PERJUANGAN MOHAMMAD HOESNI THAMRIN SEBAGAI PERINTIS KEMERDEKAAN INDONESIA (1919-1941).

PERJUANGAN MOHAMMAD HOESNI THAMRIN SEBAGAI PERINTIS
KEMERDEKAAN INDONESIA (1919-1941)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH
DORA ANDRIANI SINAGA
3103121016

FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

ABSTRAK

Dora andriani sinaga. Nim.3103121016. Perjuangan mohammad hoesni
thamrin sebagai perintis kemerdekaan Indonesia (1919-1941). Fakultas

Ilmu Sosial. Universitas negeri medan

Penelitian ini membahas mengenai perjuangan Mohammad Hoesni Thamrin
sebagai Perintis Kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode
sejarah yang terdiri dari heuristis, kritik, interpretasi dan historiografi. Dalam
pembahasan dipaparkan mengenai perjuangan Mohammad Hoesni Thamrin
dalam dewan kotapraja atau yang disebut juga dengan dewan lokal
(Gementeraad) terhadap perbaikan kehidupan bangsa Indonesia melalui
perkampungan-perkampungan kumuh dan perjuangan di dewan rakyat
(Volksraad) terhadap oreintasi politik untuk orang Indonesia di Hindia guna
mewujudkan Indonesia berparlemen hingga mencapai kemerdekaan Indonesia.
Pengangkatannya sebagai Pahlawan Nasional dan dilihat pula situasi Hindia
pada saat perjuangannya juga menjadi bahasan dalam penelitian ini. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menggambarkan perjuangannya sebagai perintis
kemerdekaan Indonesia melalui dewan-dewan rakyat pada saat setelah
munculnya desentralisasi di Hindia. Pemaparan tentang perjuangannya dapat
dilihat dari jasa-jasanya dalam memperbaiki kehidupan rakyat pribumi,
penghapusan Ponale Sanctie, reorientasi politik, hingga pembentukan partai
besar GAPI. Hasil penelitian ini adalah adanya kenyataan bahwa perjuangan
Mohammad Hoesni Thamrin ditandai dengan pengangkatannya sebagai

Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno
yakni dengan membaca Surat Menteri Sosial tertanggal 15 Desember 1959
Nomor 175 Tahun 1960. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan
warna baru bagi historiografi Indonesia dan sebagai tauldan bagi yang
membacanya.

Kata kunci : perjuangan, perintis, kemerdekaan Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Subhanawata’ala
yang telah memberikan petunjuk, anugerah, rahmat dan rezeki kepada
peneliti sehingga penelitian ini dapat terselesaikan tepat waktu. Kelahiran
manusia adalah institusi yang paling sempurna bagi sebuah peradaban,
begitu tandas Ibnu Rusy. Maka tak salah jika ucapan terima kasih yang
kedua, saya sematkan kepada kedua orang tua yang telah melahirkan saya,
terutama kepada Ibu saya Daharni Lubis yang telah membesarkan dan
mendidik saya serta banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi
ini, tentunya rasa terimakasih juga saya tujukan kepada keluarga besar saya.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya hadir pula kepada Dosen

Pembimbing Skripsi saya, Dra. Flores Tanjung, M.A, atas segala kata-kata
bijaknya yang membantu proses penulisan skripsi ini ke arah yang lebih
baik, kepada Dosen Pembimbing Akademik saya, merangkap juga sebagai
Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Dra. Lukita Ningsih, M. Hum, Sekretaris
Jurusan Dra. Hafnita, S.D Lubis, M.Si, Dosen-dosen saya di Jurusan
Pendidikan Sejarah atas segala curahan pengetahuan yang selama ini
diberikan. Dan Tidak lupa saya juga mengucapkan terimakasih kepada
Pembantu Dekan I FIS Unimed Dra. Nurmala Berutu, kepada Dekan FIS
Drs. Restu MS, M.Pd dan Rektor Universitas Negeri Medan Prof. Dr. Ibnu
Hajar Damanik, M.Si.

