HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN DAN LAMAPAPARAN CAHAYA LAYAR MONITOR DENGAN KELELAHAN MATA PEKERJA KOMPUTER DI KELURAHAN X

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN DAN LAMA

PAPARAN CAHAYA LAYAR MONITOR DENGAN

KELELAHAN MATA PEKERJA KOMPUTER

DI KELURAHAN X

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Nurmaya Rachmawati

R.0207093

PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan Judul : Hubungan Intensitas Penerangan dan Lama Paparan Cahaya Layar Monitor dengan Kelelahan Mata Pekerja Komputer di

Kelurahan X

Nurmaya Rachmawati, NIM : R.0207093, Tahun : 2011 Telah disetujui dan sudah disahkan di hadapan

Dewan Penguji Skripsi

Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta

Pada Hari : , Tanggal : 2011

Pembimbing Utama

Nama : Vitri Widyaningsih, dr NIP : 19820423 200801 2 001 Pembimbing Pendamping

Nama : Sumardiyono, SKM, M. Kes NIP : 19650706 198803 1 002 Penguji Utama

Nama : Lusi Ismayenti, ST., M. Kes NIP : 19720322 200812 2 001

Surakarta, Juni 2011

Tim Skripsi Ketua Program

D.IV Kesehatan Kerja FK UNS

( )

( )


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Juni 2011

Nama: Nurmaya Rachmawati NIM. R.0207093


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Hubungan Intensitas Penerangan dan Lama Paparan Cahaya Layar Monitor dengan Kelelahan Mata Pekerja Komputer

di Kelurahan X

Nurmaya Rachmawati1, Vitri Widyaningsih2, Sumardiyono3.

Latar Belakang : Pengetikan merupakan pekerjaan memasukkan kata-kata dari keyboard ke komputer dan ditampilkan dalam bentuk gambar pada display monitor. Jenis pekerjaan ini termasuk jenis pekerjaan teliti dan membutuhkan intensitas penerangan yang sesuai standar. Tempat kerja pekerja komputer di Kelurahan X dijumpai intensitas penerangan tempat kerja kurang dari standar, selain itu lama paparan cahaya layar monitor yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan kelelahan mata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata pekerja komputer di Kelurahan X.

Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja pekerja komputer di Kelurahan X yang berjumlah 100 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang, teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive random sampling.

Hasil : Hasil uji statistik dengan metode Korelasi Person Product Moment diperoleh nilai Sig. sebesar 0,000 atau kurang dari 0,01 (p < 0,01), yang berarti sangat signifikan. Dari hasil uji statistik dengan metode Regresi Linier Ganda didapatkan rumus garis linier Y = 77,805 – 0,122 (X1) + 1,904 (X2).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata pekerja komputer di Kelurahan X. Sebaiknya pihak pengelola menyediakan intensitas penerangan sesuai standar dan memberikan waktu istirahat yang cukup kepada pekerja komputer di Kelurahan X.

Kata Kunci : Intensitas Penerangan, Lama Paparan Cahaya Layar Monitor, Kelelahan Mata.

1

Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2

Dokter, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3

Magister Kesehatan Kerja, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Relationship Intensity Light and Duration of Exposure Illumination Eye Screen Monitor with Fatigue Computer Workers

in the X

Nurmaya Rachmawati1, Vitri Widyaningsih2, Sumardiyono3.

Objective: Typing is the work of inserting the words from the keyboard to the computer and displayed in the form of images on the display screen with state of the eye focus to the screen in a long time. This type of employment including type of work requires careful and appropriate illumination intensity standard. In the workplace computer worker found at X workplace illumination intensity less than the standard and the illumination is uneven, but it encountered long exposure to excessive light screen so that it can cause eye fatigue in labor. This study aims to determine the relationship of light intensity and duration of exposure to light the screen with a computer eyestrain workers in X.

Method: The study used an observational cross sectional analytic approach. The population in this study are all computer workers labor in X Village totaling 100 people. The sample in this study as many as 30 people, the sampling technique using purposive random sampling method.

Results: The results of statistical tests with Person Product Moment Correlation method result value Sig. of 0.000 or less and 0.01 (p <0.01), which means very significant. From the results of statistical tests with the method of Multiple Linear Regression formula obtained linear line = 77.805-.122 (X1) - 1.904 (X2).

Conclusion: The result of this study concluded that there is a very significant relationship between light intensity and duration of exposure to light the screen with a computer eyestrain workers in X. Should the manager to provide appropriate lighting intensity standards and provide adequate rest time to workers in the computer X.

Keywords : Intensity Lighting, Long Exposure Light Screen Monitor, Eye Fatigue.

1

Occupational Health Study Program of Medical Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta. 2

Doctor, Sebelas Maret University of Surakarta 3

Magister Occupational Health, Sebelas Maret University of Surakarta.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Hubungan Intensitas Penerangan dan Lama Paparan Cahaya Layar Monitor dengan Kelelahan Mata Pekerja Komputer di Kelurahan X”.

Laporan skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan dan salah satu syarat kelulusan dalam menyelesaikan studi pada Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S. PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak H. A.A. Subijanto, Prof. Dr. dr. M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta periode 2007-2011.

3. Bapak Putu Suryasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok., selaku Ketua Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Vitri Widyaningsih, dr. selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Lusi Ismayenti, ST., M.Kes. selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.

7. Kakak-kakak pekerja komputer yang telah senang hati membantu saya dalam pengambilan data.

8. Almarhum/ah Ayah dan Ibu yang telah melahirkan saya, terimakasih atas segalanya. Semoga ayah dan ibu tenang di sisi alloh SWT. Untuk seluruh keluarga, terimakasih atas segala yang hal yang telah diberikan.

9. Abi terima kasih atas cinta, sayang, perhatian, semangat dan doa yang tak henti-hentinya selama ini.

10. Teman-teman satu angkatan Diploma IV Kesehatan Kerja atas kerjasama dan tolong-menolong dalam kegiatan sehari-hari.

11. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi civitas akademika Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu dibidang keselamatan dan kesehatan kerja.

Surakarta, Mei 2011 Penulis,


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Kerangka Pemikiran ... 26

C. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Populasi Penelitian ... 28

D. Teknik Sampling ... 29

E. Sampel Penelitian ... 29

F. Desain Penelitian ... 30

G. Identifikasi Variabel Penelitian ... 31

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 32

I. Alat dan Bahan penelitian ... 34

J. Cara Kerja Penelitian ... 34

K. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39

B. Karakteristik Subjek Penelitian ... 40

C. Hasil Pengukuran ... 42

D. Uji Hubungan Intensitas Penerangan dan Lama Paparan dengan Kelelahan Mata ... 43

BAB V PEMBAHASAN A. Analisa Univariat ... 46

B. Analisa Multivariat ... 48

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 10 Tabel 2. Nilai Pantulan (Reflektan) yang Dianjurkan ... 11 Tabel 3. Standar Tingkat Penerangan menurut Kepmenkes No. 1405

Tahun 2002 ... 11 Tabel 4. Ketentuan Tingkat Penerangan Berdasarkan PMP No. 07 Tahun

1964 ... 12 Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Kelelahan Mata Berdasarkan Total Skor

Individu ... 37 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur ... 40 Tabel 7. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Kerja ... 41 Tabel 8. Hasil Pengukuran Intensitas Penerangan, Lama Paparan Cahaya

Layar Monitor dan Kelelahan Mata Pekerja Komputer di

Kelurahan X ... 42


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 26 Gambar 2. Desain Penelitian ... 30 Gambar 3. Denah Titik Pengukuran Intensitas Penerangan ... 34


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Kelelahan Mata dari Departemen Tenaga Kerja Pusat Hiperkes dan KK Proyek Pengembangan Hygiene dan

KK ... 32 Lampiran 2. Hasil Uji Correlatoin Person Product Moment untuk

Hubungan Intensitas Penerangan dengan Kelelahan Mata ... 43 Lampiran 3. Hasil Uji Correlatoin Person Product Moment untuk

Hubungan Lama Paparan Cahaya Layar Monitor dengan

Kelelahan Mata ... 44 Lampiran 4. Hasil Uji Regresi Linier untuk Intensitas Penerangan dan

Lama Paparan Cahaya Layar Monitor dengan Kelelahan

Mata ... 45 Lampiran 5. Curva Hubungan Intensitas Penerangan dan Lama Paparan

Cahaya Layar Monitor dengan Kelelahan Mata ... 49


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini memudahkan seseorang dalam mencapai keinginannya, salah satu kemajuan di bidang teknologi tersebut dengan munculnya seperangkat komputer. Komputer banyak digunakan di kantor-kantor, di lembaga penelitian, di perguruan tinggi atau di perusahaan-perusahaan. Komputer sebagai alat bantu yang banyak digunakan manusia, ternyata juga menimbulkan penyakit akibat kerja seperti halnya pemakaian mesin pada industri (Sheedy, 2004).

Di era perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi menuntut manusia untuk berhubungan dengan komputer. Umumnya 80% pekerjaan kantor diselesaikan dengan memanfaatkan komputer. Peran komputer yang sangat luas dewasa ini, ditambah penggunaan internet yang semakin populer menyebabkan para pekerja menghabiskan waktunya di depan komputer sedikitnya 3 jam sehari (Wardhana, 1997).

