PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT LPI VS PSSI DI HARIAN JAWA POS (Studi semiotika tentang pemaknaan karikatur editorial Clekit LPI vs PSSI edisi 8 Januari 2011 di Harian Jawa Pos).

PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT LPI VS PSSI
DI HARIAN JAWA POS
(Studi semiotika tentang pemaknaan karikatur editorial Clekit LPI vs PSSI edisi 8 Januari
2011 di Harian Jawa Pos)

SKRIPSI

Oleh:
SURAIDA HETE AISYABELLA
0743010113

YAYASAN KESEJAHTERAAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulilah kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat menuju skripsi. Penulis meneliti
tentang Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit di Haarian Jawa Pos. Dengan
analisis semiotik maka penulis mencoba untuk meneliti bagaimana makna yang
terkandung di dalam karikatur editorial Clekit di harian Jawa Pos.
Penulis juga menyadari, tanpa bantuan dari berbagai pihak yang selama ini
membimbing, mengayomi dan memberikan bantuan dari ide dan referensi buku,
maka skripsi ini juga tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan laporan ini.
2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi, Dekan Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Pak Juwito, Sos, M.si. Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang juga menjadi dosen
pembimbing laporan skribsi ini.


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4. Ayah dan ibu tercinta yang telah membimbing dan mendidik buah hatinya
dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
5. Saudara-saudaraku yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu yang setiap
hari memantau perkembangan laporan ini.
6. “Bhie-ku” yang selalu support dan menemani untuk mengerjakan proposal
ini. Terimakasih juga sudah ngomel-ngomel tiap hari.
7. Teman-teman yang selalu menemani dikala bahagia dan sedih, terutama
icha, suqma, lheeya dan teman-teman yang lain yang tidak bisa aku
sebutkan satu persatu
Penulis menyadari adanya kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam
penggarapan skripsi ini. Maka dari itu penulis membutuhkan saran, kritik dan
semoga bisa berguna bagi para pembaca. Semoga kita semua termasuk orang yang
senantiasa bermanfaat bagi sesama, agama, bangsa dan negara serta berbahagia di
dunia dan di akhirat. Amin.

Surabaya, Juni 2011


Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah................................................................1

1.2

Perumusan Masalah.......................................................................11

1.3

Tujuan Penelitian………...............................................................11


1.4

Kegunaan Penelitian……………………………………………..11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teori……………..........................................................12
2.1.1 Surat Kabar………………………………………………..12

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.2 Karikatur…………………………………………………..16
2.1.3 Karikatur dalam Media Massa…………………………….17
2.1.4 Karikatur sebagai Kritik Sosial……………………………20
2.1.5 Karikatur sebagai Proses Komunikasi……………………..22
2.1.6 PSSI dan LPI………………………………………………24
PSSI………………………………………………………..24

LPI…………………………………………………………25
2.1.7 Konsep Makna……………………………………………..26
2.1.8 Komunikasi Non Verbal…………………………………...28
2.1.9 Pendekatan Semiotik………………………………………30
2.1.10 Semiotika Charles Sanders Pierce………………………..34
2.2

Kerangka Berpikir……………………………………………….37

BAB III. METODE PENELITIAN
3.1

Metode Penelitian…………………………………………........36

3.2

Corpus …………………………….............................................41

3.3


Unit Analisis................................................................................41
3.3.1 Ikon……………………………………………………....42

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.3.2 Indeks…………………………………………………....42
3.3.3 Simbol…………………………………………………....43
3.4

Teknik Pengumpulan Data.........................................................43

3.5

Metode Analisis Data…………………………..……………...44

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA


Anggoro, M Linggar, 2002, Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di
Indonesia, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Ardianto Elvinaro dan Soemirat Soleh, 2004, Dasar-Dasar Public Relations,
Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya
Jefkins, Franks, 2004, Public Relations, Edisi kelima disempurnakan oleh Daniel
Yadin, Jakarta : Penerbit Erlangga
Mulyana, Deddy, 2000, Ilmu Komunikasi suatu Pengantar, Bandung : Penerbit
Remaja Rosdakarya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

M.A, J. Supranto, 2001, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta
SE, Sunarto, 2006, Costumer Service, Jogjakarta : Penerbit Amus

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


DAFTAR LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Foto selama kegiatan
 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI

BAB I. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah................................................................1

1.2

Perumusan Masalah.......................................................................10

1.3

Tujuan Penelitian………...............................................................10

1.4

Kegunaan Penelitian……………………………………………..10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1


Landasan Teori……………..........................................................11
2.1.1 Surat Kabar………………………………………………..11
2.1.2 Karikatur…………………………………………………..15
2.1.3 Karikatur dalam Media Massa…………………………….16
2.1.4 Karikatur sebagai Kritik Sosial……………………………19
2.1.5 PSSI dan LPI……………………………………………..21

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PSSI………………………………………………………21
LPI………………………………………………………..23
2.1.6 Anjing………………………………………………………24
2.1.7 Bola…………………………………………………………25
2.1.8 Konsep Makna……………………………………………..26
2.1.9 Komunikasi Non Verbal…………………………………...29
2.1.10 Pendekatan Semiotik……………………………………..31
2.1.11 Semiotika Charles Sanders Pierce………………………..35
2.2


Kerangka Berpikir……………………………………………….39

BAB III. METODE PENELITIAN
3.1

Jenis Penelitian………………………………………….............42

3.2

Definisi Konseptual……………………………..........................43

3.3

Subyek dan Obyek Penelitian…………………………………..44

3.4

Korpus..........................................................................................44

3.5

Teknik Pengumpulan Data...........................................................45

3.6

Teknik Analisis Data…………………………..……………….45

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Gambaran Umum Obyek Penelitian……………………………49

