12.PROCEEDING Geofisika Terpadu Maranda BR USe This

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

I.12

PENYELIDIKAN GEOFISIKA TERPADU DAERAH PANAS BUMI MARANDA ,
KABUPATEN POSO, PROPINSI SULAWESI TENGAH

Dendi Surya K. , Bakrun , Ary K.
Kelompok Penyelidikan Panas Bumi
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

SARI

”Keberadaan potensi panas bumi daerah Maranda dicirikan dengan manifestasi panas bumi berupa mata

air panas, uap panas, tanah panas, dengan temperatur 53,6 °C – 100 oC dan daerah batuan teralterasi
yang terdapat di sekitar air panas yang terletak di desa Maranda, Kecamatan Pesisir Pantai Selatan. Survei geoisika terpadu ini merupakan suatu bagian komplementer dari survei panas bumi terpadu dengan
metode geosain lainnya seperti geologi dan geokimia. Gabungan terpadu dari hasil survei geoisika dan
hasil survei geologi dan geokimia akan memberikan data geosain terpadu untuk memperkirakan keberadaan sumber daya Panas Bumi dan Wilayah Kerja Panas Bumi.
Metode gaya berat pada anomali sisa memperlihatkan jalur anomali rendah negatif di bagian tengah
kearah timurlaut yang diapit oleh anomali tinggi positif yang mempunyai arah yang sama dengan jalur

anomali rendah, yang membujur dari arah tengah - timurlaut diduga merupakan suatu zona depresi
akibat struktur yang berkembang dengan arah baratdaya – timurlaut. Anomali relatif tinggi terdapat
di bagian utara dan timur daerah penyelidikan, diperkirakan sebagai sumber panas (heat source) yang
berada di sekitar manifestasi, begitu pula yang ditunjukkan dari hasil penampang model-2D gayaberat
ada body tinggi yang memperlihatkan adanya sumber panas disekitar daerah manifestasi. Hasil geomagnet
menunjukkan bahwa air panas Maranda dikontrol oleh struktur yang berarah baratlaut-tenggara dan yang
berarah timurlaut-baratdaya, sedangkan yang diperkirakan daerah prospek diperkirakan berada pada
anomali sedang di bagian utara yaitu di sekitar air panas Maranda. Adapun metode geolistrik memperlihatkan daerah anomali tahanan jenis rendah hingga sedang ( < 500 Ohm-m) terdapat di bagian tengah
daerah penyelidikan dan diduga berkaitan dengan aktiitas panas bumi.
Daerah prospek yang diperkirakan berkaitan dengan harga anomali rendah hingga sedang terletak di
bagian tengah daerah penyelidikan yang berkaitan dengan panas bumi memiliki luas kurang lebih 11,04
km2, sedangkan lapisan “Top Reservoir” tidak bisa ditentukan dengan metode ini.



Kata Kunci : Sumber panas, Anomali, struktur, Reservoir

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 1 : BIDANG ENERGI


PENDAHULUAN

METODOLOGI

Daerah Maranda ini memiliki kondisi kelistrikan yang kurang bagus, sehingga aliran
listrik sering terganggu. Oleh karena itu diperlukan suatu penyelidikan yang diharapkan akan
bermanfaat bagi pengembangan daerah ini terutama di sektor energi sehingga mempercepat
peningkatan ekonomi daerah.

Metode penyelidikan lapangan Geofisika terpadu terdiri dari dua tahap pekerjaan, yaitu
pekerjaan pralapangan dan pekerjaan lapangan. Kegiatan pralapangan meliputi studi
literatur dan analisis data sekunder, serta penyiapan peralatan. Studi literatur dan analisis data
sekunder merupakan kegiatan pengumpulan
dan analisis data pustaka melalui identiikasi
terhadap hasil penyelidikan terdahulu yang
berkaitan dengan kepanasbumiannya daerah
penyelidikan. Sedangkan penyiapan peralatan
dilakukan dengan cara kalibrasi peralatan yang
akan digunakan. Adapun penyelidikan lapangan

meliputi pengukuran di titik-titik ukur, pengambilan conto batuan, pengolahan data hasil
pengukuran dan pemodelan. Pengukuran Geofisika terpadu (Gayaberat, Geomagnet, dan
Geolistrik). dilakukan dititik yang telah ditentukan baik titik-titk lintasan maupun acak
(regional) untuk Gayaberat dan Geomagnet.