Dari data The University of North Carolina at Asheville yang dikutip oleh Iis Faizah Hanum tahun 2008 mengelompokkan beban kerja pekerja komputer atas dasar lama waktu kerja sebagai berikut :

1. Pekerja operator komputer dengan beban kerja berat adalah pekerja dengan lama total waktu kerja lebih dari 4 jam sehari.


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Pekerja operator komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja dengan lama total waktu kerja antara 2-4 jam sehari.

3. Pekerja operator komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja dengan lama total waktu kerja kurang dari 2 jam sehari.

Penerangan merupakan salah satu faktor fisik yang ada di tempat kerja, penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan kerja (Suma’mur, 2009).

Kelelahan mata adalah gangguan yang dialami mata karena otot-ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam jangka waktu lama. Semua aktifitas yang berhubungan dengan pemaksaan otot-otot tersebut untuk bekerja keras, sebagaimana otot-otot yang lain akan bisa membuat mata mengalami gangguan. Gejalanya mata terasa pegal biasanya akan muncul setelah beberapa jam kerja. Pada saat otot mata menjadi letih, mata akan menjadi tidak nyaman atau sakit (Chambers A, 1999).

Jasa pengetikan atau yang lebih dikenal dengan istilah rental komputer adalah sebuah pekerjaan dimana tenaga kerja yang melakukan pekerjaan tersebut selalu menggunakan komputer untuk membantu dalam menyelesaikan pekerjaan. Pada survei awal ini penulis melakukan serangkaian pengukuran yang berkaitan dengan intensitas penerangan alami dan buatan di area tempat kerja. Pada hasil pengukuran yang dilakukan di setiap sampel, didapatkan rata-rata hasil pengukuran adalah sebesar 130 Lux dan selama kurang lebih 12 jam


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pekerja melakukan pekerjaan yang monoton dan mendapat paparan cahaya komputer yang terus-menerus.

Dengan melihat hasil pengukuran sampel tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa intensitas penerangan ruangan sangatlah rendah. Intensitas penerangan yang dianjurkan untuk jenis pekerjaan pengetikan adalah sebesar 300 Lux. Sesuai dengan ketentuan standar intensitas penerangan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

Didapatkan pula bahwa 10 orang (75%) pekerja komputer mengeluhkan penglihatan terasa kabur setelah 3 jam di depan komputer, 12 orang (80%) pekerja komputer merasa mata akan pedih setelah 4,5 jam, dan 5 orang pekerja komputer mengalami sakit kepala jika lebih dari 5 jam, serta semua pekerja komputer akan merasa kemampuan melihatnya menurun bila berlama-lama di depan komputer. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha khusus untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja bagi pemakai komputer.

Dengan mengacu pada hasil survei awal yang dilakukan oleh penulis, maka penulis ingin mengadakan penelitian mengenai adakah “Hubungan Intensitas Penerangan dan Lama Paparan Cahaya Layar Monitor dengan Kelelahan Mata Pekerja Komputer di Kelurahan X”.


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B.Rumusan Masalah

Adakah hubungan intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata pekerja komputer di Kelurahan X?

C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata pekerja komputer di Kelurahan X.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengukur intensitas penerangan ruangan tempat kerja pekerja komputer di Kelurahan X.

b. Untuk mengukur lama paparan cahaya layar monitor terhadap mata pekerja komputer di Kecamatan X.

c. Untuk mengetahui tingkat kelelahan mata pekerja komputer di Kecamatan X.

d. Untuk mengetahui rumus persamaan garis regresi linier untuk hubungan intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata pekerja komputer di Kelurahan X.


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoristis

Diharapkan dapat sebagai pembuktian bahwa ada hubungan dari intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata pekerja komputer.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah wacana kepustakaan keilmuan tentang teori-teori intensitas penerangan, lama paparan cahaya layar monitor dan kelelahan mata tenaga kerja khususnya tentang hubungan intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata pekerja komputer di Kelurahan X.

b. Bagi Peneliti

Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang hubungan intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata pekerja komputer di Kelurahan X.

c. Bagi Program Diploma IV Kesehatan Kerja

Menambah referensi, data dan informasi di kepustakan Program Diploma IV Kesehatan Kerja khususnya hubungan intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata pekerja komputer di Kelurahan X.


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan

a. Pengertian Intensitas Penerangan

Intensitas penerangan adalah banyaknya sinar yang mengenai suatu permukaan. Intensitas penerangan merupakan faktor yang penting dari lingkungan fisik untuk keselamatan kerja. Untuk dapat melihat dengan baik dan teliti diperlukan intensitas cahaya yang cukup (Suma’mur, 2009).

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu (Suma’mur, 2009). Penerangan yang cukup dan diatur secara baik juga akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat memelihara kegairahan kerja. Telah diketahui bahwa hampir semua pelaksanaan pekerjaan melibatkan fungsi mata, dimana sering kita temui jenis pekerjaan yang memerlukan tingkat penerangan tertentu agar tenaga kerja dapat dengan jelas mengamati objek yang sedang dikerjakan. Intensitas penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya jelas dapat meningkatkan produktivitas kerja (Tarwaka, 2010).

Penerangan berdasar sumbernya dibagi menjadi tiga, pertama penerangan alami yaitu penerangan yang berasal dari cahaya matahari,


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kedua penerangan buatan yaitu penerangan yang berasal dari lampu, dan

yang ketiga adalah penerangan alami dan buatan yaitu penggabungan antara penerangan alami dari sinar matahari dengan lampu/ penerangan buatan (Cok Gd Rai Padmanada, 2006).

b. Faktor yang mempengaruhi penerangan di tempat kerja : 1) Kuantitas cahaya

Intensitas penerangan yang dibutuhkan tergantung dari tingkat ketelitian yang diperlukan, bagian yang diamati, warna dari objek dan kemampuan dari objek tersebut untuk memantulkan cahaya yang jatuh padanya, serta brightness dari sumber objek. Untuk melihat suatu benda yang berwarna gelap dan kontras antara objek dan sekitarnya juga jelek diperlukan intensitas penerangan yang tinggi (beberapa ribu Lux). 2) Kualitas cahaya

Kualitas cahaya penerangan ditentukan oleh ada tidaknya kesilauan di tempat kerja, baik kesilauan langsung atau kesilauan karena pantulan cahaya dari permukaan yang mengkilap dan bayangan. Kesilauan didefinisikan setiap brightness yang berada dalam lapangan penglihatan yang menyebabkan ketidaknyamanan, gangguan (annoyance), kelelahan mata dan atau gangguan penglihatan. Penyebab kesilauan adalah :


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a) Disabiliti glare

Penyebab dari kesilauan ini adalah terlalu banyaknya cahaya yang secara langsung masuk ke dalam mata dari sumber kesilauan sehingga menyebabkan kehilangan sebagian dari penglihatan.

b) Discomfort glare

Discomfort glare sering dialami oleh mereka yang bekerja pada siang hari dan menghadap ke jendela atau pada saat seseorang menatap lampu secara langsung pada malam hari. Efek discomfort glare pada mata adalah tergantung dari lamanya seseorang terpapar oleh kesilauan tersebut.

c) Reflected glare

Disebabkan oleh pantulan cahaya yang terlalu terang yang mengenai mata, dan pantulan cahaya berasal dari semua permukaan benda yang mengkilap seperti langit-langit, kaca, dinding, meja, mesin dan lain-lain yang berada dalam medan penglihatan (visual field) (Siswanto 1993).

Menurut Prabu (2009) luminaire atau lighting fixture merupakan suatu unit penerangan yang lengkap, dan unit ini terdiri dari lampu dan peralatan untuk mendistribusikan serta mengendalikan cahaya. Lighting equipment perlu diletakkan atau dipasang menurut karakteristik dari distribusi cahaya yang dikehendaki. Menurut cara mendistribusikan cahaya dapat diklasifikasikan menjadi :


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Sistem penerangan langsung (Direct lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langit-langit, dinding serta benda yang ada di dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.

2) Sistem penerangan semi langsung (Semi direct lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem penerangan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki efisiensi pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih efisiensi pemantulan antara 5-90%.

3) Sistem penerangan difus (General diffuse lighting)

Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect

yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya ke atas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4) Sistem penerangan semi tidak langsung (Semi indirect lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.

5) Sistem penerangan tidak langsung (Indirect lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaanya yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan kesilauan dan bayangan sedangkan kerugiannya adalah mengurangi efisiensi cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.

c. Standar intensitas penerangan di tempat kerja

Menurut Suma’mur (2009), menyebutkan bahwa kebutuhan intensitas penerangan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan cahaya ditempat kerja tidak memadai.

