PENGARUH FAKTOR – FAKTOR KONSERVATISME AKUNTANSI DALAM PERPAJAKAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

PENGARUH FAKTOR – FAKTOR KONSERVATISME AKUNTANSI
DALAM PERPAJ AKAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Oleh:
DESY AFRIANA
0913010081/FE/EA

Kepada

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR – FAKTOR KONSERVATISME AKUNTANSI
DALAM PERPAJ AKAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh :
DESY AFRIANA
0913010081/FE/EA
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh
Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 31 Mei 2013

Pembimbing :
Pembimbing Utama

Tim Penguji :
Ketua

Dr s.Ec. Saiful Anwar, M.SI.


Dr s.Ec. Saiful Anwar, M.SI.
Sekretaris

Dra. Ec. Anik Yuliati, M.Aks
Anggota

Drs. Ec. R. Sjarief Hidajat, M.SI
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”
J awa Timur

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM.
NIP. 196 309 241 989 031 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi robbil’aalamiin. Segala puja dan puji syukur kepada Allah

SWT, yang telah melimpahkan seluruh hamparan karunia, rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur dengan judul “ Pengaruh Faktor – Faktor Konservatisme Akuntansi
Dalam Perpajakan Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia ”
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka
akan sulit bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Sehubungan dengan hal itu,
maka dalam kesempatan istimewa ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
mendukung kelancaran penulisan skripsi baik berupa dukungan, do’a maupun
bimbingan yang telah diberikan. Secara khusus penulis dengan rasa hormat yang
mendalam mengucapkan terima kasih pada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP., selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE. MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. R.A. Suwaidi, MS., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, M.SI, selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi.
5. Bapak Dr. Hero Priono, M.Si, Ak., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6. Dosen-dosen Program Studi Akuntansi yang telah banyak memberikan ilmu
dan pengetahuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak, Ibu, Devi, Rangga, Hendi Setiawan dan seluruh keluarga besar yang
telah memberikan dukungan moril dan materi selama pengerjaan skripsi ini.
8. Sahabatku tercinta Resti, Epi, Maya, Vrisca, kiki Alexandra, eti, Orlando,
Novan, Yusman, Angga, Weda, terima kasih atas saran dan bantuannya
dalam pengerjaan skripsi ini.
9. Serta bantuan dan dukungan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
Penulis


menyadari

bahwa

skripsi

ini

masih

jauh

dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, maka kritik dan saran yang bersifat
membangun sangatlah dibutuhkan guna meningkatkan mutu dari penulisan
skripsi ini.

Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang membutuhkan.

Surabaya, 7 Mei 2013

Penulis

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENGARUH FAKTOR – FAKTOR KONSERVATISME
AKUNTANSI DALAM PERPAJAKAN

Oleh :
Desy Afriana
Abstraksi
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan konservatisme akuntansi dalam perpajakan pada
perusahaan . Faktor–faktor tersebut adalah Insentif Pajak, Tingkat Utang,

Kepemilikan Manajerial.
Konservatisme akuntansi merupakan prinsip akuntansi yang jika diterapkan
akan menghasilkan angka-angka laba dan aset cenderung rendah, serta angkaangka biaya dan utang cenderung tinggi. Akibatnya, laba yang dilaporkan
cenderung terlalu rendah (understatement).
Insentif Pajak merupakan keringanan pembayaran pajak yang diberikan
terkait dengan adanya perubahan tarif pajak penghasilan badan.
Tingkat utang adalah besar kecilnya kewajiban suatu perusahaan yang timbul
dari transaksi pada waktu lalu dan harus dibayar dengan kas, barang atau jasa di
waktu yang akan datang.
Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sebagai pemegang saham
perusahaan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan food and
beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 – 2011. Jumlah
perusahaan yang digunakan sebagai sampel adalah 11 perusahaan dan dipilih
dengan kriteria – kriteria tertentu. Alat uji analisis yang digunakan adalah Regresi
Linear Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Insentif Pajak, Tingkat Utang,
dan Kepemilikan Manajerial memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
konservatisme.

Kata kunci : Konservatisme, Insentif Pajak, Tingkat Utang dan Kepemilikan
Manajerial.

x

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). SAK
memberikan fleksibilitas bagi manajemen dalam memilih metode maupun
estimasi akuntansi yang dapat digunakan. Wardhani (2008) menyatakan
fleksibilitas tersebut akan mempengaruhi perilaku manajer dalam melakukan
pencatatan akuntansi dan pelaporan transaksi keuangan perusahaan.
Kebebasan dalam memilih metode ini, dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan laporan keuangan yang berbeda-beda di setiap perusahaan.

Karena aktivitas perusahaan yang dilingkupi dengan ketidakpastian maka
penerapan prinsip konservatisme menjadi salah satu pertimbangan
perusahaan dalam kaitannya dengan akuntansi dan laporan keuangannya.
Konsep ini mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan
untung lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan
kewajiban dengan nilai yang tertinggi. Konservatisme merupakan prinsip
akuntansi yang jika diterapkan akan menghasilkan angka-angka pendapatan
dan aset cenderung rendah, serta angka-angka biaya cenderung tinggi.
Akibatnya, laporan keuangan akan menghasilkan laba yang terlalu rendah
(understatement). Kecenderungan seperti itu terjadi karena konservatisme

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat
pengakuan biaya.


