kontinuitas dalam beramal
Majalah Donatur Yatim Mandiri April 2017 / Rajab - Sya’ban 1438 H
Certiicate No: 10071
ISO 9001:2008
Pemberi Beasiswa Yatim
Terbanyak 2011
Kontinuitas Dalam Beramal
Mencegah
Asma Kambuh
Pada Anak
Pindai untuk Versi
Majalah Digital
Waktu Yang Tepat
Mengajarkan Shalat
Pada Anak
MEC
Bekal Yatim
Agar Bisa Mandiri
Donatur:
146.167
Mata Hati
Nabi SAW bersabda, “Lakukanlah (amalan) menurut kemampuanmu.
Demi Allah, Dia tidak merasa bosan sehingga kamu sendiri
yang bosan. Amalan agama yang paling disukai Allah SWT
adalah yang dilakukan oleh pelakunya secara kontinu.”
(HR. Bukhari)
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
1
LAZNAS YATIM MANDIRI
SURAT PEMBACA
SK. Menteri Agama No. 185/2016
VISI
Menjadi Lembaga Terpercaya dalam Membangun
Kemandirian Yatim
facebook
yatimmandiri
MISI
1. Membangun nilai-nilai kemandirian yatim dhuafa
2. Meningkatkan pertisipasi masyarakat dan dukungan
sumberdaya untuk kemandirian yatim dan dhuafa
3. Meningkatkan Capacity Building Organisasi
Leny Fitria
Alhamdulillah semoga makin banyak masyarakat
yang tersentuh oleh program Yatim Mandiri.
Pembina H. Nur Hidayat, S.Pd, M.M
Prof. Dr. Moh. Nasih. Ak
Moch. Hasyim
Pengawas Ir. Bimo Wahyu Wardoyo
Drs. H. Abdul Rokib
Yusuf Zain, S.Pd, MM
Ketua Drs. Sumarno
Sekretaris H. Mutrofin, SE
Bendahara Zaini Faisol
Dewan Pengawas Syariah Prof. Dr. H. Imam Bawani, MA
Prof. Dr. HM. Roem Rowi, MA
Drs. Agustianto, MA
KH. Abdurahman Navis, Lc., MHI
Direktur Utama Drs. Sumarno
Direktur Operasional Zaini Faisol
Ketua STAINIM Drs. Sodikin, M.Pd
Direktur ICMBS Dr. Margono, M.Pd
Direktur MEC Mukhlis, ST
Direktur RSM M. Ulinnuha
Sekretaris Eksekutif Kindy M.U
GM Regional Office I H. Mutrofin, SE
GM Regional Office II Agus Budiarto
Penasehat Dr. Zaim Uchrowi
Ir. H. Jamil Azzaini, MM
Dr. Muhammad Nafik
Penasehat Hukum H. Mahfud, SH
HEAD OFFICE
Graha Yatim Mandiri
Jl. Raya Jambangan 135-137 Surabaya 60232
Telp. (031) 8283488 (Hunting) Fax. (031) 8291757
Website: www.yatimmandiri.org
Email: [email protected]
REDAKSI MAJALAH YATIM MANDIRI
Dewan Redaksi : Sumarno, Zaini, Mutroin
Pemimpin Umum : Zaini Faisol
Wakil Pemimpin Umum : Kindy M. U
Pemimpin Redaksi : Bambang Prianggodo
Reporter : M. Irsyad
Layout : Hilya F. dan Hevi Metalika A.
Fotografer : M. Irsyad, Sirkulasi : Bam
Diterbitkan oleh : LAZNAS Yatim Mandiri
Alamat Redaksi : Graha Yatim Mandiri,
Jl. Raya Jambangan 135-137 Surabaya
telp. (031) 8283488, fax. (031) 8291757
Email : [email protected]
ISSN : 1410-542X
Surat Donatur
Para Donatur yang budiman, bila anda ingin
memberikan masukan atau usulan terhadap
Majalah Yatim Mandiri, silahkan kirimkan melalui:
email : [email protected]
SMS Center : 0856 4844 3000
BBM : 286E4BA9
Facebook : Majalah Yatim Mandiri
2
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
Achmad Fudholy
Semoga semakin banyak rumah sehat mandirinya, bisa hadir di seluruh Indonesia..
Abdul Hadi Al Fatih
Yayasan yatim mandiri surabaya dengan
mengutamakan memandirikan anak yatim se
Indonesia dan memberdayakan anak-anak yatim
di seluruh wilayah indonesia. Semoga berkah dan
bermanfaat bagi masyarakat luas
website
www.yatimmandiri.org
Saksikan liputan berita dan tausiyah di Yatim
Mandiri TV Channel dengan subscribe di:
atau ketik: www.youtube.com/yatimmandiritv
BANK
INFAK SHODAKOH
ZAKAT
WAKAF
Mandiri
1400003117703
1420010313327
1420010313350
BCA
0101 358 363
0883 996 647
088 399 6621
BRI
009601001 968305
KEMANUSIAAN
009601001969301
Muamalat
701 0054 803
70 100 548 04
BNI Syariah
010 835 1174
02 114 97 003
Syariah Mandiri
700 1201 454
700 1241 782
Permata Syariah
0290 1445 144
BNI
2244 900 000
700 1241 782
BALIKPAPAN Jl. Pattimura RT104 No.38 B, Batu Ampar, Balikpapan, Telp. (0542) 860 609,
081 25344932. BANDUNG Jl. Rusa No.12 Buah Batu Bandung, Telp (022) 7309138, 0877 8164
3543, BANTEN Jl. Ayip Usman No.11 Cikepuh Kebaharan Serang Banten, Telp. (0254) 219375,
0812 8744 8444. BATAM Perumahan Kurnia Djaya Alam Parkit 01, No. 02 Batam Center Batam, Telp. (0778) 7413 149, 0813 7260 1112. BEKASI Jl. Laskar Perum Griya Metropolitan
Blok DI-4 Pekayon Jaya Bekasi (021) 8240 1706, 0851 0805 6400. BLITAR Jl. Bali No. 264 Blitar,
Telp. (0342) 8171727, 0851 0376 1333. BOGOR Jl. Sempur Kaler No. 02 Bogor Tengah - Kota
Bogor, Telp (0251) 8409054, 0813 3177 1830. BOJONEGORO Jl. Panglima Polim Gg. Mangga 2
Sumbang Bojonegoro, Telp. (0353) 5254809, 0857 3336 4999. DENPASAR Jl. Gunung cemara
7K Perumnas Monang Maning, Denpasar - Bali, Telp. 081 333 241 248. DEPOK Jl. Margonda
No. 23B, Pancoran Mas Kota Depok, Telp. (021) 7777785, 0821 40742135, 0852 407 421 35.
GRESIK Ruko Multi Sarana Plaza Blok B-11 Jl. Gubernur Suryo Gresik, Telp. (031) 399 0727, 0853
4774 2008, Fax. (031) 399 0727. JAKARTA Jl. Utan Kayu Raya No. 64 Matraman Jakarta Timur,
Telp. (021) 29821197, 081 316 313 700. JAKARTA BARAT Jl. C No. 41 Kebon Jeruk Jakarta Barat,
Telp. 087 77 35 333 56, (021) 2567 2565. JAKARTA SELATAN Jl. Gedung Hijau Raya SV.07 No.
74 Pondok Indah Jakarta Selatan, Telp 0812 8016 5001, 081 613 307 01. JEMBER Pandora Square
Jl. Mastrip No. 8 Ruko 8 E, Jember, Telp. 0817 9393 412, 0851 0264 0333. JOMBANG Perum Widya
Graha Permai 14B RT 31/RW 06 Jl. Pattimura Gang III Jombang, Telp. (0321) 865879, 0851 0015 0808.
KEDIRI Jl. Dr. Saharjo No. 119 Campurejo Mojoroto Kediri, Telp. (0354) 3782141, 0812 3389 7975.
DAFTAR ISI
Salam Redaksi
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
2 Profil Majalah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, serta shalawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang hamba Allah SWT
yang bila mengerjakan suatu kebaikan, beliau teguh pendirian
dalam melaksanakannya. Artinya, sekali beliau menetapkan untuk
mengerjakan kebaikan tertentu, maka kebaikan tersebut akan
menjadi suatu kebiasaan yang dikerjakannya terus-menerus.
Sehingga isteri beliau Aisyah radhiyallahu ’anha berkata,
“Bila Rasulullah melakukan suatu amal perbuatan, maka beliau
teguh pendirian. Dan bila ia tertidur sepanjang malam atau ia
sedang sakit, maka ia akan shalat (sunnah) di siang hari dua
belas rakaat.” (HR. Muslim)
Jadi, teladan kita Nabi Muhammad SAW telah memberi
contoh, betapa beliau sangat peduli untuk kontinu dalam
beramal. Beliau tidak mengenal kebiasaan beramal musiman.
Sekali bertekad untuk mengerjakan sesuatu, maka ia akan
terus mengerjakannya. Kalaupun ada halangan untuk
mengerjakannya, maka ia akan berusaha menggantinya di
waktu lain.
Nabi SAW bahkan pernah menyatakan, bahwa perbuatan
yang sedikit asal dikerjakan secara kontinu terus-menerus
lebih disukai Allah daripada perbuatan yang banyak
namun karena berat akhirnya hanya dikerjakan secara
musiman saja. Ketika musimnya sedang semangat ia akan
mengerjakannya. Namun ketika musimnya sedang lesu,
maka ia akan tinggalkan perbuatan tersebut.
Nabi SAW bersabda, “Lakukanlah amal sesuai
kesanggupan. Karena sesungguhnya Allah tidak akan
bosan sehingga engkau menjadi bosan. Dan sesungguhnya
amal yang paling Allah sukai ialah yang terus-menerus
dikerjakan walaupun sedikit.” (HR. Abu Dawud)
Itulah tema bahasan utama pada rubrik Bekal Hidup
Majalah LAZNAS Yatim Mandiri Edisi April 2017. Serta
kami juga menyajikan tema bahasan menarik di rubrikrubrik lainnya. Semoga di edisi kali ini semakin informatif,
menarik dan dapat menambah wawasan bagi para donatur.
Aamiin.
4
Bekal Hidup
14
16
8 Hikmah
9 Oase
10 Jendela
12 Catatan
13 Move On
Tausiyah
Solusi Islam
18 Smart Parenting
20 Karyaku
21 Doa
22 Kisah Islami
23 Fenomena
24
27
Dapur
25 Muslimah
26 Kinerja
Solusi Sehat
28 Pintu Rezeki
30 Silaturrahim
32
Kemandirian
34 Kabar Nusantara
38 Naik Kelas
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
KUDUS Jl. Ganesha 2 No. 4 Purwosari Kudus 59316, Telp. (0291) 2912735, 0851 0275 4279. KEPANJEN Jl. Panglima Sudirman 209 A Kepanjen, Telp. (0341)
392199, 081 3329 006 39. LAMPUNG Jl. Z A Pagar Alam No. 11 RT 04 LK.02, Rajabasa Nunyai, Rajabasa, Bandar Lampung, Telp. (0721) 5613878, 0852 7566 9977.
LAMONGAN Jl. Nangka No.3 Perum Deket Permai, Lamongan, Telp. (0322) 324025, 0821 3993 9427. LUMAJANG JL. Suwandak No. 42, Lumajang, Telp. (0334)
890300, 081 2491 424 53. MADIUN Jl. MT Haryono No. 105 Madiun, Telp. (0351) 457740, 081 332 537 501. MAKASSAR JL. Andi Tonro No.11 Kec. Tamalate,
Kota Makassar, Telp. 0813 3000 3450, 0853 9561 5116. MALANG Jl. Titan 2 BB.12 Purwantoro-Blimbing, Kota Malang, Telp. (0341) 4371011, 0857 4567 8974.
MAROS Jl. Ibrahim (HM kasim DM) NO. 19 Turikale, MAROS, Telp. (0411) 371635, 0823 4343 0681. MOJOKERTO Perum Kranggan Permai C-14 Jl. Pahlawan,
Mojokerto, Telp. (0321) 322964, 3869898, 0851 0786 9898. PALEMBANG Jl. R. Sukamto Lorong Pancasila No.73, Telp. (0711) 362598, 0852 6734 8612.
PASURUAN Perum Pondok Sejati Indah blok 8 No. 11b Pasuruan, Telp. (0343) 4742 017, 0888 0550 8832, 0852 3499 3585. PEKALONGAN Jalan Bina
Griya blok B-IV No. 191 Medono, Pekalongan, Telp (0285) 421082, 0853 2927 7285, 0822 4440 1333. PONOROGO Jl. Ir. Juanda No. 158 Tonatan Ponorogo,
Telp (0352) 488223, 0812 5951 5665. PROBOLINGGO Jl. Mawar No.50 Kota Probolinggo, Telp. (0335) 894623, 085 1036 44 849. PURWOKERTO Jl. Patriot
No. 073 RT/RW 03/03 Kel. Karangpucung Kec. Purwokerto Selatan, Telp 0281-639042, 0851 0092 6664. SEMARANG Jl. Nangka Timur No. 35 Semarang, Telp.
(024) 8416166, 0812 2715 3899, 0857 5154 3068. SIDOARJO Perum Taman Tiara Regency Blok A No. 2 Sidoarjo, Telp. (031) 9970 2587, 0851 0049 0045
Fax. (031) 8921021. SOLO Jl. Nakula no 38 Protojayan, Serengan, Surakarta, Telp. (0271) 656218, 0851 0301 2224. SRAGEN Jl. Raya Sukowati No. 514 Sragen
Wetan, Sragen, Telp. 0823 0013 4410, 0857 2597 3921, 0877 3307 4777. SURABAYA Jl. Bendul Merisi Selatan I/2A Surabaya, Telp. (031) 8494100, 0851
0098 6844. TANGERANG Jl. Cibodas Raya No. 7 Perumnas 1 Karawaci Baru Tangerang, Telp. (021) 2917 0263, 0851 0168 4004. TUBAN Jl. Soekarno - Hatta
No. 29 Tuban, Telp. (0356) 327118, 0813 3388 3360. TULUNGAGUNG. Pahlawan III No. 5A, Kedungwaru Tulungagung, Telp. (0355) 332 306, 0851 0577 0187.
YOGYAKARTA Jl. Jazuli Karangkajen MG III/892. RT/RW 043/011 Yogyakarta, Telp. (0274) 2871601, 0822 4359 0007. GRAHA YATIM MANDIRI Jl. Raya Jambangan
135-137 Surabaya, Telp. (031) 8283488, Fax. (031) 8291757. MEC Jl. Jambangan No. 70 Surabaya, Telp. (031) 8299970, 0857 4888 8170, Fax : 031-8297654. KAMPUS
STAI AN NAJAH INDONESIA MANDIRI Jl. Raya Sarirogo No. 1 Sidoarjo, Telp. (031) 99700528, 082 333 2727 04. ICMBS Jl. Raya Sarirogo No. 1 Sidoarjo. Telp.
(031) 8076436, 0822 3224 7576, 0857 0491 9337.
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
3
Bekal Hidup
Kontinuitas Dalam Beramal
“Lakukanlah amal sesuai kesanggupan. Karena sesungguhnya
Allah tidak akan bosan sehingga engkau menjadi bosan. Dan
sesungguhnya amal yang paling Allah sukai ialah yang terus-menerus
dikerjakan walaupun sedikit.”
