PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN DIFFERENTIATED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS PADA SISWA SMP.

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN

PENDEKATAN PEMBELAJARAN DIFFERENTIATED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

PADA SISWA SMP

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

oleh

Riska Darmayanti Sudarmat 1005159

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Pengaruh Penggunaan Pendekatan

Pembelajaran

Differentiated Instruction

untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis

pada Siswa SMP

Oleh

Riska Darmayanti Sudarmat

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Riska Darmayanti Sudarmat 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PENGARUH PENGGUNAAN

PENDEKATAN PEMBELAJARAN DIFFERENTIATED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

PADA SISWA SMP

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kabupaten Bandung)

Oleh

Riska Darmayanti Sudarmat 1005159

Disetujui dan Disahkan

Pembimbing 1,

Entit Puspita, S.Pd, M.Si

NIP. 196704081994032002

Pembimbing 2,

Eyus Sudihartinih, M.Pd.

NIP. 198404282009122004

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Dr. Turmudi, M.Ed., M.Sc. NIP. 196101121987031003


(4)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PENGARUH PENGGUNAAN

PENDEKATAN PEMBELAJARAN DIFFERENTIATED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

PADA SISWA SMP

Riska Darmayanti Sudarmat (1005159)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk menelaah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan Differentiated Instruction dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, dan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan Differentiated Instruction. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa pada salah satu SMP di kabupaten Bandung, dengan sampel dipilih dua kelas dari tigabelas kelas. Untuk menelaah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis, dikumpulkan data pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif matematis yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Data tersebut diolah secara statistik dengan pengujian normalitas terlebih dahulu. Pada data pretes, data tidak berdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji Mann-Whitney. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kemampuan awal berpikir kreatif matematis pada kedua kelas tidak berbeda secara signifikan. Adapun, untuk melihat peningkatan yang terjadi, dilakukan uji indeks gain. Kesimpulan yang diperoleh, bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Differentiated Instruction lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Adapun untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan

Differentiated Instruction, diolah angket sikap siswa yang diperoleh dari penelitian yang

dilakukan. Kesimpulan yang diperoleh, siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan Differentiated Instruction.

Kata kunci : Pendekatan Differentiated Instruction, kemampuan berpikir kreatif matematis.


(5)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

This research is the experiments quasi research that aims to examine the difference of increase mathematical creative thinking ability between the students who have learned mathematics using Differentiated Instruction Aprroach and the students who have learned mathematics using conventional learning, and to know student’s attitudes against learning of Differentiated Instruction approach. The population of this research is all students on one junior high school in Bandung district, with samples selected are two classes from thirteen classes. For examining the difference of increase mathematical creative thinking ability, collected pretest and posttest data of mathematical creative thinking ability that obtained from the research has been done. The data processed statistically with normality test first. In prestest data, the data is not normally distribution, so continued with Mann-Whitney test. The result of statistic test shows that the beginning of mathematical creative thinking ability in two classes is not different significantly. As for to know the increase that happened, using the gain index test. The conclusions obtained, that the increase of mathematical creative thinking ability in students who have learned mathematics using Differentiated Instruction Aprroach is higher than the increase of mathematical creative thinking ability in students have learned mathematics using conventional learning. As for to know the student’s attitudes against learning of Differentiated Instruction approach, processed the students attitudes questionnaire that obtained from the research has benn done. The conclusions obtained, students show positive attitudes against mathematic learning with Differentiated Instruction approach.


(6)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK.. ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian...4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Belajar, Pembelajaran, dan Matematika ... 6

B. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran ... 7

C.Pendekatan Differentiated Instruction (DI) ... 8

D.Berpikir Kreatif ... 12

E. Kaitan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pembelajaran Differentiated Instruction (DI) dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa... 14

F.. Definisi Operasional ... 16

G.Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 18

B. Desain Penelitian ... 18

C. Populasi dan Sampel ... 18


(7)

vi

E. Teknik Analisis Data ... 25

F. Prosedur Penelitian ... 31

G. Deskripsi Pembelajaran dengan Pendekatan Differentiated Instruction .... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Kuantitatif ... 37

B. Analisis Data Kualitatif ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN LAMPIRAN A (Intrumen Penelitian) ... 54

LAMPIRAN B (Data Penelitian) ... 76

LAMPIRAN C (RPP dan LKS) ... 109


(8)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan berbagai kemampuan peserta didik seperti yang tercantum dalam pasal 3 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang secara tegas mengungkapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dalam pasal 3 Undang-undang tersebut di atas disebutkan bahwa salah satu kemampuan yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah kemampuan kreatif.

Matematika merupakan mata pelajaran yang ditujukan untuk melatih kemampuan berpikir dan bernalar siswa, menjadikan siswa sebagai pemecah masalah yang baik, kreatif, dapat mengomunikasikan gagasan dan ide-idenya. Prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan dalam pembelajaran matematika, diantaranya adalah pengembangan kemampuan berpikir kreatif. Matematika memiliki fokus-fokus kajian dan “Pengembangan kemampuan berpikir kreatif

merupakan salah satu fokus pembelajaran matematika” (Mahmudi, 2010:1). Dengan belajar matematika, diharapkan terbentuk siswa yang kreatif yang kemudian akan memberikan banyak manfaat bagi bangsa.

Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan yang merangsang siswa untuk menemukan solusi yang beragam dari suatu masalah. Dengan begitu, pengetahuan siswa dapat terus berkembang. Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi matematik atau lebih dikenal dengan High Order Mathematical Thinking (HOMT).

Kemampuan berpikir kreatif siswa harus dilatih dengan diberikan permasalahan-permasalahan menantang yang akan mengembangkan potensi berpikir kreatifnya. Kemampuan berpikir kreatif tidak akan berkembang dengan


(9)

2

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

baik jika siswa selalu diberikan permasalahan-permasalahan yang rutin. Sabandar (Astuti, 2011:1) mengemukakan bahwa dengan memberikan soal-soal atau permasalahan matematika yang sifatnya menantang akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberdayakan keterampilan tingkat tinggi, atau dalam hal ini adalah berpikir kreatif.

Pada kenyataannya masih banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan masalah-masalah rutin. Ruseffendi (Astuti, 2011:4) menyatakan bahwa terdapat anak-anak yang setelah belajar matematika yang sederhana pun banyak yang tidak dipahami, banyak konsep yang dipahami secara keliru. Tentu saja ini akan menjadi kendala bagi pendidik, karena jika permasalahan-permasalahan nonrutin diberikan pada siswa, sedangkan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan rutin saja siswa masih mengalami kesulitan, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik.

Berdasarkan hasil tes PISA (2009) tentang matematika, siswa Indonesia berada pada peringkat 61 dari 65 negara, dimana aspek yang dinilai adalah kemampuan pemecahan masalah, berpikir kreatif, kemampuan penalaran, dan kemampuan komunikasi. Selain itu, penelitian mengenai tingkat kreativitas siswa-siswa Indonesia oleh Jellen dan Urban (Nurhidayati, 2013) menyatakan bahwa tingkat kreativitas siswa-siswa Indonesia menempati urutan terendah setelah Filipina, Amerika, Inggris, Jerman, India, Cina, Kamerun, dan Zulu. Hal ini tentu menjadi tugas guru untuk memperbaikinya.

