PEMAKNAAN KARIKATUR PARTAI DEMOKRAT PADA HARIAN JAWA POS(Studi Semiotika Pemaknaan Partai Demokrat Pada Karikatur Clekit Di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011).

PEMAKNAAN KARIKATUR PARTAI DEMOKRAT
PADA HARIAN J AWA POS
(Studi Semiotika Pemaknaan Par tai Demokrat Pada Kar ikatur Clekit
Di Har ian J awa Pos Edisi 14 J uli 2011)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
gelar sarjana pada Fisip UPN “Veteran” Jawa Timur

Disusun Oleh :
IWN Satr ia Fiatama
0743010058

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIO NAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

IWN Satr ia Fiatama PEMAKNAAN KARIKATUR PARTAI DEMOKRAT
PADA HARIAN J AWA POS (Studi Semiotika Partai Demokrat Pada
Karikatur Clekit Di Harian J awa Pos Edisi 14 J uli 2001)
Abstr ak
Karikatur yang terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat kritikan
yang disampaikan tidak begitu dirasa melecehkan atau mempermalukan.
Karikatur yang diamati dalam penelitian ini adalah karikatur Clekit pada harian
Jawa Pos. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan Partai
Demokrat pada karikatur Clekit di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan analisis
semiotika Charles Sanders Pierce yaitu berdasarkan ikon, indeks dan simbol.
Setelah melalui Triangel of Meaning Peirce dapat diketahui bahwa tiang
bendera yang bengkok, diartikan bahwa dalam tubuh partai demokrat sedang
terjadi konflik. 5 ekor ulat yang merambat, lima ulat diidentikan dengan orangorang partai demokrat yang terlibat konflik seperti kasus suap atau korupsi.
Sedangkan tulisan“Partai Demokrat” dengan huruf arial mempunya arti formal,
sederhana dan akrab.
Kata Kunci : Ikon, Indeks dan Simbol


Abstr ac
Caricatures that impressed ludicrous to make the criticism that conveyed
not so perceivedharass or embarrass. Caricature that observed in this study were
caricatures in the daily Clekit Jawa Pos. The purpose of this study was to
determine the meaning of the Democratic Party on caricature Clekit in Jawa Pos
Edition July 14, 2011.
This study used a qualitative descriptive method, with the semiotics of
Charles Sanders Pierce's analysis is based on icons, indexes and symbols.
After going through the Triangle of Meaning Peirce can be seen that the
bent flagpole, mean that the Democrats are the party conflict. 5 tail worm that
propagates, five caterpillars synonymous with those democrat party to the conflict
such as bribery or corruption cases. While the words "Partai Demokrat" with arial
letter possessed a formal sense, a simple and familiar.
Keywords: Icon, Index and Symbol

xii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pemaknaan Kar ikatur Par tai Demokrat Pada Har ian J awa Pos (Studi
Semiotika Pemaknaan Partai Demokrat pada Kar ikatur Clekit Di Harian
J awa Pos Edisi 14 J uli 2011 “ dapat terselesaikan dengan baik.
Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
bapak Drs. Syaifuddin Zuhri Msi, selaku dosen pembimbing utama yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi
kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak,
baik itu berupa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Hj. Suparwati., MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito ,S.Sos, MSi., Ketua program studi Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“
Jawa Timur, serta dosen Pembimbing utama penulis.
4. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan

ilmu dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Bapak, ibu, kakak dan adik serta seluruh keluarga untuk doa, dukungan,
perhatian, dan bantuannya yang memampukan penulis untuk selalu semangat
menyelesaikan skripsi ini.
6. orang terkasih Fevvy selalu memberikan suport dan do’a.
7. Untuk semua kawan D’Brutal Fams, “Do the best always rekk ....”.
8. Teman-teman seperjuangan dan sepenanggungan

Hanop, Koh, Ico, beng-

Beng semangat rekk ....
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan skripsi ini banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan laporan skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.
Surabaya, Januari 2012

Penulis

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................

ii


KATA PENGANTAR ................................................................................

iii

DAFTAR ISI ..............................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xi

ABSTRAKSI ..............................................................................................

xii


BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ...................................................................

11

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................

11

1.4. Manfaat Penelitian .....................................................................

11

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori ..........................................................................


12

2.1.1. Surat Kabar .....................................................................

12

2.1.2. Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa ...............

13

2.1.3. Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial .................................

15

2.1.4. Kartun dan Karikatur .......................................................

16

2.1.5. Kartun Dalam Surat Kabar ...............................................


18

2.1.6. Makna Dan Pemaknaan ....................................................

19

2.1.6.1.

Makna Warna ..................................................

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

2.1.6.2.

Makna Ulat .......................................................


23

2.1.6.3.

Makna Huruf ....................................................

24

2.1.6.4.

Makna Logo .....................................................

25

2.1.6.5.

Makna Bendera .................................................

26


2.1.6.6.

Makna Bendera Berkibar ..................................

26

2.1.6.7.

Makna Tiang Bendera Bengkok ........................

27

2.1.6.8.

Makna Daun Tertiup Angin ..............................

27

2.1.6.9.

Makna Garis .....................................................

28

2.1.6.10. Makna Syimbol Segitiga Partai Demokrat ........

30

2.1.7. Model Semiotik Charles Sanders Peirce ...........................

31

2.1.8. Partai Demokrat ...............................................................

35

2.2. Kerangka Berfikir ......................................................................

36

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian ......................................................................

