RAGAM MOTIVASI TADARUS AL-QURAN DI RUMAH SISWA SMP KHADIJAH SURABAYA.

(1)

RAGAM MOTIVASI TADARUS AL-QURAN DI RUMAH SISWA SMP KHADIJAH SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

MOCHAMMAD SYARIFUDDIN NIM. D91212168

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2016


(2)

RAGAM MOTIVASI TADARUS AL-QURAN DI RUMAH SISWA SMP KHADIJAH SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

MOCHAMMAD SYARIFUDDIN NIM. D91212168

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2016


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Mochammad Syarifuddin (D91212168), Ragam Motivasi Tadarus Al-Quran di

Rumah Siswa SMP Khadijah Surabaya, Program Studi Pendidikan Agama Islam,

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Key Word : Pelaksanaan Tadarus, Motivasi Tadarus

Pembimbing : Dr. Ahmad Yusam Thobroni, M.Ag

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan masalah umum yang sudah ada di dalam masyarakat yaitu semakin kurangnya generasi muda khususnya anak usia sekolah dalam mencintai Al-Quran. Hal itu tentu berdampak buruk bagi perkembangannya di masa depan. Penyimpangan tersebut tidak akan terjadi jika seseorang sudah terbiasa dari kecil mencintai Al-Quran. Oleh sebab itu, diperlukan pembiasaan-pembiasaan agar seseorang cinta dengan Al-Quran, salah satunya dengan tadarus Al-Quran.

Sekolah-sekolah yang berbasis Islam di masa kini tidak hanya mengajarkan pelajaran umum dan agama, tetapi juga mengajarkan pelajaran Al-Quran dengan tujuan agar siswanya cinta kepada Al-Quran. Dengan cara itulah siswa bisa lebih cinta dan semangat untuk mempelajari Al-Quran. Dalam mempelajari Al-Quran, tentu mereka akan membacanya atau bisa disebut tadarus Al-Quran sesering mungkin kemudian mempelajari kandungan maknanya.

Dari uraian di atas, cara untuk membuat anak-anak semakin cinta kepada Al-Quran adalah dengan tadarus Al-Al-Quran. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah motivasi di balik tadarus Al-Quran mereka, sehingga jika memang motivasinya belum tepat maka bisa diarahkan ke arah yang tepat. Oleh sebab itu, peneliti mengadakan penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana pelaksanaan tadarus Al-Quran siswa SMP Khadijah Surabaya di rumah? (2) Bagaimana motivasi siswa SMP Khadijah Surabaya dalam bertadarus Al-Quran di rumah?

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kulitatif. Teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik interview atau wawancara, observasi, angket dan dokumentasi. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti, pertama peneliti melakukan observasi lapangan, kemudian menyebarkan angket, dan setelah itu melakukan wawancara dengan wali murid siswa. Kemudian hasil dari angket dibuat deskripsi dengan ditambah hasil wawancara dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tadarus Al-Quran siswa sudah baik dan istiqomah setiap minggunya dan motivasi siswa bertadarus sangatlah baik untuk terus dipertahankan. Hal itu tentu tak lepas dari peran orang tua yang di dalamnya berperan sebagai motivator dan suri tauladan anaknya.


(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Penulisan Terdahulu ... 9

F. Definisi Istilah atau Definisi Operasional ... 10


(9)

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Motivasi ... 14

1. Pengertian Motivasi ... 14

2. Motivasi dan Pembelajaran Pengaturan Diri ……… 16

3. Teori-teori Motivasi ... 18

4. Area, Aspek, dan Pola-pola Motivasi ... 26

5. Alat-alat dan Metode-metode Motivasi ... 28

6. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Motivasi ... 29

7. Dalil-dalil yang Berkaitan dengan Motivasi ... 29

B. Tinjauan Tentang Tadarus Al-Quran ... 30

1. Pengertian Tadarus Al-Quran ... 30

2. Urgensi Tadarus Al-Quran ... 32

3. Keutamaan Tadarus Al-Quran ... 33

4. Tata Cara Tadarus Al-Quran ... ... 36

C. Tinjauan Tentang Motivasi Tadarus Al-Quran di Rumah ... 40

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 43

B. Sumber dan Jenis Data ... 45

C. Teknik Pengumpulan Data ... 46

D. Teknik Analisis Data ... 48


(10)

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Khadijah Surabaya ... 54

1. Profil SMP Khadijah Surabaya ... 54

2. Sejarah Berdiri dan Perkembangan SMP Khadijah Surabaya . 54 3. Visi dan Misi ... 56

4. Ciri Khas SMP Khadijah sebagai Pesantren Kota ... 58

5. Struktur Organisasi ... 59

6. Keadaan Guru, Karyawan, Siswa ... 61

7. Program Unggulan ... 66

8. Kegiaatn Ekstrakulikuler ... 66

B. Gambaran Umum Program Ta’lim Al-Quran ... 68

C. Instrumen Analisis ... 69

D. Penyajian Data ... 71

1. Angket ... 71

2. Wawancara ... 85

3. Observasi ... 90

E. Analisis Data ... 91

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril as., yang ditulis dalam suhuf-suhuf dan disampaikan secara mutawatir, dan membacanya dianggap sebagai suatu ibadah, serta mempelajarinya di samping sunnah.1 Al-Quran adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mu’min. Membaca Al-Quran tidak hanya menjadi suatu amalan ibadah tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah hati dan jiwanya. Firman Allah SWT dalam QS. Yunus [10] ayat 57:











































“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Al-Quran juga merupakan sumber ilmu yang paling penting bagi umat Islam, karena Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk yang benar dan tidak sesat serta tidak menyimpang bagi manusia dalam mengelola hidupnya di dunia secara baik dan merupakan rahmat untuk alam semesta. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Isra [17] ayat 9:


(12)

2

















































“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”

Petunjuk Allah berupa Al-Quran akan sangat berarti bagi manusia apabila mereka mau melaksanakan petunjuk-Nya dalam kehidupan nyata. Dan dalam pandangan Muhammad Abduh, hidayah Al-Quran akan berlaku efektif apabila Al-Quran diamalkan. Seorang muslim dapat berkata bahwa dirinya memperoleh petunjuk Al-Quran apabila ia telah betul-betul mengamalkannya. Kalau belum, maka ia belum memperoleh petunjuk-Nya, karena pada dirinya belum terdapat butki nyata, baik dalam bentuk dampak positif maupun maslahat lainnya.2

Dalam mempelajari Al-Quran bisa dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Mempelajari untuk membaca Al-Quran secara tartil, sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Ilmu tajwid sendiri adalah suatu ilmu pengetahuan cara membaca Al-Quran dengan baik dan tertib menurut makhrojnya, panjang pendeknya, tebal tipisnya, berdengung atau tidaknya, irama dan nadanya, serta titik komanya yang sudah dilakukan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya.3 Karena mempelajari Al-Quran adalah fardu kifayah, sedangkan

2Rif’at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani, (Jakarta : Amzah, 2011), h.244

3 Syaikh H. Dt. Tombak Alam, Ilmu Tajwid Populer 17 kali Pandai, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.15


(13)

3

mengamalkannya adalah fardu ain. Hal ini mengacu pada firman Allah dalam QS. Al-Muzammil [73] ayat 4:



















“atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.”

2. Mempelajari untuk memahami maknanya baik secara tersurat maupun tersirat. Hal ini sudah barang tentu karena sebab fungsi Al-Quran itu sendiri, yaitu sebagai pedoman hidup manusia di seluruh dunia ini. Karena Al-Quran turunnya di negeri Arab, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab, dan orang non Arab juga perlu untuk mempelajarinya lazimnya manusia membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Al-Quranlah sebagai suplemen manusia untuk kebutuhan rohaniahnya.4

Kemampuan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap muslim dalam memahami Al-Quran adalah membaca Al-Quran. Dalam membaca Al-Quran, seseorang akan mempelajari ilmu tajwid yang merupakan ilmu yang mengajarkan bagaimana cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Ilmu tajwid akan menuntun seseorang ketika dia membaca Al-Quran dengan memperhatikan huruf-huruf, rambu-rambu, dan bacaan dalam Al-Quran sehingga dia bisa melafadzkannya dengan fasih dan benar.