Konservatisme akuntansi merupakan suatu prinsip kehati–hatian
dimana tidak mengakui laba sampai dengan bukti kredibel didapatkan.
Sedangkan kerugian harus segera diakui pada saat terdapat kemungkinan
akan terjadi, tidak perlu menunggu sampai adanya bukti yang riil. Hal ini
akan menyebabkan laba perusahaan menjadi bias ke bawah, sehingga akan
memicu terjadinya sengketa pajak penghasilan. Perubahan tarif pajak
penghasilan badan dari tarif progresif menjadi tarif tunggal, menjadi insentif
tersendiri bagi manajer untuk melakukan kecurangan yang dikhawatirkan
akan menimbulkan sengketa pajak.
Menurut Penman dan Zhang (2002) dalam Calvin Oktomegah (2012)
dapat menurunkan kualitas dari labanya, yaitu ketika perusahaan
mempraktikkan konservatisme kemudian menurunkan jumlah investasinya,
maka perusahaan tersebut melakukan realisasi cadangan. Soewardjono
(2010:245) menyatakan implikasi konsep konservatisme terhadap prinsip
akuntansi yaitu mengakui biaya atau rugi yang memungkinkan akan terjadi,
tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang
walaupun kemungkinan terjadinya besar. Givoly dan Hayn (2000) dalam
Lasdi

(2008)


menunjukkan

perspektif

jangka

panjang

terhadap

konservatisme. Konservatisme sebagai pengakuan awal untuk biaya dan rugi
serta menunda pengakuan pendapatan dan keuntungan. Hal tersebut bukan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

merupakan indikator yang baik untuk laba mendatang, karena pada perioda
tersebut laba meningkat. Sedangkan pada perusahaan yang mempraktikkan
konservatisme dan

mengalami pertumbuhan

dalam

investasi akan

menurunkan laba dilaporkan dan menciptakan cadangan. Dalam kaitan pajak
penghasilan, hal ini diduga dapat mengarahkan terjadinya sengketa karena
menyebabkan semakin besar perbedaan perhitungan pajak penghasilan
menurut perusahaan dan perhitungan menurut fiskal.
Perusahaan

selalu

berusaha

untuk

meminimalkan

pajak

penghasilannya (Guenther et al. 1997). Metoda–metoda untuk menghitung
laba kena pajak sangat berkaitan dengan perhitungan laba dalam laporan
keuangan. Manajer berusaha menemukan cara untuk mengelola baik laba
yang dilaporkan di laporan keuangan dan laba untuk pembayaran pajak
berjalannya dalam menghadapi trade-off untuk mencapai dua tujuan yang
bersifat mutually exclusive, yaitu memaksimalkan laba akuntansi dengan
meminimalkan pembayaran pajak. Zarowin (1997) menyatakan bahwa rasio
antara laba akuntansi sebelum pajak pada laba fiskal kena pajak dapat
digunakan sebagai ukuran konservatisme akuntansi. Laba fiskal kena pajak
adalah ukuran kinerja sangat konservatif, karena perusahaan mencoba untuk
meminimalkan pembayaran pajaknya.
Pajak penghasilan adalah suatu kewajiban yang harus dibayarkan
oleh para wajib pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak. Tarif Pajak
Penghasilan Badan di Indonesia sebelum tahun 2009 adalah tarif progresif,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

yaitu tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar apabila jumlah
yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar. Sejak diterbitkannya UU
No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang mulai berlaku efektif
pada tahun 2009, terjadi perubahan tarif Pajak Penghasilan Badan dari tarif
progresif menjadi tarif tunggal, yaitu: (1) 28% (diefektifkan pada tahun
2009) dan 25% (diefektifkan pada tahun 2010) untuk perusahaan; dan (2)
5% lebih rendah dari tarif nomor (1) untuk perusahaan yang telah go public
dan minimal 40% saham disetornya diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Perubahan tarif pajak dari tarif progresif menjadi tarif tunggal
memberikan dampak tersendiri bagi perusahaan. Jika manajer berupaya
untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan beban pajak,
maka perubahan tarif ini akan memberikan insentif bagi manajer untuk
melakukan konservatisme yang tinggi. Biasanya perusahaan menempuh
strategi meminimalkan pajak (tax-minimizing) dengan laba dilaporkan lebih
rendah. Pemilihan metoda akuntansi, pendanaan, pemasaran, produksi, dan
fungsi bisnis lainnya, cenderung merendahkan laba fiskal. Walaupun
akuntansi perpajakan dan akuntansi keuangan kadang berbeda dalam
pengakuan penghasilan dan perhatian penting lainnya, merencanakan pajak
penghasilan menghasilkan laba akuntansi lebih rendah (Shackelford dan
Shevlin, 2001).
Setiap Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) yang masuk dan diterima
oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Kementerian Keuangan, Republik Indonesia, dilakukan analisis dan
pemeriksaan oleh petugas pajak yang disebut Account Representative (AR)
untuk melakukan pengecekan perhitungan jumlah kewajiban pajak oleh
Wajib Pajak (WP) dan yang telah disetor ke Kas Negara. Hasil dari
pemeriksaan dapat berupa : telah sesuai, lebih bayar, atau kurang bayar. Dari
ketiga kemungkinan tersebut, Wajib Pajak akan menerima Surat Ketetapan
Pajak (STP).
Jika Wajib Pajak (WP) telah sesuai dalam melakukan pembayaran
pajaknya, maka kewajiban dengan pihak fiskus untuk tahun fiskal yang
bersangkutan telah selesai. Namun apabila setelah di lakukan penghitungan
ulang ditemukan ada perbedaan penghitungan antara pihak fiskus dengan
pihak perusahaan maka akan muncul hasil pemeriksaan lebih bayar atau
kurang bayar. Jika ternyata hasilnya adalah kurang bayar, AR akan
melakukan analisis di KPP terhadap SPT dan laporan keuangan WP yang
diserahkan, untuk menentukan apakah diperlukan pemeriksaan lapangan
atau tidak. Setelah fiskus melakukan analisis dan/atau pemeriksaan WP,
kemudian diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang berisi ketetapan
jumlah pajak kurang bayar dan tanggal jatuh tempo harus membayar ke Kas
Negara. Jika WP setuju dengan jumlah kurang bayar yang dicantumkan di
STP, maka wajib memenuhi kewajiban kurang bayar tersebut. Namun jika
WP tidak setuju dengan jumlah kurang bayar maka akan timbul sengketa
pajak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian ini berjudul “UJ I EMPIRIS PENGARUH FAKTOR –
FAKTOR