Penyelidikan metode geofisika terpadu ini
dilakukan untuk memperoleh data keprospekan (letak, delineasi dan besarnya potensi)
daerah panas bumi Maranda dari tinjauan data
geoisika. Data keprospekan ini kemudian akan
dijadikan sebagai data pendukung bagi evaluasi
keprospekan kepanasbumian Maranda secara
terpadu dengan hasil survei geologi dan geokimia.
Secara administratif daerah panas bumi
Maranda termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah, sedangkan
secara geografis terdapat pada posisi 1 o 25‘
24,5“ - 1o 13‘ 34“ Lintang Selatan dan 120o 28‘
29” - 120 o 38’ 29” Bujur Timur atau berada
pada koordinat UTM 219456 - 237528 mT dan
9842509 - 9864362 mU, zona 51 N belahan bumi
selatan (Gambar 1). Luas daratan Kabupaten

Poso diperkirakan sekitar 8.712,25 km2, yaitu
sekitar 12,81 persen dari luas daratan Provinsi
Sulawesi Tengah. Wilayahnya berbatasan dengan Teluk Tomini di sebelah utara, Kabupaten
Tojo Una-Una dan Kabupaten Morowali di sebelah timur, Kabupaten Donggala dan Kabupaten
Parigi Moutong di sebelah barat dan Provinsi
Sulawesi Selatan di sebelah selatan (Badan
Pusat Statistik Kabupaten Poso, 2010).

I.12

TINJAUAN GEOLOGI & GEOKIMIA
Pada tahun 2011, dalam waktu yang bersamaan, Pusat Sumber Daya Geologi - Badan
Geologi juga melakukan survei geologi detil dan
geokimia pada daerah panas bumi Maranda
(Tim Survei Geologi dan Geokimia Terpadu,
2011). Hasil survei tersebut dapat dirangkum
sebagai berikut:
Geomorfologi daerah survei dikelompokkan
menjadi 3 satuan, yaitu satuan pegunungan
curam, perbukitan bergelombang, dan satuan

geomorfologi pedataran.

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Stratigrai daerah Maranda (Gambar 2.) dapat
dibagi beberapa satuan batuan dengan urutan
dari tua ke muda adalah Satuan Batuan Malihan (Km), Satuan Batupasir Karbonatan (Tpp),
Satuan Batugamping (Qpg), Satuan Batupasir
(Qpp), Koluvium (Qk), dan Aluvium (Qa).
Pola struktur geologi di daerah penyelidikan didominasi oleh arah utara-selatan yang
berasosiasi dengan arah sesar naik Poso yang
berada di bagian baratnya dan pola struktur
berarah relatif barat-timur sebagai antitetiknya
Struktur sesar yang berkembang di daerah
penyelidikan diperkirakan mulai terbentuk
sejak tektonik Zaman Kapur, ketika Mandala
Geologi Sulawesi Timur bergerak ke barat dan
dipengaruhi juga oleh tektonik pada Oligosen

berupa pergerakan Mandala Banggai-Sula
yang bergerak ke arah barat, samapai akhirnya
ketika ketiga mandala geologi tersebut bersatu pada Miosen Tengah dan menghasilkan
beberapa segmen sesar berarah utara-selatan
seperti sesar Tokorondo yang berjenis sesar
naik. Tektonik tersebut diikuti dengan terbentuknya beberapa sesar antitetik yang berarah
relatif barat-timur yang berjenis sesar normal seperti Sesar Pinedapa dan Sesar Mesau.
Aktivitas tektonik terakhir pada Plio-Plistosen
menghasilkan beberapa sesar normal berarah relatif baratlaut-tenggara seperti Sesar
Maranda, Patangolemba, Mauro, dan Sesar
Sincang sebagai generasi sesar paling muda.
Sesar Maranda dan Sesar Sincang mengontrol
kehadiran beberapa manifestasi panas bumi
di daerah Maranda. Kelompok Manifestasi
Maranda terdiri atas air panas, lumpur panas,
tanah beruap (steaming ground), dan batuan
ubahan. Pemunculan mata air panas berada
di sepanjang sungai Tovu di dusun Maranda