4Alaika M. Bagus K.P.S., “Problematika dan Solusi Pelaksanaan Program Ta’lim Al-Quran di SMP

Khadijah Surabaya”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Surabaya: Perpustakaan UINSA, 2015), h.4, t.d.


(14)

4

Ketika membaca Al-Quran tidak semua orang membaca dan mengamalkannya. Hal ini disebabkan karena ada 2 tipe orang yang membaca Al-Quran, yaitu:

1. Tipe orang yang membacanya namun tidak beramal dengannya, tidak mengimani berita-berita Al-Quran, dan tidak mengamalkan hukum-hukumnya. Sehingga Al-Quran menjadi hujjah yang membantah mereka. 2. Tipe lainnya adalah orang yang membacanya dan mengimani berita-berita

Quran, membenarkannya, dan mengamalkan hukum-hukumnya. Sehingga Al-Quran menjadi hujjah yang membela mereka.5

Rasulullah SAW bersabda di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, yaitu:

َلاَق ِ يِرَعْشَأا ىَسوُم يِبَأ ْنَع ٍسَنَأ ْنَع َةَداَتَ ق ْنَع ُةَناَوَع وُبَأ اَنَ ثَدَح ُةَبْ يَ تُ ق اَنَ ثَدَح

ُلوُسَر َلاَق

َمَلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَلَص ِهللا

ِلَثَمَك َناْرُقْلا ُأَرْقَ ي يِذَلا ِنِمؤُمْلا ُلَثَم

ِلَثَمَك َناْرُقْلا ُأَرْقَ ي ََ يِذَلا ِنِمْؤُمْلا ُلَثَمَو ٌبِ يَط اَهُمْعَطَو ٌبِ يَط اَهُحْيِر ِةَجُرْ تُْأا

ٌوْلُح اَهُمْعَطَو اَهَل َحْيِر ََ ِةَرْمَتلا

ِةَناَحْيَرلا ُلَثَم َناْرُقْلا ُأَرْقَ ي يِذَلا ِقِفاَنُمْلا ُلَثَمَو

َسْيَل ِةَلَظْنَحْلا ِلَثَمَك َناْرُقْلا ُأَرْقَ ي يِذَلا ِقِفاَنُمْلا ُلَثَمَو ٌرُم اَهُمْعَطَو ٌبِ يَط اَهُحْيِر

ٌرُم اَهُمْعَطَو ٌحْيِر اَهَل

“telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Qatadah dari Anas dari Abu Musa Al-Asy'ari ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perumpamaan seorang Mukmin yang suka membaca Al-Quran seperti buah utrujah, baunya harum dan

5 Muhammad Dede Rudliyana, Perkembangan Pemikiran Ulum Al-Hadits dari Klasik Sampai Modern, (Bandung : Pustaka Setia, 2004), h.265


(15)

5

rasanya enak. Perumpamaan seorang Mukmin yang tidak suka membaca Al-Quran seperti buah kurma, tidak berbau namun rasanya manis. Perumpamaan seorang Munafik yang suka membaca Al-Quran seperti buah raihanah, baunya harum tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan seorang Munafik yang tidak suka membaca Al-Quran seperti buah hanzhalah, tidak berbau dan rasanya pahit.” (HR. Bukhori, no 5007)”

Di Indonesia pembelajaran baca Al-Quran biasa dilakukan di Pondok Pesantren dan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ). Pembelajaran baca Al-Quran sudah dimulai sejak usia TK antara 4-5 tahun. Dalam proses belajar mengajarnya, di lembaga-lembaga tersebut menggunakan berbagai macam metode yang telah tersebar luas di Indonesia, antara lain Iqro’, Qiraati, Tilawati, Tartil, Bil Qolam, Ummi, dan lain sebagainya. Antar lembaga satu dengan lainnya kadang menggunakan metode yang berbeda, tetapi tujuannya sama, yakni mengajarkan santri bagaimana cara membaca Al-Quran yang baik dan benar.

Pembelajaran baca Al-Quran sekarang sudah mulai masuk ke dunia pendidikan formal yaitu, sekolah. Banyak sekolah yang bernuansa Islam menjadikan pembelajaran baca Al-Quran termasuk ke dalam proses belajar mengajar di sekolah tersebut. Salah satu sekolah yang menjadikan pembelajaran baca Al-Quran termasuk ke dalam proses belajar mengajar adalah SMP Khadijah Surabaya. Di SMP Khadijah Surabaya, pembelajaran baca Al-Quran disebut dengan TQ (Ta’lim Al-Quran). Adapun tujuan dari kegiatan ta’lim Al-Quran ini selain sebagai upaya untuk menyamakan dan meningkat kemampuan baca


(16)

6

Quran siswa-siswi di SMP Khadijah juga membentuk siswa-siswi yang berakhlak qurani.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran baca Al-Quran tidak jauh berbeda dengan pembelajaran pelajaran yang lain. Pembelajaran tidak akan bisa selesai di sekolah jika ingin mewujudkan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Begitu juga dengan pembelajaran baca Al-Quran, tidakan akan bisa menghasilkan siswa-siswi yang baik dan bagus bacaan Al-Qurannya, jika hanya dilaksanakan di dalam sekolah. Oleh karena itu pembelajaran tersebut harus dilaksanakan juga di rumah.

Pembelajaran baca Al-Quran di rumah bisa dengan pengawasan dan bimbingan dari kedua orang tua. Kegiatan tersebut bisa menjadi kontrol bagi orang tua terhadap perkembangan kualitas bacaan Al-Quran anak-anaknya. Sehingga orang tua bisa berperan aktif dalam proses pembelajaran baca Al-Quran. Kegiatan membaca Al-Quran biasa disebut dengan tadarus Al-Al-Quran. Tadarus Al-Quran bertujuan mengulang atau muroja’ah bacaan Al-Quran yang telah dipelajari. Tadarus Al-Quran biasa dilakukan di rumah setelah menjalan shalat 5 waktu. Waktu pelaksanaan tadarus Al-Quran biasanya setelah sholat Maghrib dan setelah selesai dilanjutkan sholat Isya dan mengulang pelajaran di sekolah.

Tadarus Al-Quran sangatlah berat jika belum terbiasa. Akan tetapi jika sudah terbiasa, sangatlah ringan dan menjadi suatu kebutuhan yang harus terpenuhi. Dalam membiasakan tadarus Al-Quran, hal pertama yang dilakukan


(17)

7

adalah memaksa untuk istiqomah bertadarus Al-Quran di rumah. Jika sudah istiqomah, tadarus Al-Quran akan menjadi suatu kebutuhan yang harus terpenuhi dan akan memperlancar bacaan Al-Quran.

Di sini penulis lebih tertuju kepada motivasi siswa untuk melaksanakan tadarus Al-Quran di rumah. Karena dalam bertadarus Al-Quran, para siswa pasti mempunyai motivasi tersendiri dalam melaksanakannya di rumah. Oleh karena itu, dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti secara mendalam dan mengangkat judul “RAGAM MOTIVASI TADARUS AL-QURAN DI

RUMAH SISWA SMP KHADIJAH SURABAYA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka secara garis besar dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan tadarus Al-Quran siswa SMP Khadijah Surabaya di rumah?

2. Bagaimana motivasi siswa SMP Khadijah Surabaya dalam bertadarus Al-Quran di rumah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan tadarus Al-Quran siswa SMP Khadijah Surabaya di rumah.


(18)

8

2. Untuk mengetahui motivasi siswa SMP Khadijah Surabaya dalam bertadarus Al-Quran di rumah.

D. Kegunaan Penelitian

1. Segi Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu Pendidikan Agama Islam khususnya tentang ilmu membaca Al-Quran. Dan diharapkan dapat memperkaya khazanah pemikiran khususnya tentang motivasi siswa untuk tadarus Al-Quran di rumah.