38

3.2. Kerangka Konseptual .................................................................

39

3.3. Corpus Penelitian .......................................................................

39

3.4. Unit Analisis ..............................................................................

40

3.5. Teknik Pengumpulan Data .........................................................

40

3.6. Teknik Analisis Data .................................................................

40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................

46

4.1.1. Gambaran Umum Jawa Pos ..............................................

46

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1.2. Penghargaan yang diperoleh Harian Jawa Pos ..................

48

4.1.3. Partai Demokrat ..............................................................

48

4.2. Penyajian Data ...........................................................................

51

4.2.1. Gambar Karikatur “Partai Demokrat” pada karikatur
clekit di harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011 ....................

52

4.2.2.1.Ikon .....................................................................

53

4.2.2.2.Indeks ..................................................................

61

4.2.2.3.Simbol .................................................................

63

4.3. Makna Keseluruhan Karikatur “Partai Demokrat” Pada Karikatur
Clekit Di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011 ............................

73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulam ..............................................................................

81

5.2. Saran ..........................................................................................

82

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Segitiga Makna ......................................................................

21

Gambar 2.2 Model Semiotik Peirce ...........................................................

33

Gambar 2.3 Model Kategori Tanda ...........................................................

34

Gambar 2.4 Kerangka Berfikir Penelitian Tentang Pemaknaan Karikatur
Partai Demokrat Pada Harian Jawa Pos” .................................

x

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

37

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Karikatur “Partai Demokrat” Pada Karikatur Clekit Di
Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011

xi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keberadaan media massa saat ini telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan masyarakat, karena media massa mempunyai
peranan menjadi media penyampai informasi mengenai kejadian atau
peristiwa baik yang telah terjadi dalam negeri maupun luar negeri. Media
massa memiliki khalayak yang heterogen dan anonim. Selain itu, ciri dari
media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan
(simultanety) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang
disebarkan (Effendy, 1993:4).
Menurut Rahmat (2005:189) bentuk media massa itu sendiri terdiri
dari dua macam, yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak adalah
koran, majalah, buku-buku, tabloid dan sebagainya. Sedangkan media
elektronik yaitu terdiri dari radio, televisi dan internet.
Komunikasi

dengan

menggunakan

media

massa

untuk

menyampaikan pesan dari komunikator ke komunikan dikenal dengan
komunikasi massa. Yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass
communication) adalah komunikasi melalui media massa modern, yang
meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio, dan
televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di
gedung-gedung bioskop.

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Media memiliki kemampuan dalam membeberkan suatu fakta bahkan
membentuk opini masyarakat. Salah satu media yang secara gamblang dan
lebih rinci dalam pemberitaannya adalah surat kabar. Surat kabar merupakan
salah satu jenis media cetak yang dinilai lebih up to date dalam menyajikan
berita-berita yang akan disampaikan kepada khalayak. Beberapa kelebihan
dari surat kabar diantaranya yaitu bisa disimpan lebih lama atau dapat
diulang dan jelas, berbeda dengan media elektronik yang hanya bisa
menginformasikan sepintas dan membutuhkan perhatian dari komunikan
untuk bisa memahami isi dan pesan.
Surat kabar tidak hanya saja sebagai pencarian informasi yang utama
dalam fungsinya, tetapi bisa juga mempunyai suatu karakteristik yang
menarik yang perlu diperhatikan untuk memberikan analisis yang sangat
kritis

yang akan menumbuhkan motivasi,

mendorong serta

dapat

mengembangkan pola pikir bagi masyarakat untuk semakin kritis dan selektif
dalam menyikapi berita-berita yang ada di dalam media khususnya surat
kabar. Namun tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita.
Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan
jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan atau ditayangkan media
massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita atau memberi banyak
manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media (Sumadiria,
2005:86).
Akhir-akhir ini, perhatian masyarakat tertuju pada salah satu
peristiwa besar di Indonesia. Berbagai media massa baik cetak atau

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

elektronik seolah berlomba-lomba menyajikan berbagai pemberitaan menarik
terkait dengan konflik yang sedang dialami oleh salah satu partai besar di
Indonesia yaitu Partai Demokrat. Sebagaimana diketahui pertentangan antar
faksi di dalam Partai Demokrat semakin menjadi. Ini karena terbongkarnya
kasus Suap Sesmenpora senilai Rp 3,2 miliar. Kasus suap ini berkaitan
dengan pembangunan Wisma Atlit di Gelora Jakabaring Palembang yang
disiapkan untuk mendukung Sea Games XXVI di Palembang. Dalam kasus
tersebut, ada dua kelompok yang tersudut diantaranya kelompok Andi
Mallarangeng dan Anas Urbaningrum. Kelompok Andi tersudut karena kasus
tersebut terjadi di kementrian. Apalagi tersangka utamanya adalah Wafid
Muharram, sekretaris Andi Mallarangeng di Kemenpora. Sementara,
kelompok Anas juga tersudut karena Bendahara Umum Partai Demokrat yang
juga terseret kasus korupsi ini, M. Nazaruddin selama ini diketahui sebagai
orang dekat Anas (http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=27967).
Selain

kasus

tersebut,

Komisi

Pemberantasan

Korupsi

mengisyaratkan akan mengusut dugaan korupsi pembangunan proyek
Stadion Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Sebelumnya, Menteri Koordinator
Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto meminta KPK menelusuri
dugaan korupsi Stadion Hambalang. Menurutnya, KPK justru harus
menuntaskan penelusurannya agar tidak menimbulkan polemik. Dugaan
korupsi proyek Hambalang mencuat setelah Muhammad Nazaruddin, bekas
Bendahara Umum Partai Demokrat menuding PT Adhi Karya, kontraktor
proyek Hambalang, menyetor uang untuk kongres Partai Demokrat. Proyek