4.2

Penyajian Data…………………………………………………54

4.3

Analisis Data…………………………….…..............................55
4.3.1 Karikatur Editorial Clekit Edisi 8 Januari 2011…………55
4.3.2 Ikon, Indeks, Simbol…………………………………….58

4.4

Pemaknaan Keseluruhan gambar karikatur……………………71

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan……………………………………………………74

5.2

Saran………………………………………………………….75

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI

Suraida Hete Aisyabella. PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT
LPI VS PSSI DI HARIAN JAWA POS (Studi semiotika tentang pemaknaan
karikatur editorial Clekit LPI vs PSSI edisi 8 Januari 2011 di Harian Jawa Pos)
Permasalahan dari judul adalah LPI vs PSSI yang bersiteru dalam karikatur
editorial clekit di harian Jawa Pos. Terlihat Dalam gambar karikatur editorial clekit di
harian Jawa Pos edisi 8 januari 2011 yang menampilkan dua sosok gambar yang
salah satunya digambarkan sebagai hewan anjing yang mewakili PSSI dan satu lagi
sosok pria yang mewakili LPI dengan membawa selembar kertas yang bertuliskan
ijin. Dari penggambaran yang demikian, memunculkan banyak pertanyaan yang salah
satunya mengapa PSSI digambarkan sebagai anjing? Padahal PSSI sebagai induk
organisasi sepak bola dan manajemen dari PT Liga Indonesia seharusnya
digambarkan selayaknya organisasi yang memiliki kredibilitas yang baik. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan karikatur editorial Clekit di
Harian Jawa Pos edisi 8 Januari 2011 berdasarkan teori segitiga makna.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif, yang menggunakan analisis semiotik dari Charles Sanders Pierce. Korpus
pada penelitian kualitatif ini adalah gambar karikatur Clekit LPI vs PSSI pada harian
Jawa Pos edisi 8 Januari 2011.
Hasil penelitian dari Jawa Pos, yaitu Gambar karikatur ini memperlihatkan
kondisi renggangnya hubungan antara pria dan anjing. Pertama pria yang memakai
kaos, celana serta sepatu lengkap sambil mengempit bola semakin menegaskan
bahwa dirinya yang merupakan perwakilan dari LPI memang benar-benar
menyerupai sosok dari pemain sepak bola, sedangkan anjing yang digambarkan
sebagai PSSI terlihat tidak senang dengan adanya LPI hal tersebut terlihat dari
ekspresi mata dan mulut anjing. Sebagai organisasi yang menaungi sepak bola di
Indonesia seharusnya PSSI digambarkan layaknya organisasi yang berkualitas dan
mempunyai kredibilitas yang baik bukan digambarkan sebagai anjing.
Kata Kunci : Karikatur Editorial Clekit, Jawa Pos, Pierce

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah dasar dari kehidupan manusia yang dibutuhkan
dalam rangka bersosialisasi dengan sesamanya. Sebagai kebutuhan esensial
dan seiring dengan berkembangnya pengetahuan manusia, maka proses
komunikasi yang dilakukan manusia membutuhkan media komunikasi yang
mampu mendukung tercapainya proses tersebut. Media atau saluran
komunikasi merupakan sesuatu yang digunakan sebagai alat penyampaian
atau pengiriman pesan, misalnya surat kabar, majalah, radio, televisi. Internet,
dan telepon. Dengan demikian masyarakat Indonesia semakin cerdas dalam
menata kehidupan mereka. Mereka semakin mampu menyaring informasiinformasi yang menerpa meskipun informasi tersebut deras menerpanya.
Bebasnya informasi yang menerpa khalayak tersebut tidak lepas dari peran
media pers.
Jurnalistik pers pun sebagai institusi media memiliki fungsi, fungsi
tersebut guna melayani kebutuhan khalayak terhadap informasi. Fungsi pers
itu adalah yang pertama yaitu pendidikan, salah satu contohnya pers
memberikan sumbangsih dalam mengentaskan buta huruf. Fungsi pers yang
kedua yaitu informatif, contohnya pers menyebarkan segala informasi seperti


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


 

politik, hankam, budaya dan sebagainya hingga kedaerah pelosok desa.
Fungsi yang ketiga pers sebagai kontrol sosial terhadap segala permasalahan
yang timbul, misalkan pers sebagai pengawas dari kinerja pemerintahan.
Fungsi pers selanjutnya adalah mempengaruhi, pers memberikan pengaruh
terhadap pola pikir khalayaknya. Pengaruh tersebut masuk ketika khalayak
membaca produk pers. Fungsi terakhir pers dalam pengabdiannya kepada
khalayak adalah hiburan, fungsi ini tampak ringan dan santai sebagai contoh
adanya rubrik lifestyle (Efendy.2000;94).
Fungsi media sebagai kontrol sosial dan persuasif secara sadar atau
tidak dapat mengarahkan khalayak untuk mengikuti pola pikir yang disajikan
media. Kebutuhan khalayak akan berita yang paling penting adalah nilai
“kebaruan”, nilai ini pada media cetak terletak pada surat kabar. Melihat
ketertarikan khalayak akan informasi terbaru maka media menyajikan
informasi berupa visualisasi karikatur. Informasi yang ringan dan humoris
namun tetap kritis dan faktual membuat khalayak terhibur dan tertarik dengan
informasi tersebut (Efendy.2000;92).
Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang beragam.
Terdapat rubric olahraga, berita lokal, nasional, maupun internasional,
terdapat juga rubrik opini, lifestyle dan sebagainya. Namun demikian surat
kabar menjadi media cetak terkini bila dibandingkan media cetak lainnya
karena nilai kebaruannya. Adanya isi surat kabar yang variatif, dari berita-