2. Segi Praktis a. Bagi almamater

Sebagai bahan masukan untuk sumber bacaan generasi-generasi berikutnya dalam melakukan penulisan.

b. Bagi Satuan Pendidikan (khususnya SMP Khadijah Surabaya)

Sebagai hasil pemikiran yang bisa dipakai untuk meningkatkan tadarus Al-Quran siswa di rumah. Dan sebagai bahan atau pertimbangan untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan program Ta’lim Al-Quran yang berperan dalam memotivasi siswa bertadarus Al-Quran di rumah.

c. Bagi siswa

Dapat meningkatkan pemahaman yang baik dalam menerima pelajaran, dan dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk senantiasa membaca Al-Quran dan mengamalkannya.


(19)

9

d. Bagi masyarakat

Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada sekolah bahwa kegiatan-kegiatan yang sangat positif diterima oleh para siswa di SMP Khadijah Surabaya.

e. Bagi Penulis

Merupakan bahan informasi, guna meningkatkan dan menambah pengetahuan.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang “Ragam Motivasi Tadarus Al-Quran di Rumah pada Siswa SMP Khadijah Surabaya” tidak pernah diteliti sebelumnya. Akan tetapi pada saat penulis menelusuri koleksi yang ada di dalam Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, ada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dengan judul yang hampir sama yaitu:

Studi Korelasi antara Kegiatan Tadarus Awal Pelajaran dengan Minat Belajar Membaca Al-Quran Siswa di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya.

Skripsi oleh Abdul Rosyid, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel tahun 2014. Pada penelitian tersebut membahas tentang hubungan antara program tadarus di awal pelajaran yang diterapkan di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya dengan minat belajar membaca Al-Quran pada siswa-siswanya. Perlu diketahui bahwa kegiatan tadarus Al-Quran di awal pelajaran tersebut merupakan upaya dari SMA Muhammadiyah 3 Surabaya dalam menanggulangi degradasi


(20)

10

kemampuan membaca Al-Quran pada siswa SMA yang sudah mulai meningkat dan menunjukkan angka yang besar. Adapun rumusan masalah dalam penelitian tersebut adalah (1) Bagaimana penerapan kegiatan tadarus awal pelajaran di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya. (2) Bagaimana minat belajar membaca Al-Quran siswa di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya. (3) Sejauhmana hubungan antara kegiatan tadarus awal pelajaran dengan minat belajar membaca Al-Quran siswa di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya.

F. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian, ada beberapa motivasi dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tadarus Al-Quran di rumah, dikarenakan masalah yang dihadapi sangat luas dan keterbatasan waktu, biaya, pikiran dan tenaga, maka peneliti membatasi masalah antara lain:

1. Penelitian ini terbatas pada motivasi siswa tadarus Al-Quran di rumah.

2. Objek penelitian ini adalah siswa program ta’lim Al-Quran di SMP Khadijah Surabaya.

G. Definisi Istilah atau Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kesalahan persepsi dalam memahami judul penulisan ini, maka diperlukan definisi dari istilah-istilah dalam judul skripsi ini, antara lain sebagai berikut:


(21)

11

1. Motivasi

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.6 Motivasi yang digunakan dalam penulisan ini adalah tentang arah dan ketekunan siswa dalam bertadarus Al-Quran di rumah. Dalam penulisan ini, motivasi dimaksudkan bukan memotivasi siswa dalam bertadarus Al-Quran di rumah, akan tetapi motivasi yang dipakai oleh siswa dalam bertadarus Al-Quran di rumah.

2. Tadarus Al-Quran

Tadarus Al-Quran merupakan pembacaan Al-Quran secara bersama-sama (saling membaca dan menyimak bacaan Al-Qur’an).7 Tadarus Al-Quran

yang dimaksud dalam penulisan ini adalah tadarus yang dilakukan di rumah oleh para siswa. Tadarus tersebut bisa didampingi dan dilakukan dengan keluarga atau orang tua para siswa.

3. Tadarus Al-Quran di Rumah

Tadarus Al-Quran di rumah merupakan kegiatan tadarus Al-Quran seperti biasa, akan tetapi kegiatan ini dilaksanakan di rumah. Tadarus Al-Quran dirumah brtujuan untuk muroja’ah atau mengulang kembali bacaan Al-Quran sehingga bacaan Al-Al-Quran tetap terjaga kelancaran dan kefasihannya.

6 https://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi#cite_note-pengertian-1. Diakses pada 20 Desember 2015 7 Meity Taqdir Qadratillah dkk, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, (Rawamangun: Badan


(22)

12

Kegiatan ini berlangsung ketika siswa berada di rumah dan dilaksanakan setelah menunaikan sholat fardhu

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dimaksudkan sebagai gambaran yang akan menjadi pokok bahasan dalam penulisan ini sehingga dapat memudahkan dalam memahami masalah-masalah yang akan dibahas. Berikut ini sistematikanya: 1. Bab Satu: Pendahuluan

Dalam pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, kegunaan penulisan, penulisan terdahulu, ruang lingkup dan keterbatasan penulisan, definisi istilah atau definisi operasional, metodologi penulisan dan sistematika pembahasan.

2. Bab Dua: Landasan teori

Pada bab ini akan dibahas pengertian motivasi, motivasi dan pmebelajaran pengaturan diri, teori-teori motivasi, area, aspek-aspek, dan pola-pola motivasi, alat-alat dan metode motivasi, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi, dan dalil-dalil yang mendukung motivasi. Selanjutnya akan dibahas pengertian tadarus Quran, urgensi tadarus Al-Quran, keutamaan tadarus Al-Al-Quran, dan tata cara tadarus Al-Quran. Pada akhir bab ini akan dibahas mengenai tadarus Al-Quran siswa di rumah yang merupakan objek dari penelitian ini.


(23)

13

3. Bab Tiga: Metodologi penulisan

Dalam bab ini berisikan tentang metode apa yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini pendekatan apa yang akan digunakan. Selanjutnya menjelaskan tentang sumber data yang terdiri dari data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dari proses penelitian, dan rancangan penelitian atau tahap-tahap dalam melakukan penelitian ini.

4. Bab Empat: Laporan Hasil Penelitian

Berisikan tentang laporan penelitian yang menguraikan hasil penelitian berupa observasi, angket yang diberikan kepada responden, dan dokumentasi. Selanjutnya menganalisis data hasil penelitian dan pembahasan hasil laporan penelitian. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai temuan dalam penelitian yang penulis temukan dari hasil penelitian tersebut.

5. Bab Lima: Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari skripsi dan saran-saran dari penulis untuk perbaikan-perbaikan yang mungkin dapat dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka.


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

Untuk mendukung penelitian ini, kami akan menjelaskan landasan teori yang berkaitan dengan penelitian pada bab ini. Dalam bab ini akan dibahas beberapa tinjauan teori guna membantu dan mendukung penelitian. Tinjauan tersebut adalah tinjauan tentang motivasi, tinjauan tentang tadarus Quran, dan tinjauan tentang tadarus Al-Quran siswa di rumah.

A. Tinjauan tentang Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi mempunyai kata dasar “motif” yang berarti daya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Dan juga dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.8 Atau dengan kata lain suatu tenaga yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas. Berawal dari kata motif tersebut, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya yang telah menjadi aktif.9

Menurut kamus besar bahasa Indonesia motivasi berarti dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin

8 Whiterington, Psikologi Pendidikan, Alih Bahasa, Agus Sahari, (Jakarta : Aksara Baru, 1984), h.73 9 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 1990), h.173


(25)

15

mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.10

Dalam pengertian lain, motivasi (motivation) adalah keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan, dan daya yang sejenis yang menggerakkan perilaku seseorang. Dalam arti yang lebih luas, motivasi diartikan sebagai pengaruh dari energi dan arahan terhadap perilaku yang meliputi: kebutuhan, minat, sikap, keinginan, dan perangsang (incentives).11

Selanjutnya Oemar Hamalik memberikan definisi motivasi seperti yang dikutip oleh Nyayu Khadijah dalam bukunya Psikologi Belajar bahwa motivasi adalah sebagai suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Kemudian Hani Handoko mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.12

Berdasarkan pendapat di atas, bisa disimpulkan bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai sebuah tujuan. Dorongan yang dimaksud bisa merupakan dorongan seseorang untuk mau melakukan atau tidak mau melakukan sesuatu. Suka atau tidak sukanya seseorang terhadap sesuatu juga

10Qodratilah, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), h.332

11Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), h.127 12Ibid., h.127-128


(26)

16

merupakan hasil dorongan atau motivasi. Dengan kata lain, bahwa motivasi dapat dirangsang atau diberikan rangsangan, baik rangsangan dari dalam maupun dari luar diri seseorang.

