GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MENGENAI PENANGANAN DISMENOREA DI KELURAHAN Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Mengenai Penanganan Dismenorea Di Kelurahan Kedungwinong.

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MENGENAI
PENANGANAN DISMENOREA DI KELURAHAN
KEDUNGWINONG

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :
GHOZALI BINTANG SANDRA
J 2 10 1000 27

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

2

UNIVERSITASMUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Jln. A. Yani, Tromol pos 1 Pabelan, Kartasura Telp.(0271) 717417 Surakarta 57102
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertandatangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir :
Pembimbing I
Nama : Winarsih N. A, S.Kep.,Ns, ETN, M.Kep
Pembimbing II
Nama : Sri Enawati S.Kp., M.Kes
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama
NIM
Fakultas
Program Studi
Judul Skripsi

:
:
:
:
:

Ghozali Bintang Sandra

J 210 100027
Ilmu Kesehatan
S1 Keperawatan
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA
PUTRI MENGENAI PENANGANAN
DISMENOREA
DI
KELURAHAN
KEDUNGWINONG

Naskah artikel tersebut layak dan dapat di setujui untuk di publikasikan. Demikian
persetujuan ini dibuat, semoga dapat di pergunakan seperlunya.

Pembimbing I

Winarsih N. A, S.Kep.,Ns, ETN, M.Kep

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri ……

Surakarta, 7 Januari 2015

Pembimbing II

Sri Enawati S.Kp., M.Kes

Ghozali Bintang Sandra

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MENGENAI
PENANGANAN DISMENOREA DI KELURAHAN KEDUNGWINONG

Ghozali Bintang Sandra*, Sri Enawati**, Winarsih Nur Ambarwati**
*: Mahasiswa S1 Kesehatan FIK UMS
**: Dosen FIK UMS

Abstrak
Disminorea adalah nyeri yang timbul saat haid pada remaja putri yang dapat
menggangu aktiitas sehari-hari, bahkan tidak dapat mengikuti kegiatan sekolah
akibat dismenorea. Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan
tentang dismenorea dapat berdampak bagaiman tindakan yang seharusnya dilakukan
remaja putri saat dismenorea. Hasil studi pendahuluan diketahui masih banyak

remaja putri yang kurang baik dalam penanganan dismenorea. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri mengenai penanganan
dismenorea di kelurahan kedungwinong. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif analitik. Sampel penelitian adalah 62 remaja putri di kelurahan
kedungwinong dengan usia 10-19 tahun, mempunyai riwayat menstruasi dan tinggal
di
kelurahan kedungwinong. Teknik pengambilan sampel menggunakan
proportional sampling. Instrument penelitian menggunakan kuesioner yang telah
diuji validitas dan reliabilitas. Alat analisis data menggunakan deskriptif dari nilai
kuesioner berupa nilai presentase. Hasil penelitian diketahui 10 responden (16,1%)
dengen pengetahuan yang baik, 34 responden (54,8%) dengan pengetahuan yang
cukup, dan 18 responden (29%) dengan pengetahuan kurang. Tindakan dalam
mengurangi nyeri dismenorea sebanyak 74,2% responden minum air hangat.
Kata kunci: remaja putri, pengetahuan, penanganan dismenorea

2

ABSTRACT
Dysmenorrhoea is pain arising during menstruation in young women that can
interfere with daily activites, include they could not go to school. Knowledge is the

result of “know” and this happened after people perform sensing on a particular
object. Knowledge about dysmenorrhoea could influence how they should do when
they were dismenorea. The preliminary study results many girls still know yet about
dismenorea and dysmenorrhoea handling. The purpose of this study was to know
descriptive of knowledge adolescent girls about dysmenorrhoea handling at
Kedungwinong village. Research method was descriptive analytic. Sample are 62
adolescent girls in Kedungwinong village with 10 up to 19 year old, has had of
menstruation and live in Kedungwinong village. Taking sample was using
proportional sampling technique. Instrument research was using questionnaire after
do validity and reliability test. Data analysis was using descriptive of questionnaire
and using percentage. The results study was 10 respondents (16,1%) with good
knowledge, 34 of respondents ( 54,8 %) with fair knowledge, and 18 respondents (
29 %) with less knowledge. Reducing pain of dysmenorrhoea of respondents they
were 74,2% were drinking warm water.
keyword: adolescent girls , knowledge, dysmenorrhoea handling
PENDAHULUAN
Hasil Sensus Badan Pusat Statistik
Jawa Tengah Tahun 2010, 11,78%
adalah remaja dari jumlah penduduk
32.548.687 jiwa. Indonesia menempati