KONSERVATISME

AKUNTANSI

DALAM

PERPAJ AKAN”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah insentif pajak dan
non pajak mempengaruhi konsevatisme akuntansi?”.

1.3.

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui secara empiris apakah insentif pajak dan non pajak
berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat
teoritis dan manfaat praktis adalah sebagai berikut :
a. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti
mengenai konservatisme akuntansi dalam perpajakan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

b. Bagi Akademis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadikan sebuah referensi
bagi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa
Timur, khususnya fakultas ekonomi dan dapat dijadikan sebagai
tambahan informasi bagi penelitian selanjutnya. Dapat digunakan bahan
penelitian yang relevan dan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan
menambah ilmu kepustakaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................

i

DAFTAR ISI ..............................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ......................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

ix

ABSTRAKSI ...............................................................................................

x

DAFTAR ISI
BAB I

BAB II

....................................................................................... vii

: PENDAHULUAN ....................................................................

1

1.1. Latar Belakang ...................................................................

5

1.2. Perumusan Masalah ..........................................................

6

1.3. Tujuan Penelitian ..............................................................

6

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................

6

: TINJUAUAN PUSTAKA .......................................................

8

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................

8

2.2. Landasan Teori ................................................................. 10
2.2.1. Konservatisme Akuntansi ........................................ 10
2.2.2.Keterkaitan Laba Akuntansi dan laba Fiskal .............. 12
2.2.3.Pajak Penghasilan...................................................... 16
2.2.4. Perubahan Tarif Pajak Penghasilan .......................... 18
2.2.5. Sengketa Pajak ........................................................ 20
2.2.6. Insentif Pajak .......................................................... 22
vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.7. Insentif Non - Pajak .................................................. 23
2.2.7.1. Tingkat Utang ............................................. 23
2.2.7.2. Kepemilikan Manajerial .............................. 25
2.2.8.Pengaruh

Insentif

Pajak

terhadap

Konservatisme

Akuntansi ................................................................ 26
2.2.8.Pengaruh Insentif Non - Pajak terhadap Konservatisme
Akuntansi ................................................................ 27
2.3. Kerangka Pikir .................................................................. 30
2.4. Hipotesis ........................................................................... 31
BAB III : METODE PENELITIAN ......................................................... 32
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................. 32
3.2. Teknik Penentuan Sampel ................................................. 36
3.2.1. Obyek Peneltian ...................................................... . 36
3.2.2. Populasi dan Sampel ............................................... . 36
3.3. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 39
3.3.1. Jenis Data ................................................................ 39
3.3.2. Sumber Data ............................................................ 39
3.3.3. Pengumpulan Data .................................................. 39
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ..................................... 40
3.4.1. Uji Normalitas ......................................................... 40
3.4.2. Uji Asumsi Klasik ................................................... 40
3.4.3. Teknik Analisis ....................................................... 43
3.4.4. Uji Hipotesis ........................................................... 43

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 46
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ............................................. 46
4.1.1. PT. Bursa Efek Indonesia............................................. 46
4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan Sampel ......................... 48
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................ 54
4.2.1. Variabel Insentif Pajak ( X1 ) Perusahaan Food and Beverages
yang Go Public di BEI .................................................... 54
4.2.2. Variabel Tingkat Utang ( X2 ) Perusahaan Food and Beverages
yang Go Public di BEI .................................................... 57
4.2.3. Variabel Kepemilikan Manajerial ( X3 ) Perusahaan Food and
Beverages yang Go Public di BEI ................................... 59
4.2.4. Variabel Konservatisme ( Y ) Perusahaan Food and
Beverages yang Go Public di BEI................................... 64
4.3. Hasil Analisis dan Uji Hipotesis ................................................. 63
4.3.1. Hasil Uji Normalitas ........................................................ 63
4.3.2. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................. 64
4.3.2.1.Hasil Uji Autokorelasi ......................................... 64
4.3.2.2.Hasil Uji Multikolinieritas ................................... 65