Rangsangan motivasi yang diperoleh oleh seseorang, bisa diperoleh dari dalam maupun luar diri seseorang. Berkaitan dengan itu, motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.

Sejalan dengan itu pula, Suryabrata juga membagi motivasi menjadi 2 yaitu: a) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar; dan b) motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi meskipun tidak mendapat rangsangan dari luar.13

2. Motivasi dan Pembelajaran Pengaturan Diri

Pembelajaran pengaturan diri (self-regulated learning) merujuk pada "pembelajaran yang berasal dari pemikiran dan perilaku yang dihasilkan siswa sendiri, yang secara sistematis diarahkan ke sasaran pembelajaran mereka". Seperti penjelasan di atas, pembelajaran pengaturan diri berkaitan erat dengan sasaran siswa. Siswa yang sangat termotivasi memelajari sesuatau daripada

13http://doubleddodewii.blogspot.co.id/2015/03/makalah-motivasi-belajar-dan.html. Diakses pada 17 April 2016


(27)

17

siswa lain lebih cenderung dengan sadar merencanakan pembelajaran, melaksanakan rencana pembelajaran, dan mengingat informasi yang mereka peroleh. Motivasi ini dapat berasal dari banyak sumber. Salah satunya adalah peniruan sosial. Sumber lain ialah penetapan sasaran, di mana siswa terdorong menetapkan sasaran pembelajaran mereka sendiri. Sumber ketiga ialah umpan balik yang memperlihatkan kepada siswa bahwa mereka melakukan kemajuan yang bagus ke arah sasaran pembelajaran mereka, khususnya jika umpan balik tersebut menekankan upaya dan kemampuan siswa.14

Schunk dan Zimmerman berpendapat bahwa motivasi untuk terlibat ke dalam pembelajaran pengaturan diri tidak sama dengan motivasi pencapaian pada umumnya, karena pembelajaran pengaturan diri mengharuskan pebelajar mengambil tanggung jawab mandiri untuk belajar, bukan hanya menaati tuntutan guru. Frederick, Blumenfeld, dan Paris menggunakan istilah 'keterlibatan' (engagement) dan 'investasi' (investment) untuk menjelaskan motivasi yang mengakibatkan siswa terlibat ke dalam pembelajaran pengaturan diri, bukan hanya melakukan pekerjaan dan mengikuti aturan.

Motivasi dan pembelajaran pengaturan diri sangatlah erat hubungannya, bisa dikatan bahwa motivasi dan pembelajaran pengaturan diri merupakan sebuah hubungan sebab akibat. Pendapat para ahli di atas mengemukakan

14Robert E. Slavin dan Robert E. Samosir, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik, ahli bahasa: Marianto Samosir, (Jakarta: PT Indeks, 2011), cet. ke-1, Jilid 1, h.108-109


(28)

18

bahwa ketika siswa sudah termotivasi pada suatu pelajaran, maka dia akan berusaha untuk bertanggung jawab terhadap pelajaran tersebut.

Tanggung jawab itu diwujudkan dengan cara membuat rencana belajar dan mengingat kembali informasi yang telah diperoleh dengan bersemangat tanpa ada paksaan atau suruhan dari orang lain. Tidak hanya itu, mereka juga akan merencanakan strategi yang akan mereka terapkan untuk mendapatkan hasil maksimal dalam pelajaran tersebut. Hal itu merupakan hubungan sebab akibat yang tidak bisa dipisahkan oleh apapun.

3. Teori-teori Motivasi

Secara umum, teori motivasi dibagi dalam dua kategori. Pertama, teori kandungan (content), yang memusatkan perhatian pada kebutuhan dan sasaran tujuan. Teori kedua adalah teori proses, yang banyak berkaitan dengan bagimana orang berperilaku dan mengapa mereka berperilaku dengan cara tertentu. Hal paling penting dari kedua teori tersebut akan terurai seperti di bawah ini:15

a. F.W. Taylor dan Manajemen Ilmiah

F.W. Taylor16 merupakan tokoh yang menggunakan manajemen ilmiah, manajemen berdasarkan ilmu pengetahuan. Pendekatan itu

15Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), cet ke-15, h.39-46

16Frederick Winslow Taylor (lahir 20 Maret 1856 meninggal 21 Maret 1915 pada umur 59 tahun) adalah seorang insinyur mekanik asal Amerika Serikat yang terkenal atas usahanya meningkatkan efesiensi industri. Ia dikenal sebagai "bapak manajemen ilmiah" dan merupakan pemimpin intelektual dari Gerakan Efesiensi. Peninggalan Taylor yang paling terkenal dalam ilmu manajemen adalah ide


(29)

19

memusatkan perhatian membuat pekerjaan seefektif mungkin dengan merampingkan metode kerja, pembagian tenaga kerja, dan penilaian pekerjaan. Dengan pendekatan itu, motivasi yang disebabkan imbalan keuangan dapat dicapai dengan memenuhi sasaran-sasaran keluaran. Pemikiran inilah yang melatarbelakangi sebagian besar penelitian pekerjaan yang didasarkan pada skema imbalan (insentif).

Masalah pokok dengan pendekatan adalah pendekatan itu menganggap uang merupakan motivasi utama. Dalam keadaan seperti itu, uang merupakan pendorong semangat utama. Soal lain yang perlu dipikirkan adalah uang itu sendiri. Uang hanya bernilai karena uang itu menyebabkan mutu kehidupan yang lebih baik dan meningkat kedudukannya di dalam masyarakat.

Lebih jauh, walaupun uang mungkin dapat menjadi insentif bagi kategori orang-orang tertentu, tampaknya tidak berlaku terhadap mereka yang pekerjaannya tidak didasarkan pada keluarannya. Dan kemungkinan besar uang merupakan insentif jangka pendek. Bukannya memberikan kesepakatan jangka panjang.

Berdasarkan penjelasan di atas, teori ini merupakan teori motivasi yang menggunakan uang sebagai motivasinya. Orang-orang akan mendapatkan uang ketika mereka telah melakukan sesuatu yang telah

tentang penggunaan metode ilmiah dalam manajemen. Ide ini muncul ketika Taylor merasa kurang puas dengan ketidakefesienan pekerja di perusahaannya.


(30)

20

diperintahkan kepadanya. Akan tetapi perlu diingat, bahwa tidak semua orang bisa diberikan motivasi dengan uang.

Menurut sebagian orang uang akan bernilai jika uang bisa bermanfaat dalam kehidupannya di masyarakat. Terlebih jika uang bisa meningkatkan mutu kehidupannya dan kedudukannya di masyarakat.

b. Hierarki Kebutuhan Maslow

Setiap kali membicarakan motivasi, hierarki kebutuhan Maslow pasti disebut-sebut. Hierarki itu didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi. Maslow mengemukakan lima tingkat kebutuhan seperti pada gambar di bawah ini.

Aktualisasi Diri Penghargaan Cinta Kasih Rasa Aman Kebutuhan Fisiologis

Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan sesuai dengan gambar segitiga di atas. Dalam segitiga tersebut kebutuhan yang berada di bawah merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh semua orang. Sedangkan yang paling atas merupakan kebutuhan yang hanya bisa


(31)

21

didapatkan oleh beberapa orang saja, karena kebutuhan tersebut bisa didapatkan ketika kebutuhan yang ada di bawahnya sudah terpenuhi.

Berdasarkan segitiga di atas, kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas. Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal.

1) Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat tetap hidup, termasuk makanan, perumahan, pakaian, udara untuk bernafas, dan sebagainya.