Setiap metode pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada metode pembelajaran terbaik atas metode pembelajaran yang lain. Karena metode pembelajaran A bisa lebih efektif di kelas X namun tidak efektif dikelas Y. Hal ini dikarenakan perbedaan karakteristik setiap kelas, bahkan terdapat perbedaan karakteristik setiap siswa dalam satu kelas. Untuk menyikapi hal tersebut, maka diperlukan pembelajaran khusus yang dapat memenuhi kebutuhan setiap siswa dalam belajar sesuai potensi atau kelebihannya. Siswa diberikan permasalahan nonrutin untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan tidak mengabaikan perbedaan karakteristik masing-masing siswa.

Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi hal tersebut adalah pembelajaran Differentiated Instruction (DI). Tomlinson (Yuliana,


(10)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2012:16) menyatakan bahwa Differentiated Instruction (DI) adalah cara untuk menyesuaikan instruksi kepada kebutuhan siswa dengan tujuan memaksimalkan potensi masing-masing pembelajar dalam lingkup yang diberikan.

Seperti yang telah diketahui bahwa setiap siswa adalah unik atau memiliki karakteristik yang berbeda, dapat dipastikan di dalam satu kelas terdapat siswa dengan berbagai karakteristik. Karakter yang berbeda tersebut mengindikasikan bahwa siswa memiliki potensi yang berbeda dan harus disikapi dengan cara yang berbeda. Jika disikapi dengan tepat, potensi yang dimiliki akan teroptimalkan yang kemudian diharapkan sampai pada kemampuan berpikir kreatif.

Merujuk pada Munandar (Ramdan, 2010:10), bahwa ada empat komponen berpikir kreatif matematis, yaitu fluency, flexibility, originality, dan elaboration.

Fluency meliputi kemampuan mencetuskan banyak ide. Ide akan muncul dari

potensi yang dimiliki masing-masing siswa. Namun jika potensi siswa tidak disikapi dengan pembelajaran yang tepat, maka potensi itu tidak akan berkembang dengan baik. Dalam kelas yang heterogen yang berarti beragamnya potensi siswa, maka pembelajaran tidak bisa disamakan untuk semua siswa. Dalam hal ini pendekatan pembelajaran Differentiated Instruction diduga dapat mengatasi hal tersebut, sehingga kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan.

Komponen lainnya dalam berpikir kreatif adalah flexibility. Flexibility dicirikan diantaranya dengan kemampuan mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda. Kemampuan ini akan berkembang dengan baik ketika minat siswa diperhatikan dan diberi perlakuan yang sesuai. Karena ketika minat diperhatikan, maka siswa akan belajar dengan nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa bisa bersungguh-sungguh terhadap apa yang sedang dikerjakannya. Dengan itu potensi akan teroptimalkan dan muncullah gagasan-gagasan dalam menemukan alternatif yang berbeda-beda pada setiap siswa.

Begitupun pada komponen berpikir kreatif lainnya yaitu kemampuan

originality dan elaboration. Kemampuan ini akan muncul tatkala potensi siswa

yang beragam diberikan perlakuan yang sesuai, yaitu pembelajaran yang mampu memberi ruang pada siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Pembelajaran yang berbeda pada tiap populasi potensi siswa akan dimungkinkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Differentiated Instruction, karena pada


(11)

4

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendekatan pembelajaran Differentiated Instruction ini, guru memulai pembelajaran dengan memerhatikan kebutuhan individual siswa, bukan terfokus pada apa yang akan guru lakukan, tapi apa yang siswa butuhkan.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, diduga bahwa pendekatan pembelajaran Differentiated Instruction (DI) akan menunjang terhadap berkembangnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Differentiated Instruction (DI) lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

2) Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan

Differentiated Instruction (DI)?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai, yaitu :

1) Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Differentiated Instruction (DI) lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2) Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan Differentiated Instruction (DI).

D. MANFAAT PENELITIAN

1) Bagi Guru

Pendekatan pembelajaran Differentiated Instruction (DI) ini dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan kompetensi siswa SMP, khususnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.


(12)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendekatan pembelajaran Differentiated Instruction (DI) ini dapat menjadi sarana belajar yang efektif dan menyenangkan dalam meningkatkan kompetensi berpikir kreatif matematis siswa.

3) Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide baru untuk penelitian lebih lanjut, sehingga hasil-hasil dari penelitian tersebut semakin berkembang dan dapat memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat serta dapat menjawab kebutuhan di lapangan.


(13)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian digunakan adalah kuasi eksperimen. Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan (Sugiyono, 2013 : 114).

B. DESAIN PENELITIAN

Penelitian yang didesain berbentuk the nonequivalen control grup. Menurut Ruseffendi (2010 : 52), desain penelitian ini melibatkan setidaknya dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok-kelompok ini tidak dipilih secara acak, namun dipilih Kelompok-kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang homogen.

Kelompok eksperimen yang dimaksud adalah kelas yang memperoleh pembelajaran Differentiated Instruction, adapun kelompok kontrol yang dimaksud adalah kelas yang memperoleh pembelajaran konvensional. Sebelum diberikan perlakuan, masing-masing kelas diberikan pretes untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif awal siswa. Setelah diberikan perlakuan, masing-masing kelas diberikan postes yang kemudian dibandingkan dengan pretes yang sebelumnya telah dilakukan.

Adapun desain ekspreimen dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

X

0 Keterangan:

0 = pretes / postes

X = diberi perlakuan dengan pendekatan Differentiated Instruction (DI) = subyek tidak dipilih secara acak

(Ruseffendi, 2010 : 53)


(14)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Kartika XIX-1 Bandung. Dari populasi di atas dan berdasarkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, dipilih dua kelas, yaitu untuk dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang akan diberikan perlakuan atau pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Differentiated Instruction (DI), sedangkan kelas kontrol akan dijadikan sebagai pembanding dan diberikan pembelajaran konvensional.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Untuk mendapatkan data atau untuk melakukan tes formatif pada siswa dan sebagai alat evaluasi kegiatan pembelajaran, maka dibuat instrumen penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Tes

Tes diberikan untuk mengukur atau mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa terhadap materi yang diajarkan. Pada penelitian ini, tes yang digunakan terbagi ke dalam dua macam tes, yaitu:

a. pretest yaitu tes yang diberikan sebelum perlakuan

b. posttest yaitu tes yang diberikan setelah perlakuan

Tipe tes yang akan diberikan berupa tes subyektif (bentuk uraian) karena bentuk uraian cocok untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, dimana setiap soal uraian dirancang agar mampu mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa.