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.3.2.3.Hasil Uji Heterokedastisitas ................................. 66
4.3.3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ........................... 66
4.3.4. Hasil Uji Hipotesis .......................................................... 68
4.3.4.1.Uji F .................................................................... 69
4.3.4.2.Uji t ..................................................................... 70
4.4. Pembahasan dan Hasil Penelitian ............................................... 72
4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian ................................................ 73
4.4.3. Keterbatasan Penelitian ................................................... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 75
5.1. Kesimpulan ................................................................................ 75
5.2. Saran ........................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA

x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian ter dahulu
Beberapa penelitian terdahulu mengenai masalah yang sama yaitu
tentang konservatisme dengan berbagai faktor-faktornya diantaranya
sebagai berikut:
a. Hesty Setyaningsih (2008)
Judul : Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan Terhadap
Konservatisme Akuntansi.
Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regresi linier berganda,
adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah : tingkat kesulitan
keuangan perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan tingkat
konservatisme akuntansi yang dibuat oleh manajer perusahaan.
b. Dwi Astarini (2011)
Judul : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan
Terhadap Konservatisme Akuntansi.
Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regresi linier berganda,
adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah : bahwa hanya variabel
struktur kepemilikan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap

8
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

konservatisme akuntansi, sedangkan debt covenant dan growth opportunities
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.
c. Calvin Oktomegah (2012)
Judul : Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Konservatisme Pada
Perusahaan Manufaktur Di BEI.
Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regresi , adapun hasil yang
diperoleh dari penelitian ini adalah : bahwa faktor yang mempengaruhi
penerapan konservatisme adalah debt covenant dan political cost, sedangkan
faktor yang tidak mempengaruhi penerapan konservatisme adalah bonus plan.
d. Anik Wahyu Tristianti,Muchamad Syafrudin (2012)
Judul : Manajemen Laba Sebagai Respon Perubahan Tarif Pajak Penghasilan
Badan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI.
Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regresi, adapun hasil yang
diperoleh dari penelitian ini adalah : perencanaan

pajak

(taxplan)

pada

perusahaan profit pada tahun 2007 dan 2008 memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap discretionary accrual, dan pada tahun 2009 dan 2010
tidak signifikan. Taxplan pada tahun 2007 benilai positif. Sehingga hipotesis
diterima, karena jika taxplan berbanding lurus dengan discretionary accrual.
Sedangkan untuk insentif non pajak hanya ERANK yang berpengaruh
signifikan terhadap discretionary accrual. Penelitian ini juga menunjukkan
bahawa variabel stock juga berpengaruh positif terhadap discretionary

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

accrual. Jadi dengan adanya kepemilikan publik yang lebih tinggi maka
memungkinkan perusahaan melakukan manajemen laba untuk menekan
deviden yang akan dibayarkan kepada pemegang saham.

2.2. Landasan Teor i
2.2.1. Konser vatisme Akuntansi
Konservatisme merupakan prinsip yang paling mempengaruhi dalam
penilaian akuntansi, karena itu konservatisme sampai saat ini masih tetap memiliki
peran penting dalam praktik akuntansi. Menurut The Financial Accounting Standart
Board ( FASB, 1983) Concepts Statement No. 2 mendefinisikan konservatisme
akuntansi yaitu sikap yang dimiliki oleh akuntan untuk bersikap

hati – hati

(prudence) terhadap ketidakpastian dalam pengakuan suatu kejadian ekonomi.

Konservatisme adalah praktik akuntansi yang mengurangi laba
(menghapuskan aktiva bersih) dalam merespon bad news, tetapi tidak
meningkatkan laba (meningkatkan aktiva bersih) dalam merespon good news
(Basu, 1997). Watts (2003) dalam Deviyanti (2012) mendefinisikan
konservatisme sebagai prinsip kehati - hatian dalam pelaporan keuangan
dimana perusahaan tidak terburu-buru dalam mengakui dan mengukur aktiva
dan laba serta segera mengakui kerugian dan hutang yang mempunyai
kemungkinan akan terjadi. Penerapan prinsip ini mengakibatkan pilihan
metode akuntansi ditujukan pada metode yang melaporkan laba atau aktiva

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

lebih rendah serta melaporkan hutang lebih tinggi. Dengan demikian,
pemberi pinjaman akan menerima perlindungan atas resiko menurun
(downside risk) dari neraca yang menyajikan aset bersih understatement dan
laporan keuangan yang melaporkan berita buruk secara tepat waktu. Givoly
dan Hayn (2000) mendefinisikan konservatisme sebagai pengakuan awal
untuk biaya dan rugi serta menunda pengakuan untuk pendapatan dan
keuntungan.
Kieso, Weygandt, dan Warfield, (2009:50) menyatakan bahwa tidak
hanya konvensi akuntansi yang salah dipahami seperti halnya konservatisme.
Konservatisme berarti jika ragu, pilihlah solusi yang sangat kecil
kemungkinannya akan menghasilkan pendapatan yang terlalu tinggi bagi aset
dan laba. Tidak ada ketentuan dalam konservatisme akuntansi agar aset bersih
atau laba bersih disajikan terlalu rendah tetapi banyak orang yang
menginterprestasikan seperti itu. Tujuan dari konvensi ini, jika diaplikasikan
secara tepat adalah menyediakan pedoman yang paling rasional dalam situasi
sulit. Tidak menyajikan angka pada laba bersih dan aset bersih yang terlalu
tinggi.
Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak
pasti, manajer perusahaan akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan
akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan kejadian, atau hasil yang
dianggap kurang menguntungkan. Implikasi konsep ini terhadap prinsip

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

akuntansi adalah akuntansi mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan akan
terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang
walaupun kemungkinan terjadinya besar (Suwardjono, 1989 dalam Dewi,
2004).
2.2.2. Keterkaitan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal
Terdapat kesamaan dalam pengukuran laba akuntansi dan laba fiskal,
yaitu metoda akuntansi akrual (Guenther et.al. 1997). Meskipun terdapat
beberapa butir spesifik dari pendapatan dan biaya harus mengikuti peraturan
akuntansi fiskal yang berbeda dengan peraturan akuntansi keuangan,
misalnya: pembebanan biaya depresiasi aset tetap. Kaitan antara pelaporan
pajak dan komersial dapat menyebabkan konservatisme dalam pelaporan
keuangan.