2) Kebutuhan akan Rasa Aman

Ketika kebutuhan fisiologis sudah terpenuhi, maka selanjutnya adalah kebutuhan akan keselamatan. Keselamatan itu termasuk merasa aman dari setiap jenis ancaman fisik atau kehilangan, serta merasa terjamin.

3) Kebutuhan akan Cinta Kasih atau Kebutuhan Sosial

Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa aman sudah terpenuhi, kepentingan berikutnya adalah hubungan antarmanusia. Cinta dan kasih sayang yang diperlukan pada tingkat ini, mungkin didasari melalui hubungan-hubungan antarpribadi yang mendalam dalam kebutuhan


(32)

22

untuk menjadi bagian berbagai kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

4) Kebutuhan akan Penghargaan

Dalam kaitannya dengan pekerjaan, hal itu berarti memiliki pekerjaan yang dapat diakui manfaatnya, menyediakan sesuatu yang dapat dicapai, serta mendapatkan pengakuan umum dan kehormatan di dunia luar.

5) Kebutuhan Aktualisasi Diri

Ketika semua kebutuhan lain sudah dipenuhi, seseorang ingin mencapai secara penuh potensinya. Tahap terakhir itu mungkin tercapai hanya oleh beberapa orang.

c. Teori Keberadaan, Keterkaitan, dan Pertumbuhan (Existence, Relatedness,

and Growth ERG) Aldefer

Aldefer merumuskan kembali hierarki Moslow dalam tiga kelompok, yang dinyatakan sebagai keberadaan, keterkaitan, dan pertumbuhan

(existence, relatedness, and growth - ERG), yaitu:

1) Kebutuhan akan keberadaan adalah semua kebutuhan yang berkaitan dengan keberadaan manusia yang dipertahankan dan berhubungan dengan kebutuhan fisiologis dan rasa aman pada hierarki Maslow. 2) Kebutuhan keterkaitan berkaitan dengan hubungan kemitraan.


(33)

23

3) Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan yang berhubungan dengan perkembangan potensi perorangan dan dengan kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri yang dikemukakan Maslow.

Menurut teori ERG, semua kebutuhan itu timbul pada waktu yang sama. Kalau satu tingkat kebutuhan tertentu tidak dapat dipuaskan, seseorang kelihatannya kembali ke tingkat lain.

d. Teori Motivasi Kesehatan Herzberg

Herzberg mengembangkan teori motivasi dua faktor. Teori itu mendalilkan adanya beberapa faktor yang kalau tidak ada, menyebabkan ketidakpuasan dan yang terpisah dari faktor motivasi lain yang membangkitkan upaya dan kinerja sangat istimewa. Hal-hal yang tidak memuaskan ia gambarkan sebagai faktor kesehatan dan hal-hal yang memuaskan, ia gambarkan sebagai motivator.

Dalam teori Herzberg, mungkin yang benar adalah uang memotivasi orang-orang tertentu pada waktu tertentu. Namun, banyak hal lain, bukan uang yang menyebabkan orang menunjukkan kinerja lebih baik, tetapi faktor-faktor pendorong semangat lain yang ditandai oleh Herzberg.

Dengan kata lain, kalau orang merasakan bahwa mereka tidak dibayar dengan cukup baik seperti sebaya mereka, atau karena banyaknya upaya yang mereka sumbangkan, mereka mungkin meminta pembayaran lebih tinggi untuk mencapai pengakuan dan perlakuan yang adil, yang mungkin merupakan hal sebenarnya yang mendorong minat mereka.


(34)

24

e. Teori X dan Teori Y McGregor

Douglas McGregor mengajukan dua pandangan yang berbeda mengenai manusia, yaitu: seseorang itu pada dasarnya bersifat negatif, dibeeri nama Teori X, dan yang lainnya pada dasarnya bersifat positif, diberi nama Teori Y.17 Dalam teori ini, manager dari teori X memandang para

pekerja sebagai pemalas yang tidak dapat diperbaiki. Sedangkan manajer teori Y memandang bekerja harus seimbang dengan istirahat dan bermain, dan bahwa orang-orang pada dasarnya cenderung untuk bekerja keras dan melakukan pekerjaan dengan baik. Teori bahwa seorang manajer itu mengayomi akan dengan jelas memengaruhi cara mereka menangani dan memotivasi bawahan.

Teori yang dikemukakan oleh McGregor ini memiliki dua pandangan, yaitu negatf dan positif yang diistilahkan sebagai X dan Y. Semua pekerja dianggap malas merupakan isi dari teori X. Sedangkan dalam teori Y dijelaskan, bahwa setiap pekerjaan perlu adanya keimbangan antara istirahat dan bermain. Jika kedua teori ini digabungkan, maka setiap pekerja yang malas harus diberi kesempatan istirahat dan bermain agar dia tidak malas lagi dan kembali bersemangat dalam bekerja.

17Stephen P. Robbins, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, Edisi Kelima, ahli bahasa: Halida dan Dewi Sartika, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002), h.57


(35)

25

f. Teori Manusia Kompleks

Kebanyakan teori-teori motivasi di atas menganggap orang termotivasi oleh suatu jenis pendorong. Model utamanya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Manusia ekonomi, yang termotivasi terutama oleh imbalan keuangan. 2) Manusia sosial, yang motivasinya dipengaruhi terutama oleh sifat

hubungan kemitraan dalam pekerjaan.

3) Manusia yang mengaktualisasikan diri, seperti yang dinyatakan dalam hierarki kebutuhan Moslow dan teori Y McGregor.

Di dalam kenyataan, semua contoh terlalu sederhana karena semua orang berbeda dan mempunyai dorongan semangat yang berbeda pula yang dalam beberapa hal bisa berubah sepanjang waktu. Model yang seperti di atas oleh Schein disebut sebagai manusia kompleks.

Perlu diketahui bersama, keebanyakan teori motivasi dikembangkan di Amerika Serikat oleh orang Amerika dan tentang orang Amerika. Mungkin kebanyakan karakteristik pro-Amerika yang mencolok mata dan menjadi sifat dari teori-teori di atas adalah penekanan yang kuat terhadap individualisme dan kemaskulinan. Sebagai contoh, Teori Hierarki Kebutuhan Maslow. Hierarki ini jika diterapkan dengan benar, sejalan dengan budaya Amerika. Dalam budaya lain, urutan prioritasnya mungkin berbeda. Di negara-negara seperti Jepang, Yunani, atau Meksiko, kebutuhan akan rasa aman berada pada puncak hierarki


(36)

26

kebutuhan. Denmark, Swedia, Norwegia, Belanda, dan Finlandia akan menempatkan kebutuhan sosial pada puncaknya.18

4. Area, Aspek-aspek, dan Pola-pola Motivasi a. Area Motivasi

Empat area utama motivasi manusia adalah makanan, cinta, seks, dan pencapaian. Tujuan-tujuan yang mendasari motivasi ditentukan sendiri oleh individu yang melakukannya, individu dianggap tergerak untuk mencapai tujuan karena motivasi intrinsik (keinginan beraktivitas atau meraih pencapaian tertentu semata-mata demi kesenangan atau kepuasan dari melakukan aktivitas tersebut), atau karena motivasi ekstrinsik, yakni keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan eksternal. disamping itu terdapat pula faktor yang lain yang mendukung diantaranya ialah faktor internal yang datang dari dalam diri orang itu sendiri. 19

b. Aspek-aspek Motivasi

Aspek Motivasi dikenal “aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis”. Aspek aktif/dinamis menjelaskan motivasi sebagai usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan aspek pasif/statis motivasi sebagai kebutuhan dan perangsang untuk dapat

18Ibid., h.69


(37)

27

mengarahkan dan menggerakkan potensi daya manusia ke arah tujuan yang diinginkan.20

c. Pola-pola Motivasi

DR. David Mc. Clelland mengemukakan pola motivasi sebagai berikut:21

1) Achievment Motivasion, adalah suatu keinginan untuk mengatasi atau

mengalahkan suatu tantangan, untuk kemajuan dan pertumbuhan.