2. Angket

Angket atau quisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2013:199). Angket digunakan untuk mengukur aspek afektif siswa. Angket diberikan setelah seluruh pembelajaran dilakukan atau pada pertemuan terakhir. Angket bertujuan untuk mengetahui kesan siswa dalam pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Differentiated


(15)

20

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk melengkapi informasi yang menunjang penelitian ini, dibuat pedoman observasi sebagai rambu-rambu tertulis yang dipakai untuk mengamati aktivitas dalam pembelajaran sehingga pelaksanaan observasi terarah pada aspek yang direncanakan semula. Observasi kelas dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas, kinerja, partisipasi, dan keterampilan siswa dan guru dalam pembelajaran apakah sudah sesuai dengan pedoman model pembelajaran yang digunakan atau belum. Data ini bersifat relatif, karena dapat dipengaruhi oleh keadaan dan subjektivitas pengamat. Pada penelitian ini, pedoman observasi sendiri di isi oleh observer dan diisi setiap pertemuan saat pembelajaran berlangsung.

Sebelum instrumen tes diberikan terlebih dahulu dilakukan pengujian yang bertujuan agar soal yang diberikan memiliki kualitas yang baik. Berikut ini pengujian yang dilakukan diantaranya.

1. Validitas

Suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya. Jadi, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes (Sari, 2008:1). Menurut Arikunto (Sari, 2008:1-2), untuk menentukan koefisien validitas dapat menggunakan tiga cara, yaitu dengan menggunaan rumus:

a. Korelasi Produk Moment dengan menggunakan simpangan,

dengan:

: koefisien korelasi antara variabel dan variabel

= : simpangan terhadap rata-rata dari setiap data pada kelompok variabel

= : simpangan terhadap rata-rata dari setiap data pada kelompok variabel


(16)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan:

: koefisien korelasi antara variabel dan variabel N : banyak subyek (testi)

= : simpangan terhadap rata-rata dari setiap data pada kelompok variabel

= : simpangan terhadap rata-rata dari setiap data pada kelompok variabel

c. Korelasi Metode Rank (Rank Method Correlation),

dengan:

: koefisien korelasi antara variabel dan variabel d : selisih rank antara dan

N : banyak subyek (testi)

Nilai dalam rumus-rumus diatas diartikan sebagai koefisien validitas, dengan kriteriumnya sebagai berikut:

validitas sangat tinggi; validitas tinggi; validitas sedang; validitas rendah;

validitas sangat rendah; dan tidak valid.

Rumus korelasi produk moment dengan menggunakan simpangan atau menggunakan angka kasar merupakan metode Pearson, sedangkan rumus korelasi metode rank merupakan metode Spearman. Metode Spearman hanya baik dipergunakan untuk mencari korelasi antara data-data yang berjumlah kecil, sedangkan data-data yang berjumlah besar, metode Spearman ini kurang teliti dan sukar dipergunakan. Kekurangtelitiannya antara lain disebabkan oleh kemungkinan adanya range yang tidak sama (terlalu besar dan atau terlalu


(17)

22

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kecil) antara suatu skor dengan skor berikutnya sehingga tidak seimbang dengan peringkatnya. Oleh karena itu, untuk menghitung korelasi data yang jumlahnya banyak seringkali dipergunakan metode lain seperti antara lain metode Pearson (Purwanto, 1994 : 148). Maka, dalam perhitungan alat evaluasi yang dibuat, digunakan metode Pearson yaitu rumus korelasi produk moment dengan menggunakan angka kasar. Rumus ini dapat digunakan tanpa merubah data mentah hasil evaluasi.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat ketetapan suatu instrumen mengukur apa yang harus diukur (Priatna, 2008:15). Hasil evaluasi itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukuran diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Alat evaluasi yang reliabilitasnya tinggi disebut alat evaluasi yang reliabel.

Menurut Priatna (2008:15), ada tiga cara pelaksanaan untuk menguji reliabilitas suatu tes, yaitu: (1) tes tunggal (single test), (2) tes ulang (test

retest), dan (3) tes ekuivalen (alternate test). Rumus yang digunakan untuk

mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Cronbach dan Alpha (Priatna, 2008:19),

= dengan

n = Banyak butir soal

= Jumlah varians skor tiap item = Varians skor total

Kategori koefisien reliabilitas menurut Guilford (Priatna, 2008:16) adalah sebagai berikut:

0,80 < ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 reliabilitas tinggi 0,40 < ≤ 0,60 reliabilitas sedang 0,20 < ≤ 0,40 reliabilitas rendah


(18)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Indeks Kesukaran

Suatu hasil dari alat evaluasi dikatakan baik yang menghasilkan skor yang membentuk distribusi normal. Jika soal tersebut terlalu sukar, maka frekuensi distribusi yang paling banyak terletak pada skor yang rendah, karena sebagian besar mendapat skor yang jelek. Sebaliknya, jika soal yang diberikan terlalu mudah, maka frekuensi distribusi yang paling banyak pada skor yang tinggi, karena sebagian besar siswa mendapat skor baik.

Tingkat kesukaran adalah suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang, dan sukar (Suartini, 2012:1). Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah.

Rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal uraian, yaitu IK =

dengan = rata-rata skor siswa pada suatu soal

SMI = Skor Maksimal Ideal (bobot)

Klasifkasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan adalah sebagai berikut,

0,00 < IK < 0,30 Soal sukar 0,30 < IK < 0,70 Soal sedang

0,70 < IK < 1,00 Soal mudah (Suherman, 1990 : 212) 4. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (Muslim, 2012:3), daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Suatu kelas biasanya terdiri atas tiga kelompok siswa yaitu siswa pandai, rata-rata, dan tidak pandai, sehingga suatu alat evaluasi tidak bagus jika hasilnya baik semua ataupun sebaliknya. Alat evaluasi tersebut haruslah berdistribusi normal.


(19)

24

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Derajat daya pembeda (DP) suatu butir soal dinyatakan dengan indeks diskriminasi yang bernilIai dari 0 sampai 1. Indeks diskriminasi makin mendekati 1,00 berarti daya pembeda soal tersebut makin baik, sebaliknya jika makin mendekati 0,00 berarti daya pembeda soal tersebut makin buruk. Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda dan rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda menurut Karno To (Muslim, 2012:5) adalah:

0%-9% sangat buruk, harus dibuang

10%-19% buruk, sebaiknya dibuang 20%-29% agak baik atau cukup

30%-49% baik

50% ke atas sangat baik

Untuk menentukan daya pembeda dari soal uraian dapat menggunakan rumus berikut,

dengan, = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

= Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

= Jumlah skor maksimum salah satu kelompok pada butir soal yang diolah

Berikut pedoman penskoran kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakan dalam menganalisis tes kemampuan berpikir kreatif matematis.