urutan nomor 5 di dunia dalam hal
jumlah penduduk, dengan remaja
sebagai bagian dari penduduk yang ada.
Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2010
berpenduduk32.548.687 jiwa dengan
jumlah remaja putri usia 10-19 tahun
sebanyak 2.761.577 jiwa. Sedangkan
yang mengalami dismenorea di propinsi
jawa tengah mencapai 1.518.867 jiwa
(Badan Pusat Statistik Jawa Tengah,
2010).
Menurut Proverawati, et al,
(2009), saat menstruasi biasanya
mengalami nyeri perut, yang biasa
disebut
dengan
dismenorea.
Dismenorea ini adalah kekakuan atau
kejang di bagian bawah perut yang
terjadi pada waktu menjelang atau

selama menstruasi, yang memaksa
wanita untuk beristirahat atau berakibat
Gambaran Pengetahuan Remaja Putri ……

pada
menurunnya
kinerja
dan
berkurangnya
aktifitas
sehari-hari.
Angka kejadian nyeri menstruasi
(dismenore) di dunia sangat besar. Ratarata lebih dari 50% perempuan di setiap
negara
mengalami
dismenorea.
Sementara di Indonesia angkanya
diperkirakan 55% perempuan produktif
yang tersiksa oleh dismenorea. Angka
kejadian

(prevalensi)
dismenorhea
berkisar 45-95% di kalangan wanita
usia produktif.
Berdasarkan data survei dan
wawancara pada tanggal 28 Oktober
2013 di Poli Klinik Desa (PKD)
Kedungwinong jumlah seluruh remaja
putri yaitu 163 dan didapat 7 dari 10
remaja putri yang mengalami dismenore
tidak
tahu
tentang
penanganan
dismenorea. Kemudian di dapat data
angka kejadian dismenorhea dari bulan
Januari- Desember 2012 rata-rata adalah
117 remaja putri dari jumlah remaja
putri sebanyak 163 (72%) untuk


Ghozali Bintang Sandra

3

mendapatkan
penanganan
secara
farmakologi.
Tujuan Penelitian adalah mengetahui
gambaran pengetahuan remaja putri
mengenai penanganan dismenorhea.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan tentang Dismenorea
Pengetahuan merupakan hasil
dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu.
Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
Dismenorea adalah nyeri pada
daerah panggul akibat menstruasi dan
produksi prostaglandin (Proverawati &
Misaroh, 2009). Dismenorea adalah
nyeri perut yang berasal dari kontraksi
uterus berlebih dan terjadi selama
menstruasi (Laila, 2010). Dismenorea
adalah rasa nyeri menyertai menstruasi,
yang dapat mengganggu aktifitas
kehidupan sehari-hari (Manuaba, 2010).
Berdasarkan beberapa definisi
pengetahuan dan dismenorea tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan tentang dismenorea adalah
suatu pemahaman yang dimiliki oleh
seorang wanita yang diperoleh melalui
penginderaan

dari
penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba
yang berkaitan dengan nyeri perut yang
berasal dari kontraksi uterus berlebih
dan terjadi selama menstruasi.
Dismenorea
Menurut Laila (2011), disminore
adalah keluhan yang sering di alami
perempuan pada bagian bawah perut,
sedangkan menurut Proverawati, at al,
(2009), dismenore adalah kekakuan
Gambaran Pengetahuan Remaja Putri ……

