FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...i

DAFTAR TABEL ...ii

DAFTAR GAMBAR...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah ...10

1.3 Tujuan Penelitian ...10

1.4 Manfaat Penelitian ...11

1.4.1 Manfaat Teoritis ...11

1.4.2 Manfaat Praktis...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...12

2.1 Penelitian Terdahulu ...12

2.2 Landasan Teori...13

2.2.1 Akuntansi Keuangan ...13

2.2.1.1 Pengertian Akuntansi Keuangan ...13

2.2.1.2 Tujuan Akuntansi Keuangan...14

2.2.1.3 Manfaat Akuntansi Keuangan...14

2.2.2 Laporan Keuangan ...15

2.2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan ...15


(2)

2.2.2.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ...16

2.2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan...17

2.2.2.4 Pemakai Laporan Keuangan ...18

2.2.2.5 Asumsi Dasar Laporan Keuangan...20

2.2.2.6 Jenis Laporan Keuangan ...21

2.2.3 Instrumen Surat Berharga ...25

2.2.4 Tujuan Perusahaan Dalam Perspektif Manajenen Keuangan ...26

2.2.5 Pengertian Deviden ...27

2.2.6 Kebijakan Dividen...28

2.2.7 Kebijakan Dividen Yang Optimal ...30

2.2.8 Teori Kebijakan Deviden ...31

2.2.8.1 Teori Bird-in-the Hand ...32

2.2.9 Tiga Aliran Dalam Teori Kebijakan Deviden...33

2.2.10 Bentuk Pembayaran Deviden ...36

2.2.11 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden...38

2.2.12 Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap ... .. Kebijakan Deviden ...44

2.2.12.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Deviden...44

2.2.12.2 Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Deviden...45

2.2.12.3 Pengaruh Solvabilitas Terhadap Kebijakan Deviden ...46

2.3 Kerangka Berpikir...46

2.4 Hipotesis ...50


(3)

BAB III METODE PENELITIAN ...51

3.1 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ...51

3.2 Teknik Penentuan Sampel...53

3.3 Teknik Pengumpulan Data...56

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...57

3.4.1 Teknik Analisis ...57

3.4.2 Pengujian Persyaratan Analisis ...59

3.4.3 Pengujian Hipotesis ...61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...63

4.1 Gambaran Umum, Obyek Penelitian dan Penyajian Data ...63

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ...63

4.1.1.1 P.T. Bursa Efek Indonesia...63

4.1.1.2 Perusahaan Food and Beverages yang Listing di BEI ...65

4.1.1.3 Penyajian Data ...76

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ...81

4.2.1 Rasio Profitabilitas ...81

4.2.2 Rasio Likuiditas ...82

4.2.3 Rasio Solvabilitas...83

4.2.4 Kebijakan Deviden...84

4.3 Hasil Analisis Statistik Inferensial ...85

4.3.1 Uji Normalitas...85

4.3.2 Uji Asumsi-Asumsi Klasik ...85


(4)

i

4.3.3 Regresi Linier Berganda ...89

4.3.4 Koefisien Determinasi...91

4.4 Pengujian Hipotesis...91

4.4.1 Uji Kesesuaian Model ...91

4.4.2 Uji t ...93

4.5 Pembahasan...98

4.6 Implikasi Hasil Penelitian ...102

4.7 Perbedaan Hasil Penelitian yang Dilakukan Sekarang dengan Penelitian terdahulu...103

4.8 Keterbatasan Penelitian...105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...106

5.1 Kesimpulan ...106


(5)

Nama Judul Halaman

Tabel 1.1 Ratio Pembayaran Deviden... 6

Tabel 1.2 Ratio Profitabilitas ... 7

Tabel 1.3 Ratio Likuiditas... 7

Tabel 1.4 Ratio Solvabilitas ... 8

Tabel 2.1 Neraca ... 21

Tabel 2.2 Laporan Laba Rugi... 22

Tabel 2.3 Laporan Perubahan Ekuitas ... 23

Tabel 2.4 Laporan Arus Kas ... 24

Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Populasi Sasaran ... 55

Tabel 4.1 Rasio Profitabilitas…………... 77

Tabel 4.2 Rasio Likuiditas…………. ... 77

Tabel 4.3 Rasio Solvabilitas…………... 77

Tabel 4.4 Kebijakan Dividen…………. ... 78

Tabel 4.5 Rasio Profitabilitas…………... 81

Tabel 4.6 Rasio Likuiditas…………. ... 82

Tabel 4.7 Rasio Solvabilitas…………... 83

Tabel 4.8 Kebijakan Dividen…………. ... 84

Tabel 4.9 Nilai VIF………. ... 86

Tabel 4.10 Batas-Batas Daerah Durbin Watson…………. ... 87

Tabel 4.11 Korelasi Antara Variabel Bebas dengan Residual…………. ... 88


(6)

ii


(7)

2.3 Bagan Kerangka Berpikir... 49


(8)

Lampiran 1 Hasil Analis

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di Bursa Efek


(9)

Oleh :

Ivan Ciptaperdana Bimaputra Abstraksi

Dalam suatu perusahaan, keputusan-keputusan keuangan terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen. Keputusan dividen atau yang sering disebut kebijakan dividen menyangkut tentang masalah distribusi laba yang diperoleh perusahaan, apakah sebaiknya dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen ataukah laba tersebut sebaiknya diinvestasikan kembali atau laba ditahan oleh perusahaan dalam bentuk laba ditahan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan, secara parsial, dan secara dominan variabel-variabel yang menjadi determinan kebijakan dividen pada perusahaan food & beverage yang listing di Bursa Efek Indonesia.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Sampling Jenuh dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 7 perusahaan. Variabel bebas adalah profitabilitas (X1), likuiditas (X2), solvabilitas (X3), sedangkan variabel terikat adalah kebijakan dividen (Y). Untuk menjawab perumusan masalah, tujuan dan hipotesis penelitian, analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah hasil uji secara simultan (Uji F) menyimpulkan bahwa secara simultan profitabilitas (X1), likuiditas (X2), solvabilitas (X3), berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (Y), sehingga hipotesis ke-1 “Diduga profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, investasi, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan dividen teruji kebenarannya. Hasil uji secara parsial (Uji t) menyimpulkan bahwa secara parsial profitabilitas (X1) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (Y), sehingga hipotesis ke-2 “Diduga Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen teruji kebenarannya. Variabel Likuiditas (X2) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen (Y), sehingga hipotesis ke-2 “Diduga Likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen tidak teruji kebenarannya. Sedangkan untuk Solvabilitas (X3), berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen (Y), sehingga hipotesis ke-2 “Diduga Solvabilitas berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen tidak teruji kebenarannya.


(10)

By:

Ivan Ciptaperdana Bimaputra Abstraction

In a company, consisting of financial decisions from investment decisions, financing decisions and dividend decisions. Decisions are often called dividends or dividend policy on issues concerning the distribution of the profits from the company, should be distributed to shareholders in the form of dividends or profits should be reinvested or retained earnings by companies in the form of retained earnings. Based on the above description, the purpose of this research is to study and analyze the influence of simultanueous, partially variables that determinant of dividend policy on food & beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange.

Sampling in this study with sampling techniques Saturated with the number of samples is seven companies. Independent variables are profitability (X1), liquidity (X2), solvency (X3), while dependent variable is the dividend policy (Y). To answer the problem formulation, research objectives and hypotheses, the analysis used is multiple regression analysis.

Based on the results of multiple linear regression test of the conclusions that can be drawn from this research is to simultaneously test results (Test F), concludes that simultaneously profitability (X1), the liquidity (X2), solvency (X3), has a significant effect on dividend policy (Y) , so the hypothesis to-one "Expected profitability, liquidity, solvency, investment, firm growth and firm size influence on dividend policy simultaneously verified. Partial test results (t test) concluded that partial profitability (X1) has a significant effect on dividend policy (Y), so that the second hypothesis "Expected Profitability of an effect on dividend policy partially verified. Liquidity variables (X2) does not affect the dividend policy (Y), so that the second hypothesis "Expected Liquidity by partial influence on dividend policy is not verified. While for the solvability of (X3), has a negative effect on dividend policy (Y), so that the second hypothesis "Expected Solvency effect partially to the dividend policy is not verified. Keywords: Profitability, Liquidity, Solvency, and Dividend Policy.