Pengakuan

asimetrik

keuntungan

dan

kerugian

dalam

konservatisme akuntansi membuat manajer perusahaan profitabel mengurangi
nilai kini pajaknya dan meningkatkan nilai perusahaan. Menunda pengakuan
dari penghasilan dan mempercepat pengakuan dari biaya dapat menunda
pembayaran pajaknya (Watts, 2003a).
Dalam perencanaan pajak (tax planning), biasanya perusahaan
menempuh strategi meminimalkan pajak (tax-minimizing) dengan laba
dilaporkan lebih rendah. Pemilihan metoda akuntansi, pendanaan, pemasaran,
produksi, dan fungsi bisnis lainnya, cenderung merendahkan laba fiskal.
Walaupun akuntansi perpajakan dan akuntansi keuangan kadang berbeda

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

dalam pengakuan penghasilan dan perhatian penting lainnya, merencanakan
pajak penghasilan menghasilkan laba akuntansi lebih rendah (Shackelford dan
Shevlin, 2001). Pengelolaan akuntansi keuangan dan pengelolaan pajak
adalah tidak independen dan tidak terdapat pertimbangan secara konsisten
mendominasi dalam pengambilan keputusannya.
Pertimbangan dalam pemilihan metoda penilaian sediaan misalnya,
keputusan untuk mengadopsi masuk pertama keluar terakhir (LIFO) adalah
merupakan pertimbangan rasional jika perusahaan dengan metoda masuk
pertama keluar pertama FIFO) melihat inflasi yang akan datang lebih tinggi
secara tidak diharapkan (Kang, 1993). Dengan kata lain, mengadopsi LIFO
bukan semata-mata meminimalkan pajak penghasilan tetapi juga memberikan
sinyal antisipasi terbaik dalam menghadapi kabar buruk tidak diharapkan
tentang inflasi harga input dalam jangka panjang. Memang, perpajakan
merupakan determinan penting(merupakan permintaan pertama), hal ini juga
merupakan contoh penerapan dari akuntansi konservatif.
Guenther et al. (1997) memberikan bukti tentang kebijakan pajak
mempengaruhi laporan keuangan. Tax Reform Act tahun 1986 (TRA 86) di
Amerika Serikat mewajibkan perusahaan menggunakan basis akrual. Sebelum
TRA 86, perusahaan dapat menggunakan basis kas (kecuali sediaan) atau
basis akrual untuk menghitung laba kena pajak. Guenther et al. (1997)
menemukan bahwa sebelum perubahan diwajibkan, pembayar pajak dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

basis kas menunjukkan sedikit tradeoff dalam perencanaan pajak dan
pelaporan keuangannya. Setelah diwajibkan menggunakan basis akrual,
perusahaan yang sebelumnya menggunakan basis kas menunda laba untuk
tujuan laporan keuangan. Sehingga dengan basis akrual, kesesuaian antara
laba akuntansi dan laba fiskal mengarahkan perusahaan merubah perilaku
akrualnya. Dengan menunda laba, mereka menurunkan laba fiskalnya dan
menghemat pajak.
Mills (1998) menggunakan data rahasia dari Coordinated Examination
Program dari tahun 1982 – 1992, menemukan usulan penyesuaian pajak oleh
Internal Revenue Service (IRS) meningkat jumlahnya ketika jumlah laba
akuntansi melebihi laba fiskal meningkat, dalam tradeoff antara: penghematan
pajak berjalan, biaya pemeriksaan pajak, dan manfaat pelaporan keuangan.
Implikasi utama hasil riset Mills (1998) adalah perusahaan tidak dapat tanpa
biaya memaksimalkan manfaat pelaporan keuangannya dan penghematan
pajak secara independen, yaitu menurunkan laba fiskal tanpa mempengaruhi
laba akuntansinya.
Teori akuntansi positif yang mendasarkan pada teori keagenan dapat
digunakan untuk menjelaskan dorongan manajemen untuk melakukan
penundaan pembayaran pajak penghasilan. Watts dan Zimmerman (1986:
200-221) menggunakan teori keagenan untuk menjelaskan dan memprediksi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

perilaku manajemen sehubungan dengan pemilihan prosedur-prosedur
akuntansi oleh manajer. Mereka membuat tiga hipotesis sebagai berikut:
(1) hipotesis bonus plan: ceteris paribus, manajer perusahaan dengan bonus
plan lebih mungkin untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser laba
yang dilaporkan dari perioda-perioda yang akan datang ke perioda kini;
(2) hipotesis debt/equity: ceteris paribus, semakin besar debt/equity ratio
perusahaan, semakin besar kemungkinan manager perusahaan memilih
prosedur akuntansi yang menggeser laba yang dilaporkan dari perioda-perioda
yang akan datang ke perioda kini; dan
(3) hipotesis political cost: ceteris paribus, semakin besar kos politik dihadapi
perusahaan, semakin besar kemungkinan manajer perusahaan memilih
prosedur akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari perioda
kini ke perioda-perioda yang akan datang. Hipotesis political cost ini
berkaitan dengan ukuran perusahaan, jika perusahaan besar adalah juga sangat
profitabel, maka akan meningkatkan kos polotiknya. Sehingga, dikaitkan
dorongan manajer untuk menunda pembayaran pajaknya sesuai dengan
hipotesis ketiga, sehingga manajer lebih mungkin memilih akuntansi lebih
konservatif.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

