IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI KEMAMPUAN MOTORIK HALUS : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013.

(1)

01/PGPAUD/01/2013

IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI

KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh:

ATIH FATMAWATI 0801496

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

01/PGPAUD/01/2013

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul, “Implementasi Playdough dalam Menstimulasi Kemampuan Motorik Kasar Anak” adalah sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2013 Yang membuat pernyataan,

Atih Fatmawati NIM. 0801496


(3)

01/PGPAUD/01/2013

IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI

KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013)

Oleh Atih Fatmawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

© Atih Fatmawati

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

01/PGPAUD/01/2013

LEMBAR PENGESAHAN

IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI

KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013)

Oleh:

ATIH FATMAWATI 0801496

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Rudiyanto, M.Si NIP. 19740617 199903 1 003

Pembimbing II

Cucu Eliyawati, M.Pd NIP. 19701022 199802 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ocih Setiasih, M,Pd NIP. 196007071986012001


(5)

01/PGPAUD/01/2013

“Allah memberikan ilmu dan kebijaksanaan kepada siapa saja yang

dikehendaki-Nya. Siapa yang memperoleh ilmu dan kebijaksanaan,

maka sungguh mendapatkan kebaikan yang banyak, dan hanya

orang-orang yang berimanlah yang dapat

merasakan nikmat Allah”

(Q.S Al-Baqarah: 260)

“Ketika tangan ini suatu saat nanti mulai lelah menggenggam asa, seandainya pundak ini sudah tak kuasa menahan beban, maka keyakinan hatilah yang akan kujadikan tumpuan. Aku yakin dan aku harus yakin aku pasti bisa, karena menurut kata hatiku, keberhasilan bukanlah suatu kebetulan tapi merupakan suatu hal yang harus kuperjuangkan.

(Mierunique)

Kupersembahkan karya ini

sebagai tanda baktiku kepada Ayah dan Ibu


(6)

IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI

KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013)

Atih Fatmawati 0801496

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan berdasarkan temuan masalah yang berkaitan dengan kemampuan motorik halus anak di Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten. Permasalahan tersebut menuntut perlunya suatu solusi baik berupa pendekatan, metode atau model pembelajaran untuk menanganinya. Pembelajaran yang dikembangkan adalah pembelajaran melalui playdough. Hal tersebut menjadi alasan yang mendasari rumusan masalah, yaitu (1) Bagaimana kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK Artha Kencana sebelum diterapkan playdough?, (2) Bagaimana penerapan playdough dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK Artha Kencana?, (3) Bagaimana kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK Artha Kencana setelah diterapkan playdough?. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai penerapan playdough dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK Artha Kencana.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas pada anak Kelompok A TK Artha Kencana sebanyak 13 orang anak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan pelaksanaan beberapa tahapan diantaranya reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.

Kondisi awal kemampuan motorik halus anak di Kelompok A TK Artha Kencana masih belum terstimulasi secara maksimal, dengan persentase keterampilan dalam kategori sebesar 69%, masih dalam proses 31% dan kategori berkembang baik 0%, namun setelah penerapan playdough, kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan yang cukup baik. Persentase kemampuan motorik halus yang berada dalam kategori belum muncul sebesar 0%, tahap dalam proses sebesar 8% dan berkembang baik sebesar 92%.

Rekomendasi yang diberikan untuk pendidik anak usia dini yaitu playdough ini dapat dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GRAFIK ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Metode Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ... F. Sistematika Penelitian ...

i ii iii vi ix x xi xii 1 1 6 6 7 7 7

BAB II KEMAMPUAN MOTORIK KASAR DAN PLAYDOUGH. ... A. Konsep Perkembangan Motorik ... 1. Pengertian Perkembangan Motorik ... 2. Lingkup Perkembangan Motorik ... 3. Prinsip Perkembangan Motorik ... 4. Pengaruh dan Fungsi Keterampilan Motorik ... 5. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Motorik... 6. Konsep Motorik Halus ...

10 10 10 10 11 14 17 18


(8)

B. Konsep Bermain dan Permainan ... C. Konsep Playdough ... 1. Pengertian Pemainan Dough ... 2. Manfaat Pemainan Dough ... 3. Kelebihan Playdough ... 4. Langkah-langkah Playdough ... D. Penelitian yang Relevan ...

27 32 32 33 34 35 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... B. Desain Penelitian ... C. Metode Penelitian ... D. Penjelasan Istilah ... E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... F. Analisis Data ...

38 38 40 42 47 48 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... A. Hasil Penelitian ... 1. Kondisi Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Artha Kencana Sebelum diterapkan Playdough ... 2. Penerapan Playdough dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Artha Kencana ... a. Proses Penerapan Playdough pada Siklus I ... b. Proses Penerapan Playdough pada Siklus II ... c. Proses Penerapan Playdough pada Siklus III ... d. Proses Penerapan Playdough pada Siklus IV ... 3. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Artha Kencana Setelah diterapkan Playdough ...

58 58 58 65 66 82 97 110 125


(9)

B. Pembahasan ... 1. Kondisi Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Artha Kencana Sebelum diterapkan Playdough ... 2. Penerapan Playdough dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Artha Kencana ... 3. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Artha Kencana Setelah diterapkan Playdough ...

127

127

132

138

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP

140 140 141 143 145


(10)

DAFTAR TABEL

TABEL

2.1 Perkembangan Halus Motorik Anak Usia 3-5 Tahun (CRI) ... 2.2 Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 2-5 Tahun (DAP) ... 3.1 Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan TK Artha Kencana ... 3.2 Daftar Peserta Didik TK Artha Kencana ... 3.3 Kisi-kisi Instrumen ... 3.4 Pedoman Observasi Kemampuan Motorik Halus Anak ... 3.5 Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Permain Dough ... 3.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak ... 4.1 Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Pra Siklus ... 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak Pra Siklus ... 4.3 Persentase Kategori Kemampuan Motorik Halus Anak Pra Siklus ... 4.4 Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus I ... 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus I ... 4.6 Persentase Kategori Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus I ... 4.7 Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus II ... 4.8 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus II ... 4.9 Persentase Kategori Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus II ... 4.10 Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus III ... 4.11 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus III ... 4.12 Persentase Kategori Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus III ... 4.13 Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus IV ... 4.14 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus IV ... 4.15 Persentase Kategori Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus IV ...