(11)

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan atau kesuksesan suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas dan dari keputusan-keputusan keuangan yang diambil oleh manajer keuangan perusahaan yang bersangkutan. Keputusan-keputusan keuangan yang diambil oleh manajer keuangan dimaksudkan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan (pemegang saham) yang ditunjukkan oleh meningkatnya nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan. (Riyanto, 2001:35)

Keputusan-keputusan keuangan pada dasarnya terdiri dari keputusan investasi (investment decision), keputusan pendanaan (financing decision), dan keputusan dividen (dividend decision) atau sering disebut dengan kebijakan dividen (dividend policy). (Horne, 2002: 67)

Keputusan investasi menyangkut keputusan tentang alokasi dana baik dana yang berasal dari dalam perusahaan maupun dana dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi. Dengan kata lain, keputusan investasi adalah penentuan investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. (Riyanto, 2001:35)


(12)

Keputusan pendanaan atau pembelanjaan menyangkut tentang bagaimana memperoleh dana untuk membiayai investasi yang efisien, bagaimana menentukan komposisi sumberdana yang optimal bagi perusahaan dan bagaimana komposisi yang optimal itu harus dipertahankan serta apakah perusahaan sebaiknya menggunakan modal asing ataukah modal sendiri. (Riyanto, 2001:36)

Keputusan dividen atau yang sering disebut dengan kebijakan dividen menyangkut tentang masalah distribusi dari laba yang diperoleh perusahaan, apakah sebaiknya dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen ataukah laba tersebut sebaiknya diinvestasikan kembali (reinvesment) atau ditahan oleh perusahaan dalam bentuk laba ditahan. (Riyanto, 2001:37)

Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi jumlah laba ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern (Weston dan Bringham, 1983:63). Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pemenuhan kebutuhan dana dari sumber dana intern akan semakin besar dan ini akan menjadikan posisi finansiil dari perusahaan yang bersangkutan semakin kuat karena ketergantungan kepada sumber dana ekstern menjadi semakin kecil. Akan tetapi perusahaan juga harus tetap memperhatikan tujuan utamanya, yaitu meningkatkan nilai


(13)

perusahaan, dimana nilai perusahaan ditentukan oleh harga saham. Dengan menggunakan model harga saham untuk suatu perusahaan yang mengalami pertumbuhan konstan, yaitu Po = d1 / (Ks-g) (Weston dan Bringham,

1983:80) menunjukkan bahwa pembayaran dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham yang berarti meningkatnya nilai perusahaan. Tetapi pembayaran dividen yang semakin besar akan mengakibatkan semakin sedikitnya sisa dana yang tersedia untuk investasi, dan ini akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan yang pada akhirnya akan menurunkan harga saham. Sehingga nampak bahwa kebijakan dividen akan menimbulkan dua efek yang saling bertentangan.

Kebijakan dividen akan menjadi sangat penting karena adanya dua kepentingan yang saling bertentangan yaitu kepentingan pemegang saham disatu sisi dan kepentingan perusahaan disisi yang lain. Kolb (1983:65), menyatakan bahwa kebijakan dividen penting karena dua alasan yaitu (1) pembayaran dividen mungkin akan mempengaruhi harga saham dan (2) pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber tambahan modal sendiri yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan perusahaan. Agar kedua kepentingan tersebut dipenuhi secara optimal, maka manajemen perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati dan teliti kebijakan dividen yang harus dipilih. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dividen yang optimal yang mampu memenuhi harapan


(14)

pemegang saham atau investor akan dividen dan tidak menghambat pertumbuhan perusahaan demi tercapainya peningkatan nilai perusahaan melalui peningkatan harga saham perusahaan.

Perusahaan dalam menetapkan kebijakan dividen dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat mempengaruhi penentuan besarnya dividen. Menurut Weston & Copeland (1995:54), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah 1) Undang-undang, 2) posisi likuiditas perusahaan, 3) kebutuhan dana untuk melunasi hutang, 4) tingkat ekspansi perusahaan, 5) peluang ke pasar modal, 6) tingkat laba, 7) pembatasan dalam perjanjian hutang, 8) kendali perusahaan, 9) posisi pemegang saham sebagai pembayar pajak, dan 10) pajak yang diakumulasikan secara salah. Riyanto (2001:38) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah 1) posisi likuiditas perusahaan, 2) kebutuhan dana untuk membayar utang, 3) tingkat pertumbuhan perusahaan, 4) pengawasan terhadap perusahaan. Astuti (2004:36) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah : 1) peraturan pemerintah, 2) hambatan dalam perjanjian kontrak, 3) hambatan internal, 4) perkiraan pertumbuhan di masa yang akan datang, 5) pertimbangan pemilik perusahaan, 6) pertimbangan pasar.

Rencana mengenai berapa besarnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan,


(15)

kebijakan dividen ini sangat penting artinya bagi manajer keuangan karena harus memperhatikan kepentingan perusahaan dan kepentingan para pemegang saham. (Astuti, 2004:39)

Selain pembayaran dividen dalam bentuk kas atau tunai dividen kas (cash dividend) kepada para pemegang saham, perusahaan juga mempunyai alternatif lain dalam mendistribusikan labanya kepada para pemegang saham yaitu dalam bentuk stock dividend, stock split, dan stock repurchase (Setia, 2003:65). Pembayaran dividen dalam bentuk tunai atau kas lebih banyak diinginkan oleh investor daripada bentuk lainnya, karena pembayaran dividen dalam bentuk tunai atau kas akan membantu mengurangi ketidakpastian investor dalam aktivitas investasinya dalam suatu perusahaan.

Perdebatan dan kontroversi yang berkaitan dengan pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan sampai sekarang terus berlangsung (Holder et. al., 1998). Gordon (1959) menyatakan bahwa dividen akan meningkatkan nilai perusahaan, sedangkan Miller dan Modigliani (1961) percaya bahwa dividen tidak relevan dengan nilai perusahaan. Sementara itu, Litzenberger dan Ramaswamy (1979) menyatakan bahwa dividen akan menurunkan nilai perusahaan.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan food & beverage karena didasari oleh asumsi bahwa saham yang paling baik untuk dijadikan


(16)

investasi adalah saham sektor makanan dan minuman. Alasannya, karena sektor ini akan tetap survive dan paling tahan terhadap berbagai macam kondisi dibandingkan sektor lainnya. Karena dalam kondisi krisis ataupun tidak krisis produk makanan dan minuman tetap dibutuhkan. Pendapat juga didukung oleh Darmawan (2001), yang menyatakan bahwa kondisi menurunnya daya beli masyarakat hanya akan berpengaruh terhadap produk sekunder seperti mobil, produk elektronika serta properti. Mereka tidak akan mengurangi konsumsi produk primer, termasuk produk pangan.

Berdasarkan tabel ratio pembayaran deviden yang dilakukan oleh beberapa perusahaan dalam kurun waktu tahun 2003 – 2007 di bawah ini dijelaskan jumlah deviden yang dibayarkan oleh beberapa perusahaan.

Tabel 1.1: Ratio Pembayaran deviden yang dilakukan oleh beberapa perusahaan dalam kurun waktu 2003 – 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)

No. Nama Perusahaan Tahun 1. Multi Bintang Indonesia Tbk 2003

2004 2005 2006 2007 2. Mayora Indah Tbk 2003 2004 2005 2006 2007 Siantar Top Tbk 2003 2004 2005 2006 2007

Sumber: Data Laporan Keuangan Perusahaan Di BEI

8.50 - - - - 3. 25.00 25.00 25.00 35.00 - 3,342.00 943.16 6,890.00 2,640.00 1,400.00


(17)

Tabel 1.2:

No Nama Perusahaan Tahun EBIT Total Sales Profitabilitas Multi Bintang

Indonesia

2003 131.848 562.852 0,234 1.

2004 128.867 710.911 0,181 2005 128.589 852.613 0,151 2006 111.061 891.001 0,125 2007 47.151 457.095 0,103 2003 122.857 1.103.893 0,111 2. Mayora Indonesia

2004 125.694 1.378.127 0,091 2005 67.581 1.706.184 0,040 2006 141.744 1.971.513 0,072 2007 106.448 1.318.815 0,081 2003 45.943 701.007 0,065 3. Siantar Top

2004 40.880 712.558 0,057 2005 15.064 641.698 0.023 2006 21.009 555.208 0,037 2007 15.565 466.507 0,033

Tabel 1.3: Rasio Likuiditas

Aktiva lancar

Hutang Lancar

No Nama Perusahaan Tahun Likuiditas

Multi Bintang Indonesia

2003 223.267 194.371 1,149 1.

2004 268.211 272.933 0.983 2005 213.946 314.409 0,680 2006 198.646 375.933 0,528 2007 189.996 378.271 0,502 2003 679.771 458.998 1,481 2. Mayora Indonesia

2004 63.765 398.172 0,160 2005 675.637 548.714 1,231 2006 796.223 563.333 1,413 2007 927.887 686.184 1,352 2003 234.641 165.945 1,413 3. Siantar Top

2004 218.307 110.296 1,979 2005 230.897 107.295 2,151 2006 221.724 82.350 2,692 2007 183.331 89.633 2,045


(18)

Tabel 1.4: Rasio Solvabilitas

Berdasarkan tabel 1.1 sampai dengan tabel 1.4 dapat dilihat bahwa perusahaan food and beverages mengalami fluktuasi pembayaran deviden pada periode 2003 – 2007. Perusahaan yang mengalami fluktuasi pembayaran deviden adalah:

1. Multi Bintang Indonesia Tbk, pembayaran deviden

mengalami fluktuasi menurun pada tahun 2003 ke tahun 2004. Pada tahun 2005 pembayaran deviden mengalami peningkatan, kemudian mengalami fluktuasi menurun kembali pada tahun 2006 dan 2007. Rasio profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas dalam keadaan yang normal.

Total No Nama Perusahaan Tahun

Asset

Total Hutang

Solvabilitas 1. Multi Bintang

Indonesia 2003 2004 2005 2006 2007 483.004 558.338 575.385 610.437 591.391 214.707 294.002 347.434 411.907 418.629 2,249 1,899 1,656 1,481 1,412 2. Mayora Indonesia 2003 1.283.833 458.998 2,797 2004 1.280.645 398.172 3,216 2005 1.459.969 548.714 2,660 2006 1.553.377 563.333 2,757 2007 1.751.275 686.184 2,552 2003 505.507 205.009 2,465 3. Siantar Top

2004 470.177 152.214 3,008 2005 477.444 148.844 3,207 2006 467.491 124.466 3,755 2007 485.175 131.962 3,676


(19)

2. Mayora Indah Tbk, pembayaran deviden dilakukan secara konsisten pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Tahun 2006 mengalami fluktuasi meningkat, tetapi tahun 2007 tidak membagikan deviden. Rasio profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas dalam keadaan yang normal.