2.2.3. Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan (PPh) sebelum perubahan perundang–undangan
perpajakan tahun 1983 diatur dalam beberapa ketentuan perundang–
undangan/ ordonasi seperti yang dikenal dengan Pajak Pendapatan orang
pribadi yang dipungut berdasarkan Ordonasi Pajak Pendapatan Tahun 1984
dan pajak perseroan yang diatur dalam Ordonasi Pajak Perseroan tahun 1925
serta pajak atas bunga, dividen, dan royalti yang diatur dalam undang–undang
Pajak atas bunga, dividen, dan royalti tahun 1970.
Ditinjau dari pengelompokannya, pajak penghasilan dikategorikan
sebagai Pajak Pusat, tetapi ditinjau dari sifatnya dikategorikan sebagai Pajak
Subjektif. Dengan pengertian bahwa pemungutan Pajak Penghasilan ini
berpangkal atau mendasarkan pada subjek pajaknya. Undang–undang pajak
penghasilan ini dilandasi falsafah Pancasila dan Undang–Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang di dalamnya tertuang ketentuan
yang menjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan kewajiban
perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan dan sebagai sarana peran serta
masyarakat dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Berlandaskan dengan semakin pesatnya perkembangan ekonomi,
globalisasi, dan reformasi diberbagai bidang, sehingga diperlukan adanya
perubahan undang–undang Pajak Penghasilan dalam upaya pemerintah
meningkatkan fungsi dan perannya mendukung kebijakan pembangunan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

nasional. Perubahan undang–undang Pajak Penghasilan dimaksudkan tetap
berpegang teguh pada prinsip–prinsip perpajakan yang dianut secara universal
yaitu keadilan, kemudahan dan efisiensi administrasi, sert a peningkatan dan
opt imalisasi penerimaan negara dengan tetap mempert ahankan sist em sel–
assessment. Oleh karena itu, arah dan tujuan penyempurnaan undang- undang

Pajak Penghasilan ini adalah unt uk :

1. Lebih meningkatkan keadilan pengenaan pajak
2. Lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak
3. Lebih memberikan kesederhanaan administrasi perpajakan
4. Lebih memberikan kepastian hukum, konsistensi, dan transparansi
5. Lebih menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan daya
saing dalam menarik investasi langsung di Indonesia.
Subjek pajak penghasilan meliputi orang pribadi, warisan yang belum
dibagi, badan, dan Bentuk Usaha Tetap. Pada penelitian ini hanya terarah
pada subjek pajak badan saja. Pengertian badan mengacu pada Undang–
undang KUP adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang
meliputi Perseroan Terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan
Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi masa, organisasi social politik, atau organisasi lainnya,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan
Bentuk Usaha Tetap. Yang menjadi dasar untuk menghitung PPh adalah
Penghasilan Kena Pajak. Dimana untuk usaha bentuk badan penghasilan kena
pajaknya adalah Laba Bersih atau Penghasilan Neto (www.kompas.com).
2.2.4. Per ubahan Tar if Pajak Penghasilan
Tarif pajak penghasilan badan di Indonesia sebelum tahun 2009 adalah
tarif progresif yaitu tarif yang presentasenya menjadi lebih besar apabila
jumlah

yang

menjadi

dasar

pengenaannya

semakin

besar.

Sejak

diterbitkannya UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan yang mulai
berlaku efektif pada tahun 2009, terjadi perubahan tarif pajak penghasilan
badan dari tarif progresif menjadi tarif tunggal, yaitu (1) 28% diefektifkan
pada tahun 2009 dan 25% diefektifkan pada tahun 2010 untuk perusahaan;
dan (2) 5% lebih rendah dari tarif nomer (1) untuk perusahaan go public dan
minimal 40% sahamnya diperdagangkan du Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dengan diberlakukannya tarif pajak penghasilan badan yang baru,
perusahaan khususnya perusahaan yang go public sangat diuntungkan. Jika
pihak manajemen ingin meminimalkan beban pajak, maka perubahan ini akan
memberikan insentif bagi manajer untuk menurunkan laba perusahaan
sebelum tahun diberlakukannya tarif baru (Subagyo,2010) dalam Syafrudin M
dan Ristiyanti (2012). Perubahan ini juga dapat menimbulkan praktik
konservatisme akuntansi di dalam perusahaan. Menurut UU No. 36 Tahun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

2008 Tentang Pajak Penghasilan, perubahan tarif pajak badan di Indonesia
mengalami dua kali perubahan, yaitu 28% pada tahun 2009 dan 25% pada
tahun 2010. Sehingga kemungkinan besar perusahaan akan melakukan praktik
konservatisme pada tahun 2008.
Dasar pengenaan pajak penghasilan badan adalah laba perusahaan.
Manajemen

yang

ingin

memaksimalkan

nilai

perusahaan

dengan

meminimalkan beban pajaknya, akan berusaha mencari cara untuk
menurunkan laba perusahaanyang nantinya akan digunakan sebagai dasar
pengenaan pajak. Salah satu cara yang mungkin dilakukan oleh perusahaan
adalah

menerapkan

praktik

konservatisme

akuntansi.