21 22 39 39 51 53 54 56 63 63 64 77 77 78 92 93 94 107 108 108 121 121 122


(11)

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK

4.1 Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Pra Siklus ... 4.2 Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus I ... 4.3 Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus II ... 4.4 Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus III ... 4.5 Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus IV ... 4.6 Grafik Keseluruhan Kemampuan Motorik Halus Anak ...

64 78 94 108 122 126


(12)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

A. Lampiran Pra Siklus ... B. Lampiran Siklus I ... C. Lampiran Siklus II ... D. Lampiran Siklus III ... E. Lampiran Siklus IV ... F. Lampiran Surat ...

145 161 182 203 224 246


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling pesat. Pertumbuhan dan perkembangan telah dimulai sejak prenatal, yaitu sejak dalam kandungan. Pembentukan sel syaraf otak, sebagai modal pembentukan kecerdasan, terjadi saat anak dalam kandungan. Setelah lahir tidak terjadi lagi pembentukan sel syaraf otak, tetapi hubungan antar sel syaraf otak (sinap) terus berkembang. Begitu pentingnya usia dini, hingga terdapat beberapa teori yang menyatakan bahwa pada usia empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan 80% pada usia delapan tahun, sehingga anak usia dini memerlukan stimulasi yang tepat melalui pendidikan anak usia dini (Suyanto,2005:7).

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan (Depdiknas, 2007:39).

Aspek-aspek perkembangan anak usia dini yang dikembangkan melalui PAUD meliputi fisik-motorik, intelektual, moral, emosional, sosial, bahasa, dan kreatifitas (Suyanto, 2005:50).


(15)

2

Salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan adalah aspek perkembangan motorik. Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1978:150). Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot besar seperti berjalan, berlari, melompat, dan lain sebagainya, sedangkan motorik halus merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot halus seperti menulis, melipat, menggunting, dan lain sebagainya (Suyanto, 2005:51).

Berbagai kemampuan yang dimiliki anak usia dini dalam menggunakan otot-otot fisiknya baik otot halus maupun otot kasar dapat menimbulkan rasa percaya diri pada anak bahwa anak mampu menguasai kemampuan motorik. Kemampuan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda dalam penyesuaiaan sosial dan pribadi anak, karena kemampuan motorik ini memiliki dua fungsi yaitu membantu anak untuk memperoleh kemandiriannya, dan untuk membantu mendapatkan penerimaan sosial (Syaodih, 2005: 31).

Anak harus mampu mempelajari dan menguasai kemampuan motorik yang memungkinkan anak mampu melakukan segala sesuatu bagi dirinya sendiri untuk mencapai kemandirian. Kemampuan ini meliputi kemampuan makan, memakai baju, mandi, dan merawat diri sendiri, dan untuk mendapatkan penerimaan sosial, anak dituntut untuk mampu melakukan berbagai kemampuan seperti membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah, menguasai keterampilan sekolah seperti menggambar, melukis, menari, meronce atau anak juga mampu melakukan


(16)

3

kemampuan yang berkaitan dengan aktivitas bermain bola, memanjat atau melempar (Syaodih, 2005:31).

Berbagai kemampuan motorik di atas, selayaknya dikuasai anak pada masa kanak-kanak, karena pada diri anak akan terbentuk rasa percaya diri, memilki sifat mandiri dan mendapatkan penerimaan dari teman-teman sebayanya, sebaliknya bila anak tidak mampu menguasai kemampuan motorik tersebut, anak cenderung akan merasa putus asa, tidak percaya diri, merasa diri tidak bisa melakukan apa-apa yang pada akhirnya dapat membentuk penyesuaiaan sosial dan pribadi yang buruk (Syaodih, 2005:31-32).

Pernyataan di atas memperkuat asumsi bahwa anak perlu mendapatkan kesempatan untuk menggunaan kemampuan motoriknya. Tantangan bagi guru atau pendidik adalah menciptakaan kondisi pembelajaran yang kondusif bagi proses perkembangan kemampuan motorik anak. Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik atau guru untuk meningkatkan kemampuan motorik anak adalah melalui kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan yang menyenangkan dan dinyatakan sebagai wahana belajar bagi anak adalah bermain (Direktorat PAUD, 2006:5).

Bermain merupakan wahana belajar bagi anak, karena selain merupakan kegiatan yang menyenangkan, melalui bermain anak juga dapat mengungkapkan gagasan-gagasan secara bebas dalam hubungannya dengan lingkungan. Kegiatan bermain dapat memberikan kesempatan pada anak-anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan pada sistem motorik halusnya, serta kesempatan dalam merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu hal dengan


(17)

4

cara-cara baru, namun untuk mencapai tujuan tersebut (meningkatkan kemampuan motorik halus), dibutuhkan intensitas permainan yang baik dan berkualitas. Senada dengan pernyataan tersebut, dalam pasal 31 konferesi hak-hak anak dinyatakan bahwa bermain bagi anak merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode perkembangan yang meliputi dunia fisik, sosial, dan sistem komunikasi (Tedjasaputra, 2001: 16).

Sugianto (Kurniati, 2008: 11) menyatakan bahwa bermain adalah kegiatan yang terjadi secara ilmiah pada anak dan juga membantu anak-anak untuk memahami dan mengungkapkan dunianya baik dalam taraf berpikir maupun perasaan. Selain itu, salah satu fungsi bermain yang diuraikan oleh Kamtini dan Tanjung adalah nilai fisik dan kesehatan. Melalui bermain anak dapat melatih mengembangkan otot-otot dan bagian tubuh lainnya yang akan menyehatkan diri anak. Bermain juga dapat meningkatkan motorik kasar dan motorik halus anak.