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


 

berita internasional hingga lokal. Namun secara sederhana isi surat kabar
dapat dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan (advertising). Berita
dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu fenomena masyarakat (seperti
pada tabloid yang hanya membahas fenomena tentang olahraga) namun semua
fenomena atau peristiwa dalam realitas dilaporkan (Efendy.2000;92).
Dalam pelaporan berita yang dibuat para pekerja media (wartawan dan
karikaturis), terdapat perbedaan antara media satu dengan media yang lainnya.
Karikaturis dikategorikan sebagai wartawan bukan karena karya mereka
dimuat di surat kabar. Mereka dikategorikan sebagai wartawan karena karya
mereka faktual sesuai dengan permasalahan yang muncul dalam realitas. Para
wartawan dan karikaturis membentuk berita berdasarkan interpretasi mereka
terhadap realitas yang menjadi bahan pemberitaan. Pemaknaan diantara para
pekerja media itu akan berbeda karena nilai-nilai, sudut pandang, pengalaman
dan rujukan yang dimilki para pekerja tersebut (jurnalis) berbeda dengan
wartawan atau jurnalis dari media yang berbeda. Perbedaan tersebut juga
dipengaruhi ideologi, kebijakan serta segmentasi masing-masing media.
Dengan demikian hasil reportase mereka berbeda meskipun obyek beritanya
sama (Eriyanto.2005;25-26).
Isi surat kabar selanjutnya adalah iklan dan opini. Iklan merupakan
sumber keuangan tidak tetap media, selain itu media sebagai penyebar
informasi atas iklan yang bersangkutan. Mengenai opini, surat kabar

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


 

menyediakan kolom khusus. Kolom opini menjadi tempat, baik tim redaksi
maupun khalayak umum untuk berkomentar terhadap suatu fenomena
tertentu. Pemikiran atau komentar tersebut disampaikan secara logis, dan
faktual serta subjektif berdasarkan sudut pandang penulisnya. Sebenarnya,
aturan tersebut dibuat agar opini yang disampaikan penulisnya tertata dan ada
dasarnya. Bentuk opini beragam, namun sebagai contoh di surat kabar Jawa
Pos opini terdiri dari pojok, karikatur, artikel, dan surat pembaca
(Efendy.2000;97).
Opini media yang berupa gambar lucu dan menggelitik adalah
karikatur. Pesan opini dalam bentuk visual yang tersusun seolah-olah tidak
serius membuat karikatur yang banyak berkembang di media massa nasional,
misalnya Jawa Pos. karikatur opini Jawa Pos disebut Editorial Clekit, yang
arti harfiahnya rasa sakit karena cubitan atau gigitan serangga. Fungsi clekit
sebagai opini berbentuk visual adalah mengingatkan khalayak masyarakat dan
pemerintah bahwa disekitar mereka terdapat suatu fenomena yang layak
dibahas bersama. Clekit muncul secara periodik di Jawa Pos mulai bulan
Oktober 1994, satu kali seminggu yaitu hari sabtu. Namun pada
perkembangannya clekit hadir secara periodik tiga kali dalam satu minggu di
hari selasa, kamis, dan sabtu. Kemunculan tiga kali dalam satu minggu itu
sejak bulan Januari 1997 (Arthaka.2006;42).

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


 

Opini media yang bentuknya visual dan kocak (karikatur) membuat
khalayak tersenyum, mereka tidak tampak serius menanggapi permasalahan
yang ada. Sikap khalayak yang demikian bukan berarti khalayak itu tidak
peduli atau asal-asalan menanggapi permasalahan, namun karena kehebatan
sang pengirim pesan membuat opini dengan gaya karikatur yang selalu
membuat banyak individu tersenyum santai. Dengan demikian karikatur
memiliki sejumlah syarat agar menjadi karikatur yang baik, yang dapat
membuat para individu-individu ini tersenyum bahkan tertawa. Syarat
tersebut diantaranya karikatur harus mengandung unsur deformasi. Deformasi
itu sendiri adalah penggambaran berlebihan terhadap salah satu fokus dalam
objek. Deformasi dikatakan berlebihan dalam arti ukuran, bias besar dan
menonjol namun bisa pula diperkecil sehingga tampak berbeda dari gambar
lainnya di dalam objek. Objeknya biasanya tokoh terkenal seperti presiden,
ketua parpol, ketua DPR, dan lain sebagainya. Biasanya bagian yang di
deformasi adalah wajah, perut, hidung, mulut, gigi, mata dan sebagainya atau
bahkan keseluruhan sosok dari gambar di dalam objek. Menurut Sudarta
karikatur merupakan deformasi berlebih atas wajah seseorang atau tokoh,
biasanya

orang

terkenal

dengan

mempercantik

bertujuan

mengejek

(Sudarta.1987;49 dalam Sobur.2006;138).
Karikatur editorial atau yang disebut juga kartun opini haruslah dilihat
dari cara bagaimana karikatur tersebut dibuat, unsur-unsur apa saja yang perlu

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


 

dan penting. Semua hal tersebut sangat penting agar karikatur editorial benarbenar baik, lucu, cerdas, kritis, dan tentunya proposional. Sebagai karikatur
editorial yang menyampaikan opini redaksi, karikatur harus mengandung
teknis karikatur. Pertama, karikatur harus informatif dan komunikatif.
Karikatur pada kriteria ini berlaku sebagai penyampai pesan atau informasi
berkaitan dengan fenomena tertentu. Informasi tersebut disampaikan dengan
gaya bahasa non verbal yang lucu dan sedikit satu atau dua bahkan lebih kata
verbal disisipkan sebagai penguat sehingga pesan gambar tersebut
komunikatif. Tujuannya agar dalam penyampaian pesan gambar tersebut tidak
terjadi salah pengertian, walaupun penafsiran terhadap karikatur berbeda-beda
dan

bila

tidak

ditafsirkan

secara

benar

maka

akan

terjadi

bias

(Sobur.2006;139).
Teknis kedua dalam membuat karikatur yang baik secara proposional
yaitu karikatur harus mengangkat permasalahan yang fenomenal dan sedang
ramai di bicarakan publik. Artinya fenomena yang diangkat harus baru.
Teknis ini penting sekali karena jika teknis tidak ada maka karikatur sama saja
dengan komik. Seperti diketahui, komik adalah kartun humor tentang sesuatu
yang tidak mengangkat tema kritis ataupun fenomenal serta tidak aktual,
komik hanya mengangkat tema tentang hal-hal lucu saja. Dengan demikian
komik tampak tersegmentasi pada kalangan anak-anak dan remaja karena
isinya yang ringan dan tidak kritis. Berbeda dengan karikatur, muatan isinya