3. Siantar Top Tbk, hanya membagikan deviden pada tahun 2003 saja, tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 tidak membagikan deviden sama sekali. Rasio profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas dalam keadaan yang normal.

Untuk melihat konsistensi dari hasil penelitian sebelumnya dan berdasarkan obyek yang berbeda, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Oleh sebab itu penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “FAKTOR –

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA”


(20)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah variabel profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas mempunyai pengaruh secara simultan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food & beverage yang listing di Bursa Efek Indonesia.

2. Apakah variabel profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas mempunyai pengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food & beverage yang listing di Bursa Efek Indonesia..

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis dan menguji pengaruh variabel profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas secara simultan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food & beverage yang listing di Bursa Efek Indonesia.

2. Menganalisis dan menguji pengaruh variabel profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food & beverage yang listing di Bursa Efek Indonesia.


(21)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Memberikan bukti secara empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada kondisi pasar modal yang bersifat emerging market dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis pada pengembangan teori manajemen keuangan khususnya teori dividen.

1.4.2. Manfaat Praktis

Bagi manajemen perusahaan dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penentuan kebijakan dividen.

Bagi investor dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi (membeli atau menjual saham) yang berkaitan dengan harapan atas dividen yang dibagikan.


(22)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang khusus menganalisis tentang determinan dari kebijakan dividen perusahaan (corporate dividend policy) dilakukan oleh Alli et. al. (1993) dengan menggunakan variabel investasi, growth, biaya sumber dana eksternal, struktur modal, kepemilikan institusional (institutional ownership) dan penyebaran kepemilikan (dispersion of ownership).

Chang & Rhee (1990) menguraikan bahwa pertumbuhan, variabilitas earnings, non-debt tax shield, ukuran perusahaan, dan profitabilitas serta leverage sebagai variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan dividen.

Jensen et. al (1992) menunjukkan bahwa variabel insider ownership, hutang, resiko bisnis, profitabilitas, pertumbuhan, dan investasi merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen.

Holder et. al (1998) menunjukkan bahwa variabel fokus perusahaan (focus of firm) penjualan, insider ownership, number of common share holders, aliran kas bebas (free cash flow) pertumbuhan penjualan, dan


(23)

standar deviasi return of firm merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen.

Andriyanto (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Growth, Profitability terhadap Kebijakan Hutang dan Kebijakan Deviden Pada Perusahaan Otomotif Di Bursa Efek Jakarta.” Dari hasil analisis disimpulkan bahwa hipotesis yang dapat dibuktikan kebenarannya meliputi: pengaruh langsung hutang terhadap deviden. Sedangkan hipotesis yang tidak terbukti kebenarannya meliputi: pengaruh langsung growth terhadap kebijakan hutang, pengaruh langsung profitability terhadap kebijakan hutang, pengaruh tidak langsung growth dan profitability terhadap kebijakan hutang deviden melalui hutang.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Akuntansi Keuangan

2.2.1.1. Pengertian Akuntansi Keuangan

Akuntansi keuangan adalah sistem pengakumulasian, pemrosesan, dan pengkomunikasian yang didisain untuk informasi pengambilan keputusan yang berkaitandengan investasi dan kredit olehpemakai eksternal. Informasi akuntansi keuangan dikomunikasikan melalui laporan keuangan yang dipublikasikan dan dibatasi oleh beberapa ketentuan Standart Akuntansi Keuangan (Hanafi, 2003: 29)


(24)

Menurut Yadiati dan Wahyudi (2006:10) akuntansi keuangan merupakan bidang akuntansi yang berkaitan dengan bagaimana pencatatan dan penyusunan laporan keuangan dari satu kesatuan unit usaha yang berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang berterima mum (GAAP) dan disebut pernyataan standart akuntansi keuangan (PSAK) di Indonesia.

2.2.1.2. Tujuan Akuntansi Keuangan

Tujuan akuntansi keuangan adalah memberikan informasi kuantitatif tentang suatu perusahaan yang berguna bagi pemakai khususnya pemilik dan kreditur dalam proses pengambilan keputusan. Tujuan ini termasuk memberikan informasi yang dapat digunakan untukmenilai efektivitas manajemen dalam memenuhi tanggung jawab manajemen (Harahap, 2002: 139)

2.2.1.3. Manfaat Akuntansi Keuangan

Laporan keuangan yang dihasilkan dari akuntansi keuangan akan bermanfaat bagi pihak internal perusahaan khususnya untuk dapat menilai kinerja dan kodisi keuangan perusahaan di masa mendatang. Selain itu juga bermanfaat untuk pihak eksternal khususnya investor dan kreditor untuk pembuatan keputusan ekonomi.(Hanafi, 2003: 30)


(25)

2.2.2. Laporan Keuangan

2.2.2.1.Pengertian Laporan Keuangan

Akuntansi adalah seni dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan dari peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara yang tepat dan dengan penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang timbul dari peristiwa atau kejadian tersebut, dari definisi akuntansi tersebut diketahui bahwa peringkasan dalam halini dimaksudkan adalah pelaporan dari peristiwa-peristiwa keuangan perusahaan yang dapat diartikan sebagai laporan keuangan. (Munawir, 2002: 5)

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. (Kieso, 2002: 3)

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan informasi keuangan dari suatu perusahaan yang telah dicatat, digolongkan, dan diringkas secara tepat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan.


(26)

2.2.2.2.Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Menurut Standart Akuntansi Keuangan (2007 : 5-6), karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat 4 karakteristik kualitatif pokok, yaitu :

a. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar

b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, mengaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.

c. Materialistis

Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan


(27)

ataukesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas laporan keuangan.

d. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga arus andal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

2.2.2.3.Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Standart Akutansi Keuangan (2007 : 3), tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Menurut Harahap (2002 : 17), tujuan laporan keuangan itu adalah sebagai berikut :

a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.


(28)

b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksirkan potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.

e. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijaksanaan akuntansi yang dianut perusahaan.

2.2.2.4. Pemakai Laporan Keuangan

Menurut Standart Akuntansi Keuangan (2007 : 2-3), pemakai laporan keuangan meliputi :

a. Investor : Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menetukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi


(29)

yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

b. Karyawan : Mereka tertarik dengan informasi yang memungkanikan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.

c. Pemberi pijaman : Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar saat jatuh tempo. d. Pemasok dan kreditur usaha lainnya : Pemasok dan kreditur

usaha lainnya tertarik dengan unformasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.

e. Pelanggan : Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan,terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.

f. Pemerintah : pemerintah membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijaksanaan pajak, dan sebagai dasr untuk menyusunstatistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.


(30)

g. Masyarakat : perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, misalnya perusahaan memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecendrungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2.2.2.5. Asumsi Dasar Laporan Keuangan

Menurut Standart Akuntansi Keuangan (2007 : 5), penyusunan dan penyajian laporan keuangan mendasrkan diri pada dua asumsi dasar, yaitu dasar akrual dan kelangsungan usaha.

a. Dasar Akrual

Dasar akrual ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.

b. Kelangsungan Usaha

Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan, yang berarti perusahaan akan tetap melanjutkan usahanya di masa depan. Ini berarti bahwa perusahaan diasumsikan tidak


(31)

bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.

2.2.2.6. Jenis Laporan Keuangan

Menurut Darsono dan Ashari (2005 :18-25), jenis – jenis laporan keuangan adalah sebagai berikut :

a. Neraca

Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca, jadi kondisi yang dijelaskan dalam neraca adalah kondisi pada tanggal tertentu. Biasanya neraca dibuat per 31 Desember, atau tiap akhir bulan. Neraca terdiri atas hak sumber daya perusahaan dan kewajiban perusahaan.

Tabel 2.1 : Neraca

Computer King Neraca 30 Nopember 1999 Aktiva

Kas $ 5.900 Perlengkapan 550 Tanah 10.000 Total aktiva $ 16.450

Kewajiban

Utang usaha $ 400 Ekuitas pemilik

Modal Pat King 16.050 Total kewajiban dan ekuitas pemilik $ 16.450

Sumber : Niswonger, C.R., et. al., 1999, prinsip-prinsip Akuntansi, Jilid 1. Edisi 19, Terjemahan Alfonsus S dan Helda G, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal. 20.


(32)

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama periode waktu tetentu, misalnya bulanan atau tahunan. Laporan laba rugi memberikan gambaran kinerja operasional perusahaan.

Tabel 2.2 : Laporan Laba Rugi

Computer King Laporan Laba Rugi

Untuk Bulan yang Berakhir 30 Nopember 1999 Pendapatan honor $ 7.500 Beban operasi :

Beban upah $ 2.125 Beban sewa 800 Beban perlengkapan 800 Beban utilitas 450 Beban rupa-rupa 275

Total beban operasi $ 4.450 Laba bersih $ 3.050

Sumber : Niswonger, C.R., et. al., 1999, prinsip-prinsip Akuntansi, Jilid 1. Edisi 19, Terjemahan Alfonsus S dan Helda G, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal. 20.

c. Laporan Perubahan Ekuitas

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 66-67), perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama yang menunjukkan :


(33)

2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas.

3. Pengaruh komulatif dan perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait.

4. Transaksi modal dengan pemilik distribusi kepada pemilik. 5. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta

perubahannya.

6. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio, dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.