Salah satu aktivitas permainan yang diasumsikan dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak adalah permainan dengan menggunakan dough atau yang dikenal dengan istilah playdough. Aktivitas playdough dapat memberikan kesenangan anak pada anak terutama ketika anak membentuk kombinasi yang baru dengan alat permainannya. Aktivitas playdough juga tidak akan membuat anak menjadi malas, karena anak akan terus menerus menggunakan daya imajinasinya untuk membuat bentuk-bentuk yang baru dan unik, selain itu, aktivitas playdough ini memerlukan kelenturan dan keterkaitan motorik halus anak dalam pelaksanaannya. Aktivitas playdough ini sangat


(18)

5

sederhana dan tidak mahal, karena media aktivitas ini dapat dibuat sendiri dari bahan yang sederhana, ekonomis, dan mudah didapat.

Anak usia dini pada dasarnya memiliki potensi kemampuan motorik halus, namun dalam tingkatan yang bervariasi, seperti halnya yang dialami oleh anak dikelas A Taman Kanak-kanak (TK) Artha Kencana Kota Serang Banten tahun ajaran 2012-2013. Setelah dilakukan observasi, kemampuan motorik halus anak di kelas A tersebut cenderung masih belum terstimulasi secara optimal, hal ini ditandai sebagian besar anak yang belum mampu melakukan gerakan motorik halus seperti mempergunakan kedua tangan untuk mengerjakan tugas, memegang benda dengan satu tangan dan menggunakan gunting untuk memotong bentuk-bentuk sederhana, melipat sederhana, meremas, mencetak, memilin, dan kegiatan yang memerlukan kemampuan motorik halus lainnya, sehingga peneliti bermaksud melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk membantu guru atau pendidik di kelas A TK Artha Kencana untuk mengatasi permasalahan terkait kemampuan motorik halus anak tersebut melalui kegiatan yang menyenangkan.

Upaya yang akan dilakukan peneliti dan pendidik dalam mengatasi permasalahan terkait motorik halus anak tersebut yaitu melalui aktivitas playdough, karena selama ini aktivitas playdough cenderung jarang dilaksanakan dan merupakan alternatif pembelajaran yang relatif baru di TK A Artha Kencana, selain itu aktivitas playdough ini diasumsikan dapat menstimulasi kemampuan motorik halus anak.


(19)

6

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini memfokuskan kajian dengan judul Implementasi Playdough dalam Menstimulasi Kemampuan Motorik Halus Anak”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana sebelum diterapkan playdough?

2. Bagaimana penerapan playdough dalam meningkatkan motorik halus anak di TK A Artha Kencana?

3. Bagaimana kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana setelah diterapkan playdough?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana sebelum diterapkan playdough.

2. Mengetahui penerapan playdough dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana.

3. Mengetahui kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana setelah diterapkan playdough.


(20)

7

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Anak

Membantu anak dalam meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan yang menyenangkan.

2. Bagi Guru

Sebagai masukan dan gambaran mengenai pelaksanaan playdough untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

3. Bagi Sekolah

Sebagai rujukan dalam pengembangan atau penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang terhadap pelaksanaan playdough dalam meningkatkan kemampuan motorik halus peserta didik.

F. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi

Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima BAB yang rangkuman pembahasannya adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan stuktur penulisan.


(21)

8

2. Bab II Landasan Teori

Bab ini membahas tentang konsep kemampuan motorik halus anak yang terdiri dari definisi motorik halus, perkembangan motorik halus, tahapan/karakteristik perkembangan motorik halus anak, pengembangan motorik halus anak, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak, sedangkan untuk konsep playdough terdiri dari pengertian playdough, langkah-langkah pembuatan dough, alat-alat playdough, manfaat playdough, dan kelebihan playdough.

3. Bab III Metode Penelitian

Bab ini membahas tentang metode penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian, yakni metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari metode penelitian yang digunakan, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dsan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai pembahasan dan penjabaran tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada pada rumusan masalah, yang di dapatkan dari penelitian yang dilakukan penulis selama berada di tempat penelitian.


(22)

9

5. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, serta rekomendasi yang bermanfaat bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis.


(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah kelompok A TK Artha Kencana, yang beralamat di Jalan Karya Bakti II, Kelurahan Sumur Pecung, Kecamatan Serang, Kabupaten Serang, Propinsi Banten. Secara garis besar profil singkat mengenai TK Artha Kencana antara lain sebagai berikut:

a. Sejarah Singkat TK Artha Kencana

TK Artha Kencana didirikan pada tahun 1979 atas usulan dari masyarakat sekitar karena di lokasi tersebut belum terdapat arena bermain bagi anak-anak terutama usia dini. TK Artha Kencana di dirikan oleh kantor KPKN dan yang menjadi kepala sekolah pertama adalah Ibu Suharti. Suasana TK Artha Kencana cukup nyaman, asri, kondusif, tenang, dan sudah memiliki fasilitas yang cukup memadai. TK Artha Kencana telah terakreditasi dengan nilai B (Baik) pada tahun tahun 2007.

b. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran di Artha Kencana lebih banyak menggunakan metode pembelajaran klasikal, dan cenderung menekankan pada bidang pengembangan persiapan ke jenjang pendidikan sekolah dasar seperti aktivitas membaca menulis dan berhitung.