2) Affiliaton Motivation, adalah dorongan untuk melakukan

hubungan-hubungan dengan orang lain.

3) Competence Motivation, adalah dorongan untuk berprestasi baik dengan

melakukan pekerjaan yang bermutu tinggi.

4) Power Motivation, adalah dorongan untuk dapat mengendalikan suatu

keadaan dan adanya kecenderungan mengambil resiko dalam menghancurkan rintangan-rintangan yang terjadi. Sifat ini sering dilakukan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik

Power motivation ini akibatnya tidak terlalu buruk, jika diikuti oleh

achievement, affiliation, dan competence motivation yang baik.

5. Alat-alat dan metode-metode motivasi a. Alat-alat Motivasi

20Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), cet. Ke-8, h.96


(38)

28

1) Materiil Insentif, merupakan alat motivasi yang diberikan berupa uang dan atau barang yang mempunyai nilai pasar (memberikan kebutuhan ekonomis). Misalnya: kendaraan, rumah, dan lain-lainnya.

2) Nonmateriil Insentif, merupakan alat motivasi yang diberikan berupa barang/benda yang tidak ternilai sehingga hanya memberikan kepuasan/kebanggaan rohani saja. Misalnya: medali, piagam, bintang jasa, dan lain-lainnya.

3) Kombinasi Materiil dan Nonmateriil Insentif, merupakan alat motivasi yang diberikan berupa materiil (uang dan barang) dan nonmateriil (medali dan piagam), sehingga memenuhi kebutuhan ekonomis dan kepuasan/kebanggaan rohani.22

b. Metode-metode Motivasi

1) Metode Langsung (Direct Motivation), adalah motivasi (materiil dan nonmateriil) yang diberikan secara langsung kepada setiap inidividu untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi sifatnya khusus seperti: memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam, dan lain sebagainya.

2) Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation), adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran tugas, sehingga betah dan


(39)

29

bersemangat dalam melakukan pekerjaannya. Misalnya: kursi yang empuk, suasana dan lingkungan pekerjaan yang baik, dan lain-lain23

6. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Motivasi

a. Perception/pengamatan

Yang dimaksud adalah menyusun munculnya lingkungan sebagai bagian dari proses mengerjakan sesuatu tentang itu.

b. Thougt/pemikiran.

Yang dimaksud adalah pemikiran adalah suatu bentuk tingkah laku yang diam lebih dari berterus terang di mana benda-benda dan peristiwa-peristiwa berpengaruh secara simbolik.

c. Affect/perasaan.

Yang dimaksud adalah perasaan tidak mewakili bagian terpisah dari tingkah laku tetapi satu asumsi di mana perbuatan, persepsi dan pemikiran berlangsung.

7. Dalil yang Berkaitan dengan Motivasi





“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5), Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6)”. (QS. Al-Insyiroh [94] ayat 5-6)


(40)

30





“dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS. Yusuf [12] ayat 87)











“niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadilah [58] ayat 11)











“Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”. (QS. Al-Maidah [5] ayat 48)

B. Tinjauan tentang Tadarus Al-Quran

1. Pengertian Tadarus Al-Quran

Tadarus Al-Quran terdiri dari dua suku kata yang masing-masing memiliki makna. Kedua suku kata itu adalah “tadarus” dan “Al-Quran”. Kata “tadarus” berasal dari “darosa” yang artinya “belajar” dan ketika “darosa” diubah menjadi “tadarus” maka artinya menjadi “belajar secara terus menerus”. Sedangkan Al-Quran adalah bentuk kata benda dari kata kerja “Qoroa” yang


(41)

31

artinya “membaca” sehingga ketika “Qoroa” diubah menjadi “Al-Quran”, maka artinya menjadi “bacaan”. Kalau demikian, ketika “tadarus’ disandingkan dengan kata “Al-Quran”, maka artinya adalah mempelajari Al-Quran secara terus menerus.24

Dalam prakteknya di kehidupan bermasyarakat, tadarus Al-Quran adalah membaca Al-Quran secara bergiliran dengan saling mengingatkan dan memperbaiki bacaan Al-Quran ketika ada seseorang yang salah pada saat membaca Al-Quran. Kegiatan tadarus Al-Quran seperti ini biasa dilaksanakan di masjid-masjid atau musholla-musholla pada setiap malam di bulan Ramadlan setelah menunaikan ibadah sholat tarowih dan witir secara berjama’ah..

Hal tersebut selaras dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Abu Dawud yang artinya sebagai berikut: Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, ‘Suatu kaum yang berkumpul di dalam salah satu rumah Allah Swt. seraya membaca kitab Allah dan tadarus, akan turun kepada mereka ketenangan. Mereka pun diliputi rahmat, dimuliakan para malaikat, serta disebut-sebut Allah sebagai kelompok-Nya” (HR Muslim, Abu Dawud dengan ismad sahih dengan syarah Bukhari dan Muslim).25

24http://al-kirom.blogspot.co.id/2010/09/tadarus-ramadhan-dimuat-di-harian-jogja.html. Diakses pada 24 April 2016

25Diriwayatkan oleh Abu Dawud No. 1455 dalam “Shalat”, bab “Pahala Membaca Al-Quran”. Isnadnya sahih. Hadis ini merupakan bagian hadis panjang yang diriwayatkan Muslim, No. 2701 mengenai


(42)

32

2. Urgensi Tadarus Al-Quran

Al-Quran merupakan firman Allah dan merupakan mukjizat Nabi Muhammad Saw. yang diturunkan melalui malaikat Jibril. Tentu saja Al-Quran menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Tanggung jawab seorang muslim berkaitan dengan Al-Quran yang paling pertama adalah membacanya. Isyarat pentingnya membaca Al-Quran ini ditegaskan oleh Al-Quran itu sendiri, yaitu pada QS. Al-Baqarah [2] ayat 121, QS. Fathir [35] ayat 29 dan beberapa ayat di tempat lainnya yang mengindikasikan pentingnya tilawah yang pada umumnya diawali dengan kata perintah atau pujian pada orang-orang yang melaksanakannya.















“Orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya (tidak merobah dan mentakwilkan Al kitab sekehendak hatinya), mereka itu beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi”. (QS. Al-Baqarah [2] ayat 121)

Menurut ayat tersebut, bahwa mereka yang membaca kitab Allah, Al-Quran dengan ‘haqqa tilawah’ yang menurut sebagian mufassir adalah maknanya membaca dengan sebenar-benar bacaan sebagaimana ketika ia diturunkannya maka hal tersebut merupakan bukti keimanan kepada kitab tersebut. Jika tidak melakukannya, maka termasuk mereka yang mengingkarinya dan menjadi orang-orang yang merugi dan binasa di akhirat


(43)

33

nanti. Maka pemaknaan ayat tersebut mengindikasikan pentingnya setiap muslim untuk ‘tilawah al Quran’.