Tabel 2.3 : Laporan Perubahan Ekuitas Computer King Laporan Ekuitas Pemilik

Untuk Bulan yang Berakhir 30 Nopember 1999 Modal Pat King, 1 Nopember 1999 $ 0 Investasi pada 1 Nopember 1999 $ 15.000

Laba Bersih bulan Nopember 3.050 $ 18.050 Dikurangi penarikan 2.000

Kenaikan ekuitas pemilik 16.050 Modal Pat King, 30 nopember 1999 $ 16.050

Sumber : Niswonger, C.R., et. al., 1999, prinsip-prinsip Akuntansi, Jilid 1. Edisi 19, Terjemahan Alfonsus S dan Helda G, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal. 20.


(34)

d. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menggambarkan perputaran utang (kas atau bank) selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Laporan arus kas melaporkan arus kas masuk dan keluar bagi kegiatan opersional, investasi, dan pendanaan.

Tabel 2.4 : Laporan Arus Kas

Computer King Laporan Arus Kas

Untuk Bulan yang Berakhir 30 Nopember 1999 Arus kas dari aktivitas operasi :

Kas yang diterima dari pelanggan $ 7.500 Dikurangi pembayaran kas untuk beban dan

pembayaran kepada kreditur 4.600 arus kas bersih dari aktivitas operasi $ 2.900 Arus kas dari aktivitas investasi :

Pembayaran untuk akuisisi tanah (10.000) Arus kas dari aktivitas pendanaan :

Kas yang diterima sebagai ivestasi pemilik $ 15.000 Dikurangi penarikan kas oleh pemilik 2.000

Aruskasbersihdari aktivitas pendanaan 13.000 Arus kas bersih dan saldo kas 30 november 1999 5.900

Sumber : Niswonger, C.R., et. al., 1999, prinsip-prinsip Akuntansi, Jilid 1. Edisi 19, Terjemahan Alfonsus S dan Helda G, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal. 20.

e. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan ini berisi penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi.


(35)

2.2.3. Instrumen Surat berharga

Menurut Sutrisno (2003: 111) apabila perusahaan mempunyai kelebihan dana, maka manajer keuangan harus mengusahakan agar kelebihan dana tersebut bisa diinvestasikan pada instrument-instrumen investasi sesuai dengan sifat dana yang dipunyai. Bila kelebihan dana tersebut bisa digunakan jangka panjang, menajer keuangan harus menginvestasikan pada instrument investasi jangka panjang seperti pendirian usaha baru, pembelian aktiva tetap, dan lainnya. Bila dana yang dipunyai bersifat likuid artinya harus tersedia bila diinginkan, maka manajer keuangan sebaiknya menginvestasikan kelebihan dana tersebut pada instrument investasi jangka pendek. Instrumen investasi berjangka pendek sering disebut surat berharga atau sekuritas. Investasi atau pembelian surat berharga atau sekuritas dilakukan dengan tujuan untuk menjaga likuiditas, artinya kelebihan dana yang dimiliki oleh perusahaan dibelikan surat berharga agar tidak terjadi iddle fund sehingga mendapatkan keuntungan, namun sekuritas tersebut harus bisa segera menjadi uang tunai bila likuiditas perusahaan kurang baik.

Menurut Sutrisno (2003: 111) secara garis besar sekuritas dibagi menjadi dua, yaitu sekuritas yang memberikan penghasilan secara tetap (obligasi) dan sekuritas yang memberikan penghasilan tidak tetap (saham). Saham adalah surat bukti kepemilikan perusahaan, sedangkan obligasi


(36)

adalah surat hutang yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka panjang dan memberikan bunga.

2.2.4. Tujuan Perusahaan Dalam Persektif Manajemen Keuangan

Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan (pemegang saham) yang ditujukkan oleh meningkatnya nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan. (Husnan dan Pudjiastuti, 2004: 38). Untuk meningkatkan nilai perusahaan dilakukan dengan cara pengaturan kegiatan keuangan melalui keputusan-keputusan keuangan dibuat. Horne (2002: 99) menyatakan bahwa terdapat tiga keputusan dalam bidang manajemen keuangan yaitu keputusan investasi (investment decision), keputusan pendanaan (financing decision), dan keputusan deviden (dividend decision) atau sering disebut dengan kebijakan dividen (dividend policy).

Keputusan investasi adalah keputusan–keputusan yang berkaitan dengan alokasi dana pada berbagai bentuk investasi, yang manfaatnya dirasakan pada masa yang akan datang. Keputusan pendanaan menyangkut keputusan-keputusan yang berkenaan dengan penentuan sumber-sumber pendanaan atau struktur modal yang terbaik. Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah distibusi laba yang diperoleh perusahaan apakah sebaiknya dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk


(37)

dividen ataukah laba tersebut sebaiknya digunakan untuk mendanai operasi perusahaan pada tahun berikutnya dalam bentuk laba ditahan (retained earning). ( Horne, 2002: 100)

Keberhasilan suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas dari keputusan–keputusan yang diambil oleh manajer keuangan perusahaan yang ditujukan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan (pemegang saham) yang ditunjukkan oleh meningkatnya nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan.

2.2.5. Pengertian Dividen

Setia (2003: 30) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Cadangan yang diambil dari EAT dilakukan sampai cadangan mencapai minimum dua puluh persen dari modal yang ditempatkan. Modal yang ditempatkan adalah modal yang disetor penuh ditambah dengan modal yang belum disetor sehubungan dengan penerbitan saham baru seperti rights dan warran. Keputusan


(38)

mengenai jumlah laba yang ditahan dan dividen yang akan dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Apabila perusahaan memperoleh laba bersih maka laba bersih disini sering di sebut sebagai laba setelah pajak atau Earning After Tax ( EAT). Dari EAT ini, apabila pihak manajemen memutuskan untuk membagikan pada para pemegang saham, maka bagian laba yang dibagikan tersebut disebut sebagai dividen. Jumlah dividen yang dibayar jika kita bagi dengan jumlah saham perusahaan yang beredar, maka dividen tersebut sebagai dividen per lembar saham atau dividend per share (DPS). Sedangkan proporsi dividen yang dibayarkan dari EAT disebut sebagai dividend payout ration (DPR), sedangkan dari jumlah laba bersih yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham disebut sebagai laba ditahan (retained earning). (Setia, 2003: 30)

2.2.6. Kebijakan Dividen

Keputusan mengenai berapa besar bagian laba yang akan dibagikan sebagai dividen dan berapa jumlah yang akan ditahan sebagai laba ditahan disebut kebijakan dividen (Dividend Policy) (Brigham & Weston,1983: 87). Kebijakan dividen meliputi beberapa hal, yaitu penentuan berapa besarnya DPR yang harus dibayarkan dari waktu ke waktu, apakah harus selalu meningkat, tetap atau bervariasi menurut arus kas dan kebutuhan


(39)

dana perusahaan, dan dalam bentuk apa dividen tersebut dibayarkan, apakah dalam bentuk kas ataukah saham.

Ada beberapa alternatif bentuk kebijakan yang bisa diterapkan, yaitu 1) Kebijakan dividen yang stabil, 2) Kebijakan dividen dengan DPR yang konstan, 3) Kebijakan dividen dengan jumlah minimal plus ekstra, dan 4) Kebijakan dividen yang fleksibel. (Riyanto, 2001: 50).

Weston & Copeland (1992) menyatakan bahwa setiap perubahan dalam kebijakan dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan. Apabila dividen akan dibayarkan semua, kepentingan cadangan akan terabaikan sebaliknya apabila laba akan ditahan semua, maka kepentingan pemegang saham akan uang kas terabaikan. Untuk menjaga kedua kepentingan ini, manajer keuangan dapat menempuh kebijakan dividen yang optimal.

Kebijakan dividen akan menjadi sangat penting karena adanya dua kepentingan yang saling bertentangan yaitu kepentingan pemegang saham disatu sisi dan kepentingan perusahaan disisi lain. Kolb (1983: 86) menyatakan bahwa kebijakan dividen penting karena dua alasan, yaitu 1) Pembayaran dividen mungkin akan mempengaruhi harga saham, dan 2) Pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber tambahan modal sendiri yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan perusahaan. Kedua alasan tersebut merupakan dua sisi kepentingan yang


(40)

saling bertentangan. Agar kedua kepentingan itu dapat terpenuhi secara optimal, manajemen perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati dan teliti kebijakan dividen yang harus dipilih. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dividen yang optimal yang mampu memenuhi harapan pemegang saham atau investor akan dividen dan tidak menghambat pertumbuhan perusahaan demi tercapainya peningkatan nilai perusahaan melalui peningkatan harga saham perusahaan.

2.2.7. Kebijakan Dividen yang Optimal

Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang bisa menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang yang bisa memaksimumkan harga saham perusahaan (Weston & Copeland, 1992: 67). Pada saat perusahaan memutuskan berapa banyak laba yang harus dibagikan kepada para pemegang saham, perusahaan dalam hal ini adalah manajer keuangan, harus selalu mengingat bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham ini dapat meningkat apabila harga saham yang dimiliknya meningkat, sehingga penentuan besarnya laba yang harus dibayarkan dalam bentuk dividen harus didasarkan pada preferensi investor atau dividen maupun capital gain. Apakah investor lebih suka


(41)

perusahaan membagikan laba sebagai dividen ataukah investor lebih suka perusahaan menahan laba tersebut untuk diinvestasikan kembali.