(24)

39

c. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidik dan tenaga kependidikan di Artha Kencana antara lain sebagai berikut:

Tabel 3.1

Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

No Nama Pendidikan Jabatan 1 Nurlaela SPd, MM S2 Kepala Sekoah 2 Hj. Ratna Fatimah S.Pd S1 Waki Kepala Sekolah 3 Kulsum S.Pd S1 Guru

4 Mujiati nufus S.Pd S1 Guru 5 Ending aprianita S.Hi S1 Guru 6 Mulyati A.ma D2 Guru 7 Maya sofa SMA Guru

Sumber: Arsip TK Artha Kencana 2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak didik di TK Artha Kencana kelas A yang berjumlah 12 orang yang terdiri dari anak perempuan sebanyak 9 orang, sedangkan jumlah anak laki-laki sebanyak 4 orang. Adapun daftar peserta didik yang menjadi subjek dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

Tabel 3.2

Daftar Peserta Didik Kelompok A TK Artha Kencana

No Nama Anak Jenis Kelamin 1 Ami Perempuan 2 Anir Perempuan 3 Arasyi Laki-laki 4 Desta Laki-laki 5 Girin Laki-laki


(25)

40

6 Hanan Perempuan 7 Haris Laki-laki 8 Lira Perempuan 9 Rannaz Perempuan 10 Tasya Perempuan 11 Tia Perempuan 12 Yuri Perempuan 13 Zalfa Perempuan

Sumber: Arsip TK Artha Kencana

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) model Kemmis dan MC Taggart. Adapun jenis penelitian ini menggunakan PTK partisipan karena dalam penelitian ini peneliti terlibat secara langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai penelitian tersebut berakhir. Sesuai dengan pernyataan Muslihudin (2009: 73), bahwa sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya.

Desain penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis dan Mc Taggart (Asrori, 2007: 68) menyebutkan empat komponen penelitian tindakan kelas dengan model siklus, yaitu perencanaan (planning), tindakan(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflecting). Desain tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut:


(26)

41

Gambar 3.1

Siklus Kemmis dan Mc Taggart Observasi

Observasi Observasi

Identifikasi

Tindakan

Refleksi

Tindakan Refleksi

Tindakan

SIKLUS I

SIKLUS II

SIKLUS III

Perencanaan I

Perencanaan III

Kesimpulan Perencanaan II


(27)

42

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas dasar permasalahan yang muncul di lapangan yaitu kurang terstimulasinya kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten Tahun ajaran 2012/2013. Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana yang dilakukan oleh peneliti, bekerjasama dengan guru, dengan merencanakan dan memilih tindakan dalam upaya mengembangkan kemampuan motorik halus anak secara berkesinambungan sehingga diharapkan dapat mengembangkan pembelajaran yang sudah ada menjadi lebih baik dan kemampuan motorik halus anak pun dapat tercapai dengan optimal.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) model Kemmis dan Mc Taggart. Adapun jenisnya yaitu PTK kolaborasi karena dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru dalam proses penelitian sejak awal sampai penelitian tersebut berakhir. Sesuai dengan pernyataan Muslihudin (2009: 73), bahwa sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya.

Sebuah penelitian tindakan kelas tidak terlepas dari prosedur penelitian yang digunakan sebagai dasar tindakan. Prosedur penelitian tindakan kelas menurut Muslihuddin (2009: 50) adalah sebagai berikut:

“Penelitian tindakan kelas secara berurutan dimulai dengan perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi.Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yang diawali dengan revisi rencana, tindakan, observasi, refleksi.Tahapan terus berulang sampai intervensi yang dilakukan


(28)

43

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan melibatkan pihak sekolah dan peneliti yang nantinya secara kolaboratif menyelesaikan permasalahan yang ada didalam kelas melalui sebuah pembelajaran yang menggunakan playdough. Melalui kolaborasi ini diharapkan dapat menemukan solusi serta melakukan beberapa tindakan secara langsung dengan memanfaatkan lingkungan dan media yang ada, dengan tujuan meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten tahun ajaran 2012/2013.

Prosedur penelitian bertujuan untuk mencapai hasil dan proses yang terstruktur dengan baik. Tahapan-tahapan yang harus dicapai guna pencapaian hasil dan kegiatan proses tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan tahapan awal yang menjadi titik tolak adanya sebuah penelitian.Identifikasi masalah ini lahir dari latar belakang masalah penelitian.Pada tahap pengidentifikasian masalah ini, peneliti berusaha mengidentifikasi permasalahan yang ada pada objek penelitian.Adapun teknik yang digunakan oleh peneliti dalam proses ini adalah observasi langsung ke TK A Artha Kencana Kota Serang, Bantenyang dijadikan tempat penelitian. Hal yang menjadi fokus observasi adalah kemampuan motorik halus anak yang ada diTK A Artha Kencana Kota Serang, Banten serta proses pembelajarannya. Hasil observasi tersebut kemudian dicatat kedalam catatan, secara apa adanya (field note). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis,ditemukan


(29)

44

beberapa anak yang mempunyai kemampuan motorik halus dibawah rata-ratadi TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tindak lanjut dari identifikasi masalah yang dilakukan sebelumnya. Tahapan pengumpulan data ini difokuskan kepada kemampuan motorik halus anak, serta proses pembelajaran yang dilakukan. Adapun data yang diambil adalah cara guru mengajar, permasalahan kemampuan motorik halus anak, media atau sumber belajar yang digunakan, serta kesulitan yang dihadapi guru dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak.

3. Penyusunan Rencana Tindakan

Tahapan penyusunan rencana adalah proses penyusunan strategi yang akan digunakan untuk proses tindakan selanjutnya. Sebuah perencanaan penelitian yang matang akan menghasilkan proses dan tujuan yang terfokus serta hipotesis penelitian yang mempunyai keabsahan data. Penyusunan rencana dilakukan sebagai langkah untuk memperbaiki proses pembelajaran serta hasil dari kegiatan tersebut, yaitu perkembangan motorik halus anak.

4. Proses Pelaksanaan Tindakan

Tahap dari proses pelaksanaan tindakan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana Kota


(30)

45

Serang, Banten dilaksanakan setelah peneliti mengetahui fokus permasalahan. Peneliti dan guru melaksanakan tindakan melalui sebuah aktivitas bermain dengan menggunakan playdough. Pelaksanan tindakan ini bergunadan berperan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak TK A Artha Kencana Kota Serang, dan dilaksanakan dalambeberapa siklus hingga hasil yang diharapkan tercapai.

Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang atau revisi terhadap pelaksanaan siklus sebelumnya untuk melanjutkan ke siklus berikutnya. Setiap siklus dikatakan berhasil apabila ada peningkatan kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai rencana pelaksanaan tindakan pada setiap siklus antara lain:

a. Perencanaan (Planning)

1) Membuat skenario pembelajaran dengan membuat perencanaan tertulis untuk kegiatan pembelajaran yang berupa Satuan Kegiatan Harian (SKH). Adapun perencanaan untuk masing-masing siklus antara lain:

Siklus I : Membuat pohon Keluarga

Siklus II : Membuat miniatur anggota keluarga Siklus III : Membuat bebek mini


(31)

46

2) Mempersiapkan media untuk digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, berupa playdough untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana.

3) Mempersiapkan instrumen, merekam,serta menganalisis data dari hasil proses dan hasil pelaksanaan.

4) Membuat pedoman observasi untuk mengamati proses dan hasil tindakan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan sesuai dengan rencana yang dirancang sebelumnya dan dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Pada saat yang bersamaan, kegiatan ini disertai dengan observasi. Proses pelaksanaan penelitian, dilakukan dengan kegiatan bermain melalui media playdough dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten.

c. Pengamatan

Pengamatan merupakan kegiatan mengamati yang dilakukan oleh pengamat ketika proses berlangsung. Tahap pengamatan dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu kepada instrumen penelitian, dan berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan, disamping itu, proses pengamatan bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak


(32)

47

melalui pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung mulai dari siklus I, siklus II, dan siklus berikutnya yang dapat menghasilkan perubahan yang diinginkan.

d. Refleksi

Proses refleksi merupakan kegiatan mengkaji semua informasi yang diperoleh dari proses penelitian. Kegiatan refleksi dilaksanakan oleh peneliti sebagai guru, untuk mendiskusikan hasil dari kegiatan yang sudah dilakukan. Pada tahap refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang ditemukan dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan penelitian tindakan kelas. Pada umumnya pelaksanaan proses refleksi harus diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam, artinya begitu selesai observasi atau pengamatan, harus langsung diadakan proses refleksi.

D. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut: 1. Motorik Halus

Motorik halus adalah kemampuan anak beraktifitas dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggambar, menyusun balok, dan memasukkan kelereng (Yudha dan Rudiyanto, 2004:


(33)

48

147). Kemampuan motorik halus yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari kemampuan umum, penargetan, memotong dan menempel dan kemampuan menggunakan peralatan grafik yang dikhususkan pada kemampuan meremas, memilin, mencetak, menggunting, memotong dan menempel (Coughlin, 2000:31; Kostelnik,1993:327).

2. Playdough

Playdough yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Einon, D (Novitasari, 2009: 13) yaitu aktivitas permainan dengan menggunakan media dough atau bahan yang lembut, memiliki warna yang bermacam-macam, dan mudah dibentuk dan erlengkapan yang digunakan dalam playdough dalam penelitian ini terdiri dari bahan adonan (dough), gunting plastik, pisau plastik, dan cetakan.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan kegiatan yang dilakukan ketika sebelum melakukan, pada saat proses penelitian berlangsung, serta sesudah penelitian dilakukan. Tujuan pengambilan data adalah untuk mendapatkan informasi mengenai objek yang diteliti.Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini antara lain:


(34)

49

a. Observasi

Observasi atau pengamatan dimaksudkan untuk memperoleh data mengunakan alat indra secara langsung atau suatu teknik yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan berbagai informasi atau data tentang perkembangan dan permasalahan anak. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan teknik observasi terstuktur. Sugiono (2007:167) mengemukakan bahwa observasi terstuktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, serta kapan dan dimana tempatnya.Format penilaian yang dirancang mengunakan alat obsevasi berbentuk rating scale.

Observasi digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang lebih mendalam tentang kemampuan motorik halus anak. Observasi ini dilakukan oleh peneliti sebelum, pada saat penelitian dan sesudah diterapkannya kegiatan belajar dengan playdough guna menstimulasi kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten.

b. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.Studi dokumentasi digunakan karena dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pokok penelitian berupa proses dan hasil yang dicapai dari penerapan kegiatan belajar melalui kegiatan bermain dough untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK A


(35)

50

Artha Kencana Kota Serang, Banten. Studi dokumentasi digunakan untuk mempertegas bagaimana proses pelaksanaan kegiatan playdough pada setiap siklusnya.

2. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 136), instrumen penelitian memiliki pengertian sebagai berikut, yakni:

“Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya pada saat penelitian lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan

sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah”.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan format observasi dengan jenis rating scale, yakni memiliki tingkatan dalam penilaianya, antara lain terdapat tiga tingkatan yaitu: (1) belum dapat melakukan sendiri, (2) mampu melakukan dengan bantuan, (3) mampu melakukan sendiri.

Prosedur pengembangan instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini secara rinci akan dijabarkan sebagai berikut (Margono, 2002: 157):

a. Menganalisis Variabel Penelitian

Peneliti terlebih dahulu mengkaji variabel menjadi sub variabel/dimensi, indikator serta item pernyataan dengan rinci dan jelas sehingga dapat diukur dan menghasilkan data yang diinginkan oleh peneliti. Pembuatan indikator, dalam hal ini indikator kemampuan motorik halus,


(36)

51

peneliti mengunakan teori atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan ilmiah seperti dalam CRI, DAP dan teori lainnya.