3. Keutamaan Tadarus Al-Quran

Ada beberapa keutamaan Al-Quran yang sebenarnya sudah dijelaskan di dalam Al-Quran itu sendiri. Berikut keutamaan Al-Quran berdasarkan ayat-ayat yang akan di dalamnya, yaitu:26

a. Dibuatkan dinding perantara dari orang-orang yang tidak beriman

Di akhirat kelak orang yang beriman dan orang yang tidak beriman tidak akan bisa berkumpul bersama- sama sebagaimana saat mereka berada di dunia. Hal itu dikarenakan Allah Swt. akan membuat sebuah dinding pembatas di antara mereka. Allah Swt. berfirman di dalam Al-Quran, yaitu:









“Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup”. (QS. Al-Israa [17] ayat 45)

b. Mendapatkan obat jiwa dan rahmat

Sebagimana telah kita ketahui bersama, bahwa Al-Quran merupakan mukjizat nabi Muhammad Saw. yang diturunkan melalui perantara malaikat

26http://visiuniversal.blogspot.co.id/2014/08/keutamaan-membaca-dan-tadarus-al-quran.html. Diakses pada 27 April 2016


(44)

34

Jibril, tentu mempunyai hal yang istimewa yaitu sebagai obat dan rahmat. Allah Swt. berfirman di dalam Al-Quran, yaitu:















“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. Al-Baqarah [17] ayat 82) c. Mendapatkan ketenangan jiwa lahir batin

Ketika hati kita merasakan kegelisahan, maka bacalah Al-Quran. Karena ketika kita membaca Al-Quran, kita akan merasakan ketenangan jiwa baik lahir maupun batin. Allah Swt. di dalam Al-Quran, yaitu:











“Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang (hukum-hukum, pelajaran dan kisah-kisah itu diulang-ulang menyebutnya dalam Al Quran supaya lebih kuat pengaruhnya dan lebih meresap. sebahagian ahli tafsir mengatakan bahwa Maksudnya itu ialah bahwa ayat-ayat Al Quran itu diulang-ulang membacanya seperti tersebut dalam mukaddimah surat Al Faatihah), gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpin pun”. (QS. Az-Zumar [39] ayat 23)


(45)

35

d. Mendapatkan rizki yang barokah

Senantiasa membaca Al-Quran menjadi sebab Allah menurunkan rizki yang melimpah serta menjdaikan rizki kita menjadi barokah. Rizki bukan hanya dipandang dari segi ekonomi tetapi juga kesehatan dan kesempatan merupakan rizki pemberian dari Allah Swt. Sebagaimana firman Allah di dalam Al-Quran, yaitu:











“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. (QS. Al-Fatir [35] ayat 29)

4. Tata Cara Tadarus Al-Quran

Ketika bertadarus Al-Quran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar menambah kekhusyukan dan memperoleh kemanfaatan lebih dalam bertadarus, hal tersebut antara lain:

a. Membaca dengan Melihat Mushaf

Membaca Al-Quran dengan melihat mushaf itu lebih baik dan utama daripada lewat hafalan, karena melihat mushaf sendiri termasuk ibadah dalam Islam. Sehingga berkumpullah keutamaan membaca dan melihat


(46)

36

mushaf, demikian dikatakan oleh Al-Qadhi Husayn dari sahabat-sahabat kami. Hal itu dikatakan juga oleh Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, serta beberapa ulama salaf lainnya.

Al-Ghazali dalam kitabnya Al-Ihya’,menuliskan bahwa kebanyakan sahabat Rasulullah Saw. suka membaca Al-Quran lewat mushaf, dan Abu Dawud meriwayatkan mengenai membaca Al-Quran dengan melihat mushaf dari sejumlah ulama salaf. Ia tidak mengetahui orang yang membantah hal itu.27

b. Membaca secara Murattal

Ketika membaca Al-Quran sebisa mungkin harus dibaca secara murattal (pelan-pelan). Hal ini telah disepakati oleh para ulama, bedasarkan firman Allah Swt:







“Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” (QS Al-Muzammil [73] ayat 4)

Para ulama berkata, membaca Al-Quran secara tartil (pelan) itu

mustahab (disukai) untuk dapat memahami kandungannya. Disunnahkan

membaca secara tartil bagi orang asing yang tidak mengerti makna

27Imam Nawawi, Menjaga Kemuliaan Al-Quran: Adab dan Tata Caranya, ahli bahasa: Tarmana Ahmad Qasim, (Bandung: Al-Bayan, 1996), h.100


(47)

37

Quran. Cara itu lebih mulia untuk menghormati Al-Quran dan sangat berpengaruh ke dalam hati pembacanya, demikian mereka menjelaskan.28

c. Membaca dengan Suara yang Merdu

Ulama salaf dan khalaf dari kalangan sahabat dan tabi’in (semoga Allah mengasihi mereka) berikut ulama setelah mereka, khususnya dari pemuka umat Islam, sepakat bahwa memperbagus suara ketika membaca Al-Quran adalah sunnah. Perkataan dan teladan mereka pun telah dikenal luas. Semuanya membuktikan akan pentingnya memperbagus suara ketika membaca Al-Quran.

Para ulama mengatakan bahwa memperbagus suara dalam membaca Al-Quran dan menertibkan bacaan adalah disunnahkan, tetapi tidak boleh berlebihan dalam memanjangkan bacaan sehingga mengubah makna. Jika terjadi penambahan satu huruf atau menyembunyikannya, itu merupakan hal terlarang.29

d. Khusyuk Membaca dan Merenungi Maknanya

Jika telah membaca Al-Quran, maka hendaklah ia mengkhusyukkan perhatiannya, di samping memikirkan makna ayat yang dibaca. Dalil-dalil mengenai hal itu sangat banyak. Itulah hikmah atau faedah yang paling dicari dari membaca Al-Quran. dengan cara khusyuk membaca diikuti usaha menyingkap maknanya, maka lapanglah dada dan bersinari hati pembaca.

28Ibid., h.93 29Ibid., h.108-109


(48)

38

Berkaitan dengan hal tersebut, Allah Swt. berfirman:







“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa [4] ayat 82)







“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shad [38] ayat 29)

Hadis Nabi Muhammad Saw. mengenai hal itu banyak sekali, begitu pula perkataan ulama salaf. Sejumlah ulama begadang untuk membaca satu ayat Al-Quran dan memikirkan maknanya. Mereka lakukan itu sejak malam sampai pagi hari. Ada pula ulama salaf yang sampai pingsan ketika membaca Quran. Bahkan ada pula di antara mereka, begitu membaca ayat Al-Quran, langsung meninggal saat membacanya.30

5. Tadarus Al-Quran di Rumah

Pengertian tadarus Al-Quran di rumah sama seperti pengertian tadarus pada umumnya, yakni mempelajari Al-Quran secara terus menerus. Perbedaan tadarus Al-Quran dengan tadarus Al-Quran di rumah terletak di waktu dan tempatnya. Tadarus Al-Quran di rumah dilaksanakan secara istiqomah ketika


(49)

39

para siswa selesai melaksanakan kegiatan belajarnya di sekolah. Waktunya bisa dilaksanakan sore setelah pulang sekolah atau malam setelah sholat Maghrib sekalian menunggu waktu sholat Isya atau bisa diluar waktu tersebut.

Tadarus Al-Quran di rumah yang maksud dalam penelelitian ini adalah tadarus yang dilakukan oleh siswa di SMP Khadijah. Tadarus ini lebih mendalam karena dilakukan sendirian dengan ditemani dan diawasi oleh orang tua atau orang yang ahli di bidang Al-Quran, sehingga setiap kesalahan atau kurang lancarnya bacaan Al-Quran langsung bisa diingatkan dan dikoreksi. Selain itu tadarus Al-Quran di rumah mempunyai intensitas yang lebih tinggi ketika membaca Al-Quran daripada tadarus di tempat lain karena siswa mempunyai waktu lebih banyak di rumah. Intensitas tinggi yang dimaksud adalah banyaknya waktu yang digunakan untuk tadarus, seperti setiap hari karena pasti siswa setiap hari berada di rumah. Setiap hari merupakan intensitas tertinggi dalam pelaksanaan tadarus dan menjadi acuan keistiqomahan melaksanakan tadarus Quran di rumah. Dalam pelaksanaannya tadarus Al-Quran di rumah tidak memiliki target yang pasti karena sifatnya hanya mengulang pelajaran Al-Quran yang sebelumnya telah diterima oleh siswa di sekolahnya. Sehingga pelajaran yang telah diterima tidak mudah dilupakan dan semakin meningkatkan bacaan Al-Quran siswa.


(50)

40

C. Tinjauan tentang Motivasi Tadarus Al-Quran di Rumah

Setiap tindakan pasti mempunyai suatu motivasi yang mendorong tindakan itu terjadi, baik motivasi yang disengaja maupun motivasi yang tidak disengaja. Motivasi yang disengaja itu berupa rasangan-rasangan yang diterima, bisa rasangan yang datang dengan cepat maupun rasangan yang datang dengan membutuhkan waktu lebih lama. Sedangkan motivasi yang tidak disengaja itu bisa merupakan kelanjutan dari tindakan sebelumnya yang masih ada kaitannya sama tindakan yang akan atau baru saja dilakukan.