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

itu menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
sebesar Rp 1,52 triliun. Nazaruddin menyebut dana Rp 50 miliar yang
digelontorkan saat kongres Demokrat pada Januari 2010 terkait dengan proyek
Hambalang. Uang dari proyek Hambalang juga dikucurkan untuk Ketua Umum
Demokrat

Anas

Urbaningrum

dan

sejumlah

politikus

partai

tersebut

(http://www.tempo.co/hg/hukum/2011/07/25/brk,20110725348295,id.html).
Rumitnya konflik politik di dalam Partai Demokrat, memicu
munculnya berbagai berita menarik lainnya seputar anggota Partai Demokrat
seperti Ruhut Sitompul yang dilaporkan oleh istrinya Anna Rudhiantiana
Legawati ke polisi karena Ruhut Sitompul mengaku masih perjaka saat
menikah dengan Diana Leovita selain itu ada juga berita artis cantik dan juga
anggota DPR Angelina Sondakh yang juga terseret dalam dugaan kasus
korupsi Suap Sesmenpora senilai Rp 3,2 miliar.
Selain kasus Nama Andi Nurpati disebut-sebut terlibat dalam kasus
pemalsuan surat hasil sengketa pemilihan umum MK. Namun, Andi dalam
berbagai kesempatan telah membantah keterlibatannya. Selain itu kasus
tersebut untuk sementara, polisi baru menetapkan bekas juru panggil MK,
Masyhuri Hasan dan bekas panitia MK Zaenal Arifin Hoesein sebagai
tersangka kasus ini. Sekalian itu juga tersangka kasus pemalsuan surat
Mahkamah Konstitusi, Masyhuri Hasan segera disidangkan. Penyidik, telah
menyerahkan tersangka dan barangbukti kepada jaksa, Kepala Divisi Humas
Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polsi Anton Bahrul Alam di Mabes Polri,
Jakarta, mengatakan, dalam penyerahan itu penyidik menyerahkan barang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

bukti yang diantaranya berupa surat yang diduga dipalsukan oleh Masyhuri.
Selain itu bekas panitera Mahkamah Konstitusi, Zaenal Arifin Hoesein
diperiksa penyidik Polri selama enam jam terkait pemalsuan surat hasil
sengketa pemilihan umum. Kepada penyidik, tersangka surat palsu ini
mengatakan tak pernah ada surat panitera MK tertanggal 14 Agustus 2011.
Jika ada, surat itu palsu (http://politik.vivanews.com/news/read/243619-kataanas-urbaningrum-soal-kasus-andi-nurpati)
Berbagai pemberitaan menarik terkait konflik dalam Partai Demokrat
ternyata juga menarik minat karikaturis untuk membuat karikatur yang
berusaha untuk melakukan kritik sosial terhadap beragam konfik yang terjadi
dalam Partai Demokrat tersebut.
Karikatur (latin: carricare) menurut Pramoedjo (2008:13) sebenarnya
memiliki arti sebagai gambar yang didistorsikan, diplesetkan, atau
dipeletotkan secara karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik
wajah. Seni memeletotkan wajah ini sudah berkembang sejak abad ke-17 di
Eropa, Inggris dan sampai ke Amerika bersamaan dengan perkembangan
media cetak pada masa itu.
Gambar karikatur acapkali terkesan lucu dan menggelikan sehingga
membuat kritikan yang disampaikan tidak begitu dirasakan melecehkan atau
mempermalukan. Unsur humor yang dikedepankan membuat kegulasan
karikatur menjadi tidak membuat kening berkerut, yang muncul hanya
senyum dan tawa penikmat karikatur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Dari sedikit uraian di atas maka kita dapat melihat gambar karikatur
merupakan salah satu wujud lambang atau bahasa visual, keberadaannya
dikelompokkan dalam kategori bahasa komunikasi non verbal, ia dibedakan
dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan ataupun ucapan, ia merupakan
ungkapan ide dan pesan dari karikaturis kepada publik yang dituju melalui
simbol berwujud gambar, tulisan dan lainnya.
Karikatur membangun masyarakat melalui pesan-pesan sosial yang
dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Sayangnya muatan
pesan verbal dan pesan visual yang dituangkan di dalam karikatur terlalu
banyak. Secara visual, desain karikatur yang disajikan pun menjadi jelek,
tidak komunikatif, kurang cerdas, dan terkesan menggurui. Akibatnya
masyarakat luas yang diposisikan sebagai target sasaran dari karikatur
dengan serta merta akan mengabaikan pesan sosial yang ingin disampaikan
oleh karikatur.
Melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu
diklasifikasikan berdasarkan tanda, kode, dan makna yang terkandung di
dalamnya.

Dengan

demikian

dapat ditemukan

kejelasan mengenai

pertimbangan-pertimbangan estetik pada karikatur dipandang dari hubungan
antara tanda dan pesan.
Karikatur penuh dengan perlambang-lambangan yang kaya akan
makna, oleh karena itu karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang
menonjol di dalam masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang
disampaikan sebuah gambar karikatur, tidak akan menyebapkan terjadinya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

evolusi. Dengan kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu
permasalahan yang sedang hangat dipermukaan.
Dalam penyajiannya di media cetak, karikatur merupakan salah satu
unsur penting, bahkan tidak terpisahkan dalam tajuk rencana, opini dan
artikel pilihan lainnya. Bagi pembaca atau setidak-tidaknya bagi para
pembaca awam, karikatur membawa arti komunikasi yang cukup penting.
Ketika pesan tidak lagi disampaikan dalam bentuk tulisan, maka karikatur
seringkali justru bermakna penting karena bisa diinterpretasikan menurut
pengalaman personal.