Jika perusahaan menaikkan ratio pembayaran maka jumlah dividen yang diterima akan naik, dan ini akan mengakibatkan harga saham ikut naik. Tetapi hal ini akan mengakibatkan laba yang tersedia untuk investasi semakin sedikit, sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan untuk masa mendatang semakin rendah yang pada akhirnya juga akan menurunkan harga saham perusahaan. Jadi setiap perusahaan dalam kebijakan pembayaran dividen akan mempunyai pengaruh yang saling bertentangan, sehingga kebijakan dividen menjadi sangat penting dan menjadi tugas manajer keuangan untuk bisa menetapkan kebijakan dividen yang optimal bagi perusahaan.

2.2.8. Teori Kebijakan Dividen

Pada dasarnya teori tentang kebijakan dividen merupakan interaksi dari beberapa faktor, diantaranya adalah ketersediaan dana, kesempatan investasi yang dimiliki oleh perusahaan, dan preferensi investor terhadap dividen ataupun capital gains. Pendapatan yang bisa diperoleh investor dari penanaman modal saham di bursa efek adalah berupa dividen ataupun capital gain. Dividen merupakan pendapatan yang diterima investor atas saham yang mereka miliki jika perusahaan menyisihkan sebagian laba


(42)

bersihnya. Sedangkan capital gain merupakan pendapatan yang diterima investor jika terdapat kelebihan harga jual di atas harga beli pada saat saham tersebut mereka jual. Dari adanya perbedaan preferensi investor atas dividen maupun capital gain, muncullah beberapa teori tentang kebijakan dividen, Teori – teori tersebut adalah : 1) Dividend Irrelevance, 2) Bird in – the – hand , 3) Tax Preference, 4) Information Content or Signaling Hypothesis, dan 5) Clientele Effect (Sartono, 2001: 45)

2.2.8.1. Teori Bird-in-the Hand

Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance) dari MM banyak mendapat kritik, terutama asumsi tentang preferensi investor yang tidak berbeda antara dividen dan capital gains, dengan kata lain bahwa investor tidak akan mempedulikan apakah akan menerima dividen ataukah capital gains dari saham yang mereka miliki. Salah satu penentangnya adalah Myron Gordon dan John Lintner (Sartono, 2001:45). Mereka berpendapat bahwa tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor (ks) akan meningkat sebagai akibat penurunan pembayaran dividen. Investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gains karena unsur dividen yield (D1/Po) resikonya lebih kecil dibandingkan unsur pertumbuhan yang diharapkan (g) dalam persamaan tingkat


(43)

keuntungan yang disyaratkan investor, yaitu ks = D1/Po + g. Investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi jika ks dipergunakan untuk mensubstitusikan dividen. Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk setiap pengurangan dividend yield.

Sementara MM berpendapat bahwa investor merasa sama saja, apakah menerima dividen saat ini atau menerima capital gains di masa datang. Sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan (ks) tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Sehingga pendapat Gordon – Lintner oleh MM disebut sebagai the-bird-in-the hand fallacy, karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama atau sejenis dengan memiliki resiko yang sama, oleh sebab itu tingkat resiko pendapatan mereka di masa datang ditentukan oleh tingkat resiko dari arus kas operasinya, dan bukan oleh kebijakan dividennya.

2.2.9. Tiga Aliran Dalam Teori Kebijakan Dividen

Dalam kebijakan dividen ada tiga aliran pandangan yang kontroversial yaitu pertama pandangan kanan yang mengharuskan pembayaran dividen sebesar-besarnya, pandangan kedua tidak ada relevansinya pembayaran dividen dengan peningkatan kekayaan pemegang saham, dan ketiga pandangan kiri yang mengharuskan dividen dibayar


(44)

sekecil-kecilnya kalau perlu tidak dibayarkan (Husnan dan Pudjiastuti, 2004: 40)

Menurut aliran pertama yang berpandangan dividen dibayarkan sebesar-besarnya P0 = D1 : (ks – g) kenaikan pada D1 dengan asumsi ks – g tetap maka P0 akan meningkat, oleh karena itu semakin besar D1 akan semakin tinggi P0. D1 maksimum besarnya sama dengan laba yang diperoleh pada tahun itu. Bagi investor rupiah yang diterima dari pembayaran dividen kurang beresiko dibandingkan dengan capital gain yaitu g (pertumbuhan) oleh laba ditahan, dividen dapat diperkirakan kepastiannya, sedangkan capital gain lebih sulit diperkirakan. Aliran ini dikenal dengan Gordon-Lintner, ditentang oleh MM (Modigliani –Miller) yang menyatakan bahwa resiko cash flow perusahaan dalam jangka panjang ditentukan oleh resiko cash flow asset atau resiko investasi, bukan oleh kebijakan pembayaran dividen (Brigham dan Gapenski, 1996: 43) Dalam kenyataannya kesulitan cash flow dalam jangka pendek tidak kalah pentingnya terhadap dukungan jangka panjang.

Pembayaran dividen yang tinggi oleh investor dianggap perusahaan mempunyai prospek tingkat keuntungan yang baik, sebaliknya penurunan dividen atau lebih kecil dari normal dianggap mempunyai prospek penghasilan yang kurang baik, sehingga harga saham cenderung meningkat atau menurun mengikuti besarnya dividen yang dibayarkan.


(45)

Ada dua kelompok investor yang berbeda yaitu kelompok yang menginginkan penghasilan sekarang dan kelompok lainnya yang mengharapkan penghasilan akan penurunan dividen dapat berdampak banyak pemegang saham akan menjual saham yang dimilikinya, sehingga harga saham menjadi turun.

Dalam pandangan ketiga dimana dividen dibayarkan sekecil-kecilnya kalau perlu tidak dibayarkan sehingga laba ditahan sebesar-besarnya. Aliran ini mendasarkan pada kenyataan tentang adanya floatation cost dan tarif pajak capital gain. Kesempatan investasi yang menguntungkan kalau dibiayai dengan laba ditahan berarti ada penghematan floatation cost dan tidak adanya beban bunga merupakan suatu efesiensi sehingga dalam periode berikutnya akan meningkatkan harga saham dan besarnya dividen yang dapat dibayar oleh perusahaan.

Perbedaan pajak dividen yang lebih tinggi dari pajak capital gains, dapat mendorong pemegang saham akan lebih suka menginvestasikan keuntungan perusahaannya dari pada membagikan dalam bentuk dividen. Sepanjang ada kesempatan investasi yang menguntungkan akan lebih menghemat pajak apabila membagikan dividen sekecil-kecilnya atau nol sama sekali. Investasi yang menguntungkan akan meningkatkan harga saham, yang berarti pemegang saham akan mendapatkan capital gain yang


(46)

lebih tinggi. Oleh karena pajak akan dipungut bila saham dijual maka disini ada penundaan pembayaran pajak atas capital gain.

2.2.10. Bentuk Pembayaran Dividen

Dalam kebijakan dividen juga dibahas tentang alternatif bentuk pembayaran dividen kepada para pemegang saham. Selain pembayaran dividen dalam bentuk kas, perusahaan mempunyai alternatif lain dalam mendistribusikan labanya kepada para pemegang saham, yaitu dalam bentuk stock dividen, stock split, dan stock repurchase ( Astuti, 2004: 56). 1. Cash Dividend

Cash dividend adalah pembayaran dividen kepada para pemegang saham dalam bentuk tunai, sehingga cash dividend merupakan arus kas keluar (cash overflow) bagi perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membayar dividen dalam bentuk tunai berarti perusahaan harus bisa menyediakan uang tunai dalam jumlah yang relatif besar.

2. Stock Dividend

Stock dividend adalah pembayaran dividen dalam bentuk saham. Dengan demikian stock dividen hanyalah pemberian tambahan saham kepada para pemegang saham. Pemberian stock dividen tidak akan mengubah jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah struktur modal sendiri dari perusahaan yang bersangkutan. Kebijakan ini diambil


(47)

karena perusahaan mempunyai peluang investasi yang menguntungkan, sementara perusahaan tidak ingin menggunakan dana eksternal. Dengan pemberian stock dividen ini maka perusahaan dapat menahan kas lebih banyak untuk membiayai investasi sehingga tidak perlu menarik dana dari luar perusahaan.

3. Stock Split

Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil sehingga jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat secara proporsional sesuai dengan penurunan nilai nominal saham. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menurunkan harga pasar saham karena harga saham yang lama dinilai sudah terlalu tinggi. Harga saham yang terlalu tinggi akan membatasi permintaan akan saham yang bersangkutan. Dengan harga yang lebih rendah diharapkan akan semakin banyak investor yang bersedia membeli saham perusahaan sehingga menjadikan saham perusahaan lebih populer dan lebih likuid. Dengan adanya stock split maka masih dimungkinkan harga saham untuk naik lebih tinggi.

4. Stock Repurchases

Stock repurchases atau pembelian kembali saham perusahaan oleh perusahaan yang bersangkutan dapat digunakan sebagai alternatif dari pembayaran dividen dalam bentuk tunai. Perusahaan dapat


(48)

mendistribusikan pendapatannya kepada para pemegang saham, melalui kembali saham mereka. Jika sebagian saham yang beredar dibeli kembali oleh perusahaan sebagai treasury stock, maka jumlah saham yang beredar menjadi semakin sedikit, sehingga akan bisa meningkatkan pendapatan per lembar saham (EPS) dan juga harga pasar saham. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya capital gain yang bisa menggantikan adanya dividen. Dengan stock repurchase maka pemegang saham mempunyai pilihan untuk menjual sahamnya atau tidak.

2.2.11. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Perusahaan dalam menetapkan kebijakan dividennya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen banyak dikemukakan oleh beberapa ahli.

Menurut Riyanto (2001: 56). Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan adalah :

1. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh keuntungan atas kegiatan usaha perusahaan selama satu tahun. Ukuran yang digunakan yaitu rasio laba operasi atau EBIT (Earning Before Interest and Tax).