b. Menetapkan Jenis Instrumen

Langkah kedua, peneliti menetapkan jenis instrumen penelitian yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam pengumpulan data di lapangan, atau dengan kata lain instrumen tersebut digunakan untuk mengukur variable, sub variabel atau indikator yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan teori. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam bentuk rating scale, dan studi dokumentasi terhadap penerapan playdough untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

c. Menyusun Kisi-kisi Instrumen

Peneliti menyusun kisi-kisi instrumen yang berisi lingkup variabel, sub variabel, indikator, butir item, teknik pengumpulan data dan sumber data. Kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Motorik Halus

No Variabel Indikator Butir Item Teknik Pengumpulan Data Sumber Data

1 Kemampuan Motorik

Halus

Meremas 1, 2 Observasi, Studi Dokumentasi

Anak

Memilin 3, 4 Observasi, Studi Dokumentasi

Anak

Mencetak 5, 6, 7 Observasi, Studi


(37)

52

Dokumentasi Membentuk 8 Observasi,

Studi Dokumentasi

Anak

Menggunting 9, 10 Observasi, Studi Dokumentasi

Anak

Memotong 11 Observasi, Studi Dokumentasi

Anak

Menempel 12 Observasi, Studi Dokumentasi

Anak

2 Playdough Perencanaan 1,2 Observasi, Studi Dokumentasi

Guru

Pelaksanaan 3, 4, 5, 6, 7,8, 9, 10,11,12, 13, 14 Observasi, Studi Dokumentasi Guru

Penilaian 15, 16 Observasi, Studi Dokumentasi

Guru

d. Membuat Instrumen Penelitian

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun pada langkah sebelumnya, peneliti kemudian membuat instrumen penelitian yang terdiri dari item atau pernyataan yang mengacu pada indikator yang telah ditentukan. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam bentuk rating scale.

Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:


(38)

53

Tabel 3.4

Pedoman Observasi Kemampuan Motorik HalusAnak Usia 4-5 Tahun

No Indikator Kategori 1 2 3 1 Anak dapat meremas objek yaitu antara lain

kertas, dough, plastisin, dan tanah liat dengan satu tangan

2 Anak dapat meremas objek yaitu antara lain kertas, dough, plastisin, dan tanah liat dengan dua tangan

3 Anak dapat memilin objek yaitu antara lain dough, plastisin, dan tanah liat dengan satu tangan

4 Anak dapat memilin objek yaitu antara lain dough, plastisin, dan tanah liatdengan dua tangan

5 Anak dapat mencetak objek yaitu antara lain dough, plastisin, dan tanah liat dengan menggunakan alat cetakan

6 Anak dapat mencetak objek yaitu antara lain dough, plastisin, dan tanah liat dengan menggunakan cetakan jari, tangan, dan anggota tubuh lainnya

7 Anak dapat membentuk objek yaitu antara lain dough, plastisin, dan tanah liat sesuai dengan keinginannya

8 Anak dapat menggunting lurus objek yaitu antara lain kertas, kain dan dough menjadi potongan kecil

9 Anak dapat mengunting lengkung objek yaitu antara lain kertas, kain dan dough menjadi potongan kecil

10 Anak dapat memotong objek yaitu antara lain dough, plastisin, dan tanah liat dengan menggunakan pisau


(39)

54

11 Anak dapat menempel suatu bagian objek tertentu yaitu antara lain kertas, kain, atau hiasan

Sumber: Coughlin (2000: 31)

Keterangan:

1 Belum mampu melakukan sendiri 2 Mampu melakukan dengan bantuan 3 Mampu melakukan sendiri

Tabel 3.5

Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Playdough

No Indikator/Aspek Pelaksanaan Ya Tidak 1 Membuat rencana kegiatan harian (RKH)

2 Membuat rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan RKH

3 Mengatur tempat duduk anak sesuai dengan aktivitas yang akan dilakukan

4 Mengajak anak bernyanyi dan bermain tepuk bersama-sama dikaitkan tema dan subtema

5 Menunjukkan gambar-gambar, alat peraga dan sumber belajar terkait tema dan subtema

6 Mengadakan aktivitas tanya jawab, bercakap-cakap, ilustrasi kasus atau bercerita mengenai tema dan subtema.

7 Menginformasikan aktivitas yang akan dilakukan oleh anak baik secara individual ataupun kelompok pada tahap pendalaman dan perluasan tema dan subtema

8 Mengatur tugas yang akan dikerjakan anak

9 Membimbing anak bermain, bekerja dan berkarya baik secara individu maupun kelompok melalui playdough

10 Meminta anak untuk mengumpulkan hasil karyanya 11 Meminta anak untuk menilai hasil karyanya dan

karya temannya

12 Memotivasi anak untuk berkarya lebih baik.

13 Mengadakan tanya jawab tentang aktivitas belajar yang telah dilakukan.

14 Membimbing anak untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.


(40)

55

16 Menilai pencapaian kompetensi anak

e. Judgment Instrumen

Langkah selanjutnya peneliti mengkonsultasikan instrumen yang telah dibuat dengan ahli, dalam hal ini dengan dua dosen yang ahli di bidang pendidikan anak usia dini. Judgment instrumen ini dilakukan untuk merevisi instrumen apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam pembuatannya, misalnya dengan membuang instrumen yang tidak perlu, mengganti item/pernyataan dalam masing-masing indikator, perbaikan isi atau redaksi dan lain sebagainya.

F. Analisis data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengunakan teknik analisis interaktif dengan pendekatan kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984) dan pendekatan kuantitatif dengan perhitungan distribusi frekuensi, penjalasannya antara lain sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan. Reduksi data dimulai dari pembuatan rangkuman dari setiap data dengan tujuan agar mudah dipahami. Keseluruhan rangkuman data yang berupa hasil observasi mengenai penerapan playdough untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten.