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Aspek yang

diukur Respon Siswa terhadap Soal/Masalah

Skor

Elaborasi (Elaboration)

Tidak menjawab/memberikan jawaban yang salah 0 Terdapat kekeliruan dalam memperluas situasi tanpa disertai perincian

2 Terdapat kekeliruan dalam memperluas situasi dan disertai perincian kurang detil

4 Memperluas situasi dengan benar dan merincinya kurang detil

8 Memperluas situasi dengan benar dan merincinya secara detil

10 Kelancaran Tidak menjawab/memberikan ide yang tidak 0


(20)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Fluency) relevan untuk pemecahan masalah

Memberikan sebuah ide yang relevan dengan pemecahan masalah tetapi pengungkapannya kurang jelas

8

Memberikan sebuah ide yang relevan dengan pemecahan masalah dan pengungkapannya lengkap serta jelas

10

Memberikan lebih dari satu ide yang relevan

dengan pemecahan masalah tetapi

pengungkapannya kurang jelas

20

Memberikan lebih dari satu ide yang relevan

dengan pemecahan masalah dan

pengungkapannya lengkap serta jelas

25

Keluwesan (flexibility)

Tidak menjawab/memberikan ide yang tidak relevan untuk pemecahan masalah

0 Memberikan jawaban hanya satu cara dan terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah

10

Memberikan jawaban dengan satu cara, proses perhitungan dan hasilnya benar

15 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam) tetapi hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan

18

Memberikan jawaban lebih dari satu cara, proses perhitungan dan hasilnya benar

20 Keaslian

(originality)

Tidak menjawab/memberikan jawaban yang salah 0 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri tetapi dapat dipahami

10 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan sudah terarah tetapi tetapi tidak selesai

20

Memberikan jawaban dengan caranya sendiri tetapi terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah

30

Memberi jawaban dengan cara sendiri dan proses perhitungan serta hasilnya benar

35

(Adaptasi dari Ismaimuza, 2010)

Adapun hasil analisis uji instrumen adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Hasil Analisis Uji Instrumen

No Soal Validitas Reliabilitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda

1 1 Sedang

Tinggi

Mudah Baik

2 2 Tinggi Sedang Sangat Baik

3 3 Tinggi Sedang Sangat Baik


(21)

26

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes, sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil pengisian angket dilengkapi dengan lembar observasi.

1. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi analisis data pretes, analisis data postes, dan analisis data indeks gain. Data hasil tes yang diperoleh dari hasil pengumpulan data selanjutnya dianalisis melalui tahap-tahap berikut.

a. Analisis Data Pretes

Analisis tahap awal ini dilakukan setelah pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak. Tahapan analasis yang dilakukan di antaranya:

1) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan pedoman penskoran yang digunakan.

2) Membuat tabel skor hasil tes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

3) Menentukan rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4) Menguji prasyarat analisis data hasil pretes dengan menggunakan program SPSS.

 Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan yaitu : H0 = Data berdistribusi normal;

H1 = Data tidak berdistribusi normal.

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5%. Dengan kriteria


(22)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Nilai signifikansi (sig.) atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi adalah tidak normal.

b) Nilai signifikansi (sig.) atau nilai probabilitas 0,05 maka distribusi adalah normal.

 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama atau tidak. Uji ini dilakukan setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal. Hipotesis yang digunakan adalah

H0 : =

H1 :

dengan,

: variansi kelas kontrol : variansi kelas eksperimen

Kriteria pengujiannya adalah

a) Nilai signifikansi < 0,05 maka data berasal dari populasi yang tidak memiliki varians yang sama (tidak homogen).

b) Nilai signifikansi 0,05 maka data berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama (homogen).

Nilai signifikansi dapat dilihat pada tabel test of homogenity of

variance di baris based on mean. Jika data ternyata tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji t’.

 Uji Kesamaan Dua Rerata

Analisis dengan menggunakan uji kesamaan dua rerata ini berfungsi untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan awal kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol. Uji ini dilakukan setelah diketahui bahwa data berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama (homogen). Hipotesis yang digunakan adalah H0 : μ1= μ2


(23)

28

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan,

μ1: rata-rata pada kelas eksperimen μ2: rata-rata pada kelas kontrol

Kriteria pengujiannya adalah

a) Nilai signifikansi < 0,05 maka ditolak b) Nilai signifikansi 0,05 maka diterima

Bila data ternyata tidak berdistribusi normal, maka analisis untuk persamaan rata-rata menggunakan statistika non-parametrik yaitu menggunakan uji Mann whitney.

Uji Mann whitney

Uji Mann whitney dilakukan karena data pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan tidak berdistribusi normal. Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : μ1= μ2 μ1: rata-rata pada kelas kontrol

H1 : μ1 μ2 μ2: rata-rata pada kelas eksperimen

Adapun kriteria pengujiannya adalah

a) Nilai signifikansi < 0,05 maka ditolak b) Nilai signifikansi 0,05 maka diterima. b. Analisis data indeks gain

Analisis data indeks gain dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang terjadi akibat penerapan pendekatan pembelajaran

Differentiated Instruction pada kelas eksperimen dan penerapan model

pembelajaran konvensial pada kelas kontrol. Untuk mengetahui apakah peningkatan akibat penerapan pendekatan pembelajaran Differentiated

Instruction pada kelas eksperimen lebih tinggi dari peningkatan pada kelas

kontrol dengan pembelajaran konvensional, dilakukan pengolahan data secara statistik dengan menggunakan program SPSS.

 Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan adalah


(24)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H0 = Data berdistribusi normal;

H1 = Data tidak berdistribusi normal.

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujiannya adalah

a) Nilai signifikansi (sig.) atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi adalah tidak normal.

b) Nilai signifikansi (sig.) atau nilai probabilitas 0,05 maka distribusi adalah normal.

 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama atau tidak. Uji ini dilakukan setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal. Hipotesis yang digunakan adalah

H0 : =

H1 :

dengan,

: variansi kelas control : variansi kelas eksperimen Kriteria pengujiannya adalah

a) Nilai signifikansi < 0,05 maka data berasal dari populasi yang tidak memiliki varians yang sama (tidak homogen).

b) Nilai signifikansi 0,05 maka data berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama (homogen).

Nilai signifikansi dapat dilihat pada tabel test of homogenity of

variance di baris based on mean. Jika data ternyata tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji t’.

 Uji Perbedaan Dua Rerata

Analisis dengan menggunakan uji perbedaan dua rerata ini berfungsi untuk mengetahui apakah rata-rata peningkatan kemampuan kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Uji ini dilakukan setelah diketahui bahwa data berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama (homogen). Hipotesis yang digunakan adalah


(25)

30

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H0 : μ1= μ2

H1 : μ1 μ2

dengan,

μ1: rata-rata pada kelas eksperimen μ2: rata-rata pada kelas kontrol

Kriteria pengujiannya adalah

a) Nilai signifikansi < 0,05 maka ditolak b) Nilai signifikansi 0,05 maka diterima

Bila data ternyata tidak berdistribusi normal, maka analisis untuk perbedaan rata-rata menggunakan statistika non-parametrik yaitu menggunakan uji Mann whitney.

Uji Mann whitney

Uji Mann whitney dilakukan karena data pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan tidak berdistribusi normal. Hipotesis yang digunakan adalah

H0 : μ1= μ2 μ1: rata-rata pada kelas control

H1 : μ1 μ2 μ2: rata-rata pada kelas eksperimen

Adapun kriteria pengujiannya adalah

a) Nilai signifikansi < 0,05 maka ditolak b) Nilai signifikansi 0,05 maka diterima.