Tabel 1. Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan Contoh Pekerjaan Tingkat Penerangan yang Dibutuhkan (Lux) Tidak teliti Penimbunan barang 80 - 170 Agak teliti Pemasangan (tak teliti) 170 - 350 Teliti Membaca, menggambar 350 - 700 Sangat teliti Pemasangan 700 - 1000

Sumber : Suma’mur, 2009


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Nilai pantulan (reflektan) yang dianjurkan menurut Suma’mur

(2009) adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Nilai Pantulan (Reflektan) yang Dianjurkan

No Jenis Permukaan Reflektan (%) 1 Langit-langit 80 – 90

2 Dinding 40 – 60

3 Perkakas (mebel) 25 – 45 4 Mesin dan perlengkapannya 30 – 50

5 Lantai 20 - 40

Sumber : Suma’mur, 2009

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, tercantum dalam tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Standar Tingkat Penerangan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002

Jenis Pekerjaan Tingkat Penerangan

Minimal (Lux) Keterangan

Pekerjaan kasar dan tidak terus-menerus

100 Ruang penyimpanan dan ruang

peralatan/ instansi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu

Pekerjaan kasar dan terus-menerus

200 Pekerjaan dengan mesin dan

perakitan kasar

Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang kontrol,

pekerjaan mesin &

perakitan/penyusunan Pekerjaan agak

halus

500 Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin, kantor, pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan

tekstil, pekerjaan mesin halus & perakitan halus

Pekerjaan amat halus

1500 tidak menimbulkan bayangan

Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja pasal 3 ayat 1 (i) menetapkan syarat-syarat Keselamatan Kerja yang berkaitan dengan penerangan yaitu memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. Ketentuan intensitas penerangan berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan dalam Tempat Kerja adalah : Tabel 4. Ketentuan Tingkat Penerangan berdasarkan PMP No. 07

Tahun 1964. Intensitas Minimum

(Lux) Keterangan

5 20 50 100 200 300 500 1000 Penerangan darurat

Halaman dan jalan di perusahaan

Pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar, seperti mengerjakan bahan-bahan besar, gudang menyimpan barang besar atau kasar, gang atau tangga, dan lain-lain.

Pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil sepintas lalu, seperti pemasangan yang kasar, kamar mesin dan uap, tempat menyimpan barang sedang dan kecil, dan lain-lain.

Pekerjaan membedakan barang kecil agak teliti, seperti pemasangan alat yang sedang, pekerjaan mesin dan bubut yang kasar, dan lain-lain.

Pekerjaan membedakan yang teliti dari barang kecil dan halus, seperti pemeriksaan mesin yang teliti, menulis, membaca, dan lain-lain. Pekerjaan membedakan barang halus dengan kontras sedang dalam waktu lama, seperti pekerjaan mesin yang halus, pemotongan kaca, dan lain-lain.

Pekerjaan membedakan barang sangat halus dengan kontras yang sangat kurang untuk waktu lama.

Sumber : Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964.


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Lama Paparan Cahaya Layar Monitor

a. Pengertian cahaya layar monitor

Monitor yang dengan istilah lain sering disebut juga dengan VDT (Video Display Terminal), merupakan salah satu bagian yang terpenting dari suatu unit komputer. Monitor merupakan output yang paling sering dipandang saat kita mengoperasikan komputer.

Adapun fungsi monitor adalah untuk memperagakan data atau proses yang terjadi dalam CPU (Central Processing Unit) secara visual. Proses yang terjadi dalam CPU dikonversikan oleh suatu adapter video atau

video board dari data berbentuk digital menjadi sinyal yang akan disalurkan melalui kabel penghubung ke monitor (Fauzia, 2004).

VDT sebagai sumber cahaya yang menyebabkan rangsangan terhadap mata. Cahaya akan diterima oleh sel-sel photoreceptor retina dan selanjutnya akan dikonversikan menjadi energi bio-elektrik melalui siklus biokimiawi (Fauzia, 2004).

b. Sistem penglihatan manusia

Mata bekerja mirip kamera. Bayangan benda diterima oleh mata dan masuk melalui seperangkat lensa di mata, berupa kornea, pupil dan lensa yang transparan. Organ-organ ini berhubungan erat kerjanya dengan otot-otot mata. Permasalahannya, untuk melihat dalam jarak dekat dan dalam waktu yang lama, seperti melihat layar komputer, perlu 13


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Lensa mata harus mencembung untuk mencari fokus benda yang dilihat.

2) Kedua bola mata harus bekerja sama dalam menyatukan bayangan saat mata melihat obyek dalam jarak dekat. Apalagi, jika obyek cukup kecil.

3) Menggerakkan bola mata ke arah bayangan yang datang, agar tampak jelas (Ilyas S, 2003).

Mata merupakan indera penglihatan pada manusia. Mata

dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, selanjutnya dengan perantaraan serabut-serabut nervous optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan (Evelyne, 1999).

Sebagai indera penglihatan, mata mempunyai fungsi penting dalam mengidentifikasi segala bentuk rangsang visual yang kemudian diteruskan ke otak untuk diterjemahkan dalam bentuk respon. Dalam hal ini, mata berfungsi sebagai pengirim pesan (Ruslan A, 2009).

Mata diproteksi oleh tulang rongga mata, alis dan bulu mata, kelopak mata, refleks mengedip, sel-sel pada permukaan kornea dan konjungtiva (selaput lendir yang melapisi permukaan pada kelopak mata) serta air mata. Air mata berfungsi memperbaiki tajam penglihatan, membersihkan kotoran yang masuk ke mata, lubrikasi (pelumasan), media transfor dagi oksigen dari atmosfer, nutrisi (glukosa, elektrolit, 14


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

enzim protein), serta mengandung antibakteri dan antibody (Roger,

2002).

Bola mata memiliki garis menengah kira-kira 2,5 centimeter, bagian depannya bening serta terdiri dari tiga lapisan yaitu :

1) Lapisan Luar (fibrus) yang merupakan lapisan penyangga. 2) Lapisan tengah (vaskuler).

3) Lapisan dalam yang merupakan lapisan syaraf (Evelyne, 1999).

Mata digerakkan oleh enam otot penggerak mata, otot-otot ini dikaitkan pada pembungkus sklerotik mata sebelah belakang kornea. Otot-otot ini menggerakkan mata ke atas, ke bawah, ke dalam dan ke sisi luar secara bergantian (Suardana, 2002).

Menurut Ilyas (2003), mata terdiri atas 6 bagian, yaitu :

1) Kelopak mata (Palpebra) yang berfungsi untuk melindungi bola mata terhadap trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mata juga berperan dalam mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk lapisan air mata di depan kornea.

2) Sistem sekresi air mata (Sistem Lacrimal) untuk menjaga agar kornea tetap bersih, lembab, dan bebas kuman.

3) Conjungtiva, yaitu membran yang menutupi sclera dan kelopak mata bagian belakang.

4) Bola mata yang terdiri atas :


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b) Kornea merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung

dengan yang putih dan tidak tembus cahaya. 5) Uvea yang terdiri atas iris, badan siliar dan koroid.

6) Pupil merupakan sebuah cakram yang dapat bergerak dan berfungsi sebagai tirai yang melindungi retina, serta mengendalikan jumlah cahaya yang memasuki mata.

7) Lensa merupakan sebuah benda transparan bikonvex yang terdiri dari beberapa lapisan. Lensa mata berfungsi sebagai organ fokus utama yang membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat.

8) Retina yang berfungsi mengubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik yang akan diteruskan ke otak.

9) Rongga orbita yaitu rongga tempat bola mata.

10) Otot penggerak mata yang berguna untuk menggerakkan mata. Secara ilmiah, mata memiliki tiga fungsi utama yaitu : 1) Menerima cahaya/ sensasi cahaya.

2) Membedakan bentuk/ sensasi bentuk. 3) Menerima warna/ sensasi warna.

Gelombang cahaya dari benda yang diamati memasuki mata melalui lensa mata kemudian jatuh ke retina kemudian disalurkan sampai menuju otak melalui syaraf optik, sehingga mata secara terus menerus menyesuaikan untuk melihat suatu benda (Suyanto, 1995).


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Iris bekerja sebagai diafragma, mengatur banyak sedikitnya

cahaya yang masuk ke dalam pupil. Pada keadaan gelap pupil membesar dan pada keadaan terang pupil mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara otomatis, jadi di luar kesadaran kita. Pada saat yang sama ajakan syaraf yang lain masuk lebih jauh kedalam otak dan mencapai korteks sehingga memasuki syaraf kesadaran (Ilyas, 2003).

Sistem yang terdiri dari mata dan alur syaraf yang mempunyai peran penting dalam melihat disebut alat visual, ia mengendalikan lebih dari 90% dari kegiatan sehari-hari. Dalam hampir semua jabatan visual

ini memainkan peranan yang menentukan. Organ visual ikut bertanggung jawab atas timbulnya gejala kelelahan umum (Ilyas, 2003).

c. Gejala mata mengalami kelelahan

Saat seseorang bekerja melihat objek bercahaya diatas dasar berwarna pada jarak dekat secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu, menyebabkan mata harus berakomodasi dalam jangka waktu yang panjang. Kelelahan mata oleh karena lama paparan yang terlalu lama akan menyebabkan daya akomodasi menurun. Terdapat beberapa gejala kelelahan mata yaitu :

1) Gejala okular : merupakan gejala seperti mata merasa tidak nyaman, panas, sakit, cepat lelah, merah, dan berair (Asyari, 2002).