(41)

56

2. Pendeskripsian Data

Beberapa macam data penelitian tindakan kelas yang telah direduksi perlu dideskripsikan dengan tertata rapi berupa narasi dan grafik. Data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk deskripsi yang menyeluruh pada setiap aspek peningkatan kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten yang diteliti.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang ditarik pada akhir siklus satu kesimpulan terevisi pada akhir siklus dua dan seterusnya serta kesimpulan terakhir pada siklus terakhir. Adapun cara perhitungan kemampuan motorik halus adalah dengan menggunakan distribusi frekuensi, antara lain sebagai berikut:

Tabel 3.6

Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak

No Kategori Interval Tally F % 1 BM 12 - 19

2 DP 20 - 27 3 BB ≥ 28 Keterangan :

1) Mencari interval

a) Jumlah indikator/item dikalikan dengan nilai tertinggi (keterangan pada pedoman observasi)

12 x 3 = 36

b) Hasil perkalian dikurangi jumlah indikator/item 36 – 12 = 24

c) Hasil pengurangan dibagi dengan jumlah kategori (keterangan pada pedoman observasi)


(42)

57

Berdasarkan perhitungan data di atas maka jumlah interval yang akan ditetapkan pada masing-masing kategori adalah 8. Interval untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut:

Kategori BM = 12-19, DP = 20-27, BB = ≥ 28 2) Menggisi Tally dan Frekuensi (F)

Mengisi kolom tally dan frekuensi berdasarkan hasil skor kemampuan motorik halus yang terdapat pada lampiran.

3) Mencari Persentase

Persentase kemampuan motorik halus anak dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P =

X F

X 100%

Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi X : Jumlah anak


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi playdough dalam menstimulasi kemampuan motorik halus anak di Kelompok A TK Artha Kencana, dapat diuraikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan motorik halus anak di A TK Artha Kencana sebelum penerapan playdough masih belum terstimulasi secara optimal hal ini ditandai dengan belum terlihatnya keterampilan anak dalam aktivitas gerak yang memerlukan kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik halus yang belum terstimulasi diantaranya kemampuan meremas, memilin, mencetak, membentuk, menggunting, memotong dan menempel objek. 2. Playdough yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan motorik

halus anak di Kelompok A TK Artha Kencana dilaksanakan dalam 4 siklus. Adapun prosedur untuk setiap siklusnya yaitu membuat rancangan pembelajaran, melaksanakan kegiatan, melakukan observasi dan terakhir melakukan refleksi. Tema yang digunakan untuk siklus kesatu dan kedua adalah Keluargaku sedangkan untuk siklus ketiga dan keempat adalah Binatang. Observasi pada siklus pertama menggambarkan adanya peningkatan yang cukup baik terkait kemampuan motorik halus anak, begitupun dengan hasil observasi pada siklus kedua, ketiga dan keempat. 3. Kemampuan motorik halus anak setelah diterapkannya playdough


(44)

141

keempat. Kemampuan motorik halus anak yang mengalami peningkatan diantaranya kemampuan meremas, memilin, mencetak, membentuk, memtong dan menempel objek.

4. Kelemahan dan keterbatasan penelitian ini yaitu kurang maksimalnya penyediaan sarana dalam pelaksanaan playdough, pengkondisian kelas yang belum maksimal, dan penelitian ini cenderung terfokus pada kegiatan playdough dan pencapaian kemampuan motorik halus yang hanya dapat distimulasi oleh playdough saja, sehingga kurang memperhatikan kemampuan motorik halus yang lain.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan yang disimpulkan diatas, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan sebagai bahan rekomendasi antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Guru hendaknya dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik halus anak melalui pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan kesempatan bagi anak untuk berpaktrik melalui kegiatan yang menarik, salah satunya melalui playdough.

b. Guru hendaknya dapat mengoptimalkan penerapan playdough dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak, misalnya dengan memaksimalkan media yang akan digunakan dalam penerapan playdough tersebut. Media yang dapat digunakan diantaranya dough


(45)

142

yang beraneka warna, gunting, pisau, cetakan, roller, dan lain sebagainya.

2. Bagi Pengelola Kelompok A TK Artha Kencana

a. Pengelola diharapkan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas bermain anak yang dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik halus anak.

b. Pengelola hendaknya dapat mengikutsertakan pendidik untuk mengikuti pelatihan demi untuk meningkatkan profesionalisme pendidik terutama dalam pemilihan materi, metode, serta media pembelajaran.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara lebih mendalam lagi terhadap penerapan playdough untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

b. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan playdough yang lebih baik lagi dengan memvariasikan jenis kegiatan dan alat permainan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Amung Ma’mun, Yudha. M. Saputra. (2000). Perkembangan Gerak dan Belajar

Gerak. Jakarta: Departemen Pendidikn dan Kebudayaan.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Beaty, J. (1994). Observing Development of The Young Children. New Jersey: Prentice-Hall. Inc.

Coughlin, P. (2000). Menciptakan Kelas yang Berpusat pada Anak. Jakarta: Children Resources International. Inc.

Depdiknas. (2007). Kurikulum TK Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Direktorat PAUD. (2006). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

Hurlock, B.E. (1978). Perkembangan Anak, Edisi keenam Penerjemah Muslidah Zarkasih Jakarta: Erlangga.

Hurlock, B.E. (1980). Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Kostelnik, M.K, Soderman A.K, dan Whiren A.P. (1993). Developmentally

Apropriate Curriculum: Best Practice in Early Childhood Education. New Jersey: Prentice Hall.

Kurniati, Euis. (2008). Konsep Dasar Bermain. Bandung: Depdiknas dan Universitas Pendidikan Indonesia.

Margono, S. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Novitasari, N. (2009). Efektivitas Media Playdough Untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar Materi Gunung Berapi Dalam Mata Pelajaran IPA. Skripsi FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Samsudin. (2005). Pengembangan Motorik di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.


(47)

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: IKAPI.

Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdikbud.

Susilana, R. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Suyanto, Slamet. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Widjono. (2007). Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di


(1)

57

Berdasarkan perhitungan data di atas maka jumlah interval yang akan ditetapkan pada masing-masing kategori adalah 8. Interval untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut:

Kategori BM = 12-19, DP = 20-27, BB = ≥ 28 2) Menggisi Tally dan Frekuensi (F)

Mengisi kolom tally dan frekuensi berdasarkan hasil skor kemampuan motorik halus yang terdapat pada lampiran.