Fakta-fakta

terkadang

menyinggung

perasaan

(Bintoro, 2002:3) merupakan peristiwa pahit bisa dikemukakan.
Keberadaan karikatur dalam surat kabar bukan hanya melengkapi
saja, tetapi memberikan hiburan selain berita-berita utama yang disajikan dan
juga memberikan tambahan informasi dan pengetahuan kepada khalayak
pembaca. Karikatur merupakan bentuk komunikasi yang mudah terbaca,
karena sering diberikan kata-kata tertulis kartun terlihat mudah untuk
dimaknai.

Namun

pada

kenyataannya

kita

harus

terlebih

dahulu

mendeskripsikan jalinan tanda pada karikatur tersebut, yang selanjutnya
karikatur tersebut tampil sebagai “tanda” karena ada kedekatan antara
gambar dengan obyeknya. Setelah itu kita mengganti unsur-unsur pembentuk
karikatur

yang

tercantum

dalam

ilustrasi

tersebut,

dan kemudian

mendeskripsikannya mempertimbangkan ikon, indeks, dan simbol.
Karikatur yang diamati dalam penelitian ini adalah karikatur Clekit
yang dimuat di harian Jawa Pos. Karikatur clekit merupakan penggambaran

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

dari peristiwa yang terjadi di masyarakat yang meliputi peristiwa politik,
sosial, ekonomi, budaya, dsb. Karikatur Clekit dalam satu minggu dimuat
hanya tiga kali, penyampaian pesan implisit dalam artian karikatur sebagai
komunikasi secara tidak langsung (symbolic speech) dimaksudkan untuk
mengembangkan

kreatifitas

dan

imajinasi

pembaca

dalam

menginterpretasikan makna yang terkandung dalam pesan dan gambar
karikatur tersebut. Hasil dari interpretasi tersebut yang diharapkan mampu
memberikan solusi, pemecahan, atau koreksi diri bagi kalangan masyarakat,
pemerintah, ataupun individu-individu tentang suatu permasalahan.
Dari pemilihan gambar karikatur Clekit yang berurutan tentang
permasalahan atau kasus yang terjadi di partai politik Demokrat. Penulis
hendak menjabarkan makna yang terkandung dalam karikatur secara
semiotika berdasarkan ikon, indeks, dan simbol. Penulis akan mengartikan
karikatur ”Partai Demokrat” yang termasuk karikatur editorial. Karikatur
editorial merupakan karikatur yang memiliki sifat mengkritik atau memiliki
makna kritik sosial. Alasan yang mendasari pemilihan gambar karikatur
Clekit adalah adanya deformasi jasmani terhadap pihak-pihak yang menjadi
sasaran,

penggambaran dalam

karikatur

Clekit

yang menyebabkan

keimplisitan pesan, yaitu didalam gambar karikatur terdapat perubahan
gambar tokoh yang tidak sesuai lagi dengan gambar atau bentuk asli karena
adanya tambahan efek-efek gambar dari kartunis sehingga karikatur tersebut
memiliki makna dan pesan yang menimbulkan imajinasi bagi pembaca dalam
menyikapi gambar karikatur Clekit.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Penelitian ini berusaha mengungkap konflik yang terjadi dalam partai
Demokrat yang ditampilkan pada karikatur Clekit di Harian Jawa Pos Edisi
14 Juli 2011. Dalam edisi tersebut ditampilkan sebuah karikatur yang
menggambarkan kondisi sulit yang sedang dialami oleh salah satu partai
besar di Indonesia yaitu Partai Demokrat. Hal tersebut nampak dari beberapa
tanda atau simbol seperti gambar bendera dengan logo partai Demokrat. Di
bagian tiang bendera nampak tidak kokoh karena sedang digerogoti oleh 5
ekor ulat yang melambangkan beberapa anggota atau tokoh dalam Partai
Demokrat yang sedang terlibat masalah politik besar seperti Nazaruddin
(Bendahara), Anas Urbaningrum (Ketua Umum), Angelina Sondakh
(Anggota) yang dituduh terlibat dalam kasus korupsi. Ruhut Sitompul (Ketua
Departemen Bidang Kominfo) karena kasus pemalsuan identitas dan status
pernikahan serta Marzuki Ali (Anggota) yang terlibat konflik dalam tubuh
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Bendera partai Demokrat dalam
karikatur tersebut dilatarbelakangi warna abu-abu yang memberikan
gambaran rumitnya konflik yang ada dalam partai Demokrat karena berbagai
kasus berat yang dialami oleh para anggotanya.
Karikatur clekit di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011 sangat
menarik untuk diteliti karena karikatur tersebut berusaha untuk memberikan
kritik sosial terhadap berbagai konflik yang terjadi dalam partai demokrat
terutama adanya kekhawatiran terhadap citra Partai Demokrat di kalangan
masyarakat. Anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Evert Ernest
Mangindaan mengatakan kasus dugaan suap pembangunan wisma Atlet SEA
Games di Palembang mengancam citra partai. Menurutnya, jika dibiarkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