atau kejang di bagian bawah perut yang
terjadi pada waktu menjelang atau
selama menstruasi, yang memaksa
wanita untuk beristirahat atau berakibat
pada
menurunnya
kinerja
dan
berkurangnya aktifitas sehari-hari).
Dismenorhea adalah rasa nyeri saat
menstruasi
yang
mengganggu
kehidupan sehari-hari wanita (Manuaba,
2009).
Faktor Penyebab Dismenorea
Menurut Laila (2011), Proverawati,
et al. (2009) & Sarwono (2008), faktor
penyebab dismenorea antara lain :
1) Faktor Kejiwaan
Pada remaja yang secara omosional
tidak stabil (seperti mudah marah
dan cepat tersinggung), apalagi bila
remaja itu tidak mempunyai
pengetahuan
tentang
proses
menstruasi. Pada gadis-gadis yang
secara emosional tidak stabil,
apalagi jika mereka tidak mendapat
penerangan yang baik tentang proses
haid, mudah timbul dismenorea.
2) Faktor Endokrin atau Hormon
Faktor ini dikarenakan endometrium
memproduksi
hormone
prostaglandin yang menyebabkan
pergerakan otot-otot polos. Faktor
ini mempunyai hubungan dengan
tonus dan kontraksi otot usus.
3) Faktor Alergi
Faktor ini merupakan toeri yang di
kemukakan setelah di lakukan
poenelitian
tentang
adanya
hubungan antara dismenore dan
migran atau asma. Bahwa teori ini
dikemukakan
setelah
memperhatikan adanya asosiasi
antara dismenore dengan urtikaria,
migraine atau asma bronkhiale
bahwa sebab alergi ialah toksin haid.

Ghozali Bintang Sandra

4

4) Faktor Konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan
faktor kejiwaan yang dapat pula
menurunkan
ketahanan
turbuh
terhadap nyeri. Faktor – faktor
seperti anemia, penyakit menahun
dan
sebagainya
dapat
mempengaruhitimbulnya
dismenorea.
Penanganan Dismenorea
a. Terapi Non Farmakologi
Menurut Deasylawati (2010), Laila
(2011), Kelly (2007), Olivia (2013) dan
Proverawati (2009), bahwa penanganan
dismenore dapat dilakukan terapi non
farmakologi, hal ini dapat dilakukan
dengan Mengompres hangat, Minum
Minuman Hangat, Minum Air Putih,
Mandi dengan Air Hangat, Istirahat
yang Cukup, Tidur dengan Baik,
Berolahraga secara teratur, Melakukan
Pemijatan
b. Terapi Farmakologi
1) Analgetik, Obat analgetik adalah
obat penghilang nyeri yang banyak
digunakan untuk mengatasi sakit
kepala, demam, dan nyeri ringan.
Obat-obat ini mudah diperoleh tanpa
resep (Deglin, et al, 2005).
2) Terapi
Hormonal.
Untuk
meredaakn
rasa
nyeri
saat
menstruasi terapi hormonal bisa
menjadi salah satu solusi.. (Laila,
2009)
3) Terapi Obat Nonsteroid Antiprostaglandin
Terapi dengan memberikan
obat nonsteroid anti-prostaglandin
dapat dikatakan berperan penting
dalam penyembuhan dismonorea
primer. Obat yang sering dipakai
adalah indometasin, ibuprofen dan
naproksen.

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri ……

Remaja
Remaja atau adolescence berasal
dari bahasa latin “adolescere” yang
berarti” tumbuh “ atau “ tumbuh
menjadi dewasa”. Istilah adolescence
yang berasal dari bahasa inggris
(Hurlock, 1992; dikutip dari Proveranti,
2009). Remaja adalah individu yang
belum mencapai usia 21 tahun dan
belum menikah. Menurut WHO disebut
remaja apabila anak telah mencapai usia
10-18 tahun.
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian
yang bersifat deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semua remaja putri
di kelurahan Kedungwinong sebanyak
163 remaja. Jumlah sampel sebanyak 62
remaja putri.
Kriteria sampel
Kriterian inklusi : Remaja
berstatus pelajar atau mahasiswa,
Remaja tinggal di wilayah kelurahan
Kedungwinong,
Remaja
yang
mempunyai riwayat menstruasi, Remaja
yang berusia 10 sampai 19 tahun,
Kriteria eksklusi : Remaja yang tidak
bersedia menjadi responden. Teknik
Samplingpenelitian ini menggunakan
proportional sampling
Instrumen dan Tehnik Pengumpulan
Data
Instrumen penelitian adalah alatalat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen penelitian
dapat berupa kuesioner. Analisis data
mengunakan Analisis deskriptif untuk
menentukan
penyebaran
tingkat
pengetahuan responden atau subyek
penelitian tentang dismenorhea. Bentuk
Ghozali Bintang Sandra