2) Gejala visual : terjadi karena mata mengalami gangguan untuk 17


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kabur. Penglihatan yang kabur biasanya berkaitan dengan akomodasi, karena otot siliaris gagal untuk memfokuskan atau mengalami kejang dan kelelahan (Asyari, 2002). Ketajaman penglihatan juga dapat menurun sewaktu-waktu, terutama pada saat keadaan daya tahan tubuh menurun atau mengalami kelelahan (Mangunkusumo, 2002). 3) Gejala umum lainnya yang sering dikeluhkan akibat kelelahan mata

adalah rasa sakit kepala, sakit punggung, pinggang, dan vertigo (Mangunkusumo, 2002).

Selain gejala yang disebutkan diatas efek lain dari paparan

cahaya komputer yang terlalu lama adalah sakit kepala, pandangan kabur, dan sakit pada leher serta punggung.

3. Kelelahan Mata

a. Pengertian kelelahan mata

Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman. Kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina akibat ketidaktepatan kontras (Phesant, 1991).

Kelelahan mata dapat terjadi jika mata fokus kepada objek berjarak dekat, dalam waktu lama. Hal ini disebabkan karena otot-otot mata harus bekerja lebih keras untuk melihat objek berjarak sangat dekat, 18


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terutama jika disertai dengan pencahayaan yang terlalu redup atau terlalu

menyilaukan (Gondowiarjo, 1996).

Mata di dalam fungsinya untuk melihat harus tidak dihadapkan pada beban tambahan seperti penerangan obyek yang intensitasnya kurang sesuai dengan keperluan. Oleh karena itu penerangan merupakan faktor lingkungan yang sangat perlu diperhatikan karena banyak pengaruhnya terhadap kelelahan mata dalam bekerja. Penerangan yang baik penting agar pekerjaan dapat dilakukan dengan benar dan dalam situasi yang nyaman. (Manuaba,1992).

Pada pekerjaan yang memerlukan ketelitian tanpa penerangan yang memadai, maka dampaknya akan sangat terasa pada kelelahan mata. Terjadinya kelelahan otot mata dan kelelahan saraf mata sebagai akibat tegangan yang terus menerus pada mata, walaupun tidak menyebabkan kerusakan mata secara permanen, tetapi menambah beban kerja, mempercepat lelah, sering istirahat, kehilangan jam kerja dan mengurangi kepuasan kerja, penurunan mutu produksi, meningkatkan frekuensi kesalahan, mengganggu konsentrasi dan menurunkan produktivitas kerja. (Manuaba,1992).

Dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor yang menentukan adalah ukuran objek, derajat kontras di antara objek dan sekelilingnya, luminansi dari lapangan penglihatan, yang tergantung dari penerangan 19


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Faktor ukuran objek, derajat kontras antar objek dengan

sekelilingnya serta penerangan adalah faktor-faktor yang saling mengimbangi satu dengan yang lain, misalnya suatu objek dengan kontras kurang, dapat dilihat apabila objek tersebut cukup besar atau bila penerangannya cukup baik. Upaya mata yang melelahkan menjadi sebab kelelahan mental. Gejalanya meliputi sakit kepala, penurunan kemampuan intelektual, daya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Lebih dari itu, apabila pekerja mencoba mendekatkan matanya terhadap objek untuk memperbesar ukuran benda, maka daya akomodasi lebih dipaksa, dan mungkin terjadi penglihatan rangkap atau kabur yang terkadang disertai pula dengan perasaan sakit kepala di daerah atas mata. (Grandjean, 1993).

Kelelahan mata dikenal sebagai tegang mata atau astenophia

yaitu kelelahan okular atau ketegangan pada organ visual dimana terjadi gangguan pada mata dan sakit kepala sehubungan dengan penggunaan mata secara intensif. Keletihan visual menggambarkan seluruh gejala-gejala yang terjadi sesudah stress berlebih terhadap setiap fungsi mata, diantaranya adalah tegang otot siliaris yang berakomodasi saat memandang objek yang sangat kecil dalam jarak yang sangat dekat. Terdapat tiga jenis astenophia yaitu astenophia acomodatif, astenophia musculer, dan astenophia neurastenik. Astenophia pada operator komputer merupakan astenophia acomodatif yang disebabkan oleh kelelahan otot siliaris (Anshell J, 1997).


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada keadaan normal, cahaya yang datang dari jarak tidak

terhingga akan terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan. Hal ini diakibatkan oleh adanya daya akomodasi mata yang bila benda didekatkan, maka bayangan benda dapat difokuskan pada retina atau makula lutea. Mata akan berakomodasi untuk melihat jelas benda pada jarak yang berbeda-beda sehingga bayangan benda akan tetap terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliaris (Ilyas, 2003).

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan mata : 1) Faktor usia. Daya akomodasi menurun pada usia 45-50 tahun. Dengan

bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya, dan agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh (Guyton, 1991).

2) Faktor penerangan Penerangan ruang kerja yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan mata, akan tetapi penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan, menurut Soewarno (1992) menyebutkan bahwa penerangan yang memadai bisa mencegah terjadinya Astenopia (kelelahan mata) dan mempertinggi kecepatan dan efisien membaca. Penerangan yang kurang bukannya 21


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Kurang tidur. Seseorang yang kurang tidur maka berakibat mata merah dan mata sulit dibiarkan terbuka sehingga dapat mengurangi daya penglihatan secara maksimal (Nurmianto, 2004).

4) Faktor okular. Yaitu kelainan mata berupa ametropia dan heteroforia. Ametropia adalah kelaianan refraksi pada mata kiri dan kanan tetapi tidak dikoreksi. Heteroforia merupakan kelainan dimana sumbu penglihatan dua mata tidak sejajar sehingga kontraksi otot mata untuk mempertahankan koordinasi bayangan yang diterima dua mata menjadi satu bayangan, lebih sulit. Apabila hal ini berlangsung lama, akan terjadi kelelahan mata (Mangunkusumo, 2002).

5) Beban kerja. Beban kerja berat akan berpengaruh pada kelelahan mata seseorang karena jika beban kerja berat maka dibutuhkan penglihatan yang maksimal saat bekerja dalam jangka waktu yang lama (Mangunkusumo, 2002).

6) Jarak pandang. Seseorang mempunyai jarak pandang yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi kesehatan mata orang tersebut (Asyari, 2002).

4. Hubungan Intensitas Penerangan dan Lama Paparan Cahaya Layar Monitor

dengan Kelelahan Mata

Penerangan ruang kerja yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan mata, akan tetapi penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan (Suma’mur, 2009).


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Grandjean (1993, menayatakan bahwa penerangan yang

didesain tidak baik maka dapat menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dari penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan :

a. Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan efisiensi kerja. b. Kelelahan mental.

c. Keluhan pegal didaerah mata dan sakit kepala disekitar mata, d. Kerusakan indra mata.

Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada penurunan performance kerja, termasuk :

a. Kehilangan produktivitas. b. Kualitas kerjanya rendah. c. Banyak terjadi kesalahan. d. Kecelakaan kerja meningkat.

Meskipun sudah banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pemakaian komputer, namun belum banyak yang menyadari bahwa pemakaian komputer juga memiliki masalah tersendiri, terutama bila bekerja dengan komputer dalam waktu lama dan terus menerus serta dengan jumlah penerangan yang kurang (Hasnan, 2002).

Pengguna komputer dengan kondisi penerangan yang kurang dan dalam waktu yang lama beresiko terkena mata lelah atau astenopia


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diakibatkan oleh upaya berlebih dari sistem penglihatan yang berada dalam

kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. Penglihatan terasa buram, ganda, kemampuan melihat warna menurun. Gejala diikuti sakit kepala, bahu, punggung dan pinggang vertigo serta kembung.

Menurut Jeffery Anshell, optometris di California yang dikutip oleh Iis Faizah Hanum 2008, menyatakan karakteristik layar/monitor komputer (VDT) dan kebutuhan bekerja dengan menggunakan komputer, dapat memicu timbulnya masalah mata dan penglihatan. Apabila kedua mata fokus pada satu titik dalam jangka waktu lama, lensa mata akan mengalami stuck at that focal point yang akan menimbulkan keluhan kelelahan mata (Goldsborough, 2007).

Berbagai gejala yang timbul pada pekerja komputer yang bekerja dengan penerangan yang kurang selain diakibatkan karena sedikitnya cahaya yang masuk ke bola mata, juga dikarenakan mata seorang pekerja komputer berkedip lebih sedikit dibandingkan normal. Berkurangnya kedipan, menyebabkan mata menjadi kering dan terasa terbakar (Sitzman, 2005).

Anshell J (2002) mengatakan bahwa keluhan mata akibat bekerja dengan menggunakan komputer dengan penerangan yang kurang dan dalam jangka waktu yang lama, yang dikenal dengan Computer Vision Syndrome

(CVS) yang memiliki tingkatan gejala-gejala kelelahan mata meliputi : a. Sakit pada leher dan punggung

b. Mata terasa pegal c. Mata kering


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Sakit kepala

e. Mata terasa panas f. Mata berair g. Pandangan kabur

h. Mata menjadi sensitif terhadap cahaya i. Pandangan ganda

Gejala-gejala di atas terkadang juga disertai dengan keluhan pusing, mual dan muntah.