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


 

lebih pada ranah publik yang fenomenal dan sedang ramai diperbincangkan
karena pengaruhnya yang begitu besar bagi semua individu, misalnya
karikatur tentang korupsi, politik, sara, terorisme, bencana alam, dan
sebagainya (Sobur.2006;139).
Teknis ketiga supaya karikatur kritis, cerdas dan lucu adalah memuat
kandungan humor. Kelucuan menjadi penetral sekaligus identitas karikatur.
Sifat atau teknis yang humoris menjadi sarana refreshing atau bersantai bagi
khalayak meskipun secara sadar atau tidak mereka tetap kritis terhadap segala
permasalahan yang diangkat. Sedangkan teknis keempat yaitu karikatur
memiliki gambar yang baik. Maksud dari gambar yang baik yaitu gambar
harus dibuat semirip mungkin dengan tokoh yang disindir dan permasalahan
yang diangkat. Karikatur harus benar-benar mirip dengan objek asli meskipun
dalam

karikatur

terdapat

deformasi

terhadap

tokoh-tokohnya

(Sobur.2006;139).
Karikatur editorial sebagai opini surat kabar berbentuk humor visual
juga memiliki kata-kata tersebut onomatopetica, yaitu penggambaran suara
objek. Onomatopetica, itu biasanya suara orang bersiul, harimau mengaum,
teriakan orang marah dan lain sebagainya (Sobur.2006;138).
Karikatur editorial yang sarat dengan muatan kritis tersebut tersimpan
di dalam suatu tanda-tanda yang kompleks. Apabila dilihat lagi, tanda itu

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


 

merupakan basis dari setiap bentuk komunikasi. Adanya tanda membuat
setiap individu dapat saling berinteraksi, saling memahami sehingga terhindar
dari kesalahpahaman. Namun pada bentuk komunikasi tingkat tinggi seperti
bahasa karikatur yang menggunakan sarana tanda dan lambang membutuhkan
pemaknaan yang tepat. Pertautan antara tanda-tanda tersebut tidak dengan
mudah ditafsirkan hanya dengan melihat objek saja, namun harus melalui
analisis yang tepat. Kajian ilmu yang tepat dalam menganalisis tanda
khususnya karikatur adalah analisis semiotik. Hal ini menurut salah satu tokoh
semiotika yang membahas tentang produksi tanda, Charles Sanders Pierce
bahwa subjek (intrepretan) sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
proses pemaknaan. Teori segitiga makna yang mengetengahkan tanda, objek,
dan intrepretan memperlihatkan peran besar subjek dalam proses tersebut.
Intrepretan (subjek) memiliki fungsi sebagai penafsir terhadap tanda yang ada
di dalam objek. Dengan demikian proses produksi antara tanda, objek, dan
intrepretannya

sebagai

penafsir

menghasilkan

suatu

pemaknaan

(Sobur.2004;xii-xiii).
Tokoh asal Amerika ini mengatakan, penafsiran terhadap tanda tidak
akan berhenti dan terus berlanjut selama diantara tanda-tanda tersebut terdapat
penafsir. Pierce menggunakan tanda (sign) yang merupakan representasi dari
sesuatu diluar tanda yaitu objek dan dipahami oleh peserta komunikasi

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


 

(intrepretan). Ketiga unsur tersebut harus selalu ada, dengan demikian segala
pertandaan apapun dapat ditafsirkan (Sobur.2004;16)

Peneliti memilih gambar karikatur editorial clekit edisi 8 Januari 2011
dikarenaka gambar karikatur tersebut sedang hangat beredar di masyarakat,
yaitu tentang LPI dan PSSI yang saat ini sedang bersiteru karena LPI memilih
berdiri sendiri tanpa dinaungi oleh PSSI sedangkan PSSI merupakan lembaga
resmi yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk menaungi persepakbolaan
Indonesia. Terbentuknya Liga Primer Indonesia (LPI) yang merupakan
gagasan dari Gerakan Reformasi Sepakbola Nasional Indonesia (GRSNI)
bertujuan untuk mengangkat terpuruknya kondisi sepakbola nasional saat ini.
Karena Liga Primer Indonesia (LPI) adalah kompetisi sepak bola antar klub
professional di Indonesia yang diselenggarakan sejak 2011.

Penelitian ini berusaha mengungkap makna yang terkandung pada
karikatur editorial clekit pada harian Jawa Pos edisi 8 januari 2011 yang
menampilkan dua sosok gambar yang salah satunya digambarkan sebagai
hewan anjing yang mewakili PSSI dan satu lagi sosok pria yang mewakili LPI
dengan membawa selembar kertas yang bertuliskan ijin. Dari penggambaran
yang demikian, memunculkan banyak pertanyaan yang salah satunya
mengapa PSSI digambarkan sebagai anjing? Padahal PSSI sebagai induk

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10 
 

organisasi sepak bola dan manajemen dari PT Liga Indonesia seharusnya
digambarkan selayaknya organisasi yang memiliki kredibilitas yang baik.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
suatu bentuk permasalahan, yaitu bagaimanakah pemaknaan gambar karikatur
editorial clekit edisi 8 Januari 2011

1.3

Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka Tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan karikatur editorial
Clekit di Harian Jawa Pos edisi 8 Januari 2011 berdasarkan teori segitiga
makna.