dengan temperatur 65-100°C, pH sekitar 6-9,

debit 0,5-5 l/det, daya hantar listrik sekitar
1740- 2640 µS/cm, tidak berasa, berbau tidak
terlalu tajam, muncul pada celah aluvium dan
batugamping, terdapat sinter travertin. Munculnya air panas di pinggir kanan dan kiri sungai
Tovu pada rentang jarak yang berdekatan (±501000m). Manifestasi lumpur panas memiliki
temperatur 100°C. Di sekitar lumpur panas terdapat manifestasi panas bumi lainnya berupa
mata air panas dan tanah beruap serta batuan
ubahan. Mata air panasnya bertemperatur 99°C
pada temperatur udara 29°C. Tanah beruap di
Maranda cukup luas, yaitu sekitar 0,5x0,5 km
dengan temperatur bervariasi antara 40-96°C.
Batuan ubahan (alterasi batuan) di Maranda
berada di sekitar tanah beruap dengan luas
sekitar 3x3 m 2. Nilai kehilangan panas alamiah pada menifestasi tanah beruap (steaming
ground) sebesar 574.980 kWth. Sehingga, jumlah total kehilangan panas alamiah di daerah
penyelidikan adalah sebesar 2,4 MWth.
Berdasarkan pada hasil analisis air panas
dan air dingin, pada diagram segi tiga Cl-SO4HCO3 , air panas Maranda-3, Maranda-6, dan
Maranda-7 terletak pada posisi zona klorida
dan condong ke arah sulfat, sedangkan air

panas Maranda-1, Maranda-2, Maranda-4,
Maranda-5, berada di zona bikarbonat-klorida,
sementara air dingin sebagai pembanding terletak pada posisi di pojok bikarbonat. Nilai Hg
tanah (Gambar 3), memperlihatkan anomali
relatif tinggi >700 ppb yang terletak di sekitar
manifestasi dan berada di bagian timur daerah penyelidikan. Distribusi nilai CO 2 udara
tanah (Gambar 4), memperlihatkan anomali
tinggi>2% di sekitar air panas namun tidak terlalu luas, konsentrasi CO2 antara 1-2%,dan20 nT (merah) terdapat di bagian timur
dengan sebaran dari bagian tengah ke selatan
yang diperkirakan merupakan respon dari
adanya batu gamping di daerah tersebut, dan
di bagian utara terdapat juga anomali tinggi
akibat adanya respon dari batupasir. Air panas
Maranda berada pada anomali sedang yang
diapit oleh anomali tinggi di bagian utara dan
anomali rendah di bagian selatannya. Nilai
magnet total ini masih berdasarkan inklinasi
dan deklinasi daerah penyelidikan yang secara
umum masing-masing sekitar -19,130 dan 1,390.
Dari hasil ini kemudian dilakukan pemrosesan

reduksi ke kutub/reduction to pole (RTP) yang
bertujuan untuk merotasi arah inklinasi dan
deklinasi magnet ke inklinasi dan deklinasi
yang memberikan respon yang ideal yaitu inklinasi 90o dan deklinasi 0o, hasil akhir reduction

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

I.12

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

to pole tidak memberikan respon yang cukup
baik sehingga dipakai inklinasi 60o. Setelah itu
dilakukan proses lanjutan yaitu upward continuation (UWC), dimana proses ini bertujuan untuk
menghilangkan gangguan lokal yaitu pengaruh dari benda-benda magnetis dipermukaan,
upward continuation dilakukan pada ketinggian 100 m, 150 m, 200m, 250, 300, dan 350 m,
metode ini digunakan untuk dapat membandingkan nilai magnet pada beberapa ketinggian
sehingga memberikan hasil yang optimum
untuk diinterpretasi. Nilai magnet total dengan
range nilai -200 nT s/d 140 nT, setelah di RTP