CVS dapat diakibatkan karena berkurangnya aliran air mata atau disebabkan oleh terlalu besarnya refleksi maupun silau monitor. Saat kita menatap komputer, maka kedipan mata berkurang sebesar 2/3 kali dibandingkan kondisi normal, yang mengakibatkan mata menjadi kering, teriritasi, tegang dan lelah. Penerangan lingkungan dan penerangan dari komputer yang tidak tepat juga akan mengakibatkan ketegangan dan kelelahan pada mata. CVS dapat muncul dengan segera setelah pemakaian komputer dalam jangka waktu lama atau lebih dari 4 jam, namun ada yang muncul setelah beberapa hari kemudian.

Kelelahan mata dapat terjadi jika mata berfokus pada objek berjarak dekat dalam waktu yang lama, karena otot-otot mata harus bekerja lebih keras untuk melihat objek berjarak sangat dekat, terutama jika disertai dengan penerangan yang terlalu redup atau terlalu menyilaukan. Jika seseorang 25


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

waktu yang panjang. Kelelahan mata menyebabkan daya akomodasi mata

menurun.

B. Kerangka Pemikiran

Potensi bahaya

Intensitas Penerangan kurang dari standar

Waktu paparan cahaya layar monitor lebih dari 4 jam

Faktor eksteren -Silau

-Beban kerja

Mata

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor intern

-Usia

-Faktor okular -Kurang tidur

Mata Akomodasi Maksimal

Otot-otot Mata Kontraksi Berlebih

Saraf Mata Tegang

Kelelahan Mata


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C.Hipotesis

Ada Hubungan antara Intensitas Penerangan dan Lama Paparan Cahaya Monitor dengan Kelelahan Mata Pekerja Komputer di Kelurahan X.


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang sama (Soekidjo Notoatmojo, 2002).

B.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di tempat-tempat kerja yang menyediakan jasa pengetikan/ rental komputer di Kelurahan X, pada bulan Oktober 2010 sampai bulan Mei 2011.

C.Populasi Penelitian

Jumlah populasi tenaga kerja yang bekerja sebagai pekerja komputer di tempat-tempat kerja yang menyediakan jasa pengetikan atau rental komputer di Kelurahan X yaitu sebanyak 100 orang tenaga kerja.


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D.Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Teknik Purposive Sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Mochhammad Arief, 2008).

Setelah itu dilakukan random sampling. Random sampling berarti memilih subjek secara acak. Teknik ini dilakukan jika jumlah subjek yang memenuhi syarat lebih dari jumlah yang sudah ditentukan sebelumnya (Sutrisno Hadi, 2004).

E.Sampel Penelitian

Dari total populasi sebanyak 100 orang pekerja komputer di Kelurahan X dilakukan Purposive Sampling untuk dijadikan sampel berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Jenis kelamin : Laki-laki 2. Usia : 20 – 45 tahun 3. Bekerja minimal 4 jam sehari

4. Tidak menggunakan kacamata/ sakit mata

Setelah dilakukan purposive sampling sesuai dengan ciri-ciri diatas, maka didapatkan jumlah sampel pekerja komputer sebanyak 60 orang. Dikarenakan waktu penelitian yang singkat maka peneliti membatasi lagi 29


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengambil jumlah sampel minimal sesuai peraturan pengambilan sampel menurut Mochammad Arief, 2008 yaitu sebanyak 30 orang.

F. DesainPenelitian

Gambar 2. Desain Penelitian

Purposive Random Sampling Sampel

Kelelahan Mata Intensitas Penerangan

Regresi Linier Ganda

Lama Paparan Populasi

Correlation Person Product Moment Correlation Person

Product Moment


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

G.IdentifikasiVariabelPenelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelelahan mata.

3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

a. Variabel pengganggu terkendali : Jenis kelamin, usia, waktu bekerja, kondisi kesehatan mata.

b. Variabel pengganggu tidak terkendali : Kurang tidur, beban kerja, jarak pandang.


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

H.Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Intensitas penerangan

Intensitas cahaya adalah besar pancaran cahaya yang dihasilkan oleh layar komputer hingga sampai mengenai mata dan besar cahaya yang ada di lingkungan tempat kerja baik alami ataupun buatan.

a. Alat ukur : Lux Meter

b. Hasil Pengukuran : Besarnya intensitas dalam satuan Lux c. Skala pengukuran : Interval

2. Lama paparan cahaya layar monitor komputer

Adalah lamanya waktu yang digunakan oleh mata pekerja komputer untuk melihat objek pada layar komputer.

a. Alat Ukur : Stopwatch/ jam digital

b. Hasil Pengukuran : Lama bekerja dari mulai awal bekerja sampai akhir waktu kerja dikurangi waktu istirahat.

c. Satuan : Jam d. Skala Pengukuran : Interval 3. Kelelahan mata

Kelelahan mata adalah rasa nyeri yang terjadi di daerah mata karena terjadi spasme (kekakuan) otot mata.

a. Alat ukur : Kuesioner kelelahan mata dari Departemen Tenaga Kerja Pusat Hiperkes dan KK Proyek Pengembangan Hygiene dan KK (Lampiran 1).


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Hasil pengukuran : Skoring dari kuesioner. c. Skala Pengukuran : Interval

4. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah identitas seseorang, laki–laki atau perempuan. Pengendaliannya dengan mencari dua kelompok yang jenis kelaminnya sama, yaitu laki-laki. Skala pengukurannya adalah nominal.

5. Usia

Usia adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran, hingga saat penelitian dilakukan, yang dihitung dalam tahun yang dapat diperoleh dari data tenaga kerja yang bekerja sebagai operator komputer di Kelurahan X. Skala pengukurannya adalah rasio.

6. Lama kerja

Tiap tenaga kerja operator komputer mempunyai lama kerja rata-rata 10 jam sehari. Semua tenaga kerja pekerja komputer bekerja dalam kondisi duduk dengan posisi mata sejajar dengan layar monitor.

7. Kondisi kesehatan mata

Kondisi kesehatan mata yaitu kondisi mata tenaga kerja yang memiliki kelainan atau tidak. Kelainan yang dimaksud yaitu Miopi, hipermetropi, astigmatisme, presbiopi, rabun, katarak dan lain sebagainya. Hasilnya didapatkan dari wawancara.


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sumber : Data Primer, 2011 I. AlatdanBahanPenelitian

Alat dan bahan merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Lux Meter, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur intensitas penerangan tempat kerja.

2. Stopwatch, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur lama paparan. 3. Kuesioner/ lembar isian data, yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk

menentukan tingkat kelelahan mata.

4. Alat tulis yang digunakan untuk mencatat hasil pengukuran.

J. Cara Kerja Penelitian

1. Cara pengukuran intensitas penerangan :

a. Menentukan titik pengukuran, yaitu pada ruang kerja tiap tenaga kerja.

1 Meter

1 Meter

1 Meter

1 Meter 1 Meter 1 Meter

Gambar 3. Denah Titik Pengukuran Intesitas Penerangan

1 2 3

4 5 6

7 8 9


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Pengukuran dilakukan di atas meja.

c. Lux meter yang telah dikalibrasi dihidupkan dengan menekan tombol power dan membuka penutup sensor.

d. Alat dibawa ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan. e. Alat diletakkan di atas meja kerja dengan sensor menghadap ke atas. f. Hasil pengukuran pada layar monitor dibaca 1-2 menit sehingga didapat

nilai angka yang stabil, kemudian tombol Hold ditekan. g. Hasil pengukuran dicatat pada lembar hasil pencatatan. h. Luxmeter dimatikan.

i. Kemudian melakukan pengukuran pada titik pengukuran ke-2, 3, dan 4 dengan cara yang sama seperti pengukuran pada titik pengukuran pertama.

j. Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar penerangan di ruangan kerja menurut Kepmenkes No. 1405 tahun 2002 dan PMP No. 07 Tahun 1064.

2. Cara pengukuran lama paparan cahaya layar monitor a. Siapkan alat dan pastikan angka menunjuk angka nol.

b. Nyalakan stopwatch sesuai dengan waktu pekerja mulai melakukan pekerjaan.

c. Bila tenaga kerja hendak istirahat maka tekan tombol pause untuk menghentikan waktu sementara.


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. Apabila waktu kerja telah habis maka matikan stopwatch. f. Catat waktu yang ditunjukkan pada stopwatch.