akan mengancam perpecahan di partai Demokrat. "Fakta-fakta dari
pemberitaan juga jelas, ini kan sudah mempengaruhi opini masyarakat
tentang bagaimana Partai Demokrat," kata Mangindaan di Kantor Presiden,
Kamis 12 Mei 2011. Akhirnya, Dewan Kehormatan Partai Demokrat turun
tangan dalam polemik harus menjaga citra partai karena polemik kasus ini
sudah mencoreng nama partai di masyarakat. Hal ini dengan memeriksa
Bendara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin yang dikaitkan
dengan para tersangka, terutama dugaan kedekatannya dengan Mindo Rosalina
Manurung. (sumber http://www.tempo.co/hg/politik/2011/05/12/brk,20110512334139,id.html.
Karikaturis menciptakan sensasi melalui gambar tentang sesuatu yang
memiliki peristiwa yang memiliki makna tersembunyi yang menggelitik bagi
pembaca. Yang dimaksud makna tersembunyi merupakan makna konotatif,
makna konotatif bersifat subyektif dalam pengertian bahwa ada pergeseran
dari makna umum (denotatif) karena sudah ada penambahan rasa dan nilai
tertentu. Kalau ada makna denotatif hampir bisa dimengerti banyak orang,
maka makna konotatif ini hanya bisa dicerna oleh mereka yang jumlahnya
relatif lebih kecil (Sobur. 2003:264).
Melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu
memaknai sebuah gambar dengan cara mengklasifikasikan berdasarkan
tanda-tanda visual dan kata-kata yang terkandung di dalamnya. Maka itu,
pembahasan

ini menggunakan

kajian

kritis

yang bertujuan untuk

mengungkap makna dan tanda-tanda atau simbol yang ada (Sobur,
2006:132).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin meneliti tentang
pemaknaan Partai Demokrat pada karikatur Clekit di Harian Jawa Pos Edisi
14 Juli 2011 dengan menggunakan model semiotika Pierce, karena dalam
Pierce dipelajari tentang tanda-tanda dan berbagai hal yang berhubungan
dengan cara, fungsi serta hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengiriman
dan penerimaan pesan, serta cara mengkomunikasikannya.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dari
penelitian ini adalah “Bagaimana pemaknaan Partai Demokrat pada karikatur
Clekit di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011.
1.3. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan Partai Demokrat
pada karikatur Clekit di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011.
1.4. Manfaat Penelitian
1.

Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah khasanah
penelitian di bidang media massa khususnya surat kabar.

2.

Kegunaan teoritis
Sebagai bahan acuan serta menambah referensi perpustakaan khususnya
ilmu komunikasi kepada para peneliti yang lain.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Sur at Kabar
Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu
komunikasi, khususnya pada studi komunikasi massa. Dalam buku
“Ensiklopedi Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar
sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak
yaitu berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan
dan iklan yang diterbitkan secara berkala: bias harian, mingguan dan
bulanan, serta diedarkan secara umum (Junaedhi, 1991:257).
Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan
fungsinya, selain menyiarkan informasi yang objektif dan edukatif,
menghibur,

melakukan

kontrol

sosial

yang

konstruktif

dengan

menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat
dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu
sendiri. (Effendy, 2003:149).
Sementara (Sumadiria, 2005:32-35) dalam Jurnalistik Indonesia
menunjukkan 5 fungsi dari pers yaitu :
1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi
secepat cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang actual,
akurat, faktual dan bermanfaat.

12
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

2. Fungsi Edukasi, maksudnya disini informasi yang disebar luaskan pers
hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers
harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.
3. Fungsi hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai
wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi
semua lapisan masyarakat.
4. Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai
pengawas

pemerintah

dan masyarakat.

Pers

akan

senantiasa

menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam
suatu masyarakat atau negara.
5. Fungsi mediasi, dengan fungsi mediasi, pers mampu menjadi fasilitator
atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain,
peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu
dengan yang lain.
2.1.2. Sur at Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa
Komunikasi sering diartikan sebagai perpindahan (transfer)
informasi (pesan) dari pengirim (komunikator) kepada penerima
(komunikan) melalui saluran (media) tertentu dengan tujuan mencapai
saling pengertian (mutual understanding).
Ada 2 (dua) macam proses komunikasi, yaitu : secara tatap muka
(primer) dan secara media (sekunder). Komunikasi sekunder ini dilakukan
dengan menggunakan media nirmasa (dalam komunikasi kelompok
tertentu) atau dengan menggunakan media massa. Tujuan komunikasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

sekunder ini antara lain adalah untuk mencapai komunikan yang lebih
luas, memungkinkan imitasi oleh lebih banyak orang dan mengatasi batas
ruang dan waktu.
Komunikasi massa pada dasarnya merupakan penggunaan saluran
(media) yang mempunyai proses melibatkan beberapa komponen. Dua
komponen yang berinteraksi (sumber dan penerima) terlibat, pesan yang
diberi kode oleh sumber (encoded), disalurkan melalui sebuah saluran dan
diberi kode oleh penerima (decoded), tanggapan yang diamati penerima
merupakan umpan balik yang memungkinkan interaksi berlanjut antara
sumber dan penerima (Winarso, 2005: 18-20).
Jadi pada hakekatnya komunikasi massa sebenarnya sama seperti
bentuk-bentuk komunikasi yang lain, yaitu memiliki unsur-unsur
komunikasi seperti sumber, pesan, saluran, gangguan, tujuan, efek, umpan
balik dan konteks. Namun beberapa hal yang membedakannya terutama
adalah sifat komunikasinya yang umum, cepat dan selintas.
Komunikasi massa dapat diartikan sebagai suatu proses dimana
komunikator secara professional menggunakan media massa didalam
menyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak.
Surat kabar menurut Sutisna (2003:289) merupakan salah satu
media penyampai pesan yang mempunyai daya jangkau yang luas dan
massal. Surat kabar berfungsi sebagai penyampai berita kepada para
pembacanya. Pada intinya surat kabar menjadi hal yang tidak terpisahkan
dalam era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Dimana pada saat ini kebutuhan akan informasi sangat dibutuhkan
sebanyak-banyaknya oleh pemirsa.
Berdasarkan teori-teori surat kabar di atas maka dapat disimpulkan
surat kabar adalah media cetak untuk menyampaikan pesan atau berita
kepada khalayak masyarakat luas.
2.1.3. Sur at Kabar Sebagai Kontrol Sosial
Kontrol Sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial
(1987:2) adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak yang
mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai
kehidupan kelompok.
Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk
mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh
kelompok dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat
dipaksa untuk kalau perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya
untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.
Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial adalah tekanan mental
terhadap individu dalam bersikap dan bertindak sesuai penilaian
kelompok. (Susanto, 2000 :115). Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial
bertujuan (Susanto, 2000: 116):
1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya.
2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri.
3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma baru