range nilai berubah jadi -240 nT s/d 350 nT. Pola
delineasi anomali magnet total yang secara
umum berarah hampir utara-selatan berubah
menjadi baratlaut-tenggara. Nilai magnet
tinggi > 250 nT( kuning-merah) berupa kontur menutup memanjang yang berarah hampir
baratlaut-tenggara berada di bagian utara daerah penyelidikan dan berdekatan dengan mata
air panas Maranda. Kelompok magnet tinggi
juga terdapat di bagian tengah daerah penyelidikan, memanjang berarah baratlaut-tenggara
Anomali magnet rendah terdapat di bagian
barat-baratdaya dan timurlaut daerah penyelidikan. Kelompok magnet sedang 0 nT s/d 250
nT mendominasi daerah penyelidikan dengan
pola delineasi secara umum hampir berarah
baratlaut-tenggara. Nilai magnet rendah < 50
nT berada di timurlaut dan tenggara.
Peta hasil reduksi ke kutub dan upward
continuation 200 meter pada Gambar 6. memperlihatkan secara umum nilai kontur magnet
masih didominasi oleh nilai magnet sedang (
kuning dan hijau) dengan nilai 0 s/d 250 nT. Pola
kontur tinggi > -250 nT hanya terdapat di bagian
utara daerah penyelidikan berupa spot meman-


I.12

jang yang berarah hampir baratlaut-tenggara,
dan di bagian tengah daerah penyelidikan yang
berupa kontur memanjang berarah baratlauttenggara daerah penyelidikan.

Geolistrik
Pada bentangan AB/2 = 250 m memperlihatkan anomali tinggi ( > 50 Ohm-m ) terdapat di
bagian baratdaya daerah penyelidikan yaitu
pada ujung lintasan A sebelah baratdaya
memperlihatkan pola anomali tinggi membuka
kearah baratdaya. Nilai anomali rendah (< 25
Ohm-m) terdapat di sebagian besar daerah
penelitian terutama di sebelah utara dan barat
daerah penyelidikan, nilai anomali yang sangat rendah ( < 5 ohm-meter) muncul di sebelah
utara daerah penyelidikan dan membuka ke
timur, kemudian muncul sebagai spots di tengah tengah daerah penyelidikan.
Pada bentangan AB/2 = 500 m, anomali tinggi
( > 50 Ohm-m ) masih muncul di bagian barat
dan baratdaya daerah penyelidikan yaitu
pada ujung lintasan A sebelah baratdaya dan
di sekitar titik B-1500, pola anomali tinggi ini
membuka kearah baratdaya. Nilai anomali rendah (< 25 Ohm-m) terdapat di sebagian besar
daerah penelitian terutama di sebelah utara
dan barat daerah penyelidikan, nilai anomali
yang sangat rendah ( < 5 ohm-meter) masih
muncul di sebelah utara daerah penyelidikan
dan membuka ke timur, kemudian muncul
sebagai spot-spot di tengah tengah daerah
penyelidikan namun spot spot yang muncul
mulai menyatu terutama yang berada disekitar
air panas dan makin membesar di sekitar lintasan B dan C.

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Pada bentangan AB/2 = 750 m , anomali tinggi
( > 50 Ohm-m ) mendominasi bagian barat dan
selatan daerah penyelidikan yaitu pada ujung
lintasan A sebelah baratdaya. Nilai anomali
rendah (< 25 Ohm-m) terdapat di sebagian
besar daerah penelitian terutama di sebelah utara dan barat daerah penyelidikan, nilai
anomali yang sangat rendah ( < 5 ohm-meter)
masih muncul di sebelah timurlaut daerah
penyelidikan dan membuka ke timur, namun
spot-spot yang muncul di bentangan AB/2 250
m dan AB/2 500 m sudah menghilang.
Pada bentangan AB/2 = 1000 m (Gambar 7),
anomali tinggi ( > 50 Ohm-m ) mendominasi
bagian barat dan selatan daerah penyelidikan
yaitu pada ujung lintasan A sebelah baratdaya,
dan di jumpai di lintasan E. Nilai anomali rendah (< 25 Ohm-m) terdapat di sebagian besar
daerah penelitian terutama di sebelah utara
dan barat daerah penyelidikan, nilai anomali
yang sangat rendah ( < 5 ohm-meter) masih
muncul di sebelah timurlaut daerah penyelidikan dan membuka ke timurlaut.

Penampang Tahanan Jenis Semu
Pada penampang tahanan jenis semu pada
lintasan A berarah hampir Baratdaya-Timurlaut didominasi oleh nilai tahanan jenis semu
rendah (50 ohm-m)
mulai menguat di kedalaman