(HR. Abu Dawud)
N
abi Muhammad SAW adalah seorang
hamba Allah SWT yang bila mengerjakan
suatu kebaikan, beliau teguh pendirian
dalam melaksanakannya. Artinya, sekali beliau
menetapkan untuk mengerjakan kebaikan tertentu,
maka kebaikan tersebut akan menjadi suatu
kebiasaan yang dikerjakannya terus-menerus.
Sehingga isteri beliau Aisyah radhiyallahu ’anha
berkata, “Bila Rasulullah melakukan suatu amal
perbuatan, maka beliau teguh pendirian. Dan bila
ia tertidur sepanjang malam atau ia sedang sakit,
maka ia akan shalat (sunnah) di siang hari dua belas
4
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
rakaat.” (HR. Muslim)
Jadi, teladan kita Nabi Muhammad SAW telah
memberi contoh, betapa beliau sangat peduli untuk
kontinu dalam beramal. Beliau tidak mengenal
kebiasaan beramal musiman.
Sekali bertekad untuk mengerjakan sesuatu,
maka ia akan terus mengerjakannya. Kalaupun ada
halangan untuk mengerjakannya, maka ia akan
berusaha menggantinya di waktu lain.
Contohnya adalah shalat malam. Bila Rasulullah
SAW ketiduran atau sakit sehingga tidak shalat
malam, maka beliau menggantinya dengan
Bekal Hidup
mengerjakan shalat sunnah di siang hari sebanyak
dua belas rakaat.
Sedikit Asal Kontinu
Nabi SAW bahkan pernah menyatakan, bahwa
perbuatan yang sedikit asal dikerjakan secara kontinu
terus-menerus lebih disukai Allah daripada perbuatan
yang banyak namun karena berat akhirnya hanya
dikerjakan secara musiman saja. Ketika musimnya
sedang semangat ia akan mengerjakannya. Namun
ketika musimnya sedang lesu, maka ia akan
tinggalkan perbuatan tersebut.
Nabi SAW bersabda, “Lakukanlah amal sesuai
kesanggupan. Karena sesungguhnya Allah tidak
akan bosan sehingga engkau menjadi bosan. Dan
sesungguhnya amal yang paling Allah sukai ialah
yang terus-menerus dikerjakan walaupun sedikit.”
(HR. Abu Dawud)
Sahabat Abdullah bin Amr bin Ash pernah ditegur
Nabi SAW karena ia ketahuan pernah shalat malam
namun kemudian semangatnya sempat memudar.
Maka Nabi SAW langsung bersabda kepadanya,
“Wahai Abdullah, janganlah kamu seperti si Fulan.
Dulu ia (rajin) shalat malam, kemudian ia tinggalkan
shalat malam.” (HR. Bukhari: 1084)
Untuk itu, marilah kita meneladani yang telah
dilakukan Rasulullah SAW. Bila sudah memilih
suatu amal shaleh atau amal ibadah sunnah
untuk dikerjakan, maka harus bertekad untuk
mengerjakannya secara kontinu, tidak angin-anginan.
Mulailah dari amal shaleh yang ringan dan pasti
sanggup kita kerjakan.
Lalu pastikan bahwa setiap hari kita kerjakan.
Jangan lupa minta kepada Allah agar hati kita
diteguhkan dalam melaksanakannya. “Ya Allah yang
membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku dalam
agamaMu.” (HR. Tirmidzi)
Jika memilih untuk setiap pagi mengeluarkan
infaq rutin walau ”hanya” Rp 2000, maka kerjakanlah.
Jika memilih untuk mengerjakan shalat dhuha, maka
biasakanlah setiap hari mengerjakannya. Jika memilih
untuk membaca Al-Quran setiap hari setengah juz,
maka kerjakanlah sebaik mungkin.
Jika memilih untuk shalat malam sepekan
tiga kali, maka usahakanlah untuk kontinu
mengerjakannya. Lebih baik lagi jika ditekadkan agar
pada akhirnya sanggup mengerjakan shalat Tahajud
setiap malam.
Amal Ketika Berhalangan
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jika seorang
hamba sakit atau sedang safar (bepergian), maka
dicatat untuknya amal perbuatan yang biasa ia
kerjakan seperti di waktu ia sehat dan tidak sedang
bepergian.” (HR. Bukhari: 2774)
Hadis diatas menyatakan bahwa orang yang
sakit atau sedang dalam perjalanan alias safar, maka
segenap kebiasaan rutinnya akan tetap dicatat
sebagai pahala di sisi Allah, walaupun ia sebenarnya
tidak mengerjakannya.
Seperti kita ketahui, bahwa penyakit seringkali
menghalangi kita dari berbuat optimal sebagaimana
saat kita sedang sehat. Begitu pula dengan orang
yang sedang dalam perjalanan. Tabiat safar seringkali
menghalangi seseorang dari sanggup mengerjakan
perbuatan rutin yang biasa ia kerjakan saat sedang
mukim di satu tempat tidak sedang safar.
Hal istimewa ini hanya berlaku bagi mereka
yang memang sudah memiliki kebiasaan beramal
shaleh atau amal ibadah sunnah yang sudah kontinu
dikerjakan. Oleh karena itu, mumpung umur masih
ada, marilah mulai membiasakan amal yang baik
secara kontinu, walaupun kecil.(*)
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
5
Bekal Hidup
Amalan Yang Disukai Allah
D
icintai Allah SWT adalah karunia yang
amat berharga dan yang didambakan oleh
semua umat. Ada hamba yang terpilih
menjadi kekasihNya, waktu yang dijadikanNya
mustajabah, sehingga doa-doa yang terpanjatkan
dikabulkan. Ada pula amalan-amalan khusus yang
bisa membuat Allah mencintai siapa pelaku amalan
tersebut. Semua itu membuktikan bahwa Allah Maha
Pencipta dan Maha Kuasa untuk melakukan apa pun
yang dikehendakiNya.
Amalan-amalan yang dicintai Allah SWT jumlahnya amat banyak. Di antara banyaknya amalan yang
dicintai Allah SWT itu, ada amalan yang paling
dicintai Allah SWT, yakni:
1. Berbakti kepada orang tua.
Surga berada di telapak kaki ibu. Ridha Allah
SWT, salah satu kuncinya juga terletak dalam
ridha orang tua kita. Siapa yang berbakti
kepada orang tua, kesuksesan hidup di dunia
dan keselamatan di akhirat adalah keniscayaan
baginya. Sebaliknya, andai durhaka, maka siksa
dunia dan azab neraka telah menunggu dengan
nyalanya yang teramat dahsyat.
Berbakti kepada orang tua menempati derajat
yang agung. Bahkan, perintahnya bergandengan
dengan larangan berlaku syirik kepada Allah
SWT. Maknanya, berbakti kepada orang tua erat
kaitannya dengan kualitas akidah seseorang.
Semakin benar iman dan taqwanya, maka ia akan
semakin berbakti kepada orang tuanya.
2. Shalat tepat waktu.
Shalat adalah tiang agama. Siapa mendirikan
shalat, maka ia mengokohkan agama. Sedangkan
6
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
mereka yang meninggalkan shalat, amalan
buruknya itu tergolong merobohkan agama.
Shalat adalah sarana untuk mengingat Allah SWT.
Ia juga merupakan waktu ketika seseorang bisa
berkomunikasi dengan sang Maha Penciptanya.
Maka, shalat disebut sebagai Mi’rajnya orang
yang beriman. Shalat sudah ditentukan syariatnya.
Tentang bagaimana menjalankannya, keutamaankeutamaan, sunnah-sunnahnya, termasuk waktu
dan aturan-aturan lain yang sifatnya pemberian.
Sehingga tidak bisa ditawar lagi.
Maka dalam hal ini, mendirikan shalat tepat
waktu menjadi salah satu amalan yang paling
dicintai Allah SWT. Bersegera dalam melakukan
seruan Allah Ta’ala ketika waktu shalat telah tiba.
3. Jihad di jalan Allah SWT.
Jihad merupakan kunci kemenangan Islam.
Inilah maqam tertinggi, tiada kemuliaan tanpa
jihad. Jihad adalah syariat dari Allah SWT untuk
mempertahankan ketinggian Islam. Dalam jihad,
ada banyak hal yang harus dikorbankan: waktu,
usia, dana, harta bahkan keluarga dan nyawa.
Jihad tidak terbatas pada mengangkat senjata di
medan perang. Jihad bisa dilakukan di banyak
bidang. Maka ada istilah jihad terhadap nafsu,
jihad menghidupi keluarga, dan lainnya.
Jihad adalah puncak amal. Ia hanya bisa dilakukan
oleh mereka yang benar imannya dan tidak
mengidap penyakit nifaq atau takut mati. Jihad
adalah jalan hidup yang semestinya dipilih oleh
mereka yang mengikrarkan Islam dan iman
kepada Allah SWT.(*)
Bekal Hidup
Perlu
Kesabaran
“Perlu kesabaran
berlipat untuk bisa bertahan
menjalani ragam tantangan
dan halangan yang pasti
dijumpai dalam memelihara
kontinuitas amal”
edikit adalah dasar dari yang banyak. Bukan
kah tetesan demi tetesan akan membentuk
sebuah aliran air yang deras. Melakukan
amal secara kontinu dan berkesinambungan ibarat
membangun benteng diri yang kokoh. Satu-persatu
batu bata yang kita susun secara bertahap dan terusmenerus pada akhirnya membentuk suatu bangunan
yang megah dan kokoh.
Begitu juga segenap amal ibadah, amal shaleh,
dan seluruh perbuatan baik yang kita tekuni terusmenerus akan membentuk keistiqamahan dalam jiwa
kita sehingga benteng keimanan kita akan kokoh.
Beramal sedikit demi sedikit tetapi secara terusmenerus juga ibarat menanam benih pohon, memupuk dan menyiramnya dengan air secara berkala,
sehingga ia tumbuh segar dan tak layu. Begitu juga
melakukan amal ibadah sedikit demi sedikit tetapi
terus-menerus ibarat memupuk dan menyirami
pohon iman kita. Pohonnya adalah jiwa sendiri, pupuknya dan airnya adalah amal ibadah dan keimanan.
Beramal sedikit demi sedikit tapi melanggengkannya dan melakukan secara kontinu memang sulit.
Perlu pengorbanan, perlu kekuatan mujahadah
(kesungguhan) melawan keinginan yang bisa mematahkan kontinuitas amal. Perlu kepasrahan dan ketundukan penuh pada Allah, untuk meraih suplai energi
yang mampu mengalahkan rasa sombong dan ujub.
Perlu kesabaran berlipat untuk bisa bertahan
menjalani ragam tantangan dan halangan yang pasti
dijumpai dalam memelihara kontinuitas amal. Tapi,
itulah harga yang mesti dibayar untuk kenikmatan
surga di akhirat.
Seseorang yang tergesa-gesa dan tak sabar ingin
melakukan apa saja dengan sekali jadi dan melaku-
S
kannya melebihi batas kemampuannya, maka kelak
ia akan terkalahkan, capek dan merasa bosan, akan
terputus dari apa yang dilakukannya, melemah, lalu
ia akan meninggalkan apa yang ingin dilakukannya
tersebut.
Alangkah indahnya ia melakukannya sedikit demi
sedikit, dan setahap demi setahap sesuai dengan
perancanaan yang matang, pasti akan melalui fasefase itu dengan tenang. Dan pengalaman membuktikan bahwa seseorang yang melakukan pekerjaan
secara bertahap jauh lebih produktif daripada
melakukannya sekaligus.
Amal ibadah yang kita laksanakan walau sedikit
tapi kontinu merupakan indikasi yang menunjukkan
adanya keikhlasan dalam diri, dimana tetap memelihara amal-amal dalam setiap kondisi baik kondisi
dalam kelapangan atau kondisi-kondisi sulit. Berbeda
dengan orang yang melakukan amalan hanya bersifat
temporal, sewaktu-waktu, sesuai keadaan dan tidak
kontinu menunujukkan tanda keihlasan yang belum
sempurna. Sebab umumnya, amalan yang dilakukannya lebih dimotivasi oleh kondisi lahir dan urusan
dunia.
Beramal secara rutin sangatlah penting, karena
setan akan merasa putus asa mengoda dan kemudian meninggalkan kita. Karena orang yang rutin
beramal itu menunjukkan adanya keikhlasan dalam
hatinya. Dan setan sendiri yang menyatakan bahwa
ia tidak memiliki kekuasaan menggoda terhadap
hamba-hamba yang mukhlis. “(Iblis) menjawab, ‘Demi
kemulian-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis”
(QS. Shad : 82-83).(*)
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
7
Hikmah
Sedikit Tapi Sulit
Oleh: Ma’mun Afani, M. Ud
Dosen UNIDA Gontor
A
da kisah mashur bagaimana seorang ahli
ibadah digoda oleh pelacur yang menyukainya. Ahli ibadah ini selalu ke masjid sebelum
orang lain datang. Tapi kemudian pelacur itu mengutus
seorang pembantu agar mengundang ahli ibadah ke
rumah untuk sebuah kesaksian.
Ahli ibadah tidak mengira sesuatu yang macam-macam, sampai kemudian masuki rumah, pintu langsung
ditutup oleh sang pelacur, tertinggal berdua. Pelacur ini
cantik, tubuhnya benar-benar memikat, hingga siapa
pun yang memandang tidak bisa mengelak. Pakaiannya menantang, dan ditangannya ada arak, anehnya di
dekatnya juga ada bayi.
“Aku mengundangmu bukan untuk kesaksian,
tapi aku ingin bercinta denganmu, atau minum arak
bersamaku meski satu teguk, atau membunuh anak ini,”
pelacur menunjuk bayi di samping kakinya. “Bagaimana jika aku menolak?” “Aku akan berteriak dan semua
orang akan masuki rumahku,” pelacur itu menantang.
Ahli ibadah sontak terkejut. Baginya pilihan hanya
ada tiga, bukan menolak. Ahli ibadah memilih meminum segelas arak yang menurutnya teringan di antara
dua pilihan lainnya. Ia tidak pernah berpikir minuman
keras adalah pangkal kejahatan. Ketika diminum, ia
langsung mabuk, pelacur itu tanpa sadar ditiduri, sekaligus membunuh bayi.
Ahli ibadah tak menyadari godaan yang akan ia
terima, apalagi membayangkan ujungnya. Tapi sekuatkuat ibadahnya, sudah tentu juga kuat godaan setan
yang mendera. Jelas, godaan itu datangnya dari setan,
meski dipatik oleh pelacur cantik. Dalam Al-Quran
telah dijelaskan bagaimana setan berjanji untuk terus
menguji manusia.
‘Aku pasti akan mengambil bagian tertentu dari
hamba-hamba-Mu, dan pasti akan Ku sesatkan mereka,
dan akan Ku bangkitkan angan-angan kosong pada
mereka...” (QS. an-Nissa’: 118-119)
Bahkan Allah SWT dalam Al-Quran juga terus akan
menguji manusia, “Apakah manusia mengira bahwa
mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami
telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh,
Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka
8
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan
pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. AlAnkabut: 2-3)
Efeknya, iman dan ibadah manusia bisa naik
turun. Kemarin beribadah shalat sunnah rawatib tidak
tertinggal, ada godaan untuk kumpul bersama kawan
lama, tiba-tiba shalat wajib menjadi tidak tepat waktu.