Terimakasih yang sebesar-besarnya juga kepada para informan yang
telah bersedia membantu dalam penelitian skripsi ini, mereka adalah para
staf Museum Hoesni Thamrin, Untung Supardi dan Iknatius Kumin. Saya
juga mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang membantu saya
untuk bertemu dengan para informan ini. Tentunya saya juga berterimakasih
kepada lembaga-lembaga yang telah berperan atas berjalannya riset selama
penelitian karya ini. Adapun lembaga-lembaga itu adalah: Museum
Mohammad Hoesni Thamrin, Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
Provinsi Sumatera Utara, Pustaka Humaniora Universitas Negeri Medan

(Unimed), Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Medan, Perpustakaan
Fakultas Ilmu Sosial Unimed.
Selanjutnya, terimakasih terucap bagi mereka civitas akademika
tempat saya berimajinasi, berkreasi dan berkolaborasi mereka adalah Fitri
Lestari, Febri Arisma Sihaloho, Ayu Triska Yani, Dilla Putri Utami, Muna
Musdalifah, Naomi Gloria Saragih, dan seluruh teman-teman seperjuangan
kelas A Reguler 2010. Ucapan terimakasih juga saya sematkan kepada para
senior angkatan 2009, Pidia Amelia, Susiana, Nella Feodora, Hodma Rezki
Siregar dan Kartika Dewi, kepada Betty angkatan 2008 yang sudah
memberikan banyak saran kepada penulis. Ucapan terimakasih

saya

tujukan kepada para anggota Pussis, Kepada Kak Nur dan Bang Ramadhan
Julianto. Kepada Ody Prajeki, Widya Tri kastuti dan Omy sepupu saya yang
juga banyak membantu. Terimakasih kepada

sahabat-sahabat saya Ibu

Ratna, Mr. Tan Johnson, Ade atikah, Aisyah Lubis serta seluruh pihak yang


terlibat selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini yang tak bisa
disebutkan satu persatu.

Tak ada gading yang tak retak. Saya mohon maaf apabila karya ini
masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Maka dari itu, segala saran yang ditujukan untuk menanggapi
tulisan ini akan sangat membantu dalam perbaikan karya ini. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca khususnya bagi para
pendidik dan dalam dunia pendidikan.

Medan,

Maret 2014

Dora Andriani Sinaga

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ii
ABSTRAK..................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................. iv
DAFTAR ISI..............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL.......................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................1
B. Identifikasi Masalah......................................................................5
C. Pembatasan Masalah.....................................................................5
D. Perumusan Masalah......................................................................6
E. Tujuan Penelitian...........................................................................6
F. Manfaat Penelitian.........................................................................7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA……………….………………………..........8
A. Kerangka Konsep...........................................................................8
B. Kerangka Berfikir.......................................................................18
BAB III. METODE PENELITIAN………...………………………........20
A. Metode Penelitian.......................................................................20
B. Sumber Data.................................................................................21
C. Teknik pengumpulan data............................................................23
D. Teknik Analisa data.....................................................................24

BAB IV. PEMBAHASAN……………………………………………......26
A. Latar belakang keterlibatan Mohammad Hoesni Thamrin di
dunia perpolitikan……..............……......................................26
1. Masa kecil Thamrin..............................................................26
2. Lahirnya Gementeeraad (Dewan Kotapraja) dan
dibentuknya Volksraad (Dewan
Rakyat)…..............................................................................28

viii

3. Thamrin di awal kariernya………………............................32
B. Usaha-Usaha Mohammad Hoesni Thamrin Guna Meraih
Kemerdekaan Indonesia............................................................36
1. Mohammad Hoesni Thamrin dalam Gementeraad (1919
1927)......................................................................................36
2. Dibentuknya organisasi Kaoem Betawi……..........................40
3. Volksraad (1927-1931) Menjelang Masuknya Thamrin........51
4. Mohammad Hoesni Thamrin dalam Volksraad 1927-1941...53
5. Dibentuknya Fraksi Nasion....................................................68
6. Pembelaan terhadap Pimpinan PNI (I)……………….......... 69