(49)

Posisi likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum perusahaan mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Jika posisi likuiditas perusahaan kuat maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen adalah besar, mengingat bahwa dividen adalah merupakan arus kas keluar (cash outflow) bagi perusahaan.

3. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Utang

Jika perusahaan memutuskan untuk membayar hutangnya dengan dana dari Pos laba ditahan, maka akan tersedia dana yang semakin kecil untuk pembayaran dividen.

4. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

Dimana semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan maka akan semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan oleh perusahaan. Pada kondisi ini, perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar laba daripada membagikan laba tersebut kepada para pemegang saham. Sehingga perusahaan cenderung menetapkan dividen dalam jumlah yang relatif kecil.

5. Pengawasan Terhadap Perusahaan

Dimana sebagian besar perusahaan cenderung membiayai kebutuhan dana untuk ekspansinya dengan dana dari sumber intern perusahaan


(50)

dengan maksud untuk mempertahankan kontrol pemegang saham yang dianggap sebagai kelompok dominan dalam perusahaan tersebut.

Sartono (2000:67) memberikan pendapat tentang pertimbangan dalam menetapkan besarnya dividen sebagai berikut :

1. Kebutuhan dana perusahaan

Kebutuhan dan perusahaan berkaitan dengan aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal di masa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, skedul pelunasan hutang, dan faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan.

2. Likuiditas

Oleh karena dividen bagi perusahaan adalah arus kas keluar, maka semakin kuat posisi likuiditas perusahaan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen bagi para pemegang saham.

3. Kemampuan meminjam

Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan perusahaan untuk meminjam dalam jangka pendek. Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan menngkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu, fleksibilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak di pasar modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang besar dan


(51)

mantap akan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan meminjam dan fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar kemampuan perusahaan dan membayar dividen.

4. Keadaan pemegang saham

Jika kepemilikan saham di perusahaan relatif tertutup, manajemen dapat dengan mudah mengetahui harapan para pemegang saham dan bertindak dengan tepat. Apakah sebagian besar pemegang menginginkan dividen ataukah capital gain. Tetapi bagi perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar dan bervariasi maka manajemen hanya dapat mengetahui harapan para pemegang saham tersebut dari reaksi pasar atas dividen yang dibayarkan oleh perusahaan.

5. Stabilitas dividen

Saham dengan dividen yang stabil selama periode tertentu akan mempunyai harga yang lebih tinggi daripada saham yang membayarkan dividennya dalam prosentase yang tetap terhadap labanya.

Sedang Weston & Copeland (1992: 98), menyebutkan faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen yang akan diterapkan oleh perusahaan adalah :


(52)

1. Undang-undang

Undang-undang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada dalam pos laba ditahan.

2. Posisi Likuiditas

3. Kebutuhan pelunasan hutang

Apabila perusahaan menggunakan hutang untuk pembiayaan ekspandsi, maka pembayaran hutang pada saat jatuh tempo dapat dilakukan dengan mengganti hutang tersebut dengan surat berharga atau membayar hutang dengan tunai. Keputusan pembayaran hutang dengan uang tunai memerlukan tambahan dana dari laba ditahan, dan hal itu akan mempengaruhi pembayaran dividen.

4. Pembatasan dalam perjanjian hutang

Perjanjian hutang jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen. Perjanjian ini bertujuan untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman, dimana dividen masa yang akan datang hanya dapat dibayarkan dari laba yang diperoleh sesudah penandatanganan perjanjian hutang, dividen tidak dapat dibayarkan apabila modal kerja bersih berada dibawah batas minimum yang telah ditetapkan, dan dividen saham preferen harus dibayarkan terlebih dahulu.


(53)

5. Tingkat ekspansi aktiva

Dimana jika kebutuhan dana semakin besar maka perusahaan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkan dividen dari laba tersebut.

6. Tingkat laba

Hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayarkan laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham.

7. Peluang ke pasar modal

Perusahaan besar yang telah berjalan dengan baik dan mempunyai profitabilitas dan stabilitas laba yang mantap, akan mempunyai peluang lebih besar untuk masuk ke pasar modal dan bentuk pembiayaan eksternal lainnya. Dan perusahaan ini cenderung untuk memberikan tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi dari perusahaan-perusahaan kecil dan baru.

8. Kendali perusahaan

Pada umumnya perusahaan memilih untuk membiayai ekspansi dengan menggunakan sumber dana internal dengan maksud untuk mempertahankan kendali perusahaan. Sehingga perusahaan membuat kebijakan untuk memperkecil jumlah dividen yang dibayarkan.


(54)

9. Posisi pemegang saham sebagai pembayar pajak

Jika mayoritas pemegang saham adalah subyek pajak yang dikenai pajak pribadi tinggi maka mereka cenderung menginginkan pembagian dividen yang rendah.

10. Pajak atas laba yang diakumulasikan secara salah

Untuk mencegah agar pemegangan saham tidak menggunakan perusahaan sebagai sarana menghindari tarif pajak pribadi yang tinggi, maka ditentukan suatu pajak tambahan khusus terhadap penghasilan yang diakumulasikan secara tidak benar. Kondisi ini akan mempengaruhi pembayaran dividen, karena akumulasi modal ke dalam perusahaan melalui laba ditahan haruslah didasarkan pada pertimbangan kebutuhan modal di masa mendatang.

2.2.12. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Kebijakan deviden.

2.2.12.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Deviden.

Menurut penelitian yang dilakukan Jensen et. Al.,(1992) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pembayaran deviden. Teori Bird-in-the-Hand juga menyatakan bahwa Investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gains karena unsur


(55)

dividen yield (D1/Po) resikonya lebih kecil dibandingkan unsur pertumbuhan yang diharapkan (g) dalam persamaan tingkat keuntungan yang disyaratkan investor, yaitu ks = D1/Po + g. Semakin kuat profitabilitas perusahaan, maka kemampuan perusahaan untuk membagikan deviden kas juga semakin besar. Menurut Sartono (2001), investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan profitabilitas perusahaan, misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk deviden. 2.2.12.2. Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Deviden.

Menurut Riyanto (2001) dan Bringham & Houston (2001) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap pembayaran deviden. Teori Bird-in-the-Hand juga meyatakan bahwa Investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gains karena unsur dividen yield (D1/Po) resikonya lebih kecil dibandingkan unsur pertumbuhan yang diharapkan (g) dalam persamaan tingkat keuntungan yang disyaratkan investor, yaitu ks = D1/Po + g. Semakin kuat posisi likuiditas perusahaan maka kemampuan perusahaan umtuk membagikan deviden kas juga semakin besar.


(56)

2.2.12.3. Pengaruh Solvabilitas Terhadap Kebijakan Deviden.

Menurut Sutrisno (2003) menunjukkan bahwa solvabilitas berpengaruh positif terhadap pembayaran deviden. Teori Bird-in-the-Hand juga menyatakan bahwa Investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gains karena unsur dividen yield (D1/Po) resikonya lebih kecil dibandingkan unsur pertumbuhan yang diharapkan (g) dalam persamaan tingkat keuntungan yang disyaratkan investor, yaitu ks = D1/Po + g. Menurut Sutrisno (2003) biasanya permasalahan yang muncul apabila perusahaan dilikuidasi menyangkut apakah kekayaan yang dimiliki perusahaan mampu menutup semua hutang-hutangnya. Apabila semua kekayaan perusahaan mampu menutup semua hutang-hutangnya berarti perusahaan dalam kondisi solvable, dan perusahaan tersebut dapat membuktikan bahwa perusahaan dapat membagikan deviden kepada pemegang saham.

2.3. Kerangka Berpikir

Keputusan mengenai berapa besar bagian laba yang akan dibagikan sebagai dividen dan berapa jumlah yang akan ditahan sebagai laba ditahan disebut kebijakan dividen (Dividend Policy) (Brigham & Weston;1983). Setiap perubahan dalam kebijakan dividen akan memiliki dua dampak


(57)

yang berlawanan. Apabila dividen akan dibayarkan semua, kepentingan cadangan akan terabaikan sebaliknya apabila laba akan ditahan semua, maka kepentingan pemegang saham akan uang kas terabaikan. Untuk menjaga kedua kepentingan ini, manajer keuangan dapat menempuh kebijakan dividen yang optimal.

Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang bisa menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang yang bisa memaksimumkan harga saham perusahaan (Weston & Copeland, 1992). Pada saat perusahaan memutuskan berapa banyak laba yang harus dibagikan kepada para pemegang saham, perusahaan dalam hal ini adalah manajer keuangan, harus selalu mengingat bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham ini dapat meningkat apabila harga saham yang dimiliknya meningkat, sehingga penentuan besarnya laba yang harus dibayarkan dalam bentuk dividen harus didasarkan pada preferensi investor atau dividen maupun capital gain. Apakah investor lebih suka perusahaan membagikan laba sebagai dividen ataukah investor lebih suka perusahaan menahan laba tersebut untuk diinvestasikan kembali.

Jika perusahaan menaikkan rasio pembayaran maka jumlah dividen yang diterima akan naik, dan ini akan mengakibatkan harga saham ikut naik. Tetapi hal ini akan mengakibatkan laba yang tersedia untuk investasi


(58)

semakin sedikit, sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan untuk masa mendatang semakin rendah yang pada akhirnya juga akan menurunkan harga saham perusahaan. Jadi setiap perusahaan dalam kebijakan pembayaran dividen akan mempunyai pengaruh yang saling bertentangan, sehingga kebijakan dividen menjadi sangat penting dan menjadi tugas manajer keuangan untuk bisa menetapkan kebijakan dividen yang optimal bagi perusahaan.