3. Memberikan kuesioner kelelahan mata pada tenaga kerja :

a. Kuesioner serta alat tulis diberikan pada tenaga kerja selesai bekerja. b. Memberikan penjelasan atau pengarahan tentang jawaban kuesioner. c. Tiap pertanyaan terdapat 4 jawaban yaitu sangat sering, sering, jarang,

tidak pernah.

d. Setelah tenaga kerja selesai mengisi kuesioner, kuesioner dikumpulkan. e. Tiap kuesioner dijumlah skor nya berdasarkan jawaban yang dipilih oleh

tiap tenaga kerja.

f. Jumlah skor dari masing-masing kuesioner merupakan besarnya nilai kelelahan mata yang dialami tiap tenaga kerja.

g. Data yang diperoleh, dirangkum pada lembar daftar skor kelelahan mata. h. Kriteria penilaian untuk kelelahan mata adalah sebagai berikut :

1) Untuk jawaban sangat sering diberikan nilai : 4 2) Untuk jawaban sering diberikan nilai : 3 3) Untuk jawaban jarang diberikan nilai : 2 4) Untuk jawaban tidak pernah diberikan nilai : 1 5) Bila tidak ada jawaban diberikan nilai : 0

Setelah didapatkan hasil, maka nilai-nilai yang didapatkan tersebut dijumlahkan untuk kemudian digunakan sebagai nilai atau skor kelelahan mata. Nilai ini dibandingkan dengan teori dari Departemen Tenaga Kerja Pusat Hiperkes dan KK Semarang, Proyek Pengembangan 36


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hygiene dan KK Tahun 1995 bahwa tingkat kelelahan mata seseorang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Kelelahan Mata Berdasarkan Total Skor Individu

Tingkat Kelelahan Mata

Total Skor Individu

Klasifikasi

Kelelahan Tindakan Perbaikan

1 0 – 32 Rendah Belum diperlukan adanya

tindakan perbaikan

2 33 – 64 Sedang Mungkin diperlukan tindakan dikemudian hari 3 65 – 96 Tinggi Diperlukan tindakan

segera

4 97 - 128 Sangat Tinggi Diperlukan tindakan menyeluruh sesegera mungkin

Sumber : Departemen Tenaga Kerja Pusat Hiperkes dan KK Semarang, Proyek Pengembangan Hygiene dan KK, 1995

K.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik Correlation Person Product Moment untuk mengetahui tingkat signifikansi dari data yang diambil. Uji tersebut dilakukan secara terpisah untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk lebih meningkatkan kebenaran dari data yang telah diuji maka data tersebut diuji kembali dengan menggunakan uji Regresi Linier Ganda yang bertujuan untuk mendapatkan rumus perhitungan secara manual untuk nilai yang berbeda. Uji tersebut dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0. Dalam penelitian ini ditetapkan tingkat signifikan 95% yaitu :


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Jika p value≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan. 2. Jika p value > 0,01 tetapi ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Sumardiyono, 2010).


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV HASIL

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tempat-tempat kerja yang menyediakan jasa pengetikan menggunakan komputer di area Kelurahan X, dimulai dari bulan Oktober 2010 kepada tenaga kerja operator komputer. Tahapan proses kerja yang dilakukan oleh pekerja komputer adalah dimulai dengan menyalakan komputer hingga melakukan pekerjaannya dengan keadaan mata fokus ke layar monitor dalam waktu yang cukup lama hingga selesai melakukan pekerjaannya.

Pengetikan merupakan sebuah kegiatan memasukkan kata-kata yang diketik menggunakan perangkat keras komputer berupa keyboard untuk selanjutnya diteruskan ke layar monitor komputer. Pekerjaan pengetikan sangat memerlukan ketelitian untuk kelancaran proses produksinya sehingga membutuhkan penerangan yang baik. Sumber penerangan yang digunakan berasal dari penerangan matahari dan lampu.

Keadaan lingkungan tempat kerja yang tidak cukup luas rata-rata hanya seluas 9 m2 dengan desain tempat kerja yang ditata apa adanya. Bahkan ada tempat kerja yang berada di samping jalan raya sehingga menyebabkan kondisi tempat kerja bising dan panas.


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B.Karakteristik Subjek Penelitian

Dari seluruh responden didapatkan hasil bahwa rata–rata usia responden adalah 28 tahun, sedangkan paling banyak berusia 27 tahun. Usia termuda adalah 20 tahun dan tertua 45 tahun. Rata–rata lama bekerja responden adalah 10 jam, sedangkan paling sedikit 5 jam, dan paling lama 15 jam. Pada waktu pengambilan data responden yang menyatakan kondisi tubuhnya sehat sebanyak 28 responden (93,33%) dan yang menyatakan tidak dalam keadaan sehat 2 responden (6,67%).

1. Umur

Hasil wawancara terhadap 30 tenaga kerja pekerja komputer di Kelurahan X maka didapatkan sebaran umur, sebagai berikut:

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentase (%)

20-25 4 13

26-30 12 40

31-35 9 30

36-45 5 17

Total

Rata-rata

30

28,3 Tahun

100

Sumber : Hasil pendataan, 2011

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata umur subjek penelitian pada penelitian ini adalah 28,3 tahun dengan umur minimal subjek penelitian adalah 20 tahun dan umur maksimal subjek penelitian adalah 45 tahun.


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Lama Kerja

Hasil wawancara terhadap 30 tenaga kerja pekerja komputer di Kelurahan X maka didapatkan sebaran lama kerja, sebagai berikut :

Tabel 7. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Kerja Masa Kerja (jam) Frekuensi Persentase (%)

0 - 5 4 13

6 - 10 16 53

11 - 15 10 34

Total

Rata-rata

30

10 Jam

100

Sumber : Hail pendataan, 2011

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata masa kerja subjek penelitian pada penelitian ini adalah 10 jam dengan masa kerja minimal subjek penelitian adalah 5 jam dan masa kerja maksimal subjek penelitian adalah 15 jam.

3. Jenis Kelamin

Hasil wawancara terhadap 30 tenaga kerja pekerja komputer di Kelurahan X diperoleh bahwa semua tenaga operator berjenis kelamin laki - laki.

4. Sakit Mata

Hasil wawancara terhadap 30 tenaga kerja pekerja komputer di Kelurahan X diperoleh bahwa tidak ada tenaga kerja yang mengalami sakit mata, atau memakai kacamata.


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C.Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran rata-rata intensitas penerangan, lama paparan dan kelelahan mata pada tempat kerja pekerja komputer di Kelurahan X, adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Hasil Pengukuran Intensitas Penerangan, Lama Paparan Cahaya Monitor

dan Kelelahan Mata Pekerja Komputer di Kelurahan X.

Sampel Intensitas Penerangan (Lux) Lama Paparan (Jam) Kelelahan Mata

1 84 7 82

2 65 12 95

3 88 8 86

4 91 5 70

5 82 9 87

6 70 11 92

7 70 8 97

8 89 5 72

9 81 8 80

10 68 10 92

11 70 10 94

12 82 9 85

13 90 5 73

14 65 15 96

15 88 10 88

16 90 10 86

17 95 12 84

18 98 10 81

19 112 7 73

20 230 5 62

21 90 11 87

22 102 10 77

23 92 9 85

24 88 9 87

25 180 8 75

26 100 11 84

27 92 11 88

28 96 12 87

29 80 12 90

30 Rata-rata 84 165 13 10 92 85,8

Sumber : Hasil pendataan, 2011


(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Hasil rata-rata untuk pengukuran intensitas penerangan menggunakan alat Lux Meter di semua lokasi sampel adalah sebesar 165 Lux.

2. Hasil rata-rata untuk pengukuran lama paparan cahaya layar monitor menggunakan alat stopwatch di semua sampel adalah 10 jam per hari. 3. Hasil rata-rata skor untuk pengukuran kelelahan mata menggunakan

kuesioner kelelahan mata semua sampel adalah 85,8.

D.Uji Hubungan Intensitas Penerangan dan Lama Paparan Cahaya Layar Monitor dengan Kelelahan Mata

Langkah pertama adalah menguji data yang diambil dengan menggunakan uji statistik Correlation Person Product Moment. Untuk uji ini dilakukan secara terpisah antara masing-masing variabel bebas dan variabel terikat. Hasil uji statistik yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Hubungan intensitas penerangan dengan kelelahan mata diperoleh nilai r -0.710, dibaca pada nilai person correlation. Sifat korelasi pada nilai r yang negatif artinya bahwa setiap penurunan intensitas penerangan diikuti dengan peningkatan kelelahan mata atau sebaliknya. Nilai koefisien korelasinya terdapat tanda bintang (*), seperti pada nilai diatas dimana person correlation = -0.710**, hal ini menunjukkan bahwa hasil pengujian bermakna atau signifikan. Dari nilai p value pada nilai Sig 2 (tailed) didapatkan nilai 0,000 < 0,01 yang berarti sangat signifikan (lampiran 2).


(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Hubungan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata diperoleh nilai r 0.761, dibaca pada nilai person correlation. Sifat korelasi pada nilai r yang positif artinya bahwa setiap peningkatan lama paparan diikuti dengan peningkatan kelelahan mata atau sebaliknya. Nilai koefisien korelasinya terdapat tanda bintang (*), seperti pada nilai diatas dimana person correlation = -0.761**, hal ini menunjukkan bahwa hasil pengujian bermakna atau signifikan. Dari nilai p value pada nilai Sig 2 (tailed) didapatkan nilai 0,000 < 0,01 yang berarti sangat signifikan (lampiran 3).