7. Seputar Masalah Ekonomi Pada Masa Pemerintahan
Gubernur de Jonge…………………………...................…..75
8. Seputar Masalah Ordonasi Sekolah Liar…...….................... 78
9. Pembelaan terhadap Pimpinan PNI (II)……………............ 84
10. Kondisi Pada Masa Depresi …………………………......... 87
11. Reorientasi Politik Pergerakan……...………………......... 98
12. Dibentuknya GAPI (Gabungan Politik Indonesia)..............105
13. Masa-Masa Akhir Perjuangan Thamrin………………...... 113
C. Penghormatan Terhadap Mohammad Hoesni Thamrin
Sebagai Pahlawan Kemerdekaan
Nasional……................……….............................................. 124
BAB V. KESIMPULAN....……....………………………………...…... 130
DAFTAR PUSTAKA................................................................................134
LAMPIRAN…..........……………………………………………............136

ix

DAFTAR TABEL

TABEL

Tabel 4.1 Komoditi Ekspor dan Impor 1929-1936

xi

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR
Gr. 4.1. (hlm. 32)
Suasana pembukaan Volksraad tahun
Gubernur jenderal van Limburg Stirum.

1918

oleh

Gbr. 4.2. (hlm. 38) Salah satu proyek pembenahan perkampungan, yaitu
dengan pembangunan Bandjir Kanal di pinggiran Batavia
Gbr. 4.3. (hlm. 45) Salah satu lingkungan perkampungan di Batavia yang
penduduknya terlihat sedang beraktivitas mencuci di kali yang berada di
salah satu sisi jalan.

Gbr. 4.4. (hlm. 47) Satu sisi wilayah perkotaan di Batavia dengan
komplek rumah-rumah orang Eropa.
Gbr. 4.5. (hlm. 67) Para buruh wanita Jawa di Perkebunan tembakau di
Sumatera Timur sekitar tahun 1920-an
Gbr. 4.6. (hlm. 99)

Usul Petisi Soetardjo.

x

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada permulaan abad XX yakni tahun 1901 pemerintah kolonial
mulai

melakukan


serangkaian

perubahan-perubahan

penting

dalam

kebijakan politiknya di Hindia-Belanda yang dikenal dengan Politik Etis.
Ketiga prinsip dalam Politik Etis tersebut bertujuan meningkatkan harkat
dan kemakmuran penduduk pribumi, terutama melalui prinsip pendidikan
yang dibuat oleh pemerintah kolonial. Hal ini seperti yang dikatakan oleh
Robert Van Neil (Robert Van Neil 1984:102) bahwa : “ Tujuan dari semua
pendidikan ini sebagaimana digambarkan di dalam politik Etis kolonial,
adalah untuk membebaskan orang Indonesia menjalankan peranan yang
lebih aktif dalam masa depan politik, ekonomi dan sosial mereka.”
Pendidikan berorientasi Barat yang diperoleh kaum pribumi ternyata
memunculkan kaum Elite yang bersikap anti Barat, seperti yang dikatakan
Nasution (Nasution 2008:19) bahwa: “Pendidikan berorientasi Barat,
walaupun terbatas pada golongan kecil dan dimaksud untuk menghasilkan
pegawai, menimbulkan elite intelektual baru, banyak sekali menjadi asing
terhadap kebudayaan tradisional.