Sehingga yang paling berat pada akhirnya adalah terus
istiqamah dalam keimanan.
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: ‘Tuhan
Kami adalah Allah,’ kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun
kepada mereka (dengan berkata): ‘Janganlah kamu
merasa takut, dan janganlah kamu bersedih hati, dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang
telah dijanjikan kepadamu’.” (QS. Fushshilat: 30)
“Meneguhkan” dalam ayat di atas disebutkan
dengan kata istiqamah, yang artinya terus-menerus,
berkelanjutan, tidak goyah. Bahkan dalam kamus bahasa Indonesia, teguh berarti tetap tidak berubah iman,
pendirian, dan kesetiaan. Hasil dari istiqamah adalah
surga yang telah dijanjikan. Artinya ada pahala sangat
besar bagi orang yang istiqamah dalam keimanan.
Tentu saja mendirikan ibadah yang wajib
berkualitas, dan sunnah yang berlimpah secara
istiqamah tidaklah mudah. Seperti terus menerus puasa,
sekaligus membaca Quran sepuluh lembar perhari,
shalat tahajud sekian rakaat, shalat dhuha sekian
rakaat, tidak banyak yang mampu melaksanakan ini
bersamaan. Oleh sebab itu anjurannya adalah, ”Amalan
yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan
yang terus-menerus walaupun itu sedikit” (HR. Muslim)
Dengan kata lain, paling tidak kita memulai dari hal
yang sedikit (kecil) namun istiqamah. Seperti berkata
yang baik, atau jika belum bisa diam. Yang dipelajari
adalah istiqamahnya. Ketika sudah mampu, naik kelas
dengan mengamalkan yang lain, yaitu memperlakukan muslim yang lain seperti engkau memperlakukan
dirimu sendiri. Mampu istiqamah dalam satu amal, naik
kelas lagi, dan seterusnya.
Salah satu cara untuk istiqamah selain dengan
memulai hal yang mudah adalah memilih ibadah
sunnah yang kita sukai. Cara yang lain adalah, temukan teman yang bisa menjadi pengingat. Dan beramal
bersama-sama seringkali lebih semangat dibanding
beramal sendirian.(*)
Oase
Beramal Terus Menerus,
Walau Itu Kecil
Drs. Usman Daud, M.A
Konsultan Hukum Islam dan keluarga
iti Aisyah meriwayatkan dari Nabi Muhammad
SAW, bahwa ketika Nabi SAW masuk ke
tempatnya dan di sisinya ada seorang
perempuan dari Bani Asad. Lalu, Nabi SAW bertanya,
“Siapakah ini?“ Aisyah menjawab, “Si Fulanah (ia
tidak pernah tidur malam), ia menceritakan shalatnya.
Nabi SAW bersabda, “Lakukanlah (amalan) menurut
kemampuanmu. Demi Allah, Dia tidak merasa bosan
sehingga kamu sendiri yang bosan. Amalan agama
yang paling disukai Allah SWT adalah yang dilakukan
oleh pelakunya secara kontinu.’’ (HR. Bukhari)
Dalam hadis di atas, Rasulullah SAW mengingatkan amalan paling baik dan disukai Allah SWT adalah
amalan yang dilakukan secara kontinu. Bukan amalan
yang besar atau yang kecil. Amalan kecil, bila kontinu
lebih baik daripada amalan besar namun dilakukan
hanya sekali. Amalan kecil dilakukan secara terus-menerus maka dalam pandangan Allah SWT amalan itu
menjadi besar. Sebaliknya, kesalahan (maksiat) yang
kecil dilakukan secara terus-menerus, lambat laun
menjadi besar sehingga menumpuklah dosa kita.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa kecil
apabila dilakukan secara terus-menerus.” Artinya dosa
kecil yang kontinu akan menjadi dosa besar. Karena
itu, melakukan shalat Dhuha dua rakaat setiap pagi
lebih baik daripada 12 rakaat cuma sekali. Menunaikan
Tahajud dua rakaat setiap malam lebih baik daripada
13 rakaat beserta witirnya namun cuma sekali.
Begitu pun membaca Al-Quran satu ayat setiap
hari lebih baik daripada membaca beberapa ayat tapi
cuma sekali (hal ini biasanya dilakukan hanya di bulan
Ramadhan). Bersedekah Rp 1.000 setiap hari lebih baik
dibandingkan bersedekah Rp 100 Ribu tetapi hanya
S
sekali. Rasulullah SAW tidak menekankan jumlah
rakaat, berapa ayat, dan berapa rupiah melainkan
kontinuitas beramal yang baginda inginkan.
Dalam beribadah, Rasulullah SAW mengajarkan
kepada umatnya agar melakukannya sekuat tenaga
dan semampu kita. Dalam hal ini Allah SWT berirman,
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah:286)
Dan Nabi SAW bersabda, “Kerjakan amal perbuatan sekuat tenagamu, Allah tidak jemu menerima dan
memberi sehingga kamu jemu beramal, dan shalat
yang disukai adalah yang dikerjakan terus-menerus
meskipun sedikit.’’ (HR Bukhari-Muslim).
Untuk menjalankan suatu amalan, harus didasari
kesabaran dan keyakinan. Tanpa hal tersebut, sulit untuk membiasakan amalan (ibadah). Sebab kesabaran
dan keyakinan melahirkan semangat sehingga dalam
keadaan apapun kita terus beribadah.
Perlu disadari, bahwa kita selalu menanggapi
sesuatu yang ‘kecil’ sebagai sesuatu yang remeh
dan tidak mendatangkan kesan apa-apa jika
melakukannya, baik ia berupa kebaikan atau
keburukan. Mungkin kita banyak yang lupa bahwa
tidak ada satu pun yang besar, kecuali diawali oleh
sesuatu yang kecil.
Sejauh manapun pengembaraan, ia pasti bermula
dengan langkahan pertama. Seluas manapun lautan,
ia berasal dari titik-titik air. Semegah dan setinggi
manapun sebuah gunung, ia pasti berasal dari batuan-batuan kecil. Akan seperti itulah seterusnya, yang
dibutuhkan dari kita adalah nilai-nilai keikhlasan ketika
kita melakukannya, dengan begitu akan terhindar
dari keruntuhan amal karena niat yang tidak sepadan.
Wallahu a’lam.(*)
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
9
Jendela
Mandiri Entrepreneur Center (MEC)
Bekal Yatim
Agar Bisa Mandiri
Nama lengkapnya Dwi Apridona Putri Kenanga.
Ia merupakan peserta didik MEC (Mandiri
Entrepreneur Center) Jurusan Akuntansi yang
berasal dari Kabupaten Lumajang. Gadis ramah
dan pemalu ini, lahir di Probolinggo pada 2 April
1997. Biasanya oleh teman-temannya, ia lebih
akrab disapa Kenanga.
10
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
Jendela
D
i MEC, khususnya bidang akademik,
Kenanga adalah salah satu peserta didik
terbaik. Bahkan dibidang entrepreneur
pun, ia juga memiliki prestasi yang luar biasa. Karena
Kenanga mengaku sangat menyukai entrepreneur
yang diajarkan di MEC.
Seperti yang diungkapkanya, bahwa ia mulai jatuh
hati dengan entrepreneur disaat pertama kali masuk
MEC. Padahal awalnya, ia menganggap entrepreneur
adalah aktivitas yang melelahkan. Namun, karena
sebuah tuntutan yang harus dilakukan setiap peserta
didik MEC, akhirnya ia pun melakukannya. “Harus
jalan kaki dari Jambangan hingga ke Perum Gunung
Sari, hanya untuk menjual krupuk dan sari kedelai,”
katanya.
Tetapi lambat laun kegiatan ini malah
membuatnya senang. Bahkan dengan penuh
semangat dan motivasi yang tinggi, Kenanga
melakukan kegiatan entrepreneur tersebut. Baginya,
melakukan entreperenur bukan untuk sekedar
memperoleh uang saku guna memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Tetapi juga untuk menambah uang
tabungannya.
Oleh karena itu, ia mempunyai komitmen bahwa
semua dagangannya harus laku terjual. “Belum
laku ya belum kembali ke asrama,” tegas gadis
penggemar makanan manis ini.
Tak heran, usaha keras dan kegigihannya
membuahkan hasil. Saat ini Kenanga memiliki
tabungan sebesar Rp 2.260.000,- hasil dari
entrepreneur. Jumlah tersebut merupakan salah satu
yang terbanyak diantara para peserta didik MEC.
Hal inilah yang menjadi komitmen Kampus MEC.
Dengan visi “Pelopor diklat dalam memandirikan
generasi bangsa yang berbasis entreprenuer center
dan nilai-nilai keislaman”, MEC berusaha membina
dan memberikan keterampilan kepada anak yatim
dhuafa lulusan SMA/SMK sederjat. Sehingga mereka
mampu menjadi insan mandiri.
Tidak hanya mengacu pada entrepreneurship.
MEC juga memberikan kesempatan bagi peserta
didiknya untuk berkarir sesuai dengan profesi yang
diinginkan. Saat ini Kampus MEC memiliki 6 jurusan,
yakni Akuntansi, Desain Grais, Teknisi Komputer dan
Jaringan, Managemen Zakat, Kuliner, dan Otomotif.
Kemudian ditambah dengan pendidikan dasar
agama, aqidah akhlaq dan entrepreneur.
Dengan begitu, diharapkan lulusan Mandiri
Entrepreneur Center mampu menjadi sumber daya
manusia yang handal dan profesional, serta memiliki
akhlak yang baik.(*)
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
11
Catatan
Semangat Bekerja
dan Berusaha
Oleh: H. Mutroin, SE
Sekretaris Pengurus LAZNAS Yatim Mandiri
etiap umat Islam, menjaga semangat dalam
bekerja dan berusaha, merupakan anjuran
Rasulullah SAW yang harus terus dijaga dan
dipupuk. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda,
“Tiada makanan yang baik bagi Anak Adam kecuali
yang ia dapat dari tangannya sendiri. Sungguh, Nabi
Daud AS makan dari hasil tangannya sendiri.” (HR.
Imam Bukhari)
Islam sebagai agama Allah yang sempurna memberikan petunjuk kepada manusia tentang bidang
usaha yang halal dan cara berusaha. Keagungan
Islam tidak hanya memerintahkan manusia bekerja
untuk kepentingan individual secara halal, namun
juga mengajarkan cara manusia berhubungan baik
dengan sesama bagi kepentingan dan keuntungan
kehidupan mereka di bumi ini.
Sebagai umat Islam, menjaga semangat dalam
bekerja menjadi sebuah keharusan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Karena itu, Islam benar-benar mengajarkan umatnya untuk bekerja keras,
mandiri dan tidak pantang menyerah.
Setidaknya terdapat beberapa dalam kandungan
Al-Quran maupun Hadis yang dapat menjadi rujukan
pesan tentang semangat kerja keras dan kemandirian ini. Rasulullah bersabda, “Amal yang paling baik
adalah pekerjaan yang dilakukan dengan cucuran
keringatnya sendiri.” (HR. Abu Dawud)
“Kami telah menjadikan untukmu semua didalam
bumi sebagai lapangan mengusahakan kehidupan
(bekerja) tetapi sedikit sekali diantara kamu yang
bersyukur.” (QS. Al-A’raf: 10)
Islam memandang, bahwa bekerja merupakan
satu kewajiban bagi setiap insan. Karena dengan
bekerja, seseorang akan memperoleh penghasilan
yang dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan
juga keluarganya, serta dapat memberikan maslahat
S
12
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
bagi masyarakat di sekitarnya.
Dalam sebuah hadis disebutkan, “Dari Anas r.a.
berkata, Nabi SAW bersabda, ”Bukan orang yang
baik diantara kamu, orang yang meninggalkan
kepentingan dunia untuk mengejar akhiratnya,
atau meninggalkan akhirat karena mengejar dunia,
sehingga dapat mencapai keduanya, karena dunia
bekal untuk akhirat, dan kamu jangan menyandarkan
diri pada belas kasihan orang.”
Menurut Isa Abduh dan Ahmad Ismail Yahya
dalam al-Amal i al-Isl’m, Islam adalah agama yang
menekankan amal atau bekerja. Sebab, amal atau
bekerja merupakan salah satu cara praktis untuk
mencari mata pencarian yang diperbolehkan Allah
SWT.
Bekerja dalam Islam merupakan kewajiban bagi
setiap individu atau kelompok. Konsep amal dalam Islam sangat luas dan tidak hanya menyangkut
soal bisnis atau dagang. Amal adalah setiap pekerjaan yang dilakukan manusia yang pantas untuk
mendapatkan imbalan (upah), baik berupa kegiatan
badan, akal, indra, maupun seni.
Dalam sebuah kitab dijelaskan, orang yang
dengan ikhlas bekerja keras, Allah SWT akan
memberikan beberapa ganjaran. Yakni pertama, akan
diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT. Kedua,
dihapuskan dosa-dosa tertentu yang tidak dapat
dihapuskan dengan shalat, puasa dan shadaqah.
Ketiga, mendapatkan cinta Allah SWT. Keempat,
terhindar dari azab neraka. Dan kelima, bekerja
mencari nafkah digolongkan dalam i sabililah.
Maka dari itu, kita patut terus menjaga semangat
bekerja keras dengan keringat kita sendiri. Dengan
begitu, kita Insya Allah termasuk ke dalam golongan
yang selamat dunia dan akhirat. Amiin.(*)
Move On
Logika Rezeki
Oleh: Jamil Azzaini
Penasehat Yatim Mandiri
B
anyak orang sibuk mengejar-ngejar rezeki,
namun tak kunjung cukup, bahkan sebagian
penghasilannya habis hanya untuk konsumsi
harian dan angsuran. Sementara ada orang yang terlihat kerjanya biasa saja, bisnisnya juga tidak terlalu
besar, tetapi rezeki datang begitu berlimpah. Apa
rahasianya?
Pertama, perlu disadari bahwa rezeki itu datang
dari Sang Pemilik Rezeki, Allah SWT. Tentu terserah
kepadaNya, siapa yang hendak diberi berlimpah.
Orang atheis, sering berbuat dosa dan kesalahanpun ada yang diberi rezeki dalam bentuk harta yang
sangat berlimpah.
Dalam pandangan agama yang saya anut, ini
namanya istidraj (mengulur-ngulur). Pebisnis yang
merusak lingkungan tapi dapat keuntungan berlimpah, itu namanya istidraj.
Pebisnis barang haram, produk yang merusak dan
bisnis lain yang membahayakan, namun mendapat
keuntungan yang berlipat-lipat juga istidraj. Suatu
saat, harta yang diperolehnya akan merusak
dirinya, keturunan dan keluarganya. Dan yang pasti,
mencelakakannya dalam kehidupan setelah dunia
(akherat).
Kedua, rezeki datang kepada siapapun yang lebih
rajin, cerdas dan kreatif, tanpa pandang agama atau
ketaatan kepada Sang Pemilik Rezeki. Orang yang
berkarir, karirnya cepat naik bila kinerjanya selalu
jempolan. Penghasilanpun terus meningkat.
Para pebisnis untungnya juga terus bertambah,
karena mereka memiliki kelebihan dan keunikan
dibandingkan yang lain. Dia cara bisnisnya di atas
rata-rata, maka keuntungannya pun di atas yang lain.
