam sistem desentralisasi adalah kepala daerah diberikan kesempatan dan
kewenangan untuk mengurus urusan pemerintah diwilayahnya sendiri.
2.
Negara Serikat
Merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri dari beberapa negara bagian dari sebuah negara
serikat. Pada mulanya negara tersebut telah merdeka, berdaulat dan berdiri sendiri, namun
setelah bergaung dengan negara serikat dengan sendirinya negara tersebut melepaskan sebagian
dari kekuasaannya dan menyerahkannya kepada negara serikat.
Dari sisi pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk negara dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu;
a. Monarki
Pemerintahan monarki adalah pemerintahan yang dikepalai oleh seorang raja atau ratu. Dalam
praktiknya monarki memiliki dua jenis yaitu monarki absolut dan monarki konstitusional.
b. Oligarki
merupakan pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan

atu kelompok tertentu.
c.
Demokrasi
Merupakan bentuk pemerintahan yang bersandar pada kedaulatan rakyat dan bersandar pada
kedauatan rakyat atau mendasarkan kekuasaannya pada pilihan dan kehendak rakyat melalui
mekanisme pemilihan umum.
C. Warga Negara Indonesia

Menurut Undang-Undang Kewarganegaraan (UUKI) 2006, yang dimaksud dengan warga
negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Yang merupakan warga negara Indonesia menurut UUKI 2006 (pasal 4, 5, 6) sebagai beriku;
a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perudang-undangan dan/ atau berdasarkan perjanjian
pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum undang-undang ini berlaku sudah
menjadi warga negara Indonesia.
b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga negara Indonesia
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara Indonesia dan ibu
warga negara asing.
d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu warga
negara Indonesia.
e. Dst

Selanjutnya, Pasal 5 UUKI 2006 tentang status Anak Warga Negara Indonesia menyatakan;
1. Anak warga negara Indonesia yang lahir diluar perkawinan yang sah, sebelm berusia 18 tahun
dan belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegraan asing tetap diakui
sebagai warga negara Indonesia.
2. Anak warga negara Indonesia yang belum berusia 5 tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh
warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai warga negara
Indonesia.
Sedangkan tentang pilihan menjadi warga negara bagi anak yang dimaksud pada pasalpasal sebelumnya dijelaskan dalam Pasal 6 UUKI 2006, sebagai berikut;
1. Dalam hal status kewarganegaraan republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf i, dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganearaan
ganda, setelah berusia 18 tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah
satu kewarganegaraannya.
2. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara
tertulis dan disampikan kepada pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan
didalam peraturan perundang-undangan.

3. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagai mana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
dalam waktu paling lambat tiga (3) tahun setelah anak berusia delapan belas tahun atau sudah
kawin.
D. Hubungan Negara dengan Warga Negara

Hubungan antara negara dan warga negara sangat erat. Negara Indonesia sesuai dengan
konstitusi, misalnya berkewajiban untuk menjamin dan melindungi seluruh warga negara
Indonesia tanpa kecuali. Secara jelas dalam UUD Pasal 33, misalnya, (ayat 1 )disebutkan bahwa
fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. (Ayat 2) negara mengembangkan
sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memperdayakan masyarakat yang lemah dan tak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas layanan umum yang layak (ayat 3).

E. Hubungan Agama dengan Negara
Hubungan agama dan negara dalam konteks dunia Islam masih menjadi perdebatan yang
yang intensif dikalangan para pakar muslim hingga kini. Perdebatan Islam dan negara berangkat
dari pandangan dominan Islam sebagai kehidupan manusia, termasuk persoalan politik. Dari
pandangan Islam sebagai agama yang komprehensif ini pada dasarnya dalam Islam tidak terdapat
konsep pemisahan antara agama (din) dan negara (dawlah). Argumen ini sering dikaitkan dengan
posisi Nabi Muhammad di Madiinah. Di Madinah Nabi mempunyai peran ganda yaitu sebagai
pemimpin Umat Islam dan sebagai kepala negara.
1. Paradigma Integralistik
Paradigma ini menganut paham dan konsep agama dan negara merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan dua lembaga yang menyatu (integrated).
Paham ini jua memberikan penegasan bahwa negara merupakan suatu lembaga politik dan