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan
fungsinya, selain menyiarkan informasi yang objektif dan edukatif,
menghibur,

melakukan

kontrol

sosial

yang

konstruktif

dengan

menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat
dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu
sendiri. (Effendy, 2003:149)
2.1.4. Kartun dan Kar ikatur
Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur, seperti halnya
kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik, dan kartun animasi
adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun. Di Indonesia, konon
karikatur mulai berkembang sejak negeri ini dibawah penjajahan Belanda.
Yaitu pengaruh dari gambar karikatur yang secara berkala dimuat di surat
kabar berbahasa Belanda, misalnya ”de locomotif” yang beredar di
Indonesia saat itu.
Dalam Encyclopedia of The Art dijelaskan, karikatur merupakan
representasi sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih-lebihkan
sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur juga sering dipakai sebagai
sarana kritik sosial dan politik. (Sumandiria, 2005:8).
Dalam perkembangannya, sesuai dengan dinamika persoalan yang
dihadapi dan diliput pers, karikatur tidak hanya menunjuk kepada gambar
wajah seseorang yang dilebih-lebihkan. Karikatur juga mencakup semua
peristiwa yang terjadi, diliput, dan menjadi sorotan pers. Ia bahkan
termasuk karya seni grafis. Seperti ditegaskan karikaturis terkemuka GM

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Sudarta dalam salah satu makalahnya, karikatur adalah termasuk seni
grafis, yaitu suatu cabang dari bentuk seni lukis. Dalam penyajiannya
dituntut pula akan selera indah sebagaimana hasil seni. Ini penting, karena
ide yang bagaimanapun kuatnya akan berkurang nilainya apabila tidak
didukung oleh kualitas gambar yang baik. Sebagaimana seni lukis, dalam
karikatur juga dituntut selera komposisi untuk membuat gambar yang enak
dipandang. (Sumandiria, 2005:9).
Menggambar karikatur termasuk proses kreatif seorang ahli grafis
sekaligus seorang jurnalis. Sebagai ahli grafis, ia harus dapat menyajikan
gambar yang memenuhi kaidah komposisi gradasi, dan aksentuasi secara
tajam dan serasi. Sebagai jurnalis, ia pandai memilih topik yang sedang
aktual, menyangkut kepentingan masyarakat umum, dan mengemasnya
dalam paduan gambar serta kata-kata yang singkat, lugas, sederhana.
Secara teknis jurnalistik, karikatur diartikan sebagai opini redaksi
media dalam bentuk gambar yang sarat dengan muatan kritik sosial
dengan memasukkan unsur kelucuan, anekdot, atau humor agar siapa pun
yang melihatnya bisa tersenyum, termasuk tokoh atau objek yang
dikarikaturkan itu sendiri. (Sumandiria, 2005:9).
Sebuah karikatur dikatakan efektif apabila karikatur itu telah
menjalankan fungsinya, yakni karikatur harus membuat senyum untuk
semua. Senyum untuk yang dikritik agar tidak marah, senyum untuk
masyarakat yang merasa terwakili aspirasinya, dan senyum untuk sang
karikaturis karena tidak terjadi apa-apa. (Sumandiria, 2005:9).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Karikatur adalah produk suatau keahlian seorang karikaturis, baik
dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi,
referensi, bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat.
Karena itu, kita bisa mendeksi intelektual seorang karikaturis dari sudut
ini. Juga, cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang
dikritik justru tersenyum. (Sobur, 2006:140).
Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam
bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan
selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya,
karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat.
Dikatakan kritik sehat karena penyampaiannnya dilakukan dengan
gambar-gambar lucu dan menarik. (Sobur, 2006:140).
Kartun sendiri merupakan produk keahlian seorang katunis, baik
dari segi penghetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologi, cara melobi,
referensi, bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat.
Kartun merupakan tanggapan atau opini secara subyektif terhadap suatu
kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu. Karena itu kita
bisa mendeteksi tingkat intelektual yang membuat kartun dari sudut ini.
Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang
dikritik justru tersenyum. (Sobur, 2003:140).
2.1.5. Kartun Dalam Surat Kabar
Keberadaan kartun dalam surat kabar bukan berarti hanya
melengkapi artikel atau tulisan-tulisan di surat kabar saja, tetapi juga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