Setelah dilakukan pengolahan data secara statistik, berikutnya diolah data indeks gain untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang terjadi akibat penerapan pembelajaran dengan pendekatan

Differentiated Instruction pada kelas eksperimen dan penerapan model

pembelajaran konvensial pada kelas kontrol. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan pedoman penskoran yang digunakan.

2) Membuat tabel skor hasil tes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(26)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Menentukan indeks gain dari setiap siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan perhitungan:

Indeks Gain (g) =

(Hake, dalam Izzati, 2010: 71)

4) Menentukan indeks gain dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil perhitungan indeks gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan kategori menurut Hake (1999) sebagai berikut.

Tabel 3.3

Tabel Interpretasi Indeks Gain Besarnya Indeks Gain (g) Interpretasi

g 0,7 Tinggi

0,3 g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Semakin tinggi indeks gain, maka semakin tinggi pula peningkatan yang terjadi.

2. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari angket, dilengkapi dengan pedoman observasi.

a. Angket

Angket digunakan untuk mengukur aspek afektif siswa. Angket diberikan setelah seluruh pembelajaran dilakukan. Angket bertujuan untuk mengetahui kesan siswa dalam pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan Differentited Instruction.

b. Pedoman Observasi

Pedoman observasi dianalisis untuk melihat kesesuaian antara tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Differentiated

Instruction (DI) di kelas eksperimen. Hal-hal yang tidak terlaksana pada

proses pembelajaran diperbaiki pada proses pembelajaran selanjutnya.

F. PROSEDUR PENELITIAN

1. Tahap Perencanaan a. Telaah literatur


(27)

32

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Melakukan observasi

c. Membuat rencana penelitian d. Menyusun instrumen penelitian 2. Tahap Pelaksanaan

a. Menentukan kelas kontrol dan eksperimen dari sampel yang ada

b. Melakukan tes untuk mengetahui perbedaan individual siswa pada kelas eksperimen, berupa tes untuk mengetahui gaya belajar siswa (visual dominan, auditori dominan, atau kinestetik dominan), minat siswa, dan kesiapan siswa.

c. Melakukan pretes pada kedua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen

d. Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran untuk masing-masing kelas

e. Melakukan postes pada kedua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen

3. Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan observasi partisipatif. Menurut Susan Stainback (Sugiyono, 2013:311), dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam kegiatan mereka.

G. DESKRIPSI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN

DIFFERENTIATED INSTRUCTION

Hasil penelitian dan pembahasan pada bab ini diawali dengan deskripsi pembelajaran dengan pendekatan Differentiated Instruction (DI) untuk mendapatkan gambaran terkait interaksi kegiatan dan hal-hal yang terjadi pada saat pembelajaran DI berlangsung. Pembelajaran dengan pendekatan DI dilaksanakan dari tanggal 7 April 2014 sampai dengan tanggal 17 April 2014 dengan materi balok dan kubus pada siswa SMP.

Sebelum dilakukan pembelajaran dengan pendekatan DI, dilakukan pengumpulan data kondisi awal siswa yang berupa kesiapan, minat, dan gaya


(28)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belajar siswa. Kesiapan siswa diidentifikasi melalui tes awal berupa soal berjenjang, yang kemudian di analisis pada tahap mana siswa mampu mengerjakan soal. Minat siswa diidentifikasi melalui pertanyaan tertulis yang sebelumnya diberikan pada siswa terkait hobi yang paling mereka sukai diantara pilihan hobi-hobi yang tercantum dalam lembar pertanyaan. Adapun tipe belajar siswa dibedakan berdasarkan tipe belajar visual dominan, auditori dominan, dan kinestetik dominan. Tes yang dilakukan untuk mengkondisikan siswa berdasarkan tipe belajar visual dominan, auditori dominan, dan kinestetik dominan adalah tes spektrum. Intrumen untuk mengumpulkan data kondisi awal siswa dapat dilihat pada lampiran. Data kondisi awal siswa ini menjadi dasar untuk melakukan pembelajaran dengan pendekatan DI. Dengan data tersebut, LKS dan tugas untuk siswa disesuaikan berdasarkan kondisi masing-masing siswa.

Pada pertemuan pertama, siswa masih cenderung beradaptasi dengan pembelajaran dengan pendekatan DI. Peran guru sangat diperlukan dalam mengkondisikan siswa. Materi yang disampaikan adalah bagian-bagian kubus dan balok. Pada pertemuan pertama guru mengkondisikan siswa berdasarkan gaya belajar visual dominan, auditori dominan, dan kinestetik dominan. Tempat duduk siswa dirubah agar siswa dengan gaya belajar yang sama dapat duduk berdekatan. Pada siswa dengan gaya belajar visual dominan, guru menyajikan alat peraga sebatas untuk dilihat dan dibayangkan oleh siswa. Siswa diberi LKS visual dan mengerjakannya secara mandiri. Pada siswa dengan gaya belajar auditori dominan, guru menginstruksikan siswa agar berkelompok dan mengerjakan LKS auditori dengan berdiskusi bersama kelompoknya. Pada siswa dengan gaya belajar kinestetik dominan, guru menginstruksikan siswa agar berkelompok dan mengerjakan LKS kinestetik dengan berdiskusi bersama kelompoknya dengan bantuan alat peraga yang diberikan guru sehingga siswa dengan gaya belajar kinestetik dominan tersebut dapat secara langsung mempraktekkan bagian-bagian kubus dan balok. Dalam pengelompokkan pada pertemuan pertama guru harus menjelaskan terlebih dahulu tujuan dilakukannya pengelompokkan berdasarkan gaya belajar dominan. Guru juga menjelaskan terkait ciri-ciri dan kecenderungan siswa dengan gaya belajar visual dominan, auditori dominan, dan kinestetik


(29)

34

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dominan dalam belajar. Hal ini dilakukan karena banyaknya pertanyaan dari siswa saat pembelajaran berlangsung terkait hasil tes spektrum yang mengidentifikasikan gaya belajar dominan siswa dan mengapa pengelompokkan ini dilakukan. Guru terus aktif memantau kegiatan siswa agar mereka melakukan proses belajar yang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Jika siswa telah selesai mengerjakan LKSnya masing-masing, siswa mempresentasikannya di depan kelas. Siswa yang maju untuk mempresentasikan hasil kerja LKSnya adalah perwakilan siswa dari masing-masing kelompok gaya belajar. Siswa lain menanggapi hasil kerja LKS temannya yang telah dipresentasikan tersebut. Dalam hal ini, guru bertanggungjawab untuk mengarahkan diskusi kolosal yang dilakukan siswa dan memastikan siswa mendapatkan kesimpulan yang sama, meskipun proses yang dilakukan oleh siswa berbeda-beda.