1

Namun elit ini menjadi juru bicara nasionalisme Indonesia yang anti
Barat. Pendidikan yang seyogyanya mendekatkan bangsa Belanda dan
Indonesia, dalam kenyataan menjauhkan mereka”.
Tahun 1903 Undang-undang Desentralisasi disahkan parlemen
Belanda. Desentralisasi pemerintahan Hindia Belanda adalah penyerahan
sebagian dari pada kekuasaan pemerintah pusat (central bestuur) kepada
pemerintahan regional dan lokal (regionale en locale besturen) (Suradi
1997: 8). Setelah itu, dibentuklah dewan rakyat atau Volksraad tahun 1916
yang kemudian disahkan pada tahun 1918. Volksraad bukanlah parlemen
sebagai suatu badan legistlatif. Kedudukan Volksraad merupakan sebagai
pemberi nasihat terhadap persoalan mengenai anggaran, perhitungan dan
juga memiliki wewenang untuk mengajukan petisi.

Salah satu anggota Volksraad yang muncul sebagai perintis
kemerdekaan adalah Mohammad Hoesni Thamrin. Thamrin memang
berpaham politik kooperatif yang diartikan sebagai orang yang bekerja sama
dengan pemerintah Belanda dengan duduk sebagai anggota dewan.

Titik awal perjuangannya dimulai dari kedudukannya di Dewan
Kota, Gemeenteraad 1919-1927. Dalam sidang dewan, dia menyarankan
untuk memperbaiki pengelolaan distribusi beras, mengadakan fasilitas
drainase yang layak serta pasokan air bersih ke kampung-kampung.

2

Ia juga mengusulkan adanya penyiraman tiap hari untuk kampungkampung yang berdebu dengan pemasangan pompa-pompa air (Bob Hering
2003:63). Kemudian Pada tanggal 16 Mei 1927 Thamrin resmi diangkat
untuk duduk di kursi Volksraad.

Sejak pecahnya perang di Eropa dan pendudukan Belanda oleh
Jerman, mengungsinya pemerintah Belanda ke London menyebabkan terlalu
banyak perintah dari negeri Belanda terhadap pemerintah Hindia. Hal ini
membutakan harapan dan aspirasi Thamrin akan kemerdekaan Indonesia.

Thamrin tetap gencar berusaha untuk mencari tempat lain sebagai
media yang dapat merealisasikan kemerdekaan Indonesia. Namun ditengahtengah usahnya itu, selalu ada lawan politik yang berusaha untuk
menjatuhkannya.

Hari Senin pagi 6 Januari 1941 tiga orang reserse PID menggeledah
kantor koran Pemandangan di Senen. Yang ditemukan salinan surat
Thamrin kepada Thabrani 7 Mei 1940 yang memintanya untuk mengecam
pemerintah Belanda karena mengungsi ke London. Akan tetapi surat asli
yang dicari tidak ditemukan, namun hal itu dianggap cukup alasan untuk
menggeledah rumah Thamrin yang dilakukan pada malam hari yang sama.

Di rumahnya Thamrin sedang berbaring di tempat tidurnya dalam
keadaan demam mungkin disebabkan oleh gangguan ginjal, kecapean dan
malaria.

3

Rumahnya diisolasi sejak penggeledahan terjadi, dan pada pagi hari buta
Sabtu 11 Januari 1941 ia menghembuskan nafas terakhirnya sebelum ulang
tahunnya yang ke-47.

Seyogyanya,
kemerdekaan

Thamrin

Indonesia

diangkat

mengingat

menjadi

jasa-jasanya

pahlawan
sebagai

perintis
pemimpin

Indonesia, yang masa hidupnya karena terdorong oleh rasa cinta kepada
Tanah air dan Bangsa memimpin suatu kegiatan yang teratur guna
menentang penjajahan di Indonesia . Melalui keputusan Presiden No. 175
Tahun 1960 ditetapkan bahwa Sdr. Mohammad Hoesni Thamrin patut diberi
penghargaan oleh Negara. Namun apa sebenarnya yang menjadi usahausaha

yang dilakukannya di pergelutan politik sehingga mampu

menjadikannya sebagai perintis kemerdekaan Indonesia? Bagaimana
Thamrin yang dikenal sebagai nasionalis revolusioner mampu bergerak
bebas untuk memperjuangkan aspirasi rakyat dalam konstitusi Hindia?
Olehkarena itu tema ini perlu diangkat untuk membuka wawasan baru bagi
historiografi Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, beberapa masalah yang
dapat diidentifikasikan diantaranya yaitu:

1. Perkembangan sosial-politik Batavia di penghujung abad ke-19
sebelum kelahiran Mohammad Hoesni Thamrin.

4

2. Latar belakang keterlibatan Mohammad Hoesni Thamrin di dunia
perpolitikan
3. Usaha-usaha Mohammad Hoesni Thamrin di bidang politik guna
meraih kemerdekaan Indonesia
4. Pemikiran-pemikiran Mohammad Hoesni Thamrin guna meraih
kemerdekaan Indonesia
5.

Hubungan politik Mohammad Hoesni Thamrin berhaluan ko
dengan Soekarno yang berhaluan non ko

6. Mohammad

Hoesni

Thamrin

sebagai

Pahlawan

Perintis

Kemerdekaan Indonesia.

C. Pembatasan Masalah

Karena luasnya masalah yang harus dibahas, maka peneliti
membatasi permasalahan dalam penelitian ini agar lebih terarah dan
terfokus. Oleh karena itu, penelitian dibatasi berdasarkan identifikasi
masalah, yaitu :

1. Latar belakang keterlibatan Mohammad Hoesni Thamrin di dunia
perpolitikan
2. Usaha-usaha Mohammad Hoesni Thamrin di bidang politik guna
meraih kemerdekaan Indonesia
3. Mohammad

Hoesni

Thamrin

Kemerdekaan Indonesia.

5

sebagai

Pahlawan

Perintis

D. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan identifikasi masalah di atas maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana latar belakang keterlibatan Mohammad Hoesni Thamrin
di dunia perpolitikan?
2. Apa saja usaha-usaha Mohammad Hoesni Thamrin di bidang politik
guna meraih kemerdekaan Indonesia?
3. Mengapa Mohammad Hoesni Thamrin diangkat sebagai pahlawan
perintis kemerdekaan Indonesia?

E. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui latar belakang keterlibatan Mohammad Hoesni
Thamrin di dunia politik
2. Untuk mengetahui usaha-usaha Mohammad Hoesni Thamrin di
bidang politik guna meraih kemerdekaan Indonesia.
3. Untuk mengetahui alasan penetapan Mohammad Hoesni Thamrin
sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Nasional.

F. Manfaat penelitian

Diharapkan dengan tercapainya tujuan penelitian di atas maka hasil
penelitian ini dapat bermanfaat :

6

1. Untuk menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca mengenai siapa
dan bagaimana perjuangan Mohammad Hoesni Thamrin sebagai perintis
kemerdekaan.

2. Memberikan informasi kepada pembaca bagaimana kesantunan
Mohammad Hoesni Thamrin dalam berpolitik agar pembaca maupun
peneliti dapat mencontoh beliau dalam berpolitik.

3. Untuk memperkaya sejarah Indonesia dengan fakta-fakta yang lebih
akurat dan objektif.

4. Masukan kepada sejarawan pendidik Indonesia

6. Memberikan wawasan kepada peneliti tentang penulisan sebuah karya
tulis ilmiah.

7

BAB V

KESIMPULAN

Mohammad Hoesni Thamrin lahir di Sawah Besar, Batavia pada
tanggal 16 Februari 1894. Pada masa kecilnya Thamrin masuk ke sekolahsekolah Belanda, Bijbelschool dan kemudian melanjut ke Koning Willem
Drie [KW III]. Setelah tamat ia magang di kantor kepatihan, kemudian ia
dipindahkan ke kantor Residen Batavia, dan kemudian ia bekerja di kantor
pelayaran Hindia-Belanda di bagian pembukuan (KPM). Disana ia bertemu
lalu bersahabat dengan Daan Vander Zee, Sam Koperberg dan E.F.E
Douwes Dekker, yang merupakan orang-orang sosialis. Bermula dari
persahabatannya itu Thamrin tergugah untuk berkecimpung di dewan
rakyat, sebab sahabat-sahabatnya itu mendukung nya untuk masuk ke
dewan kotapraja (Gementeraad).