sekaligus lembaga agama.
2. Paradigma Simbiotik
Menurut paradigma simbiotik hubungan agama dan negara berada pada posisi saling
membutuhkan dan bersifat timbal balik (simbiosis mutualita).dalam pandangan ini, agama
membutuhkan negara sebagai instrumen dalam melestarikan dan mengembangkan agama. Begitu
juga sebaliknya, negara juga memerlukan agama sebagai sumber moral, etika, dan spiritualitas
warga negara.
3.
Paradigma Sekularistik
Paradigma sekularistik ini beranggapan bahwa terjadi pemisahan yang jelas antara agama
dan negara. Agama dan negara merupakan dua bentuk yang berbeda dan satu sama lain memiliki
garapan masing-masing, sehingga keberadaannya harus dipisahkan dan tidak boleh satu sama
lain melakukan intervensi. Negara adalah kesatuan publik, sementara agama merupakan wilayah
pribadi masing-masing warga negara.
F. Hubungan Negara dan Agama; Pengalaman Islam di Indonesia
Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia tetapi
Indonesia bukanlah negara Islam. Dari inilah perdebatan tentang pola hubungan Islam dan
negara di Indonesia merupakan perdebatan politik yang tidak kunjung selesai. Perdebatan soal
pola hubungan Islam dan negara ini telah muncul dalam perdebatan publik sebelum Indonesia
merdeka. Perdebatan tentang Islam dan Nasionalisme antara tokoh nasionalis muslim dan
nasionalis sekuler pada 1920-an merupakan babak awal pergumulan Islam dan negara pada
kurun-kurun selanjutnya.
G. Islam dan Negara Orde Baru
Naiknya Presiden Soeharto melahirkan babak baru hubungan Islam dan negara
Indonesia. Menurut Imam Aziz, pola hubungan antara keduanya secara umum dapat digolongkan
kedalam dua pola yaitu;
1. Antagonistik
Hubungan Antagonistik merupakan hubungan yang mencirikan adanya ketegangan antara Islam
dan Negara Orde Baru
2. Akomodatif

Menunjukkan kecenderungan saling membutuhkan antara kelompok Islam dan Negara Orde
baru, bahkan terdapat kesamaan untuk mengurangi konflik antara keduanya.
H. Islam dan Negara Orde Baru : Bersama Membangun Demokrasi dan Mencegah Disintegrasi
Bangsa
Peran agama, khususnya Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia sangat strategis
bagi proses transformasi demokrasi saat ini. Pada saat yang sama Islam bisa berperan mencegah
disintegrasi bangsa sepanjang pemeluknya mampu bersifat inklusif dan toleran terhadap kodrat
kemajemukan Indonesia. Sebalikny jika umat Islam bersikap eksklusif dan cenderung
memaksakan kehendak, dengan alasan mayoritas, tidak mustahil kemayoritasan umat Islam akan
lebih berpotensi menjelma sebagai ancaman disintegrasi dari pada kekuatan integratif bangsa.

BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan

Tidak akan ada negara tanpa warga negara. Warga negara merupakan unsur terpenting
dalam hal terbentuknya negara. Warga negara dan negara merupakan satu kesatuan yang tidak
bisa dipisahkan. Keduanya saling berkaitan dan memiliki hak dan kewajiban masing-masing
yang berupa hubungan timbal balik. Warga negara mempunyai kewajiban untuk menjaga nama
baik negara dan membelanya. Sedangkan negara mempunyai kewajiban untuk memenuhi dan
mensejahterakan kehidupan warga negaranya. Sementara untuk hak, warga negara memiliki hak
untuk mendapatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak dari negara, sedangkan negara
memiliki hak untuk mendapatkan pembelaan dan penjagaan nama baik dari warga negaranya.
Dapat disimpulkan bahwa hak negara merupakan kewajiban warga negara dan sebaliknya
kewajiban negara merupakan hak warga negara.
Selain itu, tentunya kita sebagai warga negara Indonesia yang baik, memiliki banyak
kewajiban yang harus kita laksanakan untuk negara. Diantaranya yang terpenting adalah
mematuhi hukum-hukum yang berlaku. Negara membuat suatu peraturan dan hukum, pasti
bertujuan yang baik untuk kelangsungan hidup dan tertatanya suatu negara. Hukum di Indonesia
jika diklasifikasikan menurut wujudnya ada 2, yaitu Hukum tertulis (UUD, UU, Perpu, PP) dan
Hukum tidak tertulis (Inpres, Kepres).
menanggapi dan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan negaranya, maka
terwujudlah Indonesia yang aman, tentram, damai, dan sejahtera. Marilah kita saling menghargai
satu sama lain demi Indonesia.
B. Saran
Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa harus diperintah
dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Membela negara tidak harus dalam wujud
perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara yang mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
seperti:
1. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling)
2. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri
3. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan atau PKN
4. Mengikuti kegiatan ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka.
Dan masih banyak lagi cara untuk membela negara. Selain itu dengan melakukan
kegiatan-kegiatan di atas, kita juga dapat menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap tanah air
Indonesia.
Sikap saling menghargai antar warga negara dan negaranya (pemerintah) sangat
diperlukan untuk terciptanya dan terwujudnya tujuan NKRI yang tercantum di UUD 1945.
Apabila warga negara mematuhi hukum dan peraturan negara, dan negara (pemerintah).

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Komaruddin dan Azra, Azyumardi. Pendidikan Kewarganegaraan. (Jakarta : Kencana).
2010.