Berdasarkan dengan hasil penelitian terdahulu dan teori kebijakan dividen yang telah diuraikan di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen sesuai dengan rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Variabel profitabilitas menentukan kebijakan dividen. Semakin meningkatnya profitabilitas dalam suatu perusahaan maka pembayaran laba dalam bentuk dividen juga akan meningkat. Jadi profitabilitas berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen.

2. Variabel likuiditas menentukan kebijakan dividen. Perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik akan menetapkan dividen payout ratio yang kecil karena sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditas. Jadi likuiditas berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen.


(59)

3. Variabel solvabilitas menentukan kebijakan dividen. Perusahaan dalam kondisi insolvensi tidak akan membagikan dividen karena laba yang diperoleh lebih banyak akan digunakan untuk memperbaiki struktur modalnya. Jadi solvabilitas berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen.

Dengan berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan teori – teori yang telah dikemukakan maka dapat dijabarkan kerangka berpikir penelitian seperti terlihat pada gambar 2.1 .

Profitabilitas (X1)

Likuiditas (X2) Kebijakan

Dividen (Y)

Regresi Linier Berganda Solvabilitas (X3)

Gambar 2.1. Model Kerangka Berpikir


(60)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka berpikir di atas maka dapat disusun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut yaitu :

H1: Variabel profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas mempunyai pengaruh secara simultan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food & beverage yang listing di Bursa Efek Indonesia. H2. Variabel profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas mempunyai

pengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan food & beverage yang listing di Bursa Efek Indonesia.


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel independen dan 1 variabel dependen meliputi :

1. Profitabilitas (X1), merupakan kemampuan perusahaan untuk

memperoleh keuntungan atas kegiatan usaha perusahaan selama satu tahun. Ukuran yang digunakan yaitu EBIT dengan penjualan atau

total sales. EBIT adalah rasio laba operasi sebelum dikenakan bunga da pajak. Total sales adalah total penjualan yang dicapai oleh perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Dirumuskan menurut Weston dan Thomas (2000 : 98) yaitu :

Variabel profitabilitas didasarkan pada penelitian Jensen et.al., (1992) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen.

EBIT

Profitabilitas = Total Sales

Weston dan Thomas (2000:98)


(62)

2. Likuiditas (X2), merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Semakin kuat posisi likuiditas perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen kas juga semakin besar. Ukuran yang digunakan yaitu rasio aktiva lancar dengan hutang lancar. Aktiva lancar adalah aktiva yang masa perputarannya kurang atau maksimal dalam satu tahun. Hutang lancar adalah hutang yang masa jatuh temponya kurang dari satu tahun, seperti hutang dagang, hutang gaji, hutang pajak, dan hutang bank jangka pendek. Dirumuskan menurut Weston dan Thomas (2000 : 99) yaitu :

Aktiva Lancar Likuiditas =

Hutang Lancar

Weston dan Thomas (2000:99)

Variabel likuiditas didasarkan pada Riyanto (2001), dan Brigham & Houston (2001) yang menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen.

3. Solvabilitas (X3), merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

semua kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Ukuran yang digunakan yaitu ratio total aktiva dengan ratio total hutang. Total aktiva adalah total aktiva lancar dan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.


(63)

Total hutang adalah total hutang lancar dan hutang jangka panjang yang dimiliki perusahaan. Dirumuskan sebagai berikut menurut Sutrisno (2003 : 17)

Total Aktiva Solvabilitas =

Total Hutang

Sutrisno (2003:17)

Variabel solvabilitas didasarkan pada Sutrisno (2003) yang menunjukkan bahwa solvabilitas berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perusahaan Food & Beverage yang

listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) 20 perusahaan. Pemilihan dan penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan teknik

purposive sampling, yaitu teknik penarikan sampel yang dilakukan secara sengaja berdasarkan kriteria yang ditetapkan untuk pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan yang telah mempublikasikan laporan keuangan secara

terus-menerus selama periode penelitian yaitu tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.


(64)

2. Perusahaan harus berjenis food & beverage sesuai dengan

pengklasifikasian dari Indonesian Capital Market Directory. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk menghindari adanya bias yang disebabkan oleh perbedaan industri (industry effect)

3. Perusahaan food & beverage yang menyajikan laporan laba-rugi

dengan perolehan laba dan tidak rugi, karena laba yang negatif sebagai penyebut dalam perhitungan rasio menjadi tidak bermakna dalam perhitungan rasio keuangan.

4. Perusahaan food & beverage yang membagikan dividen minimal 3 kali dalam kurun waktu 5 tahun yaitu tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.


(65)

Kriteria Penentuan Populasi Sasaran

Perusahaan Food & Beverages yang Listing di BEI Periode Tahun 2003 – 2007

No. Perusahaan Food and Beverages

Yang Terdaftar sampai Tahun 2007 (20 perusahaan)

Memperoleh Laba negatif Tahun 2003-2007 (9 perusahaan)

Tidak Membagi Deviden lebih dari 1 Periode (4

perusahaan) Sesuai dengan kriteria (7 perusahaan) Yang Menjadi Sampel Penelitian

1 PT. Indofood Sukses Makmur,

Tbk

- - (√) Positif

2 PT. SMART. Tbk, - X (2003-2007) Negatif

3 PT. Davomas Abadi. Tbk - X (2006,2007) Negatif

4 PT. Tunas Baru Lampung. Tbk, - - (√) Positif

5 PT. Ultra jaya Milk. Tbk, - X (2003,2004,2006,2007) Negatif

6 PT. Mayora Indah. Tbk, - - (√) Positif

7 PT. Sierad Produce. Tbk, X(2003-2004) - Negatif

8 PT. Sari Husada. Tbk, - X (2003-2007) Negatif

9 PT. Suba Indah. Tbk, X (2003-2007) - Negatif

10 PT. Aqua Golden Mississippi. Tbk,

- - (√) Positif

11 PT. Multi Bintang Indonesia. Tbk,

- - (√) Positif

12 PT. Siantar Top. Tbk, X (2007) - Negatif

13 PT. Delta Djakarta. Tbk, - - (√) Positif

14 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food. Tbk,

X (2003) - Negatif

15 PT. Fast Food Indonesia. Tbk, - - (√) Positif

16 PT. Cahaya Kalbar. Tbk, X (2004) - Negatif

17 PT. Prasidha Aneka Niaga. Tbk, X (2006) - Negatif

18 PT. Sekar Laut. Tbk, X (2005-2006) - Negatif

19 PT. Ades Waters Indonesia. Tbk, X (2004) - Negatif

20 PT. Pioneerindo Gourmet Inter. Tbk,

X (2005) - Negatif

Sumber : INDONESIA CAPITAL MARKET DIRECTORY Tahun 2003 – 2007 (data diolah )


(66)

Nama – nama perusahaan yang sesuai dengan kriteria adalah sebagai berikut :

1. Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA)

2. Delta Djakarta Tbk (DLTA)

3. Fast Food Indonesia Tbk (FAST)

4. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)

5. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI)

6. Mayora Indonesia Tbk (MYOR)

7. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)

Berdasarkan kriteria maka jumlah sampel dalam penelitian adalah sejumlah 7 perusahaan food & beverage dengan kurun waktu 5 tahun sehingga N = 35. Pemilihan dan penentuan sampel dalam

penelitian ini dilakukan berdasarkan teknik purposive sampling, yaitu

teknik penarikan sampel yang dilakukan secara sengaja berdasarkan kriteria yang ditetapkan.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapat dari Bursa Efek Indonesia dan dari sumber lain yang terkait dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.


(67)

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk memperoleh : Laporan Keuangan yang terdiri neraca dan laba rugi perusahaan yang menjadi sampel.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Metode analisis dan penelitian ini adalah dengan menggunakan regresi linier berganda. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan food & beverage yang telah listing di Bursa Efek Indonesia.

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan terdiri dari tiga macam jenis teknik analisis yakni :

a. Teknik Analisis Rasio Keuangan

Analisis yang digunakan untuk mengitung rasio-rasio keuangan sesuai dengan variable yang diteliti dalam penelitian ini.

b. Teknik Analisis Statistik Deskriptif

Analisis ini dipakai untuk menggambarkan karakteristik masing-masing variabel berdasarkan prosentase rerata (mean) dan perkembangannya. c. Uji Asumsi Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan distribusi suatu data. Asumsi kenormalan ini sangat penting dalam sampel kecil untuk tujuan peramalan dan pengujian hipotesis mengingat pada sampel besar


(68)

penaksiran dari koefisien regresi akan cenderung didistribusikan secara normal. Salah satu cara untuk menguji kenormalan dapat digunakan uji kolmogorov smirnov. Untuk menentukan apakah sebaran data normal atau tidak, dapat dilihat dari nilai probabilitasnya dibandingkan dengan  (0,05). Jika nilai probabilitanya lebih besar dari  (0,05) berarti data tersebut normal. (Sutrisno, 2000:50).

d. Teknik Analisis Statistik Inferensial

Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel Independent (X) terhadap variabel dependen (Y) dengan menggunakan analisis regresi linier berganda yang dirumuskan sebagai berikut :

Y = a + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 +e

Dimana : sesuaikan dengan variable yang diteliti

Y = Kebijakan Dividen

a = Konstanta

1 - 8 = Nilai Koefisien regresi

X1 = Profitabilitas

X2 = Likuditas

X3 = Solvabilitas


(69)

3.4.2. Pengujian Persyaratan Analisis

Dalam menggunakan model analisis regresi perlu memperhatikan adanya kemungkinan penyimpangan asumsi klasik, yaitu :

1. Tidak adanya Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi korelasi linear diantara dua atau lebih variabel independen. Dengan adanya multikolinearitas maka standart error untuk masing-masing koefisien yang diduga akan sangat besar, sehingga pengaruh masing-masing variabel independen tidak dapat dideteksi. Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinearitas yaitu dengan melihat besarnya Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel independen. Jika nilai VIF tidak melebihi 10 maka mengindikasikan dalam model tidak terjadi multikolinearitas (Wahana Komputer; 2005:38)

2. Tidak ada gejala Autokorelasi

Gejala Otokorelasi timbul sebagai akibat dari adanya korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang (seperti dalam data cross sectional). Untuk mengetahui gejala autokorelasi dalam model analisis regresi digunakan uji Durbin-Waston.