Ketiga, rezeki datang karena kita berusaha semakin mencintai Sang Pemilik Rezeki. Rezeki model ini
datang tanpa diduga, berlimpah dan terkadang tidak
sesuai logika manusia.
Apabila Sang Maha Kaya sudah mencintai hambaNya, maka Dia akan mendatangkan keberkahan
rezeki yang diterima sang hamba. Berbagai kebaikan
akan muncul dari sang hamba.
Mari berlomba menjadi yang kedua dan ketiga.
Mau?
Salam Sukses Mulia
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
13
Tausiyah
Ketika
Setan
Berpesta
Oleh: Ustad Muhammad Ariin Ilham
14
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
Tausiyah
mam Ghazali mengajak kita untuk mengenali sejumlah
keadaan yang membuat setan “berpesta pora”, karena
keberhasilannya menggoda manusia. Pertama, terjadinya
perceraian rumah tangga. Iblis sebagai pimpinan para setan
selalu memuji semua keberhasilan dan jerih payah anak
buahnya. Tetapi iblis jauh lebih senang dan berupaya akan
membanggakan kelompok setan yang berhasil menceraikan
suami istri. (QS. Al-Baqarah: 102).
Kedua, durhaka kepada orang tua. Kelompok-kelompok
setan akan selalu berupaya agar manusia tidak hormat kepada
orang tuanya. Bahkan berharap supaya manusia tidak mau
peduli dan tidak mau memperhatikan keadaan kedua orang
tuanya.
Jika kemudian mendapati manusia benar-benar sudah
pada titik menyakiti dan durhaka kepada orang tuanya, maka
bisa dipastikan setan benar-benar sedang mengibarkan panji
kemenangannya. Mereka la’natullah ‘alaihim akan saling
mengucap selamat dengan riang.
Ketiga, perkelahian sampai membunuh atau terbunuh.
“Pembunuh dan yang dibunuh sama-sama di neraka.” (HR.
Mutafaq alaihi). Jika seorang hamba yang beriman mudah dan
pada akhirnya terjerembab dalam kawah panas api neraka,
maka saat-saat itu terkirimlah hidangan pesta bagi kelompok
setan. Hal yang tentu saja penting buat kita adalah jangan
mau kita diajak berkelahi apalagi sampai membunuh.
Keempat, pecandu khamar dan yang sejenis seperti halnya
juga narkoba. Orang yang banyak mengonsumsi khamar dan
narkoba, berarti sedang dalam keadaan super lalai kepada
Allah. Dan tepatlah jika disebut bahwa orang yang mencandu
khamar sedang diajak dalam sebuah pesta setan yang
langsung diaransemeni iblis.
Kelima, tenggelam dalam dosa zina dan merasa nyaman
dengan aktivitas faahisyah ini (QS al-Isra’: 32). Orang yang
berzina takluk dengan hawa nafsu. Filter keimanannya jebol
dan tidak bisa mengontrol. Karena itulah setan sangat mudah
masuk dan berpesta.
Keenam, ketagihan duit haram, seperti menipu, mencuri,
merampok, mengorupsi, dan bermain riba. Berikutnya,
“Attakabburru bil hasadi wal intiqoomi,” angkuh dan sangat
sombong bahkan dibarengi dengan sifat dengki, pemarah,
dan dendam (QS. Luqman:18).
Ilustrasinya sangat jelas, karena semua sifat ini adalah yang
melekat pada diri setan. Berarti ketika manusia juga mempraktikkan sifat setan ini, mereka bersama sedang berpesta pora.
Ihwal lain pesta setan adalah ketika manusia ada yang
ingin menjadi dukun dan mengamini apa yang diucapkan
dukun. Diriwayatkan oleh al-Bazzar dari ‘Imron bin Hushoin,
“Bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang mendatangi
tukang ramal atau membenarkan ucapannya, atau siapa saja
yang melakukan perbuatan sihir atau membenarkannya.”
Terakhir, puncak kegembiraan setan dengan tingkat pesta
yang luar biasa adalah manusia mati dalam keadaan maksiat,
bahkan mati dalam kair. “Sesungguhnya orang-orang kair
dan mereka mati dalam keadaan kair, mereka dilaknat Allah,
para malaikat dan manusia seluruhnya.” (QS. Al-Baqarah:161).
Ya Allah, lindungi kami dari nafsu maksiat dan godaan setan
yang terkutuk.(*)
I
“
Sesungguhnya
orang-orang kair
dan mereka mati
dalam keadaan
kair, mereka
dilaknat Allah,
para malaikat
dan manusia
seluruhnya.
(QS. Al-Baqarah:161)
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
”
15
Solusi Islam
Waktu Yang Tepat
Mengajarkan Shalat
Pada Anak
Assalammualaikum Wr. Wb.
Ustad Abdurrahman Navis yang saya hormati.
Alhamdulillah saya oleh Allah diberikan dua buah
hati, laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki
saya sudah berusia 7 tahun dan yang perempuan
sudah berusia 4 tahun. Saya ingin mereka segera
belajar shalat. Tetapi setiap diajak mereka selalu
menolak.
Pertanyaan yang ingin saya ajukan :
1. Kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan
shalat kepada anak-anak?
2. Apakah harus menunggu hingga usia
mendekati akhil baligh ?
3. Bagaimana metode yang cocok bagi anakanak agar mereka bisa belajar shalat dan
mempraktekkannya ?
Demikian, atas jawaban dan bimbingan ustadz
Abdurrahman Navis, saya mengucapkan terima
kasih.
Arif Prihananto,
Bandung
16
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
KH. Abdurrahman Navis, Lc, MHI
Ketua Bidang Fatwa MUI Jawa Timur
Jawaban:
Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarkatuh
Pak Arif Prihananto yang saya hormati.
Anak adalah investasi dunia akhirat yang
harus diperhatikan oleh orang tua dari semua
hal, baik kesehatan, pendidikan pakaian dan
agama, terutama membiasakan shalat. Karena
itu yang menjadi harapan orang tua ketika
meninggal dunia adalah punya anak shaleh
yang mendoakan orang tua.
Solusi Islam
Lalu sejak kapan anak disuruh shalat apa nunggu
aqil baligh? Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam
pernah bersabda, “Perintahlah anak-anakmu agar
mendirikan shalat tatkala mereka telah berumur tujuh
tahun, dan pukullah karenanya tatkala mereka telah
berumur sepuluh tahun.” (HR. Abu Dawud dan AlHakim)
Jadi, bahwa Rasulullah Sholallahu Alaihi
Wassalam dengan tegas telah mensyariatkan agar
pendidikan shalat dimulai sejak usia dini, yaitu
sebelum mereka mencapai usia baligh. Bahkan
ketika anak-anak berusia tujuh tahun, mereka telah
diperintahkan untuk menjalankan shalat jadi tidak
nunggu akil baligh.
Cara Mengajarkan Shalat
Tidak mudah mengajarkan anak-anak untuk mulai
bisa menjalankan shalat. Ini memerlukan berbagai
persiapan, seperti bagaimana cara berwudhu,
mengajari mereka tentang rukun-rukun shalat, halhal yang diwajibkan, disunahkan, serta hal-hal yang
membatalkannya. Berikut ini adalah beberapa cara
mengajarkan anak-anak untuk shalat, yaitu:
1. Orang tua harus menjadi contoh kedisiplinan
dalam menjalankan shalat.
Cara mengajari anak shalat adalah orang tua harus
menjadi contoh agar anak mengikuti apa yang
dilakukan orang tuanya. Jadi, untuk mengajarkan
shalat sejak dini pada anak-anak kita, maka yang
harus dilakukan orang tua adalah mereka harus
bisa menjadi contoh atau tauladan yang baik
bagi anak-anaknya. Yaitu dengan tetap konsisten
menjaga kedisiplinan dalam menjalankan shalat.
2. Orang tua harus menanamkan tentang arti
pentingnya shalat dalam kehidupannya.
Sejak usia anak-anak, seseorang harus ditanamkan
tentang arti pentingnya shalat bagi kehidupannya,
di mana shalat merupakan salah satu kewajiban
bagi manusia. Shalat merupakan penghubung
antara manusia dengan penciptanya, yaitu Allah
SWT. Ketika manusia lalai dalam melakukan
kewajiban tersebut, maka sudah pasti Allah SWT
akan menenggelamkan orang tersebut dalan
adzab di akhirat kelak. Akan tetapi jika manusia
konsisten dalam menjalankan kewajiban tersebut,
maka Allah SWT akan membalasnya dengan surga.
3. Juga memberikan hukuman bagi anak ketika ia
lalai melaksanakan shalat.
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda,
“Perintahlah anak-anakmu agar mendirikan shalat
tatkala mereka telah berumur tujuh tahun, dan
pukullah karenanya tatkala mereka telah berumur
sepuluh tahun.” (HR. Abu Dawud dan Al- Hakim)
Hadist di atas menjelaskan bahwa ketika anakanak telah mencapai usia tujuh tahun, maka orang
tua harus memerintahkannya untuk melaksanakan
shalat, dan apabila pada usia sepuluh tahun anakanak tidak mau melaksanakan kewajiban tersebut,
maka orang tua harus memukulnya sebagai
bentuk hukuman atas kelalaian mereka itu.
Mengapa harus pada umur-umur tersebut? Karena
pada umur tujuh tahun, kemampuan akalnya
mulai berkembang secara bertahap, sehingga
pada usia itu anak-anak harus mulai diperintahkan
untuk melaksanakan salah satu kewajiban sebagai
seorang muslim, yaitu shalat.
Sedangkan ketika anak-anak telah berusia sepuluh
tahun, perkembangan akalnya telah mencapi
tahap kesempurnaan. Di usia tersebut, mereka
sudah mampu membedakan antara hal-hal
yang bermanfaat dan hal-hal yang mengandung
bahaya. Hal inilah yang diperlukan untuk
memahamai arti pentingnya dari shalat. Di mana
shalat merupakan sarana penghubung di antara
makhluk dan penciptaNya, menjalankan shalat
akan membawa seseorang untuk lebih dekat
dengan surga, sedangkan meninggalkannya akan
membuat seseorang tertimpa adzab di akhirat
kelak.
Oleh karena itu ketika anak-anak mencapai usia
tersebut maka ia diwajibkan untuk melaksanakan
shalat, dan apabila mereka lalai dengan
kewajiban tersebut, maka orang tua harus
memperingatkannya dengan memberikan mereka
hukuman.
Hukuman yang diberikan orang tua kepada
anaknya tidak boleh dilakukan dengan semenamena dan sembarangan yang nantinya justru
dapat membuat anak-anak tersebut cidera atau
terluka. Selain itu, orang tua juga tidak boleh
memukul bagian wajah, baik itu mulut, hidung,
serta bagian wajah lainnya.
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda,
“Pukullah mereka dengan pukulan yang tidak
keras (tidak membikin patah tulang, atau luka,
atau mengeluarkan darah, atau meninggalkan
bekas).”
4. Mengajak anak-anak untuk shalat berjamaah di
Masjid.
Langkah selanjutnya dalam cara mengajarkan
anak shalat adalah dengan mengajaknya
melaksanakan shalat berjama’ah di Masjid. Hal ini
memiliki beberapa tujuan, seperti mengajari anakanak untuk bisa membaur dengan masyarakat,
terutama dengan sesama kaum muslimin. Selain
itu anak-anak juga bisa mengenal ulama maupun
ustad dilingkungannya.
Wallahu a’lam bisshawab.(*)
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
17
Smart Parenting
Mengajari Anak Menjadi Diri Sendiri
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
(QS. Ali Imran: 14)
A
nak adalah salah satu karunia besar
yang Allah titipkan sebagai rezeki pada
kita. Tentu, tidak semua orang beruntung dapat menjadi orang tua. Namun, di balik
itu, ada hal yang lebih penting dari memiliki
seorang anak, yaitu dapatkah kita menjadi orang
tua yang amanah. Dapatkah kita membesarkan,
menjaga, dan mendidik amanah itu agar tumbuh
berkembang menjadi kebanggaan bagi dirinya
sendiri dan keluarganya, baik di dunia maupun
akhirat.
Allah SWT berirman, “Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di
sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
(QS. Ali Imran: 14)
18
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
Agar dapat mencapai keindahan ini, kita
harus dapat mengembangkan kepribadian anak
ke arah positif, mendukung terciptanya akhlak
yang mulia, dan memberikan pendidikan yang
memadai.
Salah satu yang kita patut perhatikan adalah
mengajarkan anak cara menjadi diri sendiri
dengan tujuan membuat mereka percaya akan
kemampuan diri dan berkembang menuju
prestasi gemilang yang membanggakan. Berikut
ini beberapa cara mengajarkan anak agar menjadi diri sendiri:
1.
Bantu anak menemukan aktivitas yang
membuat mereka nyaman dan senang.
Kecerdasan anak berbeda-beda, ada yang
berbakat dalam bidang kinestetik, musik,
matematis, bahasa, hingga bakat dalam
menjalin hubungan sosial. Dengan kecer-
Smart Parenting
2.
3.
4.
dasan berbeda, minat anak juga akan beragam.
Sejak dini, kebanyakan dari kita sudah
mengenalkan anak pada banyak aktivitas, seperti
menari, membaca, olahraga, atau bermain peran.
Dari situ, kenalilah kecenderungan bakat anak.
Selanjutnya, tugas orang tua adalah membantu
anak menggali bakatnya lebih dalam dan tidak
memaksakan sesuatu yang tidak mereka sukai
hanya karena kita suka.
Tumbuhkan rasa percaya diri anak dengan
pujian.
Berikan pujian saat ia berani melakukan sesuatu
yang baik. Di saat dewasa, kita masih kerap
membandingkan apa yang kita miliki dengan
orang lain. Begitupun yang terjadi pada anak,
apalagi pergaulan mereka yang masih diwarnai
oleh celoteh saling pamer dan unjuk kebolehan.
Cara lain dalam mengajarkan anak cara menjadi
diri sendiri adalah dengan meyakinkan mereka
bahwa mereka memiliki keunikan masingmasing yang tidak boleh dianggap sepele.
Misalnya, ketika anak berhasil menggambar
atau mewarnai satu pola secara penuh beri
penghargaan dengan mengatakan, “Wah, anak
Ummi pintar sekali menggambarnya, sudah
besar punya cita-cita melukis, ya?”
Biarkan anak melakukan sesuatu secara mandiri.
Anak-anak memiliki sifat ingin dipercaya dan
dianggap mampu melakukan tugas tertentu.
Namun, terkadang sebagai orang tua kita kerap
khawatir dan selalu ingin mendampingi anak
dalam tugasnya. Malahan, kita juga sering kali
melarang anak melakukan banyak hal karena
pelbagai alasan. Coba mengajarkan anak cara
menjadi diri sendiri dengan membiarkan mereka
melakukan banyak hal secara mandiri. Hal ini
juga dapat membantu orang tua menemukan
apa bakat dan kemampuan yang anak kuasai.
Misalnya, tidur sendiri, meminta maaf lebih dulu,
atau membuat susu sendiri.
Jangan membandingkan dan mencela
kekurangannya.