5

presentase untuk melihat derajat
pengetahuan dapat digunakan rumus :
X
P=
x 100%
N
HASIL PENELITIAN
Deskriptif Responden
Tabel 1.. Distribusi responden berdasarkan
umur dan tingkat pendidikan di Kelurahan
Kedungwinong
Deskripsitif
Responden
Umur :
10-12 tahun
13-15 tahun
16-19 tahun
Pendidikan :
SD
SLTP
SLTA
Jumlah

Jumlah

%

9
14
39

14.5
22.6
62.9

9
16
37
62

14,5
25,8
59,7
100,0

Tabel 2. Pengetahuan responden tentang
penanganan dismenorea di Kelurahan
Kedungwinong
Pengetahuan
Jumlah
%
Baik

10

16.1

Cukup
kurang

34
18

54.8
29.0

Total

62

100.0

Berdasarkan tabel 2. diketahui
sebagaian besar tingkat pengetahuan
responden
tentang
penanganan
dismenorea dalam kategori cukup
sebesar 54,8%. Pengetahuan responden
banyak dalam kategori cukup ini dapat
dilihat dari distribusi jawaban dari tiaptiap item pertanyaan yang dijawab
secara benar.
Hasil pengumpulan data tentang
penanganan dismenorea remaja putri di
Kelurahan Kedungwinong , hal ini dapat
dilihat pada gambar 1. berikut:

Berdasarkan
tabel
1.
diketahui sebagian besar responden
berumur antara 16-19 tahun (62,9%).
responden banyak
berpendidikan
SLTA sebesar 59,7%.
Pengetahuan Remaja Putri Mengenai
Penanganan Dismenorea
Tingkat pengetahuan responden
diperoleh dari hasil jawaban atas 26
item pertanyaan yang dijawab secara
benar. Tingkat Pengetahuan responden
dikategorikan
dalam
3,
dimana
pengetahuan
baik
apabila
nilai
responden > 20,93, pengetahuan cukup
dengan nilai 12,04 - 20,93 dan
pengetahuan kurang apabilan nilai
responden < 12,04. Hasil penelitian
tingkat pengetahuan responden tentang
penanganan dismenorea ditampilkan
dalam tabel 2

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri ……

Sumber: Data yang diolah, 2015.
Gambar 1 Diagram batang data penanganan
Dismenorea Remaja Putri di Kelurahan
Kedungwinong

Gambar
1
menjelaskan
penanganan dismenorea yang dilakukan
remaja
putri
di
Kelurahan
Kedungwinong dalam menghilangkan
nyeri saat haid seperti minum air hangat
yaitu sebanyak 46 responden (74,2%),
mengkompres dengan air hangat
Ghozali Bintang Sandra