3) Mencari Persentase

Persentase kemampuan motorik halus anak dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = X F

X 100%

Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi X : Jumlah anak


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi playdough dalam menstimulasi kemampuan motorik halus anak di Kelompok A TK Artha Kencana, dapat diuraikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan motorik halus anak di A TK Artha Kencana sebelum penerapan playdough masih belum terstimulasi secara optimal hal ini ditandai dengan belum terlihatnya keterampilan anak dalam aktivitas gerak yang memerlukan kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik halus yang belum terstimulasi diantaranya kemampuan meremas, memilin, mencetak, membentuk, menggunting, memotong dan menempel objek.

2. Playdough yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan motorik

halus anak di Kelompok A TK Artha Kencana dilaksanakan dalam 4 siklus. Adapun prosedur untuk setiap siklusnya yaitu membuat rancangan pembelajaran, melaksanakan kegiatan, melakukan observasi dan terakhir melakukan refleksi. Tema yang digunakan untuk siklus kesatu dan kedua adalah Keluargaku sedangkan untuk siklus ketiga dan keempat adalah Binatang. Observasi pada siklus pertama menggambarkan adanya peningkatan yang cukup baik terkait kemampuan motorik halus anak, begitupun dengan hasil observasi pada siklus kedua, ketiga dan keempat. 3. Kemampuan motorik halus anak setelah diterapkannya playdough


(3)

141

keempat. Kemampuan motorik halus anak yang mengalami peningkatan diantaranya kemampuan meremas, memilin, mencetak, membentuk, memtong dan menempel objek.

4. Kelemahan dan keterbatasan penelitian ini yaitu kurang maksimalnya penyediaan sarana dalam pelaksanaan playdough, pengkondisian kelas yang belum maksimal, dan penelitian ini cenderung terfokus pada kegiatan

playdough dan pencapaian kemampuan motorik halus yang hanya dapat

distimulasi oleh playdough saja, sehingga kurang memperhatikan kemampuan motorik halus yang lain.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan yang disimpulkan diatas, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan sebagai bahan rekomendasi antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Guru hendaknya dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik halus anak melalui pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan kesempatan bagi anak untuk berpaktrik melalui kegiatan yang menarik, salah satunya melalui playdough.

b. Guru hendaknya dapat mengoptimalkan penerapan playdough dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak, misalnya dengan memaksimalkan media yang akan digunakan dalam penerapan


(4)

142

yang beraneka warna, gunting, pisau, cetakan, roller, dan lain sebagainya.

2. Bagi Pengelola Kelompok A TK Artha Kencana

a. Pengelola diharapkan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas bermain anak yang dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik halus anak.

b. Pengelola hendaknya dapat mengikutsertakan pendidik untuk mengikuti pelatihan demi untuk meningkatkan profesionalisme pendidik terutama dalam pemilihan materi, metode, serta media pembelajaran.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara lebih mendalam lagi terhadap penerapan playdough untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

b. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan playdough yang lebih baik lagi dengan memvariasikan jenis kegiatan dan alat permainan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amung Ma’mun, Yudha. M. Saputra. (2000). Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Jakarta: Departemen Pendidikn dan Kebudayaan.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi

V. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Beaty, J. (1994). Observing Development of The Young Children. New Jersey: Prentice-Hall. Inc.

Coughlin, P. (2000). Menciptakan Kelas yang Berpusat pada Anak. Jakarta: Children Resources International. Inc.

Depdiknas. (2007). Kurikulum TK Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Direktorat PAUD. (2006). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

Hurlock, B.E. (1978). Perkembangan Anak, Edisi keenam Penerjemah Muslidah Zarkasih Jakarta: Erlangga.

Hurlock, B.E. (1980). Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Kostelnik, M.K, Soderman A.K, dan Whiren A.P. (1993). Developmentally

Apropriate Curriculum: Best Practice in Early Childhood Education. New

Jersey: Prentice Hall.

Kurniati, Euis. (2008). Konsep Dasar Bermain. Bandung: Depdiknas dan Universitas Pendidikan Indonesia.

Margono, S. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Novitasari, N. (2009). Efektivitas Media Playdough Untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar Materi Gunung Berapi Dalam Mata Pelajaran IPA. Skripsi FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Samsudin. (2005). Pengembangan Motorik di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.


(6)

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: IKAPI.

Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdikbud.

Susilana, R. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Suyanto, Slamet. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Widjono. (2007). Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di


Dokumen yang terkait

Sikap teologis pengurus MUI Kota Serang Banten terhadap agama-agama

0 11 85

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI BERMAIN PLAYDOUGH KELOMPOK A TK PELITA BANGSA Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Bermain Playdough Kelompok A TK Pelita Bangsa Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 14

PENDAHULUAN Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Bermain Playdough Kelompok A TK Pelita Bangsa Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 2 5

PENDAHULUAN Upaya Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Meronce Pada Kelompok A TK Aisyiyah Joton I Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 3 6

P Peningkatan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Bermain Melempar Dan Menangkap Bola Pada Anak Didik Kelompok A Tk Kanisius Sidowayah Kecamatan Klaten Tengah Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 15

PENGARUH BERMAIN PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TK A GONILAN, KARTASURA, Pengaruh Bermain Playdough Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Gonilan, Kartasura, Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011 / 2012.

0 2 16

PENDAHULUAN Pengaruh Bermain Playdough Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Gonilan, Kartasura, Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011 / 2012.

0 2 8

PENGARUH AKTIVITAS RITMIK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TAMAN KANAK-KANAK : Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelompok A TK Artha Kencana Serang Banten. Tahun Pelajaran 2012-2013.

0 2 48

IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI KEMAMPUAN MOTORIK HALUS: Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013.

0 0 41

IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI KEMAMPUAN MOTORIK HALUS : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013.

0 6 57