1.4

Kegunaan Penelitian
1. Menambah dan memperluas wawasan serta pengetahuan peneliti tentang
makna yang terkandung dalam karikatur editorial clekit di harian Jawa Pos
edisi 8 Januari 2011.
2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai referensi bagi
mahasiswa komunikasi yang membutuhkan referensi tentang semiotika.
Khususnya tentang karikatur berdasarkan pemahaman teori segitiga
makna.

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.

Landasan Teori

2.1.1. Surat Kabar
Komunikasi massa berfungsi menyiarkan informasi, gagasan dan sikap
kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan
menggunkan media (Effendy, 2003:80). Banyak definisi tentang komunikasi
massa yang telah dikemukakan oleh para ahli komunikasi. Banyak ragam dan
titik tekan yang dikemukakannya. Namun dari sekian banyak definisi itu ada
benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasrnya komunikasi
massa adalah komunikasi melalui mdia massa (media cetak dan elektronik).
Sebab awal perkembangannya saja komunikasi massa berasal dari
pengembangan kata of mass communication (media komuniksai massa) yang
dihasilkan oleh tekhnologi modern. (Nurudin, 2007:4) menurut Gerbner
(1967) dalam rakhmat (2002:188) komunikasi massa adalah produksi dan
distribusi yang berlandaskan tekhnologi dan lembaga dari arus pesan yang
kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.
Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu komunikasi.
Khususnya pada studi komunikasi massa. Dalam buku “Ensiklopedi Pers
Indonesia” disebutkan bawa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi
penerbit pers yang masuk dalam media masa cetak yaitu berupa lembaran

11 
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12 
 

berisi berita karangan dan iklan yang diterbitkan secara berkala bisa harian,
mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum (Junaedhi, 1991:257) surat
kabar pada perkembangannya menjelma sebagai salah satu bentuk dari pers
yang mempunyai kekuatan dan kewenangan untuk menjadi sebuah control
sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut disebabkan
karena falsafah pers yang selalu identik dengan kehidupan sosial, budaya dan
politik.
Menurut Sumadiria (2005, 32-35) dalam Jurnalistik Indonesia
menunjukkan 5 fungsi pers yaitu:
1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi
secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang
actual, akurat, factual dan bermanfaat.
2. Fungsi Edukasi, maksudnya disini informasi yang disebarluaskan
pers hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang
pers harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru
pers.
3. Fungsi Hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai
wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi
semua lapisan masyarakat.

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13 
 

4.

Fungsi Kontrol Sosial, pers mengemban fungsi sebagai pengawas
pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan
ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam suatu
masyarakat atau negara.

5.

Fungsi Mediasi, dengan fungsi mediasi pers mampu menjadi
fasilitator atau mediator yang menghubungkan tempat yang satu
dengan yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain
atau orang yang satu dengan yang lain.

Setiap masyarakat membutuhkan berita kata penulis inggris Dame
Rebecca West, seperti orang membutuhkan mata, ia ingin tahu segala sesuatu
yang terjadi. Tapi berita tidak selamnya demikian, menurut William Radolf
Hearts salah satu tokoh penerbitan di Amerika punya sinisme. Berita
menurutnya adalah seseorang yang menghentikan sesuatu yang hendak
dicetak karena iklan lebih penting.
Dua hal tersebut menyertai perkembangan dunia persurat kabaran
modern. Sejalan dengan daya rengkuhnya terhadap jutaan pembaca di
berbagai belahan dunia, serta persaiangannya dengan radio dan televisi.
Teknologi elektronik yang memasok televise hamper disetiap rumah, ikut
mendorong perkembangan proses pencetakan surat kabar. Kehadiran televisi
membuat kemunculan Koran atau surat kabar dibagikan secara gratis (di

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14 
 

Negara-negara Eropa dan Amerika). Iklan telah menutup biaya produksi
cetak. Sebuah surat kabar berbeda dari tipe publikasi lain, karena
kesegarannya, karakteristik headlinenya dan keaneka ragaman liputan yang
menyangkut berbagai topik isu dan peristiwa. Hal ini terkait dengan
kebutuhan pembaca, akan sisi menarik informasi yang ingin dibacanya dari
surat kabar yang menjadi langganannya. Walau demikian surat kabar bukan
sekedar pelapor kisah-kisah human interest dan berbagai peristiwa.
Pada abad ke-19, surat kabar independent pertama memberikan
kontribusi signifikan bagi penyebaran keaksaraan. Membuat khalayak keluar
dari buta huruf dan berbagai konsep hak asasi manusia dan kebebasan
demokratis. Surat kabar terus menerus mengasah pandangan-pandangan ihwal
“global village”. Asumsinya, setiap orang memiliki hak untuk mengetahui
segala pernak-pernik kejadian. Karena dari bekal informasi itulah setiap orang
dapat ikut menyalurkan informasi dan berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Untuk mendapatkan kepastian informasi dan kemampuan
tersebut, tiap orang membutuhkan wartawan surat kabar yang bertugas
sebagai wakil masyarakat untuk mencari dan memberitahu tentang segala
peristiwa yang terjadi dan dibutuhkan masyarakat. Pada sisi inilah, mengapa
wartawan memiliki hak untuk tahu pada segala informasi publik dan diberi
keleluasaan untuk memcari kemana pun informasi itu berada. Sebab wartawan