6

(66,10%), olah raga ringan (61,30%),
dan
pijatan (58,10%), sementara
responden tidak minum obat, minum air
putih dan istirahat kurang dari 50%.
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui sebagian besar responden
berumur antara 16-19 tahun sebesar
62,9%. Banyaknya usia responden pada
penelitian ini tidak terlepas dari
kesediaan responden untuk mengikuti
jalannya penelitian. Faktor lain yang
menyebabkan banyaknya responden
usia 16-19 tahun adalah data demografi
di Kelurahan Kedungwinong adalah
usia remaja usia antara 15-20 tahun
sebanyak 94 remaja putri, sementara
usia 10-15 tahun sebanya 79 orang
orang.
Hasil penelitian Gui-zhou,
(2010)
di
China
tahun
2010
menunjukkan sekitar 41,9% - 79,4%
remaja wanita mengalami dismenore
primer. 31,5% - 41,9 % terjadi pada usia
9 – 13 tahun dan 57,1% - 79,4% pada
usia 14 – 18 tahun.
Hasil
penelitian
tingkat
pendidikan diketahui sebagian besar
responden berpendidikan SLTA sebesar
59.7%.
banyaknya
responden
berpendidikan SLTA juga berkaitan
dengan kemapuan responden untuk
dapat mengikuti jalannya penelitian.
Ditinjau dari demografi kelurahan
Kedungwinong bahwa terdapat sekolah
SLTA di daerah Nguter dan wilayah
Sukoharjo yang mudah ditempuh oleh
warga Kedungwinong. Akses
jalan
yang sudah baik dan mudahnya
trasnportasi
menjadikan
penduduk
kelurahan Kedungwinong khususnya
perempuan
banyak
berpendidikan
SLTA. Hasil penelitian Purwani (2010)
mengenai
hubungan
tingkat
pengetahuan tentang dismenore dengan
Gambaran Pengetahuan Remaja Putri ……

sikap
penanganan
dismenore
menyebutkan
bahwa
responden
penelitian dilakukan di SMAN 1
Petanahan
Tresnorejo
Gombong
diketahui bahwa pengambilan sampel di
SMA adalah remaja putri masih banyak
yang belum mengerti tentang dismenore
secara baik.
Gambaran
tingkat
pengetahuan
responden
tentang
penanganan
dismenorea
Hasil penelitian diketahui bahwa
54,8% pengetahuan responden tentang
penanganan dismenorea dalam kategori
cukup. Arti cukup dapat diterjemahkan
bahwa
lebih dari 50% responden
mempunyai pengetahuan yang cukup
sebelum
melakukan
penanganan
dismenorea. Hal ini dapat dikaitkan
dengan usia responden yang banyak
antara 15-19 tahun. Proverawati &
Misaroh (2009) menyatakan responden
remaja putri mengalami menarche atau
menstruasi pertama kali yang bisa
terjadi dalam rentang usia 10 – 16
tahun, oleh
karena itu tentunya
responden
telah
mempunyai
pengalaman
didalam
penanganan
dismenorea dikaikan dengan waktu
pertama kali responden mengalami
menarche.
Dengan adanya pengalaman
mengalami
dismenorea,
maka
responden dapat melakukan upaya
penurunkan intensitas nyeri pada saat
dismenorea. Hasil penelitian ini
memperkuat peneltiaan Metri (2009)
yang menyimpulkan
ada hubungan
yang
signifikan
antara
tingkat
pengetahuan remaja putri dengan
perilaku penanganan dismenorea.
Berdasarkan hasil analisis data,
diketahui bahwa responden dengan
pengetahuan yang cukup dapat dilihat
dari hasil jawaban benar dari tiap-tiap
Ghozali Bintang Sandra

7

item
pertanyaan.
Pertanyaanya
mengenai efektivitas minum air hangat
dapat menurunkan intensitas nyeri
akibat haid dijawab 46 responden
(74,2%).
Empat puluh enam responden
menggunakan
air
hangat
untuk
diminum agar rasa nyeri menjadi
berkurang. Frekuensi nyeri saat
dismenora responden berusaha minum
air hangat seperti air putih hangat
ataupun dengan membuat teh hangat.
Menurut responden tersebut bahwa
dengan menum air hangat rasa nyeri
semakin menurun. Menurut Misaroh
(2009) minum minuman hangat yang
mengandung kalsium tinggi dapat
menurunkan intensitas nyeri.
Pertanyaan penelitian tentang
upaya menurunkan nyeri saat haid
dilakukan dengan kompres air hangat
diketahui dari 62 responden,
41
responden (66,1%). Menurut Price &
Wilson 2006) penggunaan kompres
hangat diharapkan dapat meningkatkan
relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri
akibat spasme atau kekakuan serta
memberikan rasa hangat lokal. Pada
umumnya panas cukup berguna untuk
pengobatan. Panas meredakan iskemia
dengan menurunkan kontraksi dan
meningkatkan
sirkulasi.
Kompres
hangat dapat menyebabkan pelepasan
endorfin tubuh sehingga memblok
transmisi stimulasi nyeri. Menurut teori
gate-control kompres hangat dapat
mengaktifkan (merangsang) serat-serat
non-nosiseptif yang berdiameter besar
(A-α dan A-β) untuk ‘’menutup
gerbang’'
bagi
serat-serat
yang
berdiameter kecil ( A-δ dan C) yang
berperan dalam menghantarkan nyeri,
sehingga nyeri dapat dikurangi. Hasil
penelitian
Rahayuningrum
(2012)
menyimpulkan
bahwa
terdapat
penurunan skala dismenore pada remaja
Gambaran Pengetahuan Remaja Putri ……