Dari hasil pengukuran intensitas penerangan, pengukuran lama paparan dan kuesioner kelelahan mata operator komputer di Kelurahan X, kemudian dilakukan uji statistik dengan metode Regresi Linier Ganda melalui program SPSS versi 16.0, diperoleh hasil hubungan intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata didapatkan nilai p value (signifikansi) besarnya 0,000 (Lampiran 4). Diketahui rumus garis regresilinier dengan nilai koefisien regresi dari nilai B, untuk konstanta adalah sebesar 77.805, untuk nilai intensitas penerangan sebesar -0.122 dan untuk nilai konstanta lama paparan adalah 1.904. Dengan demikian dapat diperoleh rumus garis regresi linier yang didapatkan adalah :

Y = a + b (X1) + c (X2)

Dimana : Y = Kelelahan mata

a = Nilai koefisien regresi sebesar 77,805

b = Nilai koefisien intensitas penerangan sebesar –0,122


(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c = Nilai koefisien Lama Paparan Cahaya Layar Monitor sebesar 1,904

X1 = Intensitas Penerangan

X2= Lama Paparan Cahaya Layar Monitor

Apabila dari semua nilai tersebut dimasukkan ke dalam rumus yang telah di tentukan tersebut maka akan menjadi :

Y = a + b (X1) + c (X2)

Y = 77,805 – 0,122 (X1) + 1,904 (X2) atau

Y = 77,805 – 0,122 (Intensitas Penerangan) + 1,904 (Lama Paparan) 45


(57)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V PEMBAHASAN

A.Analisa Univariat

Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa analisis univariat pekerja yang meliputi :

1. Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini subjek penelitian yang dipakai adalah yang berjenis kelamin sama yaitu laki-laki, dimaksudkan untuk memperoleh karakteristik responden yang sama.

2. Umur

Seluruh populasi atau subjek penelitian yang dipakai sebagai sampel dalam penelitian ini berusia antara 20-45 tahun. Rata-rata umur subjek penelitian adalah 26-30 tahun.

Berdasarkan teori yang ada, seseorang dikatakan mempunyai kondisi kesehatan mata normal pada usia 20-45 tahun, sedangkan pada usia 45-50 tahun daya akomodasi mata akan menurun atau dengan kata lain kondisi kesehatan mata akan menurun (Ilyas, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian subjek penelitian yang dipakai adalah yang berusia antara 26-30 tahun sehingga kondisi mata subjek penelitian dapat dinyatakan masih dalam keadaan normal untuk melakukan pekerjaan pengetikan dalam intensitas penerangan yang cukup dan lama paparan yang cukup pula.


(58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Lama Kerja

Dalam penelitian ini lama paparan yang diterima oleh tenaga kerja adalah selama 5–15 jam. Sedangkan rata-rata lama paparan yang diterima tenaga kerja adalah selama 6-10 jam. Kelelahan mata yang diakibatkan oleh penggunaan komputer dalam waktu yang lama atau Computer Vision Sindrome akan muncul setelah 4 jam atau lebih terpapar cahaya layar monitor. Semakin lama paparan maka akan menimbulkan dampak bagi kesehatan mata seperti mata lelah, sakit kepala, pandangan kabur, mata kering, mata terasa pegal, mata terasa terbakr, mata menjadi sensitif terhadap cahaya, pandangan ganda, sakit pad leher dan punggung, keluhan pusing, mual dan muntah. (Miller, 2004).

4. Kondisi Kesehatan Mata

Dalam penelitian ini peneliti mengambil subjek yang tidak mengalami gangguan kesehatan pada mata seperti subjek yang diambil tidak menggunakan kacamata. Kacamata digunakan apabila mata seseorang mengalami kelainan daya akomodasi. Sehingga cahaya yang masuk ke mata tidak dapat tepat jatuh di retina. Dengan demikian jelas akan mempengaruhi kemampuan mata untuk bekerja secara maksimal. Dari hasil penelitian semua pekerja komputer tidak menggunakan kacamata/ mengalami penyakit mata lainnya.


(59)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B.Analisa Multivariat

Pekerjaan pengetikan merupakan jenis pekerjaan yang membedakan yang teliti dari barang kecil dan halus, seperti pemeriksaan mesin yang teliti, menulis, membaca, dan lain-lain yang membutuhkan intensitas penerangan minimal sebesar 300 Lux menurut PMP No. 07 Tahun 1964 dan Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002 pekerjaan pengetikan termasuk jenis pekerjaan rutin yang membutuhkan minimal 300 Lux agar tidak menimbulkan penyakit akibat kerja.

Intensitas penerangan di tempat kerja pekerja komputer di Kelurahan X kurang dari standar yaitu sebesar 165 Lux. Intensitas penerangan ini berasal dari cahaya matahari dan lampu. Nilai tersebut jelas sangat jauh dari standar aman batas intensitas penerangan minimal yang telah ditentukan. Bila hal tersebut tidak segera di tangani maka dapat membahayakan kesehatan, khususnya kesehatan mata.

Dari data pengukuran terlihat bahwa semua responden menggunakan intensitas penerangan kurang dari 300 Lux. Dari ke 30 responden seluruhnya mengalami kelelahan mata. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas penerangan yang kurang di area kerja jasa pengetikan dengan intensitas penerangan kurang dari 300 Lux, bisa menyebabkan terjadinya kelelahan mata.

Sesuai dengan teori, gejala kelelahan mata akan muncul setelah pekerja bekerja dengan komputer selama 4 jam. Hasil yang diperoleh untuk responden dengan lama paparan lebih dari 4 jam adalah sebanyak 30 orang. Dan seluruhnya mengalami keluhan kelelahan mata setelah bekerja. Hal ini 48


(60)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menunjukkan bahwa bekerja dengan komputer dalam waktu melebihi 4 jam waktu paparan dengan komputer dapat menyebabkan kelelahan mata.

Untuk tingkat kelelahan mata didapatkan rata-rata nilai dari skor kuesioner sebesar 85,8. Nilai ini dibandingkan dengan teori dari Departemen Tenaga Kerja Pusat Hiperkes dan KK Semarang, Proyek Pengembangan Hygiene dan KK Tahun 1995, bahwa nilai skor kelelahan mata sebesar 85,8 dapat diklasifikasikan masuk ke dalam tingkat kelelahan ke tiga dengan jenis klasifikasi kelelahan yaitu tinggi dan diperlukan tindakan segera untuk mencegah kemungkinan dampak yang lebih besar lagi di kemudian hari.

Untuk mengetahui hubungan intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata tersebut, signifikan atau tidak signifikan, maka dilakukan uji korelasi dengan menggunakan uji statistik correlation pearson product moment didapatkan nilai p value untuk intensitas peneranganadalah p = 0,000 dan untuk lama paparan cahaya layar monitor p = 0,000, sehingga p < 0,01 yang berarti sangat signifikan, maka dapat dikatakan ada hubungan antara intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata. Hal ini dapat dilihat pula dengan menggunakan curva garis linier untuk masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat dapat ditarik garis lurus yang sudut kemiringannya mendekati 45°. Ini berarti hubungan antara intensitas penerangan dengan kelelahan mata signifikan begitu pula untuk hubungan antara lama paparan cahaya layar


(61)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Untuk memperoleh rumus menghitung hubungan intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata maka dapat digunakan uji Regresi Linier Ganda. Dari hasil uji statistik ini didapatkan nilai p (signifikansi) untuk intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor besarnya 0.000 dengan demikian p < 0.01, maka Ho ditolak (Ho = Rumus regresi tidak dapat digunakan sebagai prediksi hubungan intensitas penerangan dengan kelelahan mata, sehingga rumus regresi dapat digunakan untuk memprediksi hubungan intensitas penerangan dengan kelelahan mata.

Diketahui rumus garis regresi linier dengan nilai koefisien regresi dari nilai B, untuk konstanta adalah sebesar 77.805, untuk nilai intensitas penerangan sebesar -0.122 dan untuk lama paparan cahaya layar monitor sebesar 1.904. Dengan demikian dapat diperoleh rumus garis regresi linier untuk hubungan intensitas penerangan dengan kelelahan mata adalah :

Y = 77,805 – 0,122 (X1) + 1,904 (X2) atau

Y = 77,805 – 0,122 (Intensitas Penerangan) + 1,904 (Lama Paparan) Contoh soal untuk penerapan rumus tersebut adalah sebagai berikut : Diketahui nilai pengukuran intensitas penerangan disuatu tempat kerja adalah sebesar 130 Lux, lama paparan yang diterima pekerja adalah selama 13 jam, maka nilai tingkat kelelahan mata yang dialami oleh pekerja tersebut adalah?

Jawab : Intensitas penerangan (X1) = 130 Lux

Lama paparan cahaya layar monitor (X2) = 13 jam


(62)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Y = 77,805 – 0,122 (X1) + 1,904 (X2) Y = 77,805 – 0,122 (130) + 1,904 (13)

77.805 – 15.86 + 24.752 Y = 86.697

Jadi nilai tingkat kelelahan mata yang dialami pekerja adalah 86.697. Dengan demikian hipotesa mengatakan bahwa ada hubungan intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata pekerja komputer di Kelurahan X adalah dapat diterima.


(1)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

B.

Analisa Multivariat

Pekerjaan pengetikan merupakan jenis pekerjaan yang membedakan

yang teliti dari barang kecil dan halus, seperti pemeriksaan mesin yang teliti,

menulis, membaca, dan lain-lain yang membutuhkan intensitas penerangan

minimal sebesar 300 Lux menurut PMP No. 07 Tahun 1964 dan Kepmenkes

No. 1405 Tahun 2002 pekerjaan pengetikan termasuk jenis pekerjaan rutin

yang membutuhkan minimal 300 Lux agar tidak menimbulkan penyakit akibat

kerja.