Jika anak dianggap kurang berhasil atau
berprestasi dalam satu hal, coba jangan
langsung menilai mereka gagal dengan
memarahi atau memprotes, apalagi
membandingkan dengan anak lain. Dengan
cara ini, anak akan mencari-cari kekurangan
dan minder, lalu selalu merasa orang lain lebih
baik dari dirinya. Daripada memarahi, lebih baik
ajak anak mengevaluasi apa yang me
Certiicate No: 10071
ISO 9001:2008
Pemberi Beasiswa Yatim
Terbanyak 2011
Kontinuitas Dalam Beramal
Mencegah
Asma Kambuh
Pada Anak
Pindai untuk Versi
Majalah Digital
Waktu Yang Tepat
Mengajarkan Shalat
Pada Anak
MEC
Bekal Yatim
Agar Bisa Mandiri
Donatur:
146.167
Mata Hati
Nabi SAW bersabda, “Lakukanlah (amalan) menurut kemampuanmu.
Demi Allah, Dia tidak merasa bosan sehingga kamu sendiri
yang bosan. Amalan agama yang paling disukai Allah SWT
adalah yang dilakukan oleh pelakunya secara kontinu.”
(HR. Bukhari)
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
1
LAZNAS YATIM MANDIRI
SURAT PEMBACA
SK. Menteri Agama No. 185/2016
VISI
Menjadi Lembaga Terpercaya dalam Membangun
Kemandirian Yatim
yatimmandiri
MISI
1. Membangun nilai-nilai kemandirian yatim dhuafa
2. Meningkatkan pertisipasi masyarakat dan dukungan
sumberdaya untuk kemandirian yatim dan dhuafa
3. Meningkatkan Capacity Building Organisasi
Leny Fitria
Alhamdulillah semoga makin banyak masyarakat
yang tersentuh oleh program Yatim Mandiri.
Pembina H. Nur Hidayat, S.Pd, M.M
Prof. Dr. Moh. Nasih. Ak
Moch. Hasyim
Pengawas Ir. Bimo Wahyu Wardoyo
Drs. H. Abdul Rokib
Yusuf Zain, S.Pd, MM
Ketua Drs. Sumarno
Sekretaris H. Mutrofin, SE
Bendahara Zaini Faisol
Dewan Pengawas Syariah Prof. Dr. H. Imam Bawani, MA
Prof. Dr. HM. Roem Rowi, MA
Drs. Agustianto, MA
KH. Abdurahman Navis, Lc., MHI
Direktur Utama Drs. Sumarno
Direktur Operasional Zaini Faisol
Ketua STAINIM Drs. Sodikin, M.Pd
Direktur ICMBS Dr. Margono, M.Pd
Direktur MEC Mukhlis, ST
Direktur RSM M. Ulinnuha
Sekretaris Eksekutif Kindy M.U
GM Regional Office I H. Mutrofin, SE
GM Regional Office II Agus Budiarto
Penasehat Dr. Zaim Uchrowi
Ir. H. Jamil Azzaini, MM
Dr. Muhammad Nafik
Penasehat Hukum H. Mahfud, SH
HEAD OFFICE
Graha Yatim Mandiri
Jl. Raya Jambangan 135-137 Surabaya 60232
Telp. (031) 8283488 (Hunting) Fax. (031) 8291757
Website: www.yatimmandiri.org
Email: [email protected]
REDAKSI MAJALAH YATIM MANDIRI
Dewan Redaksi : Sumarno, Zaini, Mutroin
Pemimpin Umum : Zaini Faisol
Wakil Pemimpin Umum : Kindy M. U
Pemimpin Redaksi : Bambang Prianggodo
Reporter : M. Irsyad
Layout : Hilya F. dan Hevi Metalika A.
Fotografer : M. Irsyad, Sirkulasi : Bam
Diterbitkan oleh : LAZNAS Yatim Mandiri
Alamat Redaksi : Graha Yatim Mandiri,
Jl. Raya Jambangan 135-137 Surabaya
telp. (031) 8283488, fax. (031) 8291757
Email : [email protected]
ISSN : 1410-542X
Surat Donatur
Para Donatur yang budiman, bila anda ingin
memberikan masukan atau usulan terhadap
Majalah Yatim Mandiri, silahkan kirimkan melalui:
email : [email protected]
SMS Center : 0856 4844 3000
BBM : 286E4BA9
Facebook : Majalah Yatim Mandiri
2
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
Achmad Fudholy
Semoga semakin banyak rumah sehat mandirinya, bisa hadir di seluruh Indonesia..
Abdul Hadi Al Fatih
Yayasan yatim mandiri surabaya dengan
mengutamakan memandirikan anak yatim se
Indonesia dan memberdayakan anak-anak yatim
di seluruh wilayah indonesia. Semoga berkah dan
bermanfaat bagi masyarakat luas
website
www.yatimmandiri.org
Saksikan liputan berita dan tausiyah di Yatim
Mandiri TV Channel dengan subscribe di:
atau ketik: www.youtube.com/yatimmandiritv
BANK
INFAK SHODAKOH
ZAKAT
WAKAF
Mandiri
1400003117703
1420010313327
1420010313350
BCA
0101 358 363
0883 996 647
088 399 6621
BRI
009601001 968305
KEMANUSIAAN
009601001969301
Muamalat
701 0054 803
70 100 548 04
BNI Syariah
010 835 1174
02 114 97 003
Syariah Mandiri
700 1201 454
700 1241 782
Permata Syariah
0290 1445 144
BNI
2244 900 000
700 1241 782
BALIKPAPAN Jl. Pattimura RT104 No.38 B, Batu Ampar, Balikpapan, Telp. (0542) 860 609,
081 25344932. BANDUNG Jl. Rusa No.12 Buah Batu Bandung, Telp (022) 7309138, 0877 8164
3543, BANTEN Jl. Ayip Usman No.11 Cikepuh Kebaharan Serang Banten, Telp. (0254) 219375,
0812 8744 8444. BATAM Perumahan Kurnia Djaya Alam Parkit 01, No. 02 Batam Center Batam, Telp. (0778) 7413 149, 0813 7260 1112. BEKASI Jl. Laskar Perum Griya Metropolitan
Blok DI-4 Pekayon Jaya Bekasi (021) 8240 1706, 0851 0805 6400. BLITAR Jl. Bali No. 264 Blitar,
Telp. (0342) 8171727, 0851 0376 1333. BOGOR Jl. Sempur Kaler No. 02 Bogor Tengah - Kota
Bogor, Telp (0251) 8409054, 0813 3177 1830. BOJONEGORO Jl. Panglima Polim Gg. Mangga 2
Sumbang Bojonegoro, Telp. (0353) 5254809, 0857 3336 4999. DENPASAR Jl. Gunung cemara
7K Perumnas Monang Maning, Denpasar - Bali, Telp. 081 333 241 248. DEPOK Jl. Margonda
No. 23B, Pancoran Mas Kota Depok, Telp. (021) 7777785, 0821 40742135, 0852 407 421 35.
GRESIK Ruko Multi Sarana Plaza Blok B-11 Jl. Gubernur Suryo Gresik, Telp. (031) 399 0727, 0853
4774 2008, Fax. (031) 399 0727. JAKARTA Jl. Utan Kayu Raya No. 64 Matraman Jakarta Timur,
Telp. (021) 29821197, 081 316 313 700. JAKARTA BARAT Jl. C No. 41 Kebon Jeruk Jakarta Barat,
Telp. 087 77 35 333 56, (021) 2567 2565. JAKARTA SELATAN Jl. Gedung Hijau Raya SV.07 No.
74 Pondok Indah Jakarta Selatan, Telp 0812 8016 5001, 081 613 307 01. JEMBER Pandora Square
Jl. Mastrip No. 8 Ruko 8 E, Jember, Telp. 0817 9393 412, 0851 0264 0333. JOMBANG Perum Widya
Graha Permai 14B RT 31/RW 06 Jl. Pattimura Gang III Jombang, Telp. (0321) 865879, 0851 0015 0808.
KEDIRI Jl. Dr. Saharjo No. 119 Campurejo Mojoroto Kediri, Telp. (0354) 3782141, 0812 3389 7975.
DAFTAR ISI
Salam Redaksi
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
2 Profil Majalah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, serta shalawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang hamba Allah SWT
yang bila mengerjakan suatu kebaikan, beliau teguh pendirian
dalam melaksanakannya. Artinya, sekali beliau menetapkan untuk
mengerjakan kebaikan tertentu, maka kebaikan tersebut akan
menjadi suatu kebiasaan yang dikerjakannya terus-menerus.
Sehingga isteri beliau Aisyah radhiyallahu ’anha berkata,
“Bila Rasulullah melakukan suatu amal perbuatan, maka beliau
teguh pendirian. Dan bila ia tertidur sepanjang malam atau ia
sedang sakit, maka ia akan shalat (sunnah) di siang hari dua
belas rakaat.” (HR. Muslim)
Jadi, teladan kita Nabi Muhammad SAW telah memberi
contoh, betapa beliau sangat peduli untuk kontinu dalam
beramal. Beliau tidak mengenal kebiasaan beramal musiman.
Sekali bertekad untuk mengerjakan sesuatu, maka ia akan
terus mengerjakannya. Kalaupun ada halangan untuk
mengerjakannya, maka ia akan berusaha menggantinya di
waktu lain.
Nabi SAW bahkan pernah menyatakan, bahwa perbuatan
yang sedikit asal dikerjakan secara kontinu terus-menerus
lebih disukai Allah daripada perbuatan yang banyak
namun karena berat akhirnya hanya dikerjakan secara
musiman saja. Ketika musimnya sedang semangat ia akan
mengerjakannya. Namun ketika musimnya sedang lesu,
maka ia akan tinggalkan perbuatan tersebut.
Nabi SAW bersabda, “Lakukanlah amal sesuai
kesanggupan. Karena sesungguhnya Allah tidak akan
bosan sehingga engkau menjadi bosan. Dan sesungguhnya
amal yang paling Allah sukai ialah yang terus-menerus
dikerjakan walaupun sedikit.” (HR. Abu Dawud)
Itulah tema bahasan utama pada rubrik Bekal Hidup
Majalah LAZNAS Yatim Mandiri Edisi April 2017. Serta
kami juga menyajikan tema bahasan menarik di rubrikrubrik lainnya. Semoga di edisi kali ini semakin informatif,
menarik dan dapat menambah wawasan bagi para donatur.
Aamiin.
4
Bekal Hidup
14
16
8 Hikmah
9 Oase
10 Jendela
12 Catatan
13 Move On
Tausiyah
Solusi Islam
18 Smart Parenting
20 Karyaku
21 Doa
22 Kisah Islami
23 Fenomena
24
27
Dapur
25 Muslimah
26 Kinerja
Solusi Sehat
28 Pintu Rezeki
30 Silaturrahim
32
Kemandirian
34 Kabar Nusantara
38 Naik Kelas
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
KUDUS Jl. Ganesha 2 No. 4 Purwosari Kudus 59316, Telp. (0291) 2912735, 0851 0275 4279. KEPANJEN Jl. Panglima Sudirman 209 A Kepanjen, Telp. (0341)
392199, 081 3329 006 39. LAMPUNG Jl. Z A Pagar Alam No. 11 RT 04 LK.02, Rajabasa Nunyai, Rajabasa, Bandar Lampung, Telp. (0721) 5613878, 0852 7566 9977.
LAMONGAN Jl. Nangka No.3 Perum Deket Permai, Lamongan, Telp. (0322) 324025, 0821 3993 9427. LUMAJANG JL. Suwandak No. 42, Lumajang, Telp. (0334)
890300, 081 2491 424 53. MADIUN Jl. MT Haryono No. 105 Madiun, Telp. (0351) 457740, 081 332 537 501. MAKASSAR JL. Andi Tonro No.11 Kec. Tamalate,
Kota Makassar, Telp. 0813 3000 3450, 0853 9561 5116. MALANG Jl. Titan 2 BB.12 Purwantoro-Blimbing, Kota Malang, Telp. (0341) 4371011, 0857 4567 8974.
MAROS Jl. Ibrahim (HM kasim DM) NO. 19 Turikale, MAROS, Telp. (0411) 371635, 0823 4343 0681. MOJOKERTO Perum Kranggan Permai C-14 Jl. Pahlawan,
Mojokerto, Telp. (0321) 322964, 3869898, 0851 0786 9898. PALEMBANG Jl. R. Sukamto Lorong Pancasila No.73, Telp. (0711) 362598, 0852 6734 8612.
PASURUAN Perum Pondok Sejati Indah blok 8 No. 11b Pasuruan, Telp. (0343) 4742 017, 0888 0550 8832, 0852 3499 3585. PEKALONGAN Jalan Bina
Griya blok B-IV No. 191 Medono, Pekalongan, Telp (0285) 421082, 0853 2927 7285, 0822 4440 1333. PONOROGO Jl. Ir. Juanda No. 158 Tonatan Ponorogo,
Telp (0352) 488223, 0812 5951 5665. PROBOLINGGO Jl. Mawar No.50 Kota Probolinggo, Telp. (0335) 894623, 085 1036 44 849. PURWOKERTO Jl. Patriot
No. 073 RT/RW 03/03 Kel. Karangpucung Kec. Purwokerto Selatan, Telp 0281-639042, 0851 0092 6664. SEMARANG Jl. Nangka Timur No. 35 Semarang, Telp.
(024) 8416166, 0812 2715 3899, 0857 5154 3068. SIDOARJO Perum Taman Tiara Regency Blok A No. 2 Sidoarjo, Telp. (031) 9970 2587, 0851 0049 0045
Fax. (031) 8921021. SOLO Jl. Nakula no 38 Protojayan, Serengan, Surakarta, Telp. (0271) 656218, 0851 0301 2224. SRAGEN Jl. Raya Sukowati No. 514 Sragen
Wetan, Sragen, Telp. 0823 0013 4410, 0857 2597 3921, 0877 3307 4777. SURABAYA Jl. Bendul Merisi Selatan I/2A Surabaya, Telp. (031) 8494100, 0851
0098 6844. TANGERANG Jl. Cibodas Raya No. 7 Perumnas 1 Karawaci Baru Tangerang, Telp. (021) 2917 0263, 0851 0168 4004. TUBAN Jl. Soekarno - Hatta
No. 29 Tuban, Telp. (0356) 327118, 0813 3388 3360. TULUNGAGUNG. Pahlawan III No. 5A, Kedungwaru Tulungagung, Telp. (0355) 332 306, 0851 0577 0187.
YOGYAKARTA Jl. Jazuli Karangkajen MG III/892. RT/RW 043/011 Yogyakarta, Telp. (0274) 2871601, 0822 4359 0007. GRAHA YATIM MANDIRI Jl. Raya Jambangan
135-137 Surabaya, Telp. (031) 8283488, Fax. (031) 8291757. MEC Jl. Jambangan No. 70 Surabaya, Telp. (031) 8299970, 0857 4888 8170, Fax : 031-8297654. KAMPUS
STAI AN NAJAH INDONESIA MANDIRI Jl. Raya Sarirogo No. 1 Sidoarjo, Telp. (031) 99700528, 082 333 2727 04. ICMBS Jl. Raya Sarirogo No. 1 Sidoarjo. Telp.
(031) 8076436, 0822 3224 7576, 0857 0491 9337.
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
3
Bekal Hidup
Kontinuitas Dalam Beramal
“Lakukanlah amal sesuai kesanggupan. Karena sesungguhnya
Allah tidak akan bosan sehingga engkau menjadi bosan. Dan
sesungguhnya amal yang paling Allah sukai ialah yang terus-menerus
dikerjakan walaupun sedikit.”