di SMA N 3 Padang pada kelompok
yang mendapatkan kompres hangat.
Dalam
jawaban
mengenai
penanganan
secara
farmakologi
diketahui bahwa sebagian besar
menjawab dengan benar, dan
39
responden (62,9%) menggunakan obat
analgesic.
Responden mimun obat
analgetik sebanyak 3x1 sehari, hal ini
karena nyeri saat dismenore sering
terjadi selama 2-3 hari. Obat analgesic
ini diperoleh dengan membeli obat di
apotek. Namun apabila responden
merasa nyeri sudah menurun, maka
responden tidak minum obat analgesic.
Penurunan nyeri saat haid dapat
dilakukan secara farmakologi. Menurut
Hanifah (2009) wanita dengan
dismenore primer banyak yang dibantu
dengan mengkonsumsi obat anti
peradangan bukan steroid (NSAID)
yang menghambat produksi dan kerja
prostaglandin. Obat seperti aspirin,
formula respondenprofen yang dijual
bebas, naproksen, naproksen dan asam
mefenamat). Obat ini akan sangat
efektif jika mulai diminum 2 hari
sebelum menstruasi dan dilanjutkan
sampai hari 1-2 menstruasi. Untuk kram
yang berat, pemberian NSAID seperti
naproksen atau piroksikan dapat
membantu. Tidak ada satu pun NSAID
yang superior tiap orang menanggapi
setiap obat dengan berbeda sehingga
perlu dicoba beberapa jenis obat sampai
menemukan satu obat yang dapat
bekerja dengan baik. Dismenore
sekunder
ditangani
dengan
mengidentifikasi dan mengobati sebab
dasarnya. Hal itu memerlukan konsumsi
antibiotik atau obat lain tergantung pada
kondisi tertentu.
Pertanyaan mengenai manfaat
senam haid dapat menurunkan nyeri saat
haid dijawab 38 responden (61,3%).
Senam dilakukan saat responden
Ghozali Bintang Sandra

8

merasakan nyeri saat dismenorea.
Responden
melakukan
senam
setidaknya 10 menit setiap sesi senam.
Pengetahuan dan pratik senam pada
responden ini diperoleh dari latihan
yang diajarkan oleh kakak perempuan
responden serta memperoleh informasi
dari media internet yang berisikan
tutorial cara senam dismenorea. Harry
(2007) menyatakan senam merupakan
salah satu teknik relaksasi dalam
mengurangi
nyeri
dimana
saat
melakukan olahraga/senam tubuh akan
menghasilkan
hormon
endorphin.
Endorphin adalah neuropeptide yang
dihasilkan
tubuh
pada
saat
relaks/tenang. Endorphin dihasilkan di
otak dan susunan syaraf tulang
belakang. Hormon ini dapat berfungsi
sebagai obat penenang alami yang
diproduksi otak yang melahirkan rasa
nyaman dan meningkatkan kadar
endorphin
dalam
tubuh
untuk
mengurangi rasa nyeri pada saat
kontraksi Penelitian Hasil penelitian
Ernawati (2010) menyimpulkan bahwa
dengan melakukan terapi relaksasi dapat
menurunkan nyeri dismenore pada
mahasiswi Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Pertanyaan mengenai manfaat
pijatan ringan dapat mengurangi rasa
nyeri saat haid dijawab sebanyak 36
responden (58,1%). Teknik relaksasi
dini menggunakan nafas dalam juga
dilakukan oleh responden. Sama seperti
senam dismenore.
Respon
relaksasi
progresif
terjadi melalui penurunan bermakna dari
kebutuhan zat oksigen oleh tubuh, yang
selanjutnya aliran darah akan lancar,
neurotransmiter
penenang
akan
dilepaskan, sistem saraf akan bekerja
secara baik otot-otot tubuh yang relaks
menimbulkan perasaan tenang dan
nyaman. Pada saat merelaksasikan otot,
Gambaran Pengetahuan Remaja Putri ……