memberikan informasi kepada masyarakat. Banyak kejadian yang
dilaporkan dalam bentuk gambar (misalnya kartun) yang lebih efektif
daripada kalau diterangkan dengan kata-kata. Karena kartun mempunyai
kekuatan dan karakter yang sehingga pembaca tertarik untuk sekedar
melihat atau bahkan berusaha memahami makna dan pesan yang
terkandung dalam gambar kartun tersebut.
Kartun sendiri merupakan produk keahlian seorang kartunis, baik
dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologi, cara melobi,
referensi, bacaan, maupun bagaimana tangapan atau opini secara subyektif
terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu.
Karena itu kita bisa mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis dari sudut
ini. Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang
dikritik justru tersenyum (Sobur, 2003:140).
2.1.6. Makna Dan Pemaknaan
Brown dalam Sobur (2001:255-256) mendefinisikan makna
sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi
terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen dalam makna
yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Namun kita terlebih dahulu
harus membedakan pemaknaan secara lebih tajam tentang istilah-istilah
yang nyaris berimpit antara apa yang disebut (1) terjemah (translation), (2)
tafsir atau interpretasi, (3) ekstrapolasi dan makna atau meaning.
Membuat terjemah adalah upaya mengemukakan materi atau
substansi yang sama dengan media yang berbeda; media tersebut mungkin

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

berupa bahasa satu ke bahasa lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya.
Pada penafsiran, kita tetap berpegang pada materi yang ada, dicari latar
belakangnya, konteksnya agar dapat dikemukakan konsep atau gagasannya
lebih jelas. Ekstrapolasi lebih menekankan pada kemampuan daya pikir
manusia untuk menangkap hal di balik yang tersajikan. Materi yang
tersajikan dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator pada sesuatu
yang lebih jauh lagi. Memberikan makna merupakan upaya lebih jauh dari
penafsiran dan mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan
lebih menuntut kemampuan integratif manusia, indrawinya, daya pikirnya
dan akal budinya. Materi yang tersajikan seperti juga ekstrapolasi, dilihat
tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator bagi sesuatu yang lebih jauh. Di
balik yang tersajikan bagi ekstrapolasi terbatas dalam artian empirik logik,
sedangkan pada pemaknaan dapat pula menjangkau yang etik ataupun
yang trasendental.
Semantik adalah ilmu mengenai makna kata-kata, suatu definisi
yang menurut S.I. Hayakawa dalam Mulyana (2001:257) tidaklah buruk
bila orang-orang tidak menganggap bahwa pencarian makna kata mulai
dan berakhir dengan melihatnya dalam kamus. Makna dalam kamus tentu
saja lebih bersifat kebahasaan (linguistik), yang punya banyak dimensi,
simbol merujuk pada objek di dunia nyata, pemahaman adalah perasaan
subjektif kita mengenai simbol itu dan referen adalah objek yang
sebenarnya eksis di dunia nyata.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Gambar 2.1. Segitiga Makna
Pikiran atau rujukan (orang)

Simbol (kata)

Referen (objek)

Sumber :BertE. Bradley, 1981: 283. dalam Mulyana (2001:256)
Pada gambar di atas adalah :
1. Simbol yang berarti merujuk pada pada objek di dunia nyata.
2. Referent adalah objek yang sebenarnya dan eksis di dunia nyata.
Makna dapat pula digolongkan ke dalam makna denotatif dan
makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual)
seperti yang kita temukan dalam kamus. Karena itu makna denotatif lebih
bersifat publik. Sejumlah kata bermakna denotatif, namun banyak kata
juga bermakna konotatif, lebih bersifat pribadi, yakni makna di luar
rujukan objektifnya. Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat
subjektif daripada makna denotatif.
2.1.6.1.Makna War na
Warna dapat memberikan suasana tertentu pada suatu ruangan,
karena setiap macam warna memiliki karakter sendiri-sendiri, selain itu
setiap warna juga memiliki efek psikologis. Dalam karikatur partai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

demokrat pada harian Jawa Pos edisi 14 Juli 2011 terdapat tiga warna
yaitu :
1. Warna Putih
Warna putih menunjukkan kedamaian, pencapaian ketinggian diri,
spritualitas, kedewasaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan
kebersihan, tak bersalah, kesempurnaan, keamanan, cahaya, persatuan.
Warna putih juga mempunyai kesan suci, bersih, lugu, murni, ringan
fleksibel dan netral (http://www.kaskus.us/showthread.php?p=321357444)
2. Warna Hitam
Warna hitam adalah warna netral yang paling kuat, warna hitam sering
diasosiakan dengan kekuatan, ke-eleganan dan formalitas, selain itu
warna hitam sering diasosiakan iblis, kematian dan misteri, selain itu
hitam merupakan warna duka, pembrontakan. Selain itu warna hitam
juga mempunyai makna simbol kekuasaan dan ketangguhan. Warna
hitam sering digunakan untuk menunjukkan kesan kurus dan langgeng,
simbol kekuasaan pada warna hitam digunakan untuk menampilkan
kesan jahat .
3. Warna Abu-Abu
Warna abu-abu mencerminkan, keamanan, reliabilitas, kepandaian,
tenang dan serius, kesederhanaan, kedewasaan, konservatif, praktis,
kesedihan, bosan, profesional, kualitas, diam dan tenang. Warna Abuabu juga warna netral yang dingin. Warna abu-abu sering diasosiakan
sebagai warna putus asa dan depresi. Warna abu-abu pada umumnya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