Pada pertemuan kedua, guru melakukan pengelompokkan yang sama, yaitu berdasarkan gaya belajar siswa. Materi yang dibahas adalah jaring-jaring kubus dan balok. Pada pertemuan kedua ini, siswa sudah bisa beradaptasi dengan pembelajaran DI sehingga siswa lebih mandiri dalam melakukan proses belajar yang diinstruksikan guru. Pada pertemuan kedua semakin terlihat antusias siswa dalam mengerjakan LKS, bahkan beberapa siswa mampu mengerjakan LKS dengan cepat dan tepat. Siswa tanpa canggung bertanya pada guru jika ada hal yang tidak mereka pahami, berdiskusi secara aktif dalam mengerjakan LKS, dan berani untuk menanggapi hasil kerja LKS temannya yang dipresentasikan di depan kelas saat temannya tersebut menjawab LKS dengan jawaban yang berbeda dengan yang dikerjakannya. Dengan proses belajar yang tidak jauh beda dengan pertemuan pertama, pembelajaran dengan pendekatan DI pada pertemuan kedua berjalan dengan lancar.

Pada pertemuan ketiga, guru melakukan pengelompokkan berdasarkan kesiapan siswa. Materi yang dibahas adalah luas permukaan kubus dan balok. Sebelumnya guru telah melakukan pengumpulan kondisi awal siswa terkait kesiapan siswa. LKS kesiapan terdiri dari empat jenjang. Siswa yang menguasai materi prasyarat untuk materi yang akan dibahas mengerjakan LKS mulai dari jenjang tiga. Adapun siswa yang lain mengerjakan LKS mulai dari jenjang pertama dan kedua tergantung pada hasil tes kondisi awal kesiapan siswa. Pada


(30)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertemuan ketiga ini, siswa yang masih belum mengerti atau lupa materi prasyarat terpacu untuk segera memahaminya dan bertanya pada guru atau temannya jika masih mengalami kesulitan. Hal ini sangat membantu guru dalam memaksimalkan kegiatan belajar. Setiap siswa harus mengerjakan minimal hingga jenjang ketiga. Adapun jenjang keempat merupakan jenjang yang cukup rumit sehingga hanya sebagian siswa yang mampu mengerjakan. Perwakilan siswa mempresentasikan hasil kerja LKSnya di depan kelas dan ditanggapi oleh siswa lain. Guru memantau diskusi kolosal siswa dan memastikan kesimpulan hasil diskusi siswa tepat.

Di akhir pertemuan yaitu pertemuan ke empat, guru mengelompokkan siswa berdasarkan minatnya masing-masing. Guru mengubah posisi duduk siswa agar siswa dengan minat yang sama dapat duduk berdekatan. Materi yang dibahas adalah volume kubus dan balok. Siswa diberikan LKS sesuai dengan minatnya masing-masing. Pada pertemuan ini siswa mengerjakan LKS secara mandiri. Siswa mengerjakan LKS dengan senang dan antusias. Jika ada hal yang kurang dimengerti, siswa tidak canggung untuk bertanya pada guru dan teman. Perwakilan siswa mempresentasikan hasil kerja LKSnya di depan kelas dan ditanggapi oleh siswa lain. Guru memantau diskusi kolosal siswa dan memastikan kesimpulan hasil diskusi siswa tepat.

Secara keseluruhan, setiap pertemuan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan DI berjalan lancar. Ditinjau dari aktivitas siswa, siswa belajar dengan aktif dan antusias. Pengelompokkan yang dilakukan tidak membuat siswa merasa dibedakan. Situasi kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Ditinjau dari langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan DI yang dilakukan guru, guru telah melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan tepat, hal ini dapat dikaji dari pedoman observasi yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan saat pembelajaran berlangsung. Pernyataan-pernyataan yang tertera pada pedoman observasi terkait aktivitas guru dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Differentiated Instruction (DI) disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.4

Tabel Pernyataan Aktivitas Guru Pada Pedoman Observasi


(31)

36

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A B C D E 1 Memberikan apersepsi atau membahas beberapa soal

PR/Tugas yang kurang dipahami/atau dirasakan sulit mengerjakannya bagi siswa

2 Memotivasi siswa dengan menjelaskan manfaat dan penerapan materi dalam kehidupan sehari-hari 3 Mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai

dengan kesiapan siswa

4 Menyampaikan materi pendahuluan kepada siswa 5 Memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami

kesulitan dalam memahami materi yang dijelaskan 6 Guru menginstruksikan pada siswa untuk berkelompok

berdasarkan kesiapannya masing-masing 7 Guru memberikan LKS pada masing-masing

kelompok untuk dikerjakan

8 Guru berperan sebagai fasilitator saat siswa berdiskusi dalam kelompok

9 Mengarahkan siswa untuk konsisten bekerja sesuai kesiapannya masing-masing berdasarkana data awal siswa.

10 Memberikan respon kepada sikap siswa yang tidak sesuai dengan aktivitas yang diharapkan dalam KBM 11 Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk

menyelesaikan soal terpilih dalam LKS

12 Memberikan apresiasi/penghargaan yang sama kepada setiap siswa/kelompok siswa yang mengemukakan pendapat atau hasil kerjanya

13 Mengarahkan diskusi hasil akhir siswa, agar mempunyai kesimpulan yang sama

14 Memberikan PR/Tugas 15 Melakukan tes formatif

16 Membagikan nilai hasil diskusi LKS siswa pada pertemuan sebelumnya

A = Sangat Baik, B = Baik, C = Sedang, D = Jelek, E = Sangat Jelek

Adapun hasil observasi observer terhadap aktivitas guru dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Differentiated Instruction (DI) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5

Hasil Observasi Observer Terhadap Aktivitas Guru Pada Setiap Pertemuan dalam Melakukan Proses Pembelajaran Dengan Pendekatan Differentiated Instruction

No Observer Pertemuan Rincian Jawaban

1 O1 1 Semua pernyataan kecuali pernyataan 1,11,16 tingkat aktivitas A (Sangat Baik), pernyataan 11 tingkat aktivitas B


(32)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Baik), dan pernyataan 1 dan 16 tingkat aktivitas C (Cukup) 2 O2 2 Semua pernyataan kecuali pernyataan 2, 15, 16 tingkat

aktivitas B (Baik), dan pernyataan 15 dan 16 tingkat aktivitas C (Cukup)

3 O3 3 Pernyataan 1,7,8,9 tingkat aktivitas A (Sangat Baik), semua pernyataan kecuali pernyataan 1,7,8,9,11 tingkat aktivitas B (Baik), dan pernyataan 11 tingkat aktivitas C (Cukup) 4 O4 4 Pernyataan 7 tingkat aktivitas A (Sangat Baik), semua

pernyataan kecuali pernyataan 2 dan 7 tingkat aktivitas B (Baik), dan pernyataan 2 tingkat aktivitas C (Cukup)

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa guru sudah melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Differentiated Instruction (DI) dengan tepat.


(33)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas pada BAB sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Differentiated Instruction (DI) lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional

2) Siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan Differentiated Instruction (DI).