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, perjuangan
Mohammad Hoesni Thamrin dimulai sejak ia masuk menjadi anggota
Gementeraad pada tahun 1919 berikut ini disimpulkan usah-usaha yang
dilakukan Thamrin selama masa hidupnya.

1. Selama menjabat sebagai anggota Gementeraad sejak tahun
1919, Thamrin banyak berbicara dan menyarankan supaya
diadakan perbaikan terhadap perkampungan miskin di
Batavia. Kemudian ia juga mengatakan bahwa untuk

130

perencanaan tersebut agar disediakan anggaran dana khusus
demi memperbaiki fasilitas-fasilitas beberapa perkampungan
yang tidak layak huni itu. Oleh karena itu, kemudian Hoesni
Thamrin mengajak beberapa anggota dewan untuk ikut
melakukan peninjauan terhadap perkampunga-perkampungan
miskin di Batavia dan sekitarnya. Dan juga mengkritik
kebijakan walikota terhadap peningkatan pajak bagi rakyat.
2. Semasa kedudukannya di Gementeraad, di luar dari itu,
Thamrin juga memimpin suatu perkumpulan orang-orang
Betawi, tepatnya pada tahun 1923. Perkumpulan itu disebut
“Kaoem Betawi” yang bertujuan untuk meningkatkan
pendidikan, kesehatan masyarakat Betawi khususnya dan
Masyarakat Indonesia pada umumnya, dan juga untuk
mendukung pemilihan kaum pribumi di saat pemilihan
anggota dewan.
3. Pada tahun 1927, Mohammad Hoesni Thamrin diangkat
menjadi anggota Volksraad. Ia kemudian membentuk Fraksi
Nasional untuk membentuk suatu kekuatan politik dalam
dewan rakyat itu.
4. Dalam Volksraad, Thamrin melakukan pembelaan terhadap
pemimpin PNI yang ditahan oleh pemerintah Hindia.
5. Kemudian ia juga berbicara mengenai Ponale Sanctie yang
dengan kejamnya diterapkan terhadap kuli perkebunan di
Sumatera Timur. Atas pidato dan kecamannya melalui media

131

cetak, akhirnya Ponale Sanctie kemudian dihapuskan oleh
pemerintah Hindia.
6. Ketika terjadi masa-masa depresi di tahun 1930-an, ia juga
banyak

berbicara

di

Volksraad

mengenai

kebijakan-

kebijakan pemerintah yang dianggap menyimpang dengan
menurunkan gaji pegawai, meningkatkan biaya ekspor
terhadap produksi perkebunan rakyat dan juga membatasi
jumlah komoditi ekspor.
7. Thamrin juga dalam pidato-pidatonya di Volksraad
mengkritik

mengenai

peraturan

pemerintah

juga

terhadap

pelarangan sekolah-sekolah liar yang milik rakyat dengan
penutupan paksa sekolah-sekolah liar yang dibuka untuk
mendidik kaum pribumi itu. Oleh karena usahanya tersebut,
akhirnya peraturan tersebut dihapus pula oleh pemerintah
Hindia.
8. Thamrin dengan gaya politik berhaluan ko nya pada masamasa krisis pergerakan, tetap dapat bertahan dalam
perjuangannya, ketika pergerakan-pergerakan nasionalis di
luar Volksraad sedang mengalami kebuntuan dan terhenti
karena tekanan dari pemerintah Hindia. Thamrin muncul
dengan semangat pergerakannya dengan membentuk suatu
kumpulan dari berbagai organisasi yang berhaluan ko
menjadi satu organisasi yang besar dengan nama GAPI. Dari
sini, semangat pergerakan mulai berubah arah dan baru.