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15 
 

bertanggung jawab pada kebutuhan masyrakat akan informasi yang ada di
lingkungannya.
Surat kabar harian sendiri terbit untuk mewadahi keperluan tersebut.
Informasi menjadi instrumen penting dari masyrakat industry. Maka itulah,
surat kabar harian bisa disebutr sebagai produk dari industri masyarakat.
Disamping itu, dalam bentuknya yang independen (dalam kemandirian), surat
kabar biasanya integral dengan perkembangan paham demokrasi di sebuah
masyarakat. Hal itu bisa terlihat dari kondisi kebebasan pers yang terdapat
pada suatu masyarakat, dan tingkat keaksaraan membuat khalayak keluar dari
buta huruf masyarakat (Santana, 2005:87).
2.1.2. Karikatur

Karikatur, merupakan perkembangan kartun politik, yaitu gambar lucu
yang menyimpang dan bersifat satir atau menyindir, baik terhadap orang atau
tindakannya. Ciri khas karikatur adalah deformasi atau distorsi wajah dan
bentuk fisik, dan biasanya manusia adalah yang dijadikan sasaran agresi.
Toety Heraty Noerhadi dalam tulisannya berjudul Kartun dan Karikatur
sebagai Wahana Kritik Sosial menyatakan bahwa karikatur merupakan
gambaran yang diadaptasi dari realitas, tokoh-tokoh yang digambarkan adalah
tokoh-tokoh bukan fiktif yang ditiru lewat pemiuhan (distortion) untuk
memberikan persepsi tertentu terhadap pembaca. Ia menambahkan bahwa

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16 
 

perbedaan kartun dan karikatur terletak pada hal ini, yaitu tokoh yang
digambarkan antara kartun dan karikatur berbeda. Apabila tokoh kartun
bersifat fiktif, maka tokoh dalam karikatur bersifat tiruan dari tokoh nyata
yang telah melalui tahap pemiuhan. Dengan demikian akan terwujud gambar
yang lucu tetapi juga terkandung pesan yang penting, sehingga pesan yang
hendak disampaikan dalam kartun kepada masyarakat mudah untuk diterima.

Gambar karikatur adalah karya pribadi, produk suatu keahlian seorang
karikaturis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, seni melukis, psikologis,
maupun bagaimana memilih tema atau isu yang tepat. Karikatur merupakan
tanggapan atau opini secara subyektif terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu
persoalan, pemikiran atau pesan tertentu. Gambar karikatur merupakan
symbolic speech (komunikasi tidak langsung) artinya penyampaian pesan
yang terdapat dalam gambar karikatur tidak dilakukan secara langsung tetapi
dengan menggunakan bahasa symbol. Dengan kata lain makna yang
terkandung dalam karikatur adalah makna yang terselubung. Symbol-simbol
dalam karikatur tersebut merupakan simbol yang disertai maksud (signal)
yang digunakan dengan sadar oleh orang yang mengirimnya (komunikator)
dan mereka yang menerimanya (komunikan). (Van Zoest, 1996:3).
2.1.3. Karikatur Dalam Media Massa

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17 
 

Media massa merupakan bentuk komunikasi dan rekreasi yang
menjangkau masyarakat secara luas sehingga pesan informasi yang sama
dapat diterima secara serentak dan sesaat. Media massa terdiri dari media
cetak (surat kabar, brosur, baleho, buku, majalah, tabloid) dan media
elektronik (radio, televisi, video, film, piringan hitam, kaset, CD/DVD).
Media massa diidentifikasikan sebagai media sosialisasi yang berpengaruh
pula terhadap perilaku masyarakat. Meskipun untuk itu, informasi atau pesan
(message) yang ditampilkannya sebagaimana dapat dibaca di surat kabar atau
majalah, didengarkan di radio, dilihat di televisi atau internet telah melalui
suatu saringan (filter) dan seleksi dari pengelola media itu untuk berbagai
kepentingannya (misalnya: untuk kepentingan bisnis atau ekonomi, kekuasaan
atau politik, pembentukan opini publik, hiburan (entertainment), hingga
pendidikan. Terlepas dari berbagai kepentingan yang melatarbelakangi
pemunculan suatu informasi atau pesan yang disajikan oleh media massa,
kiranya tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pada masa kini pertemuan orang
dengan media massa sudah tidak dapat dielakkan lagi. Tidaklah berlebihan
kiranya apabila abad ke-21 disebut sebagai abad komunikasi massa. Pesatnya
perkembangan media informasi dan komunikasi, baik perangkat keras
(hardware) maupun perangkat lunak (software), akan membawa perubahan
peranan sebagai penyampai pesan/informasi. Media massa merupakan salah
satu agen sosialisasi yang paling berpengaruh.

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18 
 

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian
pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain, komunikator kepada
komunikan, pada dasarnya pikiran bisa berupa ide, opini, informasi dan lain
sebagainya, dimana gagasan, opoini, informasi muncul dari pemikiran sorang
itu sendiri, perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, kekhawatiran,
kemarahan, kepuasan, dan keberanian dimana hal-hal tersebut bisa muncul
dari perasaan masing-masing. Banyak pengertian yang memberi penjelasan
tentang komunikasi massa secara umum.
Komunikasi massa diartiakn sebagai penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media massa adalah
komunikasi yang pesanya ditujukan untuk masyarakat luas, heterogen dan
tersebar luas melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama
dapat diterima secara serentak serta tidak mengenal batas geografis cultural.
Dengan kata lain komunikasi massa adalah penyaluran pesan-pesan kepada
sejumlah orang melalui media massa. Media massa dalam disiplin komunikasi
adalah sejumlah alat untuk menyamapaikan pesan berkomunikasi. Dalam
konteks masyarakat modern, ia merupakan instrument dengan berbagai bentuk
komunikasi dilangsungkan (Budiman, 2002).
Karikatur merupakan salah satu dari isi surat kabar yang bersifat
hiburan, karena karikatur merupakan gambar lelucon yang bersifat lucu dan
mengandung unsur humor dengan dengan membawa pesan sosial. Pada abad