B. SARAN

Berdasarkan hal-hal yang telah dibahas sebelumnya, maka secara keseluruhan dari hasil penelitian ini memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan semua pihak. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut :

1) Walaupun peningkatan kelas eksperimen lebih tinggi dariapada kelas kontrol, namun peningkatanpada kelas eksperimen masih tergolong sedang. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya dari guru untuk mendapatkan hasil terbaik.

2) Pada hasil olah angket siswa secara keseluruhan, sikap siswa terhadap instrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematis masih negatif. Ini berarti diperlukan upaya lebih oleh guru agar siswa dapat memberikan respon positif terhadap instrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang cenderung jarang siswa temui dalam pembelajaran yang biasa dilakukan.

3) Terdapat beberapa siswa yang tidak mengalami peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis walaupun sudah diberikan pembelajaran. Maka berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya, masih perlu upaya lebih untuk dilakukan guru dalam memotivasi semangat belajar siswa dan memperbaiki komunikasi guru dan siswa agar apa yang dibutuhkan siswa dapat terpenuhi secara optimal.


(34)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

51

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, C.P. (2012). Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi Pembelajaran

Konflik Kognitif (Cognitive Conflict) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Butler, M & Kelly V.L. (2010). “Using Differentiated Instruction in Teacher

Education”. International Journal for Mathematics Teaching and Learning.

[Online]. Tersedia http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/default.htm. [30 Desember 2011].

Defri, M. (2013). Pengaruh Pendekatan Taktis dan Tradisional terhadap Motivasi

dan Hasil Belajar Keterampilan Sepak Bola. UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Gitta, M. (2012). Pengembangan Kreativitas di Sekolah Kejuruan. Tidak diterbitkan. Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Score. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/`sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [17 April 2013].

Hatta, M. (2010). Uji Z. [Online]. Tersedia:

http://hatta2stat.wordpress.com/2010/12/29/uji-z-2/. [27 Februari 2013].

Ismaimuza, D. (2010). Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa

SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif.

Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Kukuh, D. (2012). Kajian Teori Belajar. [Online]. Tersedia: eprints.uny.ac.id.

Mahmudi, A. (2010). “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”. Makalah Disajikan Pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA Manado, 30 Juni – 3 Juli 2010.

Mulyana, T. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Muslim. (2012). Analisis Instrumen TK – DP – Analisis Pengecoh. Bahan Ajar

Minggu ke 13.

Nurhidayati, W. (2013). Implementasi Model LAPS (Logan Avenue Problem Solving)

–Heuristik dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa.


(35)

52

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Priatna, B.A. (2008). Intrumen Penelitian. Makalah.

Purwanto. (1994). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Delta Buku Yogyakarta. Puspendik. (2011). PISA (Programme for International Student Assesment). [Online]

Tersedia: http://litbangkemdiknas.net/detail.php?id=215. [30 November 2011]. Putri, H.E. (2011). Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model SAVI

terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP. Jurusan

Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ramdan, D. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Open-Ended Problems untuk

Meningkatkan Kemampuan Kreativitas Matematika Siswa SMP Kelas IX.

Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rizqi, A.M. (2013). Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan CABRI 3D Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Jurusan Pendidikan

Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Russefendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-eksakta

Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sari, I.M. (2012). “Validitas”. Bahan Ajar (Minggu ke 14) Analisis Instrumen (Validitas & Reliabilitas). [Online]. Tesedia http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/IKA_MUSTIKA_SA RI/EVALUASI_PENDIDIKAN/BAHAN_AJAR_%28MINGGU_KE_14%29_AN

ALISIS_INSTRUMEN_%28VALIDITAS_%26_RELIABILITAS%29.pdf. [8

Maret 2012].

Siahaan P. (2012). PP Analsis Butir Soal. Presentasi Kuliah. Suartini, T. (2012). Evaluasi. Handout.

Subiantoro, A.W. (2011). “Menjadi Kreatif; Antara Potensi, Prosesi dan Eksistensi”. Makalah yang disampaikan pada kegiatan Training Motivasi untuk siswa kelas XII SMAN 1 Mlati, Sleman, Juli 2011.

Sudiono, L. (2012). “Pendidikan Membangun Karakter Bangsa”. Jurnal Ilmiah Kependidikan. 11, (3), 1.


(36)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suganda, A.M. (tanpa tahun). Hakikat pembelajaran Sebagai Salah Satu Upaya Peningkatan Kompetensi Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. 89-97.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suherman, E. (1990). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah. Sunarya, S.W. (2013). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kontekstual dengan

Teknik SQ3R terhadap Peningkatan Kemampuan Matematis Siswa SMP. Jurusan

Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tandiling, E. (tanpa tahun). Pengembangan instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik, pemahaman matematik, dan selfregulated learning siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah menengah atas. Jurnal Penelitian

Pendidikan. 13, 26.

Windayana, H. (tanpa tahun). Pembelajaran matematika realistik dalam meningkatkan kemampuan berpikir logis, kreatif, dan kritis, serta komunikasi matematik siswa sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dasar.

Wulandari, I & Laela S. (2011). Pembelajaran Matematika dengan Differentiated

Instruction untuk Mengembangkan Karakter Positif Siswa. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, 3 Desember 2011.

Yuliana, N. (2012). Pengaruh Pendekatan Differentiated Instruction (DI) terhadap

Kemampuan Pemahaman, Penalaran, dan Kecemasan Matematika (Math Anxiety) Siswa SMK (Study Eksperimen pada Siswa SMK di Kabupaten Bangka Tengah). Tesis pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak


(1)

36

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A B C D E 1 Memberikan apersepsi atau membahas beberapa soal

PR/Tugas yang kurang dipahami/atau dirasakan sulit mengerjakannya bagi siswa

2 Memotivasi siswa dengan menjelaskan manfaat dan penerapan materi dalam kehidupan sehari-hari 3 Mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai

dengan kesiapan siswa

4 Menyampaikan materi pendahuluan kepada siswa 5 Memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami

kesulitan dalam memahami materi yang dijelaskan 6 Guru menginstruksikan pada siswa untuk berkelompok

berdasarkan kesiapannya masing-masing 7 Guru memberikan LKS pada masing-masing

kelompok untuk dikerjakan

8 Guru berperan sebagai fasilitator saat siswa berdiskusi dalam kelompok

9 Mengarahkan siswa untuk konsisten bekerja sesuai kesiapannya masing-masing berdasarkana data awal siswa.

10 Memberikan respon kepada sikap siswa yang tidak sesuai dengan aktivitas yang diharapkan dalam KBM 11 Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk

menyelesaikan soal terpilih dalam LKS

12 Memberikan apresiasi/penghargaan yang sama kepada setiap siswa/kelompok siswa yang mengemukakan pendapat atau hasil kerjanya

13 Mengarahkan diskusi hasil akhir siswa, agar mempunyai kesimpulan yang sama

14 Memberikan PR/Tugas 15 Melakukan tes formatif

16 Membagikan nilai hasil diskusi LKS siswa pada pertemuan sebelumnya

A = Sangat Baik, B = Baik, C = Sedang, D = Jelek, E = Sangat Jelek

Adapun hasil observasi observer terhadap aktivitas guru dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Differentiated Instruction (DI) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5