(70)

Beberapa Kriteria mendeteksi Otokorelasi dengan uiji Durbin-Watson (Santoso: 2000), yaitu :

Nilai Durbin-Watson Test Kesimpulan

a. Kurang Dari 1,10 ,berarti terdapat otokorelasi

b. 1,10 sampai 1,54 ,berarti tanpa kesimpulan

c. 1,55 sampai 2,46 ,berarti tidak terdapat otokorelasi

d. 2,47 sampai 2,90 ,berarti tanpa kesimpulan

e. Lebih dari 2,90 ,berarti terdapat otokorelasi

3. Tidak adanya gejala Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas merupakan suatu keadaan dimana gangguan i (galat

dari setiap variabel bebas) semuanya mempunyai varians yang sama. Gejala ini mungkin akibat pengamatan data berupa cross-section. Heterokedastisitas dapat diagnosis dengan menggunakan uji glejser untuk mengetahui kemungkinan adanya heterokedastisitas dalam suatu model regresi. Jika semua variabel independen dalam model signifikan secara statistik, maka dalam model terdapat heterokedastisitas. (Algifari, 2000).


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan pada bab IV diatas maka

dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1.

Hipotesis yang menyatakan bahwa variabel Profitabilitas(X

1

),

Likuiditas(X

2

), Solvabilitas(X

3

) berpengaruh secara simultan

terhadap variabel terikat yaitu Kebijakan dividen(Y) terbukti

kebenaranya, karena nilai F

hitung

lebih besar dari F

tabel

.

2.

Sedangkan dari pengujian hipotesis dengan uji t dinyatakan bahwa

secara parsial variabel Profitabilitas(X1) berpengaruh terhadap

variabel terikat yaitu kebijakan dividen (Y). Hal disebabkan karena

variabel memiliki nilai t

hitung

lebih besar dari t

tabel

. Variabel

Likuiditas(X2) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu

Kebijakan dividen(Y). Hal disebabkan karena setiap variabel

memiliki nilai t

hitung

lebih kecil dari t

tabel

. Sedangkan Variabel

solvabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan deviden.


(2)

107

5.2. Saran

Dari kesimpulan diatas, maka ada beberapa saran yang dapat

disampaikan penulis sebagai berikut :

1.

Untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan masalah

kebijakan dividen hendaknya menambahkan dengan jumlah sampel

serta menggunakan teknik sampling lain agar diperoleh hasil

penelitian yang lebih baik lagi.

2.

Untuk penelitian selanjutnya, hendaknya juga menggunakan data

primer dari perusahaan yang bersangkutan agar diperoleh hasil

penelitian yang lebih baik.

3.

Untuk ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat menambah khasanah

ilmu pengetahuan khususnya bidang akuntansi bidang akuntansi

agar mengetahui pengaruh profitabilitas, likuiditas, solvabilitas

terhadap kebijakan dividen. Secara umum bag ilmu pengetahuan,

penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian - penelitian

yang akan datang apabila ingin meneliti kebijakan deviden

dikaitkan dengan variabel lain di luar variabel penelitian ini.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Algifari, 2000, Analisis Regresi, BPFE UGM, Yogyakarta.

Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan

Akuntansi, Penerbit Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur,

Surabaya.

Astuti, Dewi, 2004, Manajemen Keuangan Perusahaan, Ghalia Indonesia,

Jakarta.

Alli, Kasim L, Khan, A Qayyum, Ramirez and Gabriel G., 1993, Determinants of

corporate dividend policy : A Factorial Analysis, The Financial Review,

nov, 28:4, 523-547

Ang, Robert, 1997, Buku Pintar ; Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia,

Jakarta

Baker, H. Kent, E. Theodore Veit and Gary E. Powell, 2001, Factors Influencing

Dividend Policy Decisions of Nasdaq Firms, The Financial Review, Aug,

36:3, 19-37.

Brigham, E.F. & Gapenski, L.C.,1996, Intermediate Financial Management, The

Dryden Press, Orlando.

Brigham, E.F. & Houston, J.F., 2001, Manajemen Keuangan, terjemahan oleh

Herman Wibowo, Erlangga, Jakarta.

Casey, K. Michael & Ross N. Dickens, 2000, The Effects of tax and Regulatory

chages on commercial bank dividend policy, The Quarterly Review of

Economics and Finance, 40, 279 –293.

Chang, Rosita P and S. Ghon Rhee, 1990, The Impact of Personal Taxes on

Corporate Dividend Policy and Capital Structure Decisions, Financial

Management, summer, 19:2, 21-31.

Chen, Carl R and Thomas L. Steiner, 1999, Managerial Ownership and Agency

Conflicts : A. Non Linear Simultaneous Equation Analysis of Managerial

Ownership, Risk Taking, Debt Policy, and Dividend Policy, The Financial

Review, feb, 34,1, 119-136.

Dyl, Edward A. and Robert A. Weighand, 1998, The Information Content of

Dividend Initiations ; Additional Evidence, Financial Management, Vol

27, No. 3. Auntum 27-35.


(4)

Eagan, J. Vin, Vijaya Subramanyam, and Kasim Alli, 1999, Research Note :

Neural Net Work Analysis of Deviden Policy, Managerial Finance, Vol.

25, No. 26, 44-56.

Forjan, James, David Durr and Jhon Theis, 2000, An Investigatios of The

Relationship Between Dutch Auction Repurchase Tender Offers and Cash

Dividend Payments, Managerial Finance, Volume 26, No. 8, 29-40.

Gordon. M.J, 1959, Devidens, Earnings and Stock Prices, Review of Economics

and Statistics, May, 99-105

Halim, A dan Sarwoko, 1995, Manajemen Keuangan, UPP–AMP YKPN,

Yogyakarta.

Holder, Mark E., Frederick W. Langrehr, and J. Lawrence Hexter, 1998, Dividend

Policy Determinants ; An Investigation of the Influences of Stakeholder

Theory, Financial Management, Vol 27 No. 3, Auntum, 73-82.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti, 2004, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,

UPP –AMP YKPN, Yogyakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba

Empat, Jakarta.

Kolb, Burton A., 1983, Principles of Financial Management, Texas, Business

Publication.

Lintner, Jhon, 1956, Distribution of Incomes of Corporations Among Dividends,

Retained Earnings and Taxes, American Economic Review, 46:2, may,

97-113.

Mollah, A.S, Kevin Keasey, and Helen Short, 2000, The Influence of Agency

Cost on Dividend Policy in an Emerging Market : Evidence from the Dhaka

Stock Exchange, University of Keds, UK.

Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE UGM,

Yogyakarta.

Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan, BPFE UGM, Yogyakarta.

Singarimbun M., dan Effendi S., 1995, Metode Penelitian Survey, LP3ES,

Jakarta.

Sutrisno, 2003, Manajemen Keuangan, Teori Konsep dan Aplikasi, Ekonosia,

FE, UII, Yogyakarta.


(5)

Sutrisno, Singgih, 2000, Statistik Parametrik SPSS, PT. Elex Media

Komputerindo, Jakarta.

Van Horne, James. C.., 2002, Finacial Management and Policy, International

Editions, Prentice Hall Englewood Cliffs, New Jersey.

Weston, J. Fred & Thomas E. Copeland, 1995, Manajemen Keuangan, Bina

Aksara Jakarta.

Widoadmodjo, Sarwidji, 1996, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, PT.

Jurnalindo Aksara Grafika, Jakarta.


(6)

Jurnal:

Jensen, G.R. Solberg, D.P,. and Zorn, T.S., 1992, Simultaneous Determination of

Insider Ownership, Debt, and Dividend Policies, The Journal of Financial

and Quantitative Analysis,27, 247-263.

Litzenberger. R.H and Krishna Ramaswamy, 1979, 1979, The Effect of Personal

Taxes and Dividend on Capital Assets Prices ; Theory an Empirical

Evidence, Journal of Financial Economics, June. 163 –195.

Miller, M.H. and F Mondigliani, 1961. Dividend Policy, Growth, and the

Valuation of Shares, Journal of Business, October, 411-433

Miller M.H. and M.S. Scholes, 1978, Deviden and Taxes, Journal of Financial

Ecnomics, december, 333-364.

Partington, Graham H. 1989, Variables Influencing Dividend Policy In Australia :

Survey, Journal of Business Finance & Accounting, Oxford ; Spring , vol.

16, Iss 2, 165-178.

Rozeff, Michael, 1982, Growth, Beta and Agency Costs as Determinants of

Dividend Payout Ratios, Journal of Financial Research, 5:3, Fall, 249-258.

Sunarto dan Andi Kartika, 2003, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

dividen kas di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 10,

maret, 67 - 82.