Dengan kata lain, motivasi merupakan suatu tenaga dari diri manusia yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas. Di samping itu, setiap manusia memiliki suatu daya yang ketika daya tersebut telah menjadi aktif atau berubah menjadi aktif, maka hal tersebut juga merupakan arti dari motivasi.31

Berkaitan hal di atas, tentu saja dalam pelaksanaan tadarus Al-Quran oleh seseorang, pasti ada motivasi di dalam diri orang yang melaksanakannya. Kata tadarus sendiri berasal dari asal kata darasa yadrusu, yang artinya mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji dan mengambil pelajaran dari wahyu-wahyu Allah Swt. Kemudian kata darasa tersebut ketambahan huruf ta’ di depannya sehingga menjadi tadarasa yatadarasu, maka maknanya bertambah menjadi saling belajar, atau mempelajari secara lebih mendalam.32

31Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Ibid., h.173 32


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab sebelumnya, maka

skripsi dengan judul “Motivasi Tadarus Al-Quran di Rumah pada siswa di SMP

Khadijah Surabaya” ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan tadarus Al-Quran siswa di SMP Khadijah Surabaya sudah berjalan dengan baik dan istiqomah. Hal tersebut dibuktikan dengan hampir semua siswa melaksanakan tadarus Al-Quran minimal seminggu sekali, bahkan ada yang melaksanakannya setiap hari. Sebagian besar dari mereka melaksanakan tadarus setiap setelah sholat Maghrib dan didampingi sekaligus diawasi oleh orang tuanya sendiri. Selain dengan orang tua sendiri, sebagian dari siswa didampingi dan diawasi oleh guru ngaji yang didatangkan oleh orang tuanya. Ketika mereka lupa tidak tadarus, maka orang tua mereka akan menasehatinya, bahkan ada yang sampai dihukum oleh orang tuanya.

Adanya program ta’lim Al-Quran di SMP Khadijah juga mempengaruhi tadarus siswa. Hampir semua siswa mengaku sangat terpengaruh untuk tadarus Al-Quran dari adanya program ta’lim Al-Quran (TQ). Sebagian dari mereka membaca materi yang sudah diajarkan waktu TQ


(2)

109

dan ada juga yang meneruskan membaca materi TQ yang akan diajarkan di kemudian hari.

2. Motivasi siswa SMP Khadijah Surabaya dalam bertadarus Al-Quran brupa naik jilid/juz di kelas TQ, tidak dimarahi orang tua, mendapatkan pahala, memperlancar bacaan Al-Qurannya, ditambah uang jajannya, menambah ilmu Al-Quran, mendapatkan pacar, hafal Al-Quran, hati jadi tenang, dan ada tugas dari jamaah. Dari kesepuluh motivasi itu, hampir semua siswa termotivasi untuk naik jilid/juz di kelas TQ. Dibalik motivasi itu ada seorang motivator yang selalu memotivasi mereka ketika tadarus maupun ketika tidak sedang tadarus, orang tersebut adalah orang tua siswa sendiri. Dari motivasi tersebut, orang yang juga menjadi motivator anaknya mempunyai suatu harapan di masa depan agar kelak anaknya menjadi anak yang sholih/sholihah dan bermanfaat di masyarakat dengan menjadi pemimpin khotmil Quran, istighosah/tahlil, dan sebagainya.

Saat ini siswa sudah merasakan dari pengaruh dan hasil dari motivasi bertadarus Al-Quran siswa. Pengaruh motivasi itu membuat siswa menjadi semakin lancar membaca Al-Quran dan hasilnya siswa bisa naik jilid/juz di kelas TQ. Meskipun mereka sudah mendapatkan hasil dari motivasi tersebut, mereka tidak lupa untuk tetap semangat tadarus Al-Quran dengan motivasi yang telah dapatkan selama ini.


(3)

110

B. Saran-saran

Melalui skripsi ini penulis menyampaikan pesan atau saran kepada para pembaca umumnya dan khususnya bagi sekolah, siswa, orang tua dan para pembaca, sebagai berikut:

1. Bagi sekolah diharapkan terus meningkatkan kualitas dari pembelajaran

program ta’lim Al-Quran (TQ), karena manfaatnya sangat besar bagi perkembangan siswa dalam bidang Al-Quran.

2. Bagi para siswa hendaknya tetap menjaga istiqomah dalam tadarus Al-Quran

dan terus memotivasi dirinya sendiri untuk terus tadarus Al-Quran, karena hasil yang didapatkan dari motivasi tersebut sangat membantu siswa dalam perkembangannya di ilmu Al-Quran.

3. Bagi para orang tua diharapkan untuk selalu mendorong dan mendukung anaknya tadarus Al-Quran di rumah, karena orang tua merupakan pendidikan pertama dan utama bagi para anaknya.

4. Bagi para pembaca hendaknya selalu menjaga istiqomah tadarus Al-Quran jika kegiatan tersebut sudah terlaksana. Akan tetapi jika belum terlaksana atau belum istiqomah, maka bersegeralah untuk melaksanakan tadarus Al-Quran karena banyak manfaat di dalamnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alam, Syaikh H. Dt. Tombak. 1995. Ilmu Tajwid Populer 17 kali Pandai. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Bakker, Anton dkk. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogayakarta: Kanisius Carol, dkk. 2007. Psikologi: Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Daymon, Cristin. Metode-Metode Riset Kualitatif. ahli bahasa: Cahaya Wiratama. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka

Furchan, Arif. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Hasibuan, Malayu S.P. 2014. Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan

Produktivitas. Jakarta: PT Bumi Aksara

K.P.S., Alaika M. Bagus. 2015. Problematika dan Solusi Pelaksanaan Program Ta’lim Al-Quran di SMP Khadijah Surabaya. Skripsi Sarjana Pendidikan Islam. Surabaya: Perpustakaan UINSA. t.d.

M., Sardiman A. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Margono, S. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Asdi Mahasatya

Miles, Matthew B dkk. 1992. Analisis Data Kualitatif. ahli bahasa: Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press

Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya Muhadjir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif cet VII. Yogyakarta:

Rakesarasin


(5)

Qadratillah, Meity Taqdir dkk. 2011. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar.

Rawamangun: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Qodratilah. 2011. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar. Jakarta: Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Robbins, Stephen P. 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, Edisi Kelima. ahli bahasa: Halida dan Dewi Sartika. Jakarta: Penerbit Erlangga

Rohmalina Wahab. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Rudliyana, Muhammad Dede. 2004. Perkembangan Pemikiran Ulum Al-Hadits dari

Klasik Sampai Modern. Bandung: Pustaka Setia

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana

Shabuny, M. Aly Ash. 1996. Pengantar Studi Al-Qur’an. Bandung : PT. Al-Ma’arif Slavin, Robert E. dkk. 2011. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. ahli bahasa:

Marianto Samosir. Jakarta: PT Indeks

Supranto, J. 1993. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rineka Cipta

Thobroni, Ahmad Yusam et al. 2015. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi.

Surabaya: Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi UIN Sunan Ampel

Uno, Hamzah B. 2015. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara Whiterington. 1984. Psikologi Pendidikan. alih bahasa: Agus Sahari. Jakarta: Aksara

Baru

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.228


(6)

Buku Profil SMP Khadijah Surabaya Tahun Pelajaran 2015/2016

Buku Ke-khadijahan: Sejarah Yayasan Khadijah Surabaya, Penulis Drs. H. Warry Zaen,M.Pd

Buku Agenda SMP Khadijah Surabaya Tahun Pelajaran 2015/2016

https://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi#cite_note-pengertian-1. Diakses pada 20 Desember 2015

http://doubleddodewii.blogspot.co.id/2015/03/makalah-motivasi-belajar-dan.html. Diakses pada 17 April 2016

http://al-kirom.blogspot.co.id/2010/09/tadarus-ramadhan-dimuat-di-harian-jogja.html. Diakses pada 24 April 2016

http://visiuniversal.blogspot.co.id/2014/08/keutamaan-membaca-dan-tadarus-al-quran.html. Diakses pada 27 April 2016