merepresentasikan konserfatif dan formal, atau biasa diartikan dengan
warna modern. Mewarisi sifat dari hitam, abu-abu juga sering
diasosiaikan sebagai warna duka, warna abu-abu sering digunakan
untuk desain korporat karena sifatnya yang formal dan profesional
(http://djohar1962.blogspot.com/2008/08/arti-warna.html).
2.1.6.2.Ulat
Ulat adalah salah satu binatang yang sangat rakus dalam melahap
hijaunya dedaunan tanaman. Hasil yang diakibatkan oleh ulah ulat sangat
mengesankan dari pada dengan wujud ulat yang lemah dan lunak
tubuhnya. Karakter ulat adalah pekerja keras dalam menggunduli
dedaunan tanaman, seakan-akan ulat tersebut dikejar deadline yang harus
buru-buru menyelesaikannya sehingga hasilnya tanaman gundul dalam
waktu relatif singkat. Dalam menjalani misinya ulat tak membiarkan
sedikit waktu terbuang. ulat baru berhenti ketika sampai pada saat yang
ditentukan dimana ulat harus berhenti makan untuk menuju ke dalam
kondisi puasayang keras. Puasa yang sangat ketat tanpa makan tanpa
minum sama sekali, dalam lingkupan kepompong yang sempit dan gelap.
Ulat seakan tak mempunyai waktu yang terluang dan terbuang sedikitpun.
Waktu yang tersedia adalah waktu yang sangat berharga bagi ulat untuk
menggemukkan badan sebagai persiapan menuju sebuah keadaan dimana
diperlukan energi yang besar yaitu masa kepompong, seakan dikejar-kejar
oleh deadline sehingga sang ulat tak pernah beristirahat sejenakpun untuk
terus melahap dedaunan. Berpacunya ulat dengan waktu, ternyata

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

disebabkan ulat telah mempunyai sebuah tujuan yang sangat jernih dan
jelas yaitu mengumpulkan semua potensi yang ada untuk menghadapi satu
saat yang sangat kritis yaitu masa kepompong, dimana pada masa
kepompong tersebut dibutuhkan persiapan yang prima. Datangnya masa
kepompong adalah sebuah keniscayaan, maka ulat mempersiapkan dengan
kerja keras untuk menghadapinya (warsito suwadi).
2.1.6.3.Huruf
Tulisan ”Partai Demokrat” pada bendera partai demokrat,
termasuk jenis huruf tak berkait (sans serif), tidak memiliki kait hanya
batang dan tangkainya saja, ujungnya bisa tajam atau tumpul, sifatnya
kurang

formal,

sederhana,

akrab,

keuntunganya

sangat

mudah

dibaca(http://www.slideshare.net/encrust82/anatomi-furuf).
Arial, kadang dipasarkan atau ditampilkan dalam berbagai
perangkat lunak sebagai Arial MT, adalah sebuah rupa huruf sans-serif dan
sekelompok fon komputer. Fon dari keluarga Arial dipaketkan bersama
Microsoft Windows, beberapa aplikasi perangkat lunak Microsoft lainnya,
1Apple Mac

OS

X

2

dan

bermacam

pencetak

komputer Post

Script 3. Rupa huruf ini dirancang tahun 1982 oleh tim beranggotakan 10
orang

yang

dipimpin

Robin

Nicholas

dan

Patricia

Saunders

untuk Monotype Typography. Rupa huruf Arial terdiri dari berbagai gaya,
yaitu Regular, Italic, Medium, Medium Italic, Bold, Bold Italic, Black,
Black Italic, Extra Bold, Extra Bold Italic, Light, Light Italic, Narrow,
Narrow Italic, Narrow Bold, Narrow Bold Italic, Condensed, Light

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Condensed, Bold Condensed, dan Extra Bold Condensed. Keluarga huruf
Arial lebar memiliki beberapa gaya pula, yaitu Rounded (Light, Regular,
Bold, Extra Bold); Monospaced (Regular, Oblique, Bold, Bold Oblique).
Banyak di antaranya dikeluarkan dalam berbagai konfigurasi fon dengan
beragam tingkatan dukungan bahasa. Fon Arial yang sering digunakan dan
dipaketkan adalah Arial Regular, Italic, Bold, Bold Italic, disertai gaya
sejenis untuk Arial Narrow, ditambah Arial Black dan Black Italic.
Belakangan ini, Arial Rounded juga dimasukkan dalam paket tersebut
(http://id.wikipedia.org/wiki/Arial).
Arial memiliki keterbacaan yang baik pada ukuran 12 pixel atau
setara dengan 9 Point atau 0.8em. Kurang dari ukuran 12px Arial akan
terkesan kurus dan rapat hingga akan mempersulit dibaca. Arial sangat
baik ditampilkan pada situs-situs resmi (berupa profil) yang tidak terlalu
banyak menggunakan teks. Bila pilihan ternyata jatuh pada Arial untuk
teks,

gunakan

jarak

baris

yang

lebih

besar

dari

standar

(http://www.designmagz.com/css/variasi-arial-dengan-css.html).
2.1.6.4.Logo
Sebagai bagian dari perencanaan corporate identity design, logo
ibarat bagian tubuh yang mampu mengutaraka

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR PARTAI DEMOKRAT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Partai Demokrat Pada Karikatur Clekit Di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011).

0 1 94

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 0 103

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos).

0 0 96

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 1 94

PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT LPI VS PSSI DI HARIAN JAWA POS (Studi semiotika tentang pemaknaan karikatur editorial Clekit LPI vs PSSI edisi 8 Januari 2011 di Harian Jawa Pos).

0 0 92

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos)

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos)

0 0 22

PEMAKNAAN KARIKATUR PARTAI DEMOKRAT PADA HARIAN JAWA POS(Studi Semiotika Pemaknaan Partai Demokrat Pada Karikatur Clekit Di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011)

0 0 20

PEMAKNAAN KARIKATUR PARTAI DEMOKRAT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Partai Demokrat Pada Karikatur Clekit Di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011)

0 0 20