(HR. Abu Dawud)
N
abi Muhammad SAW adalah seorang
hamba Allah SWT yang bila mengerjakan
suatu kebaikan, beliau teguh pendirian
dalam melaksanakannya. Artinya, sekali beliau
menetapkan untuk mengerjakan kebaikan tertentu,
maka kebaikan tersebut akan menjadi suatu
kebiasaan yang dikerjakannya terus-menerus.
Sehingga isteri beliau Aisyah radhiyallahu ’anha
berkata, “Bila Rasulullah melakukan suatu amal
perbuatan, maka beliau teguh pendirian. Dan bila
ia tertidur sepanjang malam atau ia sedang sakit,
maka ia akan shalat (sunnah) di siang hari dua belas
4
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
rakaat.” (HR. Muslim)
Jadi, teladan kita Nabi Muhammad SAW telah
memberi contoh, betapa beliau sangat peduli untuk
kontinu dalam beramal. Beliau tidak mengenal
kebiasaan beramal musiman.
Sekali bertekad untuk mengerjakan sesuatu,
maka ia akan terus mengerjakannya. Kalaupun ada
halangan untuk mengerjakannya, maka ia akan
berusaha menggantinya di waktu lain.
Contohnya adalah shalat malam. Bila Rasulullah
SAW ketiduran atau sakit sehingga tidak shalat
malam, maka beliau menggantinya dengan
Bekal Hidup
mengerjakan shalat sunnah di siang hari sebanyak
dua belas rakaat.
Sedikit Asal Kontinu
Nabi SAW bahkan pernah menyatakan, bahwa
perbuatan yang sedikit asal dikerjakan secara kontinu
terus-menerus lebih disukai Allah daripada perbuatan
yang banyak namun karena berat akhirnya hanya
dikerjakan secara musiman saja. Ketika musimnya
sedang semangat ia akan mengerjakannya. Namun
ketika musimnya sedang lesu, maka ia akan
tinggalkan perbuatan tersebut.
Nabi SAW bersabda, “Lakukanlah amal sesuai
kesanggupan. Karena sesungguhnya Allah tidak
akan bosan sehingga engkau menjadi bosan. Dan
sesungguhnya amal yang paling Allah sukai ialah
yang terus-menerus dikerjakan walaupun sedikit.”
(HR. Abu Dawud)
Sahabat Abdullah bin Amr bin Ash pernah ditegur
Nabi SAW karena ia ketahuan pernah shalat malam
namun kemudian semangatnya sempat memudar.
Maka Nabi SAW langsung bersabda kepadanya,
“Wahai Abdullah, janganlah kamu seperti si Fulan.
Dulu ia (rajin) shalat malam, kemudian ia tinggalkan
shalat malam.” (HR. Bukhari: 1084)
Untuk itu, marilah kita meneladani yang telah
dilakukan Rasulullah SAW. Bila sudah memilih
suatu amal shaleh atau amal ibadah sunnah
untuk dikerjakan, maka harus bertekad untuk
mengerjakannya secara kontinu, tidak angin-anginan.
Mulailah dari amal shaleh yang ringan dan pasti
sanggup kita kerjakan.
Lalu pastikan bahwa setiap hari kita kerjakan.
Jangan lupa minta kepada Allah agar hati kita
diteguhkan dalam melaksanakannya. “Ya Allah yang
membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku dalam
agamaMu.” (HR. Tirmidzi)
Jika memilih untuk setiap pagi mengeluarkan
infaq rutin walau ”hanya” Rp 2000, maka kerjakanlah.
Jika memilih untuk mengerjakan shalat dhuha, maka
biasakanlah setiap hari mengerjakannya. Jika memilih
untuk membaca Al-Quran setiap hari setengah juz,
maka kerjakanlah sebaik mungkin.
Jika memilih untuk shalat malam sepekan
tiga kali, maka usahakanlah untuk kontinu
mengerjakannya. Lebih baik lagi jika ditekadkan agar
pada akhirnya sanggup mengerjakan shalat Tahajud
setiap malam.
Amal Ketika Berhalangan
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jika seorang
hamba sakit atau sedang safar (bepergian), maka
dicatat untuknya amal perbuatan yang biasa ia
kerjakan seperti di waktu ia sehat dan tidak sedang
bepergian.” (HR. Bukhari: 2774)
Hadis diatas menyatakan bahwa orang yang
sakit atau sedang dalam perjalanan alias safar, maka
segenap kebiasaan rutinnya akan tetap dicatat
sebagai pahala di sisi Allah, walaupun ia sebenarnya
tidak mengerjakannya.
Seperti kita ketahui, bahwa penyakit seringkali
menghalangi kita dari berbuat optimal sebagaimana
saat kita sedang sehat. Begitu pula dengan orang
yang sedang dalam perjalanan. Tabiat safar seringkali
menghalangi seseorang dari sanggup mengerjakan
perbuatan rutin yang biasa ia kerjakan saat sedang
mukim di satu tempat tidak sedang safar.
Hal istimewa ini hanya berlaku bagi mereka
yang memang sudah memiliki kebiasaan beramal
shaleh atau amal ibadah sunnah yang sudah kontinu
dikerjakan. Oleh karena itu, mumpung umur masih
ada, marilah mulai membiasakan amal yang baik
secara kontinu, walaupun kecil.(*)
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
5
Bekal Hidup
Amalan Yang Disukai Allah
D
icintai Allah SWT adalah karunia yang
amat berharga dan yang didambakan oleh
semua umat. Ada hamba yang terpilih
menjadi kekasihNya, waktu yang dijadikanNya
mustajabah, sehingga doa-doa yang terpanjatkan
dikabulkan. Ada pula amalan-amalan khusus yang
bisa membuat Allah mencintai siapa pelaku amalan
tersebut. Semua itu membuktikan bahwa Allah Maha
Pencipta dan Maha Kuasa untuk melakukan apa pun
yang dikehendakiNya.
Amalan-amalan yang dicintai Allah SWT jumlahnya amat banyak. Di antara banyaknya amalan yang
dicintai Allah SWT itu, ada amalan yang paling
dicintai Allah SWT, yakni:
1. Berbakti kepada orang tua.
Surga berada di telapak kaki ibu. Ridha Allah
SWT, salah satu kuncinya juga terletak dalam
ridha orang tua kita. Siapa yang berbakti
kepada orang tua, kesuksesan hidup di dunia
dan keselamatan di akhirat adalah keniscayaan
baginya. Sebaliknya, andai durhaka, maka siksa
dunia dan azab neraka telah menunggu dengan
nyalanya yang teramat dahsyat.
Berbakti kepada orang tua menempati derajat
yang agung. Bahkan, perintahnya bergandengan
dengan larangan berlaku syirik kepada Allah
SWT. Maknanya, berbakti kepada orang tua erat
kaitannya dengan kualitas akidah seseorang.
Semakin benar iman dan taqwanya, maka ia akan
semakin berbakti kepada orang tuanya.
2. Shalat tepat waktu.
Shalat adalah tiang agama. Siapa mendirikan
shalat, maka ia mengokohkan agama. Sedangkan
6
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
mereka yang meninggalkan shalat, amalan
buruknya itu tergolong merobohkan agama.
Shalat adalah sarana untuk mengingat Allah SWT.
Ia juga merupakan waktu ketika seseorang bisa
berkomunikasi dengan sang Maha Penciptanya.
Maka, shalat disebut sebagai Mi’rajnya orang
yang beriman. Shalat sudah ditentukan syariatnya.
Tentang bagaimana menjalankannya, keutamaankeutamaan, sunnah-sunnahnya, termasuk waktu
dan aturan-aturan lain yang sifatnya pemberian.
Sehingga tidak bisa ditawar lagi.
Maka dalam hal ini, mendirikan shalat tepat
waktu menjadi salah satu amalan yang paling
dicintai Allah SWT. Bersegera dalam melakukan
seruan Allah Ta’ala ketika waktu shalat telah tiba.
3. Jihad di jalan Allah SWT.
Jihad merupakan kunci kemenangan Islam.
Inilah maqam tertinggi, tiada kemuliaan tanpa
jihad. Jihad adalah syariat dari Allah SWT untuk
mempertahankan ketinggian Islam. Dalam jihad,
ada banyak hal yang harus dikorbankan: waktu,
usia, dana, harta bahkan keluarga dan nyawa.
Jihad tidak terbatas pada mengangkat senjata di
medan perang. Jihad bisa dilakukan di banyak
bidang. Maka ada istilah jihad terhadap nafsu,
jihad menghidupi keluarga, dan lainnya.
Jihad adalah puncak amal. Ia hanya bisa dilakukan
oleh mereka yang benar imannya dan tidak
mengidap penyakit nifaq atau takut mati. Jihad
adalah jalan hidup yang semestinya dipilih oleh
mereka yang mengikrarkan Islam dan iman
kepada Allah SWT.(*)
Bekal Hidup
Perlu
Kesabaran
“Perlu kesabaran
berlipat untuk bisa bertahan
menjalani ragam tantangan
dan halangan yang pasti
dijumpai dalam memelihara
kontinuitas amal”
edikit adalah dasar dari yang banyak. Bukan
kah tetesan demi tetesan akan membentuk
sebuah aliran air yang deras. Melakukan
amal secara kontinu dan berkesinambungan ibarat
membangun benteng diri yang kokoh. Satu-persatu
batu bata yang kita susun secara bertahap dan terusmenerus pada akhirnya membentuk suatu bangunan
yang megah dan kokoh.
Begitu juga segenap amal ibadah, amal shaleh,
dan seluruh perbuatan baik yang kita tekuni terusmenerus akan membentuk keistiqamahan dalam jiwa
kita sehingga benteng keimanan kita akan kokoh.
Beramal sedikit demi sedikit tetapi secara terusmenerus juga ibarat menanam benih pohon, memupuk dan menyiramnya dengan air secara berkala,
sehingga ia tumbuh segar dan tak layu. Begitu juga
melakukan amal ibadah sedikit demi sedikit tetapi
terus-menerus ibarat memupuk dan menyirami
pohon iman kita. Pohonnya adalah jiwa sendiri, pupuknya dan airnya adalah amal ibadah dan keimanan.
Beramal sedikit demi sedikit tapi melanggengkannya dan melakukan secara kontinu memang sulit.
Perlu pengorbanan, perlu kekuatan mujahadah
(kesungguhan) melawan keinginan yang bisa mematahkan kontinuitas amal. Perlu kepasrahan dan ketundukan penuh pada Allah, untuk meraih suplai energi
yang mampu mengalahkan rasa sombong dan ujub.
Perlu kesabaran berlipat untuk bisa bertahan
menjalani ragam tantangan dan halangan yang pasti
dijumpai dalam memelihara kontinuitas amal. Tapi,
itulah harga yang mesti dibayar untuk kenikmatan
surga di akhirat.
Seseorang yang tergesa-gesa dan tak sabar ingin
melakukan apa saja dengan sekali jadi dan melaku-
S
kannya melebihi batas kemampuannya, maka kelak
ia akan terkalahkan, capek dan merasa bosan, akan
terputus dari apa yang dilakukannya, melemah, lalu
ia akan meninggalkan apa yang ingin dilakukannya
tersebut.
Alangkah indahnya ia melakukannya sedikit demi
sedikit, dan setahap demi setahap sesuai dengan
perancanaan yang matang, pasti akan melalui fasefase itu dengan tenang. Dan pengalaman membuktikan bahwa seseorang yang melakukan pekerjaan
secara bertahap jauh lebih produktif daripada
melakukannya sekaligus.
Amal ibadah yang kita laksanakan walau sedikit
tapi kontinu merupakan indikasi yang menunjukkan
adanya keikhlasan dalam diri, dimana tetap memelihara amal-amal dalam setiap kondisi baik kondisi
dalam kelapangan atau kondisi-kondisi sulit. Berbeda
dengan orang yang melakukan amalan hanya bersifat
temporal, sewaktu-waktu, sesuai keadaan dan tidak
kontinu menunujukkan tanda keihlasan yang belum
sempurna. Sebab umumnya, amalan yang dilakukannya lebih dimotivasi oleh kondisi lahir dan urusan
dunia.
Beramal secara rutin sangatlah penting, karena
setan akan merasa putus asa mengoda dan kemudian meninggalkan kita. Karena orang yang rutin
beramal itu menunjukkan adanya keikhlasan dalam
hatinya. Dan setan sendiri yang menyatakan bahwa
ia tidak memiliki kekuasaan menggoda terhadap
hamba-hamba yang mukhlis. “(Iblis) menjawab, ‘Demi
kemulian-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis”
(QS. Shad : 82-83).(*)
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
7
Hikmah
Sedikit Tapi Sulit
Oleh: Ma’mun Afani, M. Ud
Dosen UNIDA Gontor
A
da kisah mashur bagaimana seorang ahli
ibadah digoda oleh pelacur yang menyukainya. Ahli ibadah ini selalu ke masjid sebelum
orang lain datang. Tapi kemudian pelacur itu mengutus
seorang pembantu agar mengundang ahli ibadah ke
rumah untuk sebuah kesaksian.
Ahli ibadah tidak mengira sesuatu yang macam-macam, sampai kemudian masuki rumah, pintu langsung
ditutup oleh sang pelacur, tertinggal berdua. Pelacur ini
cantik, tubuhnya benar-benar memikat, hingga siapa
pun yang memandang tidak bisa mengelak. Pakaiannya menantang, dan ditangannya ada arak, anehnya di
dekatnya juga ada bayi.
“Aku mengundangmu bukan untuk kesaksian,
tapi aku ingin bercinta denganmu, atau minum arak
bersamaku meski satu teguk, atau membunuh anak ini,”
pelacur menunjuk bayi di samping kakinya. “Bagaimana jika aku menolak?” “Aku akan berteriak dan semua
orang akan masuki rumahku,” pelacur itu menantang.
Ahli ibadah sontak terkejut. Baginya pilihan hanya
ada tiga, bukan menolak. Ahli ibadah memilih meminum segelas arak yang menurutnya teringan di antara
dua pilihan lainnya. Ia tidak pernah berpikir minuman
keras adalah pangkal kejahatan. Ketika diminum, ia
langsung mabuk, pelacur itu tanpa sadar ditiduri, sekaligus membunuh bayi.
Ahli ibadah tak menyadari godaan yang akan ia
terima, apalagi membayangkan ujungnya. Tapi sekuatkuat ibadahnya, sudah tentu juga kuat godaan setan
yang mendera. Jelas, godaan itu datangnya dari setan,
meski dipatik oleh pelacur cantik. Dalam Al-Quran
telah dijelaskan bagaimana setan berjanji untuk terus
menguji manusia.
‘Aku pasti akan mengambil bagian tertentu dari
hamba-hamba-Mu, dan pasti akan Ku sesatkan mereka,
dan akan Ku bangkitkan angan-angan kosong pada
mereka...” (QS. an-Nissa’: 118-119)
Bahkan Allah SWT dalam Al-Quran juga terus akan
menguji manusia, “Apakah manusia mengira bahwa
mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami
telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh,
Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka
8
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan
pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. AlAnkabut: 2-3)
Efeknya, iman dan ibadah manusia bisa naik
turun. Kemarin beribadah shalat sunnah rawatib tidak
tertinggal, ada godaan untuk kumpul bersama kawan
lama, tiba-tiba shalat wajib menjadi tidak tepat waktu.
Sehingga yang paling berat pada akhirnya adalah terus
istiqamah dalam keimanan.