sebuah sel saraf mengeluarkan hormon
norepinefrin yang menjadikan tubuh
menjadi rileks (Ginsberg, 2007).
Teknik relaksasi merupakan
intervensi keperawatan secara mandiri
untuk menurunkan intensitas nyeri,
meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan
oksigenasi
darah.
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat
menurunkan nyeri dengan merilekskan
tegangan otot yang menunjang nyeri,
ada banyak bukti yang menunjukkan
bahwa
relaksasi
efektif
dalam
meredakan nyeri (Smeltzer, 2002).
Berdarsakan penjabaran jawaban
responden
tentang penanganan
dismenorea diketahui bahwa nilai
persentase adalah 48,3% hingga 90,3%.
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa
pengetahuan
responden
secara
keseluruhan
sudah
cukup
baik.
Pengetahuan yang diperoleh dari
berbagai sumber baik dari anggota
keluarga seperti responden ataupun
saudara perempuan atau dari petugas
kesehatan
dapat
meningkatkan
pengetahuan.
Menurut Notoatmojo
(2005) bahwa dasar dari seseorang akan
bertindak
adalah
pengetahuan.
Pengetahuan merupakan
hasil dari
“tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu.
Arti tahu dalam
penelitian ini adalah bahwa responden
mengetahui bahwa saat mengalami haid
dapat mengakibatkan rasa nyeri. Untuk
mengatasi rasa nyeri tersebut responden
dengan akan mencari tahu cara untuk
mengatasi yang dapat diperoleh dari
bertanya kepada anggota keluarga
ataupun orang yang dianggap lebih
memahami
masalah
dismenorea.
Dengan mengingat informasi yang
diperoleh maka responden berusaha
memahami bagaimana saat haid dapat
menyebabkan rasa nyeri. Dengan
Ghozali Bintang Sandra

9

memahami maka responden akan
berusaha untuk melakukan upaya agar
saat haid tidak mengalami nyeri.
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai tindakan responden saat
mengalami nyeri haid diketahui
sebanyak 46 responden
(72,2%)
melakukan meminum air hangat untuk
mengurangi rasa nyeri dibanding
tindakan lain seperti kompres hangat,
melakukan
pijat
ringan,
senam
dismenorea.
Tindakan
responden
tersebut dilakukan untuk mendapatkan
hasil yang lebih cepat dirasakan yaitu
rasa nyeri yang menurun.
Meskipun hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mempunyai pengetahuan
yang cukup, namun masih dapat
pengetahuan responden dalam kategori
kurang sebesar 29% dan yang
pengetahuan baik sebesar 16%. Hal ini
mencerminkan perlu adanya tindakan
lebih lanjut baik dari responden sendiri
maupun instansi terkait untuk dapat
meingkatkan pengetahuan
remaja
tentang tindakan dismenorea.
Simpulan
1. Sebagian
besar
responden
mempunyai pengetahuan tentang
penanganan dismenorea dalam
kategori cukup sebesar 54,8%.
2. Tindakan
responden
dalam
mengurangi nyeri dismenorea pada
remaja putri di desa Kedungwinong
kecamatan
Nguter
kabupaten
Sukoharjo dengan
minum air
hangat sebesar 72,2%.
Saran
1. Bagi Remaja
Diharapkan responden untuk tetap
mau meningkatkan pengetahuan