Hasil Observasi Observer Terhadap Aktivitas Guru Pada Setiap Pertemuan dalam Melakukan Proses Pembelajaran Dengan Pendekatan Differentiated Instruction

No Observer Pertemuan Rincian Jawaban

1 O1 1 Semua pernyataan kecuali pernyataan 1,11,16 tingkat aktivitas A (Sangat Baik), pernyataan 11 tingkat aktivitas B


(2)

37

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Baik), dan pernyataan 1 dan 16 tingkat aktivitas C (Cukup) 2 O2 2 Semua pernyataan kecuali pernyataan 2, 15, 16 tingkat

aktivitas B (Baik), dan pernyataan 15 dan 16 tingkat aktivitas C (Cukup)

3 O3 3 Pernyataan 1,7,8,9 tingkat aktivitas A (Sangat Baik), semua pernyataan kecuali pernyataan 1,7,8,9,11 tingkat aktivitas B (Baik), dan pernyataan 11 tingkat aktivitas C (Cukup) 4 O4 4 Pernyataan 7 tingkat aktivitas A (Sangat Baik), semua

pernyataan kecuali pernyataan 2 dan 7 tingkat aktivitas B (Baik), dan pernyataan 2 tingkat aktivitas C (Cukup)

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa guru sudah melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Differentiated Instruction (DI) dengan tepat.


(3)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas pada BAB sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Differentiated Instruction (DI) lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional

2) Siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan Differentiated Instruction (DI).

B. SARAN

Berdasarkan hal-hal yang telah dibahas sebelumnya, maka secara keseluruhan dari hasil penelitian ini memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan semua pihak. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut :

1) Walaupun peningkatan kelas eksperimen lebih tinggi dariapada kelas kontrol, namun peningkatanpada kelas eksperimen masih tergolong sedang. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya dari guru untuk mendapatkan hasil terbaik.

2) Pada hasil olah angket siswa secara keseluruhan, sikap siswa terhadap instrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematis masih negatif. Ini berarti diperlukan upaya lebih oleh guru agar siswa dapat memberikan respon positif terhadap instrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang cenderung jarang siswa temui dalam pembelajaran yang biasa dilakukan.

3) Terdapat beberapa siswa yang tidak mengalami peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis walaupun sudah diberikan pembelajaran. Maka berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya, masih perlu upaya lebih untuk dilakukan guru dalam memotivasi semangat belajar siswa dan memperbaiki komunikasi guru dan siswa agar apa yang dibutuhkan siswa dapat terpenuhi secara optimal.


(4)

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 51

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, C.P. (2012). Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif (Cognitive Conflict) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Butler, M & Kelly V.L. (2010). “Using Differentiated Instruction in Teacher Education”. International Journal for Mathematics Teaching and Learning. [Online]. Tersedia http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/default.htm. [30 Desember 2011].

Defri, M. (2013). Pengaruh Pendekatan Taktis dan Tradisional terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Keterampilan Sepak Bola. UPI Bandung: tidak diterbitkan. Gitta, M. (2012). Pengembangan Kreativitas di Sekolah Kejuruan. Tidak diterbitkan. Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Score. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/`sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [17 April 2013].

Hatta, M. (2010). Uji Z. [Online]. Tersedia:

http://hatta2stat.wordpress.com/2010/12/29/uji-z-2/. [27 Februari 2013].

Ismaimuza, D. (2010). Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Kukuh, D. (2012). Kajian Teori Belajar. [Online]. Tersedia: eprints.uny.ac.id.

Mahmudi, A. (2010). “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”. Makalah Disajikan Pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA Manado, 30 Juni – 3 Juli 2010.

Mulyana, T. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Muslim. (2012). Analisis Instrumen TK – DP – Analisis Pengecoh. Bahan Ajar Minggu ke 13.

Nurhidayati, W. (2013). Implementasi Model LAPS (Logan Avenue Problem Solving) –Heuristik dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(5)

52

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Priatna, B.A. (2008). Intrumen Penelitian. Makalah.

Purwanto. (1994). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Delta Buku Yogyakarta. Puspendik. (2011). PISA (Programme for International Student Assesment). [Online]

Tersedia: http://litbangkemdiknas.net/detail.php?id=215. [30 November 2011]. Putri, H.E. (2011). Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model SAVI

terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP. Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ramdan, D. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Open-Ended Problems untuk Meningkatkan Kemampuan Kreativitas Matematika Siswa SMP Kelas IX. Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rizqi, A.M. (2013). Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan CABRI 3D Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Russefendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sari, I.M. (2012). “Validitas”. Bahan Ajar (Minggu ke 14) Analisis Instrumen (Validitas & Reliabilitas). [Online]. Tesedia http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/IKA_MUSTIKA_SA RI/EVALUASI_PENDIDIKAN/BAHAN_AJAR_%28MINGGU_KE_14%29_AN ALISIS_INSTRUMEN_%28VALIDITAS_%26_RELIABILITAS%29.pdf. [8 Maret 2012].

Siahaan P. (2012). PP Analsis Butir Soal. Presentasi Kuliah. Suartini, T. (2012). Evaluasi. Handout.

Subiantoro, A.W. (2011). “Menjadi Kreatif; Antara Potensi, Prosesi dan Eksistensi”. Makalah yang disampaikan pada kegiatan Training Motivasi untuk siswa kelas XII SMAN 1 Mlati, Sleman, Juli 2011.

Sudiono, L. (2012). “Pendidikan Membangun Karakter Bangsa”. Jurnal Ilmiah Kependidikan. 11, (3), 1.


(6)

53

Riska Darmayanti Sudarmat, 2014

Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran differentiated instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suganda, A.M. (tanpa tahun). Hakikat pembelajaran Sebagai Salah Satu Upaya Peningkatan Kompetensi Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. 89-97.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suherman, E. (1990). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah. Sunarya, S.W. (2013). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kontekstual dengan

Teknik SQ3R terhadap Peningkatan Kemampuan Matematis Siswa SMP. Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tandiling, E. (tanpa tahun). Pengembangan instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik, pemahaman matematik, dan selfregulated learning siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah menengah atas. Jurnal Penelitian Pendidikan. 13, 26.

Windayana, H. (tanpa tahun). Pembelajaran matematika realistik dalam meningkatkan kemampuan berpikir logis, kreatif, dan kritis, serta komunikasi matematik siswa sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dasar.

Wulandari, I & Laela S. (2011). Pembelajaran Matematika dengan Differentiated Instruction untuk Mengembangkan Karakter Positif Siswa. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, 3 Desember 2011.

Yuliana, N. (2012). Pengaruh Pendekatan Differentiated Instruction (DI) terhadap Kemampuan Pemahaman, Penalaran, dan Kecemasan Matematika (Math Anxiety) Siswa SMK (Study Eksperimen pada Siswa SMK di Kabupaten Bangka Tengah). Tesis pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.