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: ‘Tuhan
Kami adalah Allah,’ kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun
kepada mereka (dengan berkata): ‘Janganlah kamu
merasa takut, dan janganlah kamu bersedih hati, dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang
telah dijanjikan kepadamu’.” (QS. Fushshilat: 30)
“Meneguhkan” dalam ayat di atas disebutkan
dengan kata istiqamah, yang artinya terus-menerus,
berkelanjutan, tidak goyah. Bahkan dalam kamus bahasa Indonesia, teguh berarti tetap tidak berubah iman,
pendirian, dan kesetiaan. Hasil dari istiqamah adalah
surga yang telah dijanjikan. Artinya ada pahala sangat
besar bagi orang yang istiqamah dalam keimanan.
Tentu saja mendirikan ibadah yang wajib
berkualitas, dan sunnah yang berlimpah secara
istiqamah tidaklah mudah. Seperti terus menerus puasa,
sekaligus membaca Quran sepuluh lembar perhari,
shalat tahajud sekian rakaat, shalat dhuha sekian
rakaat, tidak banyak yang mampu melaksanakan ini
bersamaan. Oleh sebab itu anjurannya adalah, ”Amalan
yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan
yang terus-menerus walaupun itu sedikit” (HR. Muslim)
Dengan kata lain, paling tidak kita memulai dari hal
yang sedikit (kecil) namun istiqamah. Seperti berkata
yang baik, atau jika belum bisa diam. Yang dipelajari
adalah istiqamahnya. Ketika sudah mampu, naik kelas
dengan mengamalkan yang lain, yaitu memperlakukan muslim yang lain seperti engkau memperlakukan
dirimu sendiri. Mampu istiqamah dalam satu amal, naik
kelas lagi, dan seterusnya.
Salah satu cara untuk istiqamah selain dengan
memulai hal yang mudah adalah memilih ibadah
sunnah yang kita sukai. Cara yang lain adalah, temukan teman yang bisa menjadi pengingat. Dan beramal
bersama-sama seringkali lebih semangat dibanding
beramal sendirian.(*)
Oase
Beramal Terus Menerus,
Walau Itu Kecil
Drs. Usman Daud, M.A
Konsultan Hukum Islam dan keluarga
iti Aisyah meriwayatkan dari Nabi Muhammad
SAW, bahwa ketika Nabi SAW masuk ke
tempatnya dan di sisinya ada seorang
perempuan dari Bani Asad. Lalu, Nabi SAW bertanya,
“Siapakah ini?“ Aisyah menjawab, “Si Fulanah (ia
tidak pernah tidur malam), ia menceritakan shalatnya.
Nabi SAW bersabda, “Lakukanlah (amalan) menurut
kemampuanmu. Demi Allah, Dia tidak merasa bosan
sehingga kamu sendiri yang bosan. Amalan agama
yang paling disukai Allah SWT adalah yang dilakukan
oleh pelakunya secara kontinu.’’ (HR. Bukhari)
Dalam hadis di atas, Rasulullah SAW mengingatkan amalan paling baik dan disukai Allah SWT adalah
amalan yang dilakukan secara kontinu. Bukan amalan
yang besar atau yang kecil. Amalan kecil, bila kontinu
lebih baik daripada amalan besar namun dilakukan
hanya sekali. Amalan kecil dilakukan secara terus-menerus maka dalam pandangan Allah SWT amalan itu
menjadi besar. Sebaliknya, kesalahan (maksiat) yang
kecil dilakukan secara terus-menerus, lambat laun
menjadi besar sehingga menumpuklah dosa kita.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa kecil
apabila dilakukan secara terus-menerus.” Artinya dosa
kecil yang kontinu akan menjadi dosa besar. Karena
itu, melakukan shalat Dhuha dua rakaat setiap pagi
lebih baik daripada 12 rakaat cuma sekali. Menunaikan
Tahajud dua rakaat setiap malam lebih baik daripada
13 rakaat beserta witirnya namun cuma sekali.
Begitu pun membaca Al-Quran satu ayat setiap
hari lebih baik daripada membaca beberapa ayat tapi
cuma sekali (hal ini biasanya dilakukan hanya di bulan
Ramadhan). Bersedekah Rp 1.000 setiap hari lebih baik
dibandingkan bersedekah Rp 100 Ribu tetapi hanya
S
sekali. Rasulullah SAW tidak menekankan jumlah
rakaat, berapa ayat, dan berapa rupiah melainkan
kontinuitas beramal yang baginda inginkan.
Dalam beribadah, Rasulullah SAW mengajarkan
kepada umatnya agar melakukannya sekuat tenaga
dan semampu kita. Dalam hal ini Allah SWT berirman,
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah:286)
Dan Nabi SAW bersabda, “Kerjakan amal perbuatan sekuat tenagamu, Allah tidak jemu menerima dan
memberi sehingga kamu jemu beramal, dan shalat
yang disukai adalah yang dikerjakan terus-menerus
meskipun sedikit.’’ (HR Bukhari-Muslim).
Untuk menjalankan suatu amalan, harus didasari
kesabaran dan keyakinan. Tanpa hal tersebut, sulit untuk membiasakan amalan (ibadah). Sebab kesabaran
dan keyakinan melahirkan semangat sehingga dalam
keadaan apapun kita terus beribadah.
Perlu disadari, bahwa kita selalu menanggapi
sesuatu yang ‘kecil’ sebagai sesuatu yang remeh
dan tidak mendatangkan kesan apa-apa jika
melakukannya, baik ia berupa kebaikan atau
keburukan. Mungkin kita banyak yang lupa bahwa
tidak ada satu pun yang besar, kecuali diawali oleh
sesuatu yang kecil.
Sejauh manapun pengembaraan, ia pasti bermula
dengan langkahan pertama. Seluas manapun lautan,
ia berasal dari titik-titik air. Semegah dan setinggi
manapun sebuah gunung, ia pasti berasal dari batuan-batuan kecil. Akan seperti itulah seterusnya, yang
dibutuhkan dari kita adalah nilai-nilai keikhlasan ketika
kita melakukannya, dengan begitu akan terhindar
dari keruntuhan amal karena niat yang tidak sepadan.
Wallahu a’lam.(*)
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
9
Jendela
Mandiri Entrepreneur Center (MEC)
Bekal Yatim
Agar Bisa Mandiri
Nama lengkapnya Dwi Apridona Putri Kenanga.
Ia merupakan peserta didik MEC (Mandiri
Entrepreneur Center) Jurusan Akuntansi yang
berasal dari Kabupaten Lumajang. Gadis ramah
dan pemalu ini, lahir di Probolinggo pada 2 April
1997. Biasanya oleh teman-temannya, ia lebih
akrab disapa Kenanga.
10
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
Jendela
D
i MEC, khususnya bidang akademik,
Kenanga adalah salah satu peserta didik
terbaik. Bahkan dibidang entrepreneur
pun, ia juga memiliki prestasi yang luar biasa. Karena
Kenanga mengaku sangat menyukai entrepreneur
yang diajarkan di MEC.
Seperti yang diungkapkanya, bahwa ia mulai jatuh
hati dengan entrepreneur disaat pertama kali masuk
MEC. Padahal awalnya, ia menganggap entrepreneur
adalah aktivitas yang melelahkan. Namun, karena
sebuah tuntutan yang harus dilakukan setiap peserta
didik MEC, akhirnya ia pun melakukannya. “Harus
jalan kaki dari Jambangan hingga ke Perum Gunung
Sari, hanya untuk menjual krupuk dan sari kedelai,”
katanya.
Tetapi lambat laun kegiatan ini malah
membuatnya senang. Bahkan dengan penuh
semangat dan motivasi yang tinggi, Kenanga
melakukan kegiatan entrepreneur tersebut. Baginya,
melakukan entreperenur bukan untuk sekedar
memperoleh uang saku guna memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Tetapi juga untuk menambah uang
tabungannya.
Oleh karena itu, ia mempunyai komitmen bahwa
semua dagangannya harus laku terjual. “Belum
laku ya belum kembali ke asrama,” tegas gadis
penggemar makanan manis ini.
Tak heran, usaha keras dan kegigihannya
membuahkan hasil. Saat ini Kenanga memiliki
tabungan sebesar Rp 2.260.000,- hasil dari
entrepreneur. Jumlah tersebut merupakan salah satu
yang terbanyak diantara para peserta didik MEC.
Hal inilah yang menjadi komitmen Kampus MEC.
Dengan visi “Pelopor diklat dalam memandirikan
generasi bangsa yang berbasis entreprenuer center
dan nilai-nilai keislaman”, MEC berusaha membina
dan memberikan keterampilan kepada anak yatim
dhuafa lulusan SMA/SMK sederjat. Sehingga mereka
mampu menjadi insan mandiri.
Tidak hanya mengacu pada entrepreneurship.
MEC juga memberikan kesempatan bagi peserta
didiknya untuk berkarir sesuai dengan profesi yang
diinginkan. Saat ini Kampus MEC memiliki 6 jurusan,
yakni Akuntansi, Desain Grais, Teknisi Komputer dan
Jaringan, Managemen Zakat, Kuliner, dan Otomotif.
Kemudian ditambah dengan pendidikan dasar
agama, aqidah akhlaq dan entrepreneur.
Dengan begitu, diharapkan lulusan Mandiri
Entrepreneur Center mampu menjadi sumber daya
manusia yang handal dan profesional, serta memiliki
akhlak yang baik.(*)
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
11
Catatan
Semangat Bekerja
dan Berusaha
Oleh: H. Mutroin, SE
Sekretaris Pengurus LAZNAS Yatim Mandiri
etiap umat Islam, menjaga semangat dalam
bekerja dan berusaha, merupakan anjuran
Rasulullah SAW yang harus terus dijaga dan
dipupuk. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda,
“Tiada makanan yang baik bagi Anak Adam kecuali
yang ia dapat dari tangannya sendiri. Sungguh, Nabi
Daud AS makan dari hasil tangannya sendiri.” (HR.
Imam Bukhari)
Islam sebagai agama Allah yang sempurna memberikan petunjuk kepada manusia tentang bidang
usaha yang halal dan cara berusaha. Keagungan
Islam tidak hanya memerintahkan manusia bekerja
untuk kepentingan individual secara halal, namun
juga mengajarkan cara manusia berhubungan baik
dengan sesama bagi kepentingan dan keuntungan
kehidupan mereka di bumi ini.
Sebagai umat Islam, menjaga semangat dalam
bekerja menjadi sebuah keharusan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Karena itu, Islam benar-benar mengajarkan umatnya untuk bekerja keras,
mandiri dan tidak pantang menyerah.
Setidaknya terdapat beberapa dalam kandungan
Al-Quran maupun Hadis yang dapat menjadi rujukan
pesan tentang semangat kerja keras dan kemandirian ini. Rasulullah bersabda, “Amal yang paling baik
adalah pekerjaan yang dilakukan dengan cucuran
keringatnya sendiri.” (HR. Abu Dawud)
“Kami telah menjadikan untukmu semua didalam
bumi sebagai lapangan mengusahakan kehidupan
(bekerja) tetapi sedikit sekali diantara kamu yang
bersyukur.” (QS. Al-A’raf: 10)
Islam memandang, bahwa bekerja merupakan
satu kewajiban bagi setiap insan. Karena dengan
bekerja, seseorang akan memperoleh penghasilan
yang dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan
juga keluarganya, serta dapat memberikan maslahat
S
12
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
bagi masyarakat di sekitarnya.
Dalam sebuah hadis disebutkan, “Dari Anas r.a.
berkata, Nabi SAW bersabda, ”Bukan orang yang
baik diantara kamu, orang yang meninggalkan
kepentingan dunia untuk mengejar akhiratnya,
atau meninggalkan akhirat karena mengejar dunia,
sehingga dapat mencapai keduanya, karena dunia
bekal untuk akhirat, dan kamu jangan menyandarkan
diri pada belas kasihan orang.”
Menurut Isa Abduh dan Ahmad Ismail Yahya
dalam al-Amal i al-Isl’m, Islam adalah agama yang
menekankan amal atau bekerja. Sebab, amal atau
bekerja merupakan salah satu cara praktis untuk
mencari mata pencarian yang diperbolehkan Allah
SWT.
Bekerja dalam Islam merupakan kewajiban bagi
setiap individu atau kelompok. Konsep amal dalam Islam sangat luas dan tidak hanya menyangkut
soal bisnis atau dagang. Amal adalah setiap pekerjaan yang dilakukan manusia yang pantas untuk
mendapatkan imbalan (upah), baik berupa kegiatan
badan, akal, indra, maupun seni.
Dalam sebuah kitab dijelaskan, orang yang
dengan ikhlas bekerja keras, Allah SWT akan
memberikan beberapa ganjaran. Yakni pertama, akan
diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT. Kedua,
dihapuskan dosa-dosa tertentu yang tidak dapat
dihapuskan dengan shalat, puasa dan shadaqah.
Ketiga, mendapatkan cinta Allah SWT. Keempat,
terhindar dari azab neraka. Dan kelima, bekerja
mencari nafkah digolongkan dalam i sabililah.
Maka dari itu, kita patut terus menjaga semangat
bekerja keras dengan keringat kita sendiri. Dengan
begitu, kita Insya Allah termasuk ke dalam golongan
yang selamat dunia dan akhirat. Amiin.(*)
Move On
Logika Rezeki
Oleh: Jamil Azzaini
Penasehat Yatim Mandiri
B
anyak orang sibuk mengejar-ngejar rezeki,
namun tak kunjung cukup, bahkan sebagian
penghasilannya habis hanya untuk konsumsi
harian dan angsuran. Sementara ada orang yang terlihat kerjanya biasa saja, bisnisnya juga tidak terlalu
besar, tetapi rezeki datang begitu berlimpah. Apa
rahasianya?
Pertama, perlu disadari bahwa rezeki itu datang
dari Sang Pemilik Rezeki, Allah SWT. Tentu terserah
kepadaNya, siapa yang hendak diberi berlimpah.
Orang atheis, sering berbuat dosa dan kesalahanpun ada yang diberi rezeki dalam bentuk harta yang
sangat berlimpah.
Dalam pandangan agama yang saya anut, ini
namanya istidraj (mengulur-ngulur). Pebisnis yang
merusak lingkungan tapi dapat keuntungan berlimpah, itu namanya istidraj.
Pebisnis barang haram, produk yang merusak dan
bisnis lain yang membahayakan, namun mendapat
keuntungan yang berlipat-lipat juga istidraj. Suatu
saat, harta yang diperolehnya akan merusak
dirinya, keturunan dan keluarganya. Dan yang pasti,
mencelakakannya dalam kehidupan setelah dunia
(akherat).
Kedua, rezeki datang kepada siapapun yang lebih
rajin, cerdas dan kreatif, tanpa pandang agama atau
ketaatan kepada Sang Pemilik Rezeki. Orang yang
berkarir, karirnya cepat naik bila kinerjanya selalu
jempolan. Penghasilanpun terus meningkat.
Para pebisnis untungnya juga terus bertambah,
karena mereka memiliki kelebihan dan keunikan
dibandingkan yang lain. Dia cara bisnisnya di atas
rata-rata, maka keuntungannya pun di atas yang lain.
Ketiga, rezeki datang karena kita berusaha semakin mencintai Sang Pemilik Rezeki. Rezeki model ini
datang tanpa diduga, berlimpah dan terkadang tidak
sesuai logika manusia.