Konservatisme

akuntansi menyebabkan laba perusahaan bias ke bawah, sehingga pajak yang
dikenakan menjadi lebih rendah. Namun cara ini akan menimbulkan masalah
pada periode berikutnya. Ketika pihak pemeriksa pajak memeriksa kebenaran
dan kesesuaian laporan keuangan, akan muncul suatu sengketa pajak akibat
tidak cocoknya jumlah yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak dengan
jumlah yang telah dibayarkan Wajib Pajak ke kas negara.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

2.2.5. Sengketa Pajak
Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang
digunakan untuk pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa sulitnya negara
memungut pajak karena banyaknya wajib pajak yang tidak mematuhi aturan–
aturan perpajakan yang telah ditetapkan. Ditambah dengan adanya praktik
konservatisme akuntansi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan akan
menimbulkan suatu sengketa pajak. Hal ini disebabkan laba perusahaan
sebagai dasar pengenaan pajak menjadi bias ke bawah. Sehingga pajak akan
dikenakan lebih rendah dari jumlah yang sebenarnya.
Setiap Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang masuk dan diterima
oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak,
Kementrian

Keuangan,

Republik

Indonesia,

dilakukan

analisis

dan

pemeriksaan oleh petugas pajak yang disebut Account Representative (AR)
untuk melakukan pengecekan perhitungan jumlah kewajiban pajak oleh Wajib
Pajak dan yang telah disetor ke kas negara (Octavia,2010). Hasil dari
pemeriksaan tersebut dapat berupa : telah sesuai, lebih bayar, atau kurang
bayar. Dari ketiga kemungkinan tersebut, Wajib Pajak akan menerima Surat
Ketetapan Pajak (STP) yang menjelaskan telah sesuai, lebih bayar, atau
kurang bayar dalam menunaikan kewajiban perpajakannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Jika Wajib Pajak telah sesuai dalam melakukan pembayaran pajaknya,
maka kewajiban dengan pihak fiskus untuk tahun fiskal yang bersangkutan
telah selesai. Tetapi jika perusahaan lebih bayar dalam menunaikan kewajiban
perpajakannya, sebelum fiskus mengeluarkan STP yang berisi ketetapan
jumlah restitusi pajak, maka fiskus akan melakukan pemeriksaan kepada
Wajib Pajak untuk menentukan jumlah pembayaran kembali kepada Wajib
Pajak, apakah sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari yang tercantum dalam
SPT yang dilaporkan. Ketika Wajib Pajak menerima STP dari fiskus dan tidak
setuju dengan jumlah restitusi yang akan dibayarkan kembali, maka hal
tersebut menimbulkan sengketa pajak.
Jika Wajib Pajak kurang bayar dalam kewajiban pajaknya, Account
Representative akan melakukan analisis di Kantor Pelayanan Pajak terhadap
SPT dan laporan keuangan Wajib Pajak yang diserahkan, untuk menentukan
apakah diperlukan pemeriksaan lapangan atau tidak. Pemeriksaan lapangan
sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang
diserahkan Wajib Pajak benar–benar sesuai dengan kondisi keuangan
perusahaan. Account Representative harus bisa menilai apakah perusahaan
tersebut melakukan kecurangan dengan menurunkan nilai laba akibat dari
praktik konservatisme akuntansi. Misalnya dengan memeriksa semua bukti–
bukti transaksi perusahaan. Setelah pihak fiskus melakukan analisis dan/atau
pemeriksaan, kemudian diterbitkan STP yang berisi jumlah pajak kurang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

bayar dan tanggal jatuh tempo dimana Wajib Pajak harus membayar ke kas
negara.Wajib Pajak yang telah menerima STP dan setuju dengan jumlah
kurang bayar yang tercantum wajib memenuhi kewajiban kurang bayar
tersebut, tetapi jika Wajib Pajak tidak setuju dengan jumlah kurang bayar
tersebut maka timbul sengketa pajak (www.pajak.go.id).

2.2.6. Insentif Pajak

Insentif pajak dapat didefinisi sebagai keringanan pembayaran pajak
yang diberikan terkait dengan adanya perubahan tarif pajak penghasilan
badan, yaitu: (1) 28% mulai berlaku pada tahun fiskal 2009 dan 25% mulai
berlaku pada tahun fiskal tahun 2010; dan (2) bagi WP badan yang telah go
public diberikan pengurangan tarif 5% dari tarif normal dengan kriteria paling
sedikit 40% saham dimiliki oleh sedikitnya 300 pemegang saham. Insentif
pajak diproksikan dengan perencanaan pajak dan diberi simbol TAXPLAN.
Insentif pajak dengan proksi perencanaan pajak merupakan langkah yang
ditempuh oleh Wajib Pajak untuk meminimumkan beban pajak tahun berjalan
maupun tahun yang akan datang agar pajak yang dibayar dapat ditekan
seefisien mungkin dan dengan berbagai cara yang memenuhi ketentuan
perpajakan (Subagyo, 2010).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Menurut T. Hani Handoko (2002), insentif adalah perangsang yang
ditawarkan kepada para karyawan untuk melaksanakan kerja sesuai atau lebih
tinggi dari standar-standar yang telah ditetapkan. Sedangkan insentif pajak
sendiri berarti bahwa suatu perangsang yang ditawarkan kepada wajib pajak,
dengan harapan wajib pajak termotivasi untuk patuh terhadap ketentuan pajak.
Macam insentif pajak diantaranya adalah pembebasan pajak (tax holiday) dan
pemotongan pajak (tax allowance).
2.2.7. Insentif Non- Pajak
Insentif non- pajak adalah insentif yang dilakukan oleh perusahan itu
sendiri guna meningkatkan produktifitas karyawan dan mempertahankan
karyawan yang berprestasi agar tetap berada dalam perusahaan. Insentif nonpajak dapat berupa fasilitas yang diberikan selain dari pajak. Misalnya yang
dikemukakan oleh Yin dan Cheng (2004) dan Guenther (1994) dalam Tiearya
(2012).
2.2.7.1. Tingkat Utang

Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak –
pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana
atau modal suatu perusahaan. Hutang terdiri atas hutang lancar ( hutang
jangka pendek ) dan hutang tidak lancar ( Hutang jangka panjang ).
Tingkat utang adalah besar kecilnya kewajiban suatu perusahaan
yang timbul dari transaksi pada waktu lalu dan harus dibayar dengan kas,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

barang dan jasa di waktu yang akan datang. Dalam hal ini utang berbanding
terbalik dengan laba sehingga jika utang semakin besar maka laba akan
semakin kecil dengan penambahan beban bunga. Terkait dengan pajak,
semakin besar laba yang diperoleh maka akan semakin besar pula kewajiban
pajaknya. Oleh karena itu, manajer akan melakukan berbagai cara untuk
mengurangi pajak yang harus dibayarkan salah satunya adalah dengan
menurunkan laba atau memanipulasi laba. Manipulasi laba ini dapat
dilakukan dengan menaikkan utang (Tiearya, 2012).
Timbulnya hutang pajak menurut ajaran formal karena adanya surat
ketetapan pajak yang diterapkan oleh pemerintah karena menggunakan
official assessment system, Sedangkan menurut ajaran material hutang pajak
timbul karena undang – undang yang berlaku atau penerapan self
assessment system di Indonesia (Sri Valentina dan Aji Suryo;2006).
Jika laba perusahaan kecil dan hutang perusahaan besar maka
perusahaan cenderung melakukan manajemen laba dengan menurunkan
utang perusahaan untuk menarik investor dalam menanamkan modalnya di
perusahaan. Namun dalam konteks penurunan tarif pajak, perusahaan
cenderung meningkatkan hutang yang berakibat meningkatnya bunga
pinjaman dimana dapat mengurangi laba perusahaan sehingga pajak yang
harus dibayar lebih kecil (Ristiyanti dan Syafruddin, 2012) .

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

2.2.7.2. Kepemilikan Manajer ial

Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki
saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai
pemegang saham perusahaan. Dalam laporan keuangan, keadaan ini
ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan
oleh manajer (Tiearya,2012).
Menurut teori agency terjadinya agency conflict disebabkan oleh
pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Semakin sedikit
pemilik perusahaan kendali akan semakin besar dan cenderung menekan
konflik keagenan. Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial dalam
suatu perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk
memenuhi kepentingan pemegang saham yang dirinya sendiri juga termasuk
didalamnya. Perusahaan dengan tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi
diharapkan memiliki discretionary accrual untuk memperoleh keuntungan
pajak ( Ristiyanti dan Syafruddin, 2012).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

2.2.8. Pengar uh Insentif Pajak ter hadap Konser vatisme Akuntansi
Insentif pajak dengan proksi perencanaan pajak merupakan langkah
yang ditempuh oleh Wajib Pajak untuk meminimumkan beban pajak tahun
berjalan maupun tahun yang akan datang agar pajak yang dibayar dapat
ditekan seefisien mungkin dan dengan berbagai cara yang memenuhi
ketentuan perpajakan ( Subagyo,2010).
Perubahan tarif pajak penghasilan badan dari tarif progresif menjadi
tarif tunggal menjadi pendorong terjadinya praktik konservatisme akuntansi.
Perusahaan selalu ingin meminimalkan beban pajaknya, salah satunya dengan
menurunkan laba perusahaannya, dimana laba perusahaan adalah dasar untuk
menghitung pajak penghasilan badan. Zarowin (1997) menyatakan bahwa
rasio antara laba akuntansi sebelum pajak pada laba fiskal kena pajak dapat
digunakan sebagai ukuran konservatisme akuntansi. Laba fiskal kena pajak
adalah ukuran kinerja sangat konservatif, karena perusahaan mencoba untuk
meminimalkan pembayaran pajaknya. Konservatisme akuntansi menyebabkan
laba akuntansi bias ke bawah.
Sehingga dengan diberlakukannya tarif pajak yang baru ini,
perusahaan khususnya yang telah go public akan sangat diuntungkan karena
tarif pajak efektif perusahaan akan menjadi lebih kecil. Perubahan tarif ini
akan memicu praktik konservatisme akuntansi pada tahun sebelum
diberlakukannya tarif pajak yang baru.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

2.2.9. Pengar uh Insentif Non-Pajak ter hadap Konser vatisme Akuntansi
Berdasarkan ukuran dari insentif non pajak yang digunakan oleh Yin
dan Cheng (2004) maupun Guenther (1994) dalam Tiearya (2012), maka
insentif non pajak pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Utang
Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak –
pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana
atau modal suatu perusahaan. Hutang terdiri atas hutang lancar ( hutang
jangka pendek ) dan hutang tidak lancar ( Hutang jangka panjang ).
Timbulnya hutang pajak menurut ajaran formal karena adanya surat
ketetapan pajak yang dite