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19 
 

17 di Italia tempat gambar kartun pertama kali muncul di dunia. Perintisnya
bernama Amnibale Caricci, seorang karikaturis yang mampu mengubah
banyak wajah seseorang menjadi bentuk binatang namun tetap mirip dengan
subyeknya yang bertujuan sebagai ungkapan protes ataupun kritik social. Di
Inggris, karikatur pertama kali muncul oleh Thomas Rowlandson (1756-1872)
dan James Gillary (1757-1815). Dalam perkembangan selanjutnya karikatur
dihubungkan dengan jurnalisme (Panuju, 2005:86).
2.1.4. Karikatur Sebagai Kritik Sosial
Dalam berbagai pengertian kritik sosial mengandung konotasi negatif
seperti celaan, namun kata kecaman mengandung kemungkinan arti positif
yaitu dukungan, usulan atau saran, definisi kritik menurut kamus oxford
adalah “one who appraise literary or artistic work” atau suatu hal yang
membentuk dan memberikan penilaian untuk menemukan kesalahan terhadap
sesuatu. Kritik berasal dari bahasa Yunani yaitu kritike yang artinya
pemisahan, dan berkembang dalam bahasa Inggris yaitu critism yang berarti
evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara social adalah suatu kajian
yang menyangkut kehidupan manusia dalam bermasyarakat seperti interaksi
sosial, gaya hidup masyarakat, perubahan sosial yang terakait dengan
kehidupan sosial masyarakat. Sehingga kritik sosial dapat diartikan sebagai
evaluasi atau penilaian yang menyangkut

kehidupan bermasyarakat

menciptakan suatu kondisi sosial yang tertib dan stabil. Kritik sosial adalah

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20 
 

salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau
berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau
proses bermasyarakat, dalam konteks inilah kritik sosial merupakan unsure
penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata lain ini berfungsi
sebagai wahana untuk konservasi dan reproduksi sebuah sistem sosial atau
masyarakat (Masoed, 1999:47).
Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial, menjadi sarana
komunikasi, gagasan baru, sembari menilai gagasan yang lama untuk suatu
perubahan sosial. Persepsi kritik sosial yang demikian lebih banyak dianut
oelh kaum kritis dan strukturalis. Mereka melihat kritik sosial adalah wahana
komunikatif untuk suatu tujuan perubahan sosial. Kritik sosial yang murni
kurang didasarkan pada peneropongan kepentingan diri saja, melainkan justru
melibatkan dan mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperkatikan
kebutuhan-kebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya
didasarkan pada rasa tanggung jawab bahwa manusia bersama-sama
bertanggung jawab atas perkembangan lingkungan sosialnya (Masoed,
1999:49).
Bagi pers menjalankan kritik sosial adalah salah satu cara menjalankan
salah satu normatifnya, yakni sebagai satu alat kontrol sosial. Menyampaiakan
kritik sosial bagi pers juga bermakna sebagai cara bagaimana pers
menyalurkan aspirasi masyarakat, begitu pula menyampaiakan kritik bagi pers

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21 
 

adalah salah satu cara bagaimana menggambarakan kegelisahan, keprihatinan,
dan bahkan kemarahan masyarakat (Masoed, 1999:50).
Kritik

memiliki

fungsi

taktis

dan

peranan

srategis

dalam

menumbuhkan berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan
pemerintahannya. Kontrol sosial dan kritik sosial merupakan dua sisi mata
uang yang sama, yang selalu ada di dalam masyarakat manapun. Dengan
demikian apabila control sosial cenderung dipahami sebagai aktivitas
pembebasan dari segala bentuk control dan pengendalian. Kritik sosial
sebenarnya

bagian

yang

sangat

penting

dalam

kemajuan

jalannya

pemerintahan, karena kritik menciptakan pemerintahan agar mampu dan
sebisa mungkin mengerti apa yang diinginkan masyarakat. Kritik sosial juga
merupakan apresiasi masyarakat terhadap pemerintah, lewat karikatur media
cetak yang diproduksi para designer. Kritik sosial sering kali dijumpai
didalam berbagai media cetak, seperti surat kabar, majalah, dan tabloid.
Kritikan-kritikan yang jenaka disampaikan secara jenaka disarankan untuk
tidak begitu melecehkan atau mempermalukan (Wijana, 2004:4).
2.1.5. PSSI dan LPI
PSSI
PSSI (Persatuan Sepakbola seluruh Indonesia ) yang dibentuk 19 April
1930 di Yogyakarta. Sebagai organisasi olahraga yang dilahirkan di Zaman

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22 
 

penjajahan Belanda, Kelahiran PSSI betapapun terkait dengan kegiatan politik
menentang penjajahan. Jika meneliti dan menganalisa saat- saat sebelum,
selama dan sesudah kelahirannya, sampai 5 tahun pasca Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, jelas sekali bahwa PSSI lahir, karena dibidani
politisi bangsa yang baik secara langsung maupun tidak, menentang
penjajahan dengan strategi menyemai benih-benih nasionalisme di dada
pemuda-pemuda Indonesia.

PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin
Sosrosoegondo. Beliau menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik
Tinggi di Heckelenburg, Jerman pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air
pada tahun 1928. Ketika kembali ke tanah air Soeratin bekerja pada sebuah
perusahaan bangunan Belanda “Sizten en Lausada” yang berpusat di
Yogyakarta. Disana ia merupakan satu-satunya orang Indonesia yang duduk
dalam jajaran petinggi perusahaan konstruksi yang besar itu. Akan tetapi,
didorong oleh jiwa nasionalis yang tinggi Soeratin mundur dari perusahaan
tersebut. Setelah berhenti dari “Sizten en Lausada” ia lebih banyak aktif di
bidang pergerakan, dan sebagai seorang pemuda yang gemar bermain
sepakbola, Soeratin menyadari sepenuhnya untuk mengimplementasikan apa
yang sudah diputuskan dalam pertemuan para pemuda Indonesia 28 Oktober
1928 (Sumpah Pemuda) Soeratin melihat sepakbola sebagai wahana terbaik
untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda, sebagai tindakan

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23 
 

menentang Belanda. Namun seiring dengan perkembangan zaman PSSI tidak
lagi menjadi yayasan yang berkredibilitas sebagai tempat naungan tim
persepakbolaan Indonesia karena banyak adanya kecurangan-kecurangan di
tubuh PSSI dibawah kepemimpinan Nurdin Halid yang sudah diketahui oleh
masyarakat luas.