Apabila Sang Maha Kaya sudah mencintai hambaNya, maka Dia akan mendatangkan keberkahan
rezeki yang diterima sang hamba. Berbagai kebaikan
akan muncul dari sang hamba.
Mari berlomba menjadi yang kedua dan ketiga.
Mau?
Salam Sukses Mulia
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
13
Tausiyah
Ketika
Setan
Berpesta
Oleh: Ustad Muhammad Ariin Ilham
14
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
Tausiyah
mam Ghazali mengajak kita untuk mengenali sejumlah
keadaan yang membuat setan “berpesta pora”, karena
keberhasilannya menggoda manusia. Pertama, terjadinya
perceraian rumah tangga. Iblis sebagai pimpinan para setan
selalu memuji semua keberhasilan dan jerih payah anak
buahnya. Tetapi iblis jauh lebih senang dan berupaya akan
membanggakan kelompok setan yang berhasil menceraikan
suami istri. (QS. Al-Baqarah: 102).
Kedua, durhaka kepada orang tua. Kelompok-kelompok
setan akan selalu berupaya agar manusia tidak hormat kepada
orang tuanya. Bahkan berharap supaya manusia tidak mau
peduli dan tidak mau memperhatikan keadaan kedua orang
tuanya.
Jika kemudian mendapati manusia benar-benar sudah
pada titik menyakiti dan durhaka kepada orang tuanya, maka
bisa dipastikan setan benar-benar sedang mengibarkan panji
kemenangannya. Mereka la’natullah ‘alaihim akan saling
mengucap selamat dengan riang.
Ketiga, perkelahian sampai membunuh atau terbunuh.
“Pembunuh dan yang dibunuh sama-sama di neraka.” (HR.
Mutafaq alaihi). Jika seorang hamba yang beriman mudah dan
pada akhirnya terjerembab dalam kawah panas api neraka,
maka saat-saat itu terkirimlah hidangan pesta bagi kelompok
setan. Hal yang tentu saja penting buat kita adalah jangan
mau kita diajak berkelahi apalagi sampai membunuh.
Keempat, pecandu khamar dan yang sejenis seperti halnya
juga narkoba. Orang yang banyak mengonsumsi khamar dan
narkoba, berarti sedang dalam keadaan super lalai kepada
Allah. Dan tepatlah jika disebut bahwa orang yang mencandu
khamar sedang diajak dalam sebuah pesta setan yang
langsung diaransemeni iblis.
Kelima, tenggelam dalam dosa zina dan merasa nyaman
dengan aktivitas faahisyah ini (QS al-Isra’: 32). Orang yang
berzina takluk dengan hawa nafsu. Filter keimanannya jebol
dan tidak bisa mengontrol. Karena itulah setan sangat mudah
masuk dan berpesta.
Keenam, ketagihan duit haram, seperti menipu, mencuri,
merampok, mengorupsi, dan bermain riba. Berikutnya,
“Attakabburru bil hasadi wal intiqoomi,” angkuh dan sangat
sombong bahkan dibarengi dengan sifat dengki, pemarah,
dan dendam (QS. Luqman:18).
Ilustrasinya sangat jelas, karena semua sifat ini adalah yang
melekat pada diri setan. Berarti ketika manusia juga mempraktikkan sifat setan ini, mereka bersama sedang berpesta pora.
Ihwal lain pesta setan adalah ketika manusia ada yang
ingin menjadi dukun dan mengamini apa yang diucapkan
dukun. Diriwayatkan oleh al-Bazzar dari ‘Imron bin Hushoin,
“Bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang mendatangi
tukang ramal atau membenarkan ucapannya, atau siapa saja
yang melakukan perbuatan sihir atau membenarkannya.”
Terakhir, puncak kegembiraan setan dengan tingkat pesta
yang luar biasa adalah manusia mati dalam keadaan maksiat,
bahkan mati dalam kair. “Sesungguhnya orang-orang kair
dan mereka mati dalam keadaan kair, mereka dilaknat Allah,
para malaikat dan manusia seluruhnya.” (QS. Al-Baqarah:161).
Ya Allah, lindungi kami dari nafsu maksiat dan godaan setan
yang terkutuk.(*)
I
“
Sesungguhnya
orang-orang kair
dan mereka mati
dalam keadaan
kair, mereka
dilaknat Allah,
para malaikat
dan manusia
seluruhnya.
(QS. Al-Baqarah:161)
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
”
15
Solusi Islam
Waktu Yang Tepat
Mengajarkan Shalat
Pada Anak
Assalammualaikum Wr. Wb.
Ustad Abdurrahman Navis yang saya hormati.
Alhamdulillah saya oleh Allah diberikan dua buah
hati, laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki
saya sudah berusia 7 tahun dan yang perempuan
sudah berusia 4 tahun. Saya ingin mereka segera
belajar shalat. Tetapi setiap diajak mereka selalu
menolak.
Pertanyaan yang ingin saya ajukan :
1. Kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan
shalat kepada anak-anak?
2. Apakah harus menunggu hingga usia
mendekati akhil baligh ?
3. Bagaimana metode yang cocok bagi anakanak agar mereka bisa belajar shalat dan
mempraktekkannya ?
Demikian, atas jawaban dan bimbingan ustadz
Abdurrahman Navis, saya mengucapkan terima
kasih.
Arif Prihananto,
Bandung
16
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
KH. Abdurrahman Navis, Lc, MHI
Ketua Bidang Fatwa MUI Jawa Timur
Jawaban:
Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarkatuh
Pak Arif Prihananto yang saya hormati.
Anak adalah investasi dunia akhirat yang
harus diperhatikan oleh orang tua dari semua
hal, baik kesehatan, pendidikan pakaian dan
agama, terutama membiasakan shalat. Karena
itu yang menjadi harapan orang tua ketika
meninggal dunia adalah punya anak shaleh
yang mendoakan orang tua.
Solusi Islam
Lalu sejak kapan anak disuruh shalat apa nunggu
aqil baligh? Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam
pernah bersabda, “Perintahlah anak-anakmu agar
mendirikan shalat tatkala mereka telah berumur tujuh
tahun, dan pukullah karenanya tatkala mereka telah
berumur sepuluh tahun.” (HR. Abu Dawud dan AlHakim)
Jadi, bahwa Rasulullah Sholallahu Alaihi
Wassalam dengan tegas telah mensyariatkan agar
pendidikan shalat dimulai sejak usia dini, yaitu
sebelum mereka mencapai usia baligh. Bahkan
ketika anak-anak berusia tujuh tahun, mereka telah
diperintahkan untuk menjalankan shalat jadi tidak
nunggu akil baligh.
Cara Mengajarkan Shalat
Tidak mudah mengajarkan anak-anak untuk mulai
bisa menjalankan shalat. Ini memerlukan berbagai
persiapan, seperti bagaimana cara berwudhu,
mengajari mereka tentang rukun-rukun shalat, halhal yang diwajibkan, disunahkan, serta hal-hal yang
membatalkannya. Berikut ini adalah beberapa cara
mengajarkan anak-anak untuk shalat, yaitu:
1. Orang tua harus menjadi contoh kedisiplinan
dalam menjalankan shalat.
Cara mengajari anak shalat adalah orang tua harus
menjadi contoh agar anak mengikuti apa yang
dilakukan orang tuanya. Jadi, untuk mengajarkan
shalat sejak dini pada anak-anak kita, maka yang
harus dilakukan orang tua adalah mereka harus
bisa menjadi contoh atau tauladan yang baik
bagi anak-anaknya. Yaitu dengan tetap konsisten
menjaga kedisiplinan dalam menjalankan shalat.
2. Orang tua harus menanamkan tentang arti
pentingnya shalat dalam kehidupannya.
Sejak usia anak-anak, seseorang harus ditanamkan
tentang arti pentingnya shalat bagi kehidupannya,
di mana shalat merupakan salah satu kewajiban
bagi manusia. Shalat merupakan penghubung
antara manusia dengan penciptanya, yaitu Allah
SWT. Ketika manusia lalai dalam melakukan
kewajiban tersebut, maka sudah pasti Allah SWT
akan menenggelamkan orang tersebut dalan
adzab di akhirat kelak. Akan tetapi jika manusia
konsisten dalam menjalankan kewajiban tersebut,
maka Allah SWT akan membalasnya dengan surga.
3. Juga memberikan hukuman bagi anak ketika ia
lalai melaksanakan shalat.
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda,
“Perintahlah anak-anakmu agar mendirikan shalat
tatkala mereka telah berumur tujuh tahun, dan
pukullah karenanya tatkala mereka telah berumur
sepuluh tahun.” (HR. Abu Dawud dan Al- Hakim)
Hadist di atas menjelaskan bahwa ketika anakanak telah mencapai usia tujuh tahun, maka orang
tua harus memerintahkannya untuk melaksanakan
shalat, dan apabila pada usia sepuluh tahun anakanak tidak mau melaksanakan kewajiban tersebut,
maka orang tua harus memukulnya sebagai
bentuk hukuman atas kelalaian mereka itu.
Mengapa harus pada umur-umur tersebut? Karena
pada umur tujuh tahun, kemampuan akalnya
mulai berkembang secara bertahap, sehingga
pada usia itu anak-anak harus mulai diperintahkan
untuk melaksanakan salah satu kewajiban sebagai
seorang muslim, yaitu shalat.
Sedangkan ketika anak-anak telah berusia sepuluh
tahun, perkembangan akalnya telah mencapi
tahap kesempurnaan. Di usia tersebut, mereka
sudah mampu membedakan antara hal-hal
yang bermanfaat dan hal-hal yang mengandung
bahaya. Hal inilah yang diperlukan untuk
memahamai arti pentingnya dari shalat. Di mana
shalat merupakan sarana penghubung di antara
makhluk dan penciptaNya, menjalankan shalat
akan membawa seseorang untuk lebih dekat
dengan surga, sedangkan meninggalkannya akan
membuat seseorang tertimpa adzab di akhirat
kelak.
Oleh karena itu ketika anak-anak mencapai usia
tersebut maka ia diwajibkan untuk melaksanakan
shalat, dan apabila mereka lalai dengan
kewajiban tersebut, maka orang tua harus
memperingatkannya dengan memberikan mereka
hukuman.
Hukuman yang diberikan orang tua kepada
anaknya tidak boleh dilakukan dengan semenamena dan sembarangan yang nantinya justru
dapat membuat anak-anak tersebut cidera atau
terluka. Selain itu, orang tua juga tidak boleh
memukul bagian wajah, baik itu mulut, hidung,
serta bagian wajah lainnya.
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda,
“Pukullah mereka dengan pukulan yang tidak
keras (tidak membikin patah tulang, atau luka,
atau mengeluarkan darah, atau meninggalkan
bekas).”
4. Mengajak anak-anak untuk shalat berjamaah di
Masjid.
Langkah selanjutnya dalam cara mengajarkan
anak shalat adalah dengan mengajaknya
melaksanakan shalat berjama’ah di Masjid. Hal ini
memiliki beberapa tujuan, seperti mengajari anakanak untuk bisa membaur dengan masyarakat,
terutama dengan sesama kaum muslimin. Selain
itu anak-anak juga bisa mengenal ulama maupun
ustad dilingkungannya.
Wallahu a’lam bisshawab.(*)
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
17
Smart Parenting
Mengajari Anak Menjadi Diri Sendiri
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
(QS. Ali Imran: 14)
A
nak adalah salah satu karunia besar
yang Allah titipkan sebagai rezeki pada
kita. Tentu, tidak semua orang beruntung dapat menjadi orang tua. Namun, di balik
itu, ada hal yang lebih penting dari memiliki
seorang anak, yaitu dapatkah kita menjadi orang
tua yang amanah. Dapatkah kita membesarkan,
menjaga, dan mendidik amanah itu agar tumbuh
berkembang menjadi kebanggaan bagi dirinya
sendiri dan keluarganya, baik di dunia maupun
akhirat.
Allah SWT berirman, “Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di
sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
(QS. Ali Imran: 14)
18
Yatim Mandiri/Edisi April 2017
Agar dapat mencapai keindahan ini, kita
harus dapat mengembangkan kepribadian anak
ke arah positif, mendukung terciptanya akhlak
yang mulia, dan memberikan pendidikan yang
memadai.
Salah satu yang kita patut perhatikan adalah
mengajarkan anak cara menjadi diri sendiri
dengan tujuan membuat mereka percaya akan
kemampuan diri dan berkembang menuju
prestasi gemilang yang membanggakan. Berikut
ini beberapa cara mengajarkan anak agar menjadi diri sendiri:
1.
Bantu anak menemukan aktivitas yang
membuat mereka nyaman dan senang.
Kecerdasan anak berbeda-beda, ada yang
berbakat dalam bidang kinestetik, musik,
matematis, bahasa, hingga bakat dalam
menjalin hubungan sosial. Dengan kecer-
Smart Parenting
2.
3.
4.
dasan berbeda, minat anak juga akan beragam.
Sejak dini, kebanyakan dari kita sudah
mengenalkan anak pada banyak aktivitas, seperti
menari, membaca, olahraga, atau bermain peran.
Dari situ, kenalilah kecenderungan bakat anak.
Selanjutnya, tugas orang tua adalah membantu
anak menggali bakatnya lebih dalam dan tidak
memaksakan sesuatu yang tidak mereka sukai
hanya karena kita suka.
Tumbuhkan rasa percaya diri anak dengan
pujian.
Berikan pujian saat ia berani melakukan sesuatu
yang baik. Di saat dewasa, kita masih kerap
membandingkan apa yang kita miliki dengan
orang lain. Begitupun yang terjadi pada anak,
apalagi pergaulan mereka yang masih diwarnai
oleh celoteh saling pamer dan unjuk kebolehan.
Cara lain dalam mengajarkan anak cara menjadi
diri sendiri adalah dengan meyakinkan mereka
bahwa mereka memiliki keunikan masingmasing yang tidak boleh dianggap sepele.
Misalnya, ketika anak berhasil menggambar
atau mewarnai satu pola secara penuh beri
penghargaan dengan mengatakan, “Wah, anak
Ummi pintar sekali menggambarnya, sudah
besar punya cita-cita melukis, ya?”
Biarkan anak melakukan sesuatu secara mandiri.
Anak-anak memiliki sifat ingin dipercaya dan
dianggap mampu melakukan tugas tertentu.
Namun, terkadang sebagai orang tua kita kerap
khawatir dan selalu ingin mendampingi anak
dalam tugasnya. Malahan, kita juga sering kali
melarang anak melakukan banyak hal karena
pelbagai alasan. Coba mengajarkan anak cara
menjadi diri sendiri dengan membiarkan mereka
melakukan banyak hal secara mandiri. Hal ini
juga dapat membantu orang tua menemukan
apa bakat dan kemampuan yang anak kuasai.
Misalnya, tidur sendiri, meminta maaf lebih dulu,
atau membuat susu sendiri.
Jangan membandingkan dan mencela
kekurangannya.
Jika anak dianggap kurang berhasil atau
berprestasi dalam satu hal, coba jangan
langsung menilai mereka gagal dengan
memarahi atau memprotes, apalagi
membandingkan dengan anak lain. Dengan
cara ini, anak akan mencari-cari kekurangan
dan minder, lalu selalu merasa orang lain lebih
baik dari dirinya. Daripada memarahi, lebih baik
ajak anak mengevaluasi apa yang me