Intensitas penerangan di tempat kerja pekerja komputer di Kelurahan

X kurang dari standar yaitu sebesar 165 Lux. Intensitas penerangan ini berasal

dari cahaya matahari dan lampu. Nilai tersebut jelas sangat jauh dari standar

aman batas intensitas penerangan minimal yang telah ditentukan. Bila hal

tersebut tidak segera di tangani maka dapat membahayakan kesehatan,

khususnya kesehatan mata.

Dari data pengukuran terlihat bahwa semua responden menggunakan

intensitas penerangan kurang dari 300 Lux. Dari ke 30 responden seluruhnya

mengalami kelelahan mata. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas penerangan

yang kurang di area kerja jasa pengetikan dengan intensitas penerangan kurang

dari 300 Lux, bisa menyebabkan terjadinya kelelahan mata.

Sesuai dengan teori, gejala kelelahan mata akan muncul setelah

pekerja bekerja dengan komputer selama 4 jam. Hasil yang diperoleh untuk

responden dengan lama paparan lebih dari 4 jam adalah sebanyak 30 orang.

Dan seluruhnya mengalami keluhan kelelahan mata setelah bekerja. Hal ini

48


(2)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

menunjukkan bahwa bekerja dengan komputer dalam waktu melebihi 4 jam

waktu paparan dengan komputer dapat menyebabkan kelelahan mata.

Untuk tingkat kelelahan mata didapatkan rata-rata nilai dari skor

kuesioner sebesar 85,8. Nilai ini dibandingkan dengan teori dari Departemen

Tenaga Kerja Pusat Hiperkes dan KK Semarang, Proyek Pengembangan

Hygiene dan KK Tahun 1995, bahwa nilai skor kelelahan mata sebesar 85,8

dapat diklasifikasikan masuk ke dalam tingkat kelelahan ke tiga dengan jenis

klasifikasi kelelahan yaitu tinggi dan diperlukan tindakan segera untuk

mencegah kemungkinan dampak yang lebih besar lagi di kemudian hari.

Untuk mengetahui hubungan intensitas penerangan dan lama paparan

cahaya layar monitor dengan kelelahan mata tersebut, signifikan atau tidak

signifikan, maka dilakukan uji korelasi dengan menggunakan uji statistik

correlation

pearson product moment

didapatkan nilai p

value

untuk intensitas

penerangan

adalah p = 0,000 dan untuk lama paparan cahaya layar monitor p =

0,000, sehingga p < 0,01 yang berarti sangat signifikan, maka dapat dikatakan

ada hubungan antara intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar

monitor dengan kelelahan mata. Hal ini dapat dilihat pula dengan

menggunakan

curva

garis linier untuk masing-masing variabel bebas dengan

variabel terikat dapat ditarik garis lurus yang sudut kemiringannya mendekati

45°. Ini berarti hubungan antara intensitas penerangan dengan kelelahan mata

signifikan begitu pula untuk hubungan antara lama paparan cahaya layar

monitor dengan kelelahan mata. (Lampiran 5)


(3)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

Untuk

memperoleh

rumus

menghitung

hubungan

intensitas

penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata

maka dapat digunakan uji

Regresi Linier

Ganda. Dari hasil uji statistik ini

didapatkan nilai p (signifikansi) untuk intensitas penerangan dan lama paparan

cahaya layar monitor besarnya 0.000 dengan demikian p < 0.01, maka Ho

ditolak (Ho = Rumus regresi tidak dapat digunakan sebagai prediksi hubungan

intensitas penerangan dengan kelelahan mata, sehingga rumus regresi dapat

digunakan untuk memprediksi hubungan intensitas penerangan dengan

kelelahan mata.

Diketahui rumus garis regresi linier dengan nilai koefisien regresi dari

nilai B, untuk konstanta adalah sebesar 77.805, untuk nilai intensitas

penerangan sebesar -0.122 dan untuk lama paparan cahaya layar monitor

sebesar 1.904. Dengan demikian dapat diperoleh rumus garis regresi linier

untuk hubungan intensitas penerangan dengan kelelahan mata adalah :

Y

= 77,805 – 0,122 (

X

1

) + 1,904 (

X

2

) atau

Y

= 77,805 – 0,122 (Intensitas Penerangan) + 1,904 (Lama Paparan)

Contoh soal untuk penerapan rumus tersebut adalah sebagai berikut :

Diketahui nilai pengukuran intensitas penerangan disuatu tempat kerja

adalah sebesar 130 Lux, lama paparan yang diterima pekerja adalah selama 13

jam, maka nilai tingkat kelelahan mata yang dialami oleh pekerja tersebut

adalah?

Jawab :

Intensitas penerangan (

X

1

) = 130 Lux

Lama paparan cahaya layar monitor (

X

2

) = 13 jam


(4)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

Y

= 77,805 – 0,122 (

X

1

) + 1,904 (

X

2

)

Y

= 77,805 – 0,122 (130) + 1,904 (13)

77.805 – 15.86 + 24.752

Y =

86.697

Jadi nilai tingkat kelelahan mata yang dialami pekerja adalah 86.697.

Dengan demikian hipotesa mengatakan bahwa ada hubungan

intensitas penerangan dan lama paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan

mata pekerja komputer di Kelurahan X adalah dapat diterima.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A.

Simpulan

1.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara intensitas penerangan dan lama paparan

cahaya layar monitor komputer dengan kelelahan mata pekerja komputer di

Kelurahan X.

2.

Nilai rata-rata intensitas penerangan adalah sebesar 165 Lux. Semakin

rendah intensitas penerangan di suatu tempat kerja maka dapat

meningkatkan resiko terjadinya kelelahan mata.

3.

Lama paparan cahaya layar monitor yang diterima pekerja komputer adalah

selama 10 jam. Semakin lama seorang pekerja terkena paparan cahaya layar

monitor maka dapat meningkatkan resiko terjadinya kelelahan mata.

4.

Nilai kelelahan mata pekerja komputer di Kelurahan X adalah sebesar 85,8.

5.

Rumus regresi linier untuk hubungan intensitas penerangan dan lama

paparan cahaya layar monitor dengan kelelahan mata adalah :

Y

= 77,805 – 0,122 (

X

1

) + 1,904 (

X

2

) atau

Y

= 77,805 – 0,122 (Intensitas penerangan) + 1,904 (Lama paparan)


(6)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

B.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran

sebagai berikut :

1.

Sebaiknya tempat kerja memberikan penambahan penerangan dengan cara

menambah jumlah jendela atau ventilasi, lampu, atau dapat menggunakan

kontras cat dinding yang terang sehingga pekerja merasa nyaman saat

melakukan pekerjaannya serta tidak memerlukan usaha berlebih.

2.

Sebaiknya pihak pengelola lebih memperhatikan jam kerja pekerjanya.

Apabila dimungkinkan maka dapat dilakukan shift kerja atau penambahan

jumlah tenaga kerja sehingga beban kerja berkurang dan pekerjaan akan

cepat selesai. Dengan demikian produktivitas juga akan meningkat.

3.

Untuk penelitian lebih lanjut perlu pengkajian terhadap faktor-faktor lain

yang dapat meningkatkan keluhan kelelahan mata pada pekerja meliputi

olahraga, kondisi psikis, dan sikap kerja.


Dokumen yang terkait

Radiasi Layar Monitor Komputer Pribadi

0 20 17

HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADAPEKERJA SHIFT MALAM BAGIAN DAILY CHECK DI Hubungan Intensitas Penerangan Dengan Kelelahan Mata Pada Pekerja Shift Malam Bagian Daily Check Di PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta Dipo Keret

0 5 15

SKRIPSI HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN DENGAN KELELAHAN Hubungan Intensitas Penerangan Dengan Kelelahan Mata Pada Pekerja Shift Malam Bagian Daily Check Di PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta Dipo Kereta Solo Balapan.

1 8 17

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHANMATA DAN PRODUKTIVITAS PADA PEKERJA Pengaruh Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata dan Produktivitas pada Pekerja Bagian Operator Jahit CV. Maju Abadi Garment Sukoharjo.

0 4 15

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA KARYAWAN DI BAGIAN Pengaruh Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata Karyawan Di Bagian Pengepakan Pt. Air Mancur Karanganyar.

0 3 17

Pengaruh Masa Kerja dan Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata Pada Pekerja Batik Tulis Laweyan Surakarta.

1 1 11

Hubungan Intensitas Cahaya dan Masa Kerja dengan Kelelahan Mata pada Pekerja Las di Perusahaan X.

0 0 12

Hubungan intensitas penerangan dan masa kerja dengan kelelahan mata pada pekerja bagian komputer di PT. X bab6

0 0 2

ABDUL MALIK ROSYIID R.0208057

0 0 52

PEMBERIAN RELAKSASI MATA TERHADAP KELELAHAN MATA PEKERJA YANG TERPAPAR RADIASI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DARI LAYAR KOMPUTER - UNS Institutional Repository

0 0 11