LPI

Liga Primer Indonesia (LPI) berdiri atas gagasan beberapa klub
ternama di Tanah Air. LPI bukanlah produk dari Persatuan Sepakbola Seluruh
Indonesia (PSSI). Berdirinya Liga Primer Indonesia (LPI) juga merupakan
sebuah komitmen untuk peningkatan standar sepakbola, baik secara organisasi
maupun

keuangan.

Demi

mencapai

kemandirian,

konsorsium

LPI

memberikan bantuan modal awal kepada setiap klub peserta agar terlepas dari
ketergantungan pada dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Klub peserta diharuskan mandiri dan bisa mengelola keuangannya sendiri.
Sistem yang dianut oleh LPI ini mengadopsi dari Liga Primer Inggris yang
berdiri sendiri dan terpisah dari Federasi Sepak Bola Inggris (FA). Modal
awal untuk klub akan diberikan berbeda tergantung kajian Liga Primer
Indonesia (LPI). Modal akan diberikan maksimal 5 tahun, dan selanjutnya
klub bisa menjalankan keuangannya sendiri. Keuangan dan saham Liga
Primer Indonesia LPI berbeda dengan Liga Super Indonesia (LSI) (Indonesia

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24 
 

Super League ISL) yang dikelola oleh PT Liga Indonesia dengan 95% saham
menjadi milik PSSI dan 5% dimiliki oleh yayasan milik Nirwan Bakrie.
Sedangkan pada Liga Primer Indonesia (LPI) keuangan akan dikelola PT
Liga Primer Indonesia dan klub perserta memiliki 100% saham.

2.1.6. Anjing

Anjing adalah mamalia yang telah mengalami domestikasi dari
serigala sejak 15.000 tahun yang lalu atau mungkin sudah sejak 100.000 tahun
yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA.
Anjing ras sangat bervariasi dalam ukuran, penampilan dan tingkah laku
dibandingkan dengan hewan peliharaan yang lain. Sebagian besar anjing
masih mempunyai ciri-ciri fisik yang diturunkan dari serigala. Anjing adalah
hewan pemangsa dan hewan pemakan bangkai, memiliki gigi tajam dan
rahang yang kuat untuk menyerang, menggigit, dan mencabik-cabik makanan.
Ciri-ciri khas dari moyang serigala masih bertahan pada anjing, walaupun
penangkaran secara selektif telah berhasil mengubah bentuk fisik berbagai
jenis anjing ras. Anjing memiliki otot yang kuat, tulang pergelangan kaki
yang bersatu, sistem kardiovaskuler yang mendukung ketahanan fisik serta
kecepatan berlari, dan gigi untuk menangkap dan mencabik mangsa. Bila
dibandingkan dengan struktur tulang kaki manusia, secara teknis anjing
berjalan berjingkat dengan jari-jari kaki.

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25 
 

Ilmu pengetahuan yang mempelajari segala hal mengenai peranjingan
dinamakan kinologi (bahasa Belanda, kynologie). Anjing adalah hewan sosial,
tapi kepribadian dan tingkah laku anjing bisa berbeda-beda bergantung pada
masing-masing ras. Selain itu, kepribadian dan tingkah laku anjing
bergantung pada perlakuan yang diterima dari pemilik anjing dan orang-orang
yang berkomunikasi dengan sang anjing. Anjing yang menerima kekerasan
dari pemilik atau dengan sengaja dibuat kelaparan bisa menjadi anjing cepat
marah dan berbahaya. Pemilik yang gagal mendidik anjing bisa menyebabkan
tingkah laku anjing menjadi tidak normal. Tidak jarang, anjing yang kurang
perhatian dari pemilik dan kurang pendidikan menjadi suka mengigit orang
atau menyerang binatang-binatang lain.

2.1.7. Bola

Bola adalah sebuah benda bulat yang dipakai sebagai alat olahraga
atau permainan. Umumnya bola terisi dengan udara. Terdapat bermacammacam bola mulai sesuai dengan fungsinya, beberapa di antaranya adalah:

1. Bola sepak
2. Bola voli
3. Bola basket
4. Bola bekel

 

 

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26 
 

5. Bola kasti

Bola juga dapat diartikan pada segala benda yang berbentuk bulat dengan
fungsi yang sama sekali berbeda, di antaranya:

1. Bola dunia
2. Bola mata

Yang dimaksud disini adalah bola sepak (sepak bola). Sepak bola
adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam pertandingan,
olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing
berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masingmasing kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya kelompok
tersebut juga dinamakan kesebelasan.

2.1.8. Konsep Makna

Para ahli mengakui, makna (mean) memang nerupakan kata dan istilah
yang membingungkan. Dalam bukunya Ogden dan Richards yang berjudul
“The Meaning of Meaning” telah mengumpulkan tidak kura

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 0 103

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos).

0 0 96

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 1 94

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010).

0 0 81

PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT VERSI KOALISI OPOSISI (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Versi "Koalisi Oposisi" Pada Harian Jawa Pos Edisi 6 Februari 2010).

0 2 82

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010)

0 0 18

PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT VERSI KOALISI OPOSISI (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Versi "Koalisi Oposisi" Pada Harian Jawa Pos Edisi 6 Februari 2010).

0 0 19

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos)

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos)

0 0 22