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri ……

tentang tindakan dismenorea seperti
membaca buku kesehatan, bertanya
kepada petugas kesehatan ataupun
menggunakan
fasilitas
seperti
internet dan mencari informasi
tentang tindakan yang baik dalam
menangani dismenorea.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Perlu
dilakukan
upaya-upaya
peningkatan pengetahuan remaja
terhadap pencegahan timbulnya
dismenorea. Upaya tersebut dengan
menggalakkan penyuluhan tentang
dismenorea kepada remaja baik
melalui
masyarakat
maupun
menggunakan fasilitator institusiinstitusi pendidikan.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil
penelitian
dapat
dijadikan sebagai landasan dalam
upaya
menindaklanjuti
hasil
penelitian
yang
ada
kearah
penelitian yang lebih luas, yaitu
dengan menambah faktor-faktor lain
yang mempengaruhi pengetahuan
misalnya
faktor
intelektual,
motivasi, sumber informasi, dan
lain-lain.
4. Bagi profesi perawat
Diharapkan adanya peran aktif
dari perawat untuk memberikan
pendidikan
kesehatan
secara
berkesinambungan kepada remaja
putri, terutama bagi remaja yang
mengalami menarche pertama kali,
sehingga remaja saat mengalami
dismenore setidaknya mempunyai
pengetahuan dan tindakan untuk
menurunkan rasa nyeri yang
dialami.

Ghozali Bintang Sandra

10

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, 2010. Demografi remaja putri.
Deasylawati P 2010. Tetap Happy Saat Menstruasi. Surakarta: Afra
Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
Ernawati (2010) Terapi Relaksasi Dapat Menurunkan Nyeri Dismenore Pada
Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Semarang. Prosiding seminar nasional
Unimus.
Isbn:
978.979.704.883.9.
diakses:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=4294&val=426.
Hanifah. , 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Harry (2007). Mekanisme endorphin dalam tubuh. Diakses.
Hong-Gui Zhou1 , Zheng-Wei Yang, Students Group. 2010 Prevalence of
dysmenorrhea in female students in a Chinese university: a prospective study .
journal Vol.2, No.4, 311-314 (2010) Health doi:10.4236/health.2010.
http://www.scirp.org/journal/HEALTH/.
Kelly, T. 2007. Rahasia Alami Meringanan Sindrom Pramenstruasi. Jakarta:
Erlangga.
Laila, N. 2011. Buku Pintar Menstruasi. Yogyakarta Buku biru:
Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo,S. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo,S. 2007. Promosi kesehatan. Jakarta: Rhineka cipta.
Notoatmodjo,S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Nugroho.2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri
Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

(Obsgyn) untuk

Olivia F. (2013). Mengatasi Gangguan Haid. Jakarta: gramedia
Price, S.A & Wilson. L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit ( Alih bahasa oleh Anugrah P) Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri ……

Ghozali Bintang Sandra

11

Proverawati, & Misaroh. (2009). Menarche; Pertama Penuh Makna. Bandung: Nuha
Medika.
Purwani S. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Dismenore Dengansikap
Penanganan Dismenore Pada Remaja Putrikelas X Di SMAN 1 Petanahan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 1, Februari 2010
ttps://www.academia.edu/6961192/
Rahayuningrum (2012) Perbedaan Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan
Kompres Hangat Dalam Menurunkan Dismenore Pada Remaja SMA Negeri 3
Padang.
Jurnal
kesehatan.
http:
//repository.
unand.ac.id/17834/1/DWI%20CHRISTINA.pdf
Riyanto A. 2009 Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Sarwono, 2008 Gangguan Haid dan Siklusnya. Jakarta : Bina Pustaka
Yuniarti (2012) Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Semester I Tentang
Menstruasi dengan Penanganan Dismenore Di Akper Mamba’ul’ulum
Surakarta. Jurnal Kesehatan. JK eM-U, Volume IV, No.12, 2012: 18 – 25
ISSN:
2085.2754.
diakses
file:///C:/Users/qwert/Downloads/9-17-1SM%20(3).pdf

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri ……

Ghozali Bintang Sandra