132

9. Diakhir perjuangannya, Ia dituduh melakukan kerjasama
dengan pihak Jepang. Senin 6 Januari 1941, rumahnya
digeledah, dan Mohammad Hoesni Thamrin dikenai tahanan
rumah oleh pemerintah Hindia. Pada saat itu Thamrin
ternyata sedang berbaring di tempat tidurnya dalam keadaan
demam.

Dan

pada

tanggal

11

Januari

1941

ia

menghembuskan nafas terakhirnya.
10. Maka sebagai penghargaan kehormatan yang sudah banyak
dilakukan Mohammad Hoesni Thamrin, Presiden Republik
Indonesia oleh Ir. Soekarno mengeluarkan surat keterangan
pengangkatan Mohammad Hoesni Thamrin No. 175 Tahun
1960 sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang
kemudian pada tahun 2009 gelar Pahlawan itu disamaratakan
menjadi Pahlawan Nasional.

133

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Brousson, Clockener. 2004. Batavia Awal Abad 20. Komunitas Bambu;
Jakarta
Gottschalk, Louis. 1985. Mengerti Sejarah penerjemah Notosusanto.
UI Press; Jakarta
Hering, Bob. 2003. Mohammad Hoesni Thamrin. Hasta Mitra; Jakarta
Hugiono. 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Rineka Cipta; Jakarta
Kansil, C.S.T dkk. 1988. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan
Indonesia. Erlangga; Jakarta
Kutojo, Sutrisno dan Mardanas Safwan. 1979. M.H Thamrin. Mutiara ;
Jakarta
Leirissa, R.Z dkk. 1996. Sejarah Perekonomian Indonesia. Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan RI; Jakarta
Lohanda, Mona. 2011. Membaca Sumber Menulis Sejarah. Ombak;
Yogyakarta
Moleong, Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Rosda; Bandung
Nasution, S. 2008. Sejarah Pendidikan Indonesia. Bumi Aksara;
Bandung
Nazir. Moh. 2013. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia; Bogor.
Niel, Robert Van. 1958. Munculnya Elite Modern. Pustaka Jaya; Jakarta
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto 1984. Sejarah
Nasional Indonesia V ; Balai Pustaka. Jakarta
Pringgodigdo, A.K. 1980. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia ; P.T Dian
Rakyat Jakarta; Jakarta
Ricklefs, M.C. 2010. Sejarah Indonesia Modern. Serambi; Jakarta

Ruchiat, Rachmat dkk. 2010. Biografi Sepak Terjang Mohammad Hoesni
Thamrin;
Kebudayaan

UPT Museum

Joang ’45 Dinas

Pariwisata dan

DKI Jakarta; Jakarta

Ruchiat, Rachmat dkk. 2010. Sejarah Gedung Museum Moh. Hoesni
Thamrin
Suatu Penelusuran; UPT Museum Joang ’45 Dinas
Pariwisata dan
Kebudayaan DKI Jakarta; Jakarta
Shiraishi, Takashi. 2005. Zaman Bergerak.Grafiti; Jakarta
Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Ombak; Yogyakarta
Suhartono.

2001.

Sejarah

Pergerakan

Nasional.

Pustaka

Pelajar;

Yogyakarta
Suradi. 1997. Haji Agus Salim. Sinar Harapan; Jakarta
Yunarti, D. Rini. 2003. BPUPKI, PPKI Proklamasi Kemerdekaan RI.
Kompas; Jakarta
Warman Adam, Asvi. 2009. Membongkar Manipulasi Sejarah. Kompas;
Jakarta
Wignjosoebroto, Soetandyo. 2005. Desentralisasi Dalam Tata
Pemerintahan
Kolonial
Hindia-Belanda.
Bayu
Modia
Publishing;Malang

Artikel Ilmiah
Fajrul muttaqin, Ade. “Keadaan Masyarakat Jawa Abad Ke-20”. Skripsi.
2008.

Artikel Maya
“Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2009 tentang gelar,
tanda jasa, dan tanda kehormatan”. www.bpkp.go.id Diakses pada 27 Juli
2013 (